Oleh : EBRINEDY HALOHO A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : EBRINEDY HALOHO A"

Transkripsi

1 ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten) Oleh : EBRINEDY HALOHO A PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten) Oleh : EBRINEDY HALOHO A SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 Judul Nama NRP : Analisis Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Dan Palm Kernel (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten) : EBRINEDY HALOHO : A Menyetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, M.Agr. NIP Tanggal Lulus Ujian : 10 Mei 2008

4 PERNYATAAN DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KENEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten) BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN BOGOR, MEI 2008 EBRINEDY HALOHO A

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan tanggal 09 Februari 1983 di Jakarta sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Muatan Haloho dan Ibu L.Artaulina br Purba. Pendidikan penulis dimulai dari tingkat Taman Kanak-kanak pada tahun 1989 di TK Merry Pondok Gede, Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Pamardi Yuana Bakti di Jakarta pada tahun 1990 hingga lulus pada tahun pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Mardi Yuana Cilegon hingga lulus pada tahun Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di SMUN 1 Serang-Banten pada tahun Pada tahun 2001, penulis diterima pada Program Diploma III Agribisnis, Jurusan Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penulis lulus pada tahun 2004 dengan tugas akhir berjudul Aktivitas Promosi Dalam Penjualan Produk Agroindustri Apel Kusuma Agrowisata, Batu-Malang. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan UKM PMK UNPAD-Bandung dan GMKI cabang Sumedang.

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemuliaan, kasih dan perlindungan NYA kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang ditujukan untuk mempelajari dan menganalisis proses produksi tandan buah segar (TBS) sebagai bahan baku industri primer pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) yang dikaitkan dengan optimalisasi pengadaan bahan baku TBS untuk mendapatkan jumlah TBS yang optimal, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menetapkan kebijakan pengadaan bahan baku pabrik pengolahan kelapa sawit. Skripsi dengan judul Analisis Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Dan Palm Kernel (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten), diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi bagi PTPN VIII Kertajaya khususnya dalam mengambil keputusan maupun kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pengadaan produksi TBS dalam memproduksi CPO dan PK. Pihak manajemen PTPN VIII Kertajaya dapat menentukan kombinasi pengadaan TBS dan tingkat produksi TBS dari Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma yang dapat memberikan penerimaan maksimum dengan tetap mempertimbangkan alokasi sumberdaya yang tersedia. Model analsis yang digunakan dalam skripsi ini adalah Linear Programming dengan bantuan perangkat lunak compauter LINDO, sehingga hasil olahan program linier

7 ini akan didapatkan pengadaan produksi TBS yang optimal dalam memproduksi CPO dan PK yang berasal dari Kebun sendiri Kertajaya, Seinduk dan Plasma. Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik untuk penyusunan skripsi ini, tetapi penulis menyadari masih terdapat kelemahan-kelemahan pada skripsi ini. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dari skripsi ini, dan penulis berharap skripsi ini dapat berguna untuk semua pihak. Bogor, Mei 2008 EBRINEDY HALOHO A

8 UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari proses bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan masukan serta bantuan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, dan koreksi yang sangat berguna bagi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator pada kolokium dan atas semua masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Anna Farianti, MS sebagai dosen penguji utama atas kesediaannya menjadi dosen penguji dan atas semua masukan untuk perbaikan skripsi ini. 4. Arif Kariadi Uswandi, SP sebagai dosen peguji komdik atas kesediaannya menjadi dosen penguji dan atas semua masukan dan koreksi mengenai tata cara penulisan ilmiah 5. Elfrida Hutagaol atas kesediannya untuk menjadi pembahas pada seminar hasil skripsi 6. PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten dalam hal ini kepada Ibu Pia, Ibu Yoosni, Pak Sri Hermawan, Pak Joko, Pak Yayat, Pak H. Syaiful Purba, Pak Baggio, Pak Ari, Pak Sugeng Widodo dan segenap karyawan PTPN VIII Kertajaya atas kerjasamanya selama penelitian ini. 7. Keluarga Besar Haloho, Arroi Fasdo, Okvienti, Uina Arta Sari, Jonedi, dan spesial untuk Bapaku, Muatan Haloho dan Mamaku tercinta Artaulina br

9 Purba Tanjung atas semua dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah. 8. Nenny Arisdani Fransisca, atas waktu, perhatian, dorongan, dan kasih sayangnya selama kuliah dan selama menyelesaikan skripsi ini 9. Keluarga Besar Cidangiang 2 dan Borobudur atas kekompakan, dukungan dan kerjasamanya selama penulisan skripsi ini. 10. Teman-teman Agribisnis Ekstensi angkatan XIII Institut Pertanian Bogor atas Kerjasamanya serta dukungan selama kuliah dan selama penelitian

10 RINGKASAN EBRINEDY HALOHO. Analisis Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan CPO dan PK (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten). (Dibawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI) Sub sektor perkebunan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari peran produsen industri primer minyak nabati yang menggunakan buah kelapa sawit sebagai bahan baku utamanya. Peningkatan produktivitas minyak CPO Indonesia dengan persentase 1.16 hingga pada tahun , mengindikasikan penghasil devisa negara terbesar berasal dari ekspor CPO ke negara-negara Eropa barat seperti Inggris, Italia, Belanda dan Jerman. Peningkatan produktivitas industri CPO membutuhkan input dari perkebunan kelapa sawit dalam bentuk Tandan Buah Segar dengan total perkembangan luas areal persen ( ) yang berasal dari perkebunan besar swasta, perkebunana negara dan perkebunan rakyat. Salah satu produsen industri CPO dan PK sebagai produk sampingannya yang tetap eksis memenuhi permintaan industri hilir kelapa sawit adalah PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya, Lebak dengan kapasitas pabrik sebesar 30 ton TBS/jam. PTPN VIII Kebun Kertajaya sebagai industri pemasok bahan baku Crude Palm Oil dan Palm Kernel di daerah Banten dan Jawa Barat dalam kegiatan produksinya tetap memperhatikan kuantitas pengadaan bahan baku secara efektif dan efisien. Pengadaan bahan baku produksi secara optimal dapat melindungi perusahaan dari ketidakpastian akibat kondisi dinamis dari faktor permintaan dan penawaran, selain sebagai penyeimbang dan penyangga dari permintan dan penawaran pasar. Berdasarkan data realisasi produksi Tandan Buah Segar 2007 sebagai bahan baku CPO dan PK yang terdapat di perusahaan dapat diketahui bahwa persentase total pengadaannya persen dipenuhi dari kebun plasma dan persen dari kebun sendiri (Kertajaya) dan seinduk. Dari permasalahan tersebut maka perusahaan perlu melakukan pengadaan alternatif kombinasi pasokan bahan baku dalam memproduksi CPO dan PK yang dihasilkan dari berbagai sumber yang ada untuk mencapai keuntungan maksimum dan meramalkan besarnya variabel yang mempengaruhi model tujuan optimalisasi pada saat umur tanaman kelapa sawit 27 tahun (2007) dan setelah kegiatan replanting 500 Ha (tahap pertama) tanaman kelapa sawit dilaksanakan (2011). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi pengadaan TBS dari berbagai sumber untuk mencapai keuntungan maksimum PTPN VIII Kertajaya pada tahun 2007 dan 2011, memprediksi biaya produksi TBS dan biaya pengolahan CPO dan PK empat tahun kedepan dalam satu tahun setelah kegiatan replanting. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Jenis data yang dibutuhkan dalam oenelitian ini adalah data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Software Minitab 14. membantu dalam meramalkan koefisien variabel-variabel model tujuan, kendala program linier dan LinierInteractive Discrete Optimizer (LINDO) membantu pengolahan data formulasi model persamaan fungsi tujuan dan pertidaksamaan fungsi kendala yang ada.

11 Dari hasil olahan linier programming apabila perusahaan menerapkan kajian tujuan tunggal, maka akan diperoleh keuntungan pengadaan TBS sebesar Rp/kg pada tahun 2007 dan 2011 yang berasal dari kebun sendiri, seinduk dan plasma. Hal ini berarti perusahaan dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp/kg pada tahun 2007 dan Rp/kg setelah kegiatan replanting. Analisis primal menunjukkan bahwa tingkat kombinasi pengadaan TBS sebagai bahan baku produksi CPO dan PK berasal dari kebun seinduk dan plasma terjadi pada bulan Desember tahun 2007 dan bulan September pada tahun 2011 setelah tanaman kelapa sawit hasil replanting menghasilkan (TM). Berdasarkan analisis optimalisasi yang telah dilakukan, perusahaan belum optimal dalam pengadaan bahan baku TBS. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara keuntungan aktual dan optimal. Penggunaan sumberdaya dalam optimalisasi pengadaan TBS di PTPN VIII Kertajaya, seperti potensi produksi TBS kebun sendiri sebelum replanting 100persen, ketersediaan TBS sebesar 4 persen dan kuota pembelian TBS dari kebun plasma merupakan sumberdaya yang langka atau kendala aktif yang perubahannya dapat mempengaruhi nilai tujuan. Namun untuk sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik pengolahan, dan potensi kebun sendiri setelah replanting 100 persen dan 80 persen merupakan sumberdaya berlebih. Pada saat permintaan produk CPO dan PK tinggi memberikan informasi bagi perusahaan untuk meningkatkan pengadaan produksi TBS dengan memanfaatkan sumberdaya berlebih. Berdasarkan analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan, maka untuk pengadaan bahan baku TBS dari kebun sendiri, seinduk dan plasma pada bulan Desember tahun 2007 mengalami peningkatan yang tak terhingga dan penurunan dengan batas penurunan masing-masing sebesar 105,9 ; 108 ; 109. Sedangkan pada tahun 2011 pada bulan Desember mengalami peningkatan sebesar tak terhingga dan penurunan sebesar 356 yang berasal dari kebun Sendiri dan bulan September mengalami peningkatan sebesar tak terhingga dan penurunan sebesar 61 ; 62 yang berasal dari kebun seinduk dan plasma. Analisis sensitivitas pada ruas kanan kendala tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa kenaikan dan penurunan maksimum sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik dan potensi kebun sendiri setelah replanting sebesar 100persen dan 80persen akan mempengaruhi nilai dual. Sedangkan pada sumberdaya lain yaitu potensi kebun sendiri sebelum replanting 100persen dan 80persen, kuota pembelian TBS dari kebun plasma, ketersediaan pasokan TBS 4persen dari kebun plasma selang kepekaannya tidak mempengaruhi nilai dual. Hal ini dikarenakan nilai ruas kanan berada pada batas kenaikan maksimum dan penurunan maksimum. Skenario dalam analisis post optimal dilakukan dengan menurunkan kendala persentase potensi produksi 80% kebun sendiri sebelum dan setelah replanting di PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten. Kenaikan keuntungan yang diperolah setelah dilakukan analisis post optimal adalah Rp/kg. Hasil optimalisasi analisis sensitivitas fungsi tujuan menunjukkan hasil yang sama dengan hasil optimalisasi tanpa post optimal. Penggunaan input produksi seperti tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik dan potensi produksi TBS kebun sendiri 80% merupakan sumberdaya yang langka dan peningkatan satu satu nilai pada selang kenaikan dan penurunan minimum akan mempengaruhi nilai dualnya.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Kelapa Sawit Minyak Sawit (CPO) Persediaan TBS Sebagai Bahan Baku CPO Penelitian Terdahulu BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Bahan Baku Program Linier Teori Optimalisasi Konsep Dasar Peramalan Produksi TBS Peramalan (Forecast) Kegiatan Peremajaan (Replanting) Kerangka Berpikir Operasional viii

13 BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Penerapan Model Peramalan Analisis Primal Analisis Dual (Status Sumber Daya) Analisis Sensitivitas Analisis Post Optimal Formulasi dan Pengukuran Data Fungsi Tujuan Kendala-kendala Definisi Operasional Asumsi-asumsi BAB V KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya Keadaan Fisik Kebun Kertajaya Struktur Organisasi Keadaan Karyawan Kebun Kertajaya Kegiatan Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Pembukaan Lahan Penanaman Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Panen Tandan Buah Segar BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Implikasi Peramalan Dekomposisi Biaya Produksi TBS Kelapa Sawit Harga CPO dan PK Total Produksi TBS Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma ix

14 PTPN VIII Kertajaya Biaya Pengolahan CPO dan Palm Kernel PTPN VIII Kertajaya Perumusan Model Program Linier Perumusan Fungsi Tujuan Perumusan Fungsi Kendala Hasil Optimal Analisis Primal Hasil Optimal Analisis Dual Hasil Optimal Analisis Sensitivitas Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan Kendala Hasil Analisis Post Optimal BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

15 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Total Konsumsi Minyak Sawit Dunia Perkembangan volume dan nilai ekspor Minyak Sawit/CPO di Indonesia Tahun Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun (Ha) Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia (Ton) Ringkasan Penelitian Terdahulu Program Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan Kelapa Sawit Menurut Umur Tanaman Fraksi Matang Panen Pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Biaya Produksi Kelapa Sawit Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya (Rp/kg) Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya Total Produksi Tandan Buah Segar Kebun Kertajaya-Sendiri Aktual dan Ramalan (Kg) Total Produksi Tandan Buah Segar Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan (Kg) Total Produksi Tandan Buah Segar Kebun Plasma Aktual dan Ramalan (Kg) Total Biaya Pengolahan CPO, PK Aktual dan Ramalan Kertajaya (Rp/kg) Kendala Kapasitas Maksimal Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya Kendala Potensi Produksi TBS 100% Kebun Sendiri Kertajaya Kendala Potensi Produksi TBS 80% Kebun Sendiri Kertajaya Pada Analisis Post Optimal Kendala Potensi Produksi Kebun Sendiri 100% TBS Setelah xi

16 Replanting Kendala Potensi Produksi Kebun Sendiri 80% TBS Pada Analisis Post Optimal Setelah Replanting Kendala Ketersediaan Kebun Plasma 4% Dari Kebun Sendiri dan Seinduk Kendala Kuota Pembelian Dari Kebun Plasma Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Besarnya Nilai Dual Sumberdaya Potensi Produksi Kebun Sendiri Setelah Relanting 100%, Ketersediaan TBS 4%, dan Kuota Pembelian TBS Dari Kebun Plasma di PTPN VIII Kertajaya Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya xii

17 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Operasional Grafik Biaya Produksi Aktual dan Ramalan Kelapa Sawit Grafik Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya Grafik Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya Grafik Total Produksi TBS Kebun Kertajaya-Sendiri Aktual dan Ramalan (Kilogram) Grafik Total Produksi TBS Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan (Kilogram) Grafik Total Produksi TBS Kebun Plasma Aktual dan Ramalan (Kilogram) Grafik Biaya Pengolahan CPO dan PK Aktual dan Ramalan Kertajaya (Rp/Kg)... 70

18 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Tabel Realisasi Produksi Bahan Baku Tandan Buah Segar (TBS) PTPN VIII Kertajaya Tahun Alur Proses Produksi Pengolahan CPO padapabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya, Lebak Peta Lokasi Penelitian PTPN VIII Kertajaya, Lebak Banten Gambaran Umum Struktur Organisasi PTPN VIII Kertajaya dan Deskripsi Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Karyawan Secara Umum di PTPN VIII Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Kertajaya Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Seinduk Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Plasma Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Kertajaya Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Seinduk Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII Kebun Plasma Potensi Produksi Tandan Buah Segar Pada Luas Lahan III Yang Belum dan Sudah di Replanting Pengadaan Produksi TBS Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada Tahun 2007 dan Hasil Olahan Optimalisasi Pengadaan TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya Tahap I dan II (2007) Outpu Post Optimal Pengadaan TBS di Pabrik Kelapa Sawit Dengan Potensi 80% Kebun Sendiri-Kertajaya Tahap I dan II (2011) xiv

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor perkebunan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang penting dalam perekonomian Indonesia. Pembangunan sub sektor perkebunan agribisnis merupakan bagian integral dari program revitalisasi pembangunan pertanian. Ini dapat terlihat dari peran produksi industri primer minyak nabati yang menggunakan buah kelapa sawit sebagai bahan baku utamanya. Selain sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, pemicu dan pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, kelapa sawit juga berperan dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia 1. Nilai ekspor minyak dan lemak nabati Indonesia yang meningkat dengan laju rata-rata 34,84 persen dari tahun mengindikasikan bahwa prospek olahan minyak kelapa sawit sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri lainnya terus mengalami peningkatan permintaan. Meningkatnya permintaan konsumsi minyak sawit dunia (Tabel 1.) pada tahun 1993 sebesar ribu ton menjadi ribu ton pada tahun 2007, merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan kuantitas produksinya dalam upaya memenuhi permintaan dalam dan luar negeri yang terus meningkat. Kekayaan sumber daya baik kondisi tanah dan iklim Indonesia yang cocok sebagai produsen bahan baku 1 KS-IND.Doc. (11 Maret 2007)

20 2 minyak sawit merupakan nilai tambah tersendiri dalam upaya peningkatan kuantitas produk, sebagai negara penghasil CPO dunia kedua Tahun Tabel 1. Total Konsumsi Minyak Sawit Dunia Uraian Minyak Sawit (CPO) Total Konsumsi (Ribu ton) Sumber : Diolah dari Oil Word (2001) Pangsa (%) 19,7 19,3 18,9 19,0 Produktivitas minyak sawit (CPO) Indonesia yang berada di peringkat kedua dunia diharapkan akan tetap dapat memasok kebutuhan minyak sawit dunia secara berkesinambungan. Hal ini didukung dengan perkembangan volume ekspor minyak sawit Indonesia selama lima tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan (Tabel 2.). Persentase peningkatan pada volume ekspor CPO yang berkisar 1,16 hingga 286,58 persen ini mengindikasikan bahwa salah satu sumber penghasil devisa Indonesia berasal dari ekspor CPO yang menguasai pasar negara Eropa barat seperti Inggris, Italia, Belanda dan Jerman. Tabel 2. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia Tahun Ekspor Tahun Volume ( ton ) Nilai (000 US$ ) Sumber : Badan Pusat Statistik (2006) Produksi industri CPO membutuhkan input dari perkebunan kelapa sawit dalam bentuk Tandan Buah Segar (TBS). Perkebunan kelapa sawit dengan

21 3 hasilnya berupa TBS merupakan hulu dari industri CPO, sedangkan industri hilir utamanya adalah industri minyak goreng sawit dan produk non pangan oleokimia. Peran industri perkebunan negara, rakyat dan swasta dalam skala kecil maupun besar tidak terlepas dari perkembangan luas areal total perkebunan kelapa sawit yang meningkat pesat yakni 9.60 persen hingga persen (tahun ). Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jendral Perkebunan pada Tabel 3. diketahui bahwa peningkatan terbesar dalam memperluas areal kelapa sawit ditempati oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan porsi hektar terbesar, diikuti oleh Perkebunan Rakyat (PR), serta Perkebunan Besar Negara (PBN). Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Tahun (Ha) Tahun PR PBN PBS Jumlah Pertumbuhan(%) Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, ,60 6,57 13,36 7,50 4,27 2,21 2,67 Sejalan dengan semakin bertambah luasnya lahan tanaman kelapa sawit, maka produksi minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) juga mengalami kenaikan. Pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir yang melebihi pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit dunia mengindikasikan optimalisasi produksi industri minyak kelapa sawit belum dapat tercapai. Berdasarkan data pada tabel 4, diketahui kontribusi Produksi minyak sawit (CPO) yang berasal dari Perkebunan Besar milik Negara masih

22 4 rendah dibandingkan dengan Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Rakyat yang terus mengalami peningkatan produksi. Tabel 4. Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia Tahun (Ton) Tahun PR PBN PBS Jumlah Pertumbuhan(%) Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, ,86 8,44 19,94 14,60 8,51 15,99 5,18 Salah satu produsen industri CPO yang tetap eksis dalam mengolah kelapa sawit menjadi CPO sebagai bahan baku untuk industri hilir minyak dan lemak adalah PTPN VIII dimana unit wilayah bisnisnya terdapat di daerah Jawa Barat bagian selatan dan Banten dengan total luas areal produksi ha dan telah berproduksi sebesar ton per bulan dari ha lahan produktif 2. Sebagai pemasok bahan baku industri minyak goreng, PTPN VIII memiliki satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang berlokasi di Kebun Kertajaya, Lebak. Kapasitas mesin pengolahan kelapa sawit yang memproduksi 30 ton/jam TBS ini memproduksi minyak sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Palm Kernel) sesuai dengan besarnya pasokan bahan baku TBS yang dipanen dari setiap kebun plasma, kebun sendiri dan seinduk PTPN VIII. Oleh karenanya penting untuk mengetahui kesinambungan hubungan antara perkebunan sebagai penyedia bahan baku dengan pabrik pengolahan yang membutuhkan bahan baku dalam industri pengolahan kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan misi pemerintah untuk 2 PTPN VIII Siap Pasok Bahan Baku CPO Untuk Minyak Goreng JABAR

23 5 menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit (CPO) pertama dunia yang memasok kebutuhan bahan baku industri hilir dari CPO dan produk turunannya. 1.2 Perumusan Masalah PTPN VIII Kebun Kertajaya sebagai industri pemasok bahan baku Crude Palm Oil dan Palm Kernel di daerah Banten dan Jawa Barat dalam kegiatan produksinya tetap memperhatikan kuantitas pengadaan bahan baku secara efektif dan efisien. Pengadaan bahan baku produksi secara optimal dapat melindungi perusahaan dari ketidakpastian akibat kondisi dinamis dari faktor permintaan dan penawaran, selain sebagai penyeimbang dan penyangga dari permintan dan penawaran pasar. Berdasarkan data realisasi produksi Tandan Buah Segar 2007 sebagai bahan baku CPO dan PK yang terdapat di perusahaan (Lampiran1) dapat diketahui bahwa kontribusi untuk produktivitas pengadaan bahan baku TBS yang dipenuhi dari kebun plasma sebesar persen dan persen dari Kebun sendiri (Kertajaya) dan seinduk. Kebutuhan bahan baku yang lebih besar dipasok dari kebun plasma dibandingkan Kebun Kertajaya dan seinduk mengindikasikan bahwa perusahaan belum berproduksi secara optimal. Perusahaan perlu melakukan analisis dalam optimalisasi pengadaan tandan buah segar sebagai bahan baku industri pengolahan CPO dan PK untuk mencapai keuntungan perusahaan yang maksimal pada dua tahapan waktu sebelum (2007) dan setelah kegiatan replanting 500 Ha tanaman kelapa sawit dilaksanakan (2011). Meningkatnya jumlah permintaan volume produk antara (CPO dan PK) secara nasional mengindikasikan adanya peningkatan penjualan pada PKS PTPN

24 6 VIII Kertajaya, sehingga berpengaruh terhadap kegiatan produksi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumennya. Hal ini menyebabkan perusahaan harus memiliki persediaan produk di gudang dan melakukan perencanaan kebutuhan akan bahan baku yang tepat. Kuantitas produk yang tersedia di tanki timbun (Storage Tank) dan siap untuk dipasarkan ke industri hilir minyak goreng dan lemak, mengharuskan perusahaan untuk mengalokasikan biaya pengadaan untuk menghadapi meningkatnya konsumsi CPO dan PK sebagai bahan baku industri hilir kelapa sawit dari para pelanggannya. Hal ini berdampak terhadap perusahaan dalam menentukan besarnya kuantitas pengadaan bahan baku yang optimal untuk memenuhi permintaan dari Industri hilir pengolahan CPO dan PK di pasar fisik yang ada. Salah satu cara untuk menjaga persediaan bahan baku yang optimal pada kapasitas olah pabrik terpasang yaitu dengan mengetahui kemungkinan jumlah pasokan bahan baku dari kebun sendiri, kebun seinduk, dan pembelian TBS dari pihak plasma sebagai mitra kerja PTPN VIII. Dalam memenuhi pasokan bahan baku dari kebun sendiri yang mencapai 80 % dari total kebutuhan bahan baku produksi CPO, PTPN VIII dihadapkan pada kendala umur tanam yang memasuki batas akhir umur ekonomis (25 tahun). PTPN VIII sebagai salah satu PT Perkebunan Nusantara tertua di Indonesia memulai proses penanaman pada tahun 1981, dan memasuki awal tahun 2007 pihak pengelola kebun (Afdeling) berencana untuk melaksanakan kegiatan peremajaan (Replanting) tanaman kelapa sawit. Hal ini terkait dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan keuntungan perusahaan dari kapasitas produksi CPO dan PK dengan melakukan perencanaan persediaan bahan baku yang optimal dari berbagai sumber.

25 7 Peramalan biaya pengolahan produksi CPO dan PK yang dilakukan pada PKS PTPN VIII Kertajaya adalah salah satu upaya untuk mengantisipasi pesanan produsen industri hilir kelapa sawit di masa yang akan datang. Dengan mengetahui peramalan biaya produksi dan harga jual CPO dan PK perusahaan dapat merencanakan pada kuantitas berapa produk harus diproduksi agar tidak rugi dan untung (titik impas). Selain itu, peramalan biaya pengolahan produksi tidak terlalu sulit bagi pihak manajemen, karena data telah tersedia berupa data kuantitatif dengan jenis data trend sehingga tidak memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal dalam pengaplikasiannya. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana alternatif kombinasi pasokan bahan baku dalam memproduksi CPO dan PK yang dihasilkan dari berbagai sumber yang ada untuk mencapai keuntungan maksimum perusahaan dan pengaruh perubahan yang terjadi terhadap kondisi optimal dari kebun sendiri pada tahun 2007, dan 2012 sebelum dan setelah kegiatan replanting dilakukan? 2. Bagaimana memprediksi biaya produksi bahan baku TBS dan biaya pengolahan CPO dan PK dalam dua belas bulan kedepan setelah dilakukan replanting sehingga diketahui keuntungan maksimum perusahaan yang diperoleh dari memproduksi TBS sebagai bahan baku CPO dan PK?

26 8 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi tingkat perencanaan pengadaan optimal Tandan Buah Segar (TBS) dalam memproduksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) baik yang belum mengalami replanting dan telah mengalami replanting pada dua tahapan waktu tahun 2007 dan 2011, yang akan diolah PKS PTPN VIII Kertajaya, sehingga tercapai keuntungan maksimum perusahaan. 2. Mengimplikasikan metode peramalan dekomposisi yang paling akurat dalam memprediksi biaya produksi bahan baku Tandan Buah Segar dan pengolahan CPO dan PK serta meramalkannya untuk 12 bulan ke depan pada tiap tahapan waktu. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, baik bagi pihak perusahaan (Pabrik Kelapa Sawit di PTPN VIII Kertajaya Lebak), penulis, maupun bagi pembaca. Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pentingnya pengelolaan pengadaan bahan baku yang berasal dari kebun sendiri, seinduk dan plasma untuk mendukung efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi masukan atau informasi sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan oleh pihak perusahaan. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan, serta sebagai pengaplikasian ilmu yang telah

27 9 diperoleh selama kuliah. Bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai optimalisasi produksi TBS pada Industri primer CPO dan PK dan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya menekankan kepada pengaplikasiaan metode peramalan dekomposisi yang akurat dari variable-variabel harga TBS sehingga tercapai optimalisasi pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PK pada saat sebelum dan sesudah kegiatan Replanting kebun sendiri pada tiap tahapan waktu dengan kendala-kendala yang ada. Sedangkan bagaimana melakukan pengendalian pengadaan bahan baku CPO dan PK serta sistem pengendalian pengadaan yang digunakan dalam pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PTPN VIII Kertajaya bukan menjadi bagian penelitian ini.

28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elacis Guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang tumbuh pada ketinggian meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini menyukai tanah yang subur di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi persen. Kelembaban tinggi dipengaruhi oleh rendah-tingginya curah hujan sekitar mm setahun. Habitat asli tanaman kelapa sawit adalah daerah semak belukar dan dapat tumbuh dengan baik di daerah Tropis (15 0 LU-15 0 LS) 3. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari hutan tropis Afrika Barat, dan menyebar ke Brazil, Amerika Equatorial, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911 (Setyamidjaja, 1991). Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini telah menyebar tidak hanya di Pulau Sumatra, tetapi sudah meliputi pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Pada tahun 2005 luas perkebunan kelapa sawit juta hektar, dan diperkirakan pada tahun 2010 luas perkebunan menjadi 3,1 juta hektar dengan produksi minyak sebesar 12,9 ton/tahun. 3 IBID

29 11 Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan ketebalan cangkangnya, yaitu terdiri dari dura, pisifera dan tenera. Dura merupakan jenis kelapa sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal, sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah. Ciri lain dari jenis dura yaitu tandan buahnya besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18 persen. Buah untuk jenis pisifera umumnya tidak memiliki cangkang, tetapi bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Jenis tenera merupakan hasil persilangan antara induk dura dan induk pisifera dengan sifat buah cangkang tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Kelapa sawit jenis tenera memiliki keunggulan yaitu persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90 persen dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28 persen. Tanaman kelapa sawit memiliki waktu tumbuh tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda karena belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia tanam 4-6 tahun dan pada usia 7-10 tahun disebut sebagai periode matang (mature periode), dimana pada periode tersebut mulai menghasilkan tandan buah segar (TBS). Tanaman kelapa sawit yang memiliki umur tahun mulai mengalami penurunan produksi TBS, terkadang pada usia tahun tanaman kelapa sawit tidak dapat lagi menghasilkan TBS. 2.2 Minyak Sawit (CPO) Tandan Buah Segar Kelapa Sawit yang dipanen memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit dapat diolah menjadi crude palm oil (CPO) sedangkan biji sawit diolah menjadi kernel palm oil (PKO). Proses pengekstrasian

30 12 CPO di Pabrik Kelapa Sawit rata-rata persen dari buah kelapa sawit, sedangkan PKO 2,5 persen (40-42 persen dari inti sawit). Sisa hasil olahan dari CPO dan PKO adalah berupa serat dan cangkang biji sawit yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap (broiler) sebagai tenaga uap (steam) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 4. Proses pengolahan yang dilakukan pada pabrik kelapa sawit PTPN VIII Kertajaya untuk menghasilkan CPO dan PKO dapat dilihat pada Lampiran2. Produk CPO dan PKO yang dihasilkan merupakan ester asam lemak dan gliserol yang mengandung asam palmitat, oleat, linoleat, stearat, gliserol dan asam laurat. Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan, dan penghilangan bau atau Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (BRDPO) (Naibaho L, 1999). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). Produk RBD Olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng, dan produk oleokimia seperti fatty acid, fatty alcohol, glycerine, metallic soap, stearic acid, methyl ester dan stearin. Sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk memproduksi margarine dan shortening, selain dipergunakan sebagai bahan baku industri barang konsumen seperti sabun, kosmetika dan deterjen. Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol yang dapat menghasilkan 73 persen olein, 21 persen stearin, 5 persen PFAD (Palm Fathy Acif Distillase) dan 0,5 persen limbah. 4 BBJ-JFX Gambaran Umum Produksi Minyak Sawit http: Januari 2007

31 Persediaan TBS sebagai Bahan Baku CPO Mulyadi menyatakan bahwa kebutuhan bahan baku merupakan bagian dari sistem pengendalian persediaan produksi. Bahan baku membentuk bagian secara menyeluruh suatu produk jadi yang siap dipasarkan kepada pelanggan dengan menggunakan saluran pemasaran yang ada. Salah satu kebutuhan industri hilir pengolahan CPO yang dipasok dari produksi industri hulu ditentukan oleh besarnya permintaan pasar baik di pasar fisik maupun pasar berjangka. Permintaan CPO sebagai bahan baku dari industri hilir untuk memenuhi kebutuhan internasional dan domestik, berdampak pada meningkatnya luas areal lahan untuk dapat memasok TBS baik berasal dari kebun sendiri, seinduk, dan kebun plasma. Pengadaan bahan baku yang terkait dengan pengolahan CPO berhubungan erat dengan konsep dasar persediaan, sehingga perusahaan dapat merencanakan besarnya kebutuhan TBS yang akan diolah untuk dapat memaksimalkan keuntungan. Kegiatan persediaan yang terdapat dalam perusahaan dibedakan menurut jenis dan posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan produk, yaitu : 1. Persediaan bahan baku (raw materials stock), yaitu persediaan barangbarang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah yang diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku (input) bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. 2. Persediaan komponen rakitan (purchased parts/component stock), yaitu persediaan barang yang terdiri dari komponen yang diperoleh dari

32 14 perusahaan lain yang dapat dirakit dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3. Persediaan bahan penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process stock), yaitu persediaan barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi tetapi masih perlu proses lanjutan. 5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual kepada konsumen. Peranan persediaan berkaitan dengan tujuan diadakannya persediaan. Persediaan yang diadakan mulai dari bahan mentah sampai barang jadi menurut Assauri (1999) berguna untuk : 1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga bisa digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

33 15 6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaikbaiknya, dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang komoditas kelapa sawit serta produk olahannya telah banyak dilakukan, demikian pula penelitian tentang pengadaan bahan baku. Dalam penelitian Jafarudin, (2005) mengenai peramalan produksi TBS di kebun percobaan Betung II A dapat disimpulkan berdasarkan pola data produksi tidak stasioner, terdapat unsur trend dan musiman. Analisis metode peramalan terbaik disimpulkan bahwa metode ARIMA memberikan nilai MSE terkecil dibandingkan metode peramalan lainnya, sehingga kebun percobaan Betung II A dapat melakukan perencanaan teknik budidaya menyusun target produksi, perencanaan tenaga kerja, perencanaan transportasi dan perencanaan dana secara tepat. Setiawan (2002) melakukan penelitian mengenai kajian produktifitas dan nilai tambah pengolahan kelapa sawit (Studi kasus pada PT Perkebunan Nusantara XIII), mengemukakan bahwa produktivitas karyawan masih di bawah standar nasional, sehingga Setiawan menyarankan untuk memperketat seleksi karyawan dan meningkatkan pelatihan. Dari analisis nilai tambah dengan metode Hayami disimpulkan bahwa nilai tambah yang diperoleh perusahaan mengalami

34 16 penurunan cukup besar. Hal ini secara tidak langsung disebabkan oleh kualitas TBS atau nilai rendemen yang rendah dan penurunan produktivitas tanaman. Penelitian yang berkaitan dengan komoditas kelapa sawit juga dilakukan Sukarni (2001) mengenai pengelolaan tanaman kelapa sawit dengan studi kasus faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas panen di PT Waru Kalimantan Timur Plantation. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kegiatan pengelolaan perkebunan tanaman kelapa sawit dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan keefektifan proses pemanen. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pemeliharaan di perkebunan merupakan faktor yang harus dikelola untuk menghasilkan tanaman yang sehat dengan kondisi lingkungan yang mendukung potensi produksi menjadi optimal, kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta pengendalian gulma. Pemanenan merupakan kegiatan yang mendapat prioritas utama dari perkebunan kelapa sawit untuk pencapaian produksi TBS, dimana faktor yang mempengaruhi produksi TBS salah satunya adalah produktivitas panen. Pencapaian produktivitas panen adalah besarnya hasil panen dan tonase dari seorang pemanen atau kelompok. Untuk mendukung produksi panen yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti jalan panen, alat panen, berat janjang rata-rata (BJR), jumlah tanaman produktif, tahun tanam dan topografi. Yenni (2005) melakukan penelitian mengenai optimalisasi pengadaan tebu sebagai bahan baku gula (Studi kasus di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan tebu balance, kapasitas giling pabrik, luas lahan dan produktivitas lahan terhadap keuntungan optimal, dan pengaruh perubahan harga gula terhadap keuntungan

35 17 optimal tanpa mengubah kondisi optimal. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan tebu balance yang diimbangi dengan kenaikan produktivitas. Keuntungan optimal total yang diperoleh perusahaan dengan meningkatkan luas lahan, produktivitas, kapasitas giling pabrik dan penurunan tebu balance mencapai Rp ,00. Keuntungan pada skenario 3 tersebut meningkat 9,65 persen dari keuntungan total yang diperoleh perusahaan pada kondisi optimal versi awal. Ringkasan mengenai penelitian terdahulu dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 5. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi pengadaan tebu sebagai bahan baku gula, diketahui bahwa perencanaan dengan program linear merupakan alat analisis kuantitatif yang cukup baik untuk membantu penyusunan perencanaan optimal dalam berproduksi sehingga fungsi tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dapat tercapai. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan analisis optimalisasi untuk pengalokasian sumberdaya bahan baku untuk memperoleh tingkat produksi yang optimal. Pada penelitian yang dilakukan ini memilliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu jenis bahan baku yang digunakan, perusahaan yang diteliti, produk yang dihasilkan dan data-data lain yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian mengenai perencanaan optimalisasi pengadaan Tandan Buah Segar sebagai bahan baku industri pengolahan CPO dan PK di PT Perkebunan Nusantara VIII belum ada yang melakukan. Hal ini menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut.

36 18 Tabel 5. Hasil Penelitian Terdahulu No Penelitian (Tahun) Judul Metode Hasil 1 Jafarudin (2003) Peramalan Volume Produksi TBS di Kebun Percobaan Betung II A 2 Setiawan (2002) Kajian produktivitas dan nilai tambah pengolahan kelapa sawit (studi kasus pada PTPN XIII) 3 Sukarni (2001) Pengelolaan Tanaman Kelapa Sawit dengan Studi Khusus Faktor yang mempengaruhi produktifitas panen di PT Waru Kalimantan Timur Plantation 4 Yanni (2005) Optimalisasi pengadaan tebu sebagai bahan baku gula (Studi kasus di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah). Metode Kuantitatif model time series Analisis Nilai Tambah dengan metode Hayumi Analisis Faktor dan Analisis Deskriptif Analisis linear programming dan Analisis Deskriptif Peramalan yang terbaik untuk meramalkan volume produksi TBS adalah metode Arima Nilai tambah pengolahan kelapa sawit masih rendah dikarenakan kualitas TBS masih rendah Pemeliharaan di perkebunan merupakan faktor yang harus dikelola untuk menghasilkan produksi menjadi optimal Keuntungan optimal total yang diperoleh perusahaan adalah Rp Keuntungan pada skenario 3 tersebut meningkat 9,65 persen dari keuntungan total pada kondisi optimal versi awal

37 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Bahan Baku Sistem pengadaan bahan baku menurut Austin (1995) dalam Tandyana, 2002 adalah suatu sistem yang menyediakan bahan baku yang cukup dan memiliki kualitas sesuai standar yang ditetapkan pada waktu yang tepat dengan biaya yang wajar. Sedangkan biaya pengadaan adalah sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, baik telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2000). Biaya pengadaan atau produksi memiliki pengaruh yang berkebalikan dengan pendapatan, biaya akan mengurangi ekuitas perusahaan dan setiap perusahaan akan berusaha meminimumkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dapat memaksimumkan keuntungan (profit) perusahaan dalam satu periode. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap (biaya yang tidak mengalami perubahan meskipun output berubah) dan biaya variabel (biaya yang berkatitan langsung dengan output, dan akan berubah saat output mengalami perubahan). Biaya adalah dasar untuk menentukan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutupi biayanya akan mengalami kerugian. Sebaliknya apabila harga melebihi semua biaya (produksi dan operasi maupun nonoperasi) maka akan menghasilkan keuntungan (Swastha dan Sukotjo, 1998). Perusahaan dalam memenuhi kebutuhan bahan bakunya untuk memproduksi CPO dan PK dapat menggunakan data biaya pengadaan bahan baku pada tahun sebelumya

38 20 (histories) sebagai dasar dalam meramalkan besarnya biaya produksi pada jangka waktu satu tahun. Besarnya biaya pengadaan dalam pemenuhan bahan baku dari alternatif yang ada memberikan informasi bagi perusahaan untuk mengetahui jumlah minimal produk yang harus dihasilkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun untung (impas) pada tingkat harga jual pasar yang telah disepakati antara produsen dengan konsumen Program Linier Teknik optimalisasi yang sering digunakan untuk menyelesaikan masalahmasalah optimalisasi berkendala (Constrain optimization problem) adalah teknik linier programming (LP). Menurut Sri (1991), program linier merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Program linier berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematika yang terdiri dari sebuah fungsi tujuan dan beberapa kendala linier. Program linier merupakan teknik perkiraan sementara. Program linier memiliki batasan-batasan tertentu yaitu batas maksimum dan batas minimum yang diperbolehkan dari koefisien fungsi tujuan maupun kapasitas sumberdaya yang tersedia. Sebelum merumuskan persoalan dengan pemrograman linier, menurut Supranto (1988) diperlukan beberapa komponen, yaitu : 1. Pembuat keputusan Pemecahan persoalan dengan riset operasi harus jelas siapa yang mempunyai otoritas untuk memulai, mengakhiri, atau mengadakan

39 21 modifikasi kebijakan terkait dengan masalah organisasi dan sistem yang diteliti. 2. Tujuan yang akan dicapai Dalam mempelajari tujuan dapat dilihat secara kualitatif maupun kuantitatif. Riset operasi yang digunakan untuk mencapai tujuan kuantitatif, seperti maksimisasi keuntungan, atau minimisasi biaya. 3. Sistem Sistem dapat berarti kendala, yaitu sumberdaya yang terbatas, baik jumlah tenaga kerja, mesin, ataupun tingkat output yang diinginkan. 4. Alternatif tindakan Dalam persoalan riset operasi dengan menggunakan teknik linier programming dimana hanya tersedia input sejumlah tertentu, maka diperoleh kombinasi pemecahan dimana salah satu pemecahan memberikan nilai yang optimum. Menurut Soekartawi (1995), linier programming (LP) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dalam menggunakan LP adalah : 1. Mudah dilakukan apalagi jika menggunakan alat bantu komputer 2. Dapat menggunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat dicapai. 3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia.

40 22 Kelemahan dalam menggunakan LP adalah : 1. Bila alat bantu komputer tidak tersedia maka cara LP dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan analisanya bahkan tidak mungkin dikerjakan dengan manual saja. 2. Penggunaan asumsi linieritas, karena didalam kenyataan yang sebenarnya kadang-kadang asumsi ini tidak sesuai. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik linier programming adalah: 1. Fungsi objektif harus didefinisikan secara jelas dan dinyatakan sebagai fungsi tujuan yang objektif dan linier. 2. Harus ada alternatif pemecahan untuk dipilih salah satu yang terbaik 3. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat ditambahkan (additivity). 4. Fungsi objektif dan ketidaksamaan untuk menunjukan adanya pembatasan harus linier. 5. Variabel keputusan harus positif, tidak boleh negatif 6. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat dibagi (divisibility) 7. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai jumlah yang terbatas (finiteness) 8. Aktivitas harus proposional terhadap sumber-sumber 9. Model programming deterministic, artinya sumber dan aktivitas diketahui secara pasti (single-valued expectations).

41 23 Secara umum model linier programming adalah sebagai berikut: Maksimumkan / minimumkan : n Z = j= 1 C j X j, untuk j = 1, 2,, n Dengan kendala : 1. Z = a i X j j (, =, ) b j, untuk j = 1, 2,, n 2. X j 0 Dimana : Z : fungsi tujuan C j : Koefisien fungsi tujuan a ij : koefisien input-output b i : sumber daya yang terbatas X j : Variabel keputusan Menurut Nasendi dan Anwar (1985), penggunaan model LP dilandasi lima asumsi dasar, yaitu : 1. Linieritas, berarti bahwa perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain, atau antara input dan output besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi 2. Proporsionalitas, berarti pada variabel keputusan (X j ) berubah, maka dampaknya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan, (C j X j ), dan fungsi kendala (a ij X j ) 3. Aditivitas, berarti bahwa nilai parameter suatu kriteria optimalisasi merupakan jumlah dari nilai individu-individu (C j ) dalam model LP tersebut. 4. Divisibility, berarti bahwa variabel-variabel keputusan keputusan (X j ) dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan jika diperlukan. 5. Deterministik, berarti bahwa semua parameter dalam model LP tetap dan dapat diketahui atau ditentukan secara pasti.

42 24 Asumsi dasar yang menyatakan bahwa semua parameter dalam model diasumsikan dapat diketahui dengan pasti, pada kenyataanya sangat jarang ditemukan masalah dimana terdapat kepastian kondisi yang sesungguhnya karena akan selalu terjadi perubahan waktu, kondisi dan fluktuasi kendala-kendala yang ada. Untuk memecahkan kendala tersebut dibutuhkan suatu analisis sensitivitas. Menurut Soekartawi (1995), analisis sensitivitas penting dilakukan, karena dalam kegiatan sehari-hari faktor ketidakpastian sering terjadi, apalagi dalam sektor pertanian faktor ketidakpastian sering terjadi pada harga dan produktifitas. Penggunaan program linier dapat dilakukan dengan menggunakan empat jenis analisis yaitu analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas, dan analisis post optimal. Metode simplex primal dimulai dari satu pemecahan dasar yang layak (titik ekstrim) dan berlanjut untuk berulang melalui pemecahan dasar yang layak berikutnya sampai titik optimum tercapai. Dengan analisis primal, dapat diketahui jumlah alternatif kombinasi produk (X j ) yang terbaik dalam menghasilkan tujuan Z, dengan kendala keterbatasan potensi produksi sumberdaya yang tersedia (b j ). Analisis dual berfungsi untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya yang mewakili nilai perunit dari sumberdaya dan pengurangan biaya (reduced costs) yang mewakili kenaikan biaya pengadaan atau penurunan keuntungan dari tiap sumberdaya. Nilai dual yang dihasilkan dalam analisis ini menunjukan perubahan dalam fungsi tujuan apabila sumberdaya tersebut berubah sebesar satu satuan. Penilaian ini dilakukan dengan melihat nilai slack/surplus > 0 dan nilai dual = 0, maka dapat disimpulkan bahwa sumberdaya tersebut keberadaannya berlebihan dan demikian sebaliknya. Sumberdaya dengan nilai = 0 disebut sebagai

43 25 kendala pasif, karena tidak akan mengubah fungsi tujuan jika terjadi perubahan sebesar satu satuan. Analisis ini juga mengetahui sumber daya mana saja yang membatasi fungsi tujuan, yaitu dengan cara melihat sumberdaya yang mempunyai nilai dual > 0 disebut kendala aktif yang menjadi pembatas dalam kegiatan produksi. Analisis sensitivitas merupakan suatu usaha untuk mempelajari pengaruh perubahan dalam parameter model LP terhadap pemecahan optimum (Taha, 1996). Analisis ini terdiri dari analisis perubahan koefisien dari fungsi tujuan dan analisis sisi kanan fungsi tujuan (Right Hand Side). Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan digunakan untuk melihat selang perubahan koefisien fungsi tujuan (C j ) yang masih diijinkan agar nilai optimal variabel keputusan tidak berubah. Analisis sensitivitas ruas kanan kendala menunjukan selang perubahan nilai ruas kanan kendala (b j ) yang masih diijinkan agar tetap mempertahankan kondisi feasible awal (tidak mempengaruhi nilai dual price kendala bersangkutan) dengan parameter lain dipertahankan konstan. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan optimum yang baru dengan perhitungan tambahan yang minimal Teori Optimalisasi Persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Setiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki keterbatasan atas sumberdayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin maupun modal. Adanya

44 26 keterbatasan ini membuat perusahaan perlu mencari suatu alternatif strategi yang mengoptimalkan hasil yang dicapainya baik itu berupa keuntungan yang maksimal maupun biaya yang minimum (Herjanto dalam Hendrik, 2006). Analisis optimal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produksi optimal yang dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal, alokasi penggunaan terhadap sumberdaya, dan untuk mengetahui selang kepekaan dari koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan yang akan tetap mempertahankan solusi optimal dengan parameter lainnya dianggap konstan (Fransiska, 2003). Menurut Supranto dalam Esty (2005), riset operasi adalah aplikasi metode ilmiah terhadap permasalahan yang kompleks dalam mengarahkan dan mengendalikan sistem yang luas mengenai kehidupan manusia, mesin-mesin, material, dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan, dan pertahanan. Tujuannya adalah membantu manajemen untuk menentukan kebijakan dan tindakannya secara ilmiah. Sehingga dalam setiap operasionalisasinya, perusahaan dapat menerapkan rancangan model yang menyesuaikan dengan tujuan perusahaan dalam memaksimalakn keuntungan. Menurut Taha dalam Esty (2005), ada beberapa tahap yang harus dilalui untuk melakukan studi Riset Operasi, yaitu : 1. Defenisi masalah Dari sudut pandang Riset Operasi, hal ini menunjukan tiga aspek utama, yaitu deskriptif tentang sasaran atau tujuan dari studi tersebut, identifikasi alternatif keputusan dari sistem tersebut, dan pengenalan tentang keterbatasan, batasan, dan persyaratan sistem tersebut.

45 27 2. Pengembangan model Dalam memutuskan model yang paling sesuai perlu dilihat apakah model tersebut dapat menyatakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam bentuk variabel keputusan. 3. Pemecahan model Pemecahan model dicapai dengan menggunakan teknik-teknik optimalisasi yang didefenisikan dengan baik dan model tersebut dikatakan menghasilkan sebuah pemecahan optimal. 4. Pengujian keabsahan model Sebuah model dikatakan absah jika dapat memberikan prediksi yang wajar dari kinerja sistem. Satu metode umum untuk menguji keabsahan model adalah membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang tersedia untuk sistem aktual tersebut. 5. Implementasi hasil akhir Implementasi melibatkan penerjemahan hasil menjadi petunjuk operasi yang terperinci dan disebarkan dalam bentuk yang mudah dipahami kepada para individu yang akan mengatur dan mengoperasikan sistem yang direkomendasikan tersebut. 3.2 Konsep Dasar Peramalan Produksi Tandan Buah Segar Peramalan (Forecast) Pada dasarnya aktivitas perencanaan produksi merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan besarnya kuantitas yang akan dicapai pada waktu yang akan datang sesuai dengan kualitasnya, sehingga dapat memperoleh

46 28 keuntungan yang maksimal secara efisien dan efektif dalam pelaksanaanya. Dengan demikian dalam perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat terlepas dari implementasi aktivitas peramalan dengan variabel-variabel peramalan berdasarkan data waktu historis. Perencanaan produksi biasanya dilakukan berdasarkan ramalan produksi menggunakan teknik-teknik peramalan dengan model peramalan deret berkala/time series dan kausal (regresi). Berdasarkan sifatnya, peramalan dibagi menjadi dua kategori utama yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif (Makridakis, et al, 1999). Peramalan kualitatif didasarkan pada intuisi atau pengalaman empiris dari perencanaan atau pengambil keputusan sehingga relatif lebih subjektif. Metode kualitatif memberikan hasil yang membias ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi, kekuatan kepribadian, atau posisi strategis dalam organisasi. Peramalan metode kuantitatif memiliki sifat yang objektif karena didasarkan pada keadaan aktual berdasar hasil olah data dengan menggunakan metode peramalan tertentu. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : 1. Tersedianya informasi masa lalu (data historis). 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numeric. 3. Dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang. Pada dasarnya peramalan kuantitatif bersifat eksploratif yang didasarkan pada suatu pola data atau hubungan sebab akibat antara jenis data yang dipakai. Peramalan kuantitatif mengasumsikan bahwa pola data atau hubungan sebab

47 29 akibat antara data masih akan berlaku pada periode yang akan datang. Apabila terjadi perubahan pola data atau hubungan sebab akibat, maka hasil ramalan menjadi kurang akurat. Oleh karena itu, perlunya pendekatan pemantauan (monitoring) yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya perubahan pola data. Dalam menggunakan metode peramalan, ketepatan merupakan salah satu kriteria dalam memilih suatu model peramalan. Ketepatan juga menunjukkan sampai seberapa jauh model mampu menghasilkan ramalan yang tidak jauh berbeda dengan keadaan aktualnya. Penggunaan kriteria yang dijadikan pedoman dalam memilih teknik peramalan yang sesuai bagi data yang ingin diramal dibagi menjadi empat kriteria, yaitu : akurasi, jangkauan peramalan, biaya, dan kemudahan dalam penerapan. Walaupun terdapat banyak ukuran akurasi peramalan, tidak ada sebuah ukuran yang diakui umum sebagai ukuran paling baik karena setiap ukuran memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, ukuran yang paling sering digunakan adalah nilai dari rata-rata kuadrat deviasi atau Mean Square Error (MSE), Mean Absolute Percentage Error (MAPE), dan Mean Absolute Deviation (MAD). Metode peramalan yang memberikan nilai MSE, MAPE dan MAD yang semakin kecil dapat dianggap sebagai metode yang terbaik untuk digunakan (Mulyono, 2000) Kegiatan Replanting Dalam manajemen pengolahan kelapa sawit, aktivitas pemasok bahan baku produksi merupakan hal yang pasti diperlukan dengan adanya pengelolaan pengadaan bahan baku baik yang diproduksi sendiri maupun berasal dari mitra usaha perusahaan. Kebutuhan bahan baku yang berasal dari kebun sendiri yang

48 30 belum mencukupi untuk diproduksi, mengakibatkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tidak maksimal. Dalam upaya memaksimalkan potensi produksi bahan baku yang dihasilkan dari kebun sendri, maka perusahaan melakukan kegiatan peremajaan (Replanting) berdasarkan umur ekonomis tanam kelapa sawit yang telah melewati masa produktifnya. Kegiatan peremajaan yang dilakukan oleh PTPN VIII merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk keberlanjutan memproduksi CPO dan PK yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya. Kegiatan peremajaan yang dilakukan pada luas areal yang telah ditetapkan seluas 500 Ha merupakan kegiatan penanaman kembali tanaman dengan jenis bibit yang sama serta memenuhi kriteria replanting. Kegiatan replanting yang dilakukan pada PTPN VIII dilakukan dengan melihat jumlah produksi per hektar apakah sudah berada dibawah batas minimum produksinya berdasarkan klasifikasi lahan dan produksi dengan umur tanaman sudah mencapai 25 tahun. Selain itu, para mandor panen juga melihat keadaan dan persediaan cadangan buah dari tiap pohon yang masih produktif untuk dipanen dan akan diangkut untuk diolah di pabrik pengolahan kelapa sawit. Adapun metode kegiatan replanting yang dilakukan dalam bagian kegiatan produksi bahan baku CPO oleh PTPN VIII adalah dengan dua cara. Cara pertama dilakukan dengan cara menyuntik tanaman yang hendak diremajakan dengan bahan kimia yang bersifat racun di pucuk tanaman, yang membuat tanaman hanya mampu untuk hidup selama 2-3 bulan dan menanam tanaman kelapa sawit disampingnya. Hal ini dilakukan karena batang tanaman yang telah tua sangat keras sehingga sulit mencari alat yang mampu menebangnya, selain fungsinya

49 31 sebagai tanaman pelindung bagi tanaman baru. Kegiatan peremajaan dapat juga dilakukan dengan cara menebang langsung pohon kelapa sawit yang akan diremajakan dan menanam tanaman baru diareal yang telah ditentukan dengan menggunakan alat mesin potong pohon listrik, sehingga tanaman baru dapat segera ditanaman pada lahan tanaman kelapa sawit lama. 3.3 Kerangka Berpikir Operaisonal Perumusan perencanaan pengadaan TBS sebagai bahan baku CPO dan PK pada tingkat optimal bertujuan untuk mengetahui kombinasi aktivitas pengadaan TBS yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan untuk diolah di pabrik kelapa sawit (PKS). Kegiatan ini dimulai ketika perusahaan melakukan kegiatan replanting pada kebun sendiri, sehingga produksi bahan baku utama yang berasal dari kebun sendiri berkurang kuantitasnya. Sehingga perusahaan perlu menentukan potensi produksi kebun sendiri berdasarkan umur tanaman dan luas areal tertentu baik yang akan mengalami peremajaan, maupun tanaman yang telah diremajakan pada periode waktu yang telah ditentukan. Dalam melihat potensi keuntungan maksimal perusahaan pada periode tahun mendatang, maka kegiataan analisis pengadaan TBS dibagai dalam 2 tahapan waktu, dimulai dari sebelum melakukan replanting dan pertama kali melakukan replanting setelah melewati umur tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit dan siap dipanen pada luas lahan 500 Ha. Kegiatan peramalan dilakukan terhadap faktor biaya dan harga yang terjadi seperti biaya pengadaan dari setiap sumber pasokan bahan baku dan biaya produksi serta harga jual produk berdasarkan data tahun 2006, 2007 dengan metode dekomposisi terbaik. Sedangkan besarnya biaya yang

50 32 terjadi pada tahapan waktu selanjutnya diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 6 % setiap tahunnya berdasarkan nilai inflasi Indonesia dalam satu tahun. Setelah mengetahui besarnya biaya pengadaan dari tiap sumber, maka dapat disusun model perencanaan optimalisasi produksi dilanjutkan dengan merumuskan kendala-kendala dari model tujuan berdasarkan data yang diperoleh untuk diolah dalam bentuk persamaan program linier dengan menggunakan program LINDO. Program linier akan memberikan beberapa alternatif dan tindakan yang akan diambil perusahaan dalam mencapai solusi optimalnya yaitu maksimasi keuntungan perusahaan dari kegiatan pengadaan TBS dalam memproduksi CPO dan PK. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk melihat batas-batas kepekaan baik pada fungsi tujuan maupun kendala yang tidak akan mempengaruhi solusi optimumnya dan bagaimana solusi optimal yang terjadi apabila terdapat perubahan skenario terhadap parameter yang membentuk model. Perubahan skenario pada potensi produksi TBS sebelum dan seudah Replanting 100% dan 80% merupakan factor ketidakpastian yang mempengaruhi keuntungan yang diterima olah perusahaan. Hasil analisis yang didapatkan selanjutnya diharapkan dapat memberskan kontribusi bagi perusahaan sebagai alternatif dalam optimalisasi perencanaan pengadaan TBS di PKS PTPN VIII setelah dilakukan replanting seluas 500 hektar sehingga tercapai kegiatan Produksi CPO dan PK yang dapat memaksimumkan keuntungan perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam memaksimumkan keuntungan perusahaan dari aktivitas pengadaan bahan baku TBS di pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN VIII Kertajaya. Kerangka

51 33 pemikiran operasional penelitian lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. KEBUTUHAN PERENCANAAN OPTIMALISASI PENGADAAN TBS SEBAGAI BAHAN BAKU PKS PTPN VIII, KERTAJAYA Kebutuhan Perencanaan Pengadaan Produksi TBS Optimal Implikasi Metode Peramalan Dekomposisi pada Faktor-faktor Perolehan Nilai Keuntungan CPO dan PK, PKS-PTPN VIII Potensi Produksi Bahan Baku Tandan Buah Segar (TBS) Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya Persamaan Program Linier Kendala : Kapasitas Pabrik, Potensi Kebun Sendiri sebelum dan sesudah Replanting, Potensi Kebun Seinduk, Tenaga Kerja dan Kuota Pembelian dari Kebun Plasma Kombinasi Sumber Pengadaan Bahan Baku Optimal (Solusi Optimal) Analisi Post Optimal Analisis Sensitivitas KEUNTUNGAN MAKSIMAL PERUSAHAAN Gambar 1.Kerangka Pemikiran Operasional

52 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten, Unit Bisnis wilayah I. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa PTPN VIII merupakan perusahaan negara yang bergerak dalam agroindustri tanaman perkebunan serta pengolahan kelapa sawit milik pemerintah yang tetap eksis dalam memenuhi permintaan bahan baku CPO sebagai kebutuhan industri primer minyak goreng dan olein nasional. Adapun pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2007-Januari Jenis dan Sumber Data Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak perusahaan, baik manajer (Administratur) kebun, sinder Tata Usaha Keuangan (TUK), maupun karyawan untuk mengetahui kondisi operasional perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam rangka pengelolaan produksi dan persediaan untuk memenuhi permintaan konsumennya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan. Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur, hasil penelitian, dan laporan manajemen perusahaan. Data tersebut

53 35 berupa data penjualan CPO dari bulan Januari 2006 sampai Desember 2007, potensi produktivitas tanaman kelapa sawit klon DxP berdasarkan umur tanaman data biaya pengadaan TBS yang dikeluarkan dari kebun sendiri, data identifikasi kebutuhan bahan baku, kapasitas pabrik dan jumlah tenaga kerja pengolahan, luas areal tanaman yang akan diremajakan, serta harga jual produk akhir CPO. 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dijabarkan secara deskriptif mengenai gambaran, kondisi umum dan prose produksi PKS PTPN VIII Kertajaya. Data kuantitatif yang digunakan adalah data rata-rata produksi CPO dan PK selama periode penelitian yakni selama tahun Data kuantitatif ini berupa analisis penentuan harga pengadaan bahan baku TBS (Rp/kg), biaya produksi dan keuntungan aktual perusahaan yang kemudian diolah dengan program Microsoft Excel. Hasil pengolahan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk membentuk fungsi tujuan dan kendala dalam upaya merencanakan pengadaan optimal bahan baku TBS untuk diolah menjadi CPO dan PK. Setelah fungsi tujuan dan kendala terbentuk, data tersebut diolah dengan program linier LINDO (Linier Interactive and Discrete Optimizer). Hasil pengolahan dari program linier ini akan diperoleh tingkat penerimaan optimal yang diperoleh pada tiap tahapan waktu, penggunaan sumber daya dan sensitivitas tingkat keuntungan serta alternatif ketersediaan sumber daya dalam mengubah solusi optimum. Selain penggunaan program LINDO, program Minitab14 digunakan untuk menganalisis plot data trend, musiman, siklik dan faktor acak dari biaya produksi

54 36 bahan baku TBS, rendemen dan harga CPO dan PK dalam periode satu tahun. Pemilihan program tersebut dikarenakan merupakan program yang pada umumnya sudah dikenal oleh masyarakat dan mudah dalam penggunaannya, sehingga hasil olah data dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan uraian secara naratif Penerapan Model Peramalan Data biaya produksi TBS dan biaya produksi pengolahan CPO, PK diplot menggunakan program Minitab 14. Dari hasil plot data tersebut dapat diketahui secara visual bagaimana bentuk pola data, apakah mengandung unsur trend atau stasioner. Kestasioneran data dapat dilihat dari kecenderungan data apakah semakin meningkat, semakin menurun, atau terdapat fluktuasi musiman. Berdasarkan sifat pola data tersebut dapat diduga untuk sementara model peramalan apa yang baik digunakan dalam meramalkan biaya produksi bahan baku TBS dan biaya pengolahan serta harga CPO, PK yang diproduksi oleh PTPN VIII Kertajaya setelah kegiatan replanting dilakukan pada tahun Langkah pertama untuk meramalkan variabel model tujuan optimalisasi empat tahun mendatang terlebih dahulu dilakukan identifikasi indeks musiman dan dugaan komponen trend. Sehingga dari hasil perhitungan Centre Moving Average dengan panjang average L (banyaknya periode dalam satu musim yaitu 12 bulan) dapat dipelajari pola fluktuasi biaya produksi dan pengolahan bahan baku TBS, harga per kilogram dan rendemen produk CPO dan PK dari tahun ke tahun secara musiman. Hal ini dilakukan juga untuk melihat apakah data stasioner atau ada unsur lainnya dari setiap jenis data.

55 37 Setelah proses plot data biaya produksi TBS dan pengolahan CPO, PK pada PTPN VIII Kertajaya selesai, maka dilakukan peramalan dengan menggunakan model yang telah ditetapkan. Model peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang secara ilmiah dapat digunakan untuk mengatasi unsur data biaya produksi pada tiap kebun dan pabrik dalam industri perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan identifikasi terhadap pola data biaya produksi bahan baku, biaya pengolahan, harga produk, rendemen CPO dan PK di PTPN VIII yang berpola trend (kecenderungan), musiman, siklis dan faktor acak, maka metode peramalan yang sesuai adalah metode Dekomposisi Multiplikatif. 1. Model Peramalan Dekomposisi Model dekomposisi berusaha memisahkan berbagai komponen yang mempengaruhi pola perilaku deret data. Pemisahan ini bertujuan untuk membantu pemahaman atas perilaku deret data, sehingga dapat dicapai keakuratan peramalan yang lebih baik. Metode dekomposisi merupakan prosedur mengidentifikasi faktor-faktor komponen yang mempengaruhi setiap nilai pada deret. Komponen yang mempengaruhi deret data dapat dikelompokan menjadi empat macam yaitu trend, musiman, siklis, dan faktor acak. Apabila terdapat komponen-komponen tersebut dalam suatu deret data maka penggunaan model dekomposisi akan memberikan hasil peramalan yang optimal dan cukup akurat. Model komponen multiplikatif cocok untuk deret waktu yang keragamannya menaik dengan tingkat tertentu. Jadi, nilai deret tersebar sebagaimana trend meningkat. Kelebihan lain dari model ini adalah kemampuannya memberikan ramalan untuk beberapa periode kedepan.

56 38 Penulisan matematis umum dari pendekatan dekomposisi adalah : Y t = f (I t, T t, C t, E t ) Dimana : Y t : Biaya Produksi CPO pada waktu ke-t I t : Komponen musiman pada periode t T t : Komponen trend pada periode t C t : Komponen siklus pada periode t : Komponen galat pada periode t E t a) Model Dekomposisi Multiflikatif Asumsi yang digunakan adalah fluktuasi musiman membesar atau mengecil secara proporsional terhadap trend. Langkah-langkah yang ditempuh untuk model ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan komponen T dan C dengan menghilangkan komponen I dan E yaitu dengan menghitung Center Moving Average (CMA) yang panjangnya L (L = banyak periode dalam satu tahun), sehingga : CMA t = T t *C t 2. Mendapatkan komponen (I t * E t ) yakni : (I t * E t ) = Y t / (T t + C t ) 3. Menghilangkan error dari (It * Et), dengan menghitung rata-rata untuk setiap musim, sehingga diperoleh 1, 2,..., L 4. Seharusnya ( 1, 2,..., L ) = L, jika tidak lakukan normalisasi agar = L, yakni dengan mengalikan masing-masing musim dengan L / ( 1, 2,..., L ), disebut faktor koreksi (FK), dari masing-masing musim. Sehingga diperoleh Indeks Musiman Terkoreksi (IMT), yang berlaku umum yaitu : I 1 = 1 * FK, 2 * FK,..., IL = L * FK

57 39 5. Menghitung deseasonalized dari data (d t ) yakni d t = Y t / I t 6. Gunakan analisis regresi pada deseasonalized data (d t ), untuk mendapatkan model trend yang sesuai (linier, kuadratik, semi log, double log, dan lainlain) dengan CMA t sebagai dependen variabel dan t sebagai independen variabel. Lalu dari model yang sesuai tersebut dugalah nilai trend untuk setiap periode (T t ). 7. Meramalkan nilai t untuk setiap periode, yakni dengan menambahkan berbagai komponen tersebut. Y t = I t * T t, jika C t dianggap tidak ada Untuk mempermudah menerapkan model ini dalam meramalkan data yang ada serta mengatahui tingkat keakuratannya seperti MAD, MAPE dan MSE digunakan program Minitab Analisis Primal Analisis primal dilakukan untuk mengetahui kombinasi pengadaan bahan baku TBS dari tiap sumber dalam pengolahan CPO dan PK yang optimal untuk diproduksi pada Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum. Aktivitas yang tidak termasuk skema optimal akan memiliki nilai reduced cost. Dengan membandingkan antara kombinasi pengadaan bahan baku TBS yang berasal dari kebun sendiri, seinduk dan plasma pada tingkat optimal dengan produksi aktual kebun plasma dapat diketahui alternatif kegiatan pengadaan bahan baku produksi dari tiap sumber yang

58 40 digunakan perusahaan untuk mencapai keuntungan optimal sebelum dan setelah kegiatan replanting dilakukan pada tanaman kelapa sawit kebun Kertajaya Analisis Dual (Status Sumberdaya) Analisis dual dilakukan untuk menilai sumberdaya yang digunakan dalam pengadaan TBS dengan melihat nilai slack/surplus dan nilai dualnya (dual price). Nilai dual (dual price) atau sering disebut dengan harga bayangan (shadow price) menunjukan perubahaan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya yang digunakan berubah sebesar satu satuan. Nilai ini juga menunjukan batas harga tertinggi dari tiap sumberdaya (input) yang masih memungkinkan perusahaan tetap melakukan pembelian. Nilai dual sangat berperan dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal pembelian sumberdaya. Slack/surplus adalah kelebihan atau penurunan keuntungan dari tiap pengadaan sumberdaya yang selama ini dihadapi oleh perusahaan atau organisasi Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan pada saat solusi optimal tercapai. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara : melihat perubahan koefisien fungsi tujuan (laba tiap sumber) dapat diterapkan melalui perubahan koefisien sisi sebelah kanan fungsi kendala (ketersediaan sumber daya tertentu). Analisis ini berguna untuk mengetahui pengaruh perubahan pada tingkat keuntungan ketersediaan sumberdaya perusahaan tidak akan mengubah solusi optimal yang telah didapat. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan minimum (allowable decrease) dan selang kepekaan maksimum (allowable increase). Semakin sempit

59 41 selang kepekaan tingkat keuntungan atau ketersediaan sumberdaya, menunjukan bahwa nilai tersebut paling peka dalam mengubah solusi optimal. Batas minimum pada fungsi tujuan menunjukkan besarnya batas penurunan nilai koefisien fungsi tujuan tanpa merubah hasil pemecahan optimal. Demikian juga sebaliknya, batas maksimum pada fungsi tujuan menunjukkan besarnya batas peningkatan nilai koefisien fungsi tujuan tanpa merubah hasil optimal. Jika perubahan-perubahan yang terjadi masih berada di dalam selang kepercayaan, maka kondisi optimal relatif stabil. Batas minimum pada kendala sebelah kanan menunjukkan besarnya batas penurunan nilai kendala sebelah kanan tanpa merubah nilai dual. Demikian juga, batas maksimum pada kendala sebelah kanan menunjukkan besarnya batas peningkatan nilai kendala sebelah kanan tanpa merubah nilai dual. Jika perubahan-perubahan yang terjadi masih berada di dalam selang kepercayaan, maka nilai dual valid Analisis Post Optimal Analisis post optimal dilakukan untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang diperoleh dari kombinasi pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PK di PTPN VIII Kertajaya jika terjadi perubahan terhadap parameter yang membentuk model. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis post optimal dengan satu skenario. Skenario yang digunakan adalah mengetahui pengaruh penerimaan keuntungan terhadap aktivitas pengadaan bahan baku TBS dan alokasi sumberdaya. Perubahan tersebut adalah penurunan potensi produksi bahan baku TBS dari kebun sendiri sebesar 80% dari jumlah tanaman

60 42 kelapa sawit yang produktif sebelum dan sesudah kegiatan Replanting dilakukan oleh pihak perusahaan Formulasi dan Pengukuran Data Data yang dianalisis digolongkan ke dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala. Pengelompokan data dan peformulasian model yang digunakan adalah sebagai berikut: Fungsi Tujuan Fungsi tujuan pada penelitian dirumuskan untuk mengoptimalkan pasokan bahan baku TBS ke pengolahan produksi CPO dan PK dengan memaksimalkan keuntungan dilihat dari total penerimaan dari produksi TBS dikurangi biaya produksi pengolahan CPO dan PK total untuk tiap sumber dengan harga jual TBS pada dua tahapan waktu. Nilai keuntungan yang diperhitungkan adalah keuntungan sebelum dikurangi biaya tetap, biaya umum dan biaya langsung atau disebut juga laba kotor. Hal ini mengingat biaya tetap tidak berubah sesuai perubahan jumlah produksi sehingga sesuai dengan asumsi yang mendasari program linier. Tahapan waktu pertama yaitu tahun 2007 adalah tahun ke-27 kegiatan produksi tanaman kelapa sawit yang berasal dari kebun sendiri telah menurun tajam dikarenakan melewati umur ekonomisnya, sehingga perlu dilakukan kegiatan replanting. Pada tahap waktu kedua terjadi pada tahun 2011, yaitu tahun ke tiga setelah dilakukan kegiatan Replanting pada tanaman yang telah menghasilkan pada kelas lahan 3 yang dilakukan pada kebun sendiri. Tanaman yang telah diremajakan telah mulai menghasilkan dan tanaman lama dari kebun sendiri seinduk dan plasma masih menghasilkan dengan tingkat produksi tinggi.

61 43 Kedua tahapan waktu yang dipilih dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penentuan kebijakan perusahaan kedepan dalam mencapai keuntungan maksimum perusahaan dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada di perusahaan. Formulasi model optimalisasi pengadaan bahan baku TBS sebelum dan setelah Replanting dengan menggunakan program linier sebagai berikut: Maksimumkan : Z = (TR TC) X ij Z = (76%( P α+ P β ) X ) C X 3 Z = ( B X ) J= 12 ij ij Z = B X + B X B X CPOJ KernelJ ij ij ij ij ij Keterangan: Z P CPOJ P Kernel j : Nilai fungsi tujuan (Rp) keuntungan yang ingin dimaksimumkan : Harga rata-rata CPO pada bulan ke-j (Rp/kg CPO) : Harga rata-rata Kernel pada bulan ke-j (Rp/kg Kernel) α : Tingkat rendemen produk CPO pada bulan ke-j (%) β : Tingkat rendemen produk Kernel pada bulan ke-j (%) B C ij X ij : Harga penjualan TBS dari setiap kebun pada bulan ke-j (Rp/kg) : Biaya Total Produksi Tandan Buah Segar setiap bulan (Rp/Kg) : Kegiatan pengadaan TBS, yaitu jumlah bahan baku yang akan disuplai oleh sumber ke i pada bulan ke-j i : Sumber bahan baku ke-i (kebun sendiri Kertajaya, kebun seinduk dan kebun plasma) J : Bulan ke-j ; 1,2, (Januari,... Desember) 76% : Koefisien yang telah menjadi ketetapan Direktorat Jenderal Perkebunan atas nilai rata-rata mutu fraksi TBS dari setiap kebun

62 Kendala-kendala A. Kendala Kapasitas Produksi Maksimal Pabrik Pabrik kelapa sawit PTPN VIII Kertajaya mempunyai kapasitas terpasang sebesar 30 ton TBS/jam. Kapasitas produksi ini merupakan pembatas, sehingga pabrik tidak dapat berproduksi melebihi kapasitasnya. Dalam kegiatan pengolahan TBS yang dilakukan oleh PTPN VIII Kertajaya diasumsikan pengolahan berjalan adalah 22 jam setiap harinya dan 25 hari setiap bulannya. Sehingga kapasitas nyata pabrik setiap bulannya adalah : 30 ton TBS/Jam x 22 jam/hari x 25 hari/bulan = kg/bulan. Kegiatan replanting yang akan dilakukan pada awal tahun 2007 secara langsung berdampak pada rencana peningkatan kapasitas pabrik menjadi 60 ton TBS/Jam. Sehingga mulai tahapan waktu ke 2, kapasitas nyata pabrik adalah 60 ton TBS/Jam x 22 jam/hari x 25 hari/bulan yaitu kg/bulan. Fungsi kendala kapasitas produksi maksimal pabrik dapat dirumuskan sebagai : X ij Bj X ij = B j = Variabel keputusan, yaitu jumlah bahan baku yang dipasok ke pabrik dari sumber ke i pada bulan ke j (kg/bln) Kapasitas nyata pabrik pada bulan ke-j (kg/bulan) B. Kendala Potensi Produksi TBS Kebun Sendiri yang Belum Mengalami Kegiatan Replanting Penggunaan bahan baku disesuaikan berdasarkan potensi TBS kebun sendiri dan seinduk lama yang merupakan hasil perkalian produktivitas tanaman kelapa sawit klon DxP yang bersumber dari PPKS dalam ton/tahun/ha dengan luas areal

63 45 tanaman kelapa sawit yang belum mengalami replanting. Pembagian potensi produksi perbulan didasarkan pada potensi produksi perbulannya menurut Dirjen Perkebunan, tahun 1988, yaitu bulan Januari, Oktober, November dan Desember sebesar 11% dari total produksi per tahun, bulan Februari, Maret, April, Agustus, dan September sebesar 8% dari total produksi per tahun, dan bulan Mei, Juni, dan Juli sebesar 5% dari total produksi per tahun. Potensi produksi ini adalah pembatas bagi kebun sendiri Kertajaya untuk mensuplai TBS ke pabrik. Dalam hal ini sumber pengadaan bahaan baku yang ada tidak akan mensuplai melebihi potensi yang ada. 1. Potensi Produksi Kebun Sendiri 100% Berdasarkan data tahun 2005, 2006 dan 2007 dapat dilihat bahwa produksi bahan baku TBS kebun sendiri selama ini hampir 100% dari potensi produksi. Sehingga produksi TBS tahun berikutnya diasumsikan hasilnya mencapai 100%, dengan formulasi fungsi kendalanya dapat dirumuskan menjadi : X B 1 j ij X 1j = Jumlah bahan baku yang dapat dipasok dari kebun sendiri yang belum mengalami replanting pada bulan ke-j (kg/bulan). B ij = Potensi produksi TBS dari kebun sendiri pada bulan ke-j (kg) 2. Potensi Produksi Kebun Sendiri 80% Dengan mengasumsikan bahwa keadaan kebun sendiri PTPN VIII Kertajaya adalah ideal, dan hasil kebun tersebut harus diserap oleh pabrik secara maksimal, sehingga perlu adanya batas minimal hasil kebun tersebut diserap oleh pabrik. Sehingga fungsi linier kendala ini dapat dirumuskan seperti berikut.

64 46 X C 1 j i j X 1j = Jumlah bahan baku yang dapat dipasok oleh kebun sendiri yang belum mengalami replanting bulan ke-j (kg/bulan). C ij = Potensi produksi bahan baku TBS dari kebun sendiri pada bulan ke- j yang telah dikalikan faktor penyesuaian 80% C. Kendala Potensi Produksi TBS Kebun Sendiri yang Telah Mengalami Replanting Potensi produksi bahan baku TBS dari kebun sendiri yang mengalami replanting adalah potensi produktivitas tanaman kelapa sawit klon DxP berdasarkan umur tanaman dalam satuan ton/tahun/ha, yang bersumber dari PPKS dan dikalikan dengan luas areal tanaman yang mengalami kegiatan replanting. 1. Potensi Produksi Kebun Sendiri Baru 100% Berdasarkan hasil kebun seinduk dan sendiri lama, maka dapat diasumsikan hasil produksi TBS kebun baru setelah replanting dapat mencapai 100%. Sehingga perumusan model linier fungsi kendala adalah : X B 1 j 2 j X 1j = Jumlah TBS yang dipasok oleh kebun sendiri baru pada bulan ke-j (kg/bln). B 2j = Potensi Produksi TBS dari kebun sendiri baru pada bulan ke-j (kg/bln) 2. Potensi Produksi Kebun Sendiri Baru 80 % Dalam mengantisipasi produksi TBS dari kebun sendiri dan seinduk setelah mengalami replanting, perlu dikalikan dengan faktor penyesuaian sebesar

65 47 80% dengan asumsi bahwa produksi TBS kedua kebun tersebut tidak optimal mengingat bahwa potensi produksi tersebut diukur pada kondisi ideal. Fungsi kendala ini dapat dirumuskan sebagai berikut : X C 1 j 2 j X 1j = Jumlah TBS yang dapat dipasok oleh kebun sendiri pada bulan ke-j (kg/bln) C 2j = Potensi produksi TBS dari kebun sendiri pada bulan ke- j (kg/bln) D. Kendala Ketersediaan Kebun Plasma Pasokan bahan baku TBS dari kebun plasma merupakan salah satu alternatif sumber ketersediaan dalam pengolahan CPO dan PK yang sifatnya kontiniu. Berdasarkan data produksi tahun 2006 dan 2007 kebun plasma hanya mampu memasok sebesar 4 % dari total produksi kebun sendiri Kertajaya dan seinduk. Dalam hal ini diasumsikan umur tanaman kelapa sawit kebun seinduk dan plasma adalah sama. Sehingga formulasi model fungsi kendalanya adalah : X 0.04X X 3 j 1 j 2 j X 0.04X 0.04X 0 3 j 1 j 2 j X 1j = Jumlah pasokan bahan baku TBS dari kebun sendiri Kertajaya pada bulan ke-j (kg/bln) X 2j = Jumlah pasokan bahan baku TBS dari kebun seinduk pada bulan ke-j (kg/bln) X 3j = Jumlah Pasokan bahan baku TBS dari kebun plasma pada bulan ke-j (kg/bln)

66 48 E. Kendala Kuota Pembeliaan dari Kebun Plasma Kebijakan yang diambil oleh PTPN VIII Kertajaya dengan menetapkan batas maksimal pembeliaan TBS dari kebun plasma adalah sebesar 100 ton TBS/hari atau kg/bln. Dimana pilihan pembelian ini dapat diambil ataupun tidak oleh perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan potensi produksi dari kebun sendiri dan seinduk. Fungsi kendalanya dapat dirumuskan sebagai berikut : X R 3 j j X 3j = Jumlah bahan baku yang dipasok dari pembelian produksi kebun plasma pada bulan ke-j (kg/bln) R j = Kuota pembelian bahan baku oleh pabrik pada bulan ke-j (kg/bln) F. Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang tersedia tiap bulannya untuk mengolah bahan baku menjadi produk setengah jadi (work in process) perlu diperhitungkan sebagai kendala. Dalam tiap shift terdapat 60 orang tenaga kerja langsung yang mengoperasikan mesin pengolahan, dimana setiap hari terbagi atas 2 shift. Sehingga 1 hari tersedia tenaga kerja 120 orang. Berdasarkan perhitungan 25 hari kerja perbulannya, maka tenaga kerja yang tersedia tiap bulannya adalah orang tenaga kerja langsung. Tenaga kerja ini pada tahun 2007 mengolah kg TBS dan pada tahun berikutnya diasumsikan naik sebesar kg TBS, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap 1 kg TBS pada tahap waktu 1 membutuhkan 0,00018 orang dan 0,0009 orang pada tahap waktu selanjutnya. Sehingga dapat dirumuskan fungsi kendalanya :

67 49 C j X ij M j C j = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah 1 kg TBS pada bulan ke-j (HOK/kg) X ij = Jumlah bahan baku yang dipasok dari sumber ke-i pada bulan ke-j (kg/bln) M j = Ketersediaan tenaga kerja pada bulan ke-j (HOK/bln) Nilai Koefisien untuk kendala ketersediaan tenaga kerja ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengolah satu kilogram TBS dari kebun sendiri, seinduk dan plasma. Nilai ruas kanan (right hand side) dalam kendala jam tenaga kerja lapangan ini adalah ketersediaan tenaga kerja lapangan yang diperhitungkan berdasarkan jumlah jam kerja dalam satu bulan. 4.4 Definisi Operasional Berbagai variabel yang perlu didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini antara lain : a) Afdeling adalah Wilayah kerja suatu perkebunan yang meliputi areal seluas kurang lebih ha (areal datar) atau 800 ha (areal bukit). b) CPO (Crude Palm Oil) adalah hasil olahan pertama yang berasal dari daging buah sawit berbentuk minyak. c) Dura adalah jenis varietas tanaman kelapa sawit. Tanaman varietas dura mempunyai alela homozigot dominan (sh + sh + ) yang menghasilkan cangkang tebal (2-8mm).

68 50 d) Pisifera adalah jenis varietas tanaman kelapa sawit. Tanaman varietas pisifera mempunyai alela homosigot resesif (sh - sh - ) sehingga tidak membentuk cangkang. e) Produktivitas lahan adalah proporsi jumlah Tandan Buah Segar yang dihasilkan dengan luas lahan yang ditebang. Diukur dalam kilogram per hektar. f) Produktivitas minyak sawit (CPO) Indonesia merupakan perbandingan antara total produksi minyak sawit Indonesia dengan luas areal dan dinyatakan dalam satuan ton per hektar (ton/ha). g) Rendemen adalah kadar kandungan minyak dalam setiap brondolan dari Tandan Buah Segar yang telah masak, dinyatakan dalam persen dari CPO, PK h) Tenera adalah jenis varietas tanaman kelapa sawit. Tanaman varietas tenera merupakan hibrida dari dura x pisifera yang mempunyai alela heterozigot (sh + sh - ) sehingga mempunyai cangkang tipis (0,5-4mm) dan dikelilingi cincincincin serat pada mesocrapnya. Varietas tenera lebih disukai untuk penanaman komersial karena kandungan minyak di dalam mesocrap nya lebih tinggi dari pada dura. 4.5 Asumsi-Asumsi 1. Koefisien di dalam model memenuhi asumsi-asumsi dasar dari Linier Programing. 2. Mesin Pengolahan Kelapa Sawit tidak mengalami kerusakan. 3. Produksi TBS dari ketiga kebun untuk menghasilkan CPO dan PK dari Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya PTPN VIII dapat diserap oleh pasar.

69 BAB V KEADAAN UMUM PTPN VIII KERTAJAYA Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PTP Nusantara VII kebun Kertajaya yang mengusahakan perkebunaan kelapa sawit dilengkapi pabrik pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak sawit (CPO) dan kernel (PK) mempunyai tujuan untuk melaksanakan dan menunjang program Pemerintah di bidang pembangunan ekonomi Nasional melalui sektor pertanian khususnya sub sektor Perkebunan. Dalam mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan usaha PTP Nusantara VIII Kebun Kertajaya unit bisnis wilayah I tidak terlepas dari landasan dasar yang dipegang teguh, yaitu dengan menerapkan visi menjadi perusahaan agribisnis global yang dipercaya, mengutamakan kepuasan pelanggan dan kepedulian lingkungan dengan berlandaskan kepada mutu dan produktivitas tinggi, serta didukung oleh sumber daya manusia yang profesional. Sedangkan misi yang ditetapkan perusahaan adalah mengelola perusahaan sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG) untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan ramah lingkungan yang senantiasa berkembang dan lestari sebagai karya sumber daya manusia yang handal dalam upaya memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. 5.1 Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Kertajaya berbentuk perseroan terbatas berdasarkan PP No. 34/1971. PTPN VIII kebun Kertajaya dirintis

70 52 pembangunannya pada tahun 1981 berdasarkan SK Direksi PT Perkebunan XI dengan No. XI/K1/SK/28/1981 seiring ditetapkannya wilayah Banten Selatan sebagai lokasi Perkebunan inti dan plasma melalui SK Mentri Keuangan No. 402/KMK/011/1979 serta SK Gubernur Tingkat I Jawa Barat No. 1203/PM- 120/1980 tentang penetapan lokasi dan penyediaan lahan untuk proyek PIRBUN (Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan). Sebagai unit usaha PT Perkebunan Nusantara VIII Perkebunan Kertajaya didwifungsikan oleh pemerintah sebagai inti bagi pengembangan kebun plasma dengan pola PIRBUN V Banten Selatan. Proyek perkebunan ini meliputi wilayah kecamatan Gunung Kencana, Malingping, Cijaku, Banjarsari dan Panggarangan yang berada di wilayah Kabupaten Lebak dengan luas areal 3.299,35 Ha dan yang termasuk wilayah Kabupaten Pandeglang meliputi Kecamatan Munjul, Cikeusik dan Cibaliung dengan luas areal 2.768,83 Ha. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Perkebunan Negara VIII No. SK/DI/818/IX/2006 menetapkan penggabungan kebun Sanghyangdamar menjadi satu kebun dengan kebun Kertajaya. Hal ini terkait dengan upaya meningkatkan produksi TBS dari kebun Sendiri (Kertajaya), dan seinduk sebagai bahan baku utama Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya dengan kapasitas olah terpasang 30 ton TBS per jam. 5.2 Keadaan Fisik Kebun Kertajaya Kebun Kertajaya berada di Jalan Raya Malingping, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak dengan luas ,82 Ha yang terdiri dari ,64 Ha tanaman kelapa sawit kebun sendiri dan seinduk (Kertajaya, Bojong Datar, Cisalak, Cikasungka, Sukamaju, Ciater), 6.067,30 Ha tanaman kelapa sawit kebun

71 53 plasma (Kertahaja Lebak dan Pandeglang) dan 0,876 Ha merupakan areal perumahan, jalan, lapangan dan lain-lain. Peta lokasi PTPN VIII kebun Kertajaya, Lebak, Banten dapat dilihat pada Lampiran 3. Secara geografis kebun Kertajaya terletak pada garis LS dan diantara BT dengan ketinggian meter dari permukaan laut. Berdasarkan hasil riset PPKS Medan secara geologis areal kebun tergolong dalam formasi tersier dengan batuan liat dan batuan pasir. Sedangkan secara fisiografi kebun Kertajaya pada umumnya mempunyai bentuk daerah datar (rata) hingga bergelombang, sedikit berbukit dan bergelombang, jenis tanahnya aluvial coklat, podsolik coklat kekuningan, podsolik merah kekuningan, curah hujan rata-rata dalam lima tahun terakhir berkisar mm yang tidak merata sepanjang tahun dan berjarak 90 Km dari Serang-Banten. 5.3 Struktur Organisasi Organisasi kebun Kertajaya dibentuk dengan sistem pelimpahan wewenang dan pertanggungjawaban secara vertikal menurut jenjang jabatan yang terdiri dari unsur pimpinan, karyawan pelaksanan I dan II dan tenaga kerja anemaren/karyawan lepas matuh. Kebun Kertajaya dipimpin oleh seorang Administratur yang bertanggung jawab atas kelancaran tugas operasional kebun dan pengolahan serta hasil yang dicapai sesuai kebijakan Direksi PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, administratur dibantu oleh seorang Sinder Kepala, Masinis Kepala, Sinder Tata Usaha dan Keuangan (TUK), Sinder Teknik dan Sinder Pabrik.

72 54 Sinder Kepala dan Masinis kepala berfungsi sebagai wakil Adminstratur dan bertugas mengkoordinasi pengelolaan produksi, pemeliharaan tanaman, CPO, Palm Kernel sesuai kebijakan direksi dan arahan Administratur. Sinder kepala langsung membawahi sinder-sinder Afdeling kebun untuk setiap areal wilayah kelapa sawit kebun Kertajaya (Sendiri) dan seinduk. Sinder Afdeling kebun akan menangani eksploitasi hasil tanaman, pemeliharaan areal perkebunan dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) maupun tanaman yang belum menghasilkan (TBM). Dalam melaksanakan tugasnya, masing-masing sinder kebun dibantu oleh mandor besar pemeliharaan, panen dan tata usaha kebun. Sinder tata usaha dan keuangan membawahi petugas kesehatan, petugas tata buku induk, petugas gudang, petugas tanaman, petugas gudang, petugas pengadaan dan petugas umum. Sedangkan sinder teknik membawahi tata usaha teknik, mandor besar transportasi/bengkel umum, mandor besar sipil, mandor besar listrik, instalasi dan pembangkit, mandor besar alat berat, mandor besar reparasi pabrik. Sinder pabrik membawahi tata usaha pabrik, mandor besar produksi shift I dan II, krani timbang, mandor sortasi buah, mandor besar shift laboratorium, sta pencaca buah, sta thereser, sta Dep. Carter, sta minyakan, treatmen, sta rebusan, sta scrw, sta pengolah biji, sta boiller, sta power hause, hopper tandan kosong dan fat fit. Struktur organisasi dan deskripsi tugas, wewenang, tanggung jawab dalam PTPN VIII Kertajaya terdapat di Lampiran Keadaan Karyawan Kebun Kertajaya Karyawan yang terserap oleh perkebunan Kertajaya terdiri atas beberapa golongan yang berbeda dalam pekerjaan, gaji maupun tunjangan yang diperoleh.

73 55 Penggolongan karyawan tersebut adalah karyawan staf, non staf, karyawan tetap, karyawan lepas matuh dan tenaga kerja borong. Karyawan staf berjumlah 10 orang, termasuk dalam golongan IIIA-IVD yang merupakan jajaran karyawan di kantor direksi yang terdiri atas unsur pimpinan yaitu adminstratur, sinder kepala, sinder TUK, sinder Teknik dan sinder Pabrik. Karyawan staf memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki gaji tetap, tunjangan kesehatan maupun tunjangan keluarga dan memilliki tunjangan jabatan apabila menduduki jabatan fungsional. Karyawan staf juga memiliki hak cuti, hak memperoleh masa persiapan pensiun dan mendapatkan uang balas jasa apabila telah memasuki masa pensiun. Selain itu, karyawan non staf berjumlah 162 orang, termasuk dalam golongan IB-IID merupakan karyawan perusahaan yang telah memiliki gaji yang tetap setiap bulan untuk hari kerja yang ditetapkan. Selain gaji, karyawan dan keluarga juga menerima fasilitas tunjangan kesehatan dari perusahaan berupa tunjangan penuh biaya pengobatan di rumah sakit yang telah ditunjuk oleh perusahaan. Akan tetapi, karyawan non staf tidak mendapatkan tunjangan jabatan seperti yang diterima oleh karyawan staf. Karyawan non staf adalah unsur pelaksana yang terdiri dari karyawan tetap yang ditetapkan di kantor, di afdeling, di bagian teknik dan pabrik pengolahan. Karyawan tetap berjumlah 199 orang, termasuk dalam golongan IA yang merupakan karyawan perusahaan yang telah memiliki hari kerja yang tetap. Karyawan tetap tersebut adalah unsur pelaksana yang terdiri atas karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan teknis maupun non teknis, seperti tenaga pemeliharaan tanaman, tenaga teknik, tenaga panen, tenaga pabrik, staf kantor yang dibayar penuh oleh perusahaan sesuai jumlah hari kerja karyawan

74 56 yang bersangkutan. Karyawan lepas merupakan karyawan yang upah kerja diterima memperhitungkan jumlah hadir dari karyawan yang bersangkutan. Tenaga kerja borong merupakan tenaga kerja yang bersifat musiman. Karyawan tenaga kerja borong berjumlah 306. Tenaga kerja ini ada apabila terdapat pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga kerja seperti pada masa pembukaan areal baru dan pada masa penanaman. Upah yang diberikan berdasarkan jumlah hari kerja dari setiap tenaga kerja yang bersangkutan. Karyawan honorer yang bekerja di PTP Nusantara VIII kebun Kertajaya berjumlah 53 orang. Karyawan honorer merupakan tenaga kerja yang dibutuhkan pada bidangnya dan upah yang diberikan secara bulanan atau dalam waktu tertentu, serta memiliki keterikatan dengan surat perjanjian kontrak kerja. 5.5 Kegiatan Budidaya Tanaman Pembukaan Lahan Proses pembukaan areal perkebunan kelapa sawit yang berasal dari bekas areal tanaman perkebunan seperti karet, coklat atau relatif mudah jika dibandingkan dengan pembukaan areal perkebunan kelapa sawit yang berasal dari alang-alang maupun hutan. Hal ini dikarenakan jumlah tanaman yang harus ditebang relatif lebih sedikit atau pertumbuhannya relatif lebih seragam. Selain itu, jalan-jalan serta petak-petak kebun telah tersedia. Pembukaan lahan untuk penanaman kelapa sawit di kebun Kertajaya dilakukan secara manual, yakni dengan menebang pohon dengan menggunakan gergaji mesin atau membabat. Pada dasarnya kegiatan pembukaan lahan dapat

75 57 dilakukan dengan dua cara, yakni secara manual dan kimiawi. Pembukaan lahan secara kimiawi dilakukan dengan cara memberikan racun kedalam batang pohon. Kegiatan penebangan ini diikuti dengan merumput dan memperbaiki atau membangun sarana jalan yaitu jalan utama, jalan angkutan produksi dan jalan kontrol. Jalan utama adalah jalan yang menghubungkan afdeling ke pabrik pengolahan atau dari pusat kebun ke luar kebun. Jalan angkutan produksi adalah jalan panen yang dibuat ditengah blok tegak lurus menghadap baris tanaman. Sedangkan jalan kontrol merupakan jalan yang dibangun untuk memudahkan sistem pengawasan yang diperlukan oleh semua unsur dari mandor pengawas dan pihak yang berkepentingan Penanaman Kegiatan penanaman dilakukan setelah lahan disiapkan dan memenuhi kriteria layak tanam atau dengan kata lain memasuki awal musim hujan. Kualitas bibit harus baik dan bibit yang abnormal sebaiknya dipisahkan atau dihancurkan dengan cara membakarnya pada lahan terbuka. Perlakukan terhadap bibit selama pembibitan dan pengangkutan harus diperhatikan agar kualitas bibit terjaga. Banyaknya bibit yang ditanam harus disesuaikan dengan kemampuan tenaga kerja yang ada, alat pengangkutan, kondisi jalan, iklim dan lain-lain agar pertumbuhan tanaman serentak. Sebelum kegiatan penanaman tanaman kelapa sawit dilakukan terlebih dahulu diatur jarak tanam yang digunakan untuk tanaman kelapa sawit di Kebun Kertajaya adalah 9,3 x 9,4 meter, sehingga dalam satu hektar akan terdapat 130 pohon. Pembuatan lubang tanaman ini lima bulan sebelum penanaman dilakukan

76 58 agar pemeriksaan mudah dilakukan, baik untuk memeriksa jumlah lubang maupun ukuran lubang. Dikarenakan kondisi lahan yang bergelombang, dibuat sistem teras sebagai langkah pengawasan tanah untuk lahan Kebun Kertajaya yang topografi tanahnya bergelombang. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau pertumbuhan yang kurang baik, agar tidak ada lubang yang dibiarkan kosong tidak ditanami. Perlunya dilakukan kegiatan sensus pohon untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman dan jenis penanggulan hama dan penyakit yang menghambat pertumbuhan tanaman Smerupakan salah satu bagian dari kegiatan penyulaman Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) antara lain meliputi kegiatan penyiangan, pemeliharaan teras, jalan, jembatan dan saluran air, pemberantasan hama dan penyakit, serta pemupukan. Penyiangan dilakukan dengan cara yaitu buru lalang dan merumput baik secara manual maupun kimiawi. Untuk mempertahankan struktur tanah dilakukan pemeliharaan teras yang dilakukan dua kali dalam setahun dengan mengangkat tanah yang terhanyut atau longsor keatas teras. Sementara itu ketersediaan unsur hara dijaga dengan kegiatan pemupukan. Kegiatan pemupukan dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan luas areal kelapa sawit, jenis dan dosis pupuknya, cara pemupukannya, daya serap akar tanaman maupun waktu pemupukan. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan di Kebun Kertajaya dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara membenam pupuk ke dalam tanah untuk pupuk organik dan menabur

77 59 pupuk pada diameter tanaman untuk pupuk anorganik. Dosis pemupukan per pohon tanaman belum menghasilkan dapat dilihat pada tabel 6. Setelah tanaman berumur dua tahun. Perlu dilakukan penunasan karena pelapah daun bawah tanaman sudah mulai mengering. Penunasan ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pelaksanaan penyerbukan buatan. Selain itu dilakukan kasterisasi yaitu pembuangan bunga jantan dan betina, yang dimulai pada saat tanaman berumur 14 bulan. Kasterisasai bertujuan untuk mengarahkan tanaman pada pertumbuhan vegetatif, menghemat unsur hara dan air, mengurangi serangan hama dan penyakit serta akan menghasilkan tandan yang lebih sempurna dan lebih berat jika disertai dengan penyerbukan bantuan pada panen pertama. Kegiatan kastrasi ini dilakukan sebulan sekali dan berlangsung selama bulan atau enam bulan sebelum panen perdana dimulai. Tabel 6. Program Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan Kelapa Sawit Menurut Umur Tanaman Umur Dosis Pupuk Tanaman (Bulan) Urea RP MOP Kiserite HGF- Borate 1 0, ,11-0,15 0,10-5 0,11 0,75 0,15 0,10-8 0,23-0,35 0,25 0, ,23 0,75 0,35 0, ,23-0,50 0,50 0, ,34 1,00 0,50 0, ,34-0,75 0,50 0, ,34 1,50 1,00 0, ,46-1,00 0,75 - Sumber : Petunjuk Teknis Budidaya Kelapa Sawit PTPN VIII, 2006

78 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Kegiatan pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) tidak terlalu berbeda dengan pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman belum menghasilakan. Perbedaan terhadap kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan harus dititik beratkan pada kegiatan pemeliharaan jalan, sehingga dalam proses pengangkutan hasil panen tidak mengalami hambatan. Sarana pengangkutan untuk memudahkan pengawasan pada tanaman menghasilkan dan sebagai upaya untuk mempertahankan kualitas Tandan Buah Segar yang akan diolah di pabrik kelapa sawit harus benar-benar diperhatikan agar dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman menghasilkan adalah pemupukan sebagai upaya menambah unsur hara tanah dan mencegah defisiasi. Pada tanaman berumur enam sampai dua belas bulan biasanya kegiatan penyulaman tetap dilakukan untuk mengganti tanaman yang abnormal atau mandul, sehingga populasi pohan per hektar dapat dipertahankan. Kegiatan penunasan dilakukan dengan tujuan membuang pelepah daun yang tidak berguna, mencegah serangan hama penyakit, memperlancar proses penyerbukan alami, serta mempermudah dalam proses pemanenan. Pada tanaman berumur lima sampai sepuluh tahun penunasan dilakukan enam bulan sekali, sedangkan tanaman yang berumur di atas 10 tahun penunasan dilakukan delapan bulan sekali. Selain kegiatan penunasan, kegiatan pemeliharaan dilakukan juga dengan pemberantasan hama dan penyakit dilakukan sistem kontrol terpadu baik secara manual dan kimiawi. Sedangkan untuk pemberantasan hama secara biologis digunakan dengan menanam bunga jam delapan (Tunera sabulatal) sebagai

79 61 tempat hidup inang kumbang (Imogo brachymeria lasus) yang akan menyerang ulat api (Ssetothosea asigna) Panen Kelapa Sawit Kegiatan persiapan panen kelapa sawit tercakup di dalamnya adalah persiapan alat pemanen, pemeliharaan sarana jalan maupun kesiapan tenaga kerja yang akan dibutuhkan. Kegiatan panen di kebun Kertajaya dilakukan dengan sistem harca giring, yakni pemanenan diberi hanca per baris tanaman. Sistem ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan sistem hanca tetap yaitu pelaksanaan panen lebih cepat dam buah cepat sampai ke TPH (Tempat Penampungan Hasil). Rotasi panen adalah 5/7, artinya dalam satu minggu terdapat lima hari panen dan dua hari untuk kegiatan pemeliharaan. Kegiatan ini dilakukan secara bergilir berdasarkan kematangan tandan dengan pola ABCDE. Pengangkutan panen dari kebun dilakukan dengan cara dipikul, sehingga topografi yang berbukit-bukit menyebabkan terjadinya keterlambatan pengumpulan hasil panen hingga mencapai dua hari. Sedangkan TBS harus segara diolah dalam waktu kurun dari 24 jam untuk mendapatkan kandungan Asam Lemak Bebak (ALB) yang rendah. Panen di kebun Kertajaya sudah direncanakan dengan baik supaya tidak terjadi keterlambatan pengumpulan hasil panen meskipun topografinya berbukit-bukit. Pengangkutan hasil panen dari TPH dilakukan dengan menggunakan truk sebagai sarana transportasinya. Kriteria matang panen kelapa sawit yang telah ditetapkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) adalah perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan. Perubahan warna yang terjadi pada tandan buah segar adalah

80 62 dari hijau berubah ke kehitaman kemudian berubah menjadi merah mengkilat/orange. Selain itu, kriteria matang panen juga tergantung pada berat tandan yaitu untuk berat tandan lebih dari 10 kilogram sebanyak satu brondolan per kilogram tandan dan untuk berat kurang dari 10 kilogram sebanyak satu brondolan per kilogram tandan. Mutu panen ditentukan oleh fraksi matang panen seperti terdapat pada Tabel 7. Tabel 7. Fraksi Matang Panen Pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Fraksi Jumlah Brondol Keterangan 00 Tidak ada buah membrondol, buah Sangat mentah berwarna hitam pekat ,5% dari buah luar membrondol, Mentah buah hitam kemerahan 1 12,5-25 % buah luar membrondol, buah Kurang Matang berwarna kemerahan 2 25% - 50% buah luar membrondol, buah Matang 1 berwarna merah mengkilat 3 50% - 75% buah luar membrondol, buah Matang 2 berwarna orange 4 75% - 100% buah luar membrondol Lewat Matang berwarna dominan orange 5 100% buah bagian dalam ikut membrondol Lewat Matang Sumber : Budidaya Kelapa Sawit : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), 2005

81 BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Implikasi Peramalan Dekomposisi Data yang akan diramalkan dengan metode dekomposisi multiplikatif adalah data yang memiliki sifat siklis, trend dan musiman, yaitu data harga CPO dan PK, biaya produksi tanaman kelapa sawit, biaya pengolahan CPO dan PK, Total Produksi TBS yang akan diolah dari Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma. Data yang digunakan untuk meramalkan keempat variabel diatas menggunakan data aktual pada saat sebelum dilakukan kegiatan replanting. Hasil nilai ramalan pada 4 tahun periode waktu kedepan setiap bulan didapat dari nilai model ramalan Yt setelah dilakukan differences dengan nilai lag 4 pada data harga CPO dan PK, dan menggunakan nilai lag 2 pada data biaya produksi dan jumlah produksi TBS. Sehingga data hasil ramalan yang didapat memiliki nilai kesalahan yang kecil Biaya Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Untuk meramalkan biaya produksi tandan buah segar yang belum diremajakan pada tahun 2008, digunakan data tahun 2007 yang didapatkan dari biaya produksi total tandan buah segar (Rupiah) tanpa biaya bahan baku dibagi dengan jumlah total produksi tandan buah segar dari luas areal kebun sendiri Kertajaya (kilogram) per bulan. Setelah dilakukan olah data dengan metode dekomposisi multiplikatif dimana data biaya produksi kelapa sawit aktual mempunyai sifat siklis dan musiman didapatkan hasil ramalan data memiliki sifat trend cenderung naik dengan tingkat kesalahan yang kecil. Data hasil ramalan pada Tabel 8 dan pada Gambar 2 diperoleh nilai MAPE sebesar 11% MAD

82 64 sebesar 356 kg dan MSD 202,491 kg artinya hasil ramalan ini hampir mendekati kenyataannya. Tabel 8. Biaya Produksi Kelapa Sawit Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya (Rp/Kg) Bulan Tahun Januari , , , ,01 Februari , , , ,28 Maret , , , ,2 April , , , ,42 Mei , , , ,65 Juni , ,7 4957, ,4 Juli , , , ,2 Agustus , , , ,77 September , , , ,29 Oktober , , , ,52 Nopember , , ,2 5734,2 Desember , , , ,12 B IA Y A P R O D U KS I (R p/ Kg) M ultiplicative M odel Kebun Sendiri Variab le A c tu al F its T ren d F o rec asts A ccuracy Measures MA PE 11 MA D 356 M S D Jan Jan Jan Jan M o n t h Gambar 2. Grafik Biaya Produksi Aktual dan Ramalan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya (Rp/Kg) Jan Jan Jan Harga CPO dan PK Untuk meramalkan harga produk CPO dan PK yang dihasilkan dari industri pengolahan kelapa sawit, dapat digunakan data tahun 2007 dengan asumsi tingkat inflasi dari tiap tahapan waktu tetap sebesar 6%. Dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4, bahwa harga CPO dan PK mempunyai sifat siklis dan musiman dengan trend cenderung konstan. Data hasil peramalan dekomposisi multiplikatif

83 65 dapat dilihat pada Tabel 9. dengan tingkat kesalahan yang kecil yaitu MAPE 2,4% untuk harga CPO dan 5,3% untuk harga PK yang artinya ramalan ini dapat mendekati kenyataannya. Harga CPO dan PK yang didapat digunakan untuk mencari besarnya nilai pendapatan perusahaan dari menjual CPO dan PK. Tabel 9 Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya Bulan Tahun Januari , , , ,1 Februari , , , ,2 Maret , , , ,8 April , , , ,8 Mei , , , ,9 Juni , , Juli , , , ,6 Agustus , , , ,6 September , , , ,7 Oktober , , , ,9 Nopember , , ,5 H A R G A C R U D E P A L M O I L (R p ) M ultiplicative M odel V ar iab le A c tu al F its T ren d F o rec asts Harga CPO (Rupiah) A c c u r ac y M easu res M A P E 2,4 M A D 127,2 M S D 22985, Ja n Ja n Ja n Ja n M o n t h Gambar 3. Grafik Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII Tabel 10 Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya Bulan TAHUN Januari ,9 6358,1 7576,3 8794,4 Februari ,9 6283, Maret ,8 6704,7 7949,5 9194,3 April ,9 6320,6 7476,2 8631,8 Mei ,1 7982,3 9200,5 Juni ,9 6678, Juli ,8 7119,6 8364,5 9609,3 Agustus ,1 6705,8 7861,4 9017,1 September ,2 8388,4 9606,6 Oktober , ,1 Nopember ,7 7534,6 8779, ,2 Desember , ,6 9402,3 Ja n Ja n Ja n

84 66 Harga Palm Kernel (Rupiah) H A R G A P A L M K E R N E L (R p) Multiplicative Model V ariab le A c tu al F its T ren d F o rec asts A c c u r ac y M easu res MA PE 5,3 MA D 163,3 M S D 37896, Jan Jan Ja n Jan M o nt h Ja n Jan Jan Gambar 4. Grafik Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII Total Produksi TBS Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma Dalam menentukan besarnya profit yang didapatkan untuk memproduksi CPO dan PK diperlukan data input ramalan total produksi TBS dari kebun Kertajaya (Sendiri) pada saat umur tanaman mencapai umur tanam 27 tahun yang belum dilakukan replanting sebagai faktor pengali dengan harga CPO dan PK untuk mendapatkan Total Revenue (TR) setelah dikurangi total biaya produksi. Dapat dilihat pada gambar 5, bahwasanya nilai MAPE yang kecil yaitu 2,71% dapat diketahui bahwa tingkat kesalahan yang diperoleh kecil dan memiliki trend meningkat selain mempunyai sifat musiman dan siklis. Tabel 11. Total Produksi TBS Kebun Kertajaya (Sendiri), Aktual dan Ramalan (Kilogram) Bulan Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

85 67 T O T A L P R O D U K S I K e b u n K E R T A J A Y A ( S e n d i r i) M u ltip lic a tive M o d e l PRODUKSI TBS (Kilogram) Variab le A c tu al F its T r en d F o r e c a sts A c c u r a c y M e asu r e s M A P E 2,71235E + 01 M A D 4,43199E + 05 M S D 2,78783E Ja n Ja n Ja n Ja n M o n t h Gambar 5 Grafik Total Produksi TBS Kebun Kertajaya-Sendiri Aktual dan Ramalan (Kilogram) Ja n Ja n Ja n Implementasi peramalan dekomposisi multiplikatif dilakukan berdasarkan data produksi TBS kebun Seinduk sehingga diketahui nilai profit aktual. Hasil ramalan yang didapatkan untuk memproduksi CPO dan PK dengan bahan baku TBS dari kebun Seinduk belum mengalami replanting digunakan sebagai faktor pengali dengan harga CPO dan PK untuk mendapatkan Total Revenue (TR) setelah dikurangi total biaya produksi. Dapat dilihat pada gambar 6, bahwasanya nilai MAPE yang kecil yaitu 2,20% dapat diketahui bahwa tingkat kesalahan yang diperoleh kecil dan memiliki trend meningkat selain mempunyai sifat musiman dan siklis. Tabel 12. Total Produksi TBS Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan (Kilogram) Bulan Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

86 68 T O TA L P R O D U K S I K e bun S e induk M ultiplicative M odel Produksi TBS (Kilogram) Variab le A c tu al F its T r en d F o r ec asts A ccuracy Measures M A P E 2,20070E + 01 M A D 1,04070E + 06 M SD 2,15249E Ja n Ja n Ja n Ja n M o nt h Gambar 6 Grafik Total Produksi TBS Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan (Kilogram) Ja n Alternatif pasokan TBS untuk memproduksi CPO dan PK selain berasal dari kebun Kertajaya dan seinduk, juga berasal dari produksi kebun plasma sebagai mitra usaha PTPN VIII Kertajaya. Hal ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah dalam meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit dengan perluasan areal perkebunan inti rakyat yang berkelanjutan dan peningkatan kapasitas pengolahan Pabrik Kelapa Sawit. Dapat dilihat pada gambar 7, bahwasanya nilai MAPE dan MAD yang diperoleh kecil yaitu 1,02% dan 201,12 Kg sehingga dapat diketahui bahwa tingkat kesalahan yang diperoleh kecil dan memiliki trend meningkat selain mempunyai sifat musiman dan siklis. Tabel 13. Total Produksi TBS Kebun Plasma Aktual dan Ramalan (Kilogram) Bulan Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Ja n Ja n

87 69 Total Produksi TBS (Kilogrsm) TO TAL PR O DUKS I Kebun Plasma Multiplicative Model Variab le A ctu al F its Tren d F o recasts Accuracy Measures M A P E 1,02573E+02 M A D 2,01128E+06 M S D 5,39156E+12 0 Jan Jan Jan Jan Month Gambar 7 Grafik Total Produksi TBS Kebun Plasma Aktual dan Ramalan (Kilogram) Jan Jan Jan Biaya Pengolahan CPO dan Palm Kernel Untuk meramalkan biaya pengolahan CPO dan PK pada Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya dengan pasokan input yang berasal dari kebun seinduk dan plasma digunakan data tahun Dapat dilihat pada gambar 7, besarnya biaya pengolahan CPO dan PK mempunyai sifat siklis dan musiman dengan trend kecenderungan menaik. Hasil olahan data dapat dilihat pada gambar 8 yaitu nilai MAPE yang kecil sebesar 2,23% dan MAD sebesar 169,42 Kg dengan tingkat kesalahan yang kecil. Data ramalan Biaya Pengolahan CPO dan Palm Kernel merupakan faktor pengurang dalam menentukan besarnya Profit (Laba Kotor) dari pengolahan TBS di Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya. Tabel 14. Total Biaya Pengolahan CPO, PK Aktual dan Ramalan Kertajaya(Rp/kg) Bulan Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

88 70 B ia y a P e n g o la h a n C P O d a n P K -P K S K e rta ja y a M u ltip lic a tive M o d e l Biaya Pengolahan (Rupiah) V a r ia b le A c tu a l F its T r e n d F o r e c a sts A c c u r a c y M e a su r e s M A P E 2, E M A D 1, E M S D 4, E Ja n Ja n Ja n Ja n M o n t h Ja n Ja n Ja n Gambar 8 Grafik Total Biaya Pengolahan CPO, PK Aktual dan Ramalan Kertajaya(Rp/kg) 6.2 Perumusan Model Program Linier Program linier memiliki perumusan model yang terdiri dari perumusan variabel tujuan, fungsi tujuan dan fungsi kendala yang dihadapi oleh PTPN VIII Kertajaya, Lebak. Alternatif pengadaan sumberdaya bahan baku yang dimiliki perusahaan untuk dapat memproduksi crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) pada tahun 2007 dan 2011 merupakan periode dari ruang lingkup penelitian ini, merupakan nilai ruas kanan (Right Hand Side) dalam perumusan fungsi kendala Perumusan Fungsi Tujuan Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kombinasi alternatif pengadaan TBS yang disuplai dari tiap sumber produksi yang dimiliki perusahaan sehingga memberikan tingkat penerimaan perusahaan yang maksimum. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi aktual pada tahun 2006 dan 2007 dan data hasil ramalan setelah empat tahun kegiatan replanting dengan rencana tahap pertama melakukan penanaman ulang pada lahan produktif seluas 500 ha. Keputusan yang dapat dibentuk dalam model program linear ini sebanyak 36 variabel dalam satu tahun dari setiap kebun produksi TBS.

89 71 Koefisien fungsi tujuan merupakan keuntungan setiap kilogram pasokan Tandan Buah Segar yang dipasok dari ketiga sumber bahan baku yaitu kebun Kertajaya, Seinduk dan kebun Plasma. Keuntungan yang dimaksud adalah selisih antara nilai total pengadaan produksi TBS dengan total biaya produksi pengolahan TBS yang diperoleh dari tiga kebun sebagai sumber bahan baku. Lampiran 5-10 menyajikan perolehan keuntungan (Laba Kotor) dari ketiga kebun dalam memproduksi TBS yang diolah Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya dan merupakan koefisien dari tiap variabel untuk memperoleh nilai optimalnya. Berdasarkan uraian di atas, sehingga fungsi tujuan dari model program linier untuk memaksimumkan keuntungan dalam dua periode (2007 dan 2011) dapat dirumuskan sebagai berikut : Tahap Waktu 1 (2007) Max: 713X11+718X12+744X13+795X14+841X15+899X16+879X17+789X X19+993X X X X21+723X22+753X X24+847X25+903X26+880X27+790X28+827X29+995X X X X31+721X32+751X33+799X34+844X35+901X X37+785X38+823X39+995X X X312 Tahap Waktu 2 (2011) Max: 2962X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X312 Keterangan : X 11 X 112 = Produksi TBS sebagai bahan baku CPO dan PK yang berasal dari Kebun Sendiri Kertajaya bulan Januari Desember X 21 X 212 = Produksi TBS sebagai bahan baku CPO dan PK yang berasal dari Kebun Seinduk bulan Januari Desember X 31 X 312 = Produksi TBS sebagai bahan baku CPO dan PK yang berasal dari Kebun Plasma bulan Januari Desember

90 Perumusan Fungsi Kendala Kendala dalam model program linier untuk optimalisasi perencanaan pengadaan TBS yang berasal dari alternatif sumber daya kebun dalam pengolahan TBS di PKS kertajaya meliputi kapasitas produksi maksimal, potensi produksi TBS kebun sendiri yang sebagian sudah di replanting dan belum di replanting pada potensi 100% dan 80%, kendala ketersediaan kebun plasma, kendala kuota pembelian dari kebun plasma, dan ketersediaan tenaga kerja di Pabrik Pengolahan PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya. Fungsi kendala yang digunakan dalam penyelesaian program linear ini selengkapnya akan disajikan pada Tabel pada tiap tahapan waktu (2007 dan 2011). A. Kendala Kapasitas Maksimal Pabrik Koefisien fungsi yang digunakan dalam mengolah TBS adalah benilai satu karena kapasitas maksimal pabrik kelapa sawit sama. Nilai sebelah kanan kendala (right hand side) dari persamaan kendala ini merupakan hasil penggalian kapasitas pabrik dengan waktu pengolahan dalam satu hari dan dikalikan dengan hari beroperasi dalam 1 bulan produksi. Berdasarkan uraian diatas model fungsi kendala kapasitas pabrik dalam 2 tahapan waktu dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Kendala Kapasitas Maksimal Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya No. Bulan Tahapan waktu 1 Tahapan Waktu 2 1 Januari X 11 +X 21 +X X 11 +X 21 +X Februari X 12 +X 22 +X X 12 +X 22 +X Maret X 13 +X 23 +X X 13 +X 23 +X April X 14 +X 24 +X X 14 +X 24 +X Mei X 15 +X 25 +X X 15 +X 25 +X Juni X 16 +X 26 +X X 16 +X 26 +X Juli X 17 +X 27 +X X 17 +X 27 +X Agustus X 18 +X 28 +X X 18 +X 28 +X September X 19 +X 29 +X X 19 +X 29 +X Oktober X 110 +X 210 +X X 10 +X 210 +X November X 111 +X 211 +X X 111 +X 211 +X Desember X 112 +X 212 +X X 112 +X 212 +X

91 73 B. Kendala Potensi Produksi TBS Kebun Sendiri 100 % dan 80 % yang Belum Dilakukan Replanting Koefisien fungsi potensi produksi TBS dari kebun seinduk yang belum dilakukan replanting dalam memproduksi CPO dan PK bernilai satu, karena produknya sama. Nilai sebelah kanan kendala (RHS) diperoleh dari potensi produksi TBS kebun seinduk pada luas lahan 2.405,93 ha dikalikan prosentase potensi produksi per bulan yang dapat dilihat pada lampiran 11. Berdasarkan uraian diatas didapatkan model fungsi kendala potensi produksi TBS 100% dan 80 % tahapan waktu 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17 di bawah ini. Tabel 16 Kendala Potensi Produksi 100%TBS Kebun Sendiri Kertajaya No. Bulan Tahapan waktu 1 Tahapan Waktu 2 1 Januari X X 11 = 0 2 Februari X X 12 = 0 3 Maret X X 13 = 0 4 April X X 14 = 0 5 Mei X X 15 = 0 6 Juni X X 16 = 0 7 Juli X X 17 = 0 8 Agustus X X 18 = 0 9 September X X 19 = 0 10 Oktober X X 110 = 0 11 November X X 111 = 0 12 Desember X X 112 = 0 Tabel 17 Kendala Potensi Produksi 80% TBS Kebun Sendiri Pada Analisis Post Optimal No. Bulan Tahapan waktu 1 Tahapan Waktu 2 1 Januari X X 11 = 0 2 Februari X X 12 = 0 3 Maret X X 13 = 0 4 April X X 14 = 0 5 Mei X X 15 = 0 6 Juni X X 16 = 0 7 Juli X X 17 = 0 8 Agustus X X 18 = 0 9 September X X 19 = 0 10 Oktober X X 110 = 0 11 November X X 111 = 0 12 Desember X X 112 = 0

92 74 C. Kendala Potensi Produksi TBS Kebun Seinduk 100% dan 80% Setelah Dilakukan Replanting Kegiatan Replanting yang diambil oleh pihak direksi berperan penting dalam upaya memasok kebutuhan TBS sebagai bahan baku industri pengolahan CPO dan PK yang dilakukan di Kebun Kertajaya. Adapun rencana luas lahan yang akan di replanting pada tahap pertama tahun 2007 sebesar 500 ha dengan asumsi biaya total produksi untuk luasan areal yang di replanting selama tiga tahun sama dengan biaya total produksi kebun sendiri lama sebelum di replanting. Berdasarkan uraian diatas model fungsi kendalanya terdapat pada Tabel Tabel 18 Kendala Potensi Produksi Kebun Sendiri 100% TBS Setelah Replanting No. Bulan Tahapan waktu 1 Tahapan Waktu 2 1 Januari X 11 = 0 X Februari X 12 = 0 X Maret X 13 = 0 X April X 14 = 0 X Mei X 15 = 0 X Juni X 16 = 0 X Juli X 17 = 0 X Agustus X 18 = 0 X September X 19 = 0 X Oktober X 110 = 0 X November X 111 = 0 X Desember X 112 = 0 X Tabel 19 Kendala Potensi Produksi Kebun Sendiri 80% TBS Setelah Replanting Pada Analisis Post Optimal No. Bulan Tahapan waktu 1 Tahapan Waktu 2 1 Januari X 11 = 0 X Februari X 12 = 0 X Maret X 13 = 0 X April X 14 = 0 X Mei X 15 = 0 X Juni X 16 = 0 X Juli X 17 = 0 X Agustus X 18 = 0 X September X 19 = 0 X Oktober X 110 = 0 X November X 111 = 0 X Desember X 112 = 0 X

93 75 D. Kendala Ketersediaan TBS Kebun Plasma sebesar 4% dan Kuota Pembelian dari Kebun Sendiri dan Seinduk. Pasokan TBS yang berasal dari kebun plasma hanya dapat memasok 4 % dari total pasokan bahan baku kebun sendiri dan seinduk. Kebijakan manajer kebun (Administratur) dengan menetapkan kuota pembelian pada tahap waktu 1 diasumsikan sama pada tahap waktu 2, sehingga 0,04 merupakan koefisien fungsi kendala yang sama nilainya setiap bulan. Total pasokan TBS dari kebun plasma adalah kg merupakan kendala dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan keuntungan dari memproduksi CPO dan PK yang akan dihasilkan oleh PKS PTPN VIII Kertajaya. Adapun model fungsi kendala dari ketersediaan kebun plasma 4 persen dan penetapan kuota pembelian dari PKS PTPN VIII Kertajaya dapat dilihat kedua pada Tabel 20 dan 21 di bawah ini. Tabel 20 Kendala Ketersediaan Kebun Plasma 4% dari Kebun sendiri dan seinduk No. Bulan Tahapan waktu 1 dan 2 1 Januari X 31 0,04 X 11 0,04X Februari X 32 0,04 X 12 0,04X Maret X 33 0,04 X 13 0,04X April X 34 0,04 X 14 0,04X Mei X 35 0,04 X 15 0,04X Juni X 36 0,04 X 16 0,04X Juli X 37 0,04 X 17 0,04X Agustus X 38 0,04 X 18 0,04X September X 39 0,04 X 19 0,04X Oktober X 310 0,04 X 110 0,04X November X 311 0,04 X 111 0,04X Desember X 312 0,04 X 112 0,04X Tabel 21 Kendala Kuota Pembelian TBS Dari Kebun Plasma No. Bulan Tahapan waktu 1 dan 2 1 Januari X Februari X Maret X April X Mei X Juni X

94 76 Lanjutan Tabel 21 Kendala Kuota Pembelian TBS Dari Kebun Plasma No. Bulan Tahapan waktu 1 dan 2 7 Juli X Agustus X September X Oktober X November X Desember X E. Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja Tenaga kerja penting diperhitungkan sebagai kendala karena bagian dari sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Koefisien fungsi tenaga kerja pada tahapan waktu 1 dan 2 diperoleh dari penggunaan tenaga kerja langsung (HOK) bagian pengolahan dibagi dengan jumlah TBS yang diolah untuk menghasilkan CPO dan PK dalam satu bulan dari setiap kebun. Sedangkan nilai sebelah kanan kendala diperoleh dari jumlah total ketersediaan tenaga kerja pada bulan ke-j (HOK/bulan) yang diasumsikan tetap (nilai turn over karyawan = 0) pada 2 tahapan periode waktu. Perumusan model kendala tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja No. Bulan Tahapan waktu 1 Tahapan Waktu 2 1 Januari 0,00018X 11 +0,00018X 21 +0,00018X ,0009X 11 +0,0009X 21 +0,0009X Februari 0,00018X 12 +0,00018X 22 +0,00018X ,0009X 12 +0,0009X 22 +0,0009X Maret 0,00018X 13 +0,00018X 23 +0,00018X ,0009X 13 +0,0009X 23 +0,0009X April 0,00018X 14 +0,00018X 24 +0,00018X ,0009X 14 +0,0009X 24 +0,0009X Mei 0,00018X 15 +0,00018X 25 +0,00018X ,0009X 15 +0,0009X 25 +0,0009X Juni 0,00018X 16 +0,00018X 26 +0,00018X ,0009X 16 +0,0009X 26 +0,0009X Juli 0,00018X 17 +0,00018X 27 0,00018X ,0009X 17 +0,0009X 27 +0,0009X Agustus 0,00018X 18 +0,00018X 28 +0,00018X ,0009X 18 +0,0009X 28 +0,0009X September 0,00018X 19 +0,00018X 29 +0,00018X ,0009X 19 +0,0009X 29 +0,0009X Oktober 0,00018X ,00018X ,00018X ,0009X ,0009X ,0009X November 0,00018X ,00018X ,00018X ,0009X ,0009X ,0009X Desember 0,00018X ,00018X ,00018X ,0009X ,0009X ,0009X

95 Hasil Optimal Analisis Primal Pada setiap perencanaan pengadaan Tandan Buah Segar yang dilakukan oleh pihak manajemen pabrik kelapa sawit PTPN VIII Kertajaya selalu dibatasi oleh berbagai macam kendala. Diketahuinya nilai variabel-variabel kendala yang mempengaruhi dalam pencapaian tujuan yang diperoleh perusahaan, maka diperoleh hasil optimal dengan menggunakan program LINDO. Output solusi optimal dapat dilihat dari kombinasi alternatif pengadaan bahan baku dari beberapa pilihan (analisis primal), status sumberdaya (analisis dual) dan analisis sensitivitas pada tahun 2007 dan Pada Lampiran 12 dapat terlihat hasil olah data laba kotor yang diterima oleh PTPN VIII Kertajaya dari aktifitias pengadaan produksi TBS pada kondisi aktual dan optimal yang dicapai oleh perusahaan pada tahun 2007 dan 2011 dengan dibatasi oleh kendala yang ada. Dalam penelitian ini, variabel keputusan yang ingin diketahui adalah jumlah produksi dari masing-masing kebun sumber pengadaan TBS setiap bulan yang seharusnya dapat disuplai agar dapat mencapai keuntungan maksimum sebelum dan sesudah kegiatan replanting. Kondisi optimal yang dimaksud adalah hasil penggambaran model terhadap pemanfaatan jumlah pengadaan TBS yang berasal dari ketiga kebun sumber pengadaan bahan baku dengan kendala-kendala yang membatasi, sedangkan kondisi aktual adalah kondisi yang sebenarnya terjadi di PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten. Berdasarkan hasil olahan data pada Lampiran 12 bahwa kondisi aktual yang dialami oleh perusahaan memiliki selisih cukup besar dibandingkan kondisi optimalnya. Total perolehan laba kotor dari pengadaan TBS aktual perusahaan pada tahun 2007 sebesar Rp/Kg dan pada kondisi optimal perusahaan

96 78 mampu memperoleh penerimaan sebesar Rp/kg. Sedangkan pada tahun 2011 setelah kegiatan replanting dilaksanakan perusahaan akan mendapatkan laba kotor dari pengadaan TBS pada kondisi aktual sebesar Rp/kg dan pada kondisi optimal sebesar Rp/kg. Sehingga pada tahun 2007 dan 2011 memiliki selisih sebesar Rp/kg dan Rp/kg. Adanya perbedaan besar laba kotor pengadaan bahan baku TBS dari masingmasing kebun dalam kondisi aktual dan optimal, perusahaan sebaiknya melakukan pengadaan bahan baku TBS sesuai dengan kondisi optimal. Apabila kondisi optimal diterapkan perusahaan dengan tetap menerima produksi TBS selain bulan Desember yang siap diolah menjadi CPO dan PK maka tingkat keuntungan yang diperoleh akan optimal. Hasil olahan dari program linier selain akan menampilkan tingkat pengadaan produksi yang optimal juga menampilkan biaya pengurangan (reduced cost) dari masing-masing kebun sumber pengadaan bahan baku TBS. Suatu kegiatan (aktivitas pengadaan) akan tetap menguntungkan jika mempunyai nilai reduced cost lebih besar dari nol, maka kegiatan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan dengan kata lain jika pengadaan TBS tersebut tetap dilakukan maka akan menimbulkan kerugian sebesar reduced costnya. Reduced cost hasil olahan tersebut menggambarkan penurunan biaya per unit sumberdaya yang digunakan agar tetap menghasilkan keuntungan. Pada hasil olahan data dengan analisis optimalisasi pengadaan TBS di PTPN VIII Kertajaya terdapat di Lampiran 13 didapatkan hasil sebagai berikut. Pada tahun 2007 (sebelum replanting) bulan Desember jumlah produksi TBS (kg) yang dipasok ke PKS PTPN VIII Kertajaya layak untuk diolah karena memiliki nilai

97 79 reduced cost sama dengan nol. Pasokan TBS yang berasal dari Kebun sendiri, seinduk dan plasma pada bulan Januari sampai November tetap layak untuk diolah tetapi tidak memberikan keuntungan optimal pada tahun Sedangkan berdasarkan hasil peramalan yang didapat pada tahun 2011 (Setelah replanting) nilai reduced cost sama dengan nol terdapat di bulan September pada variabel X 2 (Kebun Seinduk) dan X 3 (Kebun Plasma). Hasil olah data ini dapat diartikan bahwa pengadaan TBS sebagai bahan baku CPO dan PK layak untuk diproduksi karena pengurangan biaya yang ditanggung perusahaan bernilai nol dan dapat memberi keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan pengadaan TBS sebagai bahan baku CPO dan PK selain bulan September pada tahun 2011 tetap dapat diolah menjadi CPO dan PK akan tetapi tidak memberikan keuntungan yang optimal. 6.4 Hasil Optimal Analisis Dual Nilai dual memberikan penilaian terhadap terbatas atau tidaknya sumberdaya yang terdapat pada perusahaan dengan melihat nilai slack/surplus. Sumberdaya terbatas termasuk kendala aktif yang mempengaruhi tujuan optimalnya. Sebaliknya sumberdaya yang melimpah merupakan kendala pasif pada batas tertentu perubahannya tidak mempengaruhi nilai optimal fungsi tujuan. Pengertian nilai dual positif pada sumberdaya terbatas menunjukan bahwa setiap penambahan sumberdaya sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan nilai fungsi tujuan sebesar nilai dualnya (merupakan sumberdaya berlebih atau bukan pembatas). Apabila nilai dual negatif pada sumberdaya terbatas menunjukan bahwa setiap penambahan sumberdaya sebesar satu satuan, maka akan menurunkan nilai fungsi tujuan sebesar nilai dual tersebut.

98 80 Hasil olah data dengan LINDO pada tahun 2007 dan 2011 dapat diketahu bahwa sumberdaya potensi produksi TBS kebun sendiri sebelum replanting 100%, ketersediaan TBS sebesar 4% dan kuota pembeliaan TBS dari kebun plasma merupakan sumberdaya yang telah habis terpakai atau sumberdaya langka. Hal ini terlihat dari nilai slack/surplus sebesar nol yang berarti apabila perusahaan menambah satu-satuan dalam selang peningkatan tertentu maka keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkat sebesar nilai dual tersebut. Sedangkan untuk sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik, potensi produksi kebun sendiri setelah replanting 100%, merupakan sumberdaya yang masih berlebih. Penggunaan faktor input produksi tenaga kerja dan kapasitas maksimal pabrik yang rendah dalam pengadaan bahan baku TBS sehingga mengahasilkan CPO dan PK merupakan kendala aktif bagi perusahaan. Nilai dual sebesar nol dari ketiga kebun sumberdaya berlebih berarti tidak ada perubahan keuntungan meskipun perusahaan menambah ketersediaan sebesar satu-satuan karena sudah berada pada kondisi optimalnya. Tabel 23 menunjukkan besar nilai dual tahun 2007 dan 2011 untuk sumberdaya potensi produksi kebun sendiri setelah replanting, ketersediaan 4% dan kuota pembelian TBS dari kebun plasma di PTPN VIII Kertajaya, Lebak. Tabel 23 Besarnya Nilai Dual Sumberdaya Potensi Produksi Kebun Sendiri Setelah Replanting 100%, Ketersediaan TBS 4% dan Kuota Pembelian TBS Dari Kebun Plasma di PTPN VIII Kertajaya, Lebak No. Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan Baku Nilai Dual 1 TBS Potensi Produksi Kebun Sendiri Setelah Replanting 100% 1227, ,48 2 Ketersediaan TBS 4% Kuota Pembeliaan TBS dari Kebun Plasma 1232, ,48

99 Hasil Optimal Analisis Sensitivitas Hasil pengolahan data dengan menggunakan analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana selang perubahan pada koefisien dan ketersediaan yang tidak mengubah solusi optimalnya. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri atas batas minimum (allowable decrease) dan batas maksimum (allowable increase). Nilai batas-batas tersebut merupakan nilai batas penurunan dan kenaikan kendala yang tidak akan mengubah model. Analisis sensitivitas yang terdapat pada hasil olahan dengan menggunakan program LINDO terdiri atas dua bagian yaitu analisis sensitivitas nilai fungsi tujuan dan analisis sensitivitas ruas kanan kendala Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Analisis sensitivitas terhadap fungsi tujuan digunakan untuk melihat selang perubahan harga produk CPO dan PK yang masih diizinkan agar solusi optimal dalam perencanaan pengadaan bahan baku tetap berlaku dengan parameter lain dianggap konstan. Selang perubahan yang dihasilkan dapat dilihat dari nilai yang terdapat pada kolom allowable increase dan allowable decrease yang diambil dari nilai olahan LINDO pada tahun 2007 dan Analisis sensitivitas selain dapat mengatahui selang perubahan koefisien fungsi tujuan yang tetap mempertahankan kondisi optimal, juga dapat mengetahui kepekaan suatu variabel. Semakin sempit selang perubahan pada koefisien fungsi tujuan yang diperbolehkan, maka variabel tersebut semakin peka terhadap perubahan penerimaan sehingga dapat mempengaruhi kondisi optimalnya. Hasil sensitivitas pada Lampiran 13 menunjukan bahwa variabelvariabel keputusan yang sudah ditetapkan optimal menunjukan nilai batas

100 82 maksimum yang diizinkan tidak terbatas (infinity) dan penurunan yang diperbolehkan sebesar nilai allowable decrease. Hal ini berarti batas maksimum kenaikan laba kotor (sebelum dikurangi biaya umum, penyusutan dan biaya langsung) pengadaan TBS per kilogram PTPN VIII Kertajaya tersebut adalah tak terhingga dan penurunan harga jual CPO dan PK tidak boleh lebih rendah dari harga jual yang berlaku di pasar. Berdasarkan hasil sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan pada tahun 2007 dan 2011 terdapat selang perubahan penurunan dan kenaikan maksimum yaitu bulan Desember dari kebun plasma. Sedangkan pada tahun 2011 bulan Desember dari kebun sendiri dan bulan September dari kebun seinduk dan plasma memiliki nilai awal yang tidak berada pada selang kepekaan penurunan dan kenaikan maksimum. Artinya ketiga variabel keputusan di atas dapat mempengaruhi nilai fungsi tujuan yaitu merubah laba kotor optimal perusahaan dalam mengolah TBS menjadi CPO dan PK pada tahun 2007 dan Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan Kendala Analisis sensitivitas ruas kanan kendala atau sering disebut dengan Right Hand Side (RHS) yang terdapat pada Tabel 24 dan 25 berkaitan dengan status sumberdaya yang bersangkutan dalam mengoptimalkan pengadaan bahan baku produksi CPO dan PK. Apabila suatu sumberdaya merupakan kendala pembatas, maka sumberdaya tersebut memiliki nilai kenaikan dan penerunan sebesar nilai hasil analisis sensitivitasnya. Sebaliknya, jika sumberdaya tersebut merupakan kendala bukan pembatas, maka akan memiliki nilai kenaikan yang tidak terbatas (Infinity) penurunan sebesar nilai slack/surplus yang diperoleh.

101 83 Nilai batas atas yang diperoleh adalah hasil penjumlahan dari batas peningkatan dengan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki dari masing-masing kebun, sedangkan batas bawah adalah pengurangan dari ketersediaan dengan batas penurunannya. Besarnya perubahan dari kapasitas kendala ini akan sebanding dengan kontribusi yang diterima dari nilai dual pricenya, selama perubahan tersebut berada dalam selang kepekaan. Analisis sensitivitas ini dapat memperlihatkan selang perubahan pada ketersediaan sumberdaya atau RHS yang tidak menyebabkan perubahan pada nilai dual kendala yang bersangkutan. Analisis sensitivitas nilai ruas kanan kendala pada tenaga kerja untuk tahun 2007 dan 2011 dapat diketahui bahwa pengadaan TBS yang akan diolah menjadi CPO dan PK yang berasal dari tiga kebun memiliki batas atas yang tak terhingga (infinity) dan batas kenaikan bawah yang diperbolehkan untuk tidak merubah nilai dual price nya sebesar HOK/bulan. Nilai batas atas yang tak terhingga disebabkan karena jumlah tenaga kerja pengolahan TBS masih mencukupi sehingga penambahan tenaga kerja sebesar apapun tidak merubah solusi optimalnya. Analisis sensitivitas nilai ruas kanan untuk kendala kapasitas maksimal pabrik pengolahan memiliki nilai batas atas tak terhingga (infinity) dan nilai batas bawahnya sebesar kg/bulan untuk tahun 2007 dan kg/bulan pada tahun perencanaan setelah replanting tahun Kendala kapasitas maksimal pabrik pengolahan TBS Kebun Kertajaya merupakan kendala tidak aktif (Bukan Pembatas) sehingga peningkatan kapasitas maksimal sebesar apapun tidak merubah solusi optimalnya.

102 84 Potensi produksi kebun sendiri 100% setelah replanting merupakan kendala tidak aktif pengadaan bahan baku pada tahun 2007 dan 2011 dengan nilai kenaikan atas tak terhingga (infinity) dan batas bawahnya sebesar kg dan kg setiap bulannya. Artinya jumlah potensi dari kebun sendiri mempunyai selang antara nilai slack/surplus sampai batas atas tak terhingga (infinity) sehingga tidak merubah nilai dual price nya. Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Tahun 2007 No. Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan Nilai RHS Allowable Allowable Status Baku TBS Increase Decrease 1 Tenaga Kerja infinity BP 2 Kapasitas Maksimal PKS infinity BP 3 Potensi 100% Kebun Sebelum replanting P 4 Potensi 100% Kebun Sesudah replanting infinity BP 5 Ketersediaan Kebun Plasma 4% P 6 Kuota Kebun Plasma P Ket : (P) : Pembatas ; (BP) : Bukan Pembatas Tabel 25. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Tahun 2011 No. Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan Nilai RHS Allowable Allowable Status Baku TBS Increase Decrease 1 Tenaga Kerja infinity BP 2 Kapasitas Maksimal PKS infinity BP 3 Potensi 100% Kebun Sebelum replanting P 4 Potensi 100% Kebun Sesudah replanting infinity BP 5 Ketersediaan Kebun Plasma 4% P 6 Kuota Kebun Plasma P 6.6 Hasil Analisis Post Optimal Analisis post optimal digunakan untuk mengetahui perubahan solusi optimum sebagai respon terhadap perubahan parameter output. Skenario yang dilakukan didasarkan pada pengaruh perubahan iklim, curah hujan dan hama

103 85 penyakit terhadap potensi produksi TBS dari kebun sendiri sebesar 80% sebelum dan setelah kegiatan replanting. Variabel kendala yang mengalami penurunan sebesar 20% dengan fungsi tujuan yang sama yaitu memaksimum keuntungan pengadaan TBS pada tahun 2007 dan 2011 didapatkan output post optimal pada Lampiran 14. Besarnya perubahan nilai keuntungan pengadaan TBS pada bulan Desember 2007 dan September 2011 adalah sebesar Rp/kg. Hal ini berarti bahwa potensi produksi kebun sendiri 80% merupakan nilai keuntungan optimal perusahaan yang memiliki nilai reduced cost sama dengan nol dan dapat memberikan penambahan kuntungan perusahaan sebelum dan setelah replanting. Hasil optimalisasi penggunaan sumberdaya menunjukkan kondisi tidak jauh berbeda dibandingkan dengan hasil optimalisasi tanpa post optimal. Tenaga kerja pengolahan TBS, kapasitas maksimal pabrik dan potensi produksi sebelum replanting 80% merupakan sumberdaya berlebih. Sedangkan ketersediaan kebun plasma 4%, dan kuota pengadaan TBS dari Kebun Plasma dan potensi kebun sendiri 80% setelah replanting merupakan sumberdaya langka dan nilainya tidak jauh berbeda dengan hasil optimalisasi tanpa post optimal. Hasil analisis sensitivitas terhadap fungsi tujuan dengan kendala untuk pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PK menunjukkan hasil yang sama dengan kondisi optimal awal. Hal ini dapat dilihat bahwa pada bulan Desember 2007 dan September 2011 Artinya ketiga variabel keputusan di atas dapat mempengaruhi nilai fungsi tujuan yaitu merubah laba kotor optimal perusahaan dalam mengolah TBS menjadi CPO dan PK pada tahun 2007 sebelum replanting dan 2011 setelah replanting.

104 86 Berdasarkan hasil analisis sensitivitas setelah analisis post optimal pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PK dengan perubahan model kendala tujuan optimalisasi diperoleh nilai yang tidak jauh berbeda dengan analisis sensitivitas koefisien ruas kanan fungsi kendala pada kondisi optimal awal. Hasil analisis sensitivitas koefisien ruas kanan fungsi kendala post optimal untuk pengadaan bahan baku TBS di PTPN VIII Kertajaya dapat dilihat pada Tabel 26 dan 27. Tabel 26. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Setelah Analisis Post Optimal Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Tahun 2007 No. Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan Nilai RHS Allowable Allowable Status Baku TBS Increase Decrease 1 Tenaga Kerja infinity BP 2 Kapasitas Maksimal PKS infinity BP 3 Potensi 80% Kebun Sebelum replanting P 4 Potensi 80% Kebun Sesudah replanting BP 5 Ketersediaan Kebun Plasma 4% P 6 Kuota Kebun Plasma P Ket : (P) : Pembatas ; (BP) : Bukan Pembatas Tabel 27. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Setelah Analisis Post Optimal Pengadaan Bahan Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Tahun 2011 No. Sumberdaya Kendala Pengadaan Bahan Nilai RHS Allowable Allowable Status Baku TBS Increase Decrease 1 Tenaga Kerja infinity BP 2 Kapasitas Maksimal PKS infinity BP 3 Potensi 80% Kebun Sebelum replanting P 4 Potensi 80% Kebun Sesudah replanting BP 5 Ketersediaan Kebun Plasma 4% P 6 Kuota Kebun Plasma P

105 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Kegiatan peramalan (Forecast) dengan menggunakan model peramalan dekomposisi multiplikatif sehingga diketahui perolehan laba kotor pengadaan TBS sebagai bahan baku CPO dan PK memiliki sifat trend yang naik. Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan dapat diketahui perolehan nilai MAPE sebesar 11% dan MSD 202,491 untuk variabel biaya produksi TBS hampir mendekati kenyataanya. Sedangkan nilai MAPE yang kecil sebesar 2,23% dan MSD 438,47 Kg untuk variabel biaya pengolahan CPO dan PK menunjukkan bahwa hasil peramalan yang diperoleh memiliki tingkat kesalahan yang kecil. Tingkat alternatif kombinasi pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) dalam memproduksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel pada tahapan waktu 1 (2007) terjadi pada bulan Desember yang berasal dari kebun seinduk dan kebun plasma. Sedangkan pada tahapan waktu 2 (2011) setelah kegiatan replanting tingkat produksi optimal didapatkan dari kebun sendiri (Kertajaya) pada bulan September. Berdasarkan analisis optimalisasi yang telah dilakukan oleh Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya pada tahun 2007 dan 2011 pengadaan bahan baku TBS yang akan diproduksi menjadi CPO dan PK dari hasil produksi masingmasing kebun belum mencapai nilai optimalnya. Pada hasil analisis dual dari dua tahapan waktu menunjukkan bahwa penggunaan sumberdaya yang dimiliki seperti kapasitas maksimal, penggunaan

106 88 tenaga kerja pabrik kelapa sawit, dan potensi kebun sendiri setelah di replanting 100% secara keseluruhan berlebih atau mengalami nilai sisa. Namun status potensi kebun sendiri yang belum di replanting, kuota pembelian dari kebun plasma dan potensi kebun plasma sebesar 4% termasuk sumberdaya langka atau kendala aktif yang nilai perubahannya dapat mempengaruhi nilai tujuan. Kondisi ini memberikan informasi bagi perusahaan menambah ketersediaan TBS sebesar satu-satuan maka keuntungan yang diperoleh perusahaan akan meningkat sebesar nilai dual price yang diperoleh pada kondisi optimal. Analisis sensitivitas yang diperoleh pada tahun 2007 bulan Desember dari ketiga jenis kebun yang ada dan pada tahun 2011 bulan Desember dari kebun sendiri dan September yang berasal dari kebun seinduk, plasma akan mempengaruhi nilai fungsi tujuan karena nilai awal berada di luar selang kepekaannya. Sedangkan nilai awal pada tahun 2007 bulan Januari sampai November dan tahun 2011 bulan Januari-Agustus dan Oktober-November tidak akan mempengaruhi perubahan solusi optimal (laba kotor) perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai batas kenaikan maksimumnya lebih besar daripada nilai awal dari koefisien fungsi tujuan PTPN VIII Kertajaya, Lebak. Analisis sensitivitas pada ruas kanan (right hand side) pada tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa kenaikan dan penurunan maksimum sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik, potensi kebun sendiri setelah replanting sebesar 100% akan mempengaruhi nilai dual. Hal ini dikarenakan selang atau batas penurunan maksimumnya bernilai lebih kecil daripada nilai awal dari ruas kanan, sedangkan untuk batas kenaikan maksimumnya adalah infinity. Pada sumberdaya yang lain yaitu, potensi kebun sendiri 100% setelah replanting,

107 89 kuota pasokan TBS dan ketersedian pasokan 4% dari kebun plasma selang kepekaannya tidak akan mempengaruhi nilai dual. Hal ini dikarenakan nilai ruas kanan berada pada batas kenaikan maksimum dan penurunan maksimum. Analisis post optimal dilakukan untuk menganalisis perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses pengadaan bahan baku TBS di PTPN VIII Kertajaya, Lebak. Perubahan yang diuji yaitu dengan menurunkan porsentase potensi produksi TBS dari fungsi kendala kebun sendiri sebelum dan setelah replanting menjadi 80%. Keuntungan yang diperoleh mengalami kenaikan sebesar Rp/kg. Hasil optimalisasi analisis sensitivitas fungsi tujuan menunjukkan hasil yang sama dengan hasil optimalisasi tanpa post optimal. Penggunaan input produksi seperti tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik dan potensi produksi TBS kebun sendiri 80% merupakan sumberdaya yang langka dan peningkatan satu satu nilai pada selang kenaikan dan penurunan minimum akan mempengaruhi nilai dualnya. 7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pihak manejemen Pabrik Kelapa Sawit PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya : 1) PTPN VIII Kertajaya dalam melakukan perencanaan pengadaan Tandan Buah Segar untuk mencapai kondisi optimal sebaiknya melakukan perluasan areal perkebunan sendiri untuk mengurangi ketidakpastian dari sumber lain (kebun seinduk dan plasma) dikarenakan berada di luar kendali perkebunan sendiri Kertajaya. Hal ini bertujuan untuk menjamin

108 90 ketersediaan Tandan Buah Segar ke pabrik pengolahan kelapa sawit Kertajaya sehingga dapat meningkatkan laba kotor perusahaan dari pengolahan TBS menjadi produk CPO dan PK. 2) Sebaiknya Perusahaan meningkatkan kapasitas maksimal produksi pabrik secara bertahap hingga mencapai 60 ton TBS/jam dikarenakan luas areal kebun sendiri, seinduk yang memasok bahan baku CPO dan PK lebih dari hektare. Produksi CPO dan PK yang berasal dari kebun sendiri belum dapat menghasilkan laba kotor yang paling besar berdasarkan potensi produksi TBS dari keseluruhan luas areal tanama kelapa sawit, karena penggunaan sumberdaya tenaga kerja langsung (labour) pabrik pengolahan TBS belum efisien dalam meningkatkan kualitas produknya. 3) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan meenggunakan Goal Programming (lebih dari satu tujuan) dan menganalisis perubahanperubahan, khususnya harga penjualan Tandan Buah Segar, CPO, PK dan kenaikan kapasitas olah produksi CPO dan PK terhadap keuntungan perusahaan.

109 DAFTAR PUSTAKA Assauri, Sofjan Manajemen Produksi Dan Operasi, Edisi Revisi. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Buffa, E. S dan Rakesh, K. S Manajemen Operasional dan Produksi Modern (Terjemahan Agus Maulana). Binarupa Aksara, Jakarta. Badan Pusat Statistik Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor CPO di Indonesia. BPS. Jakarta Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian Statistika Perkebunan Indonesia Jakarta. Handoko, Hani Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi BPFE. Yogyakarta. Hanke, JE. DW Wichern dan AG Reistch Peramalan Bisnis Ed ke-7. Anathur D, Penerjemah. Jakarta : Prehallindo. Terjemahan dari : Business Forecasting. Jafarudin, M Peramalan Volume Produksi TBS Di Kebun Percobaan Betung II A. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Lubis, A.U dan M.P. Naibaho Prospek Perkembangan Industri Hilir Pengolahan Kelapa Sawit. Seminar Nasional Peluang dan Tantangan industri Kelapa sawit Menyonsong Abad XX1, Medan Makridakis, S. Whellwright dan McGee Metode dan Aplikasi Peramalan. Jilid satu. Edisi Kedua. Binarupa Aksara, Jakarta. Marety, W Optimalisasi Produksi Nata de Coco pada PT FITS Mandiri. Skripsi Departeman Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakutas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Mulyono, Peramalan Bisnis dan Ekonometrika, Edisi ke-1. BPFE Yogyakarta. Mulyadi Akuntansi Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbitan STIE YKPN. Yogyakarta. Nasendi, B dan A. Anwar Program Linear dan Variasinya. PT.Gramedia. Jakarta. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Potensi dan Peluang Investasi Industyri Kelapa Sawit Indonesia, Medan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Setyamidjaja, D Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

110 92 Soekartawi Linear Programming teori dan Aplikasinya khususnya dalam Bidang Pertanian. Rajawali Pers. Jakarta Suganda, Dendi Analisis harga CPO di Pasar Fisik Medan dan Pasar Berjangka Malaysia serta Rotterdam Skripsi Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Supranto, J Riset Operasi UI Press. Jakarta. Taha, H. A Riset Operasi Suatu Pengantar. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta. Tandyna,E.B Sistim Pengendalian Bahan Baku dan Optimalisasi Produksi Nata De Coco pada PT. Mena Coco Sari, Jakarta. Skripsi. Jurusan Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tholip, Mochmad Optimasi Pasokan Getah Pinus Untuk Pabrik Gonoruleum dan Terpensin Sukun KPH Lawu D.S. Skripsi Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. WWW. Deptan. go.id./ perkebunan/ tahunan/ KS-IND. Doc. (11 Maret 2007) WWW. Ptpn 8. co.id. PTPN VIII siap pasok CPO Minyak Goreng Jabar. (09 November 2007) Yenni. 2005, Optimalisasi Pengadaan Tebu sebagai bahan baku. Studi Kasus di PT Gunung Mas Plantations, Lampung Tengah. Skripsi. Jurusan Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertaniana Bogor. Bogor. Yuliani, Sri Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat Fitofarmaka. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Institut.

111 Lampiran 1. TABEL REALISASI PRODUKSI BAHAN BAKU TANDAN BUAH SEGAR (TBS) PTPN VIII Kertajaya TAHUN 2005 TAHUN 2006 TAHUN 2007 KERTA+SEI NDUK PLASMA JUMLAH SEMUA KERTA+SEIN DUK PLASMA JUMLAH SEMUA KERTA+SEIN DUK PLASMA JUMLAH SEMUA LUAS 5, , , , , , , , , Januari 4,955,400 3,823,190 8,778,590 5,263,170 1,925,250 7,188,420 8,516,280 3,227,770 11,744,050 Februari 4,305,470 1,935,580 6,241,050 5,873,540 1,306,650 7,180,190 7,289,810 2,237,210 9,527,020 Maret 5,279,150 1,334,710 6,613,860 7,126,760 1,382,050 8,508,810 7,371,040 2,456,530 9,827,570 April 6,519,990 1,184,010 7,704,000 7,547,780 2,053,840 9,601,620 7,007,420 1,786,510 8,793,930 Mei 7,193,840 1,157,410 8,351,250 9,521,890 3,049,860 12,571,750 8,615,850 2,378,890 10,994,740 Juni 7,120,960 1,306,960 8,427,920 9,365,250 2,559,190 11,924,440 7,658,730 2,030,730 9,689,460 Juli 7,391,510 1,108,070 8,499,580 8,765,860 2,942,400 11,708,260 5,248,170 1,140,360 6,388,530 Agustus 8,241,020 2,161,300 10,402,320 9,755,980 4,546,630 14,302,610 5,524, ,720 6,268,660 September 9,100,610 4,086,990 13,187,600 9,567,170 5,041,610 14,608,780 10,093,840 2,481,740 12,575,580 Oktober 9,112,440 5,585,240 14,697,680 7,333,090 4,855,070 12,188,160 11,158,630 7,103,530 18,262,160 November 7,144,020 3,427,740 10,571,760 10,577,350 5,134,050 15,711,400 10,633,530 10,602,400 21,235,930 Desember 6,687,400 2,909,880 9,597,280 8,747,840 4,302,830 13,050,670 7,668,710 8,282,000 15,950,710 Jumlah 83,051,810 30,021, ,072,890 99,445,680 39,099, ,545,110 96,786,950 44,471, ,258,340 Target 88,000,000 20,000, ,000, ,618,000 24,000, ,618, ,531,000 25,000, ,531,000 % Kg/Ha. 16,369 4,935 10,135 10,495 6,427 8,904 5,839 7,311 6,234 Sumber : Divisi Tata Usaha Tanaman PTPN VIII Kertajaya 104

112 Lampiran 2. Alur Proses Produksi Pengolahan CPO pada Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya, Lebak. 104

113 Lampiran 3 Peta Lokasi Penelitian PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten

Oleh : EBRINEDY HALOHO A

Oleh : EBRINEDY HALOHO A ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill

Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill Petunjuk Sitasi: Pasaribu, M. F., & Puspita, R. (2017). Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Produksi Crude Palm Oil dan Palm Kernel PT. Ukindo-Palm Oil Mill. Prosiding SNTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama dalam pembangunan ekonomi. Menurut Soekartawi (2000),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam suatu industri termasuk pada agroindustri. Salah satu produk komoditi yang saat ini sangat digemari oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum sektor pertanian dapat memperluas kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, mendukung pembangunan daerah dan tetap memperhatikan kelestarian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, karena selain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, sektor ini juga menyumbang devisa, menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen crude palm oil (CPO)

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terkait dengan proses belajar mengajar yang berdasarkan kepada

I. PENDAHULUAN. yang terkait dengan proses belajar mengajar yang berdasarkan kepada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) merupakan mata kuliah khusus di semester enam dan tugas akhir mahasiswa Politeknik Pertanian Universitas Andalas. Kegiatan PKPM

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA 55 V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA 5.1 Pemanfaatan Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang multi guna, karena seluruh bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan dalam realita ekonomi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tahun BAB I PENDAHULUAN Penelitian menjelaskan bagaimana sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis GIS dirancang. Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT 27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL OIL (PKO)

OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL OIL (PKO) OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL OIL (PKO) (Studi Kasus PKS Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV) SKRIPSI ROSELINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting sebagai suatu sumber minyak nabati. Kelapa sawit tumbuh sepanjang pantai barat Afrika dari Gambia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia. Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi menjadi produsen gula dunia karena dukungan agroekosistem, luas lahan, dan tenaga kerja. Disamping itu prospek pasar gula di Indonesia cukup

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. yang dibawa oleh Mauritius dari Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya

BAB IV GAMBARAN UMUM. yang dibawa oleh Mauritius dari Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya 62 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Komoditas Kelapa Sawit Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Agribisnis minyak goreng berbahan baku kelapa dulunya merupakan satu satunya minyak goreng yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membuat perekonomian di Indonesia semakin tumbuh pesat. Salah satu sektor agro industri yang cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa JAS Jurnal Agri Sains Vol, 1 No.02 (2017) e-issn :2581-0227 http://ojs.umb-bungo.ac.id/index.php/jas/index Optimasi Produksi Crude Palm Oil (cpo) Dan Inti Sawit (Kernel) Studi Kasus PT. Mega Sawindo Perkasa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkebunan : Ekofisiologi Kelapa Sawit. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB (tidak dipublikasikan). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Minyak Sawit dan Turunannya Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman keras (tahunan) berasal dari Afrika yang bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa berpotensi besar dalam menghasilkan produk pertanian dan jasa yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ditinjau dari letak geografisnya, Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang kaya serta tanah yang subur, sehingga pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak nabati dunia. Prestasi yang membanggakan sebagai negara perintis budidaya kelapa sawit, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai salah satu sub sistem pembangunan nasional harus selalu memperhatikan dan senantiasa diupayakan untuk menunjang pembangunan wilayah setempat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM KREDIT KEPADA KOPERASI PRIMER UNTUK ANGGOTANYA (KKPA) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT ( Studi : PT Sinar Kencana Inti Perkasa, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 Ignatius Ery Kurniawan PT. MITRA MEDIA NUSANTARA 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia diawali pada tahun 1848 sebagai salah satu tanaman koleksi kebun Raya Bogor, dan mulai dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurung waktu 150 tahun sejak dikembangkannya pertama kalinya, luas areal perkebunan karet

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh).

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Tanaman sawit telah diperkenalkan sejak tahun 1848, baru diusahakan dalam skala ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai penghasil produk-produk hulu pertanian yang mencakup sektor perkebunan, hortikultura dan perikanan. Potensi alam di Indonesia memungkinkan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis sektor pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis seperti

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lanjutan. Keterangan : *) sementara **) sangat sementara. Sumber : Ditjenbun dan PPKS, 2006

Lampiran 1. Lanjutan. Keterangan : *) sementara **) sangat sementara. Sumber : Ditjenbun dan PPKS, 2006 Lampiran. Lanjutan LUAS AREA (HA) PRODUKSI CPO (TON) PRODUKSI PKO (TON) TAHUN PR PBN PBS JUMLAH PR PBN PBS JUMLAH PR PBN PBS 990 29,338 372,246 463,093,26,677 376,950,247,56 788,506 2,42,62 75,390 249,43

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998, harga minyak sawit (Crude Palm Oil=CPO) dunia rata-rata berkisar US$ 341 hingga US$ 358 per ton. Namun sejak tahun 2007

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan Indonesia sebagai komoditas khusus (special product) dalam forum perundingan Organisasi Perdagangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan, yang menghasilkan minyak nabati paling efisien yang produknya dapat digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya PT. Sari Lembah Subur Kab. Pelalawan

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya PT. Sari Lembah Subur Kab. Pelalawan BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya PT. Sari Lembah Subur Kab. Pelalawan Pengolahan perkebunan kelapa sawit ini merupakan suatu kegiatan yang tidak terputus sepanjang waktu, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini dicerminkan dari penggunaan aplikasi logistik dalam perusahaan, tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (elaeis guineensis) menurut para ahli secara umum berasal dari Afrika. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Guineensis elaeis jacq.) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak goreng, minyak industri, maupun bahan bakar nabati berupa biomasa dan biodiesel.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkebunan menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL Elsa Ginting, M. Nurung, Sri Sugiarti Jurusan Sosial

Lebih terperinci

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di Indonesia yang berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit adalah komoditi strategis yang diharapkan dapat memberikan konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa konsumsi minyak nabati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit. BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA 2.1. Tinjauan Umum Minyak Nabati Dunia Minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA Pada bab V ini dikemukakan secara ringkas gambaran umum ekonomi kelapa sawit dan karet Indonesia meliputi beberapa variabel utama yaitu perkembangan

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL.

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL. PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI KEDELAI NASIONAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA KEDELAI NASIONAL Oleh : DEDY MARETHA A14104530 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agroindustri akan berdampak pada penciptaan kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub sektor agroindustri

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari

Lebih terperinci

OLEH DODI EKAPRASETYA A

OLEH DODI EKAPRASETYA A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PABRIK KELAPA SAWIT ( Studi Kasus : Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Milano Aek Batu Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara ) OLEH DODI

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik bisa mendapatkan hasil yang sangat menguntungkan dari industri produk

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik bisa mendapatkan hasil yang sangat menguntungkan dari industri produk BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan industrinya termasuk padat karya. Negara-negara yang dapat mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit menjadi komoditas penting dikarenakan mampu memiliki rendemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Perkelapa Sawitan Mengenai daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa kalapa sawit berasal dari

Lebih terperinci