BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN TEKNIK PENGUJIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN TEKNIK PENGUJIAN"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN TEKNIK PENGUJIAN Pada bab ini akan dibahas teknik-teknik pengujian untuk melakukan analisis terhadap pemenuhan CGL Availability pada Fedora Spesifikasi Pengujian Spesifikasi Hardware dan Software Pengujian dilakukan pada perangkat keras dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel III-1 Spesifikasi Hardware Pengujian Perihal Type Processor Memory Storage Display Display Adapter Ethernet WLAN DVD/CD ROM Spesifikasi/Keterangan Notebook ACER Aspire 5024 WLCi AMD Turion 64 ML MB DDR RAM 60 GB HDD 15.4 WXGA CrystalBrite TFT LCD ATI Mobility Radeon X700 PCI Express 128 VRAM 10/100/1000 Gigabit Ehternet b/g DVD/CD-RW Pengujian akan dilakukan terhadap sistem operasi sebagai berikut yaitu sistem operasi Fedora 7 versi kernel fc7(OS-Original). Sistem operasi ini memakai kernel yang dirilis resmi pada repositori fedora project. Pada sistem Operasi ini telah ditambahkan perangkat lunak pendukung pengujian yaitu: 1. Performance Co Pilot, merupakan framework untuk montoring resource pada komputer III-1

2 2. Net SNMP dan SNMPTRAP Daemon, SNMP agent untuk mendeteksi dan menangani paket-paket dengan protokol SNMP 3. Ifenslave, perangkat lunak untuk melakukan bonding antar 2 NIC atau lebih 4. Wireshark, sebagai perangkat lunak memonitor paket-paket yang lewat di NIC Sistem operasi ini lebih identik dengan Fedora 7 awal yang merupakan kernel versi fc7. Penulis beranggapan sistem operasi ini mewakili keadaan Fedora 7 yang sebenarnya dengan modul-modul yang telah mampu di tambahkan di Fedora Tipe Kasus Uji Kasus uji yang penulis pakai dapat diklasifikasi menjadi 2 jenis yaitu: 1. Otomatis Pengujian secara otomatis bersifat tidak memiliki interaksi dengan penguji. Penguji hanya diminta untuk menjalankan program atau script yang telah ditulis. Program akan menjalankan kasus uji secara otomatis dan menghasilkan keluaran file output rekapitulasi pengujian. Sebagian besar kasus uji merupakan tipe ini. 2. Manual Pengujian secara manual membutuhkan interaksi dengan penguji. Interaksi yang dimaksud seperti melepaskan perangkat keras yang bersangkutan. Program tidak akan menghasilkan laporan seperti pada pengujian otomatis. Sebab hasil bergantung apa yang dilihat oleh penguji. Jenis ini dipakai pada pengujian notifikasi dan Ethernet bonding. Sebagai catatan pada saat pengujian terlebih dahulu membaca file readme sebagai konfigurasi awal sebelum melakukan pengujian Kode Kasus Uji Pada Tugas Akhit ini untuk memudahkan melakukkan pengujian, maka tiap kasus uji akan diberi kode kasus uji yang unik, sehingga dapat saling dibedakan. Pembahasan kasus uji diurutkan berdasarkan ID standar requirement yang telah ditentukan. Tiap kasus uji kana memiliki kata III-2

3 kunci tertentu sehingga memudahkan untuk mengidentifikasikannya. Kata kunci ditulis setelah kode kasusus uji. Kode kasus uji memiliki format yaitu : T _XXX_Y.Y_N_ZZ Keterangan : T : Kasus uji XXX : Aspek yang di uji yaitu AVL untuk availability Y.Y : ID standar requirement N : Tipe Skenario A untuk otomatis dan M untuk manual ZZ : nomor kasus uji 3.2 Robust Mutexes - AVL 1.0 Spesifikasi AVL 1.0 [OSD07a] berkaitan tentang implementasi Robust Mutexes, merupakan prioritas 3 memiliki deskripsi sebagai berikut : Description: OSDL CGL specifies that carrier grade Linux shall provide an enhancement to the POSIX Thread implementation that provides support for robust mutexes. Robust mutex support shall permit a mutex to synchronize threads, either in the same process or in different processes, even when processes or threads exit or abort unexpectedly. Applications using a robust mutex shall be able to see various return codes that indicate whether the previous holder of the mutex terminated, and also the recovery status of the state of the mutex.the new holder of the robust mutex shall be able to detect a failure, perform cleanup actions, and re-initialize the mutex for continued use. If a cleanup of the state protected by the mutex can't be completed, the mutex shall be marked inconsistent so that any future attempts to lock it will generate a status III-3

4 indicating that it is inconsistent. The following two modes for setting the mutex to an inconsistent state shall be provided: Automatically mark the mutex inconsistent when the owner dies and the subsequent owner fails to explicitly mark it healthy. Provide an advisory to subsequent owners that the mutex needs to be explicitly marked inconsistent. Berdasarkan deskripsi di atas dapat di analisis bahwa sistem operasi yang mendukung robust mutex harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Memungkinkan sinkronisasi antar thread baik itu di proses yang sama ataupun di proses yang berbeda ketika suatu thread exit atau abort secara tidak sengaja b. Aplikasi atau program yang menggunakan robust mutex harus dapat mengerti return code bahwa pemegang mutex sebelumnya telah diterminasi c. Aplikasi atau program yang menggunakan robust mutex harus dapat mengerti status recovery dari state mutex d. Pemegang mutex baru harus bisa mendeteksi kegagalan, melakukan aksi cleanup dan inisialisasi ulang mutex untuk pengunaan selanjutnya. e. Jika aksi cleanup sedang diproteksi atau di-lock oleh mutex maka mutex tersebut akan ditandai dengan state inconsistent yang penggunaan selanjutnya dengan state inconsistent juga. f. Cara menge-set suatu state terdapat 2 mode yaitu: - Secara otomatis ditandai inconsistent saat pemilik mutex terminasi dan pemegang berikutnya gagal menyatakan mutex tersebut healthy - Memberikan saran agar owner baru menyatakan bahwa mutex tersebut inconsistent Robust mutexes pada Linux telah dikembangkan oleh Linux OS & Technology Team dari Intel Corporation dengan proyek fusyn+rtnptl: The making of a real-time synchronization infrastructure for Linux [6]. Fusyn telah menyediakan kasus uji sebanyak 35 kasus uji. Dari 35 kasus uji tersebut terdapat 13 kasus uji yang menurut penulis berkaitan erat dengan robust mutex. III-4

5 Berikut penjelasan kasus uji tersebut yang penulis ambil sebagai pengujian terhadap sistem operasi Fedora Kasus Uji T_AVL_1.0_A_01 Dead Pass-Ownership Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak sengaja. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex dan di-lock b. Thread A terminate atau abort tanpa unlocking c. Thread B jalan dan mencoba memperoleh mutex d. Thread B harusnya mendapatkan kode EOWNERDEAD pada mutex Kasus Uji T_AVL_1.0_A_02 Get Dead Pass-Ownership Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak sengaja dan calon thread pemilik baru telah ada di antrian sebelumnya. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex dan dilock b. Thread B jalan dan mencoba memperoleh mutex namun sedang dipegang oleh thread A c. Thread A terminate atau abort tanpa unlocking d. Thread B harusnya mendapatkan mutex pada recovery mode Kasus Uji T_AVL_1.0_A_03 Single Waiting Dead Pass-Ownership Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak III-5

6 sengaja dan calon thread pemilik baru telah ada di antrian sebelumnya namun pemilik baru tidak mampu melakukan recovery. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex dan dilock b. Thread B dan C jalan dan mencoba memperoleh mutex namun sedang dipegang oleh thread A c. Thread C memiliki prioritas lebih tinggi dari B d. Thread A terminate atau abort tanpa unlocking e. Thread C harusnya mendapatkan mutex pada recovery mode f. Thread C tidak mampu merecovery kemudian unlock mutex dan memberikan nya kepada Thread B Kasus Uji T_AVL_1.0_A_04 Multi Waiting Dead Pass-Ownership Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak sengaja dan calon-calon thread pemilik baru telah ada di antrian sebelumnya. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex dan dilock b. Thread B,C,D,E, dan F jalan dan mencoba memperoleh mutex namun sedang dipegang oleh thread A c. Prioritas thread B lebih tinggi dari C, C lebih tinggi dari D, dan seterusnya hingga F merupakan prioritas terendah d. Thread A terminate atau abort tanpa unlocking e. Thread B harusnya mendapatkan mutex pada recovery mode, kemudian B terminate dan diganti oleh C, lalu D, dan seterusnya Kasus Uji T_AVL_1.0_A_05 Recovery Dead Pass-Ownership III-6

7 Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak sengaja dan calon thread pemilik baru telah ada di antrian sebelumnya, pemilik mampu merecovery dan meneruskan ke pemilik lain yang kemudian abort lagi. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex dan dilock b. Thread B dan C jalan dan mencoba memperoleh mutex namun sedang dipegang oleh thread A c. Thread C memiliki prioritas lebih tinggi dari B d. Thread A terminate atau abort tanpa unlocking e. Thread C harusnya mendapatkan mutex pada recovery mode f. Thread C mampu merecovery kemudian unlock mutex dan memberikan nya kepada Thread B g. Thread B abort tanpa unlocking, harusnya owner terakhir adalah B Kasus Uji T_AVL_1.0_A_06 Different Paths Lock Consistency Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak sengaja dan calon thread pemilik baru telah ada di antrian sebelumnya dan mampu melakukan recovery. Juga dites apakah mungkin melakukan recovery tanpa memiliki mutex. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex dan dilock b. Thread A terminate atau abort tanpa unlocking c. Lakukan recovery mode pada mutex d. Thread B jalan dan mendapatkan mutex pada recovery mode e. Thread B melakukan recovery mengeset mutex kembali ke consistent state f. Thread B exit dan meng-unlock mutex III-7

8 3.2.7 Kasus Uji T_AVL_1.0_A_07 Get Dead owner Without Blocking Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak sengaja dan calon thread pemilik baru telah ada di antrian sebelumnya namun ada pemilik lain yang mencoba melakukan locking tetapi gagal. Locking thread lain disini tidak bersifat bloking dan diharapkan tidak dapat melakukan locking karena ada kode EBUSY. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex dan dilock b. Thread A terminate atau abort tanpa unlocking c. Thread B start dan memperoleh mutex dengan kode EOWNERDEAD dan menuggu signal untuk lanjut d. Saat B sedang menunggu signal untuk launjut thread C start dan mencoba mendapatkan mutex tetapi gagal karean EBUSY e. Thread C exit f. Thread B exit setelah mendapatkan signal lanjut dan melepaskan lock Kasus Uji T_AVL_1.0_A_08 Get Not-Recoverable Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak sengaja dan calon thread pemilik baru telah ada di antrian sebelumnya namun ada pemilik lain yang mencoba melakukan locking tetapi gagal. Locking thread lain disini tidak bersifat bloking dan diharapkan tidak dapat melakukan locking karena ada kode EBADR yang diberikan pemilik thread karena tidak mungkin di-recover. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex dan dilock b. Thread A terminate atau abort tanpa unlocking c. Thread B start dan memperoleh mutex dengan kode EOWNERDEAD dan menuggu signal untuk lanjut III-8

9 d. Thread B mengeset state ke mutex ENOTRECOVERABLE e. Saat B sedang menunggu signal untuk lanjut thread C start dan mencoba mendapatkan mutex tetapi gagal karena EBADR f. Thread C exit g. Thread B exit setelah mendapatkan signal lanjut dan melepaskan lock Kasus Uji T_AVL_1.0_A_09 Non-Contended Acquisition Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak sengaja sedangkan program bukan owner dari mutex. Program dapat memperoleh lock tanpa harus ke kernel space. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex tanpa melalui kernel dan dilock b. Thread A terminate atau abort tanpa unlocking c. Program mencoba meng-unlock mutex walaupun dia bukan owner Kasus Uji T_AVL_1.0_A_10 Get Non-Contended Acquisition Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah masih memungkinkan mendapatkan mutex (locking) apabila thread pemilik mutex sebelumnya telah terminasi exit atau abort secara tidak sengaja sedangkan program bukan owner dari mutex. Program dapat melepaskan lock tanpa harus ke kernel space. Program utama membantu thread didalamnya untuk memperoleh lock. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex tanpa melalui kernel dan dilock b. Thread B start menunggu lock c. Program utama meng-unlock mutex tanpa melalui kernel walaupun bukan owner d. Thread B mendapatkan lock e. Thread A berhenti f. Thread B berhenti dan melepaskan lock III-9

10 Kasus Uji T_AVL_1.0_A_11 Recovery Non-Contended Acquisition Kasus Uji ini sama dengan kasus uji T_AVL_1.0_10 sebelumnya namun pada awalnya ada thread lain yang menyebabkan state mutex jadi inconsistent. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread 0 start memperoleh lock melalui kernel b. Thread 0 berhenti tanpa mengunlock c. Thread A dibuat, memperoleh mutex tanpa melalui kernel dan dilock d. Thread B start menunggu lock e. Program utama meng-unlock mutex tanpa melalui kernel walaupun bukan owner f. Thread B mendapatkan lock g. Thread A berhenti h. Thread B berhenti dan melepaskan lock Kasus Uji T_AVL_1.0_A_12 Deadlock Non-Contended Acquisition Kasus Uji ini akan dilakukan tes untuk melihat fitur mematikan dan menghidupkan robustness pada fusyn. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex tanpa melalui kernel dan dilock b. Thread A berhenti, tanpa melepaskan lock c. Thread B dibuat, mencoba memperoleh mutex tanpa melalui kernel d. Thread B tidak dapat memperoleh lock mendapat signal EINTR e. Thread B berhenti Kasus Uji T_AVL_1.0_A_13 Non Robust Test Kasus Uji ini akan dilakukan tes untuk melihat tidak mungkinnya mendapatkan lock jika mode robust tidak dipakai, ketika owner dari lock terminate. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Thread A dibuat, memperoleh mutex dan fast locking III-10

11 b. Thread A exit atau abort tanpa unlocking c. Thread B dibuat d. Thread B menunggu selama beberapa detik untuk mendapatkan lock, namun tidak dapat juga 3.3 Forced Unmount - AVL 3.2 Spesifikasi AVL 3.2 [OSD07a] berkaitan tentang implementasi Force Unmount, merupakan prioritas 1 memiliki deskripsi sebagai berikut : Description: OSDL CGL specifies that carrier grade Linux shall provide support for forced unmounting of a file system. The unmount shall work even if there are open files in the file system. Pending requests shall be ended with the return of an error value when the file system is unmounted. Berdasarkan deskripsi di atas dapat di analisis bahwa sistem operasi yang mendukung force unmount harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. perintah unmount tetap bekerja walaupun ada file pada direktori mount point ataupun di bawahnya yang sedang di akses b. Permintaan terhadap file akan di hentikan dan diberikan error value ketika sudah di unmount Forced Umount telah menjadi patch untuk kernel linux dan sudah ada di kernel versi dan diatasnya. Berdasarkan syarat yang telah dideskripsikan sebelumnya dapat dibuat sejumlah uji kasus sebagai berikut: III-11

12 3.3.1 Kasus Uji T_AVL_3.2_A_01 Read Testing Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah perintah Unmount tetap bekerja walaupun ada file yang sedang buka dan kemudian apakah mungkin membaca dari file system yang sudah terunmount. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan proses mounting pada file system yang dipilih ke mount point b. Lakukan pembukaan pada file yang ada pada mount point c. Jalankan perintah force unmount terhadap device file system yang telah di-mount terlebih sebelumnya d. Lakukan pembacaan terhadap file yang di file system yang telah ter-unmount e. Periksa apakah perintah force umount berjalan atau tidak, dengan memeriksa apakah device file system masih ada di list device yang di mount atau tidak Kasus Uji T_AVL_3.2_A_02 Write Testing Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah perintah unmount tetap bekerja walaupun ada file yang sedang dibuka dan kemudian apakah mungkin menulis dari file system yang sudah terunmount. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan proses mounting pada file system yang dipilih ke mount point b. Lakukan pembukaan pada file yang ada pada mount point c. Jalankan perintah force unmount terhadap device file system yang telah di-mount terlebih sebelumnya d. Lakukan penulisan ulang terhadap file yang di file system yang telah ter-unmount e. Periksa apakah perintah force umount berjalan atau tidak, dengan memeriksa apakah device file system masih ada di list device yang di mount atau tidak Kasus Uji T_AVL_3.2_A_03 Change Current Directory III-12

13 Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah perintah unmount tetap bekerja walaupun direktori kerja pindah ke mount point yang bersangkutan. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan proses mounting pada file system yang dipilih ke mount point b. Pindahkan direktori kerja ke mount point c. Jalankan perintah force unmount terhadap device file system yang telah di-mount terlebih sebelumnya d. Pindahkan direktori kerja ke mount point lagi e. Periksa apakah perintah force umount berjalan atau tidak, dengan memeriksa apakah device file system masih ada di list device yang di mount atau tidak Kasus Uji T_AVL_3.2_A_04 Change Root Directory Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah perintah unmount tetap bekerja walaupun root direktori kerja pindah ke mount point yang bersangkutan. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan proses mounting pada file system yang dipilih ke mount point b. Pindahkan root direktori kerja ke mount point c. Jalankan perintah force unmount terhadap device file system yang telah di-mount terlebih sebelumnya d. Lakukan Pindahkan root direktori kerja ke mount point lagi e. Periksa apakah perintah force umount berjalan atau tidak, dengan memeriksa apakah device file system masih ada di list device yang di mount atau tidak Kasus Uji T_AVL_3.2_A_05 Memory Mapping Read Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah perintah unmount tetap bekerja walaupun ada file yang sedang buka dan kemudian apakah mungkin membaca dari file system yang sudah terunmount. Pembacaan ulang tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui mekanisme memory mapping. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan proses mounting pada file system yang dipilih ke mount point III-13

14 b. Tulis data ke map area c. Lakukan memory mapping ke file baca d. Jalankan perintah force unmount terhadap device file system yang telah di-mount terlebih sebelumnya e. Lakukan pembacaan kembali dari memory mapping f. Periksa apakah perintah force umount berjalan atau tidak, dengan memeriksa apakah device file system masih ada di list device yang di mount atau tidak Kasus Uji T_AVL_3.2_A_06 Memory Mapping Write Pada Kasus Uji ini akan dilakukan tes apakah perintah unmount tetap bekerja walaupun ada file yang sedang buka dan kemudian apakah mungkin menulis dari file system yang sudah terunmount. Penulisan ulang tidak dilakukan secara langsung melainkan melalui mekanisme memory mapping. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan proses mounting pada file system yang dipilih ke mount point b. Tulis data ke map area c. Lakukan memory mapping ke file tulis d. Jalankan perintah force unmount terhadap device file system yang telah di-mount terlebih sebelumnya e. Lakukan penulisan kembali dari memory mapping f. Periksa apakah perintah force umount berjalan atau tidak, dengan memeriksa apakah device file system masih ada di list device yang di mount atau tidak Kasus Uji T_AVL_3.2_A_07 Read Error Value Pada Kasus Uji mirip seperti kasus uji Kasus Uji T_AVL_3.2_A_01, hanya pada kasus ni ini akan dilihat apakah proses pembacaan ulang setelah perintah unmount memberikan nilai error atau tidak. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan proses mounting pada file system yang dipilih ke mount point b. Lakukan pembukaan pada file yang ada pada mount point III-14

15 c. Jalankan perintah force unmount terhadap device file system yang telah di-mount terlebih sebelumnya d. Lakukan pembacaan terhadap file yang di file system yang telah ter-unmount e. Periksa apakah ada error value yang diberiakan atau tidak terhadap pembacaan file Kasus Uji T_AVL_3.2_A_08 Write Error Value Pada Kasus Uji mirip seperti kasus uji Kasus Uji T_AVL_3.2_A_02, hanya pada kasus ni ini akan dilihat apakah proses penulisan ulang setelah perintah unmount memberikan nilai error atau tidak. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan proses mounting pada file system yang dipilih ke mount point b. Lakukan pembukaan pada file yang ada pada mount point c. Jalankan perintah force unmount terhadap device file system yang telah di-mount terlebih sebelumnya d. Lakukan penulisan ulang terhadap file yang di file system yang telah ter-unmount f. Periksa apakah ada error value yang diberiakan atau tidak terhadap penulisan file 3.4 Low Memory Condition Monitor AVL 4.3 Spesifikasi AVL 4.3 [OSD07a] berkaitan tentang implementasi Low Memory Condition Monitor, merupakan prioritas 3 memiliki deskripsi sebagai berikut : Description: OSDL CGL specifies that carrier grade Linux shall provide a low memory condition monitor. To avoid encountering a true out-of-memory (OOM) condition in the Linux kernel, a userspace facility should be provided to monitor memory usage and take action based on a configurable low-memory threshold. This threshold would be set to predict an OOM condition before it becomes critical. The threshold would apply to both physical memory and swap area. III-15

16 The application should record the top N memory-consuming processes, so that when the threshold is reached, processes that are not on the user-defined do-not -kill list that are trending up in memory use can be killed. This capability would allow the application to tell the kernel to stop allocating memory to user-space processes. When applications run out of pre-allocated memory, the system could remain nominally in service until more memory becomes available. Berdasarkan deskripsi di atas dapat di analisis bahwa sistem operasi yang mendukung Low Memory Condition Monitor harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Menghindari kondisi true out-of-memory (OOM) pada kernel b. Menyediakan fasilitas me-monitor penggunaan memory pada user space c. Menjalankan aksi berdasarkan low-memory threshold yang berubah sesuai prediksi dan mencakup physical memory dan swap area. d. Menyimpan data sejumlah proses yang memakai memori pada tingkat tertentu e. Meminta kernel agar pada saat tertentu menghentikan proses alokasi memori ke proses di user space Seperti yang telah disebutkan pada bab II bahwa pada Linux telah dikembangkan suatu untuk memonitor penggunaan resources pada Linux, yaitu CKRM. Namun pada penelitian CRKM versi terbaru adalah untuk kernel versi yang merupakan versi di bawah Fedora 7. Penulis mengalami kesulitan yang cukup berarti untuk memasukkan modul CKRM ke dalam kernel Fedora 7. Sebagai pengganti CKRM, PGP dianggap cukup baik dan mudah untuk diimplementasikan untuk melakukan tes ini. Dengan PGP terlebih dahulu dibuat aturan atau rules agar pmie dapat mengerti monitoring apa yang kita inginkan. Pmie kemudian dijalankan dengan aturan tersebut sehingga monitoring dapat berjalan. Program eatmem dari test yang diberikan oleh CKRM dapat digunakan sebagai program yang mengkonsumsi memori. Berdasarkan syarat yang telah dideskripsikan sebelumnya dapat dibuat sejumlah uji kasus sebagai berikut: III-16

17 3.4.1 Kasus Uji T_AVL_4.3_M_01 Alert Condition Pada kasus uji ini akan diuji kriteria apakah CKRM mampu menghindari kondisi Out Of Memory dan meminta proses alokasi memori ke proses di user space, berikut langkah tesnya: a. Buat dengan program eatmem lakukan konsumsi memori sesuai dengan spesifikasi perangkat lunak misalnya program menkonsumsi 750 MB untuk 1 GB Total memori. b. Lakukan monitoring dengan pmie dengan rules untuk medeteksi kondisi memori kritis dengan refresh rate tertentu misalnya 3 detik. c. Periksa apakah ada peringatan atau alert yang keluar Kasus Uji T_AVL_4.3_M_02 Process List Pada kasus uji ini akan diuji kriteria apakah CKRM mampu memberikan tool untuk monitoring penggunan memori dan tool tersebut mampu menyimpan sejumlah informasi proses yang mengkonsumsi memori yang banyak, langkah pengujian sebagai berikut: a. Buat sejumlah program eatmem, lakukan konsumsi memori sesuai dengan spesifikasi perangkat lunak misalnya program pertama mengkonsumsi 200 MB, program kedua mengkonsumsi 220 MB, dan program ketiga mengkonsumsi 250 MB. b. Lakukan monitoring dengan pmie dengan rules untuk medeteksi proses yang mengkonsumsi memori banyak dengan refresh rate tertentu misalnya 3 detik. c. Periksa apakah ada print atau list proses-proses yang mengkonsumsi memori banyak. 3.5 Low Memory Notification Mechanism AVL 4.4 Spesifikasi AVL 4.4 [OSD07a] berkaitan tentang implementasi Low Memory Notification Mechanism, merupakan prioritas 3 memiliki deskripsi sebagai berikut : Description: OSDL CGL specifies that carrier grade Linux shall provide a low memory notification mechanism.whenever a low memory condition is detected, the mechanism shall generate a remote notification. III-17

18 Notification methods shall support enterprise-level notification protocols such as SNMP or CIM. See: STD.7 SNMP (for IPv4 and IPv6) Berdasarkan deskripsi di atas dapat dianalisis bahwa sistem operasi yang mendukung Low Memory Notification Mechanism harus memenuhi syarat yaitu menyediakan remote notification jika terjadi low memory condition. Untuk melakukan pengujian ini diperlukan adanya SNMP Agent pada perangkat yang diuji Kasus Uji T_AVL_4.4_M_01 SMTP Trap Generator Pada Kasus uji ini akan dicoba apakah jik terjadi kondisi low memory apakah PCP mengirim notifikasi melalui SNMP, berikut langkah pengujiannya a. Buat dengan program eatmem lakukan konsumsi memori sesuai dengan spesifikasi perangkat lunak misalnya program menkonsumsi 750 MB untuk 1 GB Total memori. b. Lakukan monitoring dengan pmie dengan rules untuk medeteksi kondisi memori kritis dan mengirim SNMPTRAP dengan refresh rate tertentu misalnya 3 detik. c. Dengan tool yang disediakan SNMP Agent periksa apakah ada notifikasi yang dikirimkan, biasanya notifikasi berupa SMNP TRAP. d. Dengan bantuan perangkat lunak wireshark lakukan pendeteksi pake SNMP tersebut. 3.6 Ethernet link bonding using IPV4 AVL 21.0 Spesifikasi AVL 21.0 [OSD07a] berkaitan tentang implementasi Ethernet link bonding using IPV4, merupakan prioritas 1 memiliki deskripsi sebagai berikut : Description: OSDL CGL shall support bonding of multiple Ethernet NICs within a single node using IPV4. The bonding supports the following functions: III-18

19 Ethernet link aggregation - Supports multiple Ethernet cards to be bonded for bandwidth aggregation. Ethernet link failover - Supports automatic failover of an IP address from one Ethernet NIC to another within a single node using the Ethernet bonding. Some mode of bonding requires IEEE 802.3ad support on switches; however, other modes do not require special protocol support. Berdasarkan deskripsi di atas dapat dianalisis bahwa sistem operasi yang mendukung Ethernet link bonding harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Mampu melakukan link aggregasi yang merupakan kemampuan untuk mem-bonding sejumlah Ethernet card dengan bandwith yang teragregasi juga b. Mampu melakukan failover dari satu interface bond ke lainnya jia terjadi kegagalan pada satu interface Fileover dilakukan pada node yang sama. Sesuai dengan spesifikasi hardware pengujian yang hanya memiliki 1 ethernet card maka pada kasus tes akan dilakukan bonding antara ethernet dan wireless card. Juga perlu diingat bahwa pada sebagian kasus diperlukan kemampuan bonding dari switch atau router yang dituju. Berikut skema tes uji yang akan dilakukan: Kasus Uji T_AVL_21.0_M_01 Bonding Capability Pada kasus uji ini akan dicoba apakah dapat melaukan bonding antara eth0 yang merupakan ethernet card dan eth1 yang merupakan wireless card. Bonding yang tercipta dilakukan pengukuran dengan memakai perangkat lunak pembantu dan memakai koneksi hasil bonding. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan konfigurasi bond0, eth0, eth1 yang mana bond0 merupakan koneksi hasil bonding dari eth0 dan eth1 b. Uji peningkatan bandwitdh dengan perangkat lunak pembantu, lakukan dengan melakaukan ping melalui bond0 sebanyak 50x terhadap gateway III-19

20 c. Perangakat lunak wireshark dapat digunakan untuk melihat performansi, hasil pengujian dapat dilaporkan pada bentuk grafik Kasus Uji T_AVL_21.0_M_02 Failover to Wireless Pada kasus uji ini akan dicoba apakan dapat melakukan bonding antara eth0 yang merupakan ethernet card dan eth1 yang merupakan wireless card. Bonding yang tercipta dilakukan pengukuran dengan memakai perangkat lunak pembantu dan memakai koneksi hasil bonding. Pada saat pengukuran dilakukan pemutusan terhadap ethernet. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan konfigurasi bond0, eth0, eth1 yang mana bond0 merupakan koneksi hasil bonding dari eth0 dan eth1. b. Uji peningkatan bandwitdh dengan perangkat lunak pembantu, lakukan dengan melakaukan ping melalui bond0 sebanyak 50x terhadap gateway c. Pada saat proses ping belum selesai, non-aktifkan interface eth0. d. Perhatikan apakah ping terus berlanjut atau tidak. e. Perangakat lunak wireshark dapat digunakan untuk melihat performansi, hasil pengujian dapat dilaporkan pada bentuk grafik Kasus Uji T_AVL_21.0_M_03 Failover to Wired Pada kasus uji ini akan dicoba apakan dapat melakukan bonding antara eth0 yang merupakan ethernet card dan eth1 yang merupakan wireless card. Bonding yang tercipta dilakukan pengukuran dengan memakai perangkat lunak pembantu dan memakai koneksi hasil bonding. Pada saat pengukuran dilakukan pemutusan terhadap wireless. Langkah pengujian sebagai berikut: a. Lakukan konfigurasi bond0, eth0, eth1 yang mana bond0 merupakan koneksi hasil bonding dari eth0 dan eth1. b. Uji peningkatan bandwitdh dengan perangkat lunak pembantu, lakukan dengan melakaukan ping melalui bond0 sebanyak 50x terhadap gateway III-20

21 c. Pada saat proses ping belum selesai, non-aktifkan interface eth1. d. Perhatikan apakah ping terus berlanjut atau tidak. e. Perangakat lunak wireshark dapat digunakan untuk melihat performansi, hasil pengujian dapat dilaporkan pada bentuk grafik 3.7 Kriteria Keberhasilan Pengujian Berdasarkan perancangan-perancangan kasus-kasus uji dapat dihimpun sejumlah syarat apakah kasus uji tersebut terpenuhi atau tidak. Tabel III-2 berikut merinci kriteria tersebut: Tabel III-2 Keriteria Keberhasilan Kategori Kasus Uji Keterangan Berhasil T_AVL_1.0_A_01 mendapatkan mutex dari pemilik sebelumnya yang telah terminasi Robust Mutex T_AVL_1.0_A_02 T_AVL_1.0_A_03 T_AVL_1.0_A_04 T_AVL_1.0_A_05 T_AVL_1.0_A_06 mendapatkan mutex dari pemilik sebelumnya yang telah terminasi mendapatkan mutex dari pemilik sebelumnya yang telah terminasi mendapatkan mutex dari pemilik sebelumnya yang telah terminasi mendapatkan mutex dari pemilik sebelumnya yang telah terminasi mendapatkan mutex dari pemilik sebelumnya yang telah terminasi Gagal tidak mendapatkan mutex, atau salah mendapatkan kode mutex atau segmentation fault tidak mendapatkan mutex, atau salah mendapatkan kode mutex atau segmentation fault tidak mendapatkan mutex, atau salah mendapatkan kode mutex atau segmentation fault tidak mendapatkan mutex, atau salah mendapatkan kode mutex atau segmentation fault tidak mendapatkan mutex, atau salah mendapatkan kode mutex atau segmentation fault tidak mendapatkan mutex, atau salah mendapatkan kode mutex atau segmentation fault III-21

22 Kategori Kasus Uji Keterangan Berhasil T_AVL_1.0_A_07 mendapatkan mutex dari pemilik sebelumnya yang telah terminasi Force Unmount Low Memory Condition Monitor Gagal tidak mendapatkan mutex, atau salah mendapatkan kode mutex atau segmentation fault T_AVL_1.0_A_08 mutex te-recover mutex tidak te-recover T_AVL_1.0_A_09 mengunlock mutex gagal meng-unlock mutex T_AVL_1.0_A_10 mengunlock mutex gagal meng-unlock mutex T_AVL_1.0_A_11 mendapatkan mutex dari pemilik sebelumnya yang telah terminasi tidak mendapatkan mutex, atau salah mendapatkan kode mutex atau segmentation fault T_AVL_1.0_A_12 vfulock dimatikan vfulock tidak dimatikan T_AVL_1.0_A_13 mendapatkan mutex dari pemilik sebelumnya yang telah terminasi tidak mendapatkan mutex, atau salah mendapatkan kode mutex atau segmentation fault tidak berhasil mengunmount device tidak berhasil mengunmount device tidak berhasil mengunmount device tidak berhasil mengunmount device tidak berhasil meng- T_AVL_3.2_A_01 berhasil meng-unmount device T_AVL_3.2_A_02 berhasil meng-unmount device T_AVL_3.2_A_03 berhasil meng-unmount device T_AVL_3.2_A_04 berhasil meng-unmount device T_AVL_3.2_A_05 berhasil meng-unmount device unmount device T_AVL_3.2_A_06 berhasil meng-unmount tidak berhasil mengunmount device device T_AVL_3.2_A_07 mengembalikan kode error tidak mengembalikan kode error T_AVL_3.2_A_08 mengembalikan kode error tidak mengembalikan kode error T_AVL_4.3_M_01 T_AVL_4.3_M_02 ada informasi low memory, program tidak diizinkan memakai memory lebih dari threshold, sehingga tidak terjadi kondisi out of memory Data proses yang menkonsumsi memori tersimpan dan benar tidak ada informasi low memory, program diizinkan memakai memory lebih dari threshold, sehingga terjadi kondisi out of memory Data proses yang menkonsumsi memori tidak tersimpan atau benar III-22

23 Kategori Kasus Uji Keterangan Berhasil Low Mem T_AVL_4.4_M_01 Ada SNMP Trap yang Condition bangkit saat low memory Monitor Notification Ethernet Bonding Gagal Tidak Ada SNMP Trap yang bangkit saat low memory T_AVL_21.0_M_01 bonding berhasil dilakukan ada peningkatan bandwidth bonding tidak berhasil dilakukan T_AVL_21.0_M_02 ada fail over ke wireless ada fail over ke wireless T_AVL_21.0_M_03 ada fail over ke wired ethernet tidak ada fail over ke wired ethernet III-23

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Pada Bab IV ini akan dijelaskan hasil pengujian dari kasus-kasus uji, dan analisis hasil pengujian tersebut. 4.1 Eksekusi Pengujian Pengujian dilakukan dengan 3 kali

Lebih terperinci

[LIN07b] Linux Foundation. The Linux Foundation. CGL Glossary.

[LIN07b] Linux Foundation. The Linux Foundation. CGL Glossary. DAFTAR REFERENSI [CIS06] Cisco. Cisco Documentation Ethernet Technologies. 2006. http://www.cisco.com/ univercd/cc/td/doc/cisintwk/ito_doc/ethernet.htm. Diakses tanggal 25 Maret 2008 [DAV06] Davis, Thomas.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar yang berguna untuk pemahaman yang lebih detail mengenai konsep-konsep tersebut sehingga memudahkan proses analisis dan perancangan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Perancangan Sistem

Gambar 3.1 Perancangan Sistem BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem monitoring yang terbagi menjadi dua bagian, sistem bagian pertama adalah objek yang akan dimonitor, sistem bagian kedua merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI Pada bab ini akan membahas mengenai skenario pengujian dan hasil analisis dari tugas akhir ini. Sebelum masuk ke tahap pengujian akan dijelaskan terlebih

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN IMPLEMENTASI

BAB III ANALISA DAN IMPLEMENTASI BAB III ANALISA DAN IMPLEMENTASI 3.1 Analisa Kebutuhan Pada implementasi konferensi suara menggunakan RAT (Robust Audio Tool) pada jaringan ad-hoc memerlukan beberapa kebutuhan. Diantaranya kebutuhan pada

Lebih terperinci

Gambar Notifikasi via

Gambar Notifikasi via BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Umum Notifikasi Status Perangkat Secara umum notifikasi yang dikirimkan oleh aplikasi monitoring adalah melalui Email dan juga alert atau alarm pada aplikasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dan perangkat lunak yang digunakan. hasil rancangan yang ada. Halaman web dibuat dengan basis php

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dan perangkat lunak yang digunakan. hasil rancangan yang ada. Halaman web dibuat dengan basis php BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Spesifikasi Sistem Sistem yang dirancang menggunakan 2 komponen utama yang menjadi pendukung, yaitu komponen perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Server merupakan kebutuhan utama bagi hampir setiap perusahaan maupun untuk para pengguna pada umumnya. Akan tetapi server merupakan sebuah mesin yang terhubung ke

Lebih terperinci

Mahasiswa dapat memahami konsep dasar deskripsi dan kontrol pada proses

Mahasiswa dapat memahami konsep dasar deskripsi dan kontrol pada proses Deskripsi dan Kontrol Proses (Pertemuan ke-4) Agustus 2014 Pokok Bahasan Pokok Bahasan: Deskripsi dan Kontrol Proses Sub Pokok Bahasan: TIU: TIK: Model proses 7 status Struktur kontrol sistem operasi dan

Lebih terperinci

Sistem Monitoring Spesifikasi dan Utilitas Host di Jaringan Komputer Berbasis Web

Sistem Monitoring Spesifikasi dan Utilitas Host di Jaringan Komputer Berbasis Web Sistem Monitoring Spesifikasi dan Utilitas Host di Jaringan Komputer Berbasis Web I yoman Piarsa 1, Putu Bayu Suda Togantara 2 1,2 Teknologi Informasi, Universitas Udayana, Bali e-mail: manpits@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3. Analisis Routing Protokol BGP & OSPF

BAB 3. Analisis Routing Protokol BGP & OSPF BAB 3 Analisis Routing Protokol BGP & OSPF 3.1 Existing Network PT. Orion Cyber Internet memiliki dua network besar, yaitu network Core dan network POP. Network core meliputi network inti yang akan menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi penyusunan Tugas Akhir, dan sistematika penulisan laporan yang dibuat. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

TSI Perbankan MANAJEMEN DATA LOCK. Obyektif : 1. Mengetahui konsep lock 2. Mengetahui konsep share pada file database. AS/400 hal. B.

TSI Perbankan MANAJEMEN DATA LOCK. Obyektif : 1. Mengetahui konsep lock 2. Mengetahui konsep share pada file database. AS/400 hal. B. HOME DAFTAR ISI Obyektif : 1. Mengetahui konsep lock 2. Mengetahui konsep share pada file database MANAJEMEN DATA LOCK AS/400 hal. B.181 7.1 LOCKING Locking adalah salah satu mekanisasi pengontrol konkuren.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dilakukan analisis kebutuhan dan perancangan dalam pembuatan proyek akhir Implementasi load balancer dan fail over pada email server. Berikut adalah analisis

Lebih terperinci

Internet Gateway dengan multiple ISP

Internet Gateway dengan multiple ISP Internet Gateway dengan multiple ISP By Henry Saptono Jul 2008 I. Pendahuluan Memiliki jalur koneksi internet lebih dari satu koneksi tentunya akan meningkatkan layanan akses internet

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Arduino, Switch, Access Point, LED, LCD, Buzzer, . i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Arduino, Switch, Access Point, LED, LCD, Buzzer,  . i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini komputer menjadi hal yang umum dalam dunia teknologi dan informasi. Komputer berkembang sangat pesat dan hampir seluruh aspek kehidupan manusia membutuhkan teknologi ini. Hal tersebut

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN JARINGAN

TUGAS MANAJEMEN JARINGAN TUGAS MANAJEMEN JARINGAN OLEH : NAMA : INDAH SARI NIM : 09011181320011 JURUSAN SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016 Analisa Protokol SNMP dengan Menggunakan Wireshark Dimana

Lebih terperinci

Instalasi FreeBSD 6.0

Instalasi FreeBSD 6.0 Instalasi FreeBSD 6.0 Ricki Zurwindar Universitas YARSI Copyright 2007 Banyak cara yang dapat digunakan dalam melakukan instalasi FreeBSD baik melalui berbagai macam media seperti

Lebih terperinci

SISTEM OPERASI DEADLOCK

SISTEM OPERASI DEADLOCK SISTEM OPERASI DEADLOCK DEADLOCK Sekumpulan proses sedang blocked karena setiap proses sedang menunggu (antrian) menggunakan resources yang sedang digunakan (hold) oleh proses lain. Layanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini berisi proses implementasi perangkat lunak, dari hasil rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu juga terdapat hasil-hasil pengujian terhadap kebenaran

Lebih terperinci

Chapter 6 Input/Output

Chapter 6 Input/Output Chapter 6 Input/Output Masalah-masalah Input/Output Periferal yang bervariasi Pengiriman jumlah data yang berbeda Dengan kecepatan yang berbeda Dalam format yang berbeda Semua periferal I/O berkecepatan

Lebih terperinci

BAB 4. PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan tahap perancangan, simulasi dan uji coba pertama bagaimana fitur Hot Standby Router Protocol pada router Cisco dalam menjaga avaibility jaringan komputer

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Skenario Uji Coba Dengan rancangan jaringan yang telah dibuat, perlu dilakukan uji coba untuk membuktikan bahwa rancangan load balancing dan failover tersebut dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian VRRP VRRP (Virtual Routing Redundancy Protocol) merupakan salah satu protokol open source redundancy yang artinya dapat digunakan di berbagai merek perangkat dan dirancang

Lebih terperinci

Sistem Operasi. Proses dan Thread

Sistem Operasi. Proses dan Thread Sistem Operasi Proses dan Thread Proses Abstraksi paling utama dalam sebuah sistem operasi Proses adalah abstraksi dari sebuah program yang sedang berjalan (running program): lebih detail pada model proses

Lebih terperinci

Operating System. File System. Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan. Dosen : Caca E. Supriana, S.Si

Operating System. File System. Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan. Dosen : Caca E. Supriana, S.Si Operating System File System Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan Dosen : Caca E. Supriana, S.Si caca_emile@yahoo.co.id Konsep dan Atribut File System Konsep File Atribut File Operasi

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tersebut. Adapun langkah-langkah implementasi sebagai berikut: 2. Instalasi dan konfigurasi perangkat lunak

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tersebut. Adapun langkah-langkah implementasi sebagai berikut: 2. Instalasi dan konfigurasi perangkat lunak BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Setelah melakukan perancangan, pada bab ini membahas implementasi dari sistem yang sudah dirancang setelah itu dilakukan evaluasi dari hasil sistem tersebut.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem Untuk dapat melakukan implementasi maka diperlukan perangkat Hardware dan Software yang digunakan. Hardware - Router Wifi Mikrotik RB951 - Modem ISP Utama

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 PERALATAN YANG DIBUTUHKAN Pada tahap ini dilakukan implementasi sistem yang meliputi spesifikasi sistem untuk perangkat keras dan perangkat lunak pada sistem jaringan

Lebih terperinci

Nagios Sebagai Network Monitoring Software

Nagios Sebagai Network Monitoring Software Nama : Muhamad Yusup NIM : 09011281419061 Nagios Sebagai Network Monitoring Software 1. Pendahuluan Nagios adalah NMS open source yang dirancang khusus untuk memonitor host/managed device dan layanan jaringan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. jaringan baru yang dapat mendukung infrastruktur yang ada. Pengamatan yang

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. jaringan baru yang dapat mendukung infrastruktur yang ada. Pengamatan yang BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisis Jaringan Komputer Analisis ini dilakukan untuk menjawab perlu tidaknya perancangan jaringan baru yang dapat mendukung infrastruktur yang ada. Pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1 Software PRTG Perancangan sistem monitoring jaringan ini menggunakan aplikasi PRTG System Monitor yang dijalankan pada sistem operasi Windows. PRTG

Lebih terperinci

Praktikum MONITORING AND RESOLVING LOCK CONFLICTS. Tujuan :

Praktikum MONITORING AND RESOLVING LOCK CONFLICTS. Tujuan : Praktikum 11 MONITORING AND RESOLVING LOCK CONFLICTS Tujuan : 1. Mampu memahami konsep Locking pada Oracle 2. Mampu memahami cara mendeteksi lock conflicts pada Oracle 3. Mampu mengatasi deadlock Alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 1. Dua unit laptop, dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Transmitter, ACER Aspire 5622WLCi dengan spesifikasi Intel Core 2

III. METODE PENELITIAN. 1. Dua unit laptop, dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Transmitter, ACER Aspire 5622WLCi dengan spesifikasi Intel Core 2 III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Dua unit laptop, dengan spesifikasi sebagai berikut: a. Transmitter, ACER

Lebih terperinci

Sistem Operasi Pertemuan 2 Sistem Operasi. (Pengenalan) H u s n i Lab. Sistem Komputer & Jaringan Teknik Informatika Univ.

Sistem Operasi Pertemuan 2 Sistem Operasi. (Pengenalan) H u s n i Lab. Sistem Komputer & Jaringan Teknik Informatika Univ. Sistem Operasi 2009 Pertemuan 2 Sistem Operasi (Pengenalan) H u s n i Lab. Sistem Komputer & Jaringan Teknik Informatika Univ. Trunojoyo Ikhtisar Definisi Sistem Operasi Evolusi Sistem Operasi Pencapaian

Lebih terperinci

TUGAS MANAJEMEN JARINGAN

TUGAS MANAJEMEN JARINGAN TUGAS MANAJEMEN JARINGAN Nama : Nur Rahma Dela NIM : 09011181320008 JURUSAN SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA Analisis Jaringan A. FCAPS Manajemen jaringan mengacu pada pelaksanaan(operation),

Lebih terperinci

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down

BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down Menurut Setiabudi (2009) untuk membangun sebuah sistem, diperlukan tahap-tahap agar pembangunan itu dapat diketahui perkembangannya serta memudahkan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Program Program yang dibuat penulis bertujuan untuk menangkap paket-paket data yang penulis inginkan pada komputer di jaringan berbeda. Agar tujuan dari pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN /24 dan lainnya bisa berkoneksi dengan internet / ISP.

BAB IV PEMBAHASAN /24 dan lainnya bisa berkoneksi dengan internet / ISP. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Mikrotik sebagai Gateway Mikrotik sebagai gateway merupakan salah satu bentuk implementasi yang paling banyak di pakai. Tujuannya agar client, semisal dengan IP 192.168.199.3/24 dan

Lebih terperinci

Materi I. Kholid Fathoni, S.Kom., M.T.

Materi I. Kholid Fathoni, S.Kom., M.T. Materi I Monitoring Jaringan Kholid Fathoni, S.Kom., M.T. Monitoring performance dari jaringan Mengetahui status (up/down) service dari host yang kita monitor secara realtime dengan system alert/alarm

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PROTOKOL ROUTING AODV PADA JARINGAN AD-HOC. Pada perangkat keras akan di jelaskan mengenai alat yang digunakan pada

BAB III ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PROTOKOL ROUTING AODV PADA JARINGAN AD-HOC. Pada perangkat keras akan di jelaskan mengenai alat yang digunakan pada BAB III ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PROTOKOL ROUTING AODV PADA JARINGAN AD-HOC 3.1 Analisis Kebutuhan Pada Implementasi Protokol Routing Ad-hoc On-Deman Distance Vector (AODV) pada jaringan Ad-hoc memerlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Pada sistem yang akan dibangun ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada seorang administrator jaringan saat akan menggunakan monitoring jaringan dengan aplikasi

Lebih terperinci

Bab V Pengujian (Testing)

Bab V Pengujian (Testing) Bab V Pengujian (Testing) Pengujian (testing) SQL Server 2000 cluster dilakukan untuk melihat apakah proses clustering sudah dapat bekerja sebagaimana semestinya. Ada beberapa cara pengujian atau test

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. system ini dapat berjalan dengan baik. Berikut merupakan spesifikasi hardware dan. Processor : Intel pentium 4.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. system ini dapat berjalan dengan baik. Berikut merupakan spesifikasi hardware dan. Processor : Intel pentium 4. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Untuk mengimplementasikan Nagios dan MRTG agar Network Monitoring system ini dapat berjalan dengan baik. Berikut merupakan spesifikasi hardware dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4.1 Spesifikasi Sistem Berikut adalah spesifikasi perangkat keras yang akan digunakan dalam rancangan jaringan sesuai acuan topologi external network perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu : Oktober 2009 Februari : 1. Pusat Komputer Universitas Lampung. 2. Pusat Komputer Universitas Sriwijaya

III. METODE PENELITIAN. Waktu : Oktober 2009 Februari : 1. Pusat Komputer Universitas Lampung. 2. Pusat Komputer Universitas Sriwijaya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu : Oktober 2009 Februari 2010 Tempat : 1. Pusat Komputer Universitas Lampung 2. Pusat Komputer Universitas Sriwijaya 3. Laboratorium Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM COMPUTER ARCHITECTURE AND ORGANIZATION. Konfigurasi Jaringan Peer to Peer dan Sharing Data / Folder Menggunakan Wireless Mode Ad Hoc

LAPORAN PRAKTIKUM COMPUTER ARCHITECTURE AND ORGANIZATION. Konfigurasi Jaringan Peer to Peer dan Sharing Data / Folder Menggunakan Wireless Mode Ad Hoc LAPORAN PRAKTIKUM COMPUTER ARCHITECTURE AND ORGANIZATION Konfigurasi Jaringan Peer to Peer dan Sharing Data / Folder Menggunakan Wireless Mode Ad Hoc Disusun Oleh: Nama : Nurliana NIM : 1790343030 Kelas

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembangunan Sistem Failover Pada MySQL Menggunakan Heartbeat dan MySQL Native Replication untuk Menunjang Ketersediaan Data Online

Perancangan dan Pembangunan Sistem Failover Pada MySQL Menggunakan Heartbeat dan MySQL Native Replication untuk Menunjang Ketersediaan Data Online Perancangan dan Pembangunan Sistem Failover Pada MySQL Menggunakan Heartbeat dan MySQL Native Replication untuk Menunjang Ketersediaan Data Online Prajna Deshanta Ibnugraha Jurusan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL TESTBED DAN EVALUASI KINERJA PROGRAM FTS

BAB 4 HASIL TESTBED DAN EVALUASI KINERJA PROGRAM FTS BAB 4 HASIL TESTBED DAN EVALUASI KINERJA PROGRAM FTS Pada bab 3 telah dijelaskan model skenario testbed yang digunakan untuk menganalisa kinerja program FTS. Model testbed tersebut meliputi routing statik

Lebih terperinci

BAB 4. Implementasi Protokol BGP & OSPF Untuk Failover

BAB 4. Implementasi Protokol BGP & OSPF Untuk Failover BAB 4 Implementasi Protokol BGP & OSPF Untuk Failover 4.1 Implementasi Network Pada tahap implementasi, akan digunakan 2 protokol routing yang berbeda yaitu BGP dan OSPF tetapi pada topologi network yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH 3.1 Analisa Analisa yang penulis lakukan adalah memberikan ilustrasi berupa gambaan umum, keadaan saat ini dan kendala yang dihadapi sebagai berikut: 3.1.1 Gambaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Sistem Pada analisa sistem ini penulis akan memaparkan bagaimana perancangan sistem DNS Master Slave yang akan di implementasiakan pada jaringan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Sistem Implementasi merupakan penerapan dari proses analisis dan perangcangan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Pada tahapan ini terdapat dua aspek

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1 DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang analisis dan perancangan sistem. Pembahasan yang dianalisis terbagi menjadi 2 yaitu analisis masalah dan analisis

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI 80 BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, solusi yang diberikan untuk menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT. Solusi Corporindo Teknologi adalah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. aplikasi yang dibangun baik aplikasi berbasis mobile maupun berbasis desktop. Implementasi

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. aplikasi yang dibangun baik aplikasi berbasis mobile maupun berbasis desktop. Implementasi BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini berisi tentang implementasi dan evaluasi dalam pengembangan aplikasi yang dibangun baik aplikasi berbasis mobile maupun berbasis desktop. Adapun langkah langkah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMESTASI DAN EVALUASI. permasalahan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

BAB 4 IMPLEMESTASI DAN EVALUASI. permasalahan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. BAB 4 IMPLEMESTASI DAN EVALUASI Pada bab ini dijelaskan mengenai implementasi dan evaluasi dari hasil analisis permasalahan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. 4.1 Spesifikasi Sistem Spesifikasi

Lebih terperinci

Konsep Sistem Operasi (Sesi 2)

Konsep Sistem Operasi (Sesi 2) Konsep Sistem Operasi (Sesi 2) Oleh: Satrio Yudho Jakarta 2008 Tujuan Memahami karakteristik Sistem Operasi. Memahami Evolusi Sistem Operasi dan perubahan pada setiap generasi. Memahami Struktur Komputer

Lebih terperinci

PENGANTAR APLIKASI KOMPUTER

PENGANTAR APLIKASI KOMPUTER Pada saat pertama kali komputer digunakan, pengguna dihadapkan pada sulitnya untuk mengoperasikan komputer tersebut. Semakin banyak perangkat tambahan yang bisa ditambahkan kedalam komputer, semakin rumit

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN HASIL PERANCANGAN JARINGAN. pengujian jaringan adalah sebagai berikut :

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN HASIL PERANCANGAN JARINGAN. pengujian jaringan adalah sebagai berikut : 4.1 Implementasi BAB 4 IMPLEMENTASI DAN HASIL PERANCANGAN JARINGAN 4.1.1 Spesifikasi Sistem 4.1.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras yang digunakan dalam perancangan dan pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini, diantaranya adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. ini, diantaranya adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Beberapa metode penelitian dilakukan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, diantaranya adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut : 3.1.1 Model Model diperlukan

Lebih terperinci

SNMP (Simple Network Management Protocol) : SNMP Pcapng Analysist

SNMP (Simple Network Management Protocol) : SNMP Pcapng Analysist SNMP (Simple Protocol) : SNMP Pcapng Analysist SNMP (Simple Protocol) adalah Internet Protocol Suite yang dibuat oleh Internet Engineering Task Force (IETF) sekitar tahun 1988 [1]. SNMP digunakan sebagai

Lebih terperinci

Pertemuan #2: Proses dan Thread

Pertemuan #2: Proses dan Thread Pertemuan #2: Proses dan Thread Lecturer: Abdusy Syarif Prodi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Tujuan Memahami konsep dasar dan definisi dari proses Menjelaskan keadaan/status proses Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication. Technology sangat pesat, terutama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Information and Communication. Technology sangat pesat, terutama dalam perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Information and Communication Technology sangat pesat, terutama dalam perkembangan contentapplication yang memberikan banyak layanan kepada parapengguna.

Lebih terperinci

Implementasi Sistem SCADA Redundant (Study kasus: Proses Pengendalian Plant Temperatur Air)

Implementasi Sistem SCADA Redundant (Study kasus: Proses Pengendalian Plant Temperatur Air) Implementasi Sistem SCADA Redundant (Study kasus: Proses Pengendalian Plant Temperatur Air) Disusun Oleh : Nama : Stefanie Hermawan Nrp : 0522041 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl. Prof. drg.

Lebih terperinci

OSI Data Link Layer. CCNA1-1 Chapter 7

OSI Data Link Layer. CCNA1-1 Chapter 7 OSI Data Link Layer CCNA1-1 Chapter 7 OSI Data Link Layer Accessing the Media CCNA1-2 Chapter 7 OSI Data Link Layer Provides the user interface Organize data for network transfer Segmentation and managing

Lebih terperinci

STRUKTUR SISTEM OPERASI

STRUKTUR SISTEM OPERASI STRUKTUR SISTEM OPERASI STRUKTUR SISTEM OPERASI 1. Komponen-Komponen Sistem a. Manajemen Proses Proses adalah keadaan ketika sebuah program sedang di eksekusi. Sebuah proses membutuhkan beberapa sumber

Lebih terperinci

PROSES DAN THREADS DALAM SISTEM OPERASI

PROSES DAN THREADS DALAM SISTEM OPERASI Nama : Tsani Agustin Aghnia Toibin.S Nim : 14111085 Prodi : Teknik Informatika Kelas : 21 PROSES DAN THREADS DALAM SISTEM OPERASI Proses Proses adalah keadaan ketika sebuah program sedang di eksekusi.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KONEKSI JARINGAN MEDIA KABEL DAN WIFI LAPORAN. OLEH : SHOFIYATUN NAJAH NIM Offering E

PRAKTIKUM KONEKSI JARINGAN MEDIA KABEL DAN WIFI LAPORAN. OLEH : SHOFIYATUN NAJAH NIM Offering E PRAKTIKUM KONEKSI JARINGAN MEDIA KABEL DAN WIFI LAPORAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Komunikasi Data dan Jaringan Komputer OLEH : SHOFIYATUN NAJAH NIM. 209533424878 Offering E UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. topologi jaringan yang telah penulis rancang. dibutuhkan, diantaranya adalah sebagai berikut :

Bab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. topologi jaringan yang telah penulis rancang. dibutuhkan, diantaranya adalah sebagai berikut : 51 Bab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Dikarenakan biaya, waktu dan tempat yang tidak memungkinkan untuk dapat mengimplementasikan perancangan penulis secara langsung, maka penulis mensimulasikan jaringan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FAILOVER CLUSTER SERVER GUNA RECOVERY SISTEM PADA PT.LINTAS DATA PRIMA. Naskah Publikasi. diajukan oleh Nanang Purnomo

PEMANFAATAN FAILOVER CLUSTER SERVER GUNA RECOVERY SISTEM PADA PT.LINTAS DATA PRIMA. Naskah Publikasi. diajukan oleh Nanang Purnomo PEMANFAATAN FAILOVER CLUSTER SERVER GUNA RECOVERY SISTEM PADA PT.LINTAS DATA PRIMA Naskah Publikasi diajukan oleh Nanang Purnomo 11.21.0616 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH Berdasarkan pada penjelasan dari bab sebelumnya, maka dibuatlah suatu perancangan pemodelan softswitch sebelum simulasi dilakukan. Perancangan suatu pemodelan

Lebih terperinci

Deskripsi Layanan Protokol TCP dan UDP. (Tugas Mata Kuliah Jaringan Komputer) Nama: Azwar Hidayat NIM: Kelas: SK 4 C

Deskripsi Layanan Protokol TCP dan UDP. (Tugas Mata Kuliah Jaringan Komputer) Nama: Azwar Hidayat NIM: Kelas: SK 4 C Deskripsi Layanan Protokol TCP dan UDP (Tugas Mata Kuliah Jaringan Komputer) Nama: Azwar Hidayat NIM:09031181419024 Kelas: SK 4 C Jurusan Sistem Komputer Fakultas lmu Komputer Universitas Sriwijaya 2017

Lebih terperinci

Wireless LAN. Reesa akbar EEPIS-ITS

Wireless LAN. Reesa akbar EEPIS-ITS Wireless LAN Pertemuan 1 Reesa akbar EEPIS-ITS Wireless LAN Alternatif media network selain kabel Menggunakan Standar IEEE 802 Bekerja di Layer 2 (OSI Model) Aplikasi WirelessLAN Akses Role Perluasan Jaringan

Lebih terperinci

Modul 5 Cisco Router

Modul 5 Cisco Router Modul 5 Cisco Router I. Tujuan 1. Mahasiswa memahami konsep routing dengan perangkat Cisco. 2. Mahasiswa mampu melakukan konfigurasi dengan menggunakan Cisco Router. II. Peralatan Yang Dibutuhkan 1. Satu

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Perancangan Mobile Tracker Simulator (MTS)

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Perancangan Mobile Tracker Simulator (MTS) IV-1 BAB IV PERANCANGAN Bab ini akan menjelaskan perancangan AntiJam. Pembahasan perancangan pada bab ini akan diorganisasikan menjadi per-modul. Supaya pembahasan dalam Tugas Akhir ini ringkas dan padat,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1. Perancangan Router OS Debian 6.0 QUAGGA PROSES ROUTING WEB INTERFACE MANAJEMAN BANDWIDTH HTB TOOL INPUT USER Gambar 3.1 Alur Kerja Interface Router dan Server Bandwidth

Lebih terperinci

SISTEM OPERASI TERDISTRIBUSI

SISTEM OPERASI TERDISTRIBUSI SISTEM OPERASI TERDISTRIBUSI PENGANTAR DATA TERDISTRIBUSI Materi: 1. Pendahuluan 2. Manfaat Sistem Operasi Terdistribusi 3. Komponen Inti Sistem Operasi Pertemuan: 5 Pendahuluan Sistem operasi terdistribusi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN. dilakukan dengan melakukan ping atau dengan mengakses website diluar

BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN. dilakukan dengan melakukan ping atau dengan mengakses website diluar BAB IV HASIL DAN PENGUJIAN 4.1 Pengujian Terhadap Eucalyptus Cloud 4.1.1 Pengujian Konektifitas Pada Server Pengujian konektifitas berfungsi untuk mengetahui apakah komputer server dapat terhubung dengan

Lebih terperinci

Pertemuan 2. Struktur Sistem Operasi

Pertemuan 2. Struktur Sistem Operasi Pertemuan 2 Struktur Sistem Operasi Struktur Sistem Operasi Komponen Sistem Layanan Sistem Operasi System Calls Program System Struktur System Virtual Machines System Design dan Implementation System Generation

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tahap Pembangunan Sistem 4.1.1. Implementasi Windows Server 2012 R2 Pada tahap pertama, penulis menggunakan Windows Server 2012 R2 sebagai sistem operasi pada server utama,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perancangan File Server Menggunakan Cloud Perancangan layanan file server menggunakan cloud pada PT Mugi Cipta Perkasa dilakukan dengan menggunakan sebuah server yang akan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LINUX TERMINAL SERVER PROJECT (LTSP) SERVER DAN CLIENT DENGAN SHARING INTERNET

IMPLEMENTASI LINUX TERMINAL SERVER PROJECT (LTSP) SERVER DAN CLIENT DENGAN SHARING INTERNET IMPLEMENTASI LINUX TERMINAL SERVER PROJECT (LTSP) SERVER DAN CLIENT DENGAN SHARING INTERNET Disusun untuk memenuhi tugas besar mata kuliah sistem tersebar Oleh : 1. Wahyu hidayatulloh 613090037 2. Ahmad

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bab ini akan dilakukan implementasi dan pengujian terhadap Aplikasi Power Control. Tahapan ini dilakukan setelah analisa dan perancangan selesai dilakukan dan akan

Lebih terperinci

A. TUJUAN PEMBELAJARAN:

A. TUJUAN PEMBELAJARAN: A. TUJUAN PEMBELAJARAN: Setelah mempelajari materi dalam bab ini mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami perbedaan Physical Address dan Logical Address. 2. Memahami tentang ARP Table. 3. Mampu menerapkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Topologi Jaringan Dilakukan test bed terhadap 3 macam jaringan, yaitu IPv4 tanpa MPLS, IPv4 dengan MPLS dan IPv6 dengan MPLS. Jaringan test bed yang digunakan merupakan simulasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 5. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Dalam implementasi sistem jaringan ini akan menerapkan semua yang telah direncanakan dan didesain pada tahap sebelumnya yaitu tahap design dan simulasi. Untuk perangkat

Lebih terperinci

pengumpulan, pengolahan, penyimpanan hingga penemuan kembali data serta mampu memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan

pengumpulan, pengolahan, penyimpanan hingga penemuan kembali data serta mampu memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi nformasi (T) telah berkembang dengan pesat, baik dari sisi hardware maupun software. Teknologi saat ini telah memberikan kemudahan untuk saling berinteraksi

Lebih terperinci

MODUL 4 KONSEP PROSES, KONKURENSI, MANAJEMEN PROSES (1) M. R A J A B F A C H R I Z A L - S I S T E M O P E R A S I - M O D U L 4

MODUL 4 KONSEP PROSES, KONKURENSI, MANAJEMEN PROSES (1) M. R A J A B F A C H R I Z A L - S I S T E M O P E R A S I - M O D U L 4 MODUL 4 KONSEP PROSES, KONKURENSI, MANAJEMEN PROSES (1) M. R A J A B F A C H R I Z A L - S I S T E M O P E R A S I - M O D U L 4 1 PROSES Proses adalah sebuah program yang sedang dijalankan(eksekusi).

Lebih terperinci

PERCOBAAN 7 KOMUNIKASI WIRELESS MODE AD-HOC

PERCOBAAN 7 KOMUNIKASI WIRELESS MODE AD-HOC PERCOBAAN 7 KOMUNIKASI WIRELESS MODE AD-HOC A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja WLAN 2. Mahasiswa dapat melakukan konfigurasi WLAN mode ad-hoc 3. Mahasiswa dapat menggunakan aplikasi WLAN

Lebih terperinci

Jaringan Wireless Ad Hoc

Jaringan Wireless Ad Hoc Jaringan Wireless Ad Hoc 5 23.09 in Networking, Tutorial Ad Hoc merupakan salah satu mode jaringan dalam WLAN (Wireless Local Area Network). Mode ini memungkinkan dua atau lebih device (komputer atau router)

Lebih terperinci

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer. Input/Output

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer. Input/Output DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Input/Output 1 9/13/2016 Masalah Input/Output Berbagai macam periferal yang begitu luas Mengirimkan sejumlah data yang berbeda Pada kecepatan berbeda-beda Dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Secara umum, manajemen jaringan adalah layanan yang memanfaatkan berbagai tool, aplikasi, dan device untuk membantu administrator jaringan memonitor dan mengelola jaringan

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP Jurnal ELKOMIKA Teknik Elektro Itenas No.2 Vol. 2 Institut Teknologi Nasional Bandung Juli - Desember 2014 Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP DWI ARYANTA, BAYU AGUNG

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sarana Simulasi Uji coba dilakukan untuk membuktikan apakah sistem jaringan yang sudah dirancang dapat berjalan dengan baik. Namun, dikarenakan pihak kantor PT Synergy Adhi

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI 4.1. Perancangan Pada tahap perancangan akan dilakukan perancangan router yang akan digunakan, topology network, konfigurasi ip address, routing protocol, server, client,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 6 Object Identifier (OID) OID adalah identitas unik yang digunakan untuk melakukan monitoring objek dan didefinisikan dalam hirarki MIB (Cisco 2006). METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian dilakukan berdasar

Lebih terperinci

- File server pertama kali dikembangkan tahun 1970

- File server pertama kali dikembangkan tahun 1970 5. FILE SERVICE File Sistem Terdistribusi ( Distributed File System/DFS) : file sistem yang mendukung sharing files dan resources dalam bentuk penyimpanan persistent di sebuah network. - File server pertama

Lebih terperinci

Kelas: Nilai (Diisi Dosen):... IF

Kelas: Nilai (Diisi Dosen):... IF UTS Sem. I 2012/2013 CSG3E3 (Sistem Operasi) Jum at, 9 November 2012 Pk. 15.45-17.35 (110 menit) Dodi Wisaksono, Endro Ariyanto, Novian Anggis = Ujian bersifat close book dan tidak boleh menggunakan peralatan

Lebih terperinci