Bab I Pendahuluan PERBANDINGAN JUMLAH SERTIPIKAT DENGAN JUMLAH BIDANG TANAH DI INDONESIA BIDANG 68%
|
|
- Sucianty Budiono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Sertipikat hak atas tanah merupakan bukti kepemilikan paling kuat bagi pemilik tanah yang berfungsi untuk menjamin kepastian hukum. Untuk itu, idealnya semua bidang tanah di Indonesia harus bersertipikat (terdaftar). Namun berdasarkan data yang ada pada Badan Pertanahan Nasional (BPN), dari sekitar 85 juta bidang tanah yang ada ternyata baru sekitar 32 % yang terdaftar haknya. (BPN, 2004) PERBANDINGAN JUMLAH SERTIPIKAT DENGAN JUMLAH BIDANG TANAH DI INDONESIA SERTIPIKAT 32% BIDANG 68% BIDANG SERTIPIKAT Gambar I.1 : Persentase jumlah sertipikat di Indonesia Untuk mempercepat pendaftaran hak atas tanah tersebut, pemerintah melakukan kegiatan sertifikasi massal. Salah satu kegiatan sertifikasi massal tersebut adalah Proyek Operasi Nasional Agraria (selanjutnya disebut PRONA) yang pelaksanaannya didasarkan atas Peraturan KBPN RI Nomor 6 tahun 2006 tentang Rencana Strategis BPN-RI tahun dan Keputusan Kepala BPN RI Nomor 32-XIV-2007 tentang Petunjuk Teknis Kegiatan PRONA. Pemerintah mengadakan program percepatan pendaftaran tanah yang mulai dicanangkan sejak tahun 1994 melibatkan 7 provinsi dan 42 kabupaten/kota telah menerbitkan sertipikat hak atas tanah ± 1,5 juta bidang tanah. (BPN, 2006)
2 2 PERSENTASE PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK SISTEMATIK 6% SISTEMATIK SPORADIK SPORADIK 94% Gambar I.2 : Persentase pendaftaran tanah sistematik Badan Pertanahan Nasional RI dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2009 akan melaksanakan percepatan pendaftaran tanah melalui PRONA sejumlah bidang. (BPN, 2006) Data yang tersedia di Kantor Pertanahan saat ini hanya mencakup tanah yang sudah terdaftar, sehingga tidak dapat dijadikan pedoman dalam menentukan prioritas lokasi kegiatan PRONA. Untuk menentukan daerah sebagai lokasi selama ini hanya berdasarkan usulan dari desa/kelurahan dan persentase bidang tanah bersertipikat tanpa memperhatikan kesesuaian dengan potensi daerah tersebut. Penentuan lokasi PRONA melalui cara demikian terindikasi tidak efektif karena cenderung bias dari tujuan pensertipikatan massal tersebut. Permasalahan lainnya adalah belum adanya data spasial mengenai kondisi riil setiap daerah yang dapat dijadikan pijakan dalam perumusan strategi kebijakan pertanahan ke depan. Sampai saat ini belum terdapat data yang akurat mengenai jumlah bidang tanah yang belum bersertipikat pada suatu daerah yang disebabkan oleh kurang lengkapnya data administrasi pertanahan di desa/kelurahan. Padahal apabila data tersebut dikaitkan dengan potensi daerah dan masyarakatnya yang majemuk dapat dijadikan bahan formulasi strategi pertanahan guna tercapainya percepatan pendaftaran tanah.
3 3 Penentuan lokasi PRONA selama ini diindikasikan kurang obyektif dan efektif, maka diperlukan suatu metode yang dapat merepresentasikan potensi wilayah secara kuantitatif agar memudahkan dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian diharapkan penentuan lokasi PRONA dapat dilakukan secara lebih obyektif dan efektif sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diharapkan. I.2. Perumusan Masalah : Saat ini, banyak metode matematika atau statistik yang dapat dimanfaatkan untuk membantu pengambilan keputusan. Salah satu metode tersebut ialah rank sum. Metode rank sum merupakan metode yang dapat menghasilkan urutan ranking secara obyektif dari pengolahan data numeris persamaan matematika melalui pembobotan setiap kriteria yang besarnya disesuaikan dengan tingkat kepentingannya. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana memanfaatkan metode rank sum untuk menentukan prioritas lokasi PRONA? I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Mengacu pada permasalahan yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prioritas lokasi PRONA. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut : 1. Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan baru di bidang administrasi pertanahan untuk percepatan pendaftaran tanah, terutama dalam memanfaatkan model-model matematika dan statistika. 2. Memberikan alternatif bagi BPN dalam menentukan prioritas lokasi PRONA.
4 4 I.4. Hipotesis Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan di atas maka hipotesis dari penelitian ini yaitu metode rank sum dapat digunakan untuk menentukan prioritas lokasi PRONA. I.5. Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Studi kasus dalam penelitian ini adalah desa se-kecamatan Purwanegara Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah sejumlah 13 (tiga belas) desa, karena penentuan lokasi PRONA di beberapa desa di Kecamatan Purwanegara tidak sesuai dengan kriteria lokasi berdasarkan Keputusan Kepala BPN RI Nomor 32-XIV-2007 tentang Petunjuk Teknis Kegiatan PRONA. 2. Sertifikasi massal yang dilaksanakan hanya meliputi kegiatan PRONA. 3. Kriteria yang digunakan meliputi 7 (tujuh) kriteria yaitu kepadatan penduduk, tingkat kemiskinan, jarak kantor desa ke kantor pertanahan, perbandingan luas bidang bersertipikat dengan luas wilayah, tingkat pendidikan, luas dari jenis penggunaan tanah dan jenis pekerjaan penduduk. 4. Jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah lintasan jalan terpendek yang diukur dari kantor desa ke kantor pertanahan. 5. Peta Batas Administrasi Kabupaten Banjarnegara dari kantor BAPPEDA. 6. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Banjarnegara dari kantor BAPPEDA. I.6. Metodologi Penelitian Metodologi yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan yang ada dan didukung oleh data dilakukan proses pengolahan data awal sampai dengan pengolahan data akhir, akan menghasilkan tujuan yang diharapkan. Tahapan penelitian ini dilakukan dengan metodologi sebagai berikut : 1. Persiapan Tahap ini meliputi studi literatur, peraturan-peraturan pendaftaran tanah, pendalaman software yang berkaitan dengan pengolahan, persiapan studi lapangan, berkaitan dengan perijinan, pemberitahuan dan jadwal kegiatan yang akan dilakukan dengan institusi tempat kajian atau tempat akuisisi data lainnya;
5 5 2. Pengumpulan data Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian antara lain data sertipikat hak atas tanah wilayah kajian, Peta Batas Administrasi, Peta Jaringan Jalan dan data kependudukan sebagai dasar dalam penentuan kriteria awal penentuan lokasi PRONA. 3. Pengolahan data Berdasarkan data potensi wilayah tiap desa dan kriteria lokasi PRONA maka dapat ditetapkan 7 (tujuh) kriteria untuk penentuan prioritas lokasi PRONA yang meliputi angka kepadatan penduduk, angka kemiskinan, jarak kantor desa ke kantor pertanahan, perbandingan luas bidang tanah bersertipikat dengan luas wilayah, tingkat pendidikan, luas penggunaan tanah dan jenis pekerjaan penduduk. Kriteria perbandingan luas bidang tanah bersertipikat dengan luas wilayah dan luas penggunaan tanah diperoleh dari data sertipikat wilayah kajian dari kantor pertanahan. Kriteria jarak kantor desa ke kantor pertanahan diperoleh dari proses jarak lintasan jalan terpendek setiap kantor desa ke kantor pertanahan dari hasil overlay Peta Batas Administrasi dengan Peta Jaringan Jalan. Kriteria angka kepadatan penduduk, angka kemiskinan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan penduduk diperoleh dari data kependudukan. Data kriteria setiap desa dibandingkan dengan jumlah data seluruhnya, sehingga menghasilkan normalisasi data kriteria setiap desa. Data hasil normalisasi diklasifikasi dengan interval kelas sama yang disebut equal interval. Banyaknya interval kelas tergantung dari banyaknya populasi melalui hasil perhitungan dengan rumus Sturges. Kemudian setiap interval kelas diberi ranking sesuai hasil kuesioner, pembobotan awal dengan inverse ranking. Bobot akhir diperoleh dari perkalian data hasil normalisasi dengan bobot awal.
6 6 Urutan prioritas lokasi PRONA diperoleh dari hasil penghitungan persamaan Matematika yaitu hasil perkalian bobot kriteria hasil kuesioner dengan bobot akhir setiap kriteria. 4. Analisis Hasil penelitian dianalisis secara keseluruhan yang meliputi analisis data dan pengolahannya serta analisis pembobotan kriteria menggunakan proses normalisasi, analisis hitungan nilai lokasi PRONA metode rank sum menggunakan uji statistika dan analisis terhadap kuota sertifikasi PRONA berdasarkan Petunjuk Teknis PRONA. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis di atas ditarik kesimpulan hasil penelitian sebagai masukan dalam penentuan kriteria lokasi PRONA. Secara sistematis metodologi penelitian digambarkan pada gambar I.3 berikut : Gambar I.3 : Metodologi Penelitian
7 7 I.7. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis dan metodologi penelitian serta sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini akan menguraikan tentang landasan ilmiah atas keseluruhan pelaksanaan penelitian yang berupa dasar teori dan penelitian terdahulu terkait dengan penelitian serupa yang pernah dilakukan. BAB III Pelaksanaan Penelitian Menjelaskan tentang bahan penelitian, alat penelitian, jalannya penelitian menggunakan pembobotan metode rank sum dan metode klasifikasi equal interval. BAB IV Analisis Penelitian Analisis penelitian meliputi analisis data dan pengolahannya serta analisis pembobotan kriteria menggunakan proses normalisasi, analisis hitungan nilai lokasi PRONA metode rank sum menggunakan uji statistika dan analisis terhadap kuota sertifikasi PRONA berdasarkan Petunjuk Teknis PRONA. BAB V Kesimpulan dan saran, bab ini mencakup tentang kesimpulan hasil penelitian serta saran saran untuk mendukung studi selanjutnya.
Bab IV Analisis Penelitian. Analisis penelitian dilakukan terhadap data, proses pengolahannya, hasil penelitian dan metode yang dipakai.
Bab IV Analisis Penelitian Analisis penelitian dilakukan terhadap data, proses pengolahannya, hasil penelitian dan metode yang dipakai. IV.1 Analisis Data Data atribut yang digunakan dalam penelitian ini
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap pelaksanaan sebagaimana dijabarkan pada gambar III.
Bab III Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap pelaksanaan sebagaimana dijabarkan pada gambar III.1 berikut ini : Gambar III.1. Diagram alir penelitian III.1. Gambaran
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Landasan Teori Pasal 19 UUPA ayat (1), (2) dan (3) menyatakan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S., 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Ali, T.H.dan Kartiwa, 2001, Pelaksanaan PAP BPN, Seminar Nasional Pendaftaran Tanah Sistematik, Kerjasama BPN dengan Program D-III UNPAD, Bandung 23 November 2001. Arikunto, S., 1997, Prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah sebagai sumber kehidupan masyarakat, yaitu masuk dalam golongan papan ataupun tempat tinggal masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air, ruang angkasa dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara yang corak kehidupan serta perekonomian rakyatnya masih bercorak agraris, sebagian besar kehidupan rakyatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN-RI) merupakan satu-satunya lembaga pemerintah yang diberi kewenangan dalam memberikan pelayanan publik di bidang pertanahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh masyarakat Indonesia, karena tanah mempunyai peran yang besar baik dalam sektor industri maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi, air dan ruang angkasa, serta segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah merupakan karunia yang diberikan Tuhan kepada umatmanusia, oleh karena itu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki keterkaitan dengan berbagai perspektif, yang beberapa diantaranya adalah perspektif sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Karena keterkaitannya dengan berbagai
Lebih terperinciPENENTUAN PRIORITAS LOKASI PRONA MENGGUNAKAN METODE RANK SUM (Studi Kasus Kecamatan Purwanegara Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah) TESIS
PENENTUAN PRIORITAS LOKASI PRONA MENGGUNAKAN METODE RANK SUM (Studi Kasus Kecamatan Purwanegara Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diantaranya adalah perspektif sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Karena
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah memiliki keterkaitan dengan berbagai perspektif, yang beberapa diantaranya adalah perspektif sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Karena keterkaitannya dengan berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dari sembilan program pembangunan yang ditetapkan pemerintah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari sembilan program pembangunan yang ditetapkan pemerintah melalui Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2006 yang lalu, program penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan produksi setiap fase peradaban sehingga dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ditentukan Bumi dan air dan
Lebih terperinciPENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK
PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk. kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup,
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH DAN KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DANA BANTUAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PERCEPATAN PENDAFTARAN TANAH PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA DI KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN DANA BANTUAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PERCEPATAN PENDAFTARAN TANAH PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dikuasai oleh Negara untuk kepentingan hajat hidup orang banyak baik yang telah dikuasai atau dimiliki orang
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
No.1275, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. PRONA. Percepatan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Bumi ini manusia memiliki ketergantungan dengan tanah yang dimilikinya, sehingga manusia memiliki hak dan kewajibannya dalam mengelola dan memanfaatkan segala yang
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciPENDAFTARAN TANAH DAN PPAT
BAHAN KULIAH PENDAFTARAN TANAH DAN PPAT Oleh : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH.,MS.,CN Abd. Rahim Lubis, SH.,M.Kn MAGISTER KENOTARIATAN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 9 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan melakukan aktifitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek kehidupan manusia selalu mempunyai hubungan dengan tanah termasuk sumberdaya alam yang memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TAHAPAN PENELITIAN Tahapan penelitian disajikan dalam diagram langkah-langkah metodologi penelitian yang merupakan skema sistematis mengenai keseluruhan proses studi yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1. Latar belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 bahwa Bumi, Air dan Kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat agraris tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Terlebih lagi bagi para petani di pedesaan, tanah merupakan sumber utama penghidupan dan
Lebih terperinciFahmi Fadillah
Abstrak TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEPASTIAN HUKUM BAGI PEMEGANG SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI YANG BERIKTIKAD BAIK TERHADAP ADANYA PENGUASAAN TANAH DAN BANGUNAN SECARA FISIK
Lebih terperinciPELAKSANAAN PRONA (TANAH HAK MILIK) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
NASKAH PUBLIKASI PELAKSANAAN PRONA (TANAH HAK MILIK) DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Diajukan oleh: EKO PURWANTO NPM : 100510436 Program Studi Program Kekhususan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak agraris. Bagi masyarakat Indonesia tanah merupakan sumber penghidupan dan dalam kesehariannya masyarakat
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Secara konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 ayat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bumi, air dan ruang angkasa demikian pula segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah merupakan suatu karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada institusi birokrasi.
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGARAAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK DI DAERAH
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk
1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah. Hubungan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I berisikan penjabaran dan pembahasan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah
34 BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 mengatur tentang Pendaftaran Tanah yang terdapat di dalam
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PEMBIAYAAN PERSIAPAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS YANG DIBEBANKAN PADA MASYARAKAT
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2018 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PEMBIAYAAN PERSIAPAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS YANG DIBEBANKAN PADA MASYARAKAT DENGAN
Lebih terperincikinerja yang berkualitas merupakan suatu kebutuhan.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era reformasi, pemerintah dituntut untuk mampu menggalang partisipasi, mengedepankan transparansi dan akuntabilitas agar tercapai good governance. Kondisi ini berlaku
Lebih terperinciPeraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau
Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejumlah lembaga pemerintahan yang terkesan lambat dan berbelit-belit menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan pelayanan publik semakin dibutuhkan. Citra pelayanan di sejumlah lembaga pemerintahan yang terkesan lambat dan berbelit-belit menjadi perhatian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek kehidupan manusia selalu mempunyai hubungan dengan tanah termasuk sumberdaya alam yang memiliki
Lebih terperinciBadan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Sapta Tertib Pertanahan Daftar Isi Daftar Tabel, Grafik dan Gambar Kata Pengantar Ikhtisar Eksekutif i ii iv vii ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1
Lebih terperinciBAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.
80 BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Pertanahan Kabupaten
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi oleh Indonesia dalam membangun sistem pertanahan yaitu peruntukan atau penyediaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pangannya dipenuhi melalui budidaya pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk padat dan sebagian kebutuhan pangannya dipenuhi melalui budidaya pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam
Lebih terperinciPERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari sembilan program pembangunan yang ditetapkan pemerintah melalui Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2006 yang lalu, program penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Berbicara masalah hidup manusia, berarti juga berbicara masalah tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Berbicara masalah hidup manusia, berarti juga berbicara masalah tanah karena hidup manusia tidak akan dapat dipisahkan dengan keberadaan tanah. Tanah adalah
Lebih terperinciPENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
PENDAFTARAN TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA LATAR BELAKANG PENDAFTARAN TANAH Belum tersedia Hukum Tanah Tertulis yang Lengkap dan Jelas Belum diselenggarakan Pendaftaran Tanah yang Efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di industri jasa penerbangan membuat bisnis layanan semakin berat untuk dihadapi. Upaya PT Garuda Indonesia dalam menghadapi persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting baik untuk kehidupan maupun untuk tempat peristirahatan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 9 1.3 Tujuan Penelitian 9 1.4 Manfaat
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIS MELALUI AJUDIKASI BERDASARKAN PP NO. 24 TAHUN 1997 ANIKA SELAKA MURFINI/D ABSTRAK
TINJAUAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIS MELALUI AJUDIKASI BERDASARKAN PP NO. 24 TAHUN 1997 ANIKA SELAKA MURFINI/D 101 10 452 ABSTRAK Kebutuhan tanah terus meningkat sehingga sering menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga, manusia pun merasa aman untuk tinggal (rumah, bangunan tempat
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia, tanah merupakan salah satu faktor terpenting dan harta yang paling berharga yang banyak diminati oleh setiap warga, khususnya warga
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM NASIONAL AGRARIA (PRONA) DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat karena meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat karena meningkatnya penggunaan tanah sehingga nilai ekonomis juga meningkat. Peningkatan kebutuhan manusia akan tanah
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun
Lebih terperinciKATA PENGANTAR LAPORAN AKHIR
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan bahwa dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung tahun anggaran 2012 berdasarkan kontrak
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciNomor : 5-SKB-BPN RI-2008 Nomor : 92/DS300/05/2008
KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG TENTANG PENSERTIPIKATAN TANAH-TANAH ASSET PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG Nomor : 5-SKB-BPN RI-2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia di jaman modern saat ini. Hal ini terlihat dari ketergantungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki posisi yang sangat strategis dan sebagai kebutuhan yang mendasar, karena hampir sebagian besar aktivitas dari kehidupan manusia bersentuhan dengan tanah.
Lebih terperinciB U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG
B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH ( RPJPD ) KABUPATEN BIMA TAHUN 2006-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,
Lebih terperinciGambar IV.1 Peta kekuatan organisasi
Bab IV Analisis Hasil IV.1 Peta Kekuatan Organisasi Berdasarkan hasil perhitungan pada penilaian kekuatan kunci, didapat hasil kekuatan sebesar 4,34, kelemahan sebesar 3,02, peluang sebesar 4,22 dan ancaman
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH DAN KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pemasok terbaik untuk produkproduk yang paling laris dijual di Toko Besi Nusantara Semarang. Prioritas pemasok terbaik ditentukan
Lebih terperinci2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.646, 2015 KEMEN-ATR. Prona. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM NASIONAL AGRARIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendukung keputusan atau Decision Support System merupakan suatu sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komputer pada saat ini sangatlah pesat di mana penggunaannya dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan. Komputer dapat membantu dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pelayanan pensertifikatan tanah mempunyai arti strategis bagi kepentingan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan pensertifikatan tanah mempunyai arti strategis bagi kepentingan masyarakat terutama dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum atas
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang
1 Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Identifikasi merupakan langkah strategis dalam menyukseskan suatu pekerjaan. (Supriadi, 2007). Tujuan pemerintah dalam rangka penertiban dan pendayagunaan tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Usaha Pemerintah di dalam mengatur tanah-tanah di Indonesia baik bagi perorangan maupun bagi badan hukum perdata adalah dengan melakukan Pendaftaran Tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tertib administrasi bidang tanah di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah tersebut memuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh masyarakat Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air dan ruang angkasa, serta segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah merupakan karunia yang diberikan Tuhan kepada umat manusia.tanah merupakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendaftaran Tanah Pasal 19 ayat (1) UUPA menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia
Lebih terperinciLaporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sudah disadari bersama bahwa masalah agraria adalah masalah yang rumit dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sudah disadari bersama bahwa masalah agraria adalah masalah yang rumit dan peka, menyangkut berbagai aspek kehidupan. Hal ini terjadi dikarenakan masalah agraria sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan dokumen perencanaan dan pendanaan yang berisi program dan kegiatan SKPD sebagai penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD dalam satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat
Lebih terperinciTAHAPAN PENGEMBANGAN KLA
7 2012, No.170 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PANDUAN PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK TAHAPAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah satu kekayaan dan bagian dari bumi dengan jumlah terbatas dan tidak dapat diperbaharui namun memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat adalah dokumen rencana pembangunan BPMPT untuk periode 1 (satu) tahun yang penyusunannya
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala hidayah-nya penyusunan laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini memuat capaian pelaksanaan Kegiatan Koordinasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 adalah 237.641.326 jiwa. Dengan populasi sebesar itu Indonesia menduduki peringkat
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP
PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP Pelaksanaan pendaftaran tanah tahun anggaran 2017 dilakukan dengan pola sistematis yang mencakup seluruh desa lengkap, sehingga perlu disusun
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... vi INTISARI... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah sebagai tempat manusia hidup dan tinggal serta memperoleh pangan. Mengingat pentingnya tanah maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya. 4. Tertib pemeliharaan dan lingkungan hidup.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Patut diketahui bahwa, di dalam era pembangunan dewasa ini, khususnya di bidang pertanahan, maka sasaran pembangunan di bidang pertanahan adalah terwujudnya
Lebih terperinci