PUSTAKAWAN, PENANGKAL INFORMASI HOAX DI MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PUSTAKAWAN, PENANGKAL INFORMASI HOAX DI MASYARAKAT"

Transkripsi

1 Page1 PUSTAKAWAN, PENANGKAL INFORMASI HOAX DI MASYARAKAT Wahid Nashihuddin Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI Artikel tidak dipublikasikan, 21 Februari Pengantar Beredarnya informasi atau berita hoax di media sosial online menyebabkan keresahan sosial bagi masyarakat. Terlebih lagi, informasi hoax ini muncul bersamaan dengan isu-isu politik dan pilkada serentak di Indonesia tahun Informasi hoax dapat mengancam popularitas seseorang (public figure) yang akan maju dikancah perpolitikan Indonesia. Gara-gara hoax, nama baik dan harga diri seseorang dapat tercemar di masyarakat dan walhasil akan memicu konflik kepentingan antar-pejabat elit dan meresahkan kehidupan masyarakat. Di era internet ini, masyarakat bebas menyampaikan pendapat atau opininya, baik melalui lisan, media cetak, maupun media elektronik/online. Namun, hal yang perlu diingat bahwa kebebasan kalau tidak berbudaya dan beretika akan membawa konsekuensi hukum, untuk itu harus berhatihati. Itulah sekilas gambaran adanya kebebasan berpendapat bagi setiap orang di negeri ini untuk berekspresi dan bereksperimen di depan publik, urusan benar atau salah, jujur atau bohong menjadi hal yang kurang perhatikan oleh sipenyebar berita, yang penting dapat dibaca dan diketahui oleh publik secara cepat dan luas. Menanggapi kondisi di atas, bagaimana upaya dan tindakan pustakawan untuk menangkal hoax yang telah beredar di masyarakat? Untuk menjawab hal tersebut, tulisan ini akan sedikit menjelaskan tentang makna dan konsekuensi dari hoax; analisis hoax di masyarakat; dan peran aktif pustakawan dalam menangkal hoax. Melalui ketiga bahasan tersebut diharapkan pustakawan menyadari bahwa hoax ini menjadi tanggung jawabnya dan masyarakat lebih menyadari atas bahaya dari informasi hoax. Makna dan Konsekuensi Untuk mengenal hoax, pustakawan harus memahami tentang makna dan konsekuensi dari hoax itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (2016), hoax berarti bohong ; tidak sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang

2 Page2 sebenarnya; dusta. Makna dari kata bohong yaitu perkataan dan perbuatan yang tidak sesuai kenyataan. Sedangkan konsekuensi dari bohong adalah pelaku tidak lagi dipercaya oleh orang lain atau masyarakat, atau akan mendapat julukan sang pembohong atau pendusta. Apabila hal tersebut terjadi maka, perkataan dan perbuatan seseorang yang berbuat bohong tidak akan lagi dipercaya oleh masyarakat. Dalam konteks hoax, bagi penyebar kebohongan melalui media tertentu serta telah merusak dan mencemarkan nama baik dan harga diri seseorang maka akan berurusan dengan hukum pidana. Setelah mengetahui makna dan konsekuensi dari hoax, tugas pustakawan selanjutnya adalah menyediakan informasi yang sehat dan berkualitas kepada masyarakat melalui jasa perpustakaan atau kegiatan literasi informasi. Dalam tugas ini, pustakawan harus mengevaluasi dirinya sendiri bahwa ia sudah mampu atau belum untuk melaksanakan program literasi masyarakat dalam melawan dan mengantisipasi bahaya hoax. Jika sudah mampu, pustakawan dapat melaksanakan program literasinya sesuai dengan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman profesionalnya untuk mencerdaskan masyarakat. Sebagai preferensi dalam menangkal hoax yang telah beredar di masyarakat, pustakawan dapat mereview berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkoinfo) dan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Kemenkoinfo (2016) telah berupaya keras untuk menangkal hoax melalui: (a) kegiatan sosialiasi ke masyarakat atas bahaya hoax melalui media masa (cetak dan elektronik/online); (2) pemblokiran terhadap situs online yang terindikasi hoax, seperti situs pos-metro.com; nusanews.com; Voa-islam.com; Nahimunkar.com; Kiblat.net; Bisyarah.com; Dakwahtangerang.com; Islampos.com; Suaranews.com; Izzamedia.com; dan Gensyiah.com; (3) pemblokiran terhadap situs yang berbau pornografi dan mengandung sentimen SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-Golongan); dan (4) merevisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU No.11/2008 menjadi UU No.19/2016 tentang ITE), di mana kejahatan hoax merupakan kategori cyber crime. Cyber crime adalah tindak kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer khususnya melalui internet. Dalam UU tersebut ditegaskan bahwa bagi siapa saja yang suka mengirimkan kabar bohong (hoax) atau bahkan cuma sekadar iseng mendistribusikan (forward) akan diancam hukuman

3 Page3 penjara enam tahun dan denda Rp 1 miliar (Tempo, 2016). Terkait dengan berita hoax ini, Kemenkoinfo juga telah menyediakan sarana pengaduan bagi masyarakat yang merasa dicemarkan nama baiknya melalui media masa, melalui situs Upaya-upaya pemerintah dalam menangkal informasi hoax yang beredar ke masyarakat, informasinya dapat diakses melalui situs online berikut ini. Kominfo Dorong Penggunaan Media Sosial untuk Pustakawan ( 12 Oktober 2016); Menkominfo: Pemblokiran Situs Jalan Terakhir Melawan Hoax ( 8 Januari 2017); Menkominfo Ajak Facebook dan Twitter Perangi "Hoax" di Indonesia ( 9 Januari 2017); Menkominfo: Menghadang Hoax, Bisa Saja Indonesia Meniru Jerman ( 13 Januari 2017); Menkominfo Gandeng Facebook dan Twitter Perangi Hoax di Indonesia! ( 14 Januari 2017); Mabes Polri: Penyebar Hoax Diancam Hukuman 6 Tahun Penjara ( 18 Januari 2017); Tumpas Hoax, Menkominfo Akan Bertemu Facebook dan Twitter ( 31 Januari 2017); Menkominfo Nilai UU ITE Sudah Cukup untuk Hoax ( 2 Februari 2017); Menkominfo: Media Cetak untuk Tangkal Hoax ( 3 Februari 2017); Menkominfo Ajak Mahasiswa Menangkal Berita Hoax ( 6 Februari 2017). Meninjau dari berbagai upaya pemerintah di atas, pustakawan dapat menyikapinya dengan dua cara, yaitu evaluasi dan pembuktian. Pertama, bahan evaluasi, pustakawan harus mampu melihat dan mengalisis permasalahan lingkungan sekitar dan kondisi literasi masyarakat. Apabila lingkungan sekitar tempat tinggal atau bekerja pustakawan masih jauh dari jangkauan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) maka tentunya masyarakatnya akan gaptek teknologi. Apabila gaptek teknologi

4 Page4 maka tingkat literasi masyarakat juga rendah, karena budaya bacanya rendah. Dikutip dari Kompas cetak (Selasa, 7/2/2017], tentang Literasi Rendah Ladang Hoax: Warga Membaca Berita Tak Sampai 1 Menit, dijelaskan bahwa rendahnya kesadaran literasi di masyarakat menjadi salah satu faktor pendorong masifnya peredaran kabar bohong atau hoax. Budaya baca yang rendah, masyarakat menelan informasi secara instan tanpa berupaya mencerna secara utuh (DuniaPerpustakaan, 2017). Kedua, bahan pembuktian, pustakawan harus mampu menunjukkan kebenaran dan keakuratan suatu informasi/berita yang diangggap hoax. Pustakawan tidak dapat mengatakan berita itu benar atau hoax jika belum ada bukti-bukti yang menguatkannya. Untuk kasus pembuktian ini, pustakawan harus mengajak pimpinan lembaga atau berkoordinasi dengan pihak berwajib (kepolisian) untuk menindaklanjuti atas berita hoax yang telah menyebar di masyarakat. Mengacu kondisi tersebut, maka pustakawan harus segera melakukan evaluasi terhadap kondisi literasi masyarakat di sekitarnya serta melakukan pembuktian yang benar atas adanya berita hoax yang telah menyebar di masyarakat. Analisis Hoax di Masyarakat Mengapa hoax perlu dianalisis oleh pustakawan? karena hoax itu masalah (problem) yang membuat keresahan sosial di masyarakat dan pustakawan memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyediakan informasi yang sehat bagi masyarakat. Analisis ini muncul karena hoax ini sudah menyebar ke masyarakat khususnya melalui media sosial, seperti facebook dan twitter. Ketika hoax ini sudah menyebar di masyarakat, apa yang harus dianalisis dan dengan cara apa pustakawan menganalisisnya? Hal tersebut dapat dicoba pustakawan dengan menggunakan pendekatan analisis pohon masalah (problem tree analysis). Menurut Vesely (2008), analisis pohon masalah merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi permasalahan suatu objek atau fenomena yang terjadi dengan melihat tiga hal, yaitu aspek penyebab (impact), masalah pokok (main problem), dan akibat (causes). Ada beberapa tahapan dalam proses analisis pohon masalah dalam suatu penelitian, yaitu: (a) mengidentifikasi dan membuat daftar beberapa permasalahan; (b) mengidentifikasi hal-hal yang menjadi masalah pokok; (c) mengidentifikasi sebab dan akibat yang timbul dari masalah pokok; dan (d) merumuskan draft tersebut ke dalam diagram problem tree analysis. Analisis pohon masalah ini digambarkan sebagai berikut.

5 Page5 Sumber: Gambar 1. Problem Tree Analysis (Veseley, 2008) Apabila pustakawan akan mangalisis masalah hoax ini, maka dapat digambarkan melalui stuktur problem tree analysis sebagai berikut. Akibat (effects) Pemblokiran situs hoax oleh pemerintah Pencemaran nama baik dan harga diri seseorang (public figur) Meningkatnya konflik SARA di masyarakat Masalah Utama (main problem) Hoax penyebab keresahan sosial di masyarakat Penyebab (causes) Rendahnya literasi informasi masyarakat (minat baca rendah) Kebencian oknum terhadap popularitas public figur Mudahnya membuat situs dan akun di media sosial (dapat dipalsukan/anonim) Masalah Spesifik (Konteks Kepustakawanan) Pemerintah belum melibatkan pustakawan secara langsung dalam menangani kasus hoax Masyarakat belum mengoptimalkan perpustakaan sebagai tempat mendapatkan informasi sehat Pustakawan belum mensosialisasikan bahaya hoax di masyarakat Solusi (upada+tindakan) Pemerintah melibatkan pustakawan untuk melakukan sosialisasi penanganan kasus hoax dan pemanfaatan informasi sehat bagi masyarakat Pustakawan aktif melakukan sosialisasi literasi informasi ke pemustaka/masyarakat sesuai dengan tupoksinya masingmasing Gambar 2. Konsep Analitis Pustakawan untuk Menangani Kasus Hoax

6 Page6 Problem tree analysis di atas dapat menjadi acuan berpikir pustakawan untuk mencari solusi atas permasalahan hoax yang sudah menyebar di masyarakat. Sebagai solusi atas permasalahan hoax di atas, pustakawan dapat melakukan sosialisasi literasi informasi ke pemustaka/masyarakat melalui aktivitas berikut ini. 1) Menggalakkan budaya gemar membaca ke masyarakat. Dengan gemar membaca, masyarakat akan melek informasi dan teknologi. Penyebab berita hoax marak beredar di media sosial karena masyarakat kurang banyak baca (Tempo, 2017). Dalam mendukung gemar membaca, pustakawan harus menyediakan bahan bacaan atau literatur yang edukatif dan menghibur, serta tidak mengandung unsur pornografi dan SARA. 2) Bimbingan atau pelatihan penelusuran informasi ilmiah secara global. Terkait dengan kegiatan literasi ini, pustakawan dapat menjelaskan tentang bagaimana menelusur, mencari, memilih, dan mengindentifikasi suatu informasi/berita yang benar khususnya yang bersumber dari situs internet, yaitu kita harus mencermati: (a) sumber berita (pers/media sosial); (b) identitas pengelola/pemilik situs (tercantum/anonim); (c) kredibilitas penulis (minimal pekerjaan/keahlian); (d) sumber data (ilmiah/opini/fakta); (e) bahasa tulisan (baku/non-baku); dan (f) penyajian informasi/berita (positif/negatif). 3) Bimbingan penulisan berita atau karya tulis ilmiah bagi pemustaka yang akan membuat kajian ilmiah atau penelitian. Dalam hal ini pustakawan sebagai fasilitator dan plagiarism checker dalam kegiatan penulisan karya tulis yang dilakukan pemustaka. Dalam kegiatan penulisan ini, pustakawan dapat mengajari tentang bagaimana menelusur informasi/literature dengan benar dan tepat atau mengutip atau menyitir tulisan untuk referensi. Hal tersebut agar pemustaka yang menulis atau meneliti terhindar dari plagiat. Peran Aktif Pustakawan Dalam konteks tulisan ini, pustakawan membantu pemerintah dalam mengantisipasi bahaya dari informasi/berita hoax serta menyadarkan masyarakat dari bahaya hoax. Menyadarkan berarti membuat orang lain insyaf dan mengetahui apa yang ia lakukan. Menyadarkan berasal dari kata sadar, yang berarti insaf; merasa; tahu dan

7 Page7 mengerti; atau ingat kembali (dari pingsan dan sebagainya); siuman (KBBI, 2016). Sebagai pejuang literasi yang bertanggung jawab terhadap suatu kebenaran dan keakuratan informasi, baik itu informasi populer, semi-ilmiah, maupun ilmiah, pustakawan menjadi harapan pemerintah (dalam hal ini Kemenkoinfo dan Perpustakaan Nasional RI) untuk menjadi penyaring (filter) setiap informasi yang beredar di masyarakat. Menkoinfo mengatakan bahwa pustakawan perlu menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi yang sehat kepada masyarakat. Untuk menyediakan informasi yang sehat, pustakawan harus melek IT dan mengetahui cara menggunakan media sosial untuk memerangi hoax (Tribunnews, 2016). Penulis mengajak pembaca dan pustakawan untuk berperan aktif melawan dan mengantisipasi bahaya hoax. Kenapa pustakawan harus berperan aktif dalam menangani kasus hoax? Jawabannya karena pustakawan memiliki tanggung jawab moral dan sosial yang sangat besar untuk menyediakan informasi yang sehat kepada masyarakat. Meskipun tidak semuanya ditanggung/dibebankan ke pustakawan, namun pustakawan memiliki peran yang strategis dalam mencerdaskan masyarakat melalui program-program literasi perpustakaan. Beberapa peran yang dapat dilakukan pustakawan untuk menangkal informasi hoax yang menyebar ke masyarakat, dijelaskan sebagai berikut. 1) Berperan sebagai reference librarian Pelayanan merupakan roh kehidupan bagi seorang pustakawan. Tanpa pelayanan, pustakawan tidak dapat eksis di masyarakat. Wujud roh pelayanan bagi seorang pustakawan adalah memberikan pelayanan informasi atau bahan bacaan kepada pemustaka. Dalam memberikan pelayanan, pustakawan dituntut untuk memberikan pelayanan prima agar setiap pemustaka yang dilayani merasa puas. Agar kepuasan pemustaka terpenuhi maka pustakawan harus memiliki sifat dan sikap sebagai seorang pustakawan referensi (reference librarian). Pustakawan referensi tidak hanya mampu membantu pemustaka dalam mendapatkan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan pemustaka, tetapi juga menjadi mitra dan partner bagi pemustaka. Mitra diartikan sebagai teman atau sahabat, sedangkan partner diartikan sebagai orang (badan usaha dan sebagainya) dari dua pihak yang berbeda yang bekerja sama karena saling membutuhkan atau melengkapi (dalam suatu kegiatan, usaha dagang, dan sebagainya); mitra; pasangan (KBBI, 2016). Ketika menjadi mitra dan partner

8 Page8 bagi pemustaka, pustakawan harus memberikan rasa simpati penuh dan solusi bagi permasalahan yang dihadapi pemustaka, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi atau literatur untuk pendidikan dan penelitian. Solusi yang dimaksud adalah pustakawan tidak hanya menyediakan literatur yang ada, tetapi juga mampu menjelaskan tentang bagaimana membaca, menyeleksi, dan menggunakan setiap jenis bahan bacaan referensi dengan tepat dan efisien. Dalam konteks hoax ini, pustakawan referensi menyediakan bahan bacaan/literatur yang jelas sumbernya, berkualitas, dan mutakhir, serta menjadi penyaring informasi yang tidak jelas sumbernya dari internet untuk kepentingan pendidikan dan penelitian. 2) Berperan sebagai information consultant Peran ini tidak hanya sekedar sebagai pustakawan referensi, tetapi juga sebagai penasihat (consultant) dan pemberi solusi (solution maker). Sebagai konsultan informasi, pustakawan seolah-olah berprofesi sebagai psikolog bagi pemustakanya. Sebagai seorang psikolog, pustakawan diharapkan mampu memahami sifat, perilaku, dan karakteristik pemustaka ketika meminta informasi kepada pustakawan. Dalam konteks hoax ini, pustakawan dapat menjadi mediator yang solutif dalam memberikan penjelasan terhadap isu-isu hoax yang sedang dialami oleh pemustaka dan masyarakat. 3) Berperan sebagai plagiarism checker Informasi hoax ini tidak hanya berupa berita bohong atau fitnah yang berada di internet dan media sosial, tetapi juga terkait dengan plagiarism dalam hal penulisan atau publikasi ilmiah. Sebagai plagiarism checker, pustakawan diharapkan dapat menunjukkan kepada pemustaka tentang bagaimana penulisan atau pembuatan karya tulis yang tidak melanggar plagiarisme. Dalam hal ini, pustakawan dapat mengajari tentang pengutipan tulisan (langsung atau tidak langsung) dan penggunaan daftar pustaka, baik secara manual maupun otomatis. Cara otomatis misalnya dengan memanfaatkan aplikasi reference manager Mendeley ( untuk mengutip dan menyusun daftar pustaka; dan memanfaatkan WriteCheck ( Turnitin ( Ithenticate ( dan Plagiarisma ( ). Sebagai plagiarism checker, pustakawan diharapkan mampu menjadi mencegah adanya informasi hoax yang terkait dengan penerbitan publikasi ilmiah.

9 Page9 4) Berperan sebagai PPID lembaga Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) merupakan penghubung masyarakat (humas). Adapun tugas PPID yaitu merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pelayanan informasi publik di suatu lembaga. Sebagaimana yang dilakukan penulis, selain menjadi pustakawan referensi juga menjadi PPID suatu lembaga. Ketika menjalankan perannya sebagai PPID, tugas pustakawan adalah sebagai penerima dan penjawab aduan/komplain pemustaka dan masyarakat. Aduan masyarakat ini bersifat bebas, artinya selain pemustaka/masyarakat komplain tentang jasa perpustakaan, dokumentasi, dan informasi yang dikelola lembaga, mereka dapat mengajukan komplain tentang masalah pribadi atau informasi lain yang dianggap hoax dan terkait dengan lembaga induk, misalnya tentang masalah hutang-pihutang yang terkait dengan pegawai internal lembaga atau beredarnya surat palsu tentang kegiatan akreditasi jurnal online yang mengatasnamakan LIPI. Dalam konteks hoax ini, pustakawan diharapkan mampu menjadi humas lembaga yang handal dan professional dalam menangani aduan/komplain masyarakat, serta mampu memberikan penjelasan/penerangan yang benar bagi masyarakat. Penutup Peran aktif pustakawan dalam menangkal hoax di masyarakat ini sangat diperlukan dalam mewujudkan masyarakat yang bebas hoax. Untuk itu, pemerintah perlu melibatkan pustakawan dalam mensosialisasikan internet sehat dan pemanfaatan informasi sehat dalam mengantisipasi bahaya hoax yang kini telah menyebar di masyarakat. Terkait dengan kasus hoax ini, tugas pustakawan bukanlah mengajak masyarakat untuk anti hoax tetapi mengajak masyarakat untuk sadar hoax dengan menggunakan informasi yang sehat, berkualitas, dan mutakhir. Semoga dengan peran aktif pustakawan dalam menangkal kasus hoax di masyarakat, pemerintah lebih perhatian kepada pustakawan Indonesia, terima kasih.

10 Page10 Daftar Pustaka Dunia Perpustakaan Literasi Rendah Ladang Hoax: Warga Membaca Berita Tak Sampai 1 Menit! Di (14 Februari 2017). KBBI Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud. Di (Akses 14 Februari 2017). Kemenkoinfo Kominfo Dorong Penggunaan Media Sosial untuk Pustakawan. Di 12 Oktober 2016 (Akses 14 Februari 2017). Tempo Mabes Polri: Penyebar Hoax Diancam Hukuman 6 Tahun Penjara. Minggu, 20 November 2016, 11:00 WIB. Di (Akses 14 Februari 2017). Tempo Penyebab Berita Hoax Beredar: Masyarakat Kurang Banyak Baca. Di 4 Januari 2017 (Akses 13 Februari 2017). Tribunnews Pustakawan Indonesia Harus Melek IT dan Medsos. Di 7 Oktober 2016 (Akses 14 Februari 2017). Vesely, Arnost Problem Tree: a Problem Structuring Heuristic. Central European Journal of Public Policy, 2,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi menjadi fenomena aktual yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Karakteristik kemajuan yang tidak mengenal ruang

Lebih terperinci

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX (BACA, TELITI, DAN KONFIRMASI : BUDAYAKAN BIJAK DALAM LITERASI) Madiunkota.go.id Pemerintah Kota Madiun LPPL Radio Suara

Lebih terperinci

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Kejahatan E-Commerce Kasus Penipuan Online Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informasi telah berkembang sangat pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) merupakan isu publik yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar politisi

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

HASIL SURVEY MASTEL TENTANG WABAH HOAX NASIONAL. Masyarakat Telematika Indonesia Jakarta, 13 Februari 2017

HASIL SURVEY MASTEL TENTANG WABAH HOAX NASIONAL. Masyarakat Telematika Indonesia Jakarta, 13 Februari 2017 HASIL SURVEY MASTEL TENTANG WABAH HOAX NASIONAL Masyarakat Telematika Indonesia Jakarta, 13 Februari 2017 1 HEBOH HOAX NASIONAL PRESIDEN JOKO WIDODO MENKOPOLHUKAM PANGLIMA TNI Hentikan Penyebaran Berita

Lebih terperinci

Keamanan Sistem Informasi

Keamanan Sistem Informasi Keamanan Sistem Informasi Oleh: Puji Hartono Versi: 2014 Modul 7 Hukum Siber Overview 1. Kategori kejahatan 2. Ruang lingkup hukum siber 3. Investigasi 4. Hukum Siber di Indonesia (UU ITE2008) 1. Kandungan

Lebih terperinci

MEDIA LITERASI UNTUK MENANGKAL MEMBAGI INFORMASI HOAX DI MEDIA SOSIAL

MEDIA LITERASI UNTUK MENANGKAL MEMBAGI INFORMASI HOAX DI MEDIA SOSIAL LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT MEDIA LITERASI UNTUK MENANGKAL MEMBAGI INFORMASI HOAX DI MEDIA SOSIAL Latar Belakang Globalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam perkembangan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa di era globalisasi perkembangan dan kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling menonjol adalah dengan hadirnya

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5952 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan seakan akan dunia adalah sebuah kampung kecil yang telah

BAB I PENDAHULUAN. besar dan seakan akan dunia adalah sebuah kampung kecil yang telah BAB I PENDAHULUAN 5.3 Latar Belakang Dunia pada jaman sekarang ini telah mengalami berkembangan yang begitu besar dan seakan akan dunia adalah sebuah kampung kecil yang telah dikonseptualisasikan oleh

Lebih terperinci

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Pasal 45 Ayat 1 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Drs. Rusmanto, M.M. rusmanto@gmail.com Narasumber DPR RI: Pembahasan RUU ITE 2008 Pemimpin Redaksi Majalah InfoLINUX 2001-2013 Dosen STT-NF & Pengajar NF Computer

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. 5 KEPENTINGAN HUKUM YANG HARUS DILINDUNGI (PARAMETER SUATU UU MENGATUR SANKSI PIDANA) : 1. NYAWA MANUSIA. 2.

Lebih terperinci

BAB VI MODAL SOSIAL. terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan

BAB VI MODAL SOSIAL. terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan BAB VI MODAL SOSIAL 6.1 Kepercayaan Tingkat kepercayaan seorang anggota Kaskus terhadap anggota yang lain terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan identitas menjadi

Lebih terperinci

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan Selain masalah HAM, hal janggal yang saya amati adalah ancaman hukumannya. Anggara sudah menulis mengenai kekhawatiran dia yang lain di dalam UU ini. Di bawah adalah perbandingan ancaman hukuman pada pasal

Lebih terperinci

Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta

Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Oleh: Gerson Dullosa Utama 14111053 Daftar Isi Daftar Isi... 2 BAB I... 3 1.1 Informasi Berita Pelanggaran Kode Etik di Dunia

Lebih terperinci

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INFORMATIKA DIREKTORAT JENDERAL APLIKASI INFORMATIKA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 The World We Are Facing Today A Borderless,

Lebih terperinci

Bab 2 Etika, Privasi

Bab 2 Etika, Privasi Bab 2 Etika, Privasi 1. Pengertian Hukum, Etika Definisi Hukum menurut (Robertson & Roth, 2012) adalah sistem peraturan yang dibuat dan ditegakkan melalui institusi sosial atau pemerintah untuk mengatur

Lebih terperinci

BERLITERASI ILMIAH UNTUK MENCERDASKAN MASYARAKAT 1

BERLITERASI ILMIAH UNTUK MENCERDASKAN MASYARAKAT 1 BERLITERASI ILMIAH UNTUK MENCERDASKAN MASYARAKAT 1 Wahid Nashihuddin Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI Jl. Jend.Gatot Subroto No.10 Jakarta 12710 email: mamaz_wait@yahoo.com Pendahuluan Literasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Dalam konteks itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum berfungsi untuk mengatur seluruh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Pengantar. Hoax. Waspada Posting

Pengantar. Hoax. Waspada Posting Pengantar Statistik Internet Indonesia Dua Sisi Internet & Medsos Hoax Waspada Posting Do s & Dont s Medsos #NETIZEN2020 adalah suatu gerakan sosial yang dibangun untuk menjadikan kembali akun social media

Lebih terperinci

FENOMENA PENYESATAN BERITA DI MEDIA SOSIAL

FENOMENA PENYESATAN BERITA DI MEDIA SOSIAL FENOMENA PENYESATAN BERITA DI MEDIA SOSIAL (Ruri Rosmalinda, S.S.I., M. I.Pol) Pendahuluan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, hal itu tercermin dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mempunyai

Lebih terperinci

Balikpapan, 19 Agustus

Balikpapan, 19 Agustus Balikpapan, 19 Agustus 2017 www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PENELITIAN TIM POLITIK DALAM NEGERI TATA KELOLA CYBER-SECURITY PADA PEMERINTAHAN DAERAH. Oleh:

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PENELITIAN TIM POLITIK DALAM NEGERI TATA KELOLA CYBER-SECURITY PADA PEMERINTAHAN DAERAH. Oleh: EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PENELITIAN TIM POLITIK DALAM NEGERI TATA KELOLA CYBER-SECURITY PADA PEMERINTAHAN DAERAH Oleh: AHMAD BUDIMAN PRAYUDI ARYOJATI ARDIPANDANTO PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia sejak lama di kenal sebagai Bangsa yang memiliki Adat Istiadat yang serba sopan dan moral yang sopan. Walaupun demikian ternyata budaya atau kepribadian Indonesia semakin

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. serta penawaran dan pembayaran bisa dilakukan melalui online. Emas dipilih untuk investasi dengan tujuan untuk

RechtsVinding Online. serta penawaran dan pembayaran bisa dilakukan melalui online. Emas dipilih untuk investasi dengan tujuan untuk PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERDAGANGAN EMAS SECARA ONLINE Oleh: Endang Wahyuni Setyawati * Naskah diterima: 22 Desember 2014; disetujui: 29 Desember 2014 Kemajuan teknologi seperti yang terjadi saat

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika Alamat: Kampus I, Jl. Wates. Km. 10 Yogyakarta. 55753. Telp.(0274) 649212,649211,Fax.(0274)-649213.

Lebih terperinci

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana III. Pengaturan Ujaran Kebencian Indonesia memiliki aturan hukum yang melarang ujaran kebencian dan menetapkan sanksi pidana bagi pelakunya. Aturan tersebut memang belum ideal dan masih memerlukan revisi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat kian tergantung dengan media massa, yang menjadi salah satu sumber informasi yang sangat dibutuhkan khalayak. Terlebih dengan kecanggihan teknologi di mana

Lebih terperinci

Inilah Tugas dan Fungsi Humas

Inilah Tugas dan Fungsi Humas Inilah Tugas dan Fungsi Humas Menjawab Saudara Mario Sina Oleh: Even Edomeko Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Sikka Penanggungjawab www.humas.sikkakab.go.id Senang, saya membaca tulisan saudara saya

Lebih terperinci

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA Oleh : Agung Trilaksono / 2110121017 Adi Nugroho H.Q / 2110121022 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA TEKNIK INFORMATIKA 2015-2016 UU ITE di Republik Indonesia BAB

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (PUSTEKKOM KEMENDIKBUD)

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (PUSTEKKOM KEMENDIKBUD) INTERNET SEHAT PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (PUSTEKKOM KEMENDIKBUD) BIDANG PENGEMBANGAN JEJARING 2016 Advokasi Internet Sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, interaksi dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, interaksi dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, interaksi dapat terjadi melalu media-media yang ada. Melihat dari banyaknya penggunaan media massa ini bisa disimpulkan

Lebih terperinci

04/PP/DITDIKTENDIK/2012 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI

04/PP/DITDIKTENDIK/2012 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI 04/PP/DITDIKTENDIK/2012 PEDOMAN UMUM PEMILIHAN PUSTAKAWAN BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi. Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK

Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi. Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK Peran Humas di Era Digitalisasi Informasi Yuyuk Andriati Iskak Kepala Bagian PIKP, Biro Humas KPK Dunia berubah, seorang Humas Latar Belakang juga harus beradaptasi Teknologi serba digital, Humas tidak

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR : / /DIHUBKOMINFO/2016 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR : / /DIHUBKOMINFO/2016 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANGKA TENGAH NOMOR : 188.45/ 180.5 /DIHUBKOMINFO/2016 TENTANG PENETAPAN PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional disampaikan oleh: Drs. Ondri Dwi Sampurno, M.Si, Apt. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

POIN PENTING DALAM UU ITE

POIN PENTING DALAM UU ITE POIN PENTING DALAM UU ITE Muhammad Fachri Maulana fachri.maulana@raharja.info Abstrak Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau UU ITE adalah UU yang

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TENTANG MEDIA SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN ETIKA BERKOMUNIKASI DIMEDIA SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 23 SURAKARTA

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TENTANG MEDIA SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN ETIKA BERKOMUNIKASI DIMEDIA SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 23 SURAKARTA PENGARUH LAYANAN INFORMASI TENTANG MEDIA SOSIAL TERHADAP PEMAHAMAN ETIKA BERKOMUNIKASI DIMEDIA SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 23 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Oleh : Roni Setyawan Dra. Lydia

Lebih terperinci

Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif

Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif Materi II Melisa Arisanty, S.I.Kom, M.Si Ilustrasi Etika Komunikasi Persuasif Ruang Lingkup Komunikasi Interpersonal Ilustrasi Etika Komunikasi Persuasif Ilustrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 113 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil temuan di lapangan, diperkuat dengan teori serta wawancara mengenai penggunaan akun anonim dan identitas samaran pada jejaring sosial Twitter

Lebih terperinci

Sistematika Siaran Radio. Rabu, 1 Februari 2017 Tema: Pengaturan Hukum Penyebaran Berita Bohong (Hoax) di Masyarakat

Sistematika Siaran Radio. Rabu, 1 Februari 2017 Tema: Pengaturan Hukum Penyebaran Berita Bohong (Hoax) di Masyarakat Sistematika Siaran Radio Rabu, 1 Februari 2017 Tema: Pengaturan Hukum Penyebaran Berita Bohong (Hoax) di Masyarakat Oleh: Maria Ulfah, S.H., M.Hum. dan LBH Pengayoman UNPAR 1. Latar Belakang 2. Pengertian

Lebih terperinci

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempercayai berita hoax dan tak segan-segan untuk menyebarluaskan kepada

BAB I PENDAHULUAN. mempercayai berita hoax dan tak segan-segan untuk menyebarluaskan kepada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berita hoax sekarang ini sedang marak tersebar di berbagai media. Baik itu media cetak maupun media online. Mirisnya, kebanyakan dari masyarakat kurang peduli dengan

Lebih terperinci

AMNESTY INTERNATIONAL PERNYATAAN PUBLIK

AMNESTY INTERNATIONAL PERNYATAAN PUBLIK AMNESTY INTERNATIONAL PERNYATAAN PUBLIK Index: ASA 21/1381/2015 7 April 2015 Indonesia: Dua perempuan divonis bersalah di bawah UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) karena postingannya di media

Lebih terperinci

2016 SISTEM PRED IKSI SPAM ACCOUNT PAD A MED IA SOSIAL TWITTER D ENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA C4.5

2016 SISTEM PRED IKSI SPAM ACCOUNT PAD A MED IA SOSIAL TWITTER D ENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA C4.5 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas latar belakang dilaksanakannya penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime Cyber crime adalah sebuah bentuk kriminal yang mana menggunakan internet dan komputer sebagai alat atau cara untuk melakukan tindakan kriminal. Masalah yang berkaitan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Tema : Kejahatan Multimedia di Media Sosial @HOM Platinum Hotel Yogyakarta, 17 Nopember 2015 Dr. Mochamad Wahyudi, MM, M.Kom, M.Pd, CEH, CHFI wahyudi@bsi.ac.id

Lebih terperinci

Hadapi Hoax dengan Bijak, Jangan Reaktif

Hadapi Hoax dengan Bijak, Jangan Reaktif Hadapi Hoax dengan Bijak, Jangan Reaktif 08 Januari 2017 JAKARTA â Etika di media sosial (medsos) harus diakui berada di titik nadir. Media yang semestinya menjadi sarana silaturahmi, berbagi informasi,

Lebih terperinci

Nadia Amelia Qurrota A yunin Pustakawan Pertama Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI

Nadia Amelia Qurrota A yunin Pustakawan Pertama Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI KINK (Katalog Induk Nasional Kesehatan) : Gerbang Informasi Sehat Bidang Kesehatan Nadia Amelia Qurrota A yunin Pustakawan Pertama Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI nadiaamelia11@yahoo.co.id Abstrak Artikel

Lebih terperinci

MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN

MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN Bambang Hermawan Pustakawan Universitas Islam Indonesia bambang18hermawan@gmail.com Abstrak Universitas dalam acara pengenalan kampus atau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843] UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843] BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 45 (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Lebih terperinci

UNIT PENJAMIN MUTU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ANTI PLAGIARISME

UNIT PENJAMIN MUTU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ANTI PLAGIARISME ANTI PLAGIARISME U N I T P E N J A M I N M U T U P E N D I D I K A N J A S M A N I K E S E H A T A N D A N R E K R E A S I U N I V E R S I T A S N U S A N T A R A P G R I K E D I R I A. PENDAHULUAN Perguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem eletronik adalah system computer yang mencakup perangkat keras lunak komputer, juga mencakup jaringan telekomunikasi dan system komunikasi elektronik, digunakan

Lebih terperinci

Media Islam dan Produk Jurnalistik. Oleh Usman Yatim

Media Islam dan Produk Jurnalistik. Oleh Usman Yatim Media Islam dan Produk Jurnalistik Oleh Usman Yatim Media Islam, ada apa? Posisi? Sangat lemah (kepemilikan, permodalan/bisnis, kualitas/statusmainstream/medsos Citra? Buruk (Radikal, Teror, Hoax (fitnah,

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Laporan Tahunan Pelayanan Informasi Publik

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Laporan Tahunan Pelayanan Informasi Publik Kementerian Keuangan Republik Indonesia Laporan Tahunan Pelayanan Informasi Publik PPID Kementerian Keuangan Tahun 2014 Daftar Isi 4 8 12 14 16 17 Gambaran Umum Pelayanan Informasi Publik Kementerian Keuangan

Lebih terperinci

MEDIA SOSIAL & SOSIALISASI

MEDIA SOSIAL & SOSIALISASI Tema: Perpustakaan Khusus dan Media Sosial MEDIA SOSIAL & SOSIALISASI CARA EFEKTIF UNTUK PROMOSI LAYANAN PERPUSTAKAAN KHUSUS Wahid Nashihuddin, SIP. Pustakawan Berprestasi Tk.Nasional Juara II Tahun 2016

Lebih terperinci

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1.1 Pengadilan telah mengumumkan visi, misi (tujuan), dan detil bagaimana memenuhi nilai dasar (seperti : aksesibilitas, aktualitas, dan keadilan). 1.2 Pimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum dimana salah satu ciri negara hukum adalah adanya pengakuan hak-hak warga negara oleh negara serta mengatur kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan manusia dalam berbagai hal, salah satunya kebutuhan akan informasi. Informasi adalah data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE Pertemuan 5 Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE 4. Celah Hukum Cybercrime I. Cyberlaw Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindakan

Lebih terperinci

KODE ETIK JURNALISTIK

KODE ETIK JURNALISTIK KODE ETIK JURNALISTIK APA ITU KODE ETIK JURNALISTIK? Acuan moral yang mengatur tindak tanduk seorang wartawan. Kode etik jurnalistik bisa berbeda dari satu organisasi ke organisasi yang lain, dari koran

Lebih terperinci

PENANGANAN KONTEN NEGATIF BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENANGANAN KONTEN NEGATIF BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN RESTRICTED DOCUMENT PENANGANAN KONTEN NEGATIF BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika 1 DASAR HUKUM PENANGANAN KONTEN NEGATIF SAAT INI 1. Amanat Pasal 40 Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kian meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda. Sehingga maraknya penyimpangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Semenjak awal, perdebatan mengenai internet dan hak asasi manusia mengerucut pada isu kesenjangan akses dan upaya penciptaan regulasi untuk membatasi atau mengontrol penggunaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Apakah ada penyidik khusus untuk judi online? 5. Sebelum melakukan penangkapan, tindakan apa yang dilakukan oleh penyidik?

LAMPIRAN. 1. Apakah ada penyidik khusus untuk judi online? 5. Sebelum melakukan penangkapan, tindakan apa yang dilakukan oleh penyidik? LAMPIRAN A. Daftar Pertanyaan Wawancara Mengenai Penanggulangan Tindak Pidana Judi Online Yang Dilakukan Penyidik Subdit III Unit I Tipidum Dan Unit Cyber Crime Mabes Polri, Sebagai Berikut: 1. Apakah

Lebih terperinci

PERPUSTAKAAN DAN PLAGIARISME Purwani Istiana, SIP., M.A. Pustakawan Fakultas Geografi UGM INTISARI

PERPUSTAKAAN DAN PLAGIARISME Purwani Istiana, SIP., M.A. Pustakawan Fakultas Geografi UGM INTISARI PERPUSTAKAAN DAN PLAGIARISME Purwani Istiana, SIP., M.A. Pustakawan Fakultas Geografi UGM nina@ugm.ac.id INTISARI Perpustakaan menjadi salah satu lalu lintas lajunya informasi. Setiap karya yang dihasilkan

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman *

Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman * 1 Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 23 November 2015; disetujui: 7 Desember 2015 Di era kebebasan

Lebih terperinci

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUKUM KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Krisis adalah masa gawat atau saat genting, dimana situasi tersebut dapat merupakan titik baik atau sebaliknya. Menurut Davis Young dalam bukunya Building

Lebih terperinci

BAHAYA BERITA HOAX DAN UJARAN KEBENCIAN PADA MEDIA SOSIAL TERHADAP TOLERANSI BERMASYARAKAT

BAHAYA BERITA HOAX DAN UJARAN KEBENCIAN PADA MEDIA SOSIAL TERHADAP TOLERANSI BERMASYARAKAT BAHAYA BERITA HOAX DAN UJARAN KEBENCIAN PADA MEDIA SOSIAL TERHADAP TOLERANSI BERMASYARAKAT Alief Sutantohadi, S.S., M.Hum., Rokhimatul Wakhidah, S.Pd, M.T., Politeknik Negeri Madiun; Jl. Serayu 84 Madiun,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI KEMENTERIAN PERTAHANAN, KEMENTERIAN LUAR NEGERI, KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, TENTARA NASIONAL INDONESIA, BADAN INTELIJEN NEGARA, DEWAN KETAHANAN NASIONAL, LEMBAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENYALAHGUNAAN SOFTWARE SEBAGAI SARANA KEJAHATAN CYBERPORN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK SKRIPSI Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.221, 2014 KEMEN KP. Perpustakaan Khusus. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN ANALISIS DAN IMPLIKASI YURIDIS TINDAK PIDANA MENYEBARKAN BERITA BOHONG DAN MENYESATKAN BERDASARKAN PASAL 28 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (Studi

Lebih terperinci

STUDI KASUS. Penipuan Identitas dan Pencenaran Nama Baik melalui Internet (Cyber Crime)

STUDI KASUS. Penipuan Identitas dan Pencenaran Nama Baik melalui Internet (Cyber Crime) Bram Ratya Setiadi Offering I : 120413423791 STUDI KASUS Penipuan Identitas dan Pencenaran Nama Baik melalui Internet (Cyber Crime) Kasus: Penipuan Yang Pernah Terjadi Di Indonesia Menggunakan Media Komputer

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Surabaya, kegiatan prostitusi di lokalisasi prostitusi Dolly merupakan kegiatan

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Surabaya, kegiatan prostitusi di lokalisasi prostitusi Dolly merupakan kegiatan BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Masyarakat Surabaya menolak atau tidak mendukung

Lebih terperinci

DRAFT KEBIJAKAN PENANGANAN KELUHAN

DRAFT KEBIJAKAN PENANGANAN KELUHAN DRAFT KEBIJAKAN PENANGANAN KELUHAN PENGELOLA NAMA DOMAIN INTERNET INDONESIA Icon Business Park Unit L1-L2 BSD City Tangerang, Indonesia 15345, Indonesia. www.pandi.id Judul: Kebijakan Penanganan Keluhan

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE Disusun oleh : WISNU MURTI NPM : 08 05 09883 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa perpustakaan

Lebih terperinci

Hati-hati terhadap Tiket Pesawat Anda!

Hati-hati terhadap Tiket Pesawat Anda! Hati-hati terhadap Tiket Pesawat Anda! 16 Nov Perkembangan teknologi digital sudah merambah hampir ke seluruh sendi kehidupan masyarakat. Keberadaan media sosial pun makin erat dan dekat dengan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan berkembang pesat dari waktu ke waktu serta disesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ungaran, Desember Ketua LPPM UNW. Sigit Ambar Widyawati, S.KM,M.Kes

KATA PENGANTAR. Ungaran, Desember Ketua LPPM UNW. Sigit Ambar Widyawati, S.KM,M.Kes 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkah rahmat dan hidayahnya sehingga Panduan Anti Plagiarisme Universitas Ngudi Waluyo dapat diselesaikan oleh Tim Penyusun dengan baik.

Lebih terperinci

LOMBA. Pedoman. Pendidikan Keluarga. TEMA: Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian

LOMBA. Pedoman. Pendidikan Keluarga. TEMA: Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PAUD DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA Pedoman LOMBA BL G Pendidikan Keluarga TEMA: Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan

Lebih terperinci

CERDAS ber-media SOSIAL SERI DIGITAL LITERASI RELAWANTIK INDONESIA

CERDAS ber-media SOSIAL SERI DIGITAL LITERASI RELAWANTIK INDONESIA CERDAS ber-media SOSIAL SERI DIGITAL LITERASI RELAWANTIK INDONESIA KOMPOSISI PENGGUNA INTERNET 132,7 JUTA 24% 25-34 29% 35-44 28% > 45 7.8% PEMULA 16.2% IBU RT 62% PRODUKTIF 20,8 SUMATERA 7,7 KALIMANTAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1255, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI INFORMASI PUBLIK. Pengelolaan. Pelayanan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya orde baru dan beralih menjadi era reformasi di Indonesia telah memberikan kebebasan, dalam arti wartawan bebas memberikan suatu informasi. Masyarakat pun

Lebih terperinci