Sistematika Siaran Radio. Rabu, 1 Februari 2017 Tema: Pengaturan Hukum Penyebaran Berita Bohong (Hoax) di Masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sistematika Siaran Radio. Rabu, 1 Februari 2017 Tema: Pengaturan Hukum Penyebaran Berita Bohong (Hoax) di Masyarakat"

Transkripsi

1 Sistematika Siaran Radio Rabu, 1 Februari 2017 Tema: Pengaturan Hukum Penyebaran Berita Bohong (Hoax) di Masyarakat Oleh: Maria Ulfah, S.H., M.Hum. dan LBH Pengayoman UNPAR 1. Latar Belakang 2. Pengertian dan Dasar Hukum 3. Dampak dari Penyebaran Berita Hoax di Masyarakat 4. Pengaturan Hukum bagi Pembuat dan Penyebar Berita Hoax 5. Peran Serta Masyarakat dalam Penggunaan Media Sosial yang sesuai dengan Hukum 6. Kasus-Kasus terkait Berita Hoax (di Indonesia dan Luar Negeri) 7. Kesimpulan dan Saran 1

2 DAFTAR ISI Rundown... 3 Daftar Pertanyaan Latar Belakang Pengertian dan Dasar Hukum Dampak dari Penyebaran Berita Hoax di Masyarakat Dampak bagi Penerima Berita Hoax Dampak bagi Masyarakat Pengaturan Hukum bagi Pembuat dan Penyebar Berita Hoax Peran Serta Masyarakat dalam Penggunaan Media Sosial yang sesuai dengan Hukum Kasus-Kasus terkait Berita Hoax (di Indonesia dan Luar Negeri) Kesimpulan dan Saran

3 Rundown Sesi 1 (30 Menit) Sesi 2 (30 Menit) Sesi 3 (30 Menit) Sesi 4 (30 Menit) Latar Belakang Pengertian dan Dasar Hukum Dampak dari Penyebaran Berita Hoax di Masyarakat Pengaturan Hukum bagi Pembuat dan Penyebar Berita Hoax Peran Serta Masyarakat dalam Penggunaan Media Sosial yang sesuai dengan Hukum Kasus-Kasus terkait Berita Hoax (di Indonesia dan Luar Negeri) Kesimpulan dan Saran Iester (Clarisa) Clarisa (Myriam) Myriam (Kimberly) Kimberly (Iester) Iester (Vania) Myriam (Clarisa) Vania 3

4 Daftar Pertanyaan 1. Apa yang melatarbelakangi pembahasan mengenai Pengaturan Hukum Penyebaran Berita Bohong (hoax) di Masyarakat pada malam hari ini? 2. Apa saja pengertian dan dasar hukum yang penting untuk diketahui dalam membahas mengenai pengaturan hukum penyebaran berita hoax? 3. Apa saja dampak dari penyebaran berita hoax di masyarakat? 4. Bagaimana pengaturan mengenai pembuat dan penyebar dari berita hoax? 5. Bagaiman peran serta masyarakat dalam penggunaan media sosial yang sesuai dengan hukum? 6. Apa saja kasus-kasus yang telah terjadi terkait berita hoax baik di Indonesia maupun luar negeri? 7. Apa kesimpulan dan saran yang dapat kita ambil dari pembahasan malam ini? 4

5 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi mengakibatkan perubahan cara berinteraksi antar individu. Internet (interconnection-networking) sebagai penghubung antar jaringan elektronik seluruh dunia menyebabkan cepatnya informasi yang dapat diperoleh masyarakat. Menurut hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di Indonesia sendiri 132 juta orang telah memakai internet dan 100 juta orang telah memakai ponsel pintar (smartphone). Media sosial merupakan salah satu bentuk dari perkembangan internet. Media sosial membawa perkembangan masyarakat kepada jejaring sosial yang dapat diperoleh melalui media elektronik. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) pada tahun 2013 di Indonesia telah mencapai 63 juta orang menggunakan internet dan 95% menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. 1 Media sosial yang ada di masyarakat diciptakan secara aplikatif dan mudah untuk dipakai oleh masyarakat. Dari kemudahan yang diberikan oleh media sosial menyebabkan banyak orang yang memanfaatkan media sosial tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu kemudahan yang diberikan oleh media sosial adalah kemudahan berinteraksi dengan siapa pun dan kapan pun dengan cepat. Namun, kemudahan yang telah ditawarkan oleh media sosial dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk tindakan yang negatif. Salah satu tindakan negatif tersebut adalah pembuatan dan penyebaran berita bohong (hoax). Berita bohong (selanjutnya disebut berita hoax) merupakan salah satu tindakan penyalahgunaan kemudahan yang diberikan media sosial. Beberapa waktu ini berita hoax merupakan hal yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut dikarenakan, berita hoax yang menyebar di masyarakat telah menimbulkan keresahan. Banyak masyarakat yang merasa dirugikan dikarenakan mempercayai berita hoax tersebut. Di samping kerugian yang dialami oleh penerima berita karena telah mempercayai berita hoax tersebut terdapat beberapa dampak lainnya. Dalam kasus berita hoax terkait ajakan melakukan gerakan penarikan uang besar-besaran (rush money) dapat berdampak terhadap perekonomian Indonesia. 2 Hal tersebut juga menimbulkan kekhawatiran masyarakat terhadap perekonomian Indonesia apabila terjadinya gerakan rush money. 1 Kominfo, Kominfo: Pengguna Internet di Indonesia 63 Juta Orang, ta+orang/0/berita_satker, (diakses pada 25 Januari 2017) 2 Danang Firmanto, Soal Ajakan Rus Money, Tito Karnavian: Itu Hoax, (diakses pada 27 Januari 2016) 5

6 Dampak dari berita hoax yang ada di masyarakat menyebabkan pemerintah mengambil tindakan untuk menangani berita hoax di masyarakat. Presiden Joko Widodo saat memimpin rapat terbatas dengan topik Antisipasi Perkembangan Media Sosial di Kantor Presiden mengemukakan bahwa penegakan hukum yang akan dilakukan secara tegas dan keras terhadap media-media online yang sengaja memproduksi berita-berita bohong tanpa sumber yang jelas, judul provokatif, dan mengandung fitnah. 3 Sedangkan dalam peraturan perundangan-undangan Indonesia sendiri, apabila seseorang menyebarkan atau membuat berita hoax dapat dikenakan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya akan disebut UU ITE). Sedangkan untuk sanksi pidana sesuai dengan Pasal 45A UU ITE setiap orang yang melanggar Pasal 28 UU ITE dapat dikenakan pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (satu miliyar rupiah). Pemerintah telah melakukan upaya dalam menangani berita hoax yang ada di masyarakat. Hal tersebut bertujuan mencegah munculnya kembali pembuat dan penyebar berita hoax yang telah merugikan berbagai pihak. Oleh karena itulah, pada kesempatan malam hari ini kami dari LBH Pengayoman UNPAR berserta narasumber dan para pendengar Chevy sekalian hendak membahas lebih jauh mengenai Pengaturan Hukum Penyebaran Berita Bohong (Hoax) di Masyarakat. 2. Pengertian dan Dasar Hukum Pada dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terjadi sangat cepat. Menurut Rogers, teknologi merupakan peralatan perangkat keras dalam struktur organisasi yang mengandung nilai sosial yang memungkinkan individu untuk mengumpulkan, memproses, dan saling tukar menukar informasi. 4 Teknologi komunikasi dan informasi merupakan sebuah penemuan baru dalam aspek kehidupan dimana setiap individu dapat menggunakan, mengakses, dan memberikan segala hal informasi kepada orang lain secara universal. Hal ini tentunya memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi 3 Isyana Artharini, Upaya Partikelir menangani Berita Bohong, , (diakses pada 27 Januari 2017). 4 Antonius Sanda, Tinjauan Yuridis terhadap Fenomena Cyber Bullying sebagai Kejahatan Di Dunia Cyber Dikaitkan dengan Putusan Mahkama Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar:

7 mengenai berbagai macam hal. Namun, sering kali informasi maupun berita yang berada di media sosial merupakan suatu kebohongan atau apa yang sering disebut dengan hoax. Hoax merupakan sebuah pemberitaan palsu yang bertujuan untuk menipu orang. Istilah hoax atau kabar bohong merupakan istilah dalam bahasa inggris yang masuk sejak era industri yaitu sekitar tahun Kata hoax berasal dari istilah hocus pocus yang aslinya merupkan bahasa latin hoc est corpus. 5 Frasa ini sering digunakan oleh penyihir untuk megklaim bahwa sesuatu benar-benar terjadi, padahal hal tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Pemberitaan palsu atau hoax merupakan suatu perbuatan yang dilarang dalam hukum Indonesia. Hal ini tercantum dalam Pasal 28 ayat 1 UU ITE yang berbunyi sebagai berikut: Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi eletronik. UU ITE tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan berita bohong dan menyesatkan. Frasa menyebarkan berita bohong memiliki ketentuan serupa dalam Pasal 390 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Menurut R. Soesilo, terdakwa hanya dapat dihukum dengan pasal 390 KUHP apabila ternyata kabar yang disiarkan adalah kabar bohong. 6 Suatu kabar bohong bukan hanya memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu kejadian seperti ketentuan dalam pasal 28 ayat 1 UU ITE Dampak dari Penyebaran Berita Hoax di Masyarakat 3.1 Dampak bagi Penerima Berita Hoax Pada masa sekarang, mayoritas orang bergantung kepada teknologi internet sebagai sumber informasi yang utama. Terdapat banyak halaman web (website) yang menyediakan informasi mengenai berbegai topik, baik yang bersifat akademis, berita, maupun hiburan. Namun banyaknya informasi yang salah atau bohong menyebabkan internet sebagai sumber informasi mulai kehilangan kredibilitasnya. 5 Lynda Walsh, Sins Against Science, (diakses pada 29 Januari 2017) 6 Arti Berita Bohong dan Menyesatkan dalam UU ITE, (diakses pada 29 Januari 2017) 7 Ibid. 7

8 Terdapat banyak jenis informasi palsu yang beredar di internet. Jenis informasi palsu yang paling banyak beredar di internet adalah berita bohong yang dibuat seolah-olah benar (berita hoax), tujuannya untuk menyesatkan pembaca berita tersebut. Berita bohong di internet yang dibuat secara sengaja ataupun tidak, dapat menimbulkan kerugian besar bagi pembacanya atau bahkan berakibat fatal dalam hal berita bohong tersebut terkait dengan kesehatan/medis. 8 Berita hoax banyak beredar di internet dikarenakan dua alasan utama: pertama, siapapun dapat menulis informasi di internet tanpa perlu mempertanggungjawabkannya; kedua, banyak orang yang mencari dan percaya dengan informasi di internet. Internet merupakan media yang menarik pembuatan berita hoax sekaligus menyebarkannya. Dampak dari penyebaran berita hoax ini banyak dan beragam. Sempat ada berita hoax terkait dengan bahasa palsu bernama Balboa Creole French yang digunakan di Pulau Balboa, California. Berita hoax tersebut menyebabkan banyak orang yang datang ke Pulau Balboa untuk mempelajari bahasa yang sebenarnya tidak ada. 9 Banyak berita hoax yang sulit untuk dideteksi dan dapat berbahaya bagi dunia pendidikan. Beberapa berita hoax sampai dibuat menjadi buku, seperti dalam kasus Dewa Suku Aborigin yang palsu Jar Edo Wens. Berita hoax tersebut baru terungkap sebagai hoax pada bulan Maret Sebuah berita hoax yang berjudul Bicholim conflict yang menceritakan mengenai sebuah perang perjuangan kemerdekaan di Goa, India sampai memenangkan penghargaan sebagai artikel terbaik dan baru terungkap sebagai berita hoax setelah berada di internet selama 5 tahun. Selain dua kasus di atas, masih banyak lagi daftar berita bohong yang berdampak besar bagi penerima (pembaca) berita tersebut Dampak bagi Masyarakat Salah satu ciri khas dari berita hoax adalah berita hoax cenderung disebarkan oleh banyak orang dan menyebabkan dampak dari berita hoax ini semakin besar. Seringkali berita hoax berdampak tidak hanya bagi orang-perseorangan, namun bagi suatu masyarakat tertentu. Biasanya berupa penipuan dan pemicu kepanikan publik. Lembaga kanker di Amerika, American Cancer Society (ACS) pernah digunakan untuk menyebarkan berita hoax berupa penipuan publik. Saat itu muncul kabar hoax yang mengaku bahwa ACS membutuhkan bantuan uang dari 500 orang demi membantu operasi 8 Srijan Kumar, et.al., Disinformation on the Web: Impact, Characteristics, and Detection of Wikipedia Hoaxes, (diakses pada 29 Januari 2017). 9 Ibid. 10 Ibid. 8

9 seorang gadis kecil penderita kanker. Banyak orang dilaporkan tertipu kabar ini dan akhirnya mengirimkan sejumlah uang pada rekening yang dicantumkan pada pesan hoax tadi. 11 Berita hoax berupa penipuan publik juga banyak terjadi di Indonesia. Beberapa waktu lalu beredar pesan pembukaan pendaftaran CPNS nasional yang dikirim melalui salah satu aplikasi pesan singkat. Setelah ramai tersebar, barulah pemerintah muncul klarifikasi bahwa pendaftaran CPNS nasional belum dibuka. 12 Salah satu tujuan penyebar berita hoax yang sering dilakukan adalah untuk menyebabkan kepanikan publik. Berita hoax semacam ini umumnya meminta masyarakat untuk menyebarkannya karena berita tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat benar dan meyakinkan. Berita hoax yang menyebabkan kepanikan publik di Indonesia contohnya adalah perampokan yang sampai menyilet wajah di Kota Surabaya dan hilangnya pesawat jurusan dari Jakarta menuju Palu yang banyak tersebar di media sosial. 13 Berita hoax di Indonesia bahkan seringkali memuat informasi yang mengarah pada upaya merusak stabilitas dan keamanan nasional serta mengganggu ketertiban umum. Seperti diketahui, sampai pekan kedua November tahun lalu, publik di dalam negeri disuguhi hoax tentang instruksi kapolri, hoax tentang hasil rapat BIN, hingga hoax tentang rush money besar-besaran. Berita hoax semacam itu umumnya bertujuan untuk mengacaukan persepsi masyarakat dan mengeksalasi serta memperluas persoalan. 14 Tidaklah berlebihan untuk melihat aneka hoax itu sebagai upaya awal pihak tertentu meretas dokumen-dokumen penting dan rahasia di lingkungan Polri, BIN, hingga perbankan nasional. Pelaku penyebaran informasi sesat itu sudah berani merangsek ke institusi Polri dan kapolri dengan tujuan mengacaukan pola dan sistem komando. Pelaku juga berupaya memanipulasi informasi BIN serta coba membangun rasa cemas, panik, dan mendorong masyarakat atau nasabah bank menarik dana (rush). 15 Dalam konteks keamanan, kredibilitas, dan urgensi rahasia negara, beberapa hoax itu patut dikategorikan sebagai masalah sensitif karena dapat menyebabkan kondisi dalam negeri suatu negara menjadi tidak stabil. 11 Bramy Biantoro, 4 Bahaya Mengintai dari Kabar Hoax di Dunia Maya, (diakses pada 29 Januari 2017). 12 Ibid. 13 Ibid. 14 Bambang Soesatyo, Bahaya Hoax dan Serangan Siber, (diakses pada 29 Januari 2017). 15 Ibid. 9

10 4. Pengaturan Hukum bagi Pembuat dan Penyebar Berita Hoax Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak menerima dan membuat berita hoax (berita palsu) di media sosial, baik berbasis media online (dunia maya) maupun media sosial dalam kehidupan nyata, seperti koran, majalah, dan sebagainya. Sudah banyak negara yang membuat suatu aturan serta kebijakan untuk melindungi bangsanya dari maraknya berita hoax. Indonesia adalah salah satu negara yang juga ikut turut serta dalam membuat peraturan terkait berita hoax. Ada beberapa pasal dalam UU ITE yang mengatur mengenai larangan untuk menyebarkan berita hoax di media sosial, salah satunya terdapat dalam Pasal 28 Ayat (1) UU ITE berbunyi: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik Dari kutipan pasal tersebut diketahui bahwa UU ITE melarang orang untuk menyebarkan berita bohong atau hoax, karena dianggap memberikan dampak buruk bagi penggunan media elektronik terutama konsumen transaksi elektronik 16. Dalam Pasal 28 Ayat (2) UU ITE juga memberikan penjelasan yang lebih rinci terkait penyebaran berita hoax. Pasal 28 Ayat (2) UU ITE berisi: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) Pasal tersebut menjelaskan bahwa jika seseorang menuliskan status dalam jejaring sosial informasi yang berisi provokasi terhadap suku, agama, atau ras (SARA) tertentu, dimana maksudnya adalah menghasut atau mempengaruhi masyarakat untuk membenci atau melakukan tindakan anarki terhadap kelompok tertentu, maka Pasal 28 ayat (2) UU ITE ini secara langsung dapat menjerat pelaku yang menuliskan status tersebut. 17 Sementara dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) UU ITE tersebut tidak dijelaskan mengenai hukuman tertentu yang akan diberlakukan bagi pelakunya, namun dalam Pasal 45A UU ITE diatur mengenai sanksi apa yang hendak diberlakukan bagi pelaku. Pasal 45A UU ITE ayat (1) menjelaskan bahwa setiap orang yang sengaja menyebarkan berita hoax Pasal Viva, Deretan Pasal dan Ancaman Pidan bagi Penyebar Hoax, (diakses pada 29 Januari 2017) 17 Hukum Online, Awas ini Jerat Hukum bagi Pembuat dan Penyebar Isu Hoax Rush Money, (diakses pada 29 Januari 2017) 10

11 ayat (1) UU ITE akan dikenakan pidana paling lama 6 tahun penjara dan denda paling banyak Rp ,00 (satu miliyar rupiah). Sedangkan dalam Pasal 45A UU ITE ayat (2) menjelaskan bahwa setiap orang yang sengaja menyebarkan berita hoax sehingga menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan berdasarkan suku, agama, ras, antar golongan (SARA) dapat dikenai pidana paling lama 6 tahun penjara dan denda paling banyak Rp ,00 (satu miliyar rupiah). Dalam pasal tersebut diketahui bahwa hukuman untuk penyebar berita hoax sudah sangat berat, yaitu hukuman penjara selama enam tahun atau denda sebanyak satu miliar rupiah. Melihat beratnya hukuman tersebut, pemerintah mengharapkan agar penyebaran berita hoax lebih rendah dan tidak ada di masa depan. Efektivitas pasal tentunya dapat dilihat dari setidaknya dua sisi, yaitu pengaturan dan penerapan/penegakan dari hukumnya (law enforcement). Menurut Rikwanto selaku Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, menghimbau masyarakat agar mulai sekarang harus berhati-hati dalam menyebarkan pesan berantai lewat perangkat elektronik. Menurut beliau, zaman sekarang sangat banyak pesan berantai yang masuk ke ponsel seseorang tanpa diketahui kebenaran dari isi pesan tersebut. Beliau juga menghimbau agar yang meneruskan ikut teliti dalam memeriksa isi pesan, karena yang meneruskan secara disadari atau tidak dapat dikatakan sebagai pelaku atau pihak yang mendistribusikan kabar bohong. 18 Rikwanto meminta masyarakat jika mendapat pesan berantai yang hoax, agar tak sembarang menyebarkannya. Sebaiknya masyarakat yang menerima pesan yang terkesan bohong lebih baik melaporkannya kepada polisi karena sudah termasuk ke dalam tindak pidana. Setelah laporan diproses oleh pihak kepolisian, baru kemudian polisi bisa melakukan penyidikan dengan bekerja sama bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan segenap operator telekomunikasi. Rikwanto berharap agar Kepolisian Indonesia serta Kementerian Komunikasi dan Informatika serta segenap operator telekomunikasi dapat menunjukkan peran serta yang aktif dalam meberantas berita bohong. 18 Tempo, Mabes Polri: diancam Hukuman 6 Tahun Penjara, tahun-penjara (diakses pada 29 Januari 2017) 11

12 5. Peran Serta Masyarakat dalam Penggunaan Media Sosial yang sesuai dengan Hukum Banyaknya berita-berita hoax yang beredar dengan bebas di media massa tentu saja telah membuat masyarakat resah. Hal inilah yang akhirnya mendorong masyarakat Indonesia untuk ikut berperan aktif memerangi berita hoax dengan membentuk grup-grup anti hoax di media sosial. Pada awal tahun 2017, inisiatif masyarakat ini akhirnya disatukan dalam satu wadah yang disebut dengan Komunitas Masyarakat Anti Hoax. 19 Salah satu bentuk gerakan Komunitas Masyarakat Anti Hoax dalam memerangi berita hoax di Indonesia adalah dengan merilis suatu layanan pelaporan, yakni situs TURNBACKHOAX.ID. Melalui situs ini, masyarakat dapat mengadukan aneka berita hoax yang beredar ke alamat alamatdata.turnbackhoax.id. Selain itu, juga telah diluncurkan suatu aplikasi dimana masyarakat juga dapat menyampaikan berbagai berita, informasi, maupun meme yang dinilai mengandung hoax, yaitu aplikasi mobile TURNBACKHOAX yang diluncurkan oleh masyarakat Telekomunikasi dan Informatika Indonesia (Mastel). Tidak hanya masyarakat saja yang berperan aktif, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga telah mengambil bagian. Seperti yang dilansir pada website resmi Kominfo, masyarakat dapat mengadukan website-website yang dinilai mengandung konten SARA atau hatespeech dengan mengirimkan detail pengaduannya ke alamat atau melalui Namun yang perlu diperhatikan masyarakat ketika melaporkan adalah bahwa perlu disertakan bukti-bukti yang dapat menunujukan bahwa konten-konten tersebut mengandung hoax. Proses setelah adanya laporan dari masyarakat, Kominfo akan menyelidiki situs yang dilaporkan tersebut dan mengecek pelanggaran-pelanggaran apa yang telah dilakukan. Selai itu, Kominfo juga telah membentuk tim khusus yang disebut dengan Forum Penanganan Situs Internet Bermuatan Negatif (FPSIBN) yang bertugas membantu menilai konten situs yang dilaporkan sebelum situs tersebut diblokir. Sementara itu, untuk akun media sosial yang tertangkap atau ketahuan mempulikasikan berita-berita hoax, maka akun tersebut bisa langsung ditindak (ditutup) tanpa harus ada pelaporan. Hingga awal Januari 2017, melalui penyedia jasa layanan internet (internet service provider), Kominfo telah memblokir 11 situs yang dianggap telah memuat konten negatif seperti ujaran kebencian, fitnah, provokasi, SARA, hingga penghinaan simbol negara, 19 Ika Defianti, Masyarakat Anti Hoax Ajak Warga Perangi Berita Bohong di Medsos, (30 Januari 2017). 12

13 ataupun phising dan malware. Seperti yang dimuat pada Kompas.com, 11 situs yang sudah tidak dapat diakses oleh masyarakat antara lain: voa-islam.com, nahimunkar.com, kiblat.net, bisyarah.com, dakwahtangerang.com, islampos.com, suaranews.com, izzamedia.com, gensyiah.com, muqawamah.com, abuzubair.net. 6. Kasus-Kasus terkait Berita Hoax (di Indonesia dan Luar Negeri) Penyebaran berita hoax bukan permasalahan yang baru bagi Indonesia. Di Indonesia sendiri berita hoax menjadi permasalan pelik di setiap periode pemerintahan. Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri (2002), Menteri Agama Said Agil Al Munawar mengaku mendengar informasi ada harta karun milik Prabu Siliwangi yang terpendam di Batu Tulis, Bogor. 20 Berita hoax yang saat ini sedang banyak dibicarakan adalah munculnya berita hoax investor asing dapat memberikan nama pada pulau yang ditempatinya di Indonesia. Berita hoax tersebut menimbulkan kontroversi dalam masyarakat. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa pemerintah tidak akan membiarkan investor asing menamai pulau di Indonesia. Investor asing hanya boleh menamai bisnis atau resort sesuai keinginannya. 21 Beliau menambahkan bahwa pulau-pulau di Indonesia tidak boleh ada sertifikat hak milik, ada hak guna pakai, hak guna lahan, dan hak guna bangunan. 22 Pada Januari 2017 beredar informasi mengatasnamakan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai pusat gempa yang berasal dari pergerakan lempeng dasar Danau Toba. Gempa tersebut diperkirakan berkekuatan 3,5 Skala Richter dengan kedalaman 19 kilometer yang diakibatkan erupsi Gunung Sinabung secara terus menerus. Informasi tersebut juga menyebutkan gempa akan terjadi hari Selasa tanggal 17 Januari 2017 pukul Namun dari BMKG sendiri menyatakan bahwa isu tersebut tidak benar dan menyesatkan. BMKG juga meminta warga untuk tetap tenang akan berita hoax tersebut Tempo, Begini Kisah Hoax dari Zaman Sukarno hingga Jokowi, (diakses pada tanggal 30 Januari 2017). 21 Merdeka,Koreksi Menko Luhut Susi Tegaskan Isu Asing Bisa Namai Pulau Hoax, (diakses pada tanggal 30 Januari 2017). 22 Ibid. 23 Reza Efendi, BMKG: Jangan Mudah Termakan Hoax Soal Gempa Deli Serdang, (diakses pada tanggal 30 Januari 2017). 13

14 Penyebaran berita hoax merupakan penyebaran berita yang tidak hanya marak terjadi di Indonesia, melainkan juga di luar negeri. Berita hoax tetap saja terjadi, padahal sudah banyak aturan yang membatasi perilaku dalam memberikan berita baik di media online maupun dalam kehidupan nyata. Salah satu kasus yang terkait dengan permasalahan penyebaran berita hoax adalah kasus antara Negara Swiss dan Malaysia. Pada kasus antara Negara Swiss dan Malaysia, Malaysia menuduh Swiss telah melanggar protokol dan mengedarkan informasi yang salah (hoax) saat Jaksa Agung Malaysia menyatakan bahwa miliaran dolar Amerika Serikat dicuri dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Malaysia, dimana dalam kasus itu menyeret nama Perdana Menteri Malaysia yaitu Najib Razak. Berita tersebut disanggah oleh Menteri Komunikasi Malaysia yaitu Salleh Said Keruak yang menyatakan bahwa berita tersebut prematur dan tidak memiliki fakta yang lengkap. Salleh Said mengungkapkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Swiss sangat melanggar etika jabatan, karena sangat tidak etis apabila seorang pejabat senior negara lain berbicara didepan publik mengenai kondisi internal negara lain. 24 1MDB merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan strategis. Perusahaan tersebut dimiliki oleh Pemerintah Malaysia. 1MDB terlilit utang besar meskipun didanai negara. Perdana Menteri Najib Razak diketahui menjadi dewan penasihat di perusahaan tersebut. Sebuah pernyataan dari Kejaksaan Agung Swiss pada Jumat 29 Januari membuka kembali tuduhan korupsi otoritas Malaysia dalam penyelidikan penggelapan dana sebesar USD 4 miliar atau setara Rp 54,6 triliun dari 1MDB. Kejaksaan Agung Swiss menyatakan terdapat indikasi serius dana telah disalahgunakan. Kejaksaan Agung Malaysia pekan lalu membersihkan Najib dari tuduhan korupsi. Kejagung menyatakan dana sebesar USD 681 juta atau setara Rp 9,3 miliar di rekening pribadi pria 62 tahun itu berasal dari sumbangan Kerajaan Arab Saudi untuk mendanai kampanye Pemilu Namun, para pengkritik Najib mengatakan dana tersebut diambil dari 1MDB. 7. Kesimpulan dan Saran Sesuai dengan hasil diskusi bersama narasumber dan para pendengar pada waktu siaran berlangsung. 24 Okezone News, Malaysia Tuduh Swiss Sebarkan Hoax Terkait Kasus PM Najib, (diakses pada 30 Januari 2017). 14

15 15

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Kejahatan E-Commerce Kasus Penipuan Online Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informasi telah berkembang sangat pesat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5952 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 251) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

http://www.warungbaca.com/2016/12/download-undang-undang-nomor-19-tahun.html UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2016 KOMUNIKASI. INFORMASI. Transaksi. Elektronik. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5952) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H. 5 KEPENTINGAN HUKUM YANG HARUS DILINDUNGI (PARAMETER SUATU UU MENGATUR SANKSI PIDANA) : 1. NYAWA MANUSIA. 2.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX

SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SINERGI KAWAL INFORMASI UNTUK MENANGKAL BERITA HOAX (BACA, TELITI, DAN KONFIRMASI : BUDAYAKAN BIJAK DALAM LITERASI) Madiunkota.go.id Pemerintah Kota Madiun LPPL Radio Suara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Dalam konteks itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum berfungsi untuk mengatur seluruh

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015 tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) 1; Rujukan: a; Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; b; Undang-Undang

Lebih terperinci

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan Selain masalah HAM, hal janggal yang saya amati adalah ancaman hukumannya. Anggara sudah menulis mengenai kekhawatiran dia yang lain di dalam UU ini. Di bawah adalah perbandingan ancaman hukuman pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) merupakan isu publik yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar politisi

Lebih terperinci

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial Drs. Rusmanto, M.M. rusmanto@gmail.com Narasumber DPR RI: Pembahasan RUU ITE 2008 Pemimpin Redaksi Majalah InfoLINUX 2001-2013 Dosen STT-NF & Pengajar NF Computer

Lebih terperinci

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) Pasal 45 Ayat 1 Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK 2 tahun ~ paling lama Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan Peraturan Pemerintah harus sudah ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem eletronik adalah system computer yang mencakup perangkat keras lunak komputer, juga mencakup jaringan telekomunikasi dan system komunikasi elektronik, digunakan

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (PUSTEKKOM KEMENDIKBUD)

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (PUSTEKKOM KEMENDIKBUD) INTERNET SEHAT PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (PUSTEKKOM KEMENDIKBUD) BIDANG PENGEMBANGAN JEJARING 2016 Advokasi Internet Sehat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924]

UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2008/176, TLN 4924] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 202 Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843] UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843] BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 45 (1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Lebih terperinci

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana III. Pengaturan Ujaran Kebencian Indonesia memiliki aturan hukum yang melarang ujaran kebencian dan menetapkan sanksi pidana bagi pelakunya. Aturan tersebut memang belum ideal dan masih memerlukan revisi.

Lebih terperinci

Keamanan Sistem Informasi

Keamanan Sistem Informasi Keamanan Sistem Informasi Oleh: Puji Hartono Versi: 2014 Modul 7 Hukum Siber Overview 1. Kategori kejahatan 2. Ruang lingkup hukum siber 3. Investigasi 4. Hukum Siber di Indonesia (UU ITE2008) 1. Kandungan

Lebih terperinci

Balikpapan, 19 Agustus

Balikpapan, 19 Agustus Balikpapan, 19 Agustus 2017 www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id www.bambangherlandi.web.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi menjadi fenomena aktual yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Karakteristik kemajuan yang tidak mengenal ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap individu sejak dilahirkan yang telah dijamin oleh konstitusi. Oleh karena itu, Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum

Lebih terperinci

REVISI UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STOP SPREADING FAKE NEWS, STOP THE [1] RUMOURS, STOP HOAX

REVISI UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STOP SPREADING FAKE NEWS, STOP THE [1] RUMOURS, STOP HOAX e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 13 Januari 2017 www.msp-lawoffice.com REVISI UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE) STOP SPREADING FAKE NEWS, STOP THE [1] RUMOURS, STOP

Lebih terperinci

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup BAB IV ANALISIS TERH}ADAP CYBER CRIME DALAM BENTUK PHISING DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM A. Analisis Cara Melakukan Kejahatan

Lebih terperinci

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tercantum dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945 amandemen ketiga yang berbunyi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Hati-hati terhadap Tiket Pesawat Anda!

Hati-hati terhadap Tiket Pesawat Anda! Hati-hati terhadap Tiket Pesawat Anda! 16 Nov Perkembangan teknologi digital sudah merambah hampir ke seluruh sendi kehidupan masyarakat. Keberadaan media sosial pun makin erat dan dekat dengan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) di Dunia sangat dirasakan manfaatnya dalam berbagai sektor Industri, Perbankan maupun Usaha Kecil-Menengah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN SITUS INTERNET BERMUATAN NEGATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime Cyber crime adalah sebuah bentuk kriminal yang mana menggunakan internet dan komputer sebagai alat atau cara untuk melakukan tindakan kriminal. Masalah yang berkaitan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

FENOMENA PENYESATAN BERITA DI MEDIA SOSIAL

FENOMENA PENYESATAN BERITA DI MEDIA SOSIAL FENOMENA PENYESATAN BERITA DI MEDIA SOSIAL (Ruri Rosmalinda, S.S.I., M. I.Pol) Pendahuluan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, hal itu tercermin dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mempunyai

Lebih terperinci

Cyber Ethics. Ade Sarah H., M.Kom

Cyber Ethics. Ade Sarah H., M.Kom Cyber Ethics Ade Sarah H., M.Kom Internet adalah sebuah jaringan komputer dunia yang memungkinkan sebuah hubungan bagi setiap orang dengan sebuah komputer dan sebuah jaringan telepon. Alasan mengapa era

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

Hadapi Hoax dengan Bijak, Jangan Reaktif

Hadapi Hoax dengan Bijak, Jangan Reaktif Hadapi Hoax dengan Bijak, Jangan Reaktif 08 Januari 2017 JAKARTA â Etika di media sosial (medsos) harus diakui berada di titik nadir. Media yang semestinya menjadi sarana silaturahmi, berbagi informasi,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB VI MODAL SOSIAL. terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan

BAB VI MODAL SOSIAL. terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan BAB VI MODAL SOSIAL 6.1 Kepercayaan Tingkat kepercayaan seorang anggota Kaskus terhadap anggota yang lain terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan identitas menjadi

Lebih terperinci

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN ANALISIS DAN IMPLIKASI YURIDIS TINDAK PIDANA MENYEBARKAN BERITA BOHONG DAN MENYESATKAN BERDASARKAN PASAL 28 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (Studi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI Universitas Mercu Buana Yogyakarta Program Studi : 1. Teknik Informatika Alamat: Kampus I, Jl. Wates. Km. 10 Yogyakarta. 55753. Telp.(0274) 649212,649211,Fax.(0274)-649213.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta

Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Pelanggaran Kode Etik Dalam Dunia Informatika Universitas Mercubuana Yogyakarta Oleh: Gerson Dullosa Utama 14111053 Daftar Isi Daftar Isi... 2 BAB I... 3 1.1 Informasi Berita Pelanggaran Kode Etik di Dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar-Belakang Keunggulan komputer berupa kecepatan dan ketelitiannya dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat menekan jumlah tenaga kerja, biaya serta memperkecil kemungkinan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH [LN 2003/37, TLN 4277] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam Terjadinya Kerugian Nasabah Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas Sms Banking

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindak pidana kejahatan dari hari ke hari semakin beragam. Tindak pidana kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH [LN 2004/125, TLN 4437]

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH [LN 2004/125, TLN 4437] UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH [LN 2004/125, TLN 4437] Paragraf Ketujuh Ketentuan Pidana Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pasal 115 (1) Setiap orang yang dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

15 Februari apa isi rpm konten

15 Februari apa isi rpm konten 15 Februari 2010 http://www.detikinet.com/read/2010/02/15/125757/1299704/399/seperti apa isi rpm konten MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH [LN 2008/51, TLN 4835] BAB XXI KETENTUAN PIDANA Pasal

Lebih terperinci

Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif

Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif Perspektif Etik dalam Komunikasi Persuasif Materi II Melisa Arisanty, S.I.Kom, M.Si Ilustrasi Etika Komunikasi Persuasif Ruang Lingkup Komunikasi Interpersonal Ilustrasi Etika Komunikasi Persuasif Ilustrasi

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime.

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime. BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime. Dunia maya (cyberspace) adalah media yang tidak mengenal batas, baik batas-batas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ 2010. TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE Pertemuan 5 Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE 4. Celah Hukum Cybercrime I. Cyberlaw Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak terhadap perilaku sosial masyarakat, termasuk juga perkembangan jenis kejahatan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 76/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 76/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 76/PUU-XV/2017 Ketidakjelasan Rumusan Frasa antar golongan I. PEMOHON Habiburokhman, SH.,MH; Kuasa Hukum: M. Said Bakhri S.Sos.,S.H.,M.H., Agustiar, S.H., dkk, Advokat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2003/93, TLN 4311]

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2003/93, TLN 4311] UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN [LN 2003/93, TLN 4311] BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 88 (1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan seakan akan dunia adalah sebuah kampung kecil yang telah

BAB I PENDAHULUAN. besar dan seakan akan dunia adalah sebuah kampung kecil yang telah BAB I PENDAHULUAN 5.3 Latar Belakang Dunia pada jaman sekarang ini telah mengalami berkembangan yang begitu besar dan seakan akan dunia adalah sebuah kampung kecil yang telah dikonseptualisasikan oleh

Lebih terperinci

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III

Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Seminar Nasional IT Ethics, Regulation & Cyber Law III Tema : Kejahatan Multimedia di Media Sosial @HOM Platinum Hotel Yogyakarta, 17 Nopember 2015 Dr. Mochamad Wahyudi, MM, M.Kom, M.Pd, CEH, CHFI wahyudi@bsi.ac.id

Lebih terperinci

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA Oleh : Agung Trilaksono / 2110121017 Adi Nugroho H.Q / 2110121022 POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA TEKNIK INFORMATIKA 2015-2016 UU ITE di Republik Indonesia BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Bab 2 Etika, Privasi

Bab 2 Etika, Privasi Bab 2 Etika, Privasi 1. Pengertian Hukum, Etika Definisi Hukum menurut (Robertson & Roth, 2012) adalah sistem peraturan yang dibuat dan ditegakkan melalui institusi sosial atau pemerintah untuk mengatur

Lebih terperinci

Mewaspadai Penipuan Berkedok Phising

Mewaspadai Penipuan Berkedok Phising Mewaspadai Penipuan Berkedok Phising Oleh: Mochammad Firdaus Agung Penipuan melalui teknik Phising merupakan kasus penipuan yang tergolong paling banyak ditemui pada saat ini. Phising merupakan kegiatan

Lebih terperinci

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara Pasal-pasal Delik Pers KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA I. Pembocoran Rahasia Negara Pasal 112 Barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Media massa memberikan dampak yang sangat besar bagi masyarakat. Internet masih menduduki tingkat teratas sebagai alat akses informasi termudah saat ini, namun dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan Masyarakat dan sebagaian Masyarakat merasa dirugikan oleh pihak yang berbuat kejahatan tersebut,

Lebih terperinci

DRAFT KEBIJAKAN PENANGANAN KELUHAN

DRAFT KEBIJAKAN PENANGANAN KELUHAN DRAFT KEBIJAKAN PENANGANAN KELUHAN PENGELOLA NAMA DOMAIN INTERNET INDONESIA Icon Business Park Unit L1-L2 BSD City Tangerang, Indonesia 15345, Indonesia. www.pandi.id Judul: Kebijakan Penanganan Keluhan

Lebih terperinci

Penyalahgunaaan TIK serta Dampaknya

Penyalahgunaaan TIK serta Dampaknya Penyalahgunaaan TIK serta Dampaknya Goals 1. Memahami berbagai dampak negatif penggunaan teknologi informasi dan komunikasi serta masalahmasalah yang ditimbulkan 2. Membentengi diri dari dampak buruk yang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan telah diratifikasi

Lebih terperinci

Pengantar. Hoax. Waspada Posting

Pengantar. Hoax. Waspada Posting Pengantar Statistik Internet Indonesia Dua Sisi Internet & Medsos Hoax Waspada Posting Do s & Dont s Medsos #NETIZEN2020 adalah suatu gerakan sosial yang dibangun untuk menjadikan kembali akun social media

Lebih terperinci

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta [ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta Anggota Kelompok Wisnu R. Riyadi Yuwono F. Widodo Fathur Rahman Yherry Afriandi Rendy Pranalelza Pengertian Cybercrime

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum dimana salah satu ciri negara hukum adalah adanya pengakuan hak-hak warga negara oleh negara serta mengatur kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG - UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG - UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 DAN UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK UNDANG - UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa telah begitu erat dengan masyarakat. Keduanya merupakan elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai pembawa berita, media

Lebih terperinci

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL Dosen : Yudi Prayudi S.Si., M.Kom Oleh : Nama : Achmad Syauqi NIM : 15917101 MAGISTER

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara kesatuan negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belakangan marak diberitakan tentang tuduhan pencemaran nama baik oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list (milis), meneruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi di Indonesa sangat pesat. 1 Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi di Indonesa sangat pesat. 1 Teknologi Informasi dan Komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan globalisasi saat ini dengan menggunakan sarana teknologi di Indonesa sangat pesat. 1 Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah Terminologi (ilmu mengenai

Lebih terperinci

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perbuatan-Perbuatan Pidana Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. serta penawaran dan pembayaran bisa dilakukan melalui online. Emas dipilih untuk investasi dengan tujuan untuk

RechtsVinding Online. serta penawaran dan pembayaran bisa dilakukan melalui online. Emas dipilih untuk investasi dengan tujuan untuk PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERDAGANGAN EMAS SECARA ONLINE Oleh: Endang Wahyuni Setyawati * Naskah diterima: 22 Desember 2014; disetujui: 29 Desember 2014 Kemajuan teknologi seperti yang terjadi saat

Lebih terperinci

Rancangan Undang Undang Nomor Tahun Tentang Tindak Pidana Di Bidang Teknologi Informasi DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Rancangan Undang Undang Nomor Tahun Tentang Tindak Pidana Di Bidang Teknologi Informasi DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Rancangan Undang Undang Nomor Tahun Tentang Tindak Pidana Di Bidang Teknologi Informasi DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014 http://kesbangpol.kemendagri.go.id I. PENDAHULUAN Dana kampanye adalah sejumlah biaya berupa uang, barang, dan jasa yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA) A. Pengertian Cyber Crime Membahas masalah cyber crime tidak lepas dari permasalahan keamanan jaringan komputer atau keamanan informasi

Lebih terperinci