BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Profil Homeschooling Destiny Institute Homeschooling Destiny Institute merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan metode belajar rumah yang berbasis pendidikan Kristen dengan tujuan selain memberikan edukasi yang bertaraf internasional, juga membentuk karakter siswanya. Homeschooling Destiny Institute bernaung di bawah Yayasan Rumah Bapa kurang lebih 7 tahun. Yayasan ini bergerak di bidang pendidikan dengan konsep karakter kristen. Memperhatikan pola pendidikan di sekolah formal, di mana tugas di sekolah formal juga dirasa menjadi beban bagi anak, sehingga tidak mengembangkan minat dan bakat anak. Maka dari itulah, homeschooling memberikan sistem pembelajaran di mana orang tua mampu menemukan bakat anak-anaknya sejak dini dan mengarahkannya agar berkembang maksimal, sehingga anak mengembangkan keterampilan yang merupakan bakat atau minatnya hingga sukses di masa depan. Penggagas yayasan ini adalah Dr. Inawati Budiono S.Pd., MA. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Penelitiaan dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 3574/G4/KL/2009, 37

2 homeschooling Destiny Insitute mendapat ijin operasional dengan nomor SK ijin operasional 421.9/0165/101 dan dengan NSPN P Homeschooling Destiny Institute berlokasi di Jalan Aliwijayan No 3-4, Dukuh Pengilon, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Saat ini jumlah siswa di homeschooling Destiny Institute sebanyak 94 siswa, yang terbagi pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Homeschooling Destiny Institute merupakan metode belajar rumah dengan menekankan pada pendidikan Kristen sehingga ada keseimbangan antara perkembangan intelektual dengan moral anak. Tingkat pendidikan yang ada di homeschooling Destiny Institute meliputi tingkat SD SMP SMA Perencanaan Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute a. Tujuan Perencanaan Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute Aspek-aspek dalam perencanaan pendidikan homeschooling Destiny Institute meliputi visi, misi, tujuan dan rencana kerja sekolah. Visi dan misi yang dibuat di homeschooling Institute dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi peserta didik, serta telah menjadi dasar program dan memberikan arahan pada kualitas layanan. Adapun visi dari homeschooling Destiny Instiute adalah Menjadi salah satu institute pendidikan anak yang unggul dan menyediakan program pendidikan 38

3 yang menciptakan siswa yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan karakter kristiani. Sedangkan misi dari homeschooling Destiny Instiute yakni: 1) Biblical Based Program Infused with Godly Character 2) Individualized Approach 3) Self-Instructional, Mastery-Based Curriculum 4) Parental Involvement 5) Training and Convention 6) Student Opportunities for Character Development and Ministry Perencanaan program pendidikan di homeschooling Destiny Institute dirancang berdasarkan kebutuhan yang berhubungan dengan pendidikan di mana kebutuhan tersebut tidak terwujud pada sekolah formal. Dr. Inawati Budiono S.Pd., MA. selaku kepala sekolah dalam wawancara menjelaskan bahwa program pendidikan di homeschooling Destiny Intitute dibuat setiap tahun yakni sebelum tahun ajaran baru di mulai. Berikut kutipan hasil wawancara dengan kepala sekolah: Program Pendidikan di homeschooling Destiny Institute dibuat tiap tahun, dan dirancang melalui rapat sebelum kegiatan belajar mengajar pada tahun ajaran baru dimulai supaya proses pembelajaran tidak terganggu. Program pendidikan yang dirancang berupa program belajar mengajar selama 1 tahun, pembagian tugas tutor dalam mengajar, pembagian sistem mengajar bagi siswa yang menginginkan sistem belajar distance learning, pembahasan kegiatan non akademik beserta jadwalnya, serta pembuatan kalender akademik. 39

4 Rumusan tujuan dari homeschooling Destiny Institute memiliki paparan yang jelas dan memungkinkan untuk dicapai dalam kurun waktu yang ditentukan. Hal ini sekaligus menunjukkan kualitas homeschooling Destiny Institute serta membuktikan bahwa homeschooling Destiny Institute layak untuk dipertimbangkan. Adapun tujuan pendidikan dari homeschooling Destiny Institute adalah untuk membakali anak dengan ketrampilan menuju life-skill, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing karena pada dasarnya setiap anak memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dengan memperhatikan karakteristik setiap anak, maka minat dan keterampilan anak dapat di kembangkan sesuai dengan karakteristiknya. Hal ini tentu tidak ditekankan pada sekolah formal, di mana setiap aspek dalam proses belajar sudah diatur dan diberikan merata kepada anak. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala homeschooling Destiny Intitute ketika ditanyakan mengenai tujuan dari homescooling destiny intitute, berikut kutipan hasil wawancaranya: Homescooling Destiny Intitute memiliki tujuan untuk mengembangkan keterampilan siswa dan membekali siswa dengan kemampuan life-skill di mana hal tersebut tidak diberikan di sekolahsekolah formal. Berbeda dengan sekolah formal di mana setiap siswa mendapat perlakuan yang sama tanpa memperhatikan bakat dan minatnya masingmasing, di sini kami memberikan pengajaran 40

5 dengan memperhatikan bakat dan minatnya sehingga keterampilan siswa dapat berkembang. Selain hasil dari wawancara, dari hasil observasi menunjukkan bahwa tujuan dari pendidikan di Homeschooling Destiny Institute juga mendidik anak agar memiliki sifat kreatif, mandiri dan inovatif sehingga dapat menunjang kemampuan life-skill dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain hal tersebut, homeschooling Destiny juga menekankan akan pendidikan berbasis agama, sehingga perkembangan intelektual anak dapat diimbangi dengan perkembangan moralnya dengan tujuan menciptakan individu yang bermartabat dan dapat mengaplikasikan ilmunya demi kemajuan bangsa. Selanjutnya untuk rencana kegiatan sekolah seperti kegiatan pembelajaran dan kegiatan non akademik yang terlaksana di homeschooling dijabarkan dari hasil wawancara dengan Dr. Inawati Budiono, S.Pd., M.A. sebagai berikut: Rencana kerja sekolah disusun bersama dengan melibatkan tutor sehingga memudahkan para tutor untuk melaksanakan rencana kerja yang dibuat. Rencana kerja sekolah pada homeschooling Destiny dibuat dalam bentuk kalender pendidikan, yang berisi jam efektif belajar, libur semester, kegiatan-kegiatan sekolah seperti ektrakurikuler, ujian, penerimaan raport. Kalender pendidikan dan kurikulum serta informasi mengenai homeschooling Destiny Institute dapat dilihat dan diakses dengan mudah pada web homeschooling Destiny Institute, hal ini bertujuan untuk memudahkan orang tua dalam memantau kegiatan anak di sekolah. 41

6 Setiap program belajar yang disusun dirancang dan dibuat dengan melibatkan orang tua, dengan demikian dapat memberikan program belajar yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Adapun pelaksanaan program belajar di homeschooling Destiny Institute diimplementasikan dengan sistem komunitas yakni anak belajar berkelompok sesuai dengan level mereka masing-masing dengan bimbingan tutor di sekolah dengan jadwal belajar yang sudah di atur, serta sistem disctance learning di mana anak dapat belajar di rumah dengan orang tua. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan Dr. Inawati Budiono, S.Pd., MA. sebagaimana dikutip dari hasil wawancara ketika ditanyakan mengenai sistem pendidikan di homeschooling. Berikut kutipan dari hasil wawancara: Untuk sistem pendidikan, destiny Intitute menerapkan sistem komunitas dan distance learning. Sstem komunitas ini mengkondisikan siswa untuk belajar diruang kelas, di sini kami membagi mengelompokan siswa berdasarkan usia yakni untuk siswa usia 6 8 tahun masuk dalam kelas Joyful, 9 11 tahun masuk kelas Faithful, tahun masuk dalam kelas Love, dan tahun masuk dalam kelas Patience. Sedangkan sistem distance learning yakni anak belajar di rumah dengan orang tua sebagai tutornya apabila orang tua menghendaki dan kemampuan dari anak. Hasil dari observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran di homeschooling Destiny Institute lebih fleksibel di banding sekolah negeri atau swasta yang mengatur proses pembelajaran secara ketat. 42 Melalui

7 wawancara dengan kepala sekolah Dr. Inawati Budiono S.Pd., MA. juga ketahui bahwa program pendidikan yang diterapkan dalam pembelajaran di homeschooling Destiny Institute berorientasi pada kurikulum. Kurikulum pada homeschooling Destiny Institute tetap mengacu pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Kurikulum yang digunakan adalah Accelerated Christian Education (A.C.E) yakni pendidikaan berdasar pada pendidikan Kristen dan berbasis internasional sehingga lulusanya dapat melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Berikut kutipan hasil wawancara dengan Dr. Inawati Budiono S.Pd., MA selaku kepala sekolah ketika ditanyakan mengenai kurikulum yang digunakan di homeschooling Destiny Institute: Kurikulum yang digunakan adalah A.C.E. Pendidikan dengan kurikulum A.C.E. merupakan pendidikan yang berbasis Alkitab yakni pendidikan di bangun di atas prinsip-prinsip dasar dari Firman Allah. Pendidikan dengan A.C.E mengajarkan siswa untuk melihat kehidupan dari sudut pandang Allah. Untuk lebih lengkapnya tentang A.C.E bisa dilihat di website Destiny Intitute. Melalui studi dokumentasi dari website Destiny Institute diketahui bahwa pendidikkan dengan dasar A.C.E 43 pada homeschooling Destiny Institute mengarahkan siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, sehingga siswa dilatih untuk mandiri. Meskipun demikian peran orang tua juga ikut dillibatkan dalam program pendidikan yang

8 ada di homeschooling gunanya adalah untuk mengawasi perkembangan anaknya. Adapun pelajaran utama yang diajarkan pada siswa di homeschooling Destiny Institute adalah mata pelajaran matematika, bahasa Inggris, ilmu pengetahuan, pendidikan sosial dan agama. Berikut kutipan mengenai kurikulum A.C.E yang diambil dari website homeschooling Destiny Intitute The A.C.E. program is different. For over 40 years, it has been the trendsetter in Biblical educational reform. Its philosophy is built on basic principles of the Word of God. Students are taught to see life from God s point of view, to take responsibility for their own learning, and to walk in Godly wisdom and character. Accelerated Christian Education is not just a publisher but a comprehensive Bible-based program that serves both the campus-based school and the homeschool. Seperti yang dijabarkan sebelumnya bahwa lulusan dari Destiny Instute juga dapat melanjutkan program pendidikan di luar negeri, hal tersebut diperkuat dengan adanya penerapan dari kurikulum A.C.E, hal ini diperjelas dalam website homeschooling Destiny Institute sebagai berikut: Academic Achievement is one of the greatest strengths of Accelerated Christian Education. Graduated from the A.C.E program are attending more than 1,050 colleges and universities globally with outstanding performance. Berikut dijabarkan peta konsep dari kurikulum homeschooling destiny intitute: 44

9 Gambar 2. Peta Konsep Kurikulum A.C.E 45

10 b. Sasaran Tercapainya Perencanaan Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute Sasaran dari perencanaan program yang dibuat di homeschooling Destiny Institute adalah dapat tercapainya perencanaan terhadap program-program tersebut, diantaranya terwujudnya proses pendidikan yang dapat menutupi kelemehan pada pendidikan formal yakni kurangnya perhatian terhadap perkembangan bakat dan minat siswa. Pendidikan pada homeschooling Destiny Institute dirancang untuk dapat mengembangkan bakat dan minat siswa dengan diimbangi berkembangnya kemampuan kognitif pada diri siswa, sehingga lulusan dari homeschooling Destiny Institute dapat disetarakan dengan pendidikan formal. Berdasarkan hasil studi dokumentasi, dapat diketahui bahwa pada saat ini jumlah keseluruhan siswa yang terdapat pada homeschooling Destiny Institute sebanyak 77 siswa, kemudian pembagian kelas berdasarkan usia dan siswa memilih sendiri apa yang ingin dibelajari. Adapun data siswa secara terperinci dapat dilihat pada lampiran. Melalui hasil observasi diketahui bahwa lulusan dari homeschooling Destiny Institute dapat disetarakan dengan pendidikan formal, hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa lulusan dari homeschooling dapat disetarakan dengan lulusan dari sekolah negeri atau swasta, lulusan dari homeschooling Destiny Institute juga 46

11 diakui secara nasional sesuai dengan UU No. 20 tahun Sejalan dengan Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia homeschooling Destiny Institute didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada semua lapisan masyarakat tanpa ada terkecuali sekaligus menyelaraskan program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Selain itu homeschooling Destiny Institute dibentuk untuk menunjang pendidikan yang membekali siswa untuk memiliki keterampilan life skill, serta menyediakan pendidikan yang dapat mengembangkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya. Sesuai dengan peraturan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa dalam pelaksanaanya homeschooling berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional. Bagi siswa yang memilih pendidikan homeschooling akan tetap mendapatkan ijazah yakni dengan mengikuti ujian kesetaraan yang dikeluarkan oleh DEPDIKNAS yaitu paket A untuk kesetaraan jenjang SD, paket B untuk kesetaraan jenjang SMP, dan paket C kesetaran jenjang SMU. Ijazah yang dikeluarkan melalui kesetaraan dapat digunakan untuk meneruskan pendidikan ke sekolah formal. Lulusan homeschooling Destiny Institute juga dapat melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. 47

12 4.1.3 Pengorganisasian Homeschooling Destiny Institute Struktur Organisasi homeschooling Destiny Institute dipaparkan dalam bentuk bagan. Struktur Organisasi merupakan hubungan antara fungsi-fungsi suatu organisasi dalam menjalankan tugasnya masingmasing di mana wewenang dan tanggung jawab terbesar terletak pada yayasan. Kepala Yayasan membawahi beberapa sub bagian, dan tiap-tiap bagian berhak bertanggung jawab dan memeriksa atas hasil-hasil pekerjaan yang ada dalam wewenangnya, yang kemudian akan dilaporkan kepada bagian yang ada di atasnya. Pembagian kerja yang tepat dalam sebuah organisasi akan mempengaruhi tingkat prestasi organisasi. Melalui observasi dapat dijabarkan struktur organisasi pada gambar berikut. 48

13 Kepala Sekolah Inawati B. Sekretaris Natalis Bendahara Evi S PKBM Sekolah Rumah Kursus Inggris Natalia Kursus Musik Yafet A.C.E Agussalim KESETARAAN Yisca Level 1-3 Hadasya Level 4-6 Amalia Level 7-9 Yisca Level Febi Paket A Amalia Paket B Novian Paket C Hekzy Gambar 2. Struktur Organisasi Homeschooling Destiny Intitute Bagan pada Gambar 2 menunjukkan pembagian tugas pada setiap orang yang dipilih untuk menjalankan tugas tertentu guna menunjang berjalannya program pendidikan di homeschooling Destiny Institute. Dari bagan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut kepala sekolah pada homeschooling Destiny Institute adalah Dr. Inawati Budiono S.Pd., MA. yang juga menjabat sebagai kepala yayasan sekaligus pemilik dari homeschooling Destiny Institute. Selanjutnya yang menjabat sebagai 49

14 sekretaris adalah Natalis, dan bendaraha adalah Evi S. Kemudian pada kegiatan belajar mengajar, homeschooling Destiny Institute membagi menjadi tiga kegiatan yakni sekolah rumah, kursus inggris dan kursus inggris. Kegiatan sekolah rumah dibagi lagi menjadi dua bagian yakni bagian kurikulum A.C.E., yang bertanggung jawab atas kurikulum A.C.E. adalah Agussalim dan selanjutnya kurikulum A.C.E. diaplikasikan dalam pembelajaran di mana setiap pembelajaran diampu oleh tutor sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2, dan bagian kesetaraan yang diatur oleh Yisca. Pada bagian kursus inggris diatur oleh Natalia, dan yang bertanggung jawab pada kursus music adalah Yafet Koordinasi Homeschooling Destiny Institute Pada hakikatnya koordinasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk saling memberikan informasi dan bersama mengatur atau menyepakati sesuatu, sehingga di satu sisi proses pelaksanaan tugas dan keberhasilan pihak yang satu tidak mengganggu proses pelaksanaan dan keberhasilan pihak yang lainnya. Koordinasi sistem belajar di homeschooling Destiny Institute melibatkan seluruh komponen yang ada di homeschooling Destiny Institute, baik dari pihak yayasan, tutor dan orang tua. Hal tersebut dilakukan agar program pendidikan yang direncanakan dapat berjalan dengan baik karena adanya keselarasan 50

15 hubungan antara ketiganya. Adapun pembelajaran yang dilaksanakan di homeschooling Destiny Institute dilakukan diruang kelas yang dipandu oleh seorang tutor. Pembagian siswa didasarkan pada kesamaan bakat dan minatnya sehingga hal ini memudahkan tutor untuk membimbing siswa. Peran tutor adalah menjadi fasilitator bagi siswa, memfasilitasi siswa untuk belajar secara mandiri sehingga siswa menjadi pusat dalam proses belajar mengajar. Selain itu tutor juga memfasilitasi siswa dalam berkomunikasi dengan teman sehingga perkembangan sosial siswa juga berkembang. Yayasan berperan sebagai penyelenggara dan pengawas berjalannya programpendidikan dalam pembelajaran dan kegiatan non akademik lainnya yang ada di homeschooling Destiny Institute, dengan demikian mutu dan kualitas di homeschooling Destiny Intitute tetap terjaga. Pengawasang juga dilakukan oleh pihak orang tua. Orang tua harus memahami betul bagaimana pelaksanaan program belajar di homeschooling, menyadari bahwa proses belajar di homeschooling berbeda dengan proses belajar di sekolah formal. Selain itu. Memahami kurikulum yang diterapkan, visi dan misis serta tujuan dari homeschooling Destiny Institute sehingga terjadi keselarasan perlakukan pada siswa baik di rumah maupun di sekolah. 51

16 4.1.5 Pengawasan Homeschooling Destiny Institute Legalitas sistem homeschooling yang ada di Indonesia di atur dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi Kegiatan Pendidikan Informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Paparan tersebut merupakan bukti bahwa homeschooling diakui oleh pemerintah, dengan memperhatikan hal tersebut, maka legalitas homeschooling pada Destiny Institute juga diakui, tak hanya di pemerintahan pusat namun juga di pemerintahan kota Salatiga. Homeschooling Destiny Institute sudah dikenal di masyarakat dan keunggulannya pun dapat dibandingkan di sekolahsekolah formal. Kondisi tersebut tak lepas dari pengawasan yang diberikan di homeschooling Destiny Institute, pengawasan dilakukan untuk menjamin mutu dan kualitas pendidikan di homeschooling Destiny Institute. Komponen pengawasan dalam pengelolaan pendidikan di homeschooling Destiny Institute meliputi program pengawasan, program evaluasi kurikulum, serta evaluasi metode pengajaran yang dilakukan oleh tutor. Pada program pengawasan homeschooling Destiny Institute telah menyusun dan menerapkan kegiatan supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut. Dalam hal ini, homeschooling Destiny Institute melibatkan 52

17 orangtua murid untuk memberikan pengawasan terhadap jalannya pembelajaran sekaligus memfasilitasi orang tua murid untuk memberikan laporan terhadap kegiatan-kegiatan belajar sehingga dapat diberikan tindak lanjut dengan tujuan memudahkan siswa mengembangkan bakat dan keterampilan yang dimiliki. Selain pengawasan internal juga dilakukan pengawasan eksternal, yakni pengawasan terhadap keseluruhan program pendidikan yang dilakukan oleh Southren Cross yang dilakukan setiap 1 tahun sekali. Pengawasan juga dilakukan oleh Dinas Pendidikan dalam rangka pemberian akreditasi terhadap homeschooling Destiny Institute. Program evaluasi kurikulum dilakukan oleh tutor dan pembina yayasan. Lingkup evaluasi kurikulum lebih difokuskan kepada pencapaian visi dan misi yang dituangkan dalam bentuk pembelajaran, sehingga dapat diukur apakah kurikulum yang dirancang sudah berjalan ataupun sebaliknya. Selanjutnya pada evaluasi metode pengajaran yang dilakukan oleh tutor, selain dilakukan supervisi oleh pihak yayasan, orang tua juga dapat memberikan pengawasan terhadap metode pengajaran yang dilakukan oleh tutor. Hal ini dilakukan guna menjaga mutu dan kualitas homeschooling Destiny Institute. Dengan demikian pengawasan pada homeschooling Destiny Institute dilakukan oleh beberapa pihak, di mana setiap pihak saling terkait dan tidak 53

18 berdiri sendiri. Pemantauan pengelolaan homeschooling Destiny Institute dilakukan oleh yayasan atau komite, pemantauan dilakukan secara berkala dan rutin dengan tujuan menilai efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas pengelolaan dari program pendidikan di homeschooling Destiny Institute. 4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang dilakukan untuk membahas mengenai program pendidikan di homeschooling Destiny Institute. Sebelum melangkah kepenyajian data yang telah dianalisis, terlebih dahulu peneliti menampilkan dan informasi yang telah dikumpulkan selanjutnya diuraikan sesuai dengan kriteria data yang dibutuhkan kemudian dianalisis Perencanaan Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute Proses perencanaan program pendidikan di homeschooling Destiny Institute disusun agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Adanya programprogram pendidikan di buat agar dapat memberikan pendidikan yang layak pada siswa sesuai dengan ketentuan pemerintah, selain itu program yang telah direncanakan dapat dijalankan dengan semaksimal mungkin oleh seluruh pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan di homeschooling Destiny Institute. Implementasi dari program pendidikan pada homeschooling Destiny Intitute dituangkan pada rencana 54

19 kegiatan sekolah dan proses pembelajaran di mana rencana kegiatan sekolah dibuat untuk mendukung jalannya proses pembelajaran di homeschooling Destiny Institute. Adapun pembuatan program pendidikan dilakukan setahun sekali dan diimplementasikan dalam waktu 1 tahun, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Inawati Budiono, S.Pd., MA dalam wawancara sebagai berikut: Program Pendidikan di homeschooling Destiny Institute dibuat tiap tahun, dan dirancang melalui rapat sebelum kegiatan belajar mengajar pada tahun ajaran baru dimulai supaya proses pembelajaran tidak terganggu. Program pendidikan yang dirancang berupa program belajar mengajar selama 1 tahun, pembagian tugas tutor dalam mengajar, pembagian sistem mengajar bagi siswa yang menginginkan sistem belajar distance learning, pembahasan kegiatan non akademik beserta jadwalnya, serta pembuatan kalender akademik. Adapun tujuan dari penyusunan program pendidikan di homeschooling Destiny Institute adalah untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan dan kegiatan yang akan berlangsung di homeschooling Destiny Institute, sekaligus memberikan gambaran pada pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan di homeschooling Destiny Institute sehingga dapat menunjang tercapainya program yang telah direncanakan. Paparan di atas menunjukkan bahwa perencanaan merupakan sebuah tindakan yang sistematis dengan capaian tujuan tertentu di mana tujuan tersebut dibuat oleh homeschooling Destiny Institute. 55

20 Hasil wawancara dan dari lembar observasi yang telah dijabarkan di atas maka dapat diketahui mengenai perencanaan program pendidikan homeschooling Destiny Intitute Salatiga. Pada perencanaan program, homeschooling Destiny Intitute melibatkan seluruh komponen yakni ketua yayasan, tutor serta orang tua dengan memperhatikan evaluasi dari program pendidikan yang telah berjalan dari tahun sebelumnya, sehingga pada tahun ajaran yang baru dapat disusun program pendidikan yang semakin menunjang kebutuhan siswa sekaligus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan program pendidikan anak yang tidak terpenuhi di sekolah negeri maupun swasta. Adapun yang disusun dalam perencanaan program adalah kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari jadwal kegiatan belajar siswa baik kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik, pembagian tugas tutor dalam mengajar, pembagian sistem belajar bagi siswa karena siswa diperbolehkan memilih matapelajaran yang ingin dipelajari, serta kegiatan-kegiatan lain seperti kegiatan perayaan hari besar dan pembuatan kalender akademik. Tujuan dilakukan perencanaan program di homeschooling Destiny Intitute adalah untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di homeschooling Destiny Intitute sehingga orang tua dapat memantau kegiatan belajar 56

21 anak serta dapat memberikan kontribusinya demi kemajuan pendidikan anak. Penjabaran mengenai perencanaan program di homeschooling Destiny Instute yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran, homeschooling Destiny Institute juga menyusun rencana pembelajaran seperti program semester, silabus, rencana pembelajaran seperti yang disebutkan dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dassar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran seperti silabus dan RPP yang mengacu pada Standar Isi. Berbeda dengan pendidikan di jalur formal di mana silabus dan RPP dibuat berdasarkan standar isi yang ditentukan oleh pemerintah, pada homeschooling Destiny Institute merancang standar isi sesuai dengan kurikulum yang digunakan di homeschooling Destiny Institute Pelaksanaan Program Pendidikan Homeschooling Destiny Institute Berdasarkan hasil studi dokumentasi dan analisis data dari lembar observasi dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan di homeschooling Destiny Institute berjalan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah yakni yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hasil 57

22 wawancara dengan Dr. Inawati Budiono, S.Pd., M.A. menunjukkan bahwa program pendidikan yang dijalankan sesuai dengan peraturan pemerintah hanya saja kurikulum yang digunakan berbeda. Adapun kurikulum yang digunakan adalah kurikulum A.C.E. Program pendidikan yang dituangkan dalam pembelajaran di homeschooling Destiny Institute dipandu oleh tutor di mana tutor bertugas sebagai fasilitator. Kualifikasi sebagai tutor di homeschooling Destiny Institute adalah berpendidikan minimal sarjana dan diberikan training atau pelatihan sebelum ditetapkan menjadi tutor. Hal tersebut berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh Dr. Inawati Budiono S.Pd., M.A. selaku kepala sekolah. Berikut kutipan dari hasil wawancara yang telah dilakukan: Untuk tutor minimal harus S1 dan menguasai bahasa inggris, karena homeschooling ini berstandar internasional semua proses pembelajarannya menggunakan bahasa inggris. Hasil observasi menunjukkan bahwa program pendidikan dengan homeschooling Destiny Institute merancang pembelajaran yang memberikan kebebasan pada anak dalam belajar, karena anak diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang ingin dipelajari dengan demikian anak tidak merasa tertekan dengan tuntuntan pembelajaran yang ketat, selain itu anak dapat belajar sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang telah 58

23 dilakukan dengan kepala sekolah yang menyatakan bahwa setiap pembelajaran, tutor selalu mendampingi dan bertugas sebagai fasilitator. Sedangkan untuk pemilihan mata pelajaran, siswa diberi kebebasan untuk memilih sendiri. Sedangkan sistem pendidikan yang diterapkan di homeschooling Destiny Institute adalah sistem belajar komunitas dan distance learning. Sistem belajar komunitas merupakan proses pembelajaran di mana siswa dikumpulkan di sebuah kelas untuk belajar bersama dengan teman-temannya yang dipandu oleh tutor. Sistem belajar komunitas di atur dengan jadwal yang ditentukan oleh homeschooling destiny institute. Sedangkan pembelajaran dengan sistem distance learning merupakan proses pembelajaran di mana siswa belajar di rumah dengan modul dan orang tua yang berperan besar sebagai pendidiknya. Jadwal pada Distance Learning disusun sesuai kesepakatan dengan orang tua siswa. Pelaksanaan pembelajaran pada sistem komunitas dilaksanakan setiap hari Senin Jumat pada pukul WIB. Siswa yang mengikuti pembelajaran dengan sistem komunitas diberikan kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang ingin dipelajari selanjutnya diberikan buku panduan dan dibimbing oleh tutor dalam belajar. Tes evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa diberikan setelah siswa menyelesaikan 1 buku dengan waktu yang tidak 59

24 dibatasi, hal ini membuat siswa dapat belajar tanpa tekanan dan memberikan hasil yang baik. Hasil wawancara dengan kepala sekolah mengenai sistem pendidikan yang diterapkan di Destiny Institute dijabarkan sebagai berikut. homeschooling Untuk sistem pendidikan, destiny Intitute menerapkan sistem komunitas dan distance learning. Sistem komunitas ini mengkondisikan siswa untuk belajar diruang kelas, di sini kami membagi mengelompokan siswa berdasarkan usia yakni untuk siswa usia 6 8 tahun masuk dalam kelas Joyful, 9 11 tahun masuk kelas Faithful, tahun masuk dalam kelas Love, dan tahun masuk dalam kelas Patience. Sedangkan sistem distance learning yakni anak belajar di rumah dengan orang tua sebagai tutornya apabila orang tua menghendaki dan kemuan dari anak. Pendidikan pada homeschooling menjauhkan anak dari kompetisi mengejar nilai dan kebosanan dalam sistem sekolah formal. Pembelajaran homechooling juga memberikan waktu istirahat yang cukup bagi anak, karena anak diberi kebebasan dalam memilih pembelajaran sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga mengurangi beban materi pembelajaran yang realtif padat yang ada sekolah formal pada umumnya. Kualifikasi kemampuan lulusan pada homeschooling Destiny Institute sama seperti kualifikasi pada pendidikan di jalur formal yakni dengan mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dalam kualifikasi pendidik, homeschooling menerapkan kebijakan tutor minimal 60

25 berpendidikan sarjana di bidang pendidikan dan sebelum mengajar terlebih dahulu diberikan training. Pendidikan di homeschooling Destiny Institute dirancang dengan mengusung kurikulum A.C.E. mendidik siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip sesuai ajaran Alkitab sehingga siswa dibekali untuk memiliki keterampilan life skill dengan karakter Ilahi. Terkait dengan proses pelaksanaan pembelajaran di homeschooling Destiny Institute, pembelajaran dilakukan dengan jadwal yang struktur, di mana setiap siswa akan mendapat raport dari hasil belajar yang telah dijalani, hal ini dimaksudkan untuk melihat dan mengukur perkembangan anak. Sistem penilaian dan tes evaluasi yang diterapkan di homeschooling Destiny Institute di susun dan dikembangkan sesuai dengan kurikulum A.C.E, meskipun demikian lulusan dari homeschooling Destiny Institute dapat disejajarkan dengan lulusan dari sekolah-sekolah formal. Disebutkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni tertuang dalam pasal 27 ayat (1) dan (2) bahwa hasil kegiataan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri atau sering disebut homeschooling dihargai setara dengan pendidikan formal, setelah melalui proses penyetaraan. Adapun proses penyetaraan yang dimaksud adalah ujian nasional kesetaraan yang dilakukan oleh lembaga yang 61

26 ditunjuk pemerintah dengan mengacu pada standar pendidikan nasional. Ujian nasional pendidikan kesteraan dilakukan per paket, yang terdiri dari Paket A, Paket B, dan Paket C. Ujian kesetaraan paket A ditujukan untuk peserta didik dengan tingkat pendidikan setara Sekolah Dasar, sedangkan ujian kesetaraan paket B ditujukan untuk peserta didik dengan tingkat pendidikan SMP, dan ujian kesetaraan paket C ditujukan untuk peserta didik dengan tingkat pendidikan yang setara dengan SMU. Dengan demikian lulusan dari homeschooling Destiny Institute dapat diakui secara nasional sekaligus meningkatkan kepercayaan dari masyarakat. Memperhatikan hasil wawancara dan hasil observasi, maka dapat dilakukan analisis terhadap temuan selama penelitian. Program pendidikan di homeschooling Destiny Institute dilaksanakan sesuai dengan perencanaan program pendidikan yang telah disusun sebelum tahun ajaran baru dimulai. Adapun program-program pendidikan di homeschooling Destiny Institute meliputi program belajar mengajar, program ekstrakurikuler sebagai program pendidikan non akademik, program perayaan hari raya, program evaluasi terhadap pelaksanaan program pendidikan yang dilakukan setelah 1 tahun. Melalui program-program tersebut, siswa dididik dan dikembangkan bakat dan keterampilannya. Hasil 62

27 dari keterlaksanaan program tersebut dapat dilihat dari lulusan di homeschooling Destiny Institut, siswa-siswa dari homeschooling Destiny Institute dapat melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang berikutnya baik di dalam negeri maupun di luar negeri karena lulusan dari homeschooling Destiny Institute telah diakui dibuktikan melalui Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 3574/G4/KL/2009 dengan ijin operasional yakni dengan nomor SK 421.9/0165/101 dan NSPN P Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dengan metode homeschooling dapat dijadikan pilihan dalam memilih sekolah. Keunggulan yang ada pada pendidikan homeschooling Destiny Institute adalah pendidikan yang memaksimalkan pengembangan bakat siswa, hal tersebut disebabkan karena siswa dapat belajar sesuai bakat dan minatnya, sehingga keterampilan yang dimiliki siswa semakin terasah, serta diimbangi dengan penguatan karakter kristiani. Program pendidikan yang demikian tentu dapat berhasil karena ada faktor pendukung. Dari hasil penelitian dapat dijabarkan beberapa faktor pendukung yang menunjang keberhasilan program pendidikan di homeschooling Destiny Institute diantaranya fasilitas yang lengkap yang mendukung pembelajaran sehingga kebutuhan siswa dalam belajar dapat terpenuhi. Kemampuan tutor dalam merancang dan menerapkan model, strategi dan metode 63

28 yang tepat, sehingga dapat menunjang pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Kemampuan tutor sebagai fasilitator dalam menyampaikan materi ajar sehingga membuat siswa mudah memahami materi ajar. Pemilihan tutor sendiri merupakan kegiatan yang penting di homeschooling Destiny Institute, karena dibutuhkan tutor yang profesional untuk dapat mendidik anak dengan baik. Peran orangtua juga turut menjadi faktor penunjang keberhasilan program pendidikan di homeschooling Destiny Institute. Selain itu pengawasan dari komite dan yayasan terhadap program pendidikan juga turut mempengaruhi keberhasilan dari program pendidikan yang telah dirancang. Pendidikan dengan dasar Alkitab menjadikan homeschooling Destiny Intitute sebagai salah satu homeschooling yang mendukung pertumbuhan inteletual dengan dibarengi kerohanian pada diri siswa sehingga mampu menciptakan pribadi yang bermartabat, cerdas dan taat akan Tuhan. Selain faktor pendukung, terdapat juga faktor penghambat yang turut mempengaruhi jalannya proses pembelajaran di homeschooling Destiny Institute. Faktor-faktor tersebut antara lain karaktersitik siswa yang berbeda-beda, sehingga membuat tutor harus memahami perbedaan karakteristik siswa. Masalah internal yang dihadapi siswa yang dapat mempengaruhi konsentrasi dalam belajar. 64

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penunjang kehidupan manusia yang sangat penting, dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran

1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran 1. WAKASEK URUSAN KURIKULUM A. PROGRAM UMUM 1. Menyiapkan format pembelajaran yang dibutuhkan Guru Mata Pelajaran 2. Membantu kepala sekolah mengurus kegiatan kurikulum intrakurikuler dan ekstrakurikuler

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan yang semakin meningkat yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN HO-3D-01 PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Data yang berkaitan dengan fokus penelitian yang diperoleh dari lapangan telah dianalisis serta temuan-temuan yang dihasilkan dari penelitian juga telah dibahas dan dipaparkan

Lebih terperinci

HOMESCHOOLING PRIMAGAMA SEKOLAH BERBASIS BAKAT DAN MINAT

HOMESCHOOLING PRIMAGAMA SEKOLAH BERBASIS BAKAT DAN MINAT Prospektus Kerjasama Usaha Berjangka Homeschooling Primagama Tentang Homeschooling Primagama Homeschooling adalah sebuah sistem pendidikan alternatif yang saat ini menjadi pilihan orang tua untuk memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan di era modern seperti sekarang merupakan sebuah kebutuhan seperti halnya sandang dan pangan. Pendidikan adalah hak setiap warga negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan ilmu pengetahuan yang universal mempunyai arti penting dalam mendasari perkembangan teknologi

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

Mia Sari Hanty Ritonga, 2014 Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Homeschooling Jenjang Smp Pada Mata Pelajaran Matematika

Mia Sari Hanty Ritonga, 2014 Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Homeschooling Jenjang Smp Pada Mata Pelajaran Matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh pendidikan yang layak adalah hak setiap warga negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) pasal 31 ayat 1 Setiap

Lebih terperinci

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS)

Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS) Lampiran II Exekutive Summary EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR PADA PONDOK PESANTREN SALAFIYAH (PPS) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU Sisdiknas no 20 tahun

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP TUJUAN : Setelah mengikuti kegiatan bimtek diharapkan peserta mampu Menjelaskan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan 7 muatan KTSP Melaksanakan

Lebih terperinci

KEMENAG. Sekolah Menengah Agama. Katolik. Perubahan.

KEMENAG. Sekolah Menengah Agama. Katolik. Perubahan. No.1891, 2014 KEMENAG. Sekolah Menengah Agama. Katolik. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini kita telah memasuki abad 21, abad dimana berbagai informasi dapat diperoleh oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikannya masih dibawah standarisasi yang ditentukan pemerintah. Banyak alasan yang

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. Letak Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2009 PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik.

Lebih terperinci

STANDAR 2 STANDAR ISI

STANDAR 2 STANDAR ISI STANDAR 2 STANDAR ISI Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi terdiri dari: 1. Standar kerangka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Perencanaan Pembelajaran Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak terpisahkan satu sama lain. Perangkat perencanaan pembelajaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Membahas tentang pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2015 PERATURAN BERSAMA. Pendidikan Indonesia. Luar Negeri. Penyelenggaraan. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN BERSAMA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN

Lebih terperinci

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 1 Nomor 2, Mei 2005 SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI BERBASIS KOMPETENSI Oleh: Barkah Lestari (Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta)

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Sekolah Pada sub bab ini akan membahas mengenai sejarah sekolah, visi, misi, tujuan, struktur organisasi, dan tugas-tugas wewenang. 3.1.1 Sejarah

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Praktik pengalaman lapangan dilaksanakan kurang lebih selama dua setengah bulan, dimana mahasiswa PPL harus benar-benar mempersiapkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terjadinya kompetisi bagi lembaga pendidikan yang tidak hanya bersifat lokal atau regional saja, tetapi juga internasional. Kompetisi global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa: Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 KATA PENGANTAR Segala

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tujuan pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menyusun silabus mata pelajaran sesuai dengan ketentuan standar isi 2. Mahasiswa dapat menyusun RPP untuk pembelajaran teori Jasa Boga dan Patiseri 3. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. (YBPPK),dimana yayasan ini berdiri berdasarkan Akte Pendirian Nomor 45

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. (YBPPK),dimana yayasan ini berdiri berdasarkan Akte Pendirian Nomor 45 BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Profil dan Sejarah Sekolah SMU Kristen Pirngadi adalah sebuah sekolah yang berdiri dibawah naungan Yayasan Badan Pendidikan dan Pengajaran Kristen Pirngadi Surabaya (YBPPK),dimana

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MODEL HOMESCHOOLING (Studi Kasus di Homeschooling Kak Seto Surakarta Tahun 2012)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MODEL HOMESCHOOLING (Studi Kasus di Homeschooling Kak Seto Surakarta Tahun 2012) IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MODEL HOMESCHOOLING (Studi Kasus di Homeschooling Kak Seto Surakarta Tahun 2012) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN A. Sejarah Ringkas Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Medan diresmikan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi pada tahun 1985. Perkembangan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES PADA PEMBUATAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAGI PARA GURU DI GUGUS III CAKRANEGARA

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES PADA PEMBUATAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAGI PARA GURU DI GUGUS III CAKRANEGARA IMPLEMENTASI STANDAR PROSES PADA PEMBUATAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAGI PARA GURU DI GUGUS III CAKRANEGARA Harry Soeprianto, I Ketut Sarjana, Hapipi Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 31 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003,

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

KURIKULUM PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG. A. Kompetensi

KURIKULUM PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG. A. Kompetensi KURIKULUM PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG A. Kompetensi Kurikulum yang diterapkan di STIKES Muhammadiyah Gombong adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan tujuan agar mahasiswa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Upaya yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya suatu negara ditentukan oleh peran pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam negara tersebut. Begitu pula negara indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas, tujuan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tolak ukur bagi kemajuan suatu bangsa. Setiap bangsa bisa dikatakan maju dan berkembang karena mempunyai mutu pendidikan yang bagus. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

WALIKOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN

WALIKOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN WALIKOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL

TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dipaparkan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Perencanaan pendidikan Life Skill di Sekolah Dasar Lebah Putih

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Sekolah Athalia merupakan sebuah sekolah yang didirikan oleh Ibu

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Sekolah Athalia merupakan sebuah sekolah yang didirikan oleh Ibu BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Sekolah Athalia merupakan sebuah sekolah yang didirikan oleh Ibu Charlotte K. Priatna pada tahun 1995. Yang dimana pertama kalinya didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era perdagangan bebas. Persaingan dan tuntutan di dunia kerja pun membutuhkan sumber daya manusia

Lebih terperinci