TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL"

Transkripsi

1 TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2009

2 KATA PENGANTAR Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 merumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berkaitan dengan itu, USPN pasal 50 ayat 3 mewajibkan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Pelaksanaan pengembangan satuan pendidikan bertaraf internasional harus dapat menjawab kebutuhan lokal, nasional, dan global. Pengembangan sekolah bertaraf internasional merupakan bagian dari kebijakan penerapan standar mutu yang harus dilaksanakan secara terencana, terarah dan berkesinambungan agar hak tiap warga negara untuk memperoleh pendidikan bermutu terpenuhi. Menurut Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional Departemen Pendidikan Nasional (2007) yang menjadi indikator sekolah bertaraf internasional adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan serta mengacu pada standar pendidikan salah satu negara Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu di bidang pendidikan. Kriteria itu dijabarkan lebih lanjut pada tiga karakter utama yaitu (1) pemenuhan 8 standar menurut PP 19 tahun 2005 (2) Peningkatan keunggulan bertaraf internasional melalui cara adaptasi dan adopsi (3) Peningkatan daya saing internasional yang bermakna bahwa lulusan dapat (a) melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan bertaraf internasional (b) mengikuti sertifikasi internasional (c) meraih medali tingkat internasional, serta (d) bekerja pada lembaga internasional. Berdasarkan kriteria di atas, maka Direktorat Pembinaan SMA memandang perlu untuk mengirimkan tim pembina rintisan SMA bertaraf internasional tingkat pusat untuk melakukan studi kebijakan dan menguatkan kolaborasi tingkat internasional pada beberapa negara anggota OECD dalam usaha meningkatkan efektivitas pembinaan dengan merujuk pada model yang dikembangkan oleh negara yang berkeunggulan dalam bidang pendidikan. Kami menyampaikan ucapan terima kasih atas kerja sama semua pihak yang telah terlibat dan menjalin koordinasi intensif dengan penuh tanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Jakarta, April 2009 Direktur Pembinaan SMA, Dr. Sungkowo M. NIP [Proposal Studi Banding] Page i

3 DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii A. Latar Belakang... 1 B. Sasaran Kegiatan... 3 C. Dasar... 4 D. Tujuan... 4 E. Ruang Lingkup Kegiatan... 5 F. Indikator Kinerja... 5 G. Jadwal Kegiatan Amerika Serikat Inggris Australia H. Peserta Kegiatan Studi I. Kriteria Peserta J. Perangkat Pelaksanaan Kegiatan K. Laporan Kegiatan L. Sumber Biaya M. Sumber Biaya [Proposal Studi Banding] Page ii

4 TERM OF REFERENCE STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL TAHUN 2009 A. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan pasal 50 ayat 3 menyatakan bahwa Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Dalam melaksanakan kewenangannya, pemerintah menetapkan visi pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Visi pendidikan nasional selanjutnya dijabarkan dalam misi pendidikan nasional, yaitu : 1. Meningkatkan mutu pendidikan sehingga memiliki daya saing di tingkat nasional, regional, dan internasional 2. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global 3. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar 4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global. Dalam rangka meningkatkan mutu sesuai dengan standar nasional pendidikan Departemen Pendidikan Nasional pada Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah menggariskan pentingnya : 1. Membangun persepsi yang sama tentang penjaminan mutu sekolah bertaraf internasional yang efektif, efisien, dan inovatif. [Proposal Studi Banding] Page 1

5 2. Menjabarkan secara operasional sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah. 3. Melaksanakan seluruh proses penjaminan mutu mulai dari perumusan kebijakan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, pemantauan, pengevaluasian, dan pelaporan. Dalam mewujudkan ketiga harapan di atas, Direktorat Pembinaan SMA wajib memfasilitasi sekolah dalam memenuhi standar yang mengacu pada salah satu negara Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga meningkatkan daya saing sekolah di forum internasional. Secara teknis selanjutnya sekolah harus (1) mengadopsi dan mengadaptasi unsur-unsur keunggulan tertentu dari negara maju (2) meningkatkan daya saing lulusannya agar dapat melanjutkan pendidikan, mengikuti kegiatan sertifikasi, meraih medali, dan bekerja pada lembaga internasional. Beberapa strategi dalam meningkatkan mutu pendidikan pada rintisan SMA bertaraf internasional ialah melalui penerapan standar ISO atau seri yang sesudahnya dan peningkatan kolaborasi tingkat nasional dan global. Melalui penjaminan mutu ISO diharapkan mutu pengelolaan dapat mendukung peningkatan pada standar lainnya. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam rangka mendukung pembelajaran yang efektif. Panduan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional juga menegaskan pentingnya membangun sister school dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri. Atas dasar berbagai kaidah tersebut maka sistem pengelolaan SMA rintisan bertaraf internasional harus dapat meningkatkan penjaminan (1) manajemen mutu perencanaan, pelaksanaan, dan (2) pemenuhan standar nasional pendidikan dengan rujukan pembanding unsur keunggulan mutu pendidikan negara-negara OECD (3) efektivitas adopsi dan adaptasi unsurunsur keunggulan pendidikan negara-negara OECD sebagai salah satu strategi peningkatan mutu (4) membangun sister school dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri dalam mengembangkan kerja sama kesetaraan. Atas dasar itu, maka tim pengelola tingkat pusat perlu melakukan kunjungan ke beberapa negara OECD dalam meningkatkan mutu kebijakan dan memperkuat daya kolaborasi pada taraf internasional melalui peningkatan [Proposal Studi Banding] Page 2

6 pengetahuan serta melihat secara langsung bagaimana negara-negara OECD mengelola kebijakan di bidang pendidikan. B. Sasaran Kegiatan Pelaksanaan kegiatan ini sebagai studi empirik untuk menjawab delapan masalah di bawah ini : 1. Bagaimana negara-negara OECD merencanakan, melaksanakan, dan meng standardisasi pendidikan pada level sekolah menengah? 2. Bagaimana negara-negara OECD meningkatkan penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan? 3. Bagaimana negara-negara OECD mengelola kebijakan peningkatan hubungan sister school dalam membangun kolaborasi internasional? 4. Bagaimana negara-negara OECD menetapkan kebijakan dalam menghadapi masalah keragaman mutu sekolah? 5. Bagaimana sekolah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kebijakan mutu? 6. Bagaimana sekolah meningkatkan penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada negara-negara OECD? 7. Bagaimana sekolah melakukan kolaborasi internasional melalui hubungan sister school? 8. Bagaimana sekolah melakukan perbaikan mutu jika terdapat komponen yang tidak memenuhi standar? Melalui observasi ke negara-negara OECD diharapkan tim pengembang program rintisan SMA bertaraf internasional memperoleh informasi dan gambaran empirik tentang pengelolaan kebijakan, peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan kolaborasi internasional, dan perbaikan mutu jika terdapat komponen yang tidak memenuhi standar pendidikan pada sekolah menengah. Hasil kajian empirik ini diharapkan dapat digunakan dalam mengembangkan dalam pengelolaan kebijakan dan peningkatan kolaborasi internasional SMA RSBI di Indonesia. [Proposal Studi Banding] Page 3

7 C. Dasar Dasar kegiatan studi kebijakan dan perluasan sister school adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan 4. Pedoman Penjaminan mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional 5. Sistem Penyelenggaran Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional 6. Panduan Penyelenggaraan Rintisan SMA Bertaraf Internasional 7. Program Kerja Direktorat Pembinaan SMA tahun 2009 D. Tujuan Diharapkan tim yang akan mengikuti kegiatan studi kebijakan dan penguatan kolaborasi internasional ke negara-negara OECD dapat mencapai tujuan berikut : 1. Terhimpunnya informasi dan deskripsi empirik tentang perencanaan, pelaksanaan dan standardisasi pendidikan pada level sekolah menengah. 2. Terhimpunnya informasi dan deskripsi empirik mengenai kebijakan penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada level sekolah menengah di negara-negara OECD. 3. Terhimpunnya informasi dan deskripsi empirik tentang kebijakan peningkatan kolaborasi internasional sekolah pada negara-negara OECD. 4. Terhimpunnya informasi dan gambaran empirik tentang pengelolaan kebijakan dalam menghadapi masalah karagaman mutu sekolah. 5. Terhimpunnya informasi dan deskripsi empirik mengenai perencanaan, pelaksanaan, dan sekolah pada negara-negara OECD. 6. Terhimpunnya informasi dan deskripsi empirik mengenai kebijakan sekolah dalam meningkatkan penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada negara-negara OECD. 7. Terhimpunnya informasi dan deskripsi empirik mengenai kebijakan sekolah dalam mengembangkan kegiatan kolaborasi internasional melalui hubungan sister school. [Proposal Studi Banding] Page 4

8 8. Terhimpunnya informasi dan deskripsi empirik mengenai kebijakan sekolah melakukan perbaikan mutu apabila terdapat komponen yang tidak memenuhi standar. E. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan meliputi empat aspek utama, yaitu : 1. Perencanaan, pelaksanaan, dan pada level manajemen 2. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi standar mutu pendidikan pada level sekolah. 3. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi standar mutu pendidik dan tenaga kependidikan. 4. Perencanaan, pelaksanaan, dan dalam mengembangkan hubungan sister school pada level manajemen. 5. Perencanaan, pelaksanaan, dan dalam mengembangkan hubungan sister school pada level sekolah. 6. Kebijakan manajemen dalam menghadapi masalah keragaman mutu sekolah. 7. Kebijakan sekolah dalam menghadapi kasus jika terdapat komponen yang tidak memenuhi kriteria. 8. Pengembangan model penerapan strategi implementasi standar nasional pendidikan dan penguatan kolaborasi internasional SMA Rintisan Bertaraf Internasional melalui kegiatan sister school. F. Indikator Kinerja Tim memperoleh informasi dan tersusunnya deskripsi empirik sebagai dasar untuk menyusun strategi lanjut dalam rangka meningkatkan kinerja pengembangan program rintisan SMA bertaraf internasional dalam mengimplementasikan standar nasional pendidikan serta menguatkan kolaborasi internasional melalui kerja sama sister school pada level nasional dan internasional dengan target kinerja seperti di bawah ini. Terhimpunnya informasi dalam bentuk laporan kegiatan yang memenuhi kriteria berikut : a. Mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan standardisasi mutu pendidikan pada level sekolah menengah. Laporan harus disusun secara sistematik meliputi bagaimana pengelolaan kebijakan pada level manajemen dan bagaimana kebijakan itu dilaksanakan pada [Proposal Studi Banding] Page 5

9 tingkat sekolah. Isu perencanaan, implementasi, dan meliputi masalah berikut: 1) Masalah kebijakan apa yang dihadapi oleh negara lain dalam peningkatan mutu dalam standardisasi pendidikan? 2) Apa yang pemerintah lakukan? 3) Masalah utama apa yang sekolah hadapi dalam memenuhi standar mutu? 4) Bagaimana strategi sekolah untuk meraih keunggulan dalam menerapkan standar? 5) Kewenangan apa saja yang sekolah miliki dalam meningkatkan keunggulannya? 6) Bagaimana sekolah mengorganisasikan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan harapannya? 7) Sumber daya apa yang sekolah miliki? 8) Siapa yang mengendalikan mutu di sekolah? 9) Bagaimana caranya? 10) Bagaimana kebijakan dievaluasi? b. Mendeskripsikan kebijakan penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada level sekolah menengah pada negara-negara OECD meliputi : 1) Masalah utama apa yang dihadapi oleh pemerintah dalam menerapkan standar pendidik dan tenaga kependidikan? 2) Bagaimana standar pendidik dan tenaga kependidikan ditetapkan pada tingkat manajemen? 3) Strategi seperti apa yang perlu dilakukan pemerintah agar sekolah menerapkan standar pendidik dan tenaga kependidikan? 4) Bagaimana sekolah menetapkan standar pendidik dan tenaga kependidikan? 5) Kewenangan seperti apa yang sekolah miliki dalam meningkatkan keunggulan pendidikan dan tenaga kependidikannya? 6) Sumber daya apa yang sekolah miliki? 7) Adakah sekolah yang tidak dapat memenuhi standar? [Proposal Studi Banding] Page 6

10 8) Siapa yang mengendalikan mutu pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah? 9) Bagaimana caranya? 10) Bagaimana kebijakan dievaluasi? c. Mendeskripsikan kebijakan sekolah dalam meningkatkan kolaborasi internasional pada negara-negara OECD : 1) Masalah utama apa yang dihadapi oleh pemerintah untuk meningkatkan daya kolaborasi sekolah dalam mengembangkan kegiatan sister school? 2) Bagaimana manajemen merumuskan kebijakan meningkatkan daya kolaborasi sekolah dalam mengembangkan kegiatan sister school? 3) Strategi apa yang dilaksanakan pemerintah dalam meningkatkan daya kolaborasi sekolah pada level internasional? 4) Bagaimana sekolah merencanakan, melaksanakan kegiatan sister school? 5) Sekolah atau lembaga mana yang menjadi mitra kerja sama? 6) Kegiatan seperti apa yang dilaksanakan sekolah dalam kegiatan sister school? 7) Bagaimana sekolah melakukan evaluasi kegiatan? 8) Siapa yang mengawasi kegiatan kerja sama? d. Mendeskripsikan pengelolaan kebijakan dalam menghadapi keragaman mutu sekolah. 1) Apakah manajemen memiliki masalah dalam meminimalkan kesenjangan mutu antar sekolah? 2) Bagaimana manajemen menetapkan kebijakan dalam menghadapi masalah keragaman mutu sekolah? 3) Strategi apa yang dilakukan pemerintah agar sekolah dapat mencapai standar? 4) Adakah sekolah yang tidak dapat memenuhi standar? 5) Bagaimana sekolah menetapkan kebijakannya jika terdapat komponen yang tidak memenuhi standar? 6) Kewenangan seperti apa yang sekolah miliki dalam memperbaiki standar yang underperformance? [Proposal Studi Banding] Page 7

11 7) Bagaimana sekolah meningkatkan penjaminan kompetensi guru kelompok high performance? 8) Sumber daya apa yang digunakan sekolah? 9) Siapa yang menilai bahwa sekolah berada pada kondisi underperformance? 10) Bagaimana caranya? e. Disain piloting implementasi kebijakan dalam peningkatan kolaborasi antar sekolah antar negara. Ada pun produk kegiatan meliputi dua komponen berikut : 1) Model implementasi kebijakan dalam meningkatkan efektivitas program pembinaan SMA RSBI dalam menerapkan standar nasional pendidikan bertaraf internasonal? 2) Model implemetasi kebijakan menguatkan daya kolaborasi sekolah pada level internasional melalui kegiatan sister school. G. Jadwal Kegiatan Perencanaan Kegiatan Perencanaan meliputi kegiatan sebagai berikut: No. Kegiatan Jadwal Pelaksana 1. Penyusunan TOR 2. Penunjukkan peserta 4. Pengajuan ijin internal (paspor,visa,dll) 4. Pemenuhan syarat administrasi (hubungi KLN) 5. Koordinasi awal dengan konsulat pendidikan 5. Pengajuan permohonan kunjungan ke perwakilan negara tujuan 5. Koordinasi dengan pihak konsulat pendidikan Indonesia [Proposal Studi Banding] Page 8

12 6. Pembuatan video profil pendidikan R-SMA-BI dalam melaksanakan pembaharuan mutu pada 8 standar nasional pendidikan 6. Penyusunan dan penggandaan perangkat observasi 7. Penentuan tim dan jadwal ke keberangkatan 8. Coaching 9. Pertemuan akhir dalam menyiapkan perangkat studi Pelaksanaan Kegiatan Kunjungan Kunjungan dilakukan ke tiga negara meliputi : 1. Amerika Serikat No. Kegiatan 1. Pertemuan dengan Konsulat 2. Observasi tentang perencanaan, pelaksanaan, dan standardisasi mutu dan penguatan kolaborasi sekolah pada level internasional 3. Observasi tentang perencanaan, pelaksanaan, dan standardisasi mutu dan Hari/ Tanggal Sasaran Kunjungan Konsulat Pendidikan RI Education Affairs level state Education Affairs level distric Alamat Tujuan [Proposal Studi Banding] Page 9

13 penguatan kolaborasi sekolah pada level internasional 4. Observasi dan studi High pada pengendali mutu performance dalam perencanaan, school implementasi, dan Underperfor- mance mutu school. 5. Observasi dan studi Sister school pada pengendali mutu administrator dalam perencanaan, (Sekolah implementasi, dan penyelenggara sister school) pengembangan kegiatan kolaborasi pada level internasional pada tingkat sekolah 6. Menjajaki kemungkinan Sister school melakukan kerja sama administrator dalam perluasan dan (Sekolah penguatan sister penyelenggara school antar negara sister school) dengan SMA RSBI 7. Pertemuan akhir dengan konsulat 2. Inggris No. Kegiatan 1. Pertemuan dengan Hari/ Tanggal Sasaran Kunjungan Konsulat Alamat Tujuan Konsulat Pendidikan RI 2. Observasi tentang Education perencanaan, Affairs level [Proposal Studi Banding] Page 10

14 pelaksanaan, dan standardisasi mutu dan penguatan kolaborasi sekolah pada level internasional 3. Observasi tentang perencanaan, pelaksanaan, dan standardisasi mutu dan penguatan kolaborasi sekolah pada level internasional 4. Observasi dan studi pada pengendali mutu dalam perencanaan, implementasi, dan mutu 5. Observasi dan studi pada pengendali mutu dalam perencanaan, implementasi, dan pengembangan kegiatan kolaborasi pada level internasional pada tingkat sekolah 6. Menjajaki kemungkinan state Education Affairs level distric High performance school Underperfor - mance school. Sister school administrator (Sekolah penyelenggara sister school) Sister school administrator [Proposal Studi Banding] Page 11

15 melakukan kerja sama (Sekolah dalam perluasan dan penyelenggara penguatan sister sister school) school antar negara dengan SMA RSBI. 7. Pertemuan akhir dengan Konsulat 3. Australia No. Kegiatan 1. Pertemuan dengan Hari/ Tanggal Sasaran Kunjungan Konsulat Alamat Tujuan Konsulat Pendidikan RI 2. Observasi tentang Education perencanaan, Affairs level pelaksanaan, dan state standardisasi mutu dan penguatan kolaborasi sekolah pada level internasional 3. Observasi tentang Education perencanaan, Affairs level pelaksanaan, dan distric standardisasi mutu dan penguatan kolaborasi sekolah pada level internasional 4. Observasi dan studi High pada pengendali mutu performance dalam perencanaan, school implementasi, dan Underperfor- mance [Proposal Studi Banding] Page 12

16 mutu school. Pelaporan Kegiatan No. Kegiatan Jadwal Pelaksana 1. Pengumpulan data 2. Penyusunan laporan : a. Penyusunan informasi dan data b. Pengembangan strategi peningkatan mutu dalam penerapan standar nasional pendidikan di negara tujuan c. Pengembangan konsep model peningkatan kolaborasi sekolah bertaraf internasional d. Penyusunan Rekomendasi implementasi kebijakan 4. Tindak lanjut H. Peserta Kegiatan Studi 1. Pembina tim pengembang R-SMA-BI 2. Anggota tim pengembang R-SMA-BI 3. Fasilitator Direktorat PSMA pengembang R-SMA-BI I. Kriteria Peserta 1. Pendidikan minimal S1 2. Menguasi bahasa Inggris 3. Sehat jasmani [Proposal Studi Banding] Page 13

17 4. Lulus test yang diselenggarakan oleh Direktorat P-SMA c.q Subdit Kelembagaan J. Perangkat Pelaksanaan Kegiatan 1. Perijinan 2. Leaflet tentang dokumen kebijakan mutu Indonesia 3. Dokumen tentang standar nasional pedidikan 4. Profil program R-SMA-BI (dikemas dalam bentuk video) 5. Instrumen pelaksanaan observasi 6. Instrumen evaluasi keterlaksanaan kegiatan 7. Kamera 8. Recorder 9. Cindramata 10. Lembar catatan analisis hasil observasi dan studi penguatan sister school K. Laporan Kegiatan a. Kerangka Laporan 1. Latar Belakang 2. Tujuan observasi dan studi tentang penguatan sister school 3. Target kegaitan 4. Indikator Kinerja 5. Laporan kegiatan: Laporan kegian memuat berbagai informasi dan deskripsi empirik mengenai : I. Masalah Kebijakan 1) Masalah kebijakan, perencanaan, implementasi, dan pada manajemen level state pada tiap negara. 2) Masalah kebijakan, perencanaan, implementasi, dan pada manajemen level distric pada tiap negara. 3) Masalah kebijakan, perencanaan, implementasi, tentang pengembangan kolaborasi sekolah bertaraf internasional pada level manajemen. 4) Masalah kebijakan, perencanaan, implementasi, tentang pengembangan kolaborasi sekolah bertaraf internasional pada level sekolah. [Proposal Studi Banding] Page 14

18 5) Masalah utama kebijakan penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada tingkat nasional, state dan distrik. II. Strategi Implementasi Kebijakan Strategi yang diterapkan dalam meningkatkan penjaminan mutu pendidik dan tenaga kependidikan 1) Pada level pemerintah 2) Pada level distric 3) Pada level sekolah III. Strategi Implementasi Kebijakan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Strategi dalam meningkatkan kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) pendidik-tenaga kependidikan under performance dan high performance. IV. Kolaborasi Internasional dan Sister School Pengembangan kolaborasi internasional melalui hubungan sister school dalam meningkatkan penjaminan keunggulan mutu sekolah. 1) Proses penetapan kebijakan dalam meningkatkan kerja sama sistem sekolah 2) Kebijakan tentang peningkatan kerja sama sister school 3) Kewenangan sekolah dalam membangun peluang untuk mengembangkan kerja sama 4) Standar dalam kerja sama 5) Hal yang sekolah sepakati dalam kegiatan kerja sama 6) Keuntungan yang sekolah dapatkan dari kegiatan kerja sama sister schools 7) Pengawas pelaksanaan kerja sama 8) Peluang kerja sama dengan sekolah dari Indonesia V. Model dan Piloting Hasil dari studi kebijakan dan penguatan kolaborasi internasional diharapkan dapat menghasilkan piloting dalam meningkatkan efektivitas penerapan standar nasional pendidikan melalui kegiatan : [Proposal Studi Banding] Page 15

19 1) Model implementasi kebijakan dalam meningkatkan efektivitas program pembinaan SMA RSBI dalam menerapkan standar nasional pendidikan bertaraf internasonal. 2) Model implementasi kebijakan menguatkan daya kolaborasi sekolah pada level internasional melalui kegiatan sister school. L. Sumber Biaya Studi kebijakan dan penguatan kolaborasi internasional ini dibiayai dari sumber dana APBN tahun anggaran M. Tindak Lanjut Kegiatan Data yang terhimpun dari kegiatan studi kebijakan dari ketiga negara selanjutnya diolah, dianalisis, dan disimpulkan sebagai dasar untuk mengembangkan kebijakan pembinaan sekolah rintisan bertaraf internasnasional menjadi sekolah bertaraf nasional. [Proposal Studi Banding] Page 16

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu,

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012 PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012 : Nama Pengawas : Dr. Rahmat NIP : 195805161981011004 NUPTK : 884873663720012 Bidang Tugas : Pengawas SMA Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012 PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012 : Nama Pengawas : Dr. Rahmat, M.Pd. NIP : 195805161981011004 NUPTK : 884873663720012 Bidang Tugas : Pengawas SMA Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat DINAS

Lebih terperinci

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajad S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 Abstrak Evaluasi kinerja penyelenggaraan rintisan SMA bertaraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui, visi, misi dan strategi pembangunan. Pendidikan nasional mempunyai visi yaitu: Terwujudnya sistem

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012 PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012 : Nama Pengawas : Dr. Rahmat NIP : 195805161981011004 NUPTK : 884873663720012 Bidang Tugas : Pengawas SMA Kota : Bogor Provinsi : Jawa Barat DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembukaan UUD 45 mengamanatkan Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL I. UMUM Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan jaman yang semakin maju dibidang ilmu maupun teknologi akan membawa dampak kemajuan diberbagai bidang kehidupan, oleh karena itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan alat strategis untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui pendidikan manusia menjadi cerdas, memiliki ketrampilan (skill), sikap hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma masyarakat terhadap pendidikan yang semakin kuat mengarah pada pendidikan sebagai investasi kini telah mengkondisikan semua sektor pendidikan

Lebih terperinci

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1 A. Pengertian Kurikulum SD Bertaraf Internasional harus memenuhi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan mangacu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN

RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 ( DUA BELAS ) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor ketersediaan jaminan mutu oleh penyelenggara pendidikan. Peran pendidikan dalam membangun terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional 1 SEKOLAH INTERNASIONAL DASAR HUKUM: 1. PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN PENGAWAS MELALUI POKJAWAS TAHUN 2013

PEDOMAN BANTUAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN PENGAWAS MELALUI POKJAWAS TAHUN 2013 PEDOMAN BANTUAN PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DAN PENGAWAS MELALUI POKJAWAS TAHUN 2013 a. Pengantar Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara jelas menyatakan bahwa tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dari masa ke masa. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa dalam mewujudkan masyarakat Bantul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 Tahapan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik No.953, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Dikmen. Kompetensi Lulusan. Standar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengalami perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut menuntut

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS

PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR STANDAR NASIONAL Studi Situs Di SD Negeri Karangtowo 1 Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Sumberdaya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DRAFT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG DOSEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lisna Nurhalisma, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lisna Nurhalisma, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah faktor terpenting dalam pembangunan suatu bangsa, karena manusia yang merancang, melaksanakan, sekaligus merasakan hasil akhir dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar mempunyai daya saing dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam membangun martabat bangsa dan Negara. Sehingga pendidikan merupakan sektor yang mendapatkan perioritas bagi Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini setiap Negara di seluruh dunia semakin terbuka dalam segala bidang usaha seperti bidang politik, bidang industri, bidang pendidikan,

Lebih terperinci

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG Page 1 BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang. dalam pembangunan bangsa dan karakter.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang. dalam pembangunan bangsa dan karakter. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan. 1. UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 50 ayat (3) 2. PP no 19 tahun 2005 (Pasal 61 ayat 1), 3. Renstra Diknas 2005-2009 4. Bervariasinya penyelenggaraan 5. Rekomendasi kajian profil SBI tahun 2006 6. Buku Pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru yang profesional, secara ideal, adalah seorang guru yang telah memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian yang akan dilakukan, meliputi : latar belakang masalah, fokus penelitian, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang harus terjadi

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

RENCANA AKSI NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL RENCANA AKSI NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 2014 A. Latar Belakang Karakater adalah kualitas individu atau kolektif yang menjadi ciri seseorang atau kelompok. Dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad XXI yang dikenal sebagai abad informasi, teknologi, komunikasi, dan globalisasi di mana persaingan antar bangsa semakin ketat, dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting mengingat tujuan pendidikan adalah usaha untuk membentuk manusia yang berilmu, bermoral,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Era globalisasi ditandai dengan kuatnya persaingan di bidang teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan penguasaan teknologi

Lebih terperinci

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER RENCANA STRATEGIS 2012-2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JEMBER 2012 RENSTRA PS PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional Indonesia pada hakikatnya adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal tersebut berarti bahwa sasaran pembangunan di Indonesia tidak

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. dipecabkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BABI PENDAHULUAN. dipecabkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalab Perk.embangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahao di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana ~ pennasalaban hanya dapat dipecabkan kecuali

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR 53 LAMPIRAN

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK DR. IMRAN AKHMAD, M.PD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR KABUPATEN BANYUWANGI

PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR KABUPATEN BANYUWANGI LAMPIRAN : SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 421 / /429.101/2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*)

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*) SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*) Oleh : Badrun Kartowagiran**) PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2006 ============================= *) Makalah disampaikan dalam Seminar Pendidikan

Lebih terperinci

Prinsip Pengembangan Kurikulum. Aris Fajar Pambudi

Prinsip Pengembangan Kurikulum. Aris Fajar Pambudi Prinsip Pengembangan Aris Fajar Pambudi Prinsip-prinsip Pengembangan Soetopo dan Soemanto (1993: 48-50) pengembangan kurikulum perlu memperhatikan prinsip-prinsip relevansi, efektivitas, efisiensi, kontinuitas,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT Menimbang

Lebih terperinci

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd. PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS Oleh Drs. Andi Suntoda S., M.Pd. LANDASAN HUKUM UU RI Pasal 5 nomor 20 tahun 2003 : Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

Lebih terperinci