JARINGAN SYARAF TIRUAN JENIS AMN (Associative Memory Networks): CMAC, B-SPLINE dan RBF UNTUK APLIKASI PEMODELAN DAN PENGONTROLAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JARINGAN SYARAF TIRUAN JENIS AMN (Associative Memory Networks): CMAC, B-SPLINE dan RBF UNTUK APLIKASI PEMODELAN DAN PENGONTROLAN"

Transkripsi

1 JARINGAN SYARAF TIRUAN JENIS AMN (Associative Memory Networks): CMAC, B-SPLINE dan RBF UNTUK APLIKASI PEMODELAN DAN PENGONTROLAN (BY IWAN SETIAWAN, ST, MT) Office: Automatic Control Laboratory, Electrical Engineering of UNDIP

2 Bab I. TINJAUAN JARINGAN SYARAF TIRUAN SECARA UMUM Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dibangun pada awalnya dengan tuuan untuk mengemulasikan (meniru) secara fungsional mekanisme kera otak manusia dalam menyimpan, belaar, dan mengambil kembali pengetahuan yang tersimpan dalam sel saraf atau neuron. Secara teknis Jaringan syaraf tiruan ini dapat dipandang sebagai fungsi pemetaan masukan keluaran sistem yang bebas model matematis (estimator bebas model), sistem ini memetakan kondisi ke aksi, seperti yang diperlihatkan gambar. dibawah: Masukan (kondisi) Jaringan Syaraf Tiruan Keluaran (aksi) Gambar.. Jaringan Syaraf Tiruan sebagai Fungsi Pemetaan Ada banyak enis JST yang telah diusulkan dalam literatur-literatur, masingmasing dengan kelebihan dan kekurangannya tergantung dari struktur dan metode pembelaarannya. Dalam aplikasinya pada bidang pemodelan dan pengontrolan, enis aringan syaraf yang cocok digunakan secara off line maupun on line umumnya adalah JST yang tergolong pada kelas AMN (Associative Memory Networks). Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa enis aringan syaraf yang tergolong pada kelas AMN tersebut secara khusus, yaitu antara lain: CMAC, B- Spline dan RBF. I.. Adaptive Linear Combiner (ALC) Salah satu komponen dasar pembangun aringan syaraf tiruan enis AMN adalah apa yang dikenal dengan nama Adaptive Linear Combiner (ALC), seperti digambarkan dibawah ini: a 0 w 0 a w y a w keluaran a p Vektor masukan (A) w p Vektor bobot (W) Gambar I.. Adaptive Linear Combiner

3 Seperti yang terlihat pada gambar., keluaran dari ALC (y) merupakan kombinasi linear dari vektor masukan (A) yang masing-masing diboboti oleh vektor pembobot (W), atau secara matematis dapat ditulis: p y = i= 0 a i w i Dalam hal ini vektor pembobot (W) bersifat adaptif dalam pengertian nilai yang tersimpan dalam vektor ini dimungkinkan berubah dengan algoritma pembaharuan bobot tertentu. I. Associative Memory Networks (AMN) AMN adalah salah satu enis aringan syaraf tiruan yang menyimpan informasi (pengetahuan) dan pembelaaran secara lokal atau dikenal dengan istilah generalisasi lokal, hal ini menyebabkan lau pembelaaran pada AMN relatif lebih cepat dibandingkan dengan enis aringan syaraf tiruan lainnya. Berdasarkan sifatnya tersebut diatas penyimpanan informasi pada AMN uga bersifat lebih transparan, serta memiliki representasi fungsional dan dalam beberapa hal memiliki interpretasi logika fuzzy. Gambar.3 memperlihatkan blok fungsional JST enis AMN. Dari gambar terlihat bahwa untuk setiap nilai masukan tertentu, akan diaktifkan seumlah fungsi nonlinear atau basis fungsi (umlah fungsi yang diaktifkan tergantung enis AMN dan perancangan awal), sedangkan keluaran (y) dihitung berdasarkan hasil pemetaan (keluaran) setiap basis fungsi yang diboboti oleh seumlah bobot adaptif yang terasosiasi dengan basis fungsi tersebut.. X X w 0 w w y Ruang masukan (X) keluaran X n w p Fungsi Pemetaan (receptive field) Bobot adaptif Gambar.3. Diagram kotak AMN 3

4 I. Pembelaaran (learning) Dalam kaitannya dengan AMN, pembelaaran pada dasarnya adalah metode untuk memperbaharui bobot-bobot adapatif secara iteratif. Blok Pembelaaran JST ini secara umum diperlihatkan pada gambar.4. Keluaran terharap d(k) Masukan x(k) Bobot bobot JST (W) e(k) lms Gambar.4. Diagram kotak Pembelaaran JST Sedangkan Salah satu metode pembelaaran yang populer karena keunggulankeunggulannya adalah LMS : W(k+) = W(k)+.α.e(k).x(k). Dengan: W(k) : bobot bobot JST pada cacah ke-k α : lau konvergensi (0<α<) e(k) : error pada cacah ke-k x(k) : masukan pada cacah ke-k 4

5 . Pemodelan Bab II. PEMODELAN DAN PENGONTROLAN DENGAN JST Dalam kaitannya dengan bidang pengontrolan, pengetahuan mengenai model sistem atau plant yang akan dikontrol merupakan salah satu faktor penentu pemilihan strategi kontrol yang akan dirancang. Secara umum ada 3 buah skema pemodelan yang penting untuk diketahui, masing-masing adalah: direct modelling, invers modelling dan operator modelling. Direct Modelling Tuuan dari direct modelling adalah mendapatkan model sedemikian sehingga karakteristik atau hubungan masukan keluaran dari model akan sama dengan karakteristik masukan keluaran plant atau sistem yang dimodelkan, skemanya dapat dilihat pada gambar. dibawah ini: input Unknown Plant Output Plant Model learn learn Invers Modelling Gambar.. Skema pemodelan Direct Modelling Tuuan dari pemodelan plant invers adalah mendapatkan formulasi pengendali sedemikian sehingga struktur plant/kontrol keseluruhan memiliki fungsi alih satuan, seperti terlihat pada gambar.. Operator Modelling Tuuan dari pemodelan operator adalah mensintesis pengendali melalui pembelaaran dari operator (pakar). Algoritma pembelaaran beralan secara parallel dengan operator, hal ini diperlihatkan gambar 3.3 5

6 input Unknown Plant Output learn learn Invers Plant Model Gambar.. Skema pemodelan Invers Modelling input Expert Control Unknown Plant Output Operator Model learn learn. Pengontrolan Gambar.3. Skema pemodelan Operator Modelling Masalah utama pengontrolan plant dengan aringan syaraf tiruan terutama secara on line adalah tidak tersedianya sinyal kontrol terharap (desired control signal) dan umumnya hanya keluaran plant terharap saa yang dapat digunakan untuk melatih sistem kontrol tersebut. Ada dua buah pendekatan yang berbeda yang telah diformulasikan dalam bidang kontrol adaptif : sistem kontrol adaptif langsung (direct) dan sistem kontrol adaptif tidak langsung (indirect). Sistem adaptif langsung dibangun berdasarkan model kontrol terharap secara eksplisit, sedangkan sistem kontrol adaptif tidak langsung membutuhkan formulasi model plant dan mensintesis hukum kontrol dengan menggunakan metode optimasi tertentu. 6

7 Fix Stabilising Controller Salah satu arsitektur kontrol dengan menggunakan komponen aringan syaraf tiruan secara on line diusulkan oleh kraft G. pada tahun 990. Arsitektur ini dikenal dengan istilah fixed stabilising controller yang diagram kotak selengkapnya diperlihatkan pada gambar dibawah. Learning Model Feed Foward Control Learning Signal + Reference - Simple Gain + + Plant Output Gambar.4 Skema Kontrol Fix Stabilising Controller Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa pengontrolan dengan metode ini ini memiliki dua buah kalang, kalang pertama adalah kalang umpan balik biasa dengan kontrol proporsional, sedangkan kalang kedua adalah kalang kontrol dengan aringan syaraf tiruan. Sesungguhnya arsitektur kontrol gambar.4 tersebut adalah merupakan sistem kontrol adaptif langsung dengan keluaran gain proporsional digunakan untuk melatih modul aringan syaraf tiruan. Gain proporsional ini dirancang sedemikian sehingga sistem kontrol keseluruhan stabil. Sinyal kontrol uga memberikan sinyal latih untuk aringan syaraf tiruan tersebut. Unuk kera sistem kontrol ini tergantung pada titik operasi pengontrolan, walaupun demikian pelatihan iterative pada modul aringan syaraf tiruan akan menyebabkan peningkatan unuk kera secara on line. Secara fungsional, modul aringan syaraf tiruan ini dapat dipandang sebagai model inverse yang langsung digunakan sebagai komponen pengendali secara on line. Sebagaimana diketahui tuuan utama pemodelan plant inverse adalah untuk memformulasikan sebuah pengendali, sedemikian sehingga arsitektur kontrol plant keseluruhan memiliki fungsi alih satuan. Karena digunakan secara on line pada proses pengontrolan, aringan syaraf tiruan yang dipilih sebagai komponen pengendali (yang secara fungsional uga merupakan model plant inverse) harus memiliki lau konvergensi yang relatif cepat, sehingga tidak semua aringan syaraf tiruan cocok diimplementasikan sebagai komponen pengendali plant secara on line. 7

8 Self Tuning Regulator Self Tuning Regulator adalah skema kontrol adaptif indirect, dimana untuk mensintesis pengendali secara on line diperlukan model plant secara ekspisit, model ini umumnya diperoleh dengan cara pengidentifikasian plant atau menggunakan estimator bebas model. Struktur kontrolnya diperlihatkan pada gambar.5. Specification Process Parameters Controller Design Estimation Controller Parameters Reference Controller Input Plant Gambar.5. Skema Kontrol Self Tuning Regulator Model Reference Adaptive Control MRAC adalah salah satu skema kontrol adaptif direct, dimana keluaran plant untuk sebuah setting point tertentu mengikuti keluaran dari model referensinya, seperti terlihat pada gambar.6 Model Model Output Controller Parameter Adustment Mechanisme Reference Controller Plant Output Gambar.6. Skema Kontrol Model Reference Adaptive Control 8

9 Bab III. JARINGAN SYARAF TIRUAN : CMAC CMAC (Cerebellum model articulation controller) adalah salah satu enis aringan syaraf tiruan yang berusaha meniru pola kera cerebellum (otak belakang) manusia. Setiap rangsangan yang diterima oleh otak belakang ini dipercayai hanya akan mengaktifkan sekitar satu prosen dari total sel otak belakang yang mungkin utaan bahkan milyaran umlahnya. Ditinau dari enis arsitektur atau strukturnya, CMAC dapat dimasukkan kedalam kelas AMN (Associative Memory Network). Pada dasarnya struktur CMAC standar ini memiliki banyak kemiripan dengan aringan perceptron yang diusulkan oleh Rosenblat. Gambar 3. memperlihatkan struktur dasar CMAC. Operasi CMAC ini dapat direpresentasikan kedalam dua buah pemetaan. f: X A g: A Y Vektor Masukan X Vektor Asosiasi a a a 3 a 4 a 5 a 6 a 7 a Vektor Bobot w w w 3 w 4 w 5 w 6 w 7 w error + - Keluaran Y Keluaran Terharap (d) a m w m A W Gambar 3.. Model aringan syaraf tiruan CMAC standar dengan X adalah vektor ruang masukan malar berdimensi n, A adalah vektor asosiasi (memori konseptual) berdimensi m sedangkan Y adalah keluaran berdimensi satu (untuk keluaran lebih dari satu strukturnya dapat diubah secara langsung dengan menambah vektor asosiasi dan vektor bobot sebanyak tambahan keluaran yang diinginkan). 9

10 Dalam CMAC fungsi f(x) memetakan setiap titik ruang masukan X kedalam sebuah vektor asosiasi Aρ (sel-sel asosiasi yang aktif untuk sebuah titik ruang masukan tertentu)., sedangkan Y=g(Aρ) besarnya tergantung pada nilai bobot W yang mungkin nilainya berubah selama proses pembelaaran (learning), dan dapat dirumuskan : ρ W i Y=g(Aρ) = ρ (3.) i= Dalam perancangan CMAC, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan angkauan nilai ruang masukan, nilai tersebut selanutnya dikuantisasi. Setelah nilai kuantisasi masukan didapat maka langkah selanutnya adalah memetakan nilai-nilai terkuantisasi ini pada sel-sel asosiasi CMAC berdasarkan parameter generalisasi lokal yang diinginkan. Generalisasi lokal ini berarti untuk setiap nilai masukan CMAC yang berdekatan maka keluarannya akan berdekatan uga, sedangkan ika arak nilai masukannya berauhan, keluarannya masing-masing akan independen. Secara teknis, penentuan parameter generalisasi ini dilakukan dengan menetapkan umlah sel asosiasi aktif untuk setiap cacah titik masukan, misal ika parameter generalisasi sama dengan 4 maka untuk tiap titik masukan akan mengaktifkan seumlah 4 sel asosiasi. Sel-sel asosiasi tertentu dapat diaktifkan oleh titik masukan yang berbeda (umlah titik masukan yang dapat mengaktifkan satu sel asosiasi ini tergantung dari nilai parameter generalisasi yang dipilih dan arak tiap titik masukan). Salah satu permasalahan utama pada CMAC adalah pemetaan titik ruang masukan pada vektor asosiasi Aρ. Permasalahan pemetaan ini secara langsung akan menentukan unukkera kecepatan pengaktifan alamat sel-sel asosiasi CMAC. Dalam hal ini diperlukan sebuah algoritma yang secara efesien dapat secara langsung memetakan titik-titik ruang masukan pada sel-sel asosiasi tertentu (misal tanpa proses pencarian). Persamaan dibawah ini dapat digunakan sebagai generator alamat: q l + d s l A ( q, l) = + + ( l ) + (.) ρ ρ Sebagai bahan ilustrasi tinau permasalahan berikut : Misal masukan terkuantisasi CMAC memiliki angkauan nilai antara q min =0 sampai q max = 9 (umlah elemen ruang masukannya s = 0) sedangkan parameter generalisasi yang dipilih ρ = 3, maka berdasarkan evaluasi generator alamat, bobot-bobot yang diaktifkan oleh masukan tertentu dapat dilihat pada gambar 3. Dalam kasus ruang masukan dua dimensi, generator alamat dapat diperluas menadi : Aρ(q,l) = q d + s s s q l d + (l )( )( + ) + ( + )( ) ρ + ρ + ρ ρ ρ + (3.3) 0

11 q layer layer layer 3 Gambar 3.. Hasil evaluasi generator alamat pemetaan Untuk kasus ruang masukan n dimensi perumusan generator alamat dapat diperluas menadi n n (, ) = ( ) ( + ) + ( i q l d sk qi l di s Aρ q l l ( + ) ρ k = ρ i= ρ = ρ (3.4) Beberapa Contoh Program Realisasi dan Aplikasi Contoh. Listing Program MATLAB : Diskretisasi masukan kontinyu sepanang 8 bit (model ADC enis SAC) function d=adc8bitfs5(va); %(Created By I one) % adc 8 bit dengan metoda sac (succesive approximation adc) % full scale = 5 volt % masukan 0-5 volt % umlah step =^8 - = 55 % resolusi =/umlah step = /55 = % step size = full scale/umlah step=5/55 = volt % %initial if va>5 va=5; end sz=0.096; %step size d=0; n=8; while n>= d=bitset(d,n);vaaksen=d*sz; if vaaksen>va d=bitset(d,n,0); end n=n-; end

12 Contoh. Listing Program MATLAB : Realisasi Generator Alamat CMAC function a=mapdim8bit(q); % (Created By I one) % conceptual mapping one dimension % a : conceptual address % d : displacement vektor % q : quantized input % l : number of layer % rho : generalization parameter % Jumlah ruang Masukan: 56 -->0:55 % note q = 0:s- % rho=7; s=56; % mlh ruang masukan l=[:rho]; d=; a=+ceil((q-l-d+)/rho)+(l-)*(ceil((s-)/rho)+);%a=alamat aktif Contoh 3. Pemodelan data (fungsi Statis) dengan menggunakan CMAC: Data yang dimodelkan berupa data pengamatan masukan-keluaran (atau sebuah fungsi) seperti gambar dibawah y x Keluaran model CMAC dengan generalisasi 7 dan umlah pelatihan (iterasi) 4 kali untuk data Pengamatan tersebut dengan beberapa nilai lau konvergensi yang dipilih dapat dilihat dari gambar-gambar berikut:

13 y 0.8 y x (a) x (b).5 y x Gambar Contoh 3. Keluaran Model CMAC untuk lau konvergensi masing-masing (a) nilai lau konvergensi 0. (b) nilai lau konvergensi 0.5 (c) nilai lau konvergensi 0.9 Listing Program selengkapnya: % (Created By I one) clf x=[0:0.:5]; y=-exp(-x/0).*sin(x/0.5);%fungsi yang akan dimodelkan W(:300)=0; %inisialisasi bobot CMAC global W; gen=7; %generalisasi (umlah bobot aktif tiap cuplikan) alpha=0.5; %lau konvergensi for =:4 %umlah iterasi for i=:length(x) xx=adc8bitfs5(x(i)) ; %kuantisasi masukan sepanang 8 bit a=mapdim8bit(xx); outcmac(i)=sum(w(a)); error=y(i)-outcmac(i); W(a)=W(a)+*alpha*error*ones(,7)/gen; end end plot(x,y,'+'); xlabel('x'); ylabel('y'); hold on plot(x,outcmac); 3

14 Contoh 4. Aplikasi CMAC pada Pengontrolan plant motor dc dengan menggunakan struktur Fix Stabilising Controller (dengan simulink) error referensi 0. Gain 0.095z z - model motor dc keluaran z Unit Delay MATLAB Function cmac z Unit Delay z Unit Delay Gambar Contoh 4. a Diagram Pengontrolan Fix Stabilising Controller dengan CMAC pada Simulink y x Gambar Contoh 4.b Hasil keluaran Pengontrolan 4

15 Bab IV. JARINGAN SYARAF TIRUAN: B-SPLINE B-spline adalah enis JST yang dapat digolongkan dalam kelas AMN. Secara historis B-spline ini digunakan secara umum sebagai sebuah algoritma pencocokan fungsi (surface fitting). Seperti halnya JST enis AMN lainnya, keluaran B-spline merupakan kombinasi bobot-bobot adaptif dari seumlah fungsi basis yang diaktifkan oleh masukan tertentu. Hal menarik dari AMN enis ini adalah adanya hubungan langsung antara JST dengan sistem fuzzy. Dari sudut pandang Fuzzy logic, fungsi-fungsi basis B- spline univariate merepresentasikan statemen-statemen linguistik fuzzy, seperti error positif kecil, error besar, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan JST B- spline dapat diinterpretasikan sebagai himpunan aturan fuzzy 4. Notasi Jumlah fungsi basis yang memberi kontribusi pada keluaran B-spline adalah konstan yaitu sebanyak ρ. Dalam hal ini ada kaitan langsung antara umlah basis fungsi yang diaktifkan oleh masukan tertentu dengan orde basis B-spline yang dipilih. Untuk masukan X dengan dimensi n dan keluaran skalar y seperti diperlihatkan oleh gambar 4. Maka keluaran B-spline adalah: p y( k) = a ( k) w ( k) (4.) i= i i Dengan w i (k) adalah bobot yang terasosiasi dengan fungsi basis ke-i dan a ρ adalah keluaran fungsi basis non zero ke-i, dalam hal ini i=(,,. ρ) w w y w 3 Ruang masukan (X) w 4 w p- w p- w p Gambar 4.. Diagram Blok JST B-spline 5

16 4.. Univariate Basis Function Keluaran basis fungsi yang diaktifkan oleh masukan tertentu (X) dapat dihitung dengan menggunakan hubungan recurrence dibawah ini: x λ x k λ N k ( x ) = N k ( x ) + N k ( x ) λ λ k λ λ k + N ( x) = ika x ε I (λ -, λ ) = 0, lainnya (4.) dengan λ adalah knot (posisi) ke- dan I = (λ -, λ ) adalah interval ke- sedangkan k adalah orde dari basis fungsi tersebut, hubungan recurrence tersebut diilustrasikan oleh gambar 4. berikut: + N3 N N + N + 3 N N 3 Gambar 4.. Hubungan recurrence Fungsi Basis Orde (konstan sebagian-sebagian) x λ 0 λ λ λ 3 λ 4 λ 5 Gambar 4.3. Fungsi Basis orde 6

17 Misal N J adalah fungsi basis ke- dan I adalah interval ke- (λ -, λ ) seperti terlihat pada gambar 4.3. Maka keluaran fungsi basisnya untuk masukan x adalah: N ( x) = ika x ε I (λ -, λ ) = 0, lainnya (4.3) Secara matematis persamaan 4.3 diatas dapat diimplementasikan oleh fungsi berikut: = x (4.4) N( ) = Fungsi Basis Orde (linear sebagian-sebagain) x λ 0 λ λ λ 3 λ 4 λ 5 Gambar 4.4. Fungsi basis Orde Keluaran basis untuk masukan x dihitung: x λ x λ N ( x ) = N ( x ) + N ( x ) λ λ λ λ (4.5) dalam hal ini N ( x) dan N ( x) dihitung dengan menggunakan fungsi basis orde berikut: N ( x) = ika x ε I (λ -, λ ) = 0, lainnya Fungsi Basis Orde 3 (kuadratik sebagian-sebagian) x λ 0 λ λ λ 3 λ 4 λ 5 Gambar 4.3. Fungsi basis Orde 3 7

18 Keluaran basis untuk masukan x dihitung: x λ 3 x λ N 3 ( x ) = N ( x ) + N ( x ) λ λ 3 λ λ (4.6) dalam hal ini N ( x) dan N ( x) dihitung dengan menggunakan fungsi basis orde berikut: x λ x λ N ( x ) = N ( x ) + N ( x ) λ λ λ λ Beberapa Contoh Program Realisasi dan Aplikasi Contoh. Listing Program Spline untuk beberapa fungsi Basis function [,N]=spline(x) %(created by i'one) %:interval ke- %N:nilai fungsi pada interval ke- %ket : untuk x<=0<=7 ->ada 8 interval(bobot): 0-7 =ceil(x); N=; function [,,N,N]=spline(x) %(created by i'one) % menunukan interval %N menunukan nilai fungsi keluarannya %ket : untuk x<=0<=7 ->ada 8 interval(bobot): 0-7 [,N]=spline(x); =+; N=((-x)/)*N; N=((x-(-))/); function [,,,N3,N3,N3]=spline3(x) %(created by i'one) % menunukan interval %N3 menunukan nilai fungsi keluarannya %ket : untuk x<=0<=7 ->ada 0 interval(bobot) [,,N,N]=spline(x); =+; N3=((-x)/)*N; N3=((x-(-))/)*N+((+-x)/)*N; N3=((x-(-))/)*N; 8

19 function [,,,,N4,N4,N43,N44]=spline4(x) %(created by i'one) % menunukan interval %N3 menunukan nilai fungsi keluarannya %ket : untuk x<=0<=7 ->ada interval(bobot) [,,,N3,N3,N3]=spline3(x); =+; N4=((-x)/3)*N3; N4=((x-(-3))/3)*N3+((+-x)/3)*N3; N43=((x-(-))/3)*N3+((+-x)/3)*N3; N44=((x-(-))/3)*N3; Contoh. Pemodelan data (fungsi Statis) dengan menggunakan B-Spline: Data yang dimodelkan berupa data pengamatan masukan-keluaran (atau sebuah fungsi) seperti gambar dibawah y x Keluaran model B-Spline dengan beberapa fungsi basis yang dipilih dan lau konvergensi 0. serta umlah pelatihan (iterasi) 00 kali dapat dilihat dari gambar-gambar berikut: 9

20 y y x x (a) (b).6.4. y x Gambar Contoh. Keluaran Model B-spline untuk fungsi basis masing-masing (a) orde (b) orde (c) orde 3 Listing program untuk pemodelan dengan B-Spline orde dapat dilihat dibawah (untuk pemodelan dengan B-Spline orde lebih tinggi tinggal mengganti fungsi bspline-nya saa) %pemodelan bspline orde %created by i'one clear; x=[0:0.:7]; y=-exp(-x/5).*sin(x/0.8); alpha=0.; %sediakan bobot seumlah 8 (data max+) W(:8)=0; for k=:00 %iterasi for i=:length(x) % mlh. data [,N]=spline(x(i)); indx=+; out(i)=w(indx)*n; 0

21 error=y(i)-out(i); W(indx)=W(indx)+*alpha*error*N; end end plot(x,y,'+',x,out); xlabel('x'); ylabel('y'); Contoh 3. Aplikasi B-Spline pada Pengontrolan plant motor dc dengan menggunakan struktur Fix Stabilising Controller (dengan simulink) error referensi 0. Gain 0.095z z - model motor dc keluaran z Unit Delay MATLAB Function cmac z Unit Delay z Unit Delay Gambar Contoh 3. a Diagram Pengontrolan Fix Stabilising Controller dengan B- Spline pada Simulink Gambar Contoh 3.b Hasil keluaran Pengontrolan

22 Bab V. JARINGAN SYARAF TIRUAN: Radial Basis Function (RBF) RBF ( φ ) merupakan fungsi dimana keluarannya simetris terhadap center µ c atau dinyatakan sebagai φ c = φ x - µ c dimana. merupakan vektor normal. Jaringan syaraf yang dibentuk dengan menggunakan fungsi aktivasi berupa fungsi basis radial dinamakan Jaringan Syaraf Tiruan RBF 5. Strutur Dasar RBF Jaringan RBF terdiri atas 3 layer yaitu layer input, hidden layer / kernel layer (unit tersembunyi) dan layer output. Masing masing unit tersembunyi merepresentasikan fungsi aktivasi yang berupa fungsi basis radial. Fungsi basis radial ini diasosiasikan oleh lebar dan posisi center dari fungsi basis tersebut. Struktur dasar aringan RBF ditunukkan pada Gambar 5.. Gambar 5. Struktur dasar aringan syaraf RBF. Jaringan syaraf RBF berbeda dengan aringan syaraf CMAC. Setiap input dari aringan ini akan mengaktifkan semua fungsi aktivasi pada hidden layer. Setiap unit dari hidden layer merupakan fungsi aktivasi tertentu yang disebut sebagai fungsi basis. Di dalam hidden layer terdapat seumlah fungsi basis yang seenis sesuai dengan perancangan. Setiap fungsi basis akan menghasilkan sebuah keluaran dengan bobot tertentu. Output aringan ini merupakan umlah dari seluruh output fungsi basis dikalikan dengan bobot masing masing.

23 Untuk aringan RBF dengan masukan, proses pemetaanya ditunukkan pada Gambar 5.. Gambar 5.. Operasi aringan syaraf RBF dengan masukan Setiap masukan akan mengaktifkan setiap fungsi basis pada aringannnya sendiri. Misalkan pada operasi masukan [x x]. Masukan x akan mengaktifkan setiap fungsi basis pada aringan RBF pertama, sehingga masukan x akan mengaktifkan fungsi basis φ, φ sampai dengan φn. Masukan x akan mengaktifkan setiap fungsi basis pada aringan RBF kedua, sehingga masukan x akan mengaktifkan fungsi basis φ. φ sampai dengan φn. Langkah selanutnya adalah melakukan korelasi silang antara setiap keluaran fungsi basis pada aringan pertama dengan setiap keluaran fungsi basis pada aringan kedua. Masing masing hasil korelasi silang antar fungsi basis ini kemudian diboboti dengan bobot tertentu. Pada aringan RBF fungsi basis ini identik dengan dengan fungsi gaussian yang diformulasikan sebagai berikut : 3

24 φ = Dimana : 5.3 dibawah e _ x σ c ( 5.) c = Center fungsi gausiaan ke - σ = Lebar fungsi gausiaan ke - x = Masukan φ = Keluaran fungsi basis ke oleh masukan x Representasi grafis fungsi gaussian ( masukan) ditunukkan pada Gambar φ = e _ x c σ σ Gambar 5.3 Fungsi gaussian Setiap aringan RBF biasanya menggunakn lebih dari buah fungsi basis. Tiap tiap fungsi basis mempunyai center dan bobot tertentu sehingga umlah center dan bobot memori yang digunakan sama dengan umlah fungsi basis yang digunakan. Untuk n buah masukan pada aringan maka diperlukan bobot memori sebesar n x umlah fungsi basis yang digunakan pada satu aringan. Semoga Bermanfaat... Referensi Dari berbagai sumber 4

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA AIR

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA AIR APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA AIR Wahyudi, Hariyanto, Iwan Setiawan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN VALVE UNTUK MENGATUR KETINGGIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN B-SPLINE

PENGENDALIAN VALVE UNTUK MENGATUR KETINGGIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN B-SPLINE Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008) ISSN: 1907-5022 Yogyakarta, 21 Juni 2008 PENGENDALIAN VALVE UNTUK MENGATUR KETINGGIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN B-SPLINE

Lebih terperinci

PERANCANGAN KENDALI SUHU RUANG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN JENIS B-SPLINE SECARA ONLINE

PERANCANGAN KENDALI SUHU RUANG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN JENIS B-SPLINE SECARA ONLINE PERACAGA KEDALI SUHU RUAG MEGGUAKA JARIGA SYARAF TIRUA JEIS B-SPLIE SECARA OLIE oviyanto Prasetyo, Iwan Setiawan,ST. MT., Sumardi,ST. MT. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

dan RBF pada pengendalian plant suhu secara online. I. PENDAHULUAN

dan RBF pada pengendalian plant suhu secara online. I. PENDAHULUAN Perbandingan Unjuk Kerja Jaringan Syaraf Tiruan CMAC (Cerrebellar Model Articulation Controller) dan RBF (Radial Basis Function) pada Pengendalian Plant Suhu secara On Line Amin Fauzan 1, Iwan Setiawan,ST.

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN B-SPLINE PADA SISTEM PENGATURAN SUHU CAIRAN Istichori 1, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KECEPATAN PUTAR MOTOR DC DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN B-SPLINE SECARA ON LINE

PENGENDALIAN KECEPATAN PUTAR MOTOR DC DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN B-SPLINE SECARA ON LINE 1 of 9 PEGEDALIA KECEPATA PUTAR MOTOR DC DEGA JARIGA SARAF TIRUA B-SPLIE SECARA O LIE Abstrak Didik Widi Wardhana 1, Iwan Setiawan,ST. MT., Sumardii,ST. MT. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Makalah Seminar Tugas Akhir Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan RBF (Radial Basis Fuction) pada Plant Pengaturan Level Cairan Berbasis Mikrokontroler ATmega32 Wahyu Nur Priyanto [1], Wahyudi, S.T, M.T [2],

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF (RADIAL BASIS FUNCTION) PADA SISTEM KONTROL VALVE UNTUK PENGENDALIAN TINGGI MUKA CAIRAN SECARA ON-LINE Hariyanto 1, Wahyudi, ST, MT 2 Iwan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : Amin Fauzan L2F

TUGAS AKHIR. Oleh : Amin Fauzan L2F Perbandingan Unjuk Kerja Jaringan Syaraf Tiruan CMAC (Cerebellar Model Articulation Controller) dan RBF (Radial Basis Function) pada Pengendalian Plant Suhu secara On- line TUGAS AKHIR Diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perbandingan Unjuk Kerja Kontroller PID Metode Pertama Ziegler-Nichols dan CMAC (Cerrebellar Model Articulation Controller) pada Pengendalian Plant Suhu Deni Juharsyah 1, Iwan Setiawan,ST. MT. 2, Wahyudi,ST.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA CMAC DENGAN KONTROLLER PID METODE PERTAMA ZIEGLER-NICHOLS PADA PENGENDALIAN PLANT SUHU. Wahyudi 1 ABSTRACT

PERBANDINGAN KINERJA CMAC DENGAN KONTROLLER PID METODE PERTAMA ZIEGLER-NICHOLS PADA PENGENDALIAN PLANT SUHU. Wahyudi 1 ABSTRACT PERBANDINGAN KINERJA CMAC DENGAN KONTROLLER PID METODE PERTAMA ZIEGLER-NICHOLS PADA PENGENDALIAN PLANT SUHU Wahyudi 1 ABSTRACT The 1 st Ziegler-Nichols method usually used in industrial workplace doesn

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban dan Prakiraan Beban Listrik Di dalam sebuah sistem kelistrikan terdapat 2 sisi yang sangat berbeda, yaitu sisi beban dan sisi pembangkitan. Pada sisi beban atau beban

Lebih terperinci

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi.

BAB 4 DISAIN MODEL. Pengguna. Citra. Ekstraksi Ciri x. Antar muka (Interface) Data Hasil Ekstraksi Ciri. Testing dan Identifikasi. 33 BAB 4 DISAIN MODEL Disain model sistem identifikasi citra karang dirancang sedemikian rupa dengan tuuan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan pembuatan aplikasi serta memudahkan pengguna dalam

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN B-SPLINE PADA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT TERPISAH 1HP

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN B-SPLINE PADA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT TERPISAH 1HP APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN B-SPLINE PADA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT TERPISAH 1HP Purwo Nugroho 1, Mochammad Facta 2, Iwan Setiawan 2 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION

PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION PERAMALAN JUMLAH KENDARAAN DI DKI JAKARTA DENGAN JARINGAN BACKPROPAGATION (Forecast The Number of Vehicle in Jakarta Using Backpropagation Neural Net ) Zumrotus Sya diyah Universitas Darussalam Ambon,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) adalah bagian dari ilmu komputer yang mempelaari bagaimana membuat mesin (komputer) dapat

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

Identifikasi Unsur-unsur Radioaktif dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

Identifikasi Unsur-unsur Radioaktif dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Identifikasi Unsur-unsur Radioaktif dengan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Rokhmadi 1 dan R. Muhammad Subekti 1 1. Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset (P2TRR) BATAN, Serpong Abstrak Jaringan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI ARSITEKTUR PROPAGASI BALIK PADA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LAPIS BANYAK

OPTIMALISASI ARSITEKTUR PROPAGASI BALIK PADA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LAPIS BANYAK OPTIMALISASI ARSITEKTUR PROPAGASI BALIK PADA PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LAPIS BANYAK ABSTRAK Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Algoritma umum metode propagasi

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

Perbandingan Arsitektur Multilayer Feedforward Network dengan memakai Topologi Multiprosesor Ring Array Dan Linear Array

Perbandingan Arsitektur Multilayer Feedforward Network dengan memakai Topologi Multiprosesor Ring Array Dan Linear Array Nico Saputro Perbandingan Arsitektur Multilayer Feedforard Netork dengan memakai Topologi Multiprosesor Ring Array Dan Linear Array Abstrak Jaringan Syaraf Tiruan dapat diimplementasikan secara perangkat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI RBF PADA JST UNTUK MENDUKUNG PREDIKSI GANGGUAN GEOMAGNET

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI RBF PADA JST UNTUK MENDUKUNG PREDIKSI GANGGUAN GEOMAGNET Prosiding SaPP0 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISS 089-58 AALISIS FUGSI AKTIVASI RBF PADA JST UTUK MEDUKUG PREDIKSI GAGGUA GEOMAGET John Maspupu Pussainsa LAPA, Jl. Dr. Dundunan o. Bandung 407, Tlp.

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA

ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA ANALISIS FUNGSI AKTIVASI SIGMOID BINER DAN SIGMOID BIPOLAR DALAM ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA PREDIKSI KEMAMPUAN SISWA Julpan 1 *, Erna Budhiarti Nababan 1 & Muhammad Zarlis 1 1 Program S2 Teknik Informatika

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN :

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : 086 4981 VOL. 4 NO. 1 SEPTEMBER 011 SIMULASI ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC Irma Husnaini 1 ABSTRACT

Lebih terperinci

Neural Networks. Machine Learning

Neural Networks. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439, Fax. +62-21-7863439,

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Backpropagation untuk Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer

Perbaikan Metode Backpropagation untuk Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perbaikan Metode Backpropagation untuk Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer R. Muhammad Subekti 1 1. P2TRR BATAN, Kompleks Puspiptek Gedung 31, Serpong, Tangerang 15310 Abstrak Algoritma umum metode

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan

BAB III PEMBAHASAN. FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini berisi mengenai FRBFNN, prosedur pembentukan model FRBFNN, Arsitektur FRBFNN, aplikasi FRBFNN untuk meramalkan kebutuhan listrik di D.I Yogyakarta. A. Radial Basis Function

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF

PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF PERANCANGAN PENGATURAN DURASI LAMPU LALU LINTAS ADAPTIF Rudericus Andika Pramudya, Mahmud Imrona 2, Fhira Nhita 3,2,3 Prodi S Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Telkom rudericusdika@gmail.com,

Lebih terperinci

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1

g(x, y) = F 1 { f (u, v) F (u, v) k} dimana F 1 (F (u, v)) diselesaikan dengan: f (x, y) = 1 MN M + vy )} M 1 N 1 Fast Fourier Transform (FFT) Dalam rangka meningkatkan blok yang lebih spesifik menggunakan frekuensi dominan, akan dikalikan FFT dari blok jarak, dimana jarak asal adalah: FFT = abs (F (u, v)) = F (u,

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN RBF (RADIAL BASIS FUNCTION) UNTUK PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA SECARA ON-LINE BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Agus Dani

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) PADA GENERATOR TUNGGAL UNTUK OPTIMASI KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER

PENGGUNAAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) PADA GENERATOR TUNGGAL UNTUK OPTIMASI KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER PENGGUNAAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) PADA GENERATOR TUNGGAL UNTUK OPTIMASI KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER Subuh Isnur Haryudo (1,), Adi Soeprijanto (1), Mauridhi Hery Purnomo (1) (1) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis, terlebih lagi bagi perusahaan besar, tidak lepas dari adanya proses jual beli saham. Saham secara umum merupakan surat berharga yang dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, tiruan dan machinelearning

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, tiruan dan machinelearning BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Data Mining Data mining adalah kombinasi secara logis antara pengetahuan data, dan analisa statistik yang dikembangkan dalam pengetahuan bisnis atau suatu proses yang menggunakan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMEN INVARIAN DAN RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) AINUN JARIAH 1209201721 DOSEN PEMBIMBING 1. Prof. Dr. Mohammad Isa Irawan, M.T 2. Dr Imam Mukhlas, S.Si, M.T

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

MENGENALI FUNGSI LOGIKA AND MELALUI PEMROGRAMAN PERCEPTRON DENGAN MATLAB

MENGENALI FUNGSI LOGIKA AND MELALUI PEMROGRAMAN PERCEPTRON DENGAN MATLAB POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 2 Juni 2011 MENGENALI FUNGSI LOGIKA AND MELALUI PEMROGRAMAN PERCEPTRON DENGAN MATLAB Yaya Finayani Teknik Elektro, Politeknik Pratama Mulia, Surakarta 57149, Indonesia ABSTRACT

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatur di dalam otak sebagai pengendali utama tubuh manusia. Otak manusia

BAB I PENDAHULUAN. diatur di dalam otak sebagai pengendali utama tubuh manusia. Otak manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia telah diciptakaan oleh Tuhan dalam bentuk kesempurnaan. Salah satu ciptaan yang menakjubkan adalah otak manusia dimana semua kecerdasaan diatur di dalam otak

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS

PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS PEMBELAJARAN BERTINGKAT PADA ARSITEKTUR JARINGAN SARAF FUNGSI RADIAL BASIS Diana Purwitasari 1, Glory Intani Pusposari 2, Rully Sulaiman 3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

ANALISA PREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

ANALISA PREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 907-5022 Yogyakarta, 6 Juni 2007 ANALISA PREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN Prisa Marga Kusumantara, I Gede

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam mendisain sebuah sistem kontrol untuk sebuah plant yang parameterparameternya tidak berubah, metode pendekatan standar dengan sebuah pengontrol yang parameter-parameternya

Lebih terperinci

PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA MENGGUNAKAN JARINGAN FUNGSI RADIAL BASIS

PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA MENGGUNAKAN JARINGAN FUNGSI RADIAL BASIS PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFFERENSIAL BIASA MENGGUNAKAN JARINGAN FUNGSI RADIAL BASIS Mohammad Jamhuri Jurusan Matematika FSAINTEK, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Jl. Gaayana No 50 Malang m.amhuri@live.com

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Siti Amiroch Universitas Islam Darul Ulum Lamongan, amirast_117@yahoo.com Abstract. In the stock market, stock price prediction is

Lebih terperinci

Metode Kernel. Machine Learning

Metode Kernel. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus Machine Learning Metode Kernel Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 Telp. +62-21-7862719/7863439,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN CERREBELLAR MODEL ARTICULATION CONTROLLER PADA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT TERPISAH 1 HP

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN CERREBELLAR MODEL ARTICULATION CONTROLLER PADA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT TERPISAH 1 HP APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN CERREBELLAR MODEL ARTICULATION CONTROLLER PADA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT TERPISAH 1 HP Fredrik Octavianus Parapat 1, Mochammad Facta 2,Iwan Setiawan 2 Jurusan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan 07/06/06 Rumusan: Jaringan Syaraf Tiruan Shinta P. Sari Manusia = tangan + kaki + mulut + mata + hidung + Kepala + telinga Otak Manusia Bertugas untuk memproses informasi Seperti prosesor sederhana Masing-masing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

Perancangan Dan Implementasi Sistem Pengaturan Kecepatan Motor Bldc Menggunakan Kontroler Pi Berbasiskan Neural-Fuzzy Hibrida Adaptif

Perancangan Dan Implementasi Sistem Pengaturan Kecepatan Motor Bldc Menggunakan Kontroler Pi Berbasiskan Neural-Fuzzy Hibrida Adaptif F68 Perancangan Dan Implementasi Sistem Pengaturan Kecepatan Motor Bldc Menggunakan Kontroler Pi Berbasiskan Neural-Fuzzy Hibrida Adaptif Agung Setyadi Wicaksono, Rushdianto Effendie A. K., dan Eka Iskandar

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL POSISI DAN KECEPATAN PADA KAPAL SELAM MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PERANCANGAN SISTEM KONTROL POSISI DAN KECEPATAN PADA KAPAL SELAM MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK PERANCANGAN SISTEM KONTROL POSISI DAN KECEPATAN PADA KAPAL SELAM MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Agus Syahril / 0322013 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS GALAT AKIBAT KUANTISASI PADA IMPLEMENTASI DIGITAL SISTEM ADAPTIF LMS

ANALISIS GALAT AKIBAT KUANTISASI PADA IMPLEMENTASI DIGITAL SISTEM ADAPTIF LMS ANALISIS GALAT AKIBAT KUANTISASI PADA IMPLEMENTASI DIGITAL SISTEM ADAPTIF LMS Indrastanti R. Widiasari Fakultas Teknologi Informasi - Universitas Kristen Satya Wacana indrastanti@yahoo.com ABSTRACT Most

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION (RBF) Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Yogyakarta, 14 Mei 2011 PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-128 Perancangan dan Simulasi MRAC PID Control untuk Proses Pengendalian Temperatur pada Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Lebih terperinci

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN

ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN ANALISA JARINGAN SARAF TIRUAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MENGETAHUI LOYALITAS KARYAWAN Jasmir, S.Kom, M.Kom Dosen tetap STIKOM Dinamika Bangsa Jambi Abstrak Karyawan atau tenaga kerja adalah bagian

Lebih terperinci

e (t) = sinyal kesalahan

e (t) = sinyal kesalahan KENDALI SELF TUNING FUZZY PI PADA PENGENDALIAN WEIGHT FEEDER CONVEYOR 1 A. Chandra Saputro [1], Sumardi, ST. MT. [2], Budi Setiyono, ST. MT. [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK

PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Jurnal POROS TEKNIK, Volume 6, No. 2, Desember 2014 : 55-10 PERBANDINGAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION DAN REGRESI PADA PERAMALAN WAKTU BEBAN PUNCAK Nurmahaludin (1) (1) Staff Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 KLASIFIKASI PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Logika Fuzzy Sebelum munculnya teori logika fuzzy (Fuzzy Logic), dikenal sebuah logika tegas (Crisp Logic) yang memiliki nilai benar atau salah secara tegas. Prinsip ini dikemukakan

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Klasifikasi adalah tugas pembelaaran yang memetakan setiap himpunan atribut x ke salah satu label kelas y yang telah didefinisikan sebelumnya. Klasifikasi dapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL 2.1 Pengenalan Sistem Kontrol Definisi dari sistem kontrol adalah, jalinan berbagai komponen yang menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Intelligent Systems Pembahasan Jaringan McCulloch-Pitts Jaringan Hebb Perceptron Jaringan McCulloch-Pitts Model JST Pertama Diperkenalkan oleh McCulloch

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sel Darah Merah Sel darah merah atau eritrositmemiliki fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

Pengenalan Pola Angka Menggunakan Back Propagation Neural Network Agus Purwo Handoko 4)

Pengenalan Pola Angka Menggunakan Back Propagation Neural Network Agus Purwo Handoko 4) ISSN : 1693 1173 Pengenalan Pola Angka Menggunakan Back Propagation Neural Network Agus Purwo Handoko 4) Abstrak Jaringan perambatan mundur (Back Propagation Neural Network ) dilatih dengan metode belaar

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA

ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA ANALISIS PERBANDINGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN REGRESI LINEAR BERGANDA PADA PRAKIRAAN CUACA Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Kebutuhan

Lebih terperinci

Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen

Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen Realisasi Pengenalan Tulisan Tangan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Kohonen David Novyanto Candra/0322003 Email: dave_christnc@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Jln.Prof.Drg.Suria

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON Liza Afriyanti Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri,Universitas Islam

Lebih terperinci

Manajemen Sains: Artificial Neural Networks. Dr. Ir. Gunadi Widi Nurcahyo, MSc.

Manajemen Sains: Artificial Neural Networks. Dr. Ir. Gunadi Widi Nurcahyo, MSc. Manajemen Sains: Artificial Neural Networks Dr. Ir. Gunadi Widi Nurcahyo, MSc. Outline 1. Pengertian JST 2. Model Sel Syaraf (Neuron) 3. Fungsi Aktivasi 4. Arsitektur Jaringan 5. Proses Belajar (Learning)

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

Sistem Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Berroda dengan Model Pembelajaran On-line Menggunakan NN

Sistem Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Berroda dengan Model Pembelajaran On-line Menggunakan NN Sistem Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Berroda dengan Model Pembelajaran On-line Menggunakan Eru Puspita Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MATLAB DALAM PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR MENGGUNAKAN JARINGAN HOPFIELD LINEAR ABSTRAK

PENGGUNAAN MATLAB DALAM PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR MENGGUNAKAN JARINGAN HOPFIELD LINEAR ABSTRAK PENGGUNAAN MATLAB DALAM PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR MENGGUNAKAN JARINGAN HOPFIELD LINEAR Rosihan Ari Yuana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret ABSTRAK Aplikasi jaringan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Studi Literatur Studi ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai literatur serta karya-karya penelitian mengenai topik penelitian yang sudah

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI MAGNITUDO LETUSAN GUNUNG DENGAN METODE BACKPROPAGATION STUDI KASUS GUNUNG MERAPI SUMATERA

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI MAGNITUDO LETUSAN GUNUNG DENGAN METODE BACKPROPAGATION STUDI KASUS GUNUNG MERAPI SUMATERA PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI MAGNITUDO LETUSAN GUNUNG DENGAN METODE BACKPROPAGATION STUDI KASUS GUNUNG MERAPI SUMATERA Ferdian Detria 1), Rini Sovia, S.Kom, M.Kom 1), Randy Permana,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasar valuta asing telah mengalami perkembangan yang tak terduga selama beberapa dekade terakhir, dunia bergerak ke konsep "desa global" dan telah menjadi salah satu pasar

Lebih terperinci

DESAIN RECURRENT NEURAL NETWORK - AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR PADA SISTEM SINGLE MESIN

DESAIN RECURRENT NEURAL NETWORK - AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR PADA SISTEM SINGLE MESIN Prosiding Seminar Nasional Manaemen Teknologi XI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 6 Pebruari 200 DESAIN RECURRENT NEURAL NETWORK - AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR PADA SISTEM SINGLE MESIN Widi Aribowo Fakultas

Lebih terperinci