STUDI BASELINE TERUMBU KARANG DI LOKASI DPL KABUPATEN BUTON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI BASELINE TERUMBU KARANG DI LOKASI DPL KABUPATEN BUTON"

Transkripsi

1

2 STUDI BASELINE TERUMBU KARANG DI LOKASI DPL KABUPATEN BUTON TAHUN 2008 Koordinator Tim Penelitian ANNA E.W. MANUPUTTY Disusun oleh :

3 Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

4 RINGKASAN EKSEKUTIF PENDAHULUAN Kabupaten Buton termasuk kedalam wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara. Memiliki 17 kecamatan, tujuh diantaranya termasuk ke dalam lokasi COREMAP, yaitu kecamatan Mawasangka, Kadatuang, Siompu, Wabula, Siontapina, Talaga dan Lasalimu. Secara geografis kabupaten ini terletak pada 4,96 o LS - 6,25 o LS dan 120 o BT 123,34 o BT, dengan luas wilayah daratan 2.488,71 km 2 dan wilayah perairan laut ,69 km 2 dengan potensi perikanan yang menjanjikan. Program COREMAP telah terlaksana sampai ke Fase II. Banyak program kegiatan telah dilakukan untuk mengamati perkembangan kondisi karang dan ekosistem terumbu karang, apakah semakin baik atau semakin buruk. Metode-metode pemantauan telah dilakukan dan diuji coba dalam kegiatan studi baseline maupun monitoring terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP. Metode-metode yang dipakai disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Metode tersebut, masing-masing mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Metode Rapid Reef Resources Inventory (RRI), dapat dipakai untuk pemantauan suatu area terumbu karang yang luas dalam waktu yang singkat, namun kekurangannya terletak pada daya visualisasi si pengamat. Metode pemantauan dengan Line Intercept Transect (LIT) dianggap terlalu ilmiah, dan kurang tepat untuk menjawab perubahan yang terjadi di suatu area terumbu karang yang luas, karena hanya terpatok pada lokasi transek permanen saja. Namun untuk menjawab keanekaragaman karang, metode ini lebih cocok. Untuk keperluan manajemen terumbu karang, dan untuk menjawab naik maupun turunnya persentase tutupan ataupun persentase jumlah individu karang hidup, yang dipantau di suatu lokasi yang luas dalam waktu yang singkat digunakan metode Point Intercept Transect (PIT). Metode ini diujicobakan di lokasi-lokasi konservasi yang dipatok oleh masyarakat desa setempat, yaitu di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL). Metode ini lebih sederhana tapi terukur, karena dapat menghasilkan persentase jumlah individu karang hidup dalam waktu yang singkat dan mencakup area yang luas. Diharapkan masyarakat setempat yang diwakili oleh staf CRITC daerah dapat melakukan sendiri monitoring kondisi terumbu karang di masing-masing lokasi DPL, yang sudah diawali dengan studi baseline di lokasi yang sama oleh staf CRITC pusat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melakukan studi baseline ekologi di lokasi DPL yang meliputi pengamatan di bidang Sistem Informasi Geografis (SIG), kondisi karang, ikan karang dan i

5 megabentos, membuat plot transek permanen untuk keperluan pemantauan di waktu mendatang. HASIL Dari pengamatan yang dilakukan di 27 lokasi transek dari 14 DPL di Kabupaten Buton diperoleh hasil sebagai berikut : Lokasi DPL seluruhnya terletak di ujung tubir rataan terumbu karang yang menempel pada pulau. DPL Wabula & Wasampela merupakan DPL terluas, yaitu 458,91 ha. Sedangkan yang relatif kecil adalah DPL Lampanairi, yaitu 4,84 ha. Dari hasil pengamatan diperoleh jenis karang batu di 14 lokasi DPL sebanyak 111 jenis yang mewakili 15 suku. Jumlah jenis terbanyak ditemukan di DPL Gereak Makmur sebanyak 36 jenis yang mewakili 9 suku dan lokasi yang sedikit jumlah jenis karang batu adalah DPL Kumbewaha, yaitu 12 jenis yang mewakili 7 suku. Persentase jumlah individu karang batu tertinggi untuk marga Acropora yaitu 62% dengan jumlah individu sebanyak 31 individu yang ditemukan di stasiun BTNP11 (Desa Gerak Makmur). Karang batu Non - Acropora tertinggi yaitu 56% dengan jumlah individu sebanyak 28 individu yang ditemukan di stasiun BTNP20 (Desa Waonu). Komponen persentase jumlah individu tertinggi lainnya yaitu karang mati beralga (DCA) yaitu 52% dengan jumlah individu sebanyak 26 yang ditemukan di stasiun BTNP4 yang terletak di Desa Sampoabalo. Dari 27 transek yang dilakukan di 16 lokasi DPL, dicatat bahwa biota megabentos didominasi oleh karang jamur (CMR) Fungia spp. dan bulu babi (Diadema setosum). Biota CMR tertinggi ditemukan di stasiun BTNP11 yang terletak di Desa Tongali Kecamatan Siompu, sebesar 179 individu/transek, sedangkan di stasiun BTNP25 (Desa Sampoabalo) sama sekali tidak ditemukan. Untuk Diadema setosum, kelimpahan tertinggi dicatat di stasiun BTPN13 (Desa Lampanairi) sebanyak 41 individu/transek) dan di stasiun. BTNP8 (Desa Wakinamboro) sebanyak 27 individu/transek. Dari hasil sensus visual di 27 stasiun transek, dicatat total jumlah jenis dan jumlah individu ikan karang 223 jenis / individu dengan perincian: ikan major 130 jenis / 9405 ii

6 individu, ikan target 75 jenis / 2178 individu dan ikan indikator 18 jenis / 449 individu. Dari 18 jenis ikan indikator yang ditemukan, Chaetodon kleini dicatat memiliki jumlah individu yang tertinggi, yaitu sebanyak 176 individu. Jenis ini ditemukan di 24 stasiun transek dari 27 stasiun transek yang iamati. Kemudian diikuti oleh Heniochus varius (61 individu) yang ditemukan pada 16 stasiun transek. Untuk kelompok ikan major yang merupakan kelompok dengan jumlah jenis maupun jumlah individu terbanyak, Odonus niger dari suku Balistidae adalah jenis yang hadir dengan jumlah individu tertinggi, yaitu sebanyak 3628 individu. Jenis ini ditemukan cukup melimpah pada stasiun BTNP27 (Desa Kumbewaha), yaitu sebanyak 800 individu. Tempat kedua diwakili oleh Pomacentrus moluccensis, jenis ini hadir dengan total individu sebanyak 536 individu. Dari kelompok ikan target, dicatat ada 3 jenis yang dominan dari suku Caesioniidae, yaitu Pterocaesio teres (235 individu), Caesio pisang dan Pterocaesio tile masing-masing 170 individu. Sebaran ketiga jenis ini tidak merata di semua lokasi transek, namun kelimpahannya di bebarapa lokasi mencapai nilai 100 individu, seperti yang dicatat di stasiun BTNP21, (170 individu) untuk Pterocaesio tile dan stasiun BTNP22 (100 inidividu dan 130 individu) untuk Caesio pisang dan Pterocaesio teres. SARAN Perlu adanya keseragaman kriteria dalam penentuan batas suatu DPL, dengan memperhitungkan kondisi geografi, batimetri dan kondisi pantai maupun pesisir lainnya, seperti kondisi pesisir pantai yang landai atau terjal, mengingat ada DPL yang luas dan ada yang sempit. Hal ini disebabkan karena penarikan batas wilayah DPL pada daerah ini dimulai pada ujung tubir hingga ke arah garis pantai sejajar dengan lebar rataan terumbu. Berbeda halnya dengan DPL lainnya yang wilayahnya ditentukan hanya pada wilayah tubir dan sejajar mengikuti bentuk tubir. Keberadaan DPL hendaknya dapat mewakili keseluruhan desa secara merata di Kabupaten Buton. iii

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk objek penelitian ilmiah. Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini beberapa penelitian telah dilakukan, dengan penyandang dana dari World Bank (WB). Salah satu diantaranya penelitian ekologi terumbu karang untuk mendapatkan data dasar (baseline) di lokasi-lokasi COREMAP. Khususnya di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang dicanangkan oleh penduduk setempat, dilakukan pengamatan dengan menggunakan metode Point Intercept Transect (PIT), yang lebih sederhana tapi menghasilkan data yang lebih cepat dan terukur. Kegiatan baseline ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal terumbu karang di lokasi tersebut. Hasil studi baseline akan dipakai sebagai data dasar, berupa data rujukan untuk pengamatan selanjutnya dengan metode yang sama dan di lokasi yang sama. Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan dan analisa data, sehingga buku tentang studi baseline terumbu karang dengan metode PIT dapat tersusun dengan baik. Kami menyadari, buku ini belum sempurna dan banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan, demi kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, Desember 2008 Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI Prof.Dr.Ir.Kurnaen Sumadiharga, M.Sc. iv

8 DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF... A. PENDAHULUAN... i B. HASIL... ii C. SARAN... iii KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.1. LATAR BELAKANG... 1 I.2. TUJUAN I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN... 2 BAB II. METODE PENELITIAN... 4 II.1. LOKASI PENELITIAN... 4 II.2. WAKTU PENELITIAN... 5 II.3. PELAKSANAAN PENELITIAN... 5 II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA... 5 II.4.1. SIG (Sistem Informasi Geografis).. 5 II.4.2. Karang... 7 II.4.3. Megabentos... 8 II.4.4. Ikan Karang... 9 BAB III. HASIL PENGAMATAN III.1. Hasil Pengamatan SIG III.2. Hasil Pengamatan Karang III.3. Hasil Pengamatan Megabentos III.4. Hasil Pengamatan Ikan Karang UCAPAN TERIMA KASIH 42 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN i iv v vi viii v

9 DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kumbewaha, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Sampoabalo, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wasuemba, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wabula, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wasampela, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Koholimombono, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Gerak Makmur, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Tira, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Lampanairi, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kapoa Induk, Kabupaten Buton, vi

10 Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Waonu, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Tongali, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wakinamboro, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kancibungi, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wakabungara, Kabupaten Buton, Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Gundugundu, Kabupaten Buton, Frekuensi Relatif kehadiran ikan karang, hasil studi baseline dengan metode UVC di lokasi DPL, Kabupaten Buton, vii

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Peta stasiun DPL di bagian barat Kabupaten Buton, Peta stasiun DPL di bagian timur Kabupaten Buton, Gambar 3. Citra landsat komposit Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat Pulau Buton, Kabupaten Buton, Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat Pulau Buton, Kabupaten Buton, Persentase jumlah individu karang batu, biota bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL Kecamatan Siontapina, Wabula, dan Sampolawa, Kabupaten Buton, Persentase jumlah individu karang batu, biota bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PITdi lokasi DPL Kecamatan Mawasangka, Kadatua, Siompu dan Bataoga, Kabupaten Buton, Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan metode Reef Check di lokasi DPL, bagian timur Kabupaten Buton, Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan metode Reef Check di lokasi DPL, bagian barat Kabupaten Buton, Gambar 10. Perbandingan kelimpahan antara ikan mayor, ikan target dan ikan indikator hasil studi baseline dengan metode UVC di lokasi DPL, bagian timur Kabupaten Buton, viii

12 Gambar 11. Perbandingan kelimpahan antara ikan mayor, ikan target dan ikan indikator hasil studi baseline dengan metode UVC di lokasi DPL, bagian barat Kabupaten Buton, DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi DPL di Kabupaten Buton, Lampiran 2. Sebaran jenis karang batu di lokasi DPL Kabupaten Buton, Lampiran 3. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL Kabupaten Buton, Lampiran 4. Sebaran jenis ikan karang di lokasi DPL Kabupaten Buton, ix

13 BAB I. PENDAHULUAN Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan tropis yang memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Komponen yang sangat penting dalam menyusun ekosistem ini adalah karang batu. Biota-biota lain seperti ikan, moluska, ekinodermata dan rumput laut memanfaatkan lingkungan terumbu karang sebagai tempat hidup, membesarkan diri, melahirkan keturunan serta mencari makan. Informasi tentang kondisi ekosistem terumbu karang dengan berbagai komponen bentik yang membentuknya sangat dibutuhkan dalam penilaian status keberadaannya. Secara umum pulau-pulau yang ada di kabupaten Buton mempunyai ekosistem pantai yang didominasi oleh terumbu karang dan ada sebagian pulau memiliki hutan bakau serta ekosistem lamun. Hasil pengamatan kondisi terumbu karang Indonesia yang dilakukan oleh COREMAP menunjukkan bahwa hanya tinggal 6% karang yang sangat baik dan 32% kurang baik. Informasi ini menjadi bahan pertimbangan pemerintah daerah, pemerintah pusat maupun badan internasional untuk dapat mengurangi tekanan yang terjadi terhadap terumbu karang. Salah satu solusi yang diajukan adalah menciptakan kawasan konservasi laut daerah (KKLD) dengan fokus utamanya adalah daerah perlindungan laut (DPL). Penelitian ini dilakukan untuk melihat kondisi karang yang ada di kawasan perlindungan laut Pulau Buton dan daearah sekitarnya, dengan harapan hasilnya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi semua stakeholders (instansi pemerintah, perusahan, LSM, akademisi dan kelompok masyarakat) dalam memanfaatkan kawasan laut sebagai sumber kehidupannya. I.1. LATAR BELAKANG Program COREMAP telah terlaksana sampai ke Fase II. Banyak program kegiatan telah dilakukan untuk mengamati perkembangan kondisi karang dan ekosistem terumbu karang, apakah semakin baik atau semakin buruk. Metode-metode pemantauan telah dilakukan dan diujicobakan dalam kegiatan studi baseline maupun monitoring terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP. Metode-metode yang dipakai disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Metode-metode tersebut, masing-masing mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Metode Rapid Reef Resources Inventory (RRI), 1

14 dapat dipakai untuk pemantauan suatu area terumbu karang yang luas dalam waktu yang singkat, namun kekurangannya terletak pada daya visualisasi si pengamat. Metode pemantauan dengan Line Intercept Transect (LIT) dianggap terlalu ilmiah, dan kurang tepat untuk menjawab perubahan yang terjadi di suatu area terumbu karang yang luas karena hanya terpatok pada lokasi transek permanen saja. Namun untuk menjawab keanekaragaman karang, metode ini lebih cocok. Untuk keperluan manajemen terumbu karang, dan untuk menjawab naik maupun turunnya persentase tutupan ataupun persentase jumlah individu karang hidup, yang dipantau di suatu lokasi yang luas dalam waktu yang singkat digunakan metode Point Intercept Transect (PIT). Metode ini diujicobakan di lokasi-lokasi konservasi yang dipatok oleh masyarakat desa setempat, yaitu di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL). Metode ini lebih sederhana tapi terukur, karena dapat menghasilkan persentase jumlah individu karang hidup dalam waktu yang singkat dan mencakup area yang luas. Diharapkan masyarakat setempat yang diwakili oleh staf CRITC daerah dapat melakukan sendiri monitoring kondisi terumbu karang di masingmasing lokasi DPL, yang sudah diawali dengan studi baseline di lokasi yang sama oleh staf CRITC pusat. Dengan demikian informasi akurat tentang perubahan kondisi terumbu karang yang terjadi di lokasi DPL dapat dicatat, untuk kemudian dilakukan langkah pengelolaan selanjutnya. I.2. TUJUAN PENELITIAN Melakukan studi baseline ekologi di lokasi Daerah Perlindungan Laut (DPL), meliputi: Pengamatan di bidang Sistem Informasi Geografis (SIG), kondisi karang, ikan karang dan megabentos. Menentukan titik-titik awal untuk keperluan monitoring di waktu mendatang. I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup studi baseline ekologi ini meliputi empat tahapan yaitu : Tahap persiapan, meliputi kegiatan administrasi, koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di Jakarta maupun di daerah setempat, pengadaan dan mobilitas peralatan penelitian serta perancangan penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survey di 2

15 lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian yang akan dilakukan. Tahap pengumpulan data, yang dilakukan langsung di lapangan yang meliputi data tentang terumbu karang, bentos dan ikan karang. Tahap analisa data, yang meliputi verifikasi data lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan bisa disajikan dengan lebih informatif. Tahap pelaporan, yang meliputi pembuatan laporan sementara dan laporan akhir. 3

16 BAB II. METODE PENELITIAN II.1. LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di lokasi DPL, Kabupaten Buton, (Gambar 1 dan 2), dan posisi stasiun pengamatan disajikan dalam Lampiran 1. Gambar 1. Peta stasiun DPL di bagian barat Kabupaten Buton, Gambar 2. Peta stasiun DPL di bagian timur Kabupaten Buton,

17 II.2. WAKTU PENELITIAN Pengamatan kondisi karang dan biota lainnya di lokasi DPL, Kabupaten Selayar dilakukan pada bulan Oktober II.3. PELAKSANA PENELITIAN Penelitian dilakukan oleh Staf CRITC-COREMAP-LIPI Jakarta, dibantu oleh beberapa Staf dan teknisi Puslit Oseanografi LIPI Jakarta dan Bitung, serta personal CRITC daerah setempat. II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA Metode penarikan sampel diuraikan berdasarkan masingmasing substansi yang terlibat dalam penelitian ini. Pengambilan baseline data di perairan Kabupaten Buton melibatkan 4 bidang penelitian, yaitu karang, ikan karang, benthos serta Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode pengambilan data dan analisa data yang digunakan oleh masing-masing bidang penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut : II.4.1. SIG (Sistem Informasi Geografis) Penyiapan Peta Dasar Peta dasar terumbu karang dibuat dengan memanfaatkan data citra satelit Landsat. Saluran panjang gelombang yang digunakan pada penelitian ini adalah saluran tampak hingga inframerah dekat dan tengah. Pada citra Landsat, saluran tersebut terdapat pada saluran 1, 2, 3, 4, dan 5. Liputan citra yang digunakan adalah liputan 1 scene Landsat dengan ukuran 185 km x 185 km persegi pada liputan path / row 112/065, yang merekam bagian selatan Pulau Buton dan bagian selatan Pulau Muna. Ukuran terkecil objek yang diwakili oleh satu piksel pada citra multispektral (saluran 1, 2, 3, 4, 5, dan 7) mewakili area permukaan bumi dengan ukuran 30 m x 30 m persegi. Citra yang digunakan merupakan citra satelit Landsat ETM+7 level 1G, sehingga citra tersebut sudah mengalami restorasi citra yang mencakup koreksi radiometri dan koreksi geometri. Koreksi radiometri dilakukan untuk mengatasi distorsi citra yang menyebabkan gangguan yang sifatnya spektral, sedangkan koreksi geometri dilakukan untuk gangguan yang sifatnya spasial. Pada citra level 1G, koreksi geometri yang dilakukan adalah koreksi geometri untuk kesalahan atau distorsi yang sifatnya sistematis sehingga sudah diperhitungkan sebelumnya (NASA, 1999). Identifikasi objek pada terumbu karang dilakukan dengan memanfaatkan kombinasi saluran 1, 2, dan 3 yang merupakan 5

18 saluran tampak. Saluran tampak digunakan untuk identifikasi objek di terumbu karang, karena pada panjang gelombang ini, sinar sanggup menembus kolom air hingga kedalaman 20 meter (Campbell, 1996). Saluran 4 yang merupakan saluran inframerah dekat, digunakan untuk membatasi wilayah daratan dan perairan serta untuk membedakan objek vegetasi, dalam hal ini mangrove. Pembedaan objek vegetasi mangrove dengan vegetasi lainnya dilakukan dengan memanfaatkan saluran 5. Hal ini disebabkan karena saluran 5 merupakan saluran inframerah tengah yang peka terhadap kelembaban lahan. Mangrove tumbuh pada lahan basah, sehingga dapat dibedakan dengan vegetasi lainnya menggunakan saluran 5 ini. Ciri khas lahan yang ditumbuhi mangrove pada citra komposit saluran 453 adalah berwarna jingga gelap (Gambar 1). Warna jingga mewakili warna vegetasi yang ditonjolkan oleh saluran 4, dan warna gelap menunjukkan pada objek tersebut terletak pada lahan yang basah. Gambar 3. Citra landsat komposit 453. Peta sebaran terumbu karang dan mangrove tentatif dibuat terlebih dahulu di laboratorium sebelum dilakukan kerja lapangan. Peta ini digunakan sebagai bahan untuk pemilihan lokasi sampling dan alat bantu navigasi di lapangan. Peta tentatif ini selanjutnya akan dijadikan sebagai peta dasar terumbu karang setelah diuji/dikoreksi dengan keadaan sesungguhnya dilapangan. 6

19 Pemetaan Daerah Perlindungan Laut (DPL) Pemetaan DPL dilakukan dengan memanfaatkan informasi koordinat batas DPL yang tersedia di daerah kajian. Informasi koordinat tersebut bersifat sementara, sehingga informasi lebih lanjut/detil didapatkan melalui keterangan penduduk setempat. DPL yang dibuat oleh penduduk/masyarakat, merupakan DPL yang digunakan untuk perlindungan ekosistem terumbu karang. Penentuan batas DPL berbeda-beda tergantung pada karakteristik terumbu. Pada terumbu karang yang menempel pulau, wilayah DPL berupa bidang luasan dengan bentuk segiempat atau lebih pada tubir terumbu karang, atau dapat juga berupa wilayah yang mencakup keseluruhan rataan terumbu karang mulai dari daerah tubir hingga garis pantai dengan jalan menarik garis batas mulai dari garis pantai tegak lurus kearah tubir terumbu karang. Untuk wilayah DPL yang terletak pada gosong patch reef batas wilayah berupa bentuk bidang segiempat atau lebih yang disesuaikan dengan bentuk gosong. Langkah-langkah pemetaannya adalah sebagai berikut: 1. Penyiapan peta tentatif posisi DPL dilakukan dengan jalan memasukkan koordinat DPL sementara berdasarkan informasi awal ke dalam peta dasar terumbu karang yang dikombinasikan dengan data citra satelit. Peta tentatif ini nantinya digunakan sebagai panduan untuk mendatangi lokasi yang diduga sebagai DPL pada saat kerja lapangan. 2. Setelah peta dibawa ke lapangan, melalui informasi yang didapat di lapangan baik melalui informasi penduduk maupun dari dinas terkait, maka ujung-ujung batas DPL dipetakan dengan mencatat koordinatnya menggunakan alat GPS. Pembuatan sket bentuk DPL juga dilakukan agar dapat digunakan sebagai panduan dalam penarikan garis batas pada saat pembuatan peta DPL. 3. Pembuatan peta DPL dilakukan di laboratorium dengan memanfaatkan perangkat lunak SIG dan pengolah data tabular excel. Data yang diambil dari GPS merupakan data koordinat ujung-ujung batas DPL yang bentuknya berupa data tabular. Data ini diolah didalam perangkat lunak SIG menjadi peta sebaran titik. Kemudian, titik-titik tersebut dihubungkan dengan garis sehingga membentuk sebuah wilayah DPL dan dapat diketahui luasannya. II.4.2. Karang Bahan yang dibutuhkan untuk pengamatan karang, biota bentik dan substrat (komponen bentik) ialah peralatan selam lengkap (SCUBA), perahu motor rubber boat, alat tulis dalam air 7

20 (kertas, pensil), papan pengalas, pita berskala (100 m), besi (diameter ± 20 mm) dengan panjang 30 cm yang digunakan sebagai patok, martil (palu) dan tali plastik (nilon) ukuran diameter 6 mm. Metode yang digunakan adalah metode transek garis, panjang transek 25 meter, dibentangkan sejajar garis pantai dimana daratan/pulau berada di sebelah kiri. Pencatatan kehadiran koloni karang dilakukan dengan Point Intercept Transect (PIT). Tiap koloni karang, biota bentos maupun substrat yang dilewati atau berada di bawah garis transek dicatat dengan interval 50 cm. Secara teknis di lapangan, yang dicatat ialah komponen bentik dimulai dari titik 0,50; 1; 1,50; 2; 2,5 dan seterusnya sampai ke titik 25. Total jumlah titik yang dilalui dan dicatat adalah 50 titik. Transek dilakukan di daerah lereng terumbu bagian atas dengan asumsi pertumbuhan karang batu cukup baik di area ini. Data pengamatan selanjutnya disusun dalam bentuk tabel untuk kepentingan analisa lanjutan antara lain untuk melihat persentase jumlah individu jenis karang, biota bentik dan substrat. Disamping itu untuk melengkapi laporan ini dibuat deskripsi lokasi dan gambar bentuk dasar perairan tiap lokasi. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel maupun peta tematik. Untuk analisa data hanya dilakukan secara deskriptif, dengan perhitungan persentase komponen bentik sebagai berikut : Jumlah Tiap Komponen (%) Jumlah Individu = Total Komponen x 100 % II.4.3. Megabentos Sampling dilakukan sesudah kegiatan PIT, dengan metode Reef Check pada transek yang sama sepanjang 25 m dan dengan lebar 1 meter ke kanan dan 1 meter ke kiri dari garis transek. Total bidang pengambilan/pencatatan biota makrobentik : (2 X 25) m 2 = 50 m 2. Biota yang dicatat jumlah individunya sepanjang transek ialah : Lobster (udang barong) Banded coral shrimp (udang karang kecil yang hidup di sela cabang karang Acropora spp., Pocillopora spp. atau Serriatopora spp.) Acanthaster planci (bintang bulu seribu) Diadema setosum (bulu babi hitam) Pencil sea urchin (bulu babi seperti pensil) Large Holothurian (teripang ukuran besar, panjangnya 20 cm ) 8

21 Small Holothurian (teripang ukuran kecil, panjangnya < 20 cm) Large Giant Clam (kima ukuran besar, panjangnya 20 cm) Small Giant Clam (kima ukuran kecil, panjangnya < 20 cm) Trochus niloticus (lola) Drupella (sejenis keong, berukuran kecil yang hidup disela-sela karang) Mushroom coral (karang jamur, Fungia spp.) II.4.4. Ikan Karang Seperti halnya karang, pengamatan ikan dilakukan di sepanjang garis transek. Metode yang digunakan yaitu metode Underwater Fish Visual Census (UVC), dimana ikan-ikan yang ditemukan pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan garis transek sepanjang 25 m dicatat jenis dan jumlahnya. Sehingga luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (5 x 25 ) = 125 m 2. Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randall and Heemstra (1991) dan Heemstra dan Randall (1993). Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan karang dalam satuan unit individu/transek. Data kelimpahan tiap jenis ikan karang yang dicatat dimasingmasing stasiun transek, ditampilkan dalam bentuk tabel dan peta tematik. Jenis-jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (English, et al., 1997), yaitu : a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarang / daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh famili Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kaka tua) dan Acanthuridae (ikan pakol); b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh famili Chaetodontidae (ikan kepe-kepe); 9

22 c. Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5 25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikanikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh famili Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru). 10

23 BAB III. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan akan diuraikan berdasarkan masing-masing substansi yang diamati, yaitu SIG, karang, megabentos dan ikan karang. Karena luasnya pulau, untuk menjadikan lebih informatif, peta-peta yang ditampilkan dipilah menjadi beberapa gambar. III.1. Hasil Pengamatan SIG Hasil pengamatan SIG disajikan dalam bentuk peta yang menggambarkan polygon dan luas daerah DPL (Gambar 4, dan 5). Untuk ringkasnya bentuk dan luas DPL dibuat dalam dua gambar yaitu yang terletak disebelah barat dan yang terletak disebelah timurpulau Buton. Gambar 4. Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat Pulau Buton, Kabupaten Buton,

24 DPL yang terdapat di wilayah COREMAP Kabupaten Buton berjumlah 14, meskipun demikian, hanya 13 DPL yang berhasil di petakan wilayahnya. DPL yang tidak berhasil di petakan adalah DPL Gundu-Gundu. DPL Gundu-Gundu terdapat di bagian selatan pesisir Pulau Muna, tepatnya di sebelah Barat Tanjung Bonomarati. DPL tersebut terletak pada fringing reef yang relatif sempit dengan lebar ± 144 meter. DPL Gundu-Gundu tidak berhasil dipetakan bentuk wilayahnya karena pada saat pengukuran di lapangan kondisi gelombang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengukuran dan pencatatan koordinat batas wilayah DPL. Walaupun demikian, satu PIT berhasil ditentukan dan dilakukan pengukuran pada wilayah DPL tersebut. Gambar 5. Peta bentuk dan luas DPL di bagian barat Pulau Buton, Kabupaten Buton, Wilayah DPL tersebar pada 4 Pulau, antara lain; 2 DPL di Pulau Muna yaitu DPL Kancibungi dan Wakabanguna dan DPL Gundu-Gundu, 2) 2 DPL di Pulau Kadatuang yaitu DPL Waonu dan DPL Kapoa Induk, 2 DPL di Pulau Siompu yaitu DPL Wakinamboro dan DPL Tongali. DPL tersebut semuanya digolongkan ke lokasi bagian barat Kabupaten Buton (Gambar 4). 8 DPL terletak di pesisir Pulau Buton, di bagian timur wilayah kabupaten, yaitu: DPL Lampanairi, DPL Tira, DPL Gerak Makmur, DPL Wasuwemba, DPL Wabula dan Wasampela, DPL Koholimombono, DPL Sampuabalo, dan DPL Kumbewaha (Gambar 5). Semua DPL terdapat pada rataan terumbu yang menempel pada pulau fringing reef. Bentuk 12

25 wilayah pada masing-masing DPL tidak teratur karena batas wilayah ditentukan dari tubir hingga ke arah garis pantai, sehingga pada batas wilayah di tubir bentuknya sejajar mengikuti pola bentuk tubir. Luasan wilayah DPL tergantung pada lebar rataan terumbu, jika rataan terumbu lebar maka luasan DPL juga semakin luas begitu juga sebaliknya. Penentuan batas DPL pada Kabupaten Buton ini membutuhkan kecermatan dan kejelian dalam perekaman posisi dengan GPS Global Positioning System. Hal ini disebabkan karena peletakan tanda batas oleh masyarakat dilakukan pada garis pantai, dan hanya sebagian kecil saja yang meletakkan buoy di perairan DPL. Pada kondisi demikian, penarikan batas wilayah DPL dilakukan tegak lurus dari batas di garis pantai kearah tubir terumbu karang. Hasil pengukuran ditampilkan dalam bentuk peta yang menggambarkan bentuk wilayah DPL yang menginformasikan lokasi dan luasan DPL. Hasil perhitungan luas menunjukkan bahwa DPL terluas terdapat pada wilayah DPL Wabula dan Wasampela dengan luas 458,91 ha (Hal ini disebabkan karena DPL ini memiliki lebar rataan terumbu hingga mencapai ± 1,2 Kilometer dan memanjang sejajar tubir hingga mencapai panjang ± 3,5 Kilometer. Lokasi DPL ini terletak di pesisir Tenggara Pulau Buton, dan berada di sebelah Timur dari daerah Wabula. DPL yang luasannya relatif kecil antara lain DPL Lampanairi dengan luas 4,84 ha, DPL Tira dengan luas 4,86 ha, dan DPL Gerak Makmur dengan luas 5,66 ha. Kecilnya luasan DPL tersebut berhubungan dengan lebar rataan terumbu yang sempit, contohnya pada DPL Tira yang lebar terumbunya tidak lebih dari 100 meter. DPL terjauh yang dikunjungi, yaitu DPL Sampuablo dan DPL Kumbewaha masing-masing memiliki luas 94,24 ha dan 11,42 ha. Kedua DPL tersebut terletak di pesisir Kecamatan Lasalimu atau berada di bagian pesisir Timur Pulau Buton. Bentuk DPL Sampuabalo memanjang sejajar tubir hingga mencapai jarak ± 2 Kilometer dan dengan lebar terumbu ± 500 meter. Wilayah DPL tersebut mencakup rataan terumbu hingga keberadaan karang hidup di lereng terumbu. Berbeda halnya dengan DPL Kumbewaha yang wilayahnya lebih sempit yaitu seluas 11,42 ha. Bentuk DPL memanjang sejajar lebar terumbu dari garis pantai hingga ujung terumbu (tubir). Berdasarkan perhitungan luasan DPL melalui analisa SIG (Sistem Informasi Geografi) maka didapatkan jumlah total luasan 13 DPL yang terdapat di Kabupaten Buton yaitu sebesar 1022,77 ha. Jika dibandingkan dengan total luasan terumbu karang di Kabupaten Buton yaitu 22182,1 ha (LIPI, 2006), maka persentase total luas DPL terhadap luasan terumbu karang adalah 4,61%. Berdasarkan data tersebut, maka 95,39% luasan terumbu karang di 13

26 Kabupaten Buton merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya. III.2. Hasil Pengamatan Karang Pengamatan karang di lokasi DPL (Daerah Perlindungan Laut) Kabupaten Buton dilakukan di 14 lokasi. Ukuran luas masing-masing DPL ada yang luas dan sangat luas sehingga dapat dibuat lebih dari satu stasiun transek, ada juga yang ukurannya kecil sehingga hanya dapat dibuat satu stasiun transek. Masing-masing lokasi DPL dibuat 2 transek permanen, namun pada 5 lokasi DPL hanya dilakukan 1 transek permanen, hal ini dikarenakan panjang area DPL tersebut berkisar antara meter. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan peta tematik, ditampilkan berdasarkan letaknya diposisi timur atau barat Kabupaten Buton (Gambar 6 dan Gambar 7). Untuk menampilkan peta yang yang lebih jelas dan informatif, hasil maupun peta tematik ditampilkan dalam beberapa gambar. Hasil pengamatan diuraikan selanjutnya. III.2.1.Hasil pengamatan karang di DPL di bagian timur Kabupaten Buton DPL Desa Kumbewaha Daerah Perlindungan Laut (DPL) Desa Kumbewaha terletak di sebelah timur Pulau Buton, dengan luas 11,42 ha. Di lokasi ini hanya dilakukan 2 transek permanen (BTNP 01 dan BTNP 02). Daerah pesisir pantai ditumbuhi oleh mangrove yang cukup padat. Panjang rataan terumbu sekitar 600 m ke arah pantai. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan karang mati yang ditumbuhi alga. Umumnya karang batu didominasi oleh jenis Porites cylindrica, Porites nigrescens dan karang biru Heliopora sp.(chl). Sedangkan diluar garis transek disekitar rataan terumbu pertumbuhan karang umumnya didominasi oleh karang batu berbentuk massive dari suku Faviidae seperti Favia matthai, Favites sp. dan Leptoria phrygya. Kemiringan lereng terumbu berkisar antara 40 o - 45 o. Kondisi perairan pada saat pengamatan tidak berarus dan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 20 m. Dari hasil transek yang dilakukan, tidak ditemukan jenis-jenis karang dari kelompok Acropora. Sedangkan dari kelompok Non - Acropora, dicatat sebanyak 12 jenis. Jumlah jenis karang batu yang dicatat pada lokasi DPL ini adalah yang terendah dibandingkan lokasi transek lainnya. Umumnya jumlah jenis karang yang ditemukan pada kedua stasiun transek relatif berimbang. Porites cylindrica dan Porites nigrescens (suku Poritidae) adalah jenis yang relatif menonjol jumlah individunya dibandingkan jenis lainnya, 14

27 dengan persentase jumlah individu 22% (11 individu) dan 12% (6 individu) pada stasiun BTNP1. Dari kelompok komponen lain, kategori patahan karang mati (rubble) cukup dominan di kedua stasiun pengamatan, yaitu sebesar 22% di stasiun BTNP 01 dan 16% di stasiun BTNP 02. Sedangkan spong (SP) adalah yang terendah, dengan nilai persentase jumlah individu hanya sebesar 2% (1 individu). Komposisi jenis dan persentase individu karang batu ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kumbewaha, Kabupaten Buton, Jumlah % Jumlah Jenis Karang Batu Individu Individu BTNP1 BTNP2 BTNP1 BTNP2 NON - ACROPORA Ctenactis echinata Favia matthaii Favites halicora Heliopora coerulea Lobophyllia corymbosa Lobophyllia hemprichii Millepora exesa Porites cylindrica Porites lobata Porites nigrescens Porites rus Symphyllia recta Total Komponen lain DCA SC SP OT R Total Jumlah total

28 Gambar 6. Persentase jumlah individu karang batu, biota bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PIT di lokasi DPL Kecamatan Siontapina, Wabula, dan Sampolawa, Kabupaten Buton, Gambar 7. Persentase jumlah individu karang batu, biota bentik dan substrat hasil studi baseline dengan metode PITdi lokasi DPL Kecamatan Mawasangka, Kadatua, Siompu dan Bataoga, Kabupaten Buton,

29 DPL Desa Sampoabalo Pengamatan dilakukan di Desa Sampoabalo, Kecamatan Siontapina. Di lokasi DPL ini dilakukan 2 transek (BTNP 03 dan BTNP 04). Panjang rataan terumbu sekitar 800 m ke arah laut. Vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai lainnya. Tutupan karang hidup cukup tinggi di rataan terumbu bagian atas, sedangkan pada lereng terumbu pertumbuhan karang hidup mulai berkurang. Kemiringan lereng terumbu pada lokasi ini cukup terjal, yaitu ± 45 o. Substrat dasar perairan tersusun dari pasir dan bongkahan karang mati. Umumnya karang yang ditemukan adalah jenis Porites lobata, Porites cylndrica. Jenis Acropora juga banyak ditemukan terutama Acropora palifera dan Acropora bercabang lainnya. Jenis-jenis karang yang dicatat pada kedua stasiun transek adalah sebanyak 21 jenis, terdiri dari kelompok Acropora 4 jenis, dan Non - Acropora 17 jenis. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah jenis karang batu yang ditemukan pada stasiun BTNP 03 relatif lebih banyak dibandingkan dengan stasiun BTNP 04, yaitu 14 jenis dengan total persentase jumlah individu 46% (23 individu). Persentase jumlah individu komponen bentik lainnya dicatat sebesar 66% pada stasiun BTNP4 dan didominasi oleh kategori karang mati yang ditumbuhi Dead Coral with Algae (DCA), sebesar 52% (26 individu). Hasil selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Sampoabalo, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP3 BTNP4 BTNP3 BTNP4 ACROPORA Acropora formosa Acropora nobilis Acropora palifera Acropora sp Total NON - ACROPORA Ctenactis echinata Diploastrea heliopora Favia sp Favia speciosa Fungia horrida Goniastrea sp Montipora digitata Montipora informis Montipora undata

30 Pectinia lactuca Pocillopora verrucosa Porites cylindrical Porites lobata Porites lutea Porites sp Millepora sp Symphyllia radians Total Komponen lain DCA SC SP OT R S Total Jumlah total DPL Desa Wasuwemba Pengamatan dilakukan pada Desa Wasuwemba, Kecamatan Wabula. Di lokasi ini dilakukan 2 transek (BTNP 05 dan BTNP 06). Pesisir pantai terdiri dari batu dan pasir. Rataan terumbu cukup luas sekitar 1 km ke arah pantai. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 15 m. Substrat terdiri dari karang mati yang diselingi dengan pasir dan pecahan karang. Tutupan karang cukup baik pada lokasi ini, yang terdiri dari bentuk pertumbuhan seperti bongkahan dan bercabang. Pada bagian karang mati terlihat ditumbuhi oleh karang lunak. Umumnya jenis karang yang dominan adalah Porites nigrescens, Porites lutea, Millepora sp. dan Heliopora coerulea. Dari hasil transek dicatat sebanyak 13 jenis karang batu, terdiri dari 1 jenis kelompok Acropora, yang diwakili oleh Acropora palifera dan 12 jenis dari kelompok Non - Acropora. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa persentase jumlah individu karang batu pada stasiun BTNP5 adalah 64% (32 individu) dan 40% (20 individu) di stasiun BTPN6. Karang batu yang ditemukan umumnya dari jenis Porites cylindrica dan Porites lutea. Sedangkan untuk komponen lainnya, kategori soft coral adalah jenis yang cukup dominan pada kedua stasiun tersebut, masing-masing 16% (8 individu) di stasiun BTNP5 dan 22% (11 Individu) di stasiun BTNP6. Sedangkan fleshy seaweed (FS) memiliki nilai persentase jumlah individu yang terendah, yaitu 2% (1 individu). Jenis ini hanya dicatat pada stasiun BTNP5. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 3. 18

31 Tabel 3. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wasuemba, Kabupaten Buton, Jumlah Individu % Jumlah Individu Jenis Karang Batu BTNP5 BTNP6 BTNP5 BTNP6 ACROPORA Acropora palifera Total NON - ACROPORA Cyphastrea chalcidicum Heliopora coerulea Hydnophora rigida Leptoria phrygia Millepora exesa Montipora millepora Montipora monasteriata Montipora sp Porites cylindrica Porites lobata Porites lutea Porites nigrescens Total Komponen lain DCA SC SP OT FS R S Total Jumlah total DPL Desa Wabula Pengamatan dilakukan di Desa Wabula dan Wasampela, Kecamatan Wabula. DPL di lokasi ini adalah yang terbesar dari semua lokasi DPL yang diamati. Transek dibagi dua yaitu di Desa Wabula (BTNP 07) dan di Desa Wasampela (BTNP 08). Vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai lainnya. Panjang rataan terumbu di lokasi ini kearah tubir sekitar 1 km ke arah laut. Tutupan karang hidup di rataan terumbu bagian atas kurang baik, kemiringan lereng terumbu, sekitar 60 o setelah itu terjal 90 o. Karang hidup terlihat lebih bervariasi. Lokasi ini sangat baik untuk tempat wisata penyelaman. Karang batu tumbuh 19

32 mengelompok dengan bentuk pertumbuhan yang bervariasi. Bentuk pertumbuhan bongkahan yang dominan adalah jenis Porites lobata, Lobohyllia sp. dan kelompok Faviidae lainnya. Bentuk pertumbuhan bercabang juga banyak dari jenis Acropora sp. Bentuk pertumbuhan seperti lembaran juga sering ditemukan. Dari hasil PIT, pada 2 stasiun diperoleh jumlah karang batu sebanyak 29 individu. Karang Acropora terdiri dari 4 individu dan Non - Acropora 25 individu. Kategori bentik lainnya sebanyak 21 individu, yang didominasi oleh DCA, 30%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wabula, Kabupaten Buton, Jenis Karang batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP7 BTNP7 ACROPORA Acropora palifera 2 4 Acropora sp Acropora sp Total 4 8 NON - ACROPORA Cyphastrea serailia 1 2 Favia matthaii 1 2 Favia speciosa 1 2 Favia stelligera 1 2 Favites halicora 1 2 Galaxea fascicularis 1 2 Goniopora edwardsi 1 2 Lobophyllia hattaii 1 2 Millepora tenella 2 4 Montipora informis 1 2 Montipora sp. 1 2 Oxypora lacera 2 4 Pachyseris rugosa 1 2 Pectinia lactuca 2 4 Porites cylindrica 2 4 Porites lichen 1 2 Porites lobata 3 6 Porites nigrescens 1 2 Symphyllia radians 1 2 Total Komponen lain DCA SC

33 FS 1 2 R 4 8 Total Jumlah total DPL Desa Wasampela Pengamatan dilakukan pada Desa Wasampela, Kecamatan Wabula. Pantai berpasir dengan vegetasi tumbuhan pantai dan mangrove. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 12 m. Substrat terdiri dari karang mati yang diselingi dengan pasir dan pecahan karang. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 7 m. Tutupan karang cukup baik pada lokasi ini yang terdiri dari bentuk pertumbuhan seperti bongkahan massive dan bercabang. Pada bagian karang mati terlihat ditumbuhi oleh soft coral. Umumnya jenis karang yang dominan adalah Porites lobata, Favia sp., Favites sp. dan Acropora palifera. Lokasi ini juga sangat baik untuk wisata selam dive spot. Pada saat pengamatan, ditemukan beberapa ekor ikan Napoleon dengan panjang sekitar 40 cm. Dari hasil PIT, persentase jumlah individu karang batu adalah 60% yang terdiri dari Acropora 8% dan Non - Acropora sebanyak 52%. Untuk kategori bentik lainnya sebesar 40% yang didominasi oleh Dead Coral with Algae sebesar 28%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalamtabel 5. Tabel 5. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wasampela, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP8 BTNP8 ACROPORA Acropora palifera 3 6 Acropora sp Total 4 8 NON - ACROPORA Cyphastrea serailia 2 4 Favia matthaii 2 4 Favia speciosa 1 2 Favites sp. 1 2 Goniopora lobata 1 2 Millepora tenella 3 6 Montipora incrassata 2 4 Montipora informis 1 2 Platygyra lamellina 2 4 Porites cylindrical 4 8 Porites rus

34 Porites lobata 1 2 Porites nigrescens 2 4 Symphyllia radians 2 4 Total Komponen lain DCA SC 3 6 SP 2 4 OT 1 2 Total Jumlah total DPL Desa Koholimombono Pengamatan dilakukan di Desa Koholimombono, Kecamatan Wabula. Panjang rataan terumbu sekitar 1,5 mil ke arah laut. Di lokasi ini dilakukan du transek (BTNP 09 dan BTNP 10). Vegetasi pantai terdiri dari pohon mangrove dan tumbuhan pantai lainnya. Saat pengamatan kondisi perairan tidak berarus dan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 19 m. Substrat terdiri dari turf algae, pecahan karang dan sedikit pasir. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil dengan keragaman yang rendah. Kemiringan lereng terumbu di stasiun pengamatan sekitar 60 o. Pertumbuhan karang masih ditemukan hingga kedalaman 20 m. Karang batu yang ditemukan umumnya dari suku Poritidae, seperti Porites lobata, Porites nigrescens dan Porites cylindrica. Dari hasil PIT pada kedua stasiun transek ditemukan sebanyak 16 jenis karang batu. Jenis karang dari kelompok Acropora hanya diwakili oleh 2 jenis, yaitu Acropora cytherea dan A. Palifera, sedangkan dari kelompok Non - Acropora sebanyak 14 jenis. Pada kedua stasiun tersebut, Porites lobata adalah jenis yang cukup dominan dibandingkan jenis lainnya. Jenis ini dicatat sebesar 12% (6 individu) pada stasiun BTNP9 dan 10% (5 individu) di stasiun BTNP10. Secara umum total persentase jumlah individu karang batu di stasiun BTNP10 relatif lebih tinggi, yaitu 44% (22 individu), dibandingkan stasiun BTNP9 yang hanya sebesar 32% (16 individu) (Tabel 6). Untuk komponen lainnya, karang mati beralga (DCA), pecahan karang rubble dan pasir sand merupakan kategori yang cukup dominan, terutama pada stasiun BTNP9. Sedangkan persentase jumlah individu terendah diwakili oleh alga (FS), yaitu 4% (2 individu). Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 6. 22

35 Tabel 6. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Koholimombono, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP9 BTNP10 BTNP9 BTNP10 ACROPORA Acropora cytherea Acropora palifera Total NON - ACROPORA Echinopora lamellosa Favia pallida Hydnophora rigida Leptastrea purpurea Favia matthaii Montipora incrassata Montipora informis Oxypora lacera Porites cylindrical Porites lobata Porites lutea Porites nigrescens Porites rus Porites sp Total Komponen lain DCA Fleshy Seaweed Other Biota Rubble Sand Soft Coral Sponge Total Jumlah total DPL Desa Gerak Makmur Pengamatan dilakukan pantai Desa Gerak Makmur, Kecamatan Sampolawa. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP 11 dan BTNP 12). Pantai terdiri dari pasir dan berdinding batu (tebing) yang diselingi dengan tumbuhan pantai. Panjang rataan terumbu sekitar 300 m ke arah pantai. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan karang mati yang ditumbuhi alga. Di 23

36 daerah tubir dengan kemiringan 45 o, pertumbuhan karang batu terlihat beragam. Pada saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 16 m. Umumnya karang batu didominasi oleh jenis Porites lobata, kemudian dari suku Faviidae seperti Platygyra sp., Leptoria sp., Cyphastrea sp., Favia sp. dan Fungia sp. Untuk karang Acropora juga terlihat bervariasi. Tercatat jenis Acropora formosa dengan koloni yang besar dan diselingi dengan jenis lainnya. Pengamatan dengan metode PIT hanya dilakukan pada 2 titik. Dari hasil pengamatan pada garis transek di stasiun BTNP11, persentase jumlah individu karang Acropora sebanyak 50% sedangkan Non-Acropora sebesar 28%. Namun pada stasiun BTNP 12, persentase jumlah individu Acropora hanya 6% dan Non-Acropora sebesar 50%. Tingginya persentase jumlah individu Acropora, menunjukkan bahwa kondisi karang masih cukup baik pada lokasi ini. Karang batu Non-Acropora juga terlihat bervariasi, tercatat ada 25 jenis karang Non-Acropora yang ditemukan dilokasi ini. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 7. Tabel 7. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Gerak Makmur, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP11 BTNP12 BTNP11 BTNP12 ACROPORA Acropora cerealis Acropora divaricata Acropora formosa Acropora florida Acropora millepora Acropora nobilis Acropora palifera Acropora prostrata Acropora pulchra Acropora sarmentosa Acropora sp Total NON - ACROPORA 0 0 Cyphatrea chalcidicum Ctenactis echinata Cyphastrea serailia Diploastrea heliopora Echinophora lamellosa Favia favus Favia matthaii Fungia horrida

37 Fungia fungites Galaxea fascicularis Herpolitha limax Leptoria Phrygia Millepora exesa Montipora grisea Montipora incrassata Montipora venosa Oxypora lacera Pavona varians Platygyra lamellina Plesiastrea versipora Porites cylindrical Porites lobata Porites nigrescens Stylophora pistillata Seriatopora hystrix Total Komponen lain DCA Rubble Sand Soft Coral Sponge Total Jumlah total DPL Desa Tira Pengamatan dilakukan pantai Desa Tira, Kecamatan Sampolawa. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP13 dan BTNP14). Pantai berbatu dan berdinding batu (tebing) yang diselingi dengan tumbuhan pantai. Panjang rataan terumbu sekitar 150 m ke arah pantai. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang mati dan karang mati yang ditumbuhi alga. Pada daerah tubir dengan kemiringan 50 o, karang batu terlihat beragam. Pada saat pengamatan kondisi perairan agak keruh dengan jarak pandang sekitar 8 m dikarenakan dekat dengan muara sungai. Meskipun demikian karang Acropora mudah ditemukan di kedua lokasi transek. Umumnya karang batu didominasi oleh bentuk pertumbuhan karang seperti bongkahan yang didominasi oleh jenis Porites lutea, Favia sp. dan Favites sp. Sedangkan bentuk pertumbuhan bercabang didominasi oleh jenis Acropora grandis dan Pocillopora verrucosa. Pada bongkahan karang mati, ditumbuhi oleh jenis soft coral, ascidian dan beberapa biota lainnya. Dari hasil pengamatan pada garis transek di stasiun BTNP13, persentase 25

38 jumlah individu karang Acropora sebanyak 12% sedangkan Non- Acropora sebesar 20%. Pada stasiun BTNP14, persentase jumlah individu Acropora tidak berbeda jauh yaitu 8% dan Non-Acropora sebesar 48%. Komposisi jenis dan persentase individu karang batu dan komponen lain, ditampilkan dalam Tabel 8. Tabel 8. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Tira, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP13 BTNP14 BTNP13 BTNP14 ACROPORA Acropora formosa Acropora cerealis Acropora grandis Acropora sp Acropora valenciennesi Total NON - ACROPORA Astreopora gracilis Favia rotundata Favites halicora Favites sp Goniastrea edwardsi Goniastrea retiformis Hydnophora exesa Leptastrea pruinosa Leptastrea transversa Lobophyllia hattaii Montipora grisea Montipora informis Montipora spumosa Montipora verrucosa Montipora venosa Pachyseris speciosa Pectinia lactuca Platygyra daedalea Platygyra lamellina Porites cylindrica Porites lichen Porites lobata Porites rus Psammocora contigua Symphyllia agaricia Total Komponen lain 26

39 DCA Fleshy Seaweed Other Biota Rubble Sand Silt Soft Coral Sponge Total Jumlah total DPL Desa Lampanairi Pengamatan dilakukan di Desa Lampanairi, Kecamatan Bataoga. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP15 dan BTNP16). Panjang rataan terumbu sekitar 800 m ke arah laut. Vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 14 m. Substrat terdiri dari turf algae dan pecahan karang. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil dengan keragaman yang rendah. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m dengan lereng terumbu sekitar 45 o. Karang batu yang ditemukan umumnya dari jenis Pocillopora verrucosa, Montipora sp., Cyphastrea sp. dan Porites lutea. Meskipun secara umum kondisi karang kurang baik, namun pertumbuhan baru (regenerasi) mulai terlihat dengan adanya karang-karang anakan. Dari hasil PIT, pada 2 stasiun diperoleh jumlah persentase jumlah individu karang batu cukup rendah yaitu sebanyak 14% di stasiun BTNP15 dan 10% di stasiun BTNP16 Sebaliknya komponen bentik lainnya tercatat sebesar 86% sampai 88% yang mana Dead Coral with Algae terlihat cukup mendominasi. Hasil selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 9. Tabel 9. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Lampanairi, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP15 BTNP16 BTNP15 BTNP16 ACROPORA Acropora sp Total NON - ACROPORA Favia sp Favia matthaii Montipora informis Montipora undata

40 Montipora sp Montipora venosa Porites lobata Porites lutea Porites sp Total Komponen lain DCA Fleshy Seaweed Other Biota Rubble Sand Soft Coral Sponge Total Jumlah total III.2.2. Hasil pengamatan karang di DPL di bagian barat Kabupaten Buton DPL Desa Kapoa Induk Pengamatan dilakukan di Desa Kapoa Induk, Kecamatan Kadatua dekat dengan perkampungan. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP 17 dan BTNP 18). Panjang rataan terumbu sekitar 800 m ke arah laut. Pantai berpasir dengan vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Pada lokasi ini telah terpasang pelampung sebagai batas DPL. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 15 m. Substrat terdiri dari turf algae dan pecahan karang. Karang tumbuh berupa spotspot kecil dengan keragaman yang rendah. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m. Karang batu yang ditemukan umumnya dari jenis Acropora sp., Montipora sp., Porites sp. Jenis ini merupakan karang yang sangat umum ditemukan di seluruh lokasi transek. Pada bagian karang yang mati terlihat ditumbuhi oleh tunicate dan karang lunak. Dari hasil PIT, di 2 stasiun transek, diperoleh jumlah persentase jumlah individu karang batu yaitu sebanyak 78% di stasiun BTNP17 dan 44% di stasiun BTNP18 (Tabel 10). Pada stasiun BTNP17, persentase tutupan Acropora cukup tinggi yaitu sebesar 62% yang didominasi oleh jenis Acropora formosa sedangkan Non-Acropora didominasi oleh jenis Porites cylindrica. Komponen bentik lainnya tercatat sebesar 22% sampai 58% yang mana DCA dan pasir paling mendominasi lokasi transek. 28

41 Tabel 10. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kapoa Induk, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP17 BTNP18 BTNP17 BTNP18 ACROPORA Acropora acuminata Acropora formosa Acropora hyacinthus Acropora pulchra Acropora grandis Acropora sp A. pulchra Total NON - ACROPORA Cyphastrea chalcidicum Montipora grisea Montipora incrassata Montipora monasteriata Montipora turgecens Montipora venosa Porites lobata Porites cylindrica Millepora dichotoma Fungia fungites Sandalolitha robusta Total Komponen lain DC DCA Other Biota Rubble Sand Soft Coral Sponge Total Jumlah total DPL Desa Waonu Pengamatan dilakukan di Desa Waonu, Kecamatan Kadatua dekat dengan perkampungan. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP19 dan BTNP20). Panjang rataan terumbu sekitar 800 m ke arah laut. Pantai berpasir dengan vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Saat pengamatan kondisi perairan 29

42 cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 15 m. Substrat terdiri dari turf algae dan bongkahan-bongkahan keras. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m. Karang batu yang ditemukan umumnya dari jenis Acropora sp., Montipora sp., Porites sp. Jenis ini merupakan karang yang sangat umum ditemukan di seluruh lokasi transek yang tumbuh mengelompok dengan koloni yang besar. Pada lokasi ini karang batu yang ditemukan terlihat beragam. Karang dari suku Faviidae banyak ditemukan, yang diselingi dengan karang batu jenis lainnya. Keragaman jenis karang ini diikuti pula dengan biota ekonomis penting lainnya. Selain lobster dan ikan pangan, di daerah ini juga banyak ditemukan beberapa jenis akar bahar. Dari hasil PIT, pada 2 stasiun diperoleh persentase jumlah individu karang batu yaitu sebanyak 52% di stasiun BTNP19 dan 56% di stasiun BTNP20. Pada stasiun BTNP19 dan BTNP20 persentase jumlah individu Acropora adalah 2% dan 12%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 11. Tabel 11. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Waonu, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP19 BTNP20 BTNP19 BTNP20 ACROPORA Acropora florida Acropora formosa Acropora sp Acropora yongei Total NON - ACROPORA Acanthastrea sp Astreopora gracilis Cyphastrea serailia Favia sp Favites pentagona Favites flexuosa Favites sp Fungia horrida Fungia repanda Galaxea fascicularis Leptoria phrygia Merulina ampliata Merulina scabricula Millepora sp Montipora informis Montipora undata Montipora venosa

43 Montipora verrucosa Pavona sp Platygyra lamellina Pocillopora damicornis Pocillopora verrucosa Porites cylindrica Porites lichen Porites lobata porites lutea Porites nigrescens Porites rus Seriatopora hystrix Stylophora pistillata Total Komponen lain DCA Rubble Sand Soft Coral Total Jumlah total DPL Desa Tongali Pengamatan dilakukan di Desa Tongali, Pulau Siompu. Panjang rataan terumbu sekitar 500 m ke arah laut. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP21 dan BTNP22). Pantai berpasir dengan vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 20 m. Substrat terdiri dari turf alga, pecahan karang dan sedikit pasir. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m. Karang batu yang ditemukan berupa kelompok-kelompok kecil dengan keragaman yang rendah. Karang batu umumnya dari jenis Montipora sp., Porites sp. dan Fungia sp. Pada bagian karang atau bongkahan mati mulai ditumbuhi oleh soft coral dan tunicate. Karang batu yang ditemukan pada lokasi ini tidak begitu banyak, sebaliknya pecahan karang cukup tinggi persentase jumlah individunya. Dari hasil PIT di kedua lokasi transek, diperoleh persentase jumlah individu karang batu sebesar 36% dan 22%. Persentase jumlah individu kategori bentik lainnya cukup tinggi di kedua lokasi yaitu antara 64% sampai 78%, yang didominasi oleh DCA dan pecahan karang mati. Hasil selengkapnya ditampilkan dalam Tabel

44 Tabel 12. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Tongali, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP21 BTNP22 BTNP21 BTNP22 ACROPORA Acropora formosa Acropora grandis Acropora sp Total NON - ACROPORA Ctenactis echinata Cyphastrea chalcidicum Echinopora lamellosa Fungia mollucensis Goniopora stokesi Heliofungia actniformis Hydnophora rigida Leptastrea purpurea Montipora incrassata Montipora informis Montipora monasteriata Plerogyra sinuosa Pocillopora verrucosa Porites lobata Porites lutea Porites nigrescen Stylopora pistillata Total Komponen lain 0 DCA Fleshy Seaweed Other Biota Rubble Sand Soft Coral Sponge Total Jumlah total

45 DPL Desa Wakinamboro Pengamatan dilakukan di Desa Wakinamboro, Kecamatan Siompu. Di lokasi ini dilakukan dua transek (BTNP23 dan BTNP24). Pantai berpasir putih cukup indah dan daratan berupa tebing berbatu. Panjang rataan terumbu sekitar 200 m ke arah laut. Saat pengamatan kondisi perairan cukup jernih dengan jarak pandang sekitar 14 m. Substrat terdiri dari pasir, turf algae dan pecahan karang. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil dengan keragaman yang rendah. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m. Karang batu yang ditemukan umumnya dari suku Faviidae seperti Favia sp., Favites sp., Symphylia sp. Kemudian diselingi dengan Porites lutea, Porites cylindrica. Namun karang Acropora tidak ditemukan di kedua stasiun pengamatan. Dari hasil PIT, pada 2 stasiun diperoleh persentase jumlah individu karang batu yaitu sebanyak 32% di stasiun BTNP21 dan 28% di stasiun BTNP22. Komponen bentik lainnya tercatat sebesar 68% sampai 72% yang mana DCA, pecahan karang dan pasir paling mendominasi dasar perairan Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 13. Tabel 13. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wakinamboro, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP23 BTNP24 BTNP23 BTNP24 NON - ACROPORA Cyphastrea chalcidicum Cyphastrea serailia Favia matthaii Favia speciosa Favia stelligera Favites sp Galaxea fascicularis Hynophora exesa Montastrea sp Montipora informis Montipora undata Platygyra daedalea Porites cylindrica Porites lobata Porites lutea Porites nigrescens Porites rus Total Komponen lain DCA

46 Rubble Sand Soft Coral Sponge Total Jumlah total DPL Desa Kancibungi Pengamatan dilakukan pada Desa Kancibungi, Kecamatan Mawasangka. Di lokasi ini hanya dilakukan satu transek (BTNP25). Pantai berpasir dengan vegetasi pohon kelapa dan tumbuhan pantai. Saat pengamatan kondisi jarak pandang sekitar 10 m. Panjang rataan terumbu berkisar 800 m ke arah laut. Substrat terdiri dari patahan karang dan karang mati yang ditumbuhi oleh alga. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 5 m Karang tumbuh berupa kelompok kecil dengan koloni yang kecil. Umumnya karang batu yang ditemukan adalah dari jenis Porites cylindrica, Hydnopora rigida dan Porites sp. Meskipun pada garis transek Acropora tidak ditemukan namun masih terlihat di sekitar tubir. Dari hasil PIT, persentase jumlah individu karang batu adalah 38% yang terdiri dari Acropora 0% dan Non-Acropora sebanyak 38%. Untuk kategori bentik lainnya sebesar 62% yang didominasi oleh DCA sebesar 26%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 14. Tabel 14. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Kancibungi, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP25 BTNP25 NON - ACROPORA Echinopora lamellosa 1 2 Favia speciosa 1 2 Fungia fungites 2 4 Leptastrea transversa 1 2 Merulina ampliata 1 2 Merulina scrabicula 2 4 Montipora sp 1 2 Pavona verrucosa 1 2 Porites cylindrica 4 8 Porites lobata 4 8 Porites lutea 1 2 Total Komponen lain DCA

47 Fleshy Seaweed 3 6 Other Biota 1 2 Rubble 6 12 Sand 1 2 Soft Coral 2 4 Sponge 5 10 Total Jumlah total DPL Desa Wakabangura Pengamatan dilakukan di Desa Wakabanguna, Kecamatan Mawasangka. Di lokasi ini juga hanya dilakukan satu transek (BTNP26). Pantai berpasir putih dengan vegetasi pohon kelapa. Terumbu merupakan patch reef dengan panjang rataan terumbu berkisar 1000 m. Dasar perairan terdiri dari pecahan karang dan pasir. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 6 m dengan kemiringan lereng sekitar 25 o. Pada saat pengamatan kondisi perairan cukup tenang dengan jarak pandang sekitar 14 m. Karang tumbuh berupa spot-spot kecil yang didominasi oleh jenis Porites Lobata dan Porites cylindrica. Karang Acropora juga masih ditemukan namun tidak banyak. Rendahnya karang batu pada lokasi ini mungkin disebabkan adanya kompetisi oleh karang lunak. Hamparan karang lunak dari jenis Xenia sp. terlihat di sepanjang garis transek hingga ke bawah atau tempat yang lebih dalam. Dari hasil PIT, diperoleh persentase jumlah individu karang batu yaitu sebanyak 28% yang terdiri dari Acropora sebesar 6% dan Non- Acropora sebesar 22%. Komponen bentik lainnya tercatat sebesar 72% yang mana DCA dan karang lunak dan spong yang lebih dominan. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Wakabungara, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP26 BTNP26 ACROPORA Acropora formosa 1 2 Acropora yongei 2 4 Total 3 6 NON - ACROPORA Echinopora lamellosa 1 2 Fungia horrida 2 4 Galaxea astreata 2 4 Millepora sp

48 P. lobata 2 4 Pocillopora damicornis 1 2 Porites sp. 2 4 Total Komponen lain DCA Rubble 4 8 Sand 4 8 Soft Coral Sponge 7 14 Total Jumlah total DPL Desa Gundugundu Pengamatan dilakukan pada Desa Gundugundu, Kecamatan Mawasangka. Di lokasi ini juga hanya dilakukan satu transek (BTNP27). Pantai berbatu dengan vegetasi tumbuhan pantai. Panjang rataan terumbu berkisar 500 m kearah laut. Lereng terumbu landai yaitu sekitar substrat terdiri dari pasir, patahan karang dan sebagian karang mati yang ditumbuhi oleh alga. Karang tumbuh berupa kelompok kecil dengan koloni yang kecil. Umumnya karang batu yang ditemukan adalah dari jenis Porites cylindrica, Porites nigrescens dan Porites lutea. Meskipun pada garis transek Acropora tidak ditemukan namun masih terlihat disekitar tubir. Dari hasil PIT, persentase jumlah individu karang batu adalah 38% yang terdiri dari Acropora 0% dan Non-Acropora sebanyak 38%. Untuk kategori bentik lainnya sebesar 62% yang didominasi oleh DCA sebesar 26%. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 16. Tabel 16. Jumlah dan persentase karang, biota bentik dan substrat di lokasi DPL Desa Gundugundu, Kabupaten Buton, Jenis Karang Batu Jumlah Individu % Jumlah Individu BTNP27 BTNP27 NON - ACROPORA Coeloseris mayeri 1 2 Cyphastrea chalcidicum 2 4 Fungia horrida 1 2 Fungia repanda 1 2 Fungia repanda 1 2 Fungia scutaria 1 2 Galaxea fascicularis 1 2 Hydnophora rigida 1 2 Merulina scrabicula 1 2 Millepora dichotoma

49 Montipora foliosa 1 2 Montipora sp. 1 2 Porites cylindrica 2 4 Porites nigrecens 3 6 Seriatopora hystrix 1 2 Total Komponen lain DCA 3 6 Rubble 9 18 Sand Soft Coral 3 6 Sponge 1 2 Total Jumlah total III.3. Hasil Pengamatan Megabentos Pengamatan biota megabentos dilakukan di lokasi transek yang sama dengan lokasi pengamatan karang. Panjang transek 25 meter dengan luas bidang pengamatan: 2 x 25 m = 50 m 2. Biota bentik yang dicatat ialah beberapa jenis dari kelompok megabentos yang bernilai ekonomis penting ataupun yang bisa dijadikan indikator dalam menilai kondisi kesehatan terumbu karang. Gambar 8. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan metode Reef Check di lokasi DPL, bagian timur Kabupaten Buton,

50 Gambar 9. Kelimpahan biota megabentos hasil studi baseline dengan metode Reef Check di lokasi DPL, bagian barat Kabupaten Buton, Sebaran megabentos di masing-masing stasiun DPL ditampilkan dalam Lampiran 3. Dari hasil Reef Check yang dilakukan di masing-masing lokasi transek dapat dilihat bahwa karang jamur (CMR) dan Diadema setosum, adalah biota megabentos yang dominan ditemukan pada setiap lokasi DPL. Biota CMR tertinggi ditemukan di stasiun BTNP11 yang terletak di Desa Tongali Kecamatan Siompu, sebesar 179 individu/transek, kemudian di stasiun BTNP3 (Desa Gundugundu) sebesar 163 individu/transek. Sedangkan yang terrendah dicatat di stasiun BTNP05 (Desa Kapoa Induk) sebesar 1 individu/transek, selanjutnya di stasiun BTNP12 (Desa Lampanairi) dan stasiun BTNP25 (Desa Sampoabalo) sama sekali tidak ditemukan. Untuk biota Diadema setosum, kelimpahan tertinggi dicatat di stasiun BTPN13 (Desa Lampanairi) sebanyak 41 individu/transek) dan di stasiun BTNP08 (Desa Wakinamboro) sebanyak 27 individu/transek. Hewan pemakan polip karang yaitu Acanthaster planci hanya ditemukan di stasiun BTNP 10 (Desa Tongali), dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu 2 individu/transek. Kondisi ini masih dalam batas normal atau bisa disebut tidak berpengaruh terhadap kerusakan karang. Biota Drupella sp. dicatat hanya ada di 7 stasiun dan yang paling tinggi kelimpahannya terdapat pada stasiun BTNP16 yang terletak di Desa Gerak makmur Kecamatan Sampolawa, sebanyak 17 38

51 individu/transek. Kelompok gastropoda ini dikenal sebagai pemakan polip karang. Umumnya jenis ini ditemukan melimpah pada karang yang baru mati, terutama karang Acropora yang berbentuk meja. Untuk kima yang memiliki nilai ekonomis penting dengan ukuran kecil small giant clam, hanya ditemukan pada 3 lokasi transek itupun dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan kima berukuran besar large giant clam hanya ditemukan pada satu lokasi juga dalam jumlah kecil. Teripang dengan ukuran kecil tidak ditemukan di semua lokasi, sedangkan yang berukuran besar ditemukan di 5 stasiun dengan kelimpahan masing-masing 1 individu/transek. Untuk lobster, ditemukan di 3 stasiun dengan jumlah tertinggi berada di stasiun BTNP 06 sebanyak 6 individu/transek. Biota lain dari kelompok moluska yaitu Trochus sp. ditemukan di 5 lokasi dengan kelimpahan yang rendah. Persentase jumlah individu megabentos pada masing-masing lokasi transek disajikan dalam Gambar 8 dan Gambar 9. Kelimpahan biota megabentos juga ditampilkan dalam bentuk tabel dalam Lampiran 3. III.4. Hasil Pengamatan Ikan Karang Pengamatan ikan karang dilakukan di lokasi transek yang sama dengan megabentos. Luas bidang pengamatan ikan karang pada masing-masing transek yaitu 2 x 2,5 x 25 m 2 = 125 m 2. Ikanikan yang disensus dikelompokkan kedalam kelompok ikan major, ikan target dan kelompok ikan indikator. Sebaran jenis ikan karang pada setiap stasiun ditampilkan pada Lampiran 4.Hasil pengamatan berupa perbandingan ikan mayor, ikan target dan ikan indikator ditampilkan dalam peta tematik pada Gambar 10 dan Gambar 11. Dari hasil sensus visual di setiap stasiun DPL, dicatat sebanyak 223 jenis mewakili individu dengan rincian: ikan major 130 jenis/9405 individu, ikan target 75 jenis/2178 individu dan ikan indikator 18 jenis/449 individu. Dari total individu ikan karang yang dicatat, stasiun BTNP10 yang terletak di Desa Tongali memiliki jumlah individu dan jumlah jenis ikan karang yang tertinggi, yaitu sebanyak 1272 individu dan 50 jenis. Pada stasiun ini kelompok ikan mayor memiliki jumlah individu yang sangat dominan, yaitu sebanyak 1053 individu (24 jenis). Sedangkan kelompok ikan target 159 individu (19 jenis) dan kelompok ikan indikator 60 jenis (7 jenis). Sedangkan yang terendah terdapat di stasiun BTNP01 (Desa Kancabungi), yaitu 174 individu dan 41 jenis. Kelompok ikan mayor juga yang dominan dibandingkan ikan target maupun ikan indikator. 39

52 Gambar 10. Perbandingan kelimpahan antara ikan mayor, ikan target dan ikan indikator hasil studi baseline dengan metode UVC di lokasi DPL, bagian timur Kabupaten Buton, Gambar 11. Perbandingan kelimpahan antara ikan mayor, ikan target dan ikan indikator hasil studi baseline dengan metode UVC di lokasi DPL, bagian barat Kabupaten Buton,

53 Kelompok ikan indikator merupakan kelompok ikan yang berperan sebagai indikator kesehatan suatu terumbu karang. Makin banyak jumlah jenis dan jumlah individu kelompok ikan ini, menunjukkan semakin baik kondisi suatu terumbu karang. Dari 18 jenis ikan indikator yang ditemukan, Chaetodon kleini dicatat memiliki jumlah individu yang tertinggi, yaitu sebanyak 176 individu. Jenis ini ditemukan hampir disemua stasiun transek yang diamati. Dimana dari 27 stasiun transek, jenis ini ditemukan hadir pada 24 stasiun. Kemudian diikuti oleh Heniochus varius (61 individu) yang ditemukan pada 16 stasiun transek. Untuk kelompok ikan major yang merupakan kelompok dengan jumlah jenis maupun jumlah individu terbanyak, Odonus niger dari suku Balistidae adalah jenis yang hadir dengan jumlah individu tertinggi, yaitu sebanyak 3628 individu. Jenis ini di temukan cukup melimpah pada stasiun BTNP27 (Desa Kumbewaha), yaitu sebanyak 800 individu. Tempat kedua diwakili oleh Pomacentrus moluccensis, jenis ini hadir dengan total individu sebanyak 536 individu dan Chromis ternatensis (345 individu). Sedangkan Chromis ternatensis (suku Pomacentridae), memiliki sebaran yang cukup merata. Dari 27 stasiun transek yang diamati, jenis ini ditemukan di 22 stasiun transek. Kehadiran ikan target di masing-masing stasiun transek permanen berkisar antara 3-19 jenis. Dengan jumlah jenis tertinggi dicatat pada stasiun BTNP10, yaitu sebanyak 19 jenis (159 individu). Sedangkan jumlah jenis terendah terdapat di stasiun BTNP3, BTNP4 dan BTNP18, masingmasing 3 jenis. Secara umum, jumlah individu ikan target didominasi oleh 3 jenis dari suku Caesionidae, yaitu Pterocasio teres (235 individu) diikuti Caesio pisang dan Pterocaesio tile, masing-masing 170 individu. Sebaran ketiga jenis ini tidak merata di semua lokasi transek, namun kelimpahannya di bebarapa lokasi mencapai nilai 100 individu atau lebih, seperti yang dicatat di stasiun BTNP21 (170 individu) untuk Pterocaesio tile dan di stasiun BTNP22 untuk Caesio cuning dan Pterocaesio teres masing-masing 100 individu dan 130 individu. Sedangkan jenis ikan target lainnya memilik sebaran yang tidak merata dengan jumlah individu di masing-masing lokasi transek berkisar antara 1-50 individu. Frekwensi relatif kehadiran ikan karang di lokasi transek dapat dilihat dalam Tabel

54 Tabel 17. Frekwensi Relatif kehadiran ikan karang, hasil studi baseline dengan metode UVC di lokasi DPL, Kabupaten Buton, No. Jenis Frekuensi relatif Kehadiran (%) Kategori 1 Chaetodon kleini Indikator 2 Chromis ternatensis Major 3 Thalassoma lunare Major 4 Odonus niger Major 5 Pomacentrus moluccensis Major 6 Zebrasoma scopas Major 7 Amblyglyphidodon curacao Major 8 Labroides dimidiatus Major 9 Chaetodon vagabundus Indikator 10 Heniochus varius Indikator Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa hasil pengamatan di dalam laporan ini diuraikan secara deskriptif dan tidak dilakukan analisa secara statistik, sehingga secara detail tidak dapat dibuat suatu kesimpulan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Tim Survei dari CRITC Jakarta, CRITC daerah dan Peneliti dan Teknisi yang terlibat dalam kegiatan lapangan. 42

55 DAFTAR PUSTAKA Cox, G.W., Laboratory manual of General Ecology. M.W.C. Brown Company, Minneapolis, Minnesota. CRITC-COREMAP, Baseline Studi Ekologi Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara hal. 56 English, S.; C. Wilkinson and V. Baker, Survey Manual for Tropical Marine Resources. Second edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville: 390 p. Heemstra, P.C and J.E. Randall, FAO Species Catalogue. Vol. 16. Grouper of the World (Family Serranidae, Sub Family Epinephelidae). Kuiter, R.H., Tropical Reef-Fishes of the Western Pacific, Indonesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia. Lieske E. and R. Myers, Reef Fishes of the World. Periplus Edition, Singapore. 400p. Long, B.G.; G. Andrew; Y.G. Wang and Suharsono, Sampling accuracy of reef resource inventory technique. Coral Reefs: Lembaga Napoleon, Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Kawasan Silika (Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua): 40 h. Matsuda, A.K.; C. Amoka; T. Uyeno and T. Yoshiro, The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai University Press. Randall, J.E and P.C. Heemstra, Indo-Pacific Fishes. Revision of Indo-Pacific Grouper (Perciformes: Serranidae: Epinepheliae), With Description of Five New Species. 43

56 LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi DPL di Kabupaten Buton, Stasiun LONG LAT Nama DPL BTNP Kancibungi & Wakabanguna BTNP Kancibungi & Wakabanguna BTNP Gundu-dundu BTNP Kapoa Induk BTNP Kapoa Induk BTNP Waonu BTNP Waonu BTNP Wakinamboro BTNP Wakinamboro BTNP Tongali BTNP Tongali BTNP Lampanairi BTNP Lampanairi BTNP Tira BTNP Tira BTNP Gerak Makmur BTNP Gerak Makmur BTNP Wasuemba BTNP Wasuemba BTNP Wabula & Wasampela BTNP Wabula & Wasampela BTNP Koholimombono BTNP Koholimombono BTNP Sampoabalo BTNP Sampoabalo BTNP Kumbewaha BTNP Kumbewaha 44

57 Lampiran 2. Sebaran jenis karang batu di lokasi DPL, Kabupaten Buton, NO. SUKU / JENIS I ACROPORIDAE 1 Acropora acuminata Acropora formosa Acropora grandis Acropora hyacinthus Acropora pulchra Acropora sarmentosa Acropora sp Acropora yongei Astreopora gracilis Montipora foliosa Montipora grisea Montipora incrassata Montipora informis Montipora monasteriata Montipora sp Montipora turgecens

58 17 Montipora undata Montipora venosa Montipora verrucosa II AGARICIIDAE 20 Coeloseris mayeri Pavona sp Pavona verrucosa III DENDROPHYLLIIDAE 23 Plerogyra sinuosa IV FAVIIDAE 24 Cyphastrea chalcidicum Cyphastrea serailia Echinopora lamellosa Favia matthaii Favia sp Favia speciosa Favia stelligera

59 31 Favites flexuosa Favites pentagona Favites sp Leptastrea pruinosa Leptastrea transversa Leptoria phrygia Montastrea sp Platygyra daedalea Platygyra lamellina V FUNGIIDAE 40 Ctenactis echinata Fungia fungites Fungia horrida Fungia mollucensis Fungia repanda Fungia scutaria Heliofungia actniformis Sandalolitha robusta

60 VI MERULINIDAE 48 Hydnophora exesa Hydnophora rigida Merulina ampliata Merulina scabricula VII MILLEPORIDAE 52 Millepora dichotoma Millepora sp VIII MUSSIDAE 54 Acanthastrea sp IX OCULINIDAE 55 Galaxea astreata Galaxea fascicularis X POCILLOPORIDAE 57 Pocillopora damicornis Pocillopora verrucosa

61 59 Seriatopora hystrix Stylopora pistillata XI PORITIDAE 61 Goniopora stokesi Porites cylindrica Porites lichen Porites lobata Porites lutea Porites nigrecens Porites rus Porites sp Jumlah Jenis Keterangan : + = ditemukan; - = tidak ditemukan BTPN 1-2 : Kancibungi & Wakabanguna BTPN 8-9 : Wakinamboro BTPN 3 : Gundu-gundu BTPN : Tongali BTPN 4-5 : Kapoa Induk BTPN : Lampanairi BTPN 6-7 : Waonu 50

62 Lanjutan lampiran 2. NO. SUKU / JENIS I ACROPORIDAE 1 Acropora cerealis Acropora cytherea Acropora divaricata Acropora florida Acropora formosa Acropora millepora Acropora nobilis Acropora palifera Acropora prostrata Acropora pulchra Acropora sarmentosa Acropora sp Acropora valenciennesi Astreopora gracilis Montipora digitata Montipora grisea

63 17 Montipora incrassata Montipora informis Montipora millepora Montipora monasteriata Montipora sp Montipora spumosa Montipora undata Montipora venosa Montipora verrucosa II AGARICIIDAE 26 Pachyseris rugosa Pachyseris speciosa Pavona varians III FAVIIDAE 29 Cyphastrea chalcidicum Cyphastrea serailia Diploastrea heliopora Echinopora lamellosa

64 33 Favia favus Favia hattaii Favia matthaii Favia pallida Favia rotundata Favia sp Favia speciosa Favia stelligera Favites flexuosa Favites halicora Favites sp Goniastrea edwardsi Goniastrea retiformis Goniastrea sp Leptastrea pruinosa Leptastrea purpurea Leptastrea transversa Leptoria phrygia Platygyra daedalea Platygyra lamellina

65 53 Plesiastrea versipora IV FUNGIIDAE 54 Ctenactis echinata Fungia fungites Fungia horrida Herpolitha limax V HELIOPORIDAE 58 Heliopora coerulea VI MERULINIDAE 59 Hydnophora exesa Hydnophora rigida VII MILLEPORIDAE 61 Millepora exesa Millepora tenella

66 VIII MUSSIDAE 63 Lobophyllia corymbosa Lobophyllia hattaii Lobophyllia hemprichii Symphyllia agaricia Symphyllia radians Symphyllia recta IX OCULINIDAE 69 Galaxea fascicularis X PECTINIDAE 70 Oxypora lacera Pectinia lactuca XI POCILLOPORIDAE 72 Pocillopora verrucosa Seriatopora hystrix Stylopora pistillata

67 XII PORITIDAE 75 Goniopora lobata Porites cylindrica Porites lichen Porites lobata Porites lutea Porites nigrecens Porites rus Porites sp XIII SIDERASTREIDAE 83 Psammocora contigua XIV TUBIPORIDAE 84 Tubipora sp Keterangan : + = ditemukan; - = tidak ditemukan BTPN : Tira BTPN : Koholimombono BTPN : Gerak Makmur BTPN : Sampoabalo BTPN : Wasuemba BTPN : Kumbewaha BTPN : Wabula & Wasampela 56

68 Lampiran 3. Kelimpahan biota megabentos di lokasi DPL, Kabupaten Buton, Megabentos BTNP Tot. % Tot Indv. Indv. Acanthaster planci ,21 Coral Mushroom (CMR) ,20 Diadema setosum ,67 Drupella sp ,21 Large Giant Clam ,11 Small Giant Clam ,21 Large Holothurian ,11 Small Holothurian ,00 Lobsters ,75 Pencil Sea Urchin ,00 Trochus sp ,32 Banded Coral Shrimp ,21 Jumlah Individu ,00 Jumlah Jenis

69 Lanjutan Lampiran 3. Megabentos Tot. % Tot Indv. Indv. Acanthaster planci ,00 Coral Mushroom (CMR) ,39 Diadema setosum ,59 Drupella sp ,41 Large Giant Clam ,00 Small Giant Clam ,87 Large Holothurian ,87 Small Holothurian ,00 Lobsters ,22 Pencil Sea Urchin ,00 Trochus sp ,65 Banded Coral Shrimp ,00 Jumlah Individu ,00 Jumlah Jenis

70 Lampiran 4. Sebaran jenis ikan karang di lokasi DPL, Kabupaten Buton, NO. SUKU / JENIS Kategori I ACANTHURIDAE 1 Acanthurus grammoptilus Target 2 Acanthurus lineatus Target 3 Acanthurus olivaceus Target 4 Acanthurus pyroferus Target 5 Acanthurus sp Target 6 Ctenochaetus sp Target 7 Ctenochaetus striatus Target 8 Naso lituratus Target 9 Naso sp Target 10 Naso thynnoides Target 11 Zebrasoma scopas Major II APOGONTIDAE 12 Apogon aureus Major 13 Apogon compressus Major 14 Apogon quinquelineatus Major 15 Apogon sp Major 59

71 III AULOSTOMIDAE 16 Aulostomus chinensis Major IV BALISTIDAE 17 Balistapus undulatus Major 18 Balistoides conspicillum Major 19 Balistoides sp Major 20 Melichthys vidua Major 21 Odonus niger Major 22 Rhinecanthus aculeatus Major 23 Rhinecanthus verrucosus Major 24 Suflamen sp Major V BLENIIDAE 25 Cirripectes sp Major VI CAESIONIDAE 26 Caesio pisang Target 27 Caesio sp Target 28 Caesio teres Target 29 Caesio tile Target 30 Pterocaesio lunaris Target 60

72 31 Pterocaesio marri Target 32 Pterocaesio pisang Target 33 Pterocaesio teres Target VII CHAETODONTIDAE 34 Chaetodon baronessa Indicator 35 Chaetodon kleini Indicator 36 Chaetodon lineolatus Indicator 37 Chaetodon lunula Indicator 38 Chaetodon ocellicaudus Indicator 39 Chaetodon punctatofasciatus Indicator 40 Chaetodon rafflesii Indicator 41 Chaetodon sp Indicator 42 Chaetodon trifascialis Indicator 43 Chaetodon trifasciatus Indicator 44 Chaetodon vagabundus Indicator 45 Forcipiger flavissimus Indicator 46 Forcipiger longirostris Indicator 47 Heniochus varius Indicator VIII CIRRHITIDAE 48 Paracirrhites forsteri Major 61

73 IX EPHIPPIDAE 49 Platax orbicularis Target 50 Platax teira Target X GOBIIDAE 51 Gobiid Major XI HAEMULIDAE 52 Plectorhinchus orientalis Target XII HARPODONTIDAE 53 Saurida gracilis Major XIII LABRIDAE 54 Bodianus mesothorax Major 55 Cheilinus chlorurus Target 56 Cheilinus fasciatus Target 57 Cheilinus trilobatus Target 58 Cheilio inermis Major 59 Choerodon anchorago Major 60 Cirrhilabrus cyanopleura Major 61 Coris gaimard Major 62

74 62 Diproctacanthus xanthurus Major 63 Gomphosus varius Major 64 Halichoeres argus Major 65 Halichoeres hortulanus Major 66 Halichoeres leucurus Major 67 Halichoeres marginatus Major 68 Halichoeres melanurus Major 69 Halichoeres prosopeion Major 70 Halichoeres scapularis Major 71 Hemigymnus melapterus Target 72 Hologymnosus doliatus Major 73 Labroides bicolor Major 74 Labroides dimidiatus Major 75 Novaculichthys taeniurus Major 76 Stethojulis bandanensis Major 77 Thalassoma hardwickei Major 78 Thalassoma janseni Major 79 Thalassoma lunare Major XIV LETHRINIDAE 80 Lethrinus harak Target 81 Monotaxis grandoculis Target 63

75 XV LUTJANIDAE 82 Lutjanus biguttatus Target 83 Lutjanus bohar Target 84 Lutjanus decussatus Target 85 Lutjanus fulviflamma Target 86 Lutjanus fulvus Target 87 Lutjanus sp Target 88 Macolor macularis Target XVI MONACANTHIDAE 89 Aluterus sp Major 90 Paraluteres prionurus Major XVII MULLIDAE 91 Mulloidichthys vanicolensis Target 92 Parupeneus barberinoides Target 93 Parupeneus barberinus Target 94 Parupeneus bifasciatus Target 95 Parupeneus hexophthalma Target 96 Parupeneus multifasciatus Target 97 Parupeneus sp Target 98 Upeneus vittatus Target 64

76 XVIII NEMIPTERIDAE 99 Pentapodus caninus Target XIX PEMPHERIDAE 100 Pempheris sp Major XX POMACANTHIDAE 101 Centropyge bicolor Major 102 Centropyge sp Major 103 Centropyge tibicen Major 104 Centropyge vroliki Major XXI POMACENTRIDAE 105 Abudefduf sexfasciatus Major 106 Abudefduf sp Major 107 Abudefduf vaigiensis Major 108 Amblyglyphidodon aureus Major 109 Amblyglyphidodon curacao Major 110 Amblyglyphidodon leucogaster Major 111 Amphiprion clarkii Major 112 Amphiprion frenatus Major 113 Amphiprion ocellaris Major 65

77 114 Chromis iomelas Major 115 Chromis lineata Major 116 Chromis retrofasciata Major 117 Chromis sp Major 118 Chromis ternatensis Major 119 Chromis viridis Major 120 Chromis weberi Major 121 Chrysiptera cyanea Major 122 Chrysiptera hemicyanea Major 123 Chrysiptera retrofasciata Major 124 Chrysiptera rex Major 125 Chrysiptera rollandi Major 126 Chrysiptera sp Major 127 Chrysiptera talboti Major 128 Dascyllus aruanus Major 129 Dascyllus reticulatus Major 130 Dascyllus trimaculatus Major 131 Dischistodus fasciatus Major 132 Dischistodus perspicillatus Major 133 Neoglyphidodon nigroris Major 134 Neopomacentrus azysron Major 135 Paraglyphidodon melas Major 66

78 136 Plectroglyphidodon lacrymatus Major 137 Pomacentrus alexanderae Major 138 Pomacentrus bankanensis Major 139 Pomacentrus branchialis Major 140 Pomacentrus lepidogenys Major 141 Pomacentrus moluccensis Major XXII PSEUDOCHROMIDAE 142 Labracinus cyclophthalmus Major XXIII SCARIDAE 143 Scarus dimidiatus Major 144 Scarus ghoban Major 145 Scarus globiceps Major 146 Scarus niger Major 147 Scarus oviceps Major 148 Scarus prasiognathus Major 149 Scarus schlegeli Major 150 Scarus sordidus Major 151 Scarus sp Major 67

79 XXIV SCOLOPSIDAE 152 Scolopsis bilineatus Target 153 Scolopsis ciliatus Target 154 Scolopsis margaritifer Target 155 Scolopsis trilineatus Target XXV SERRANIDAE 156 Anthias hutchi Major 157 Anthias sp Major 158 Cephalopholis boenak Target 159 Cephalopholis urodeta Target 160 Epinephelus fasciatus Target 161 Epinephelus merra Target 162 Epinephelus sp Target 163 Pseudanthias hutchi Major XXVI SIGANIDAE 164 Siganus argenteus Target 165 Siganus corallinus Target 166 Siganus doliatus Target 167 Siganus virgatus Target 168 Siganus vulpinus Target 68

80 XXVII SPHYRAENIDAE 169 Sphyraena jelo Target XXVIII SYNODONTIDAE 170 Synodus dematogenys Major XXIX TETRAODONTIDAE 171 Arothron nigropunctatus Major 172 Canthigaster sp Major XXX ZANCLIDAE 173 Zanclus cornutus Major Jumlah jenis Keterangan : + = ditemukan; - = tidak ditemukan BTPN 1-2 : Kancibungi & Wakabanguna BTPN 8-9 : Wakinamboro BTPN 3 : Gundu-gundu BTPN : Tongali BTPN 4-5 : Kapoa Induk BTPN : Lampanairi BTPN 6-7 : Waonu 69

81 Lanjutan lampiran 4. NO. SUKU / JENIS Kategori I ACANTHURIDAE 1 Acanthurus grammoptilus Target 2 Acanthurus lineatus Target 3 Acanthurus nigricans Target 4 Acanthurus pyroferus Target 5 Acanthurus sp Target 6 Ctenochaetus sp Target 7 Ctenochaetus striatus Target 8 Naso lituratus Target 9 Naso sp Target 10 Naso thynnoides Target 11 Zebrasoma scopas Major II APOGONTIDAE 12 Apogon aureus Major 13 Apogon macrodon Major 14 Apogon sp Major III AULOSTOMIDAE 15 Aulostomus chinensis Major 70

82 IV BALISTIDAE 16 Balistapus undulatus Major 17 Balistoides conspicillum Major 18 Balistoides sp Major 19 Melichthys niger Major 20 Melichthys vidua Major 21 Odonus niger Major V CAESIONIDAE 22 Caesio cuning Target 23 Caesio pisang Target 24 Caesio teres Target 25 Caesio tile Target 26 Pterocaesio marri Target 27 Pterocaesio teres Target VI CENTRISCIDAE 28 Aeoliscus strigatus Major VII CHAETODONTIDAE 29 Chaetodon baronessa Indicator 30 Chaetodon kleini Indicator 31 Chaetodon lineolatus Indicator 71

83 32 Chaetodon lunula Indicator 33 Chaetodon martensii Indicator 34 Chaetodon meyeri Indicator 35 Chaetodon octofasciatus Indicator 36 Chaetodon punctatofasciatus Indicator 37 Chaetodon rafflesii Indicator 38 Chaetodon sp Indicator 39 Chaetodon trifascialis Indicator 40 Chaetodon trifasciatus Indicator 41 Chaetodon vagabundus Indicator 42 Forcipiger flavissimus Indicator 43 Forcipiger longirostris Indicator 44 Hemitaurichthys polylepis Indicator 45 Heniochus varius Indicator VIII EPHIPPIDAE 46 Platax teira Target IX GOBIIDAE 47 Gobiid Major X HAEMULIDAE 48 Plectorhinchus chaetodonoides Target 72

84 49 Plectorhinchus lineatus Target 50 Plectorhinchus orientalis Target 51 Plectorhinchus unicolor Target XI HARPODONTIDAE 52 Saurida gracilis Major XII HOLOCENTRIDAE 53 Myripristis kuntee Major 54 Myripristis rubrum Major 55 Neoniphon sammara Major 56 Sargocentron sp Target XIII LABRIDAE 57 Anampses caeruleopunctatus Major 58 Anampses meleagrides Major 59 Bodianus mesothorax Major 60 Cheilinus chlorurus Target 61 Cheilinus fasciatus Target 62 Cheilinus trilobatus Target 63 Cheilinus undulatus Target 64 Cheilio inermis Major 65 Choerodon anchorago Major 73

85 66 Cirrhilabrus cyanopleura Major 67 Cirrhilabrus solorensis Major 68 Gomphosus varius Major 69 Halichoeres argus Major 70 Halichoeres hortulanus Major 71 Halichoeres leucurus Major 72 Halichoeres marginatus Major 73 Halichoeres melanurus Major 74 Halichoeres miniatus Major 75 Halichoeres scapularis Major 76 Hemigymnus fasciatus Target 77 Hemigymnus melapterus Target 78 Labroides dimidiatus Major 79 Labroides sp Major 80 Novaculichthys taeniurus Major 81 Thalassoma hardwickei Major 82 Thalassoma janseni Major 83 Thalassoma lunare Major XIV LETHRINIDAE 84 Lethrinus harak Target 85 Monotaxis grandoculis Target 86 Monotaxis sp Target 74

86 XV LUTJANIDAE 87 Lutjanus decussatus Target 88 Lutjanus fulviflamma Target 89 Lutjanus fulvus Target 90 Lutjanus gibbus Target 91 Lutjanus sp Target 92 Macolor macularis Target XVI MONACANTHIDAE 93 Paraluteres prionurus Major XVII MULLIDAE 94 Parupeneus barberinus Target 95 Parupeneus multifasciatus Target XVIII OSTRACIIDAE 96 Ostracion sp Major XIX POMACANTHIDAE 97 Centropyge bicolor Major 98 Centropyge sp Major 99 Centropyge tibicen Major 100 Centropyge vroliki Major 75

87 101 Pygoplites diacanthus Major XX POMACENTRIDAE 102 Abudefduf bengalensis Major 103 Abudefduf saxatilis Major 104 Abudefduf sexfasciatus Major 105 Abudefduf sp Major 106 Abudefduf vaigiensis Major 107 Amblyglyphidodon aureus Major 108 Amblyglyphidodon curacao Major 109 Amblyglyphidodon leucogaster Major 110 Amphiprion clarkii Major 111 Amphiprion frenatus Major 112 Amphiprion melanopus Major 113 Amphiprion ocellaris Major 114 Chromis iomelas Major 115 Chromis retrofasciata Major 116 Chromis sp Major 117 Chromis ternatensis Major 118 Chromis viridis Major 119 Chromis weberi Major 120 Chromis xanthura Major 121 Chrysiptera cyanea Major 76

88 122 Chrysiptera retrofasciata Major 123 Chrysiptera rollandi Major 124 Chrysiptera talboti Major 125 Dascyllus aruanus Major 126 Dascyllus reticulatus Major 127 Dascyllus trimaculatus Major 128 Neoglyphidodon nigroris Major 129 Paraglyphidodon melas Major 130 Plectroglyphidodon dicki Major 131 Plectroglyphidodon lacrymatus Major 132 Pomacanthus navarchus Major 133 Pomacentrus alexanderae Major 134 Pomacentrus bankanensis Major 135 Pomacentrus branchialis Major 136 Pomacentrus lepidogenys Major 137 Pomacentrus moluccensis Major 138 Pomacentrus sp Major 139 Stegastes sp Major XXI PRIACANTHIDAE 140 Priacanthus hamrur Major 141 Priacanthus sp Major 77

89 XXII PSEUDOCHROMIDAE 142 Labracinus cyclophthalmus Major 143 Labrichthys unilineatus Major XXIII SCARIDAE 144 Chlorurus bleekeri Target 145 Scarus frenatus Major 146 Scarus ghoban Major 147 Scarus oviceps Major 148 Scarus rivulatus Major 149 Scarus sordidus Major 150 Scarus sp Major XXIV SCOLOPSIDAE 151 Scolopsis bilineatus Target 152 Scolopsis ciliatus Target 153 Scolopsis margaritifer Target 154 Scolopsis trilineatus Target XXV SERRANIDAE 155 Anthias hutchi Major 156 Anthias sp Major 157 Cephalopholis argus Target 78

90 158 Cephalopholis boenak Target 159 Cephalopholis urodeta Target 160 Epinephelus fasciatus Target 161 Epinephelus merra Target 162 Epinephelus sp Target 163 Epinephelus urodeta Target 164 Pseudanthias hutchi Major XXVI SIGANIDAE 165 Siganus argenteus Target 166 Siganus canaliculatus Target 167 Siganus doliatus Target 168 Siganus fuscesens Target 169 Siganus sp Target 170 Siganus virgatus Target 171 Siganus vulpinus Target XXVII SYNODONTIDAE 172 Synodon sp Major XXVIII TETRAODONTIDAE 173 Canthigaster solandri Major 174 Tetraodontidae Major 79

91 XXIX ZANCLIDAE 175 Zanclus cornutus Major Jumlah jenis Keterangan : + = ditemukan; - = tidak ditemukan BTPN : Tira BTPN : Koholimombono BTPN : Gerak Makmur BTPN : Sampoabalo BTPN : Wasuemba BTPN : Kumbewaha BTPN : Wabula & Wasampela 80

92 81

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KOTA BATAM (PULAU ABANG) TAHUN 2010 Koordinator Penelitian : Anna E.W. Manuputty Disusun oleh :

Lebih terperinci

Sampul Depan. Desain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan. Desain Cover : Siti Balkis Sampul Depan Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN SELAYAR TAHUN 2010 Koordinatoor Tim Penelitian Anna E.W. Manuputty Disusun oleh : Hendrik A.W. Cappenberg Jemmy Souhoka

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG (P. WAIGEO SELATAN) KABUPATEN RAJAAMPAT Tahun 2009 Koordinator Tim Penelitian Anna E.W.

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN BUTON TAHUN 2009 Koordinator Penelitian : Anna Manuputty Disusun oleh : Hendrick

Lebih terperinci

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH (Hajoran) TAHUN Koordinator Penelitian : Anna Manuputty Disusun oleh :

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN BIAK TAHUN 2007 DISUSUN OLEH : TIM CRITC COREMAP II-LIPI TIM MONITORING KESEHATAN

Lebih terperinci

Sampul Depan Disain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan Disain Cover : Siti Balkis Sampul Depan Disain Cover : Siti Balkis MONITORING TERUMBU KARANG KABUPATEN MENTAWAI (SAMUKOP, BOSUA DAN SIKAKAP) TAHUN 2011 Koordinator Tim Penelitian Anna E.W. Manuputty Disusun oleh: Suyarso Hendrik

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis MONITORING Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG (P. BATANGPELE) KABUPATEN RAJAAMPAT Tahun 2009 Koordinator penelitian Anna

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini diawali dengan persiapan yang mencakup penentuan aspek yang akan diteliti. Kegiatan ini dilakukan melalui penelusuran berbagai informasi yang terkait

Lebih terperinci

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KOTA BATAM TAHUN 2008 Koordinator Penelitian : ANNA MANUPUTTY Disusun oleh : GIYANTO JOHAN PICASOUW

Lebih terperinci

Monitoring kesehatan terumbu karang Sikka. Keterangan sampul depan : Desain cover : Siti Balkis

Monitoring kesehatan terumbu karang Sikka. Keterangan sampul depan : Desain cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan : Desain cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN SIKKA TAHUN 2010 Koordinator Tim Penelitian : Anna Manuputty Disusun oleh : Anna Manuputty Djuwariah RINGKASAN

Lebih terperinci

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN NATUNA (BUNGURAN BARAT) TAHUN 2010 Koordinator Tim Penelitian Anna Manuputty Disusun Oleh:

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN NIAS (LAHEWA DAN TUHAEMBERUA) TAHUN 2010 Koordinator Tim Penelitian : Anna

Lebih terperinci

KABUPATEN BUTON - SULAWESI TENGGARA CRITC COREMAP LIPI

KABUPATEN BUTON - SULAWESI TENGGARA CRITC COREMAP LIPI STUDI BASELINE EKOLOGI 2006 KABUPATEN BUTON - SULAWESI TENGGARA CRITC COREMAP LIPI 1 STUDY BASELINE EKOLOGI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA TAHUN 2006 DISUSUN OLEH: NURUL DHEWANI SASANTI R.SUHARTI IMAN

Lebih terperinci

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis STUDI BASELINE TERUMBU KARANG DI LOKASI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT KABUPATEN PANGKEP TAHUN 2008 Koordinator Tim Penelitian ANNA E.W. MANUPUTTY

Lebih terperinci

Sampul Depan Sumber Foto : Anna E.W. Manuputty Desain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan Sumber Foto : Anna E.W. Manuputty Desain Cover : Siti Balkis Sampul Depan Sumber Foto : Anna E.W. Manuputty Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KOTA BATAM, PULAU KARAS TAHUN 2010 Koordinator Penelitian : Anna Manuputty Disusun oleh : Rikoh

Lebih terperinci

Reef Health Monitoring 2009 (Sikka)

Reef Health Monitoring 2009 (Sikka) i Keterangan sampul depan : Sumber foto : Agus Budiyanto Desain cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN SIKKA TAHUN 2009 Koordinator Tim Penelitian : Anna Manuputty Disusun oleh

Lebih terperinci

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Bdiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Bdiyanto Desain Cover : Siti Balkis Sampul Depan Sumber Foto : Agus Bdiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN BINTAN (BINTAN TIMUR DAN NUMBING) TAHUN 2008 Koordinator Tim Penelitian ANNA MANUPUTTY

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN NIAS SELATAN TAHUN 2007 DISUSUN OLEH : TIM CRITC COREMAP II - LIPI TIM STUDI MONITORING

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG Oleh : Amrullah Saleh, S.Si I. PENDAHULUAN Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI (2006) KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN (PANGKEP) Disusun oleh COREMAP-LIPI Jakarta

STUDI BASELINE EKOLOGI (2006) KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN (PANGKEP) Disusun oleh COREMAP-LIPI Jakarta STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN (PANGKEP) (2006) Disusun oleh COREMAP-LIPI Jakarta STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN (PANGKEP) TAHUN 2006 DISUSUN OLEH : ANNA E.W.

Lebih terperinci

Sampul Depan : Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Sampul Depan : Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Sampul Depan : Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN NIAS (PULAU-PULAU HINAKO) TAHUN 2008 Koordinator penelitian : ANNA MANUPUTTY Disusun

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN SELAYAR TAHUN 2007 DISUSUN OLEH : TIM CRITC COREMAP II-LIPI TIM MONITORING

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II - LIPI TIM STUDI MONITORING

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KOTAMADYA BATAM TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II - LIPI TIM STUDI MONITORING EKOLOGI

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI

STUDI BASELINE EKOLOGI STUDI BASELINE EKOLOGI PERAIRAN MAUMERE KAB. SIKKA (2006) Disusun oleh COREMAP-LIPI Jakarta STUDI BASELINE EKOLOGI PERAIRAN MAUMERE KAB. SIKKA TAHUN 2006 DISUSUN OLEH : ANNA E.W. MANUPUTTY WINARDI FREDY

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2009 Koordinator Tim Penelitian Anna E.W. Manuputty Disusun

Lebih terperinci

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN Evaluasi Reef Check Yang Dilakukan Unit Selam Universitas Gadjah Mada 2002-2003 BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 1 BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Keanekaragaman tipe ekosistem yang ada dalam kawasan Taman

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN LINGGA TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II LIPI TIM STUDI MONITORING EKOLOGI

Lebih terperinci

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. * METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. * Survei kondisi terumbu karang dapat dilakukan dengan berbagai metode tergantung pada tujuan survei, waktu yang tersedia, tingkat keahlian

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN MENTAWAI TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II - LIPI TIM STUDI MONITORING

Lebih terperinci

STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA (STUDI KASUS PERAIRAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU)

STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA (STUDI KASUS PERAIRAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU) STUDI KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DAN STRATEGI PENGELOLAANNYA (STUDI KASUS PERAIRAN TELUK BAKAU KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU) Oleh Chandra Joe Koenawan, Soeharmoko, Dony Apdillah dan Khodijah

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan. Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan. Desain Cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2010 Koordinator Tim Penelitian Anna E.W. Manuputty Disusun oleh: Hendrik A.W. Cappenberg

Lebih terperinci

VI. KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG FISIK KAWASAN WISATA BAHARI

VI. KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG FISIK KAWASAN WISATA BAHARI VI. KESESUAIAN LAHAN DAN DAYA DUKUNG FISIK KAWASAN WISATA BAHARI 6.1. Kesesuaian Lahan Pulau Pari untuk Pariwisata Bahari Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis STUDI BASELINE EKOLOGI PULAU KARAS, BATAM TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II - LIPI TIM STUDI BASELINE EKOLOGI BATAM

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau. Lokasi ini sengaja dipilih dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Panduan Metode Point Intercept Pransect (PIT)

Panduan Metode Point Intercept Pransect (PIT) Panduan Metode Point Intercept Pransect (PIT) Panduan Metode Point Intercept Pransect (PIT) PANDUAN METODE POINT INTERCEPT TRANSECT (PIT) untuk MASYARAKAT Studi baseline dan monitoring Kesehatan Karang

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI

STUDI BASELINE EKOLOGI Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN SELAYAR (2006) STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN SELAYAR (2006)

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN MENTAWAI TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II - LIPI TIM STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian dilaksanakan di wilayah perairan Pulau Bira Besar TNKpS. Pulau Bira Besar terbagi menjadi 2 Zona, yaitu Zona Inti III pada bagian utara dan Zona

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN WAKATOBI TAHUN 2007 DISUSUN OLEH : TIM CRITC COREMAP II-LIPI TIM MONITORING

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis STUDI BASELINE EKOLOGI PULAU BINTAN KABUPATEN KEPULAUAN RIAU TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II - LIPI TIM STUDI BASELINE

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, yang berlangsung selama 9 bulan, dimulai

Lebih terperinci

Parameter Fisik Kimia Perairan

Parameter Fisik Kimia Perairan Parameter Fisik Kimia Perairan Parameter Alat Kondisi Optimum Karang Literatur Kecerahan Secchi disk

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN NIAS TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II LIPI TIM STUDI MONITORING EKOLOGI

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI

STUDI BASELINE EKOLOGI Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN RAJA AMPAT (2006) STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN RAJA AMPAT

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 29 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Pasi, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW

PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW PENUNTUN PELAKSANAAN MONITORING TERUMBU KARANG DENGAN METODE MANTA TOW PENDAHULUAN Metoda Manta Tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat di belakang perahu kecil bermesin

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN NATUNA

STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN NATUNA Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN NATUNA (2004) STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN NATUNA (2004) Disusun

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG PULAU MAPUR KABUPATEN BINTAN TAHUN 2007 DISUSUN OLEH: TIM CRITC COREMAP II-LIPI TIM STUDI MONITORING

Lebih terperinci

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Disain cover : Siti Balkis

Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Disain cover : Siti Balkis Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Disain cover : Siti Balkis : SITI BALKIS MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN LINGGA TAHUN 2010 Koordinator Tim Penelitian Anna Manuputty Disusun oleh

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis STUDI BASELINE EKOLOGI LOKASI NATUNA TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II LIPI TIM STUDI BASELINE EKOLOGI NATUNA KOORDINATOR

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENELITIAN LOKAL COREMAP II KABUPATEN BUTON TAHUN 2007

IMPLEMENTASI PENELITIAN LOKAL COREMAP II KABUPATEN BUTON TAHUN 2007 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN IMPLEMENTASI PENELITIAN LOKAL COREMAP II KABUPATEN BUTON TAHUN 2007 A. Pendahuluan Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan produktivitas hayati yang tinggi dan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem laut dangkal yang terbentuk dari endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat (CaCO 3 ) yang dihasilkan terutama

Lebih terperinci

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN KESEHATAN EKOSISTEM TERKAIT DI KABUPATEN BINTAN, 2014

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN KESEHATAN EKOSISTEM TERKAIT DI KABUPATEN BINTAN, 2014 MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN KESEHATAN EKOSISTEM TERKAIT DI KABUPATEN BINTAN, 2014 Disusun oleh : Suharsono Susetiono Anna E.W. Manuputty Hendrik A.W. Cappenberg Suyarso Agus Budiyanto Johan

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (2): ISSN:

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (2): ISSN: Full Paper KONDISI TERUMBU KARANG DAN BIOTA LAINNYA DI PERAIRAN KECAMATAN SELAT NASIK KABUPATEN BELITUNG TAHUN 2007-2008 150 CORAL REEF CONDITION AND OTHERS ORGANISMS IN SELAT NASIK SUB DISTRICT WATERS

Lebih terperinci

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN KESEHATAN EKOSISTEM TERKAIT DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN KESEHATAN EKOSISTEM TERKAIT DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN KESEHATAN EKOSISTEM TERKAIT DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Disusun oleh: Rikoh M. Siringoringo Rizkie Satria Muhammad Abrar Bambang Hermanto Kunto Wibowo Ucu Arbi

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN NIAS

STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN NIAS Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN NIAS (2004) LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGI

Lebih terperinci

PETUNJUK MONITORING LAMUN DI KABETE

PETUNJUK MONITORING LAMUN DI KABETE PETUNJUK MONITORING LAMUN DI KABETE Tim Penyusun: Komunitas Penjaga Pulau Desain Sampul: Eni Hidayati Foto Sampul: Sampul depan: Lukisan lamun oleh Angela Rosen (www.angelarosen.com) Scuba di lamun oleh

Lebih terperinci

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA

EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA EKOSISTEM LAUT TROPIS (INTERAKSI ANTAR EKOSISTEM LAUT TROPIS ) ANI RAHMAWATI JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNTIRTA Tipologi ekosistem laut tropis Mangrove Terumbu Lamun Pencegah erosi Area pemeliharaan

Lebih terperinci

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN RAJAAMPAT TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II - LIPI TIM STUDI BASELINE EKOLOGI

Lebih terperinci

LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGI

LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGI Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN TAPANULI TENGAH (2004) LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI BATAM

STUDI BASELINE EKOLOGI BATAM Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia STUDI BASELINE EKOLOGI BATAM (2004) STUDI BASELINE EKOLOGI BATAM (2004) Disusun oleh CRITC- Jakarta

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG Fahror Rosi 1, Insafitri 2, Makhfud Effendy 2 1 Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura 2 Dosen Program

Lebih terperinci

MONITORING KONDISI TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT

MONITORING KONDISI TERUMBU KARANG BERBASIS MASYARAKAT Laporan Akhir Monitoring Kondisi Terumbu Karang Berbasis Masyarakat UNIT PELAKSANA PROGRAM REHABILITASI DAN PENGELOLAAN TERUMBU KARANG TAHAP II (COREMAP PHASE II KAB. PANGKEP) TAHUN ANGGARAN 2009 CV. AOUAMARINE

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN NATUNA TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II LIPI TIM STUDI MONITORING EKOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu kawasan terumbu karang dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi dunia. Luas terumbu karang Indonesia

Lebih terperinci

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) ALOR

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) ALOR KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) ALOR PENDAHULUAN Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem dunia yang paling kompleks dan khas daerah tropis. Produktivitas

Lebih terperinci

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM TERKAIT LAINNYA COREMAP CTI KABUPATEN SIKKA

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM TERKAIT LAINNYA COREMAP CTI KABUPATEN SIKKA MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN EKOSISTEM TERKAIT LAINNYA COREMAP CTI KABUPATEN SIKKA Pusat Pusat Penelitian Oseanogra Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jakarta - 2015 Monitoring kesehatan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN Kab.Maros Kab. Barru Kab. Pangkejene & Kepulauan 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei 2010 di Desa Mattiro Deceng, Kecamatan Liukang Tuppabiring,

Lebih terperinci

Manual Kesehatan Karang (Reef Health Monitoring)

Manual Kesehatan Karang (Reef Health Monitoring) Kata Pengantar Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) merupakan salah satu program pemerintah yang dirancang untuk menyelamatkan terumbu karang di Indonesia, yang akhir-akhir ini mengalami

Lebih terperinci

Sebuah Temuan Awal dari XPDC Alor Flotim Penulis: Amkieltiela Marine Science and Knowledge Management Officer, WWF-Indonesia

Sebuah Temuan Awal dari XPDC Alor Flotim Penulis: Amkieltiela Marine Science and Knowledge Management Officer, WWF-Indonesia Status Ekosistem Terumbu Karang Perairan Suaka Alam Perairan (SAP) Selat Pantar dan Laut Sekitarnya, Suaka Alam Perairan (SAP) Flores Timur, dan Perairan Sekitarnya Tahun 2017 Sebuah Temuan Awal dari XPDC

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN MENTAWAI

STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN MENTAWAI Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN MENTAWAI (2004) LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE

Lebih terperinci

Ekosistem Pesisir Pangkajene Kepulauan dan Sekitarnya, Provinsi Sulawesi Selatan 2012

Ekosistem Pesisir Pangkajene Kepulauan dan Sekitarnya, Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Ekosistem Pesisir Pangkajene Kepulauan dan Sekitarnya, Provinsi Sulawesi Selatan 2012 CRITC-Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Editor: Anna E.W. Manuputty Desain sampul & Tata letak : I Wayan Eka Dharmawan

Lebih terperinci

CRITC COREMAP LIPI 1

CRITC COREMAP LIPI 1 STUDI BASELINE EKOLOGI 2006 KABUPATEN WAKATOBI - SULAWESI TENGGARA CRITC COREMAP LIPI 1 STUDY BASELINE EKOLOGI KABUPATEN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2006 DISUSUN OLEH: NURUL DHEWANI WINARDI AGUS BUDIYANTO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Fisik dan Kimia Perairan Secara umum kondisi perairan di Pulau Sawah dan Lintea memiliki karakteristik yang mirip dari 8 stasiun yang diukur saat melakukan pengamatan

Lebih terperinci

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA Mei 2018 Pendahuluan Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang dibangun terutama oleh biota laut

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

STUDI BASELINE EKOLOGI

STUDI BASELINE EKOLOGI Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) - LIPI Jl. Raden Saleh No. 43, Jakarta 10330 Indonesia LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN KEPULAUAN RIAU (2004) LAPORAN COREMAP STUDI BASELINE

Lebih terperinci

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Pelaksaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober 2012. Lokasi penelitian berada di perairan Pulau Rakata, Pulau Panjang, dan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II ISBN : 978-62-97522--5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof.

Lebih terperinci

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG Firman Farid Muhsoni, S.Pi., M.Sc 1 Dr. HM. Mahfud Efendy, S.Pi, M.Si 1 1) Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA

POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU, INDONESIA Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 8: Ekologi, Habitat Manusia dan Perubahan Persekitaran 2015 7 POTENSI PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN KARANG DI ZONA LITORAL PERAIRAN IBOIH KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG

KEANEKARAGAMAN KARANG DI ZONA LITORAL PERAIRAN IBOIH KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG Jurnal Biotik, ISSN: 2337-9812, Vol. 3, No. 1, Ed. April 2015, Hal. 45-56 KEANEKARAGAMAN KARANG DI ZONA LITORAL PERAIRAN IBOIH KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG 1 Samsul Kamal, 2 Nursalmi Mahdi dan 3 Humaira

Lebih terperinci

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN NIAS TAHUN 2007 Disusun oleh : TIM CRITC COREMAP II - LIPI TIM STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN

Lebih terperinci

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR 2009-2014 DI SUSUN OLEH ODC (Ocean Diving Club) OCEAN DIVING CLUB FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu adalah kawasan pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 150 km dari pantai Jakarta Utara. Kepulauan Seribu terletak pada 106

Lebih terperinci

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN KESEHATAN EKOSISTEM TERKAIT DI KABUPATEN LINGGA, 2014

MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN KESEHATAN EKOSISTEM TERKAIT DI KABUPATEN LINGGA, 2014 MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG DAN KESEHATAN EKOSISTEM TERKAIT DI KABUPATEN LINGGA, 2014 Disusun oleh : Anna E.W. Manuputty Frensly D.Hukom Hendrik A.W. Cappenberg Jemmy Souhoka Suyarso Agus Budiyanto

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati; 5 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Pulau Kecil Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km 2 (dua ribu kilometerpersegi) beserta kesatuan Ekosistemnya. Sumberdaya Pesisir dan

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH 19 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di laksanakan pada bulan Februari Maret 2011 yang berlokasi di perairan Pulau Weh dan Pulau Aceh. Survei kondisi terumbu karang dan ikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Terumbu karang adalah bangunan ribuan hewan yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Terumbu karang yang sehat dengan luas 1 km 2 dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juli 2013 yang terdiri dari beberapa tahap seperti terlampir pada lampiran 3. Lokasi penelitian berada di

Lebih terperinci

PEMETAAN KONDISI TERUMBU KARANG DI DESA SUMBERKENCONO KABUPATEN BANYUWANGI

PEMETAAN KONDISI TERUMBU KARANG DI DESA SUMBERKENCONO KABUPATEN BANYUWANGI PEMETAAN KONDISI TERUMBU KARANG DI DESA SUMBERKENCONO KABUPATEN BANYUWANGI Muhammad Yunan Fahmi 1, Andik Dwi Muttaqin 1 1 Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Ampel Surabaya

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2008 di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta (Gambar 8). Kepulauan Seribu merupakan gugus pulau-pulau yang terletak

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei sampai September 2010. Lokasi penelitian di sekitar Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu,

Lebih terperinci

KAJIAN KOMUNITAS TERUMBU KARANG DAERAH PERLINDUNGAN LAUT PERAIRAN SITARDAS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1

KAJIAN KOMUNITAS TERUMBU KARANG DAERAH PERLINDUNGAN LAUT PERAIRAN SITARDAS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1 KAJIAN KOMUNITAS TERUMBU KARANG DAERAH PERLINDUNGAN LAUT PERAIRAN SITARDAS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA 1 (Study of Coral Reef Community of Marine Protected Area in Sitardas Waters,

Lebih terperinci

~~~ ~~ Coral Reef Rehabilitation and Management Program Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara Medan 20()9

~~~ ~~ Coral Reef Rehabilitation and Management Program Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara Medan 20()9 ~~~ ~~ ~@J~D Disusun Oleh : PARTOGIH.PANGGABEAN ZUFRI WANDI SIREGAR PRIMA AGUSTYAWATI PARLINDUNGAN MANIK MARKUS SEMBIRING Coral Reef Rehabilitation and Management Program Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi

Lebih terperinci

Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi

Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi Keterkaitan Antara Sistem Zonasi dengan Dinamika Status Ekosistem Terumbu Karang di Taman Nasional Wakatobi Fikri Firmansyah, Adib Mustofa, Estradivari, Adrian Damora, Christian Handayani, Gabby Ahmadia,

Lebih terperinci

Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa

Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa F 2 04 Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa Sukron Alfi R.*, M. Danie Al Malik *Marine Diving Club, Jurusan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci