BAB II KONSEP DASAR GASTROENTRITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP DASAR GASTROENTRITIS"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP DASAR GASTROENTRITIS A. Pengertian Pengertian gastroentritis ada beberapa macam: Gastroentritis adalah infeksi pada saluran pencernaan ditandai dengan buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak dari biasanya (normal ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi yang meningkat (Mansjoer, 2001). Sementara itu gastroentritis menurut Murwani (2009). Adalah penyakit akut dan menular menyerang pada lambung dan usus yang ditandai berak encer 5 kali atau lebih. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa gastroentritis adalah infeksi sel cerna, (lambung dan usus) yang ditandai berak cair 5 kali atau lebih. B. Etiologi Menurut Setiati, (2009). Penyebab utama gastroentritis adalah adanya bakteri, virus, parasit (jamur, cacing, protozoa). Bakteri penyebab gastroentritis antara lain Shigella, Salmonella, Escheria Choli, Vibrio Cholera, Stapilokue Aureus. Virus penyebab gastroentritis adalah Rotavirus dan Adenovirus. Adapun parasit penyebab terjadinya gastroentritis adalah Amuba, Balan Fidum Koli, Helmentiasis : Askariasis, Ankolis. Sedangkan jamur penyebab gastroentritis adalah monilia. 7

2 C. Anatomi dan fisiologi Sistem gastroentritis menurut Sudoyo (2001). Terdiri dari mulut, faring, esofagus, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Gambar sistem gastrointestinal terlihat dalam gambar. Gambar 2.1 Anatomi sistem pencernaan (Sudoyo, 2009). a. Mulut Mulut terdiri bagian luar dan rongga mulut: 1) Bagian luar yang sempit/vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan pipi. Bibir disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lender (mukosa). Otot 8

3 orbikularis oris menutupi bibir. Levatoranguli oris mengangkat dan dan depressor anguli oris menekan ujung mulut.pipi, dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papilla, otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator. 2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris dan mandibularis disebelah belakang bersambung dengan faring. a) Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris. Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir. b) Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lender, kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. c) Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat dibawah tulang rahang atas bagian tengah, kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublinngulis) yang terdapat disebelah depan bawah lidah. Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah disebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva). Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya 9

4 dibawah depan dari telinga diantara prosesus masyoid kiri dan kanan osmandibular, duktusnya duktus stensotisoni, duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar sukmasilaris terletak dibawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya duktus watoni bermuara dirongga mulut. Kelenjar ludah didasari oleh saraf saraf tak sadar. d) Otot Lidah. Otot intristik lidah berasal dari rahang bawah menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot intrinsic yang terdapat pada lidah. b. Faring (tekak) Faring Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esophagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kemampuan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit. Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas belakang, keatas bagian depan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang disebut ismus fausium. c. Esofagus Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan kolumna vertebralis, dibelakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk esofagus kedalam lambung adalah kardia. 10

5 d. Gaster (Lambung) Gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fudus uteri. Lambung terdiri dari 6 bagian yaitu fundus ventrikuli, korpus ventrikuli, antrum pylorus, kurvantura minor, kurvantura mayor, osteum kardiakum. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak disebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas. Korpus vetrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvantura minor. Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pilorus. Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari oseteum kardiak samapi ke pilorus. Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minor terbentang dari sisi kiri oseteum kardiakum melalui fundus vertrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior. Ligamentum gastro linealis tebentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa. Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana esofagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik. e. Intestinum minor (usus halus). Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu 11

6 dari pancreas dan kantung empedu. Usus halus berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum dengan panjang sekitar 6 meter. Lapisan usus halus meliputi lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (muskulus sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal), dan lapisan serosa disebelah luar. Usus halus terdiri dari duodenum, yeyenum dan ileum. Gambar 2.2 Usus halus dan usus besar (Sulliva, 2004). 1) Duodenum (usus 12 jari) Panjang ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan disebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledukus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus). 12

7 2) Yeyenum dan ileum Yeyenum mempunyai panjang sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis, orifisium ini diperkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampangan melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan. Di dalam ileum terdapat banyak lipatan atau lekukan yang disebut jonjot jonjot usus (vili). Vili berfungsi memperluas permukaan penerapan sehingga makanan dapat terserap sempurna. 13

8 Doudenum (usus 12 jari) panjang ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan disebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledukus) dan saluran pankreas (duktus pankreatikus). Di dalam usus halus dihasilkan enzim dari dinding usus. Enzim tersebut diperlukan untuk mencerna makanan secara kimiawi. Enterokinase untuk mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pancreas menjadi tripsin. Erepsin atau dipeptidase, untuk mengubah dipeptida atau pepton asam amino. Laktase, mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa. Disakarase, mengubah disakarida menjadi monosakarida. Peptidase, mengubah polipepsida menjadi asam amino. Lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Sukrase, mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan galaktosa. f. Usus besar Usus besar kurang lebih 1,5 meter lebarnya 5 6 cm. Lapisanlapisan usus besar dari dalam keluar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari: Seikum, kolon asendens, apendiks, kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid. 14

9 Gambar 2.3 Bagian usus besar Sumber: Sulliva (2004). Bagian usus besar. 1) Seikum berbentuk seperti cacing sehingga dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang disebut juga umbai cacing, panjang 6 cm. 2) Kolon asendens panjang 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini disebut Fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum. 15

10 3) Appendiks (usus buntu) terletak horizontal dibelakang seikum kolon transversum panjang kurang lebih 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis. Panjang ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid. 4) Kolon desendens panjang kurang lebih 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid. 5) Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya berhubung dengan rectum. c. Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. d. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak diantara pelvis, dindingnya di perkuat oleh sfingter Ani Internus, sfingter Levator Ani, Sfingter Ani Eksternus. 16

11 2. Fisiologi Gastrointestinal Pada sistem pencernaan, makanan terdiri dari tiga fase : pergerakan makanan, sekresi getah pencernaan dan absorbsi makanan yang dicerna. Adapun penjelasan dari fase tersebut adalah: a. Pergerakan makanan Jenis fungsional pergerakan saluaran pencernaan, yaitu : Gerak mencampur, disebabkan oleh kontraksi bola segmen kecil dinding usus dan gerakan mendorong peristaltik (proporsive). Peristaltik ditimbulkan oleh karena rangsangan sehingga terjadi peregangan. Peristaltik terjadi pada tractus gastrointerstinal, saluran empedu, ureter dan saluran kelenjar lain diseluruh tubuh dan sebagian besar tabling otot polos lain dalam tubuh. Jumlah makanan yang dicerna seseorang ditentukan oleh hasrat instink untuk makan (lapar) dan jenis makanan yang disukai (selera). Mekanisme pencernaan yaitu gerak menggigit, memotong dan menggiling makanan diantara gigi atas dan bawah. Adanya bolus makanan dalam mulut menyebabkan reflek inhibisi otot-otot pengunyah, yang memungkinkan otot rahang bawah turun yang mengakibatkan kontraksi memantul. Proses pengunyahan sangatlah penting karena enzim-enzim pencernaan terutama bekerja pada permukaan partikel makanan sehingga mempengaruhi kecepatan pencernaan. Selain itu juga 17

12 mencegah dari eksplorasi saluran pencernaan dan mempermudah pengosongan makanan dalam lambung. b. Menelan (deglutisi) Proses menelan dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase oral, fase faringeal, fase esophagel. Fase oral akan terjadi pembentukan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara disadari, proses makanan yang dilaksanakan oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan kan fase peranan saraf kranial pembentukan fase oral. Fase faringeal dimulai karena bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pergerakan laring keatas dan kedepan, relaksai dari introitus esofagus dan dorongan otot otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun kebawah dan masuk kedalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat. Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas. Waktu 18

13 Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur. Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Fase esophageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih lambat dari fase faringeal yaitu tiga sampai empat cm/detik. Fase ini terdiri dari beberapa tahapan: 1) Di mulai dengan terjadinya relaksasi modula kriko faring. Gelombang peristaltik primer terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esophagus bagian proksimal. Gelombang peristaltic pertama akan diikuti oleh gelombang peristaltic ke dua yang merupakan respons akibat regangan dari esophagus. 2) Gerakan peristaltik tengah esophagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju esofagus. Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltic dan berlangsung delapan sampai dua puluh detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari berkurangnya tonus otot. c. Absorbsi makanan dan sekresi pencernaan Proses menelan dilanjutkan dengan penyerapan makanan di usus lambung dan penyerapan di usus lambung. Menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan tersebut dapat ditampung pada 19

14 bagian bawah saluran pencernaan. Selanjutnya lambung akan mencampur makanan tersebut dengan sekret lambung sampai ia membentuk suatu campuran setengah padat yang dinamakan timus. Proses berikutnya mengeluarkan makanan perlahan-lahan dari lambung masuk ke usus halus dengan kesepakatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi oleh usus halus (Sudoyo, 2009). Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna mencegah memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara mambunuh bakteri. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh mukosa antrum yang menimbulkan efek meningkatnya pengosongan lambung. Adapun faktor penghambat pengosongan lambung: Reflek-reflek enterogastrik dari duodenum pada aktifitas pylorus. Bila kimus memasuki duodenum isyarat refleks sarat dihantarkan kembali ke lambung untuk menghambat peristaltik dan meningkatkan tonus pylorus. Faktor faktor yang secara terus menerus menimbulkan reflek enterogastrik adalah derajat peregangan duodenum, derajat kesamaan kimus, osmolaritas kimus, adanya iritasi mukosa duodenum, adanya hasil-hasil pemecahan kimus (protein dan lemak) (Simadibrata, 2009). Makanan sampai di usus halus dipengaruhi pergerakan usus halus yaitu kontraksi pencampur dan pendorong kontraksi pencampur (segmentasi) dirangsang oleh peregangan usus halus. Kontraksi 20

15 pendorong Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama dihancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun sepanjang dinding usus halus (Simadibrata, 2009). Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula, dan lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus, seperti terjadi pada beberapa infeksi dapat menimbulkan yang dinamakan peristaltic rusf merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam beberapa menit. Makanan selanjutnya memasuki usus besar mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2 macam yaitu pegerakan mencampur dan mendorong. Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong. Pergerakan pendorong Mass Movement, yaitu kontraksi usus besar yang mendorong feses kearah anus. 21

16 Faktor pencetus timbulnya Mass movement adalah reflek gastroiliaka. Reflek duodenokolika dan iritasi kolon. Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat zat gizi. Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang menyebabkan gangguan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare (Sudoyo, 2009). d. Proses pengeluaran feses Proses defekasi terjadi di rektum dan anus. Di sini dimulailah proses devekasi akibat adanya mass movement meliputi kontraksi kolon desenden, kontraksi reflek rectum, kontraksi reflek sigmoid, relaksasi sfingter ani. Reflek defekasi dimulai bila serabut syaraf sensorik dalam rectum dirangsang regangan isyarat dihantarkan kebagian sakral medula spinalis lalu secara reflek kembali kekolon desenden, rectum, sigmoid dan anus melalui serabut saraf para simpatis dalam nervi erigentes. Isyaraf para simpatis ini melalui gelombang peristaltik yang kuat. Isyaraf para simpatis ini melalui gelombang peristaltik yang kuat. Isyaraf averen yang masuk medula spenalis juga memulai reflek lain seperti bernafas dalam penutupan glottis dan kontraksi otot-otot 22

17 abdomen untuk mendorong masa feses dalam kolon ke bawah sementara pada saat sama menyebabkan rantai pelvis terdorong kebawah dan keatas anus untuk mengeluarkan feses kebawah (Simadibrata, 2009). D. Patofisiologi Bila dilihat dari proses penyebabnya, penyebab gastroentritis menurut Setiati (2009) adalah: 1. Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut gastroentristik osmotik 2. Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut gastroentritis sekretorik 3. Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak 4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di entirosit 5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal 6. Gangguan permeabilitas usus 7. Inflamasi dinding usus, disebut gastroentritis inflamatik atau infeksi Gastroentritis osmotik disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus akibat obat obat atau zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4, Mg (OH)2, malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus misal pada defisiensidisaradise, malabsorbsi glikosa/galaktosa. Gastroentritis sekretorik disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada gastroentritis ini yaitu secara klinis ditemukan dengan volume tinja yang banyak sekali (Setiati, 2009). 23

18 Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak adalah gastroentritis ini didapatkan pada gangguan pembentukan empedu dan penyakit penyakit saluran bilier dan hati. Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit: gastroentritis tipe ini disebabkan adanya abnormal. Motilitas dan waktu transit usus abnormal transit usus abnormal gastroentritis tipe ini disebabkan hipermotilitas dan irreguleritas motilitas usus sehingga menyebabkan absorbsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid. Gangguan permeabilitas usus diare tipe ini disebabkan permiabelitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Setiati, 2009). Gastroentritis infeksi terjadi karena masuknya mikroorganisme kedalam tubuh. Parasit, bakteri, virus dan jamur yang masuk kedalam lambung akan dinetralisasi oleh asam lambung (HCL), mikroorganisme tersebut bisa mati atau tetap hidup, jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan masuk kedalam usus halus dan berkembang biak. Di dalam usus halus akan mengeluarkan toksin yang sifatnya merusak vili-vili usus dan dapat meningkatkan peristaltis usus sehingga penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu, terjadilah hipersekresi yang mengakibatkan diare. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Chorn). Kerusakan mukosa usus akibat inflamasi juga mengakibatkan terjadinya produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen sehingga terjadi 24

19 gangguan absorbsi air dan elektrolit. Kondisi ini menyebabkan terjadinya diare. E. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik gastroenteritis menurut Krensky (2006) antara lain: Diare (frekuensi tinja meningkat dan feses lembek/cair), demam karena adanya organisme invasit yang menyebabkan infeksi, muntah, nyeri abdomen, kram (ketidakseimbangan elektrolit), dan adanya dehidrasi. meliputi: latergi, penampakan pucat, mata cekung, mata kering, sakit tenggorakan, malaise, myalgia, berat badan menurun. F. Komplikasi Komplikasi gastroentritis menurut Brenner (2004) meliputi: dehidrasi, resatan hiporomelik, kejang, bakterikimia, malnutrisi, hipoglikimia, intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus. Berdasarkan komplikasi gastroentritis tingkat dehidrasi menurut Sudoyo (2002) dapat diklasifisikan menjadi beberapa golongan antara lain: 1. Dehidrasi ringan yaitu kehilangan cairan 2-25% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit elastik, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok. 2. Dehidrasi sedang adalah kehilangan 5 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. 25

20 3. Dehidrasi berat adalah kehilangan cairan 8 10% dari berat gambaran klinik seperti tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot kaku sampai sianosis. G. Penatalaksanaan Penatalaksaan Medis pasien gastroentritis menurut Junadi (2007) antara lain dehidrasi oral atau intravena dan medikamentosa. 1. Dehidrasi oral atau intravena a) Cairan per oral: Cairan yang diberikan peroral berupa cairan yang berisikan Nacl, dan Na, HCO, Kal dan Glukosa. b) Cairan Parentral 1) Dehidrasi ringan 1 jam pertama ml/kg BB/hari, kemudian 125 ml/kg BB/oral. 2) Dehidrasi sedang 1 jam pertama ml/kg BB/oral kemudian 125 ml/kg BB/hari. 3) Dehidrasi berat 1 jam pertama 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit oralit per oral. 2. Medikamentosa meliputi: Obat anti sekresi, Obat anti spasmolitik, Obat anti biotik. 26

21 H. Pengkajian Fokus Pengkajian fokus pada pasien gastroenteritis merujuk pada Herwanto (2004) antara lain: 1. Identitas dan riwayat keperawatan. a. Identitas: Gastroentritis lebih banyak dialami pada anak dan lansia berdasarkan tempat tinggal, perlu dilihat dari lingkungan yang kotor. b. Riwayat keperawatan Awal serangan: Gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul gastroentritis. Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 5x dengan konsistensi encer. c. Riwayat kesehata masa lalu Riwayat inflamasi pasien pernah menderita gastroentritis sebelumnya. d. Riwayat kesehatan keluarga Apakah keluarga pernah menderita mempunyai riwayat gastroentritis atau tidak. 2. Pengkajian data dasar Pengkajian data dasar gastroenteritis menurut Doengoes (1999) yaitu: a. Aktivitas/Istirahat Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, pembatasan aktivitas sehubungan dengan efek proses penyakit. 27

22 b. Integritas Ego Gejala: Ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan, faktor stress akut/kronis misalnya: hubungan keluarga, pengobatan yang mahal, faktor budaya, peningkatan prevelensi pada populasi, menolak, perhatian menyempit, depresi. c. Eliminasi Gejala: Episode diare yang tidak dapat disekresikan, hilang timbul, sering tidak terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan berlemak (steneatorea), melena, konstipasi hilang timbul. d. Nutrisi/Cairan Gejala: anorexia, mual, muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diare/sensitif misalnya produk susu/makanan berlemak, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa kering. e. Hygiene Gejala: ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan. f. Nyeri/Kenyamanan Gejala: nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran kanan bawah: nyeri abdomen tengah, nyeri tekan menjalar ke bagian periumbilikal, titik nyeri berpindah, nyeri tekan arthritis, nyeri mata, fotopobia, iritasi, distensi abdomen. g. Keamanan Gejala : riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, peningkatan suhu 39,6 40 C (eksaserbasi akut) 28

23 h. Interaksi Sosial Gejala: masalah berhubungan dengan peran sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan aktivitas secara sosial. I. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah dijumpai adanya Ht meningkat 2. Feses dijumpai adanya bakteri atau parasit 3. Elektrolit di jumpai adanya natrium dan kalium menurun 4. Urinalisa dijumpai adanya urin pekat, Bj meningkat 5. Analisa Gas Darah dijumpai adanya asidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan). J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan eliminasi: diare berhubungan dengan malabsorbsi atau inflamasi terhadap gastritis, divertikulis, usus yang sensitive 2. Devisit volume cairan berhubungan dengan keilangan cairan berlebih akibat diare 3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen, hiperistaltik gastroentritis yang berkepanjangan iritasi kulit dan jaringan perlecetan perinal 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual, muntah 5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi 29

24 6. Kurang pengetahuan tentang keadaan sakit, kebutuhan pengobatan, dan pencegahan diare yang berhubungan dengan kurangnya paparan informasi 7. Cemas berhubungan dengan krisis situasi karena perubahan status kesehatan dan hospitalisasi. K. Fokus Intervensi Fokus Intervensi yang dapat dirumuskan untuk mengatasi masalah keperawatan gastroentritis menurut Bulechek (2005) dan (Doengoes, 1999). 1. Gangguan eliminasi: diare berhubungan dengan malabsorbsi atau inflamasi terhadap gastritis, divertikulis, usus yang sensitive. Tujuan: Klien dapat melakukan eliminasi dengan baik Kritria hasil: Keseimbangan input dan output cairan, berat badan stabil, tidak terlihatnya mata cekung, tidak haus, tidak ada nyeri tekan di perut, kulit lembab, buang air besar lunak, frekuensi defekuasia kembali normal. Intervensi: a. Observasi dan catat frekuensi, karakteristik dan jumlah feses dan fakror presipitasi Rasional: Untuk mengetahui jumlah feses dan bentuk feses b. Kaji/faktor penyebab makan di tempat sembarangan Rasional: Untuk mengetahui proses terjadinya gastroentritis c. Hentikan makanan padat Rasional: Untuk mengurangi terjadinya gastroentritis 30

25 d. Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat dari obat obatan anti diare Rasional: Supaya klien tahu cara penggunaan obat anti gastroentritis e. Kolaborasi pemberian obat antidiare sesuai indikasi, misal difenoksilat dengan atropin (lomotil) Rasional: mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi sampai tubuh mengalami perubahan akibat bedah 2. Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih akibat diare Tujuan: Cairan seimbang Kriteria hasil: Mempertahankan cairan elektrolit, mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal, mempertahankan berat badan, tanda tanda vital terlihat normal, mata tidak cekung, mukosa bibir lembab, turgor kulit kenyal, tidak ada tanda-tanda dehidrasi Intervensi: a. Awasi masukan dan haluaran, karakteristik dan jumlah feses, perkiraan kehilangan yang tidak terlihat seperti berkeringat, ukur berat jenis urin, observasi oliguria Rasional: memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan b. Kaji Tanda Vital (Tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan) Rasional: Hipotensi (termasuk postural), takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan 31

26 c. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring dan hindari aktivitas Rasional: kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus d. Berikan cairan parenteral dan tranfusi daran sesuai indikasi Rasional: mempertahankan istirahat usus akan memadukan penggantian cairan untuk memperbaiki kekebalan e. Awasi hasil laboratorium contoh elektrolit, masnesium, kalium dan analisa gas darah Rasional: menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi f. Berikan obat sesuai indikasi 1) Antidiare Rasional: menurunkan kehilangan cairan dari usus 2) Antiemetik, misal: trimetobinzamid (tigan), hidroksin (vistaril), proktoperazin (compazin) Rasional: digunakan untuk mengontrol mual dan muntah pada eksaserbasi akut 3) Antipiretik, misal: asitamenofen (tynol) Rasional: elektrolit hilang dalam jumlah besar, khususnya pada usus yang gundul, area ulkus dan diare dapat juga menimbulkan asidosis metabolik karena kehilangan bikarbonat (HCO3) 3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen, hiperistaltik gastroentritis yang berkepanjangan iritasi kulit dan jaringan perlecetan perinal 32

27 Tujuan: Nyeri berkurang, rasa nyaman terpenuhi Kriteria hasil: Skala nyeri berkurang, iritasi kulit berkurang, Tanda tanda vital kembali normal, klien tenang Intervensi: a. Monitor tingkat nyeri Rasional: Untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling nyaman Rasional: Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri c. Beri kompres hangat diperut Rasional: Untuk meningkatkan sirkulasi d. Kolaborasi pemberian analgetik Rasional: Untuk mengurangi nyeri 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual, muntah Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi Kriteria Hasil: Berat badan ideal atau dalam rentang normal, konjungtiva tidak anemis, membran mukosa bibir merah muda, keseimbangan elektrolit 33

28 Intervensi: a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan atau nutrisi. Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat. b. Timbang berat badan klien setiap 2 hari. Rasional: Untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan. c. Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, tidak menimbulkan banyak gas. Rasional: Untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan. d. Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering. Rasional: Untuk menghindari mual dan muntah. e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual Rasional: Mengurangi rasa mual dan muntah, meningkatkan nafsu makan 5. Hipertermi berhubungan proses inflamasi Tujuan: Mempertahankan norma termia Kriteria hasil: Suhu dalam batas norma 36 0 c c, badan tidak teraba panas Intervensi: a. Intervensi: Monitor suhu dan tanda vital Rasional: Untuk mengetahui tanda tanda vital klien 34

29 b. Monitor intake dan output cairan Rasional: Untuk mengetahui balance cairan c. Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Rasional: Untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh. d. Batasi pengunjung Rasional: Agar klien merasa tentang dan udara didalam ruangan tidak terasa panas. e. Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum kurang lebih 2,5 liter/24 jam. Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. f. Berikan kompres hangat Rasional: Mengurangi panas g. Kolaborasi pemberian obat penurunan panas sesuai indikasi Rasional: Untuk menurunkan panas 6. Kurang pengetahuan tentang keadaan sakit, kebutuhan pengobatan, dan pencegahan diare yang berhubungan dengan kurangnya paparan informasi Tujuan: Klien mampu menjelaskan penyebab diare, tanda tanda, cara mencegah dan cara untuk mengatasinya Kriteria hasil: Klien dapat menjelaskan penyebab, tanda tanda, cara mencegah dan cara untuk mengatasinya 35

30 a. Kaji persepsi keluarga dan pasien tentang proses penyakit Rasional: Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dan pasien tentang gastroentritis b. Bahas dengan pasien, keluarga pasien tentang proses penyakit, penyebab, dan faktor presipitasi Rasional: Untuk mengetahui proses perkembangan pasien dan penyakit yang diderita pasien c. Beri kesempatan kepada pasien/keluaraga tentang penyakit yang diderita pasien Rasional: agar pasien dan keluarga tahu akan penyakit pasien d. Tekankan untuk kebersihan diri Rasional: Memberi tahu pasien dan keluarga akan pentingnya kebersihan diri agar tidak terkena penyakit 7. Cemas berhubungan dengan krisis situasi karena perubahan status kesehatan dan hospitalisasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat beradaptasi dengan baik Kriteria Hasil: menunjukkan keadaan rileks dan terjadi penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani Intervensi: a. Catat perilaku ansietas misal gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian Rasioal: Indikator derajat ansietas 36

31 b. Dorong menyatakan perasaan, berikan umpan balik Rasional: membantu pasien dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress c. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan misal kondisi dan prosedur Rasional: Keterlibatan pasien dalam perencanaan keperawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat Rasional: Memindahkan pasien dari stres luar, meningkatkan relaksasi dan membantu menurunkan ansietas e. Bantu pasien belajar mekanisme koping baru misal teknik mengatasi stres Rasional: Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu untuk menurunkan stres dan ansietas, meningkatkan kontrol penyakit 37

32 L. Pathways Keperawatan Malabsorbsi Tekanan osmotik Pergeseran cairan dan ektrolit ke rongga usus Bakteri, virus, parasit, jamur Masuk ke dlm sal cerna Reaksi Inflamasi di saluran cerna Hipertermi Gastroenteritis Kompensasi tubuh u/ keluarkan kuman Sekresi cairan & elektrolit di lumen usus Feses menjadi cair Iritasi di lumen usus stress Krisis situasi cemas Devisit vol cairan Resiko syok hipovolemi Output berlebih Gangguan keseimbangan elektrolit Gangguan eliminasi BAB : berlebih Hiperperistaltik Keram abdomen Gangguan rasa nyaman : nyeri Motilitas usus meningkat Absorbsi zat gizi Gizi berkurang Perubahan nutrisis < keb 38

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus SISTEM PENCERNAAN MAKANAN SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus 5. Intestinum minor : Duodenum Jejenum Iliem 6. Intestinum mayor : Seikum Kolon

Lebih terperinci

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN FUNGSI PRIMER SALURAN PENCERNAAN Menyediakan suplay terus menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, tetapi sebelum zat-zat ini diperoleh, makanan

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan.

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan

Lebih terperinci

PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI

PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI 1. Pengertian Sistem Pencernaan Manusia PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta

Lebih terperinci

SET 13 TUBUH MANUSIA 2 (SISTEM PENCERNAAN) Karbohidrat - Beras - Gandum - Jagung - Sagu. Lemak - Keju - Mentega - Minyak Kelapa

SET 13 TUBUH MANUSIA 2 (SISTEM PENCERNAAN) Karbohidrat - Beras - Gandum - Jagung - Sagu. Lemak - Keju - Mentega - Minyak Kelapa 13 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 13 TUBUH MANUSIA 2 (SISTEM PENCERNAAN) A. ZAT MAKANAN Karbohidrat - Beras - Gandum - Jagung - Sagu Bergerak / Zat Tenaga Lemak - Keju

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri

Lebih terperinci

Rongga Mulut. rongga-mulut

Rongga Mulut. rongga-mulut Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus 3. Lambung 4. Usus Halus 5. Usus Besar 6. Rektum 7. Anus. Rongga Mulut rongga-mulut

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR GASTROENTERITIS

BAB II KONSEP DASAR GASTROENTERITIS BAB II KONSEP DASAR GASTROENTERITIS A. Pengertian Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk

Lebih terperinci

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan Bab 3 Sistem Pencernaan Sumber: Dok. Penerbit Gambar 3.1 Orang sedang makan Peta Konsep Pernahkah kamu berpikir dari manakah energi yang kamu peroleh untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti berolahraga

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis

by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis SISTEM PENCERNAAN MANUSIA 2 : ORGAN PENCERNAAN by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Page 1 Istilah Pencernaan Ingesti : pergerakan makanan Digesti Absorpsi : penyederhanaan bentuk makanan : penyerapan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Organ-organ sistem pencernaan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Organ-organ sistem pencernaan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Alokasi Waktu SMA 1 Kuningan IPA-Biologi XI / dua Organ-organ sistem pencernaan 4 X 45 menit (2

Lebih terperinci

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia SISTEM PENCERNAAN Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok SISTEM PENCERNAAN Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok PENDAHULUAN Sistem pencernaan bertanggung jawab untuk menghancurkan dan menyerap makanan dan minuman Melibatkan banyak organ secara mekanik hingga kimia

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA SISTEM PENCERNAAN MANUSIA A. MAKANAN DAN FUNGSINYA BAGI MANUSIA Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia, diantaranya adalah makanan. Makanan mempunyai peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

Pembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.

Pembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest. 1. Perhatikan gambar sistem pencernaan berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Enzim pepsin dihasilkan oleh bagian yang benromor... 1 2 3 4 Kunci Jawaban : B Enzim

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya

BAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya BAB II A. Pengertian Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah massa fekal yang menyumbat pasase isi kolon. (Brunner & Suddarth, 2001) Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Sistem Pencernaan untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Menurut Hidayat (2006), gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR GASTROENTRITIS. A. Pengertian Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal / bentuk

BAB II KONSEP DASAR GASTROENTRITIS. A. Pengertian Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal / bentuk BAB II KONSEP DASAR GASTROENTRITIS A. Pengertian Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal / bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).

Lebih terperinci

PENCERNAAN MAKANAN. Sistem Pencernaan Mamalia :

PENCERNAAN MAKANAN. Sistem Pencernaan Mamalia : Sistem Pencernaan Mamalia : PENCERNAAN MAKANAN * Terdiri atas saluran pencernaan dan berbagai kelenjar aksesoris yang mengekskresikan getah pencernaan ke dalam saluran melalui duktus (saluran) Peristalsis,

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA Drs. Refli., MSc ?? ENERGI PENDAHULUAN MAKANAN Protein Lemak Polisakarida Vitamin Mineral Asam-asam amino Asam lemak + gliserol Monosakarida (gula) Vitamin Mineral AKTIVITAS

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 1. Bila mengunyah nasi tawar lama lama akan terasa manis sebab dalam air liur terdapat enzim Renin Ptialin Pepsin Tripsin Kunci

Lebih terperinci

bubur Setengah bubur Setengah padat padat

bubur Setengah bubur Setengah padat padat Mekanisme pembentukan feses Gerakan kolon lambat dan non-propulsif. Interval antara 2 kontraksi haustra dapat mencapai 30 menit. Gerakan haustra secara perlahan mengaduk isi kolon melalui gerakan maju

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN BIO 2 A. PENDAHULUAN B. RONGGA MULUT. Struktur gigi:

SISTEM PENCERNAAN BIO 2 A. PENDAHULUAN B. RONGGA MULUT. Struktur gigi: A. PENDAHULUAN Sistem pencernaan manusia terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Proses pencernaan terjadi dalam dua cara: 1) Pencernaan fisik/mekanik/ingesti, yaitu pencernaan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA

Lebih terperinci

PENGERTIAN ILMU GIZI

PENGERTIAN ILMU GIZI ILMU GIZI PENGERTIAN ILMU GIZI suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktorfaktor yang mempengaruhinya mempelajari proses

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. 1. Gastroenteritis adalah suatu keadaan inflamasi pada usus yang ditandai

BAB II KONSEP DASAR. 1. Gastroenteritis adalah suatu keadaan inflamasi pada usus yang ditandai BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian 1. Gastroenteritis adalah suatu keadaan inflamasi pada usus yang ditandai buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono: 2008). Gastroenteritis

Lebih terperinci

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah. Kata pengantar Saat akan makan, pertama-tama yang kamu lakukan melihat makananmu. Setelah itu, kamu akan mencium aromanya kemudian mencicipinya. Setelah makanan berada di mulut, kamu akan mengunyah makanan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR A. BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah buang air

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL

KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL DISUSUN OLEH : 1. SEPTIAN M S 2. WAHYU NINGSIH LASE 3. YUTIVA IRNANDA 4. ELYANI SEMBIRING ELIMINASI Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin

Lebih terperinci

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD Disusun oleh : Cristin Dita Irawati/ 111134027/ PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses kehidupan 1. Mengidentifikasi fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kgbb/24 jam (Juffrie, 2010). dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kgbb/24 jam (Juffrie, 2010). dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti, 0906511076 A. Pengertian tindakan Penyakit tertentu menyebabkan kondisi-kondisi yang mencegah pengeluaran feses secara normal dari rektum. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian

BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2 1. Kelainan yang terjadi karena ada sisa makanan di usus buntu, sehingga lama kelamaan terjadi peradangan adalah... Parotitis

Lebih terperinci

Proses pencernaan di dalam Rongga mulut Saliva gl.salivarius Proses mengunyah memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya, memperluas daerah permuka

Proses pencernaan di dalam Rongga mulut Saliva gl.salivarius Proses mengunyah memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya, memperluas daerah permuka PENCERNAAN DAN ABSORBSI PENCERNAAN Perubahan kimiawi bahan makanan lebih sederhana Karbohidrat Monosakarida Protein Asam amino Lemak Asam lemak, monoasilgliserol, gliserol Enzim hidrolase pencernaan, proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Animasi II.1.1. Sejarah Animasi Sejak jaman purbakala manusia sudah memiliki bakat dalam membuat sebuah gambar, ini dibuktikan berdasarkan banyaknya ditemukan gambar-gambar

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah pencernaan merupakan salah satu masalah yang paling sering dihadapi oleh orang tua pada anaknya yang masih kecil. Biasanya masalah-masalah tersebut timbul

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA. Oleh. Sabila Nur Amalina. Abstrak

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA. Oleh. Sabila Nur Amalina. Abstrak Jurnal volume 1, mei 2013 SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Oleh Sabila Nur Amalina Abstrak Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan. Alat-alat pencernaan makanan pada manusia

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung. Anak Agung K Tri K

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung. Anak Agung K Tri K Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung Anak Agung K Tri K 111 0211 075 ANATOMI LAMBUNG (GASTER) Bentuk : seperti huruf J Letak : terletak miring dari regio hipochondrium kiri cavum abdominis mengarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap makhluk hidup memerlukan energi untuk melaksanakan setiap aktivitas kehidupannya. Energi ini berasal dari metabolisme yang bahan dasarnya berasal dari makanan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR GASTROENTERITIS. Diare adalah buang air besar yang melebihi normal karena pasage bolus

BAB II KONSEP DASAR GASTROENTERITIS. Diare adalah buang air besar yang melebihi normal karena pasage bolus BAB II KONSEP DASAR GASTROENTERITIS A. Pengertian Diare adalah buang air besar yang melebihi normal karena pasage bolus makanan terlalu cepat sebagai akibat hiperperistaltik, sehingga resorpsi air dalam

Lebih terperinci

PENGOLAHAN MAKANAN OLEH TUBUH. Dyah Umiyarni Purnamasari,SKM,MSi Jurusan KESMAS FKIK Unsoed

PENGOLAHAN MAKANAN OLEH TUBUH. Dyah Umiyarni Purnamasari,SKM,MSi Jurusan KESMAS FKIK Unsoed PENGOLAHAN MAKANAN OLEH TUBUH Dyah Umiyarni Purnamasari,SKM,MSi Jurusan KESMAS FKIK Unsoed URUTAN PROSES YANG DIALAMI OLEH MAKANAN Bahan makanan Pencernaan Penyerapan Metabolisme PENGGUNAAN (UTILISASI)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare Menurut Latief, dkk. (2005), diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Febris typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari febris typhoid adalah paratifoid, paratyphoid fever, enteric fever, tifus, dan paratifus abdomenalis,

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Diare adalah kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan terjadi

BAB II TINJAUAN TEORI. Diare adalah kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan terjadi BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Diare adalah kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan terjadi karena frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali, dengan bentuk tinja cair atau enecr (WHO, 1980).

Lebih terperinci

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan EMBRIOLOGI ESOFAGUS Rongga mulut, faring, dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum respiratorium (tunas paru) Nampak di dinding ventral

Lebih terperinci

MAKANAN & SISTEM PENCERNAAN PENDAHULUAN

MAKANAN & SISTEM PENCERNAAN PENDAHULUAN MAKANAN & SISTEM PENCERNAAN Dr. Refli., MSc JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEHNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA PENDAHULUAN MAKANAN AKTIVITAS TUBUH Protein Lemak Polisakarida Vitamin Mineral ENERGI SEL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang terjadi akibat salah makan, biasanya di sebabkan oleh penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock,

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

Pencernaan Mekanik dan Pencernaan Kimiawi

Pencernaan Mekanik dan Pencernaan Kimiawi Pencernaan Mekanik dan Pencernaan Kimiawi Proses pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (NUTRISI)

LAPORAN PENDAHULUAN (NUTRISI) 1. Konsep Kebutuhan Nutrisi LAPORAN PENDAHULUAN (NUTRISI) a. Definisi / deskripsi kebutuhan nutrisi. Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi. Gizi adalah substansi organik dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

Lebih terperinci

DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar.

DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. CA. KOLON DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. ETIOLOGI Penyebab kanker usus besar masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga. Adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

Lebih terperinci

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat) . KOMPLIKASI Ensefalopai hepaic terjadi pada kegagalan hai berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopai hepaik. Kerusakan jaringan paremkin hai

Lebih terperinci

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA Pada umumnya lipid merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya kehilangan

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Makanan

Sistem Pencernaan Makanan Sistem Pencernaan Makanan Sistem pencernaan tersusun atas saluran pencernaan dan kelenjar kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan berperan sebagai alat untuk menerima, mengunyah, menghantarkan, menyimpan,

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan pathogen parasit (Wong, 1996: 403). Gastroenteritis adalah radang dari

Lebih terperinci

SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI )

SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI ) SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI ) Ekskresi merupakan proses pengelaaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi :

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. MORBILI

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. MORBILI MORBILI I. A. Definisi Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA SISTEM PENCERNAAN MAKANAN Pencernaan makanan PADA MANUSIA proses penghancuran/pengubahan bahan makanan menjadi berukuran lebih kecil Organ-organ yang menyusun sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga

SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga Ekskresi merupakan proses pengelaaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya

Lebih terperinci

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia, selain itu diare juga membunuh 1.5 juta anak tiap tahunnya. Angka kejadian diare akut diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Diare adalah gejala dari kelainan pencernaan, observasi dan fungsi

BAB II TINJAUAN TEORI. Diare adalah gejala dari kelainan pencernaan, observasi dan fungsi BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Diare adalah gejala dari kelainan pencernaan, observasi dan fungsi sekresi, diare di sebabkan oleh ketidak normalan usus pada air dan transport elektrolit (Wong, 2002

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA. Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA. Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA BAB VIII SISTEM ORGAN DAN SISTEM EKSKRESI Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 51 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang yang dilaksanakan pada 4 April-31

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu peritoneum, suata organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietas muskuloaponeurotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Pada Hewan

Sistem Pencernaan Pada Hewan Sistem Pencernaan Pada Hewan Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. pada hewan

Lebih terperinci

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt Farmakoterapi I Diar dan konstipasi Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt DEFINISI Diare Peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi tinja dibandingkan dengan kondisi normal. BAB (defekasi) dengan jumlah tinja

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci