BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pernikahan Pada Suami Istri. 1. Pengertian kepuasan pernikahan pada Suami Istri
|
|
- Sudirman Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pernikahan Pada Suami Istri 1. Pengertian kepuasan pernikahan pada Suami Istri Perkawinan diyakini sebagai langkah ibadah sesuai dengan Surat Al-Nisa [4] ayat 21, Dan bagaimana kalian akan mengambilnya kembali, padahal kalian telah bergaul satu sama lain dan mereka telah mengambil janji yang kuat dari kalian. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan atau pernikahan pasal 1 tentang perkawinan disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ( Menurut Santrock (2002), pernikahan merupakan penyatuan dua pribadi yang unik, dengan membawa pribadi masing-masing berdasar latar belakang budaya serta pengalamannya. Hal tersebut menjadikan pernikahan bukanlah sekedar bersatunya dua individu, tetapi lebih pada persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem yang baru. Artinya, perbedaan-perbedaan yang ada perlu disesuaikan satu sama lain untuk membentuk sistem baru bagi keluarga mereka. Perkawinan menurut hukum islam adalah ikatan atau akad yang 11
2 12 sangat kuat (mitsaqan ghalizhan) dalam ketentuan sebagai ikatan lahirbatin antara suami dan istri.sehubungan dengan firman Allah Dan bagaimana kalian akan mengambilnya kembali, padahal kalian telah bergaul satu sama lain dan mereka telah mengambil janji yang kuat dari kalian, dalam arti yang lebih transcendental, perkawinan diyakini sebagai langkah ibadah sesuai dengan firman Allah Swt, Surat Al-Nisa [4] ayat 21. Perkawinan menurut Lestari (2012), adalah pintu gerbang kehidupan yang wajar atau biasa dilalui umat manusia pada umumnya. Di segala pelosok permukaan bumi, sampai kepada sudut paling jauh yang pernah ditempuh penyelidik pengembaraan didapati orang laki-laki dan perempuan yang hidup sebagai suami istri. Perkawinan dapat dirumuskan sebagai akad pertalian antara pria dan wanita yang berisi persetujuan hubungan, dengan maksud menyelenggarakan kehidupan yang lebih akrab, menurut syarat-syarat dan hukum susila yang dibenarkan Tuhan Khaaliqul alam. Menurut Gullota, Adams dan Alexander (1986), kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya. Duval & Miller (1985) mengatakan bahwa kepuasan pernikahan adalah suatu perasaan yang subjektif akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh masing-masing pasangan suami istri dengan mempertimbangakan keseluruhan aspek dalam pernikahan. Olson, Defrain & Skogran (2010), kepuasan perkawinan adalah perasaan yang bersifat subjektif dari
3 13 pasangan suami istri mengenai perasaan bahagia, puas, dan menyenangkan terhadap perkawinannya secara menyeluruh. Menurut Dowlatabadi, Sadaat dan Jahangiri (2013) kepuasan perkawinan adalah perasaan bahagia terhadap perkawinan yang dijalani, kepuasan perkawinan berhubungan dengan kualitas hubungan dan pengaturan waktu, juga bagaimana pasangan mengelola keuangannya. Kepuasan pernikahan menurut Berk (2012) adalah menjalin rasa kebersamaan yang memungkinkan masing-masing untuk berkembang sebagai seorang individu. Kesabaran, kepedulian, nilai bersama, kegembiraan saat bersama, berbagi pengalaman pribadi melalui percakapan, bekerja sama dalam tanggung jawab rumah tangga, dan kerampilan penyesuaian konflik yang baik pada suami istri. Lestari (2012) menambahkan kepuasan perkawinan merujuk pada perasaan positif yang dimiliki pasangan suami istri dalam perkawinan yang maknanya lebih luas dari pada kenikmatan, kesenangan dan kesukaan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan pernikahan yaitu perasaan yang bersifat subjektif dari pasangan suami istri mengenai perasaan bahagia, puas, dan menyenangkan terhadap perkawinannya secara menyeluruh dan kebahagiaan yang mereka miliki dalam hubungan pernikahannya.
4 14 2. Aspek-aspek Kepuasan Pernikahan Kepuasan pernikahan dapat diukur dengan melihat aspek-aspek dalam perkawinan sebagaimana yang dikemukakan oleh Clayton (1975). Adapun aspek-aspek tersebut antara lain: a. Kemampuan Sosial Suami Istri Kemampuan sosial suami istri, yaitu kemampuan suami istri dalam bergaul dengan lingkungan sosial. Meskipun bukan indikasi yang menentukan, bisa diasumsikan bahwa dengan terciptanya kenyamanan dalam rumah tangga akan memunculkan sikap-sikap positif dalam pasangan suami istri tersebut bergaul dengan masyarakat. b. Persahabatan Dalam Perkawinan Persahabatan dalam perkawinan, artinya suami istri harus bisa menjalin komunikasi, merasakan kegembiraan, kebahagiaan dan pergaulan yang menyenangkan. Jadi ketika suami ataupun istri mampu merasakan kegembiraan, kebahagiaan, ataupun perasaan menyenangkan dari pergaulan antar keduanya, bisa menggambarkan adanya rasa puas dalam perkawinannya. c. Urusan Ekonomi Urusan ekonomi yaitu segala urusan ekonomi dan keuangan dalam rumah tangga yang meliputi penggunaan uang untuk kebutuhan keluarga, pribadi, rekreasi serta pekerjaan suami maupun istri. Pasangan suami istri yang memiliki manajemen keuangan yang
5 15 baik, tidak akan dipusingkan dengan persoalan-persoalan sepele yang berkaitan dengan pengeluaran rumah tangga. Kondisi seperti ini tidak akan terwujud tanpa adanya suasana yang nyaman dalam keluarga. d. Kekuatan Perkawinan Kekuatan perkawinan yaitu kelekatan suami istri terhadap perkawinan yang dijalani, pengaruh suami terhadap istri atau sebaliknya, adanya rasa ketertarikan dan ekspresi suami istri. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa salah satu hal yang mampu menandai diperolehnya kepuasan dalam perkawinan seseorang yaitu fondasi perkawinan yang kokoh. e. Hubungan Dengan Keluarga Besar Hubungan dengan keluarga besar yaitu hubungan dengan keluarga yang ada di luar keluarga inti. Pasangan suami istri yang mampu menciptakan kepuasan dalam perkawinannya akan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga besar. Hal ini dikarenakan mereka tidak disibukkan dengan persoalan-persoalan dalam rumah tangganya sehingga mampu menjalin kedekatan dengan anggota keluarga besar yang lain. f. Persamaan Ideologi Persamaan ideologi yaitu kesamaan tujuan dan pandangan hidup yang mencangkup kesamaan pandangan tentang perilaku yang baik dan benar. Semakin banyak kesamaan yang dimiliki oleh pasangan
6 16 suami istri dalam hal tujuan serta pandangan hidup, bisa dikatakan bahwa suami ataupun istri cukup puas dengan pasangannya. g. Keintiman Perkawinan Keintiman perkawinan yaitu keintiman antara suami istri yang meliputi ekspresi kasih sayang dalam hubungan seksual. Pasangan suami istri yang berhasil membangun kepuasan dalam perkawinannya bisa ditandai dengan munculnya keintiman dari keduanya. h. Taktik Interaksi Taktik interaksi yaitu cara suami dalam berinteraksi dan menyelesaikan masalah dalam perkawinan diantara penyatuan perbedaan, kerjasama, dan pembagian tugas dalam rumah tangga. Ketika sebuah keluarga mampu mewujudkan interaksi yang sehat, dapat diyakini bahwa pasangan tersebut mampu menciptakan perkawinan yang memuaskan. Aspek-aspek yang digunakan dalam menentukan gambaran kepuasan pernikahan, pada teori Robinson dan Blanton (2003), antara lain: a. Keintiman Keintiman antara pasangan di dalam pernikahan mencakup aspek fisik, emosional, dan spiritual. Hal-hal yang terkandung dalam keintiman adalah saling berbagi baik dalam minat, aktivitas, pemikiran, perasaan, nilai serta suka dan duka. Keintiman akan tercipta melalui keterlibatan pasangan satu sama lain baik dalam
7 17 situasi yang menyenangkan maupun menyedihkan. Selain itu, keintiman dapat ditingkatkan melalui kebersamaan, saling ketergantungan atau inter independensi, dukungan dan perhatian. Meskipun pasangan memiliki keintiman yang sangat tinggi, bukan berarti pasangan selalu melakukan berbagai hal bersama. Suami atau istri juga berhak melakukan aktivitas dan minat yang berbeda dengan pasangannya. b. Komitmen Salah satu karakteristik pernikahan yang memuskan adalah komitmen yang tidak hanya ditujukan terhadap pernikahan sebagai sebuah intuisi, tetapi juga terhadap pasangannya. Beberapa pasangan berkomitmen terhadap perkembangan hubungan pernikahannya, antara lain kematangan hubungan, penyesuaian diri dengan pasangan, perkembangan pasangan, serta terhadap pengalaman dan situasi baru yang dialami pasangan. c. Komunikasi Kemampuan berkomunikasi yang baik mencakup berbagi pikiran dan perasaan, mendiskusikan masalah bersama-sama, dan mendengarkan sudut pandang satu sama lain. Pasangan yang mampu berkomunikasi secara konstruktif, mereka dapat mengantisipasi kemungkinan terjadi konflik dan dapat menyesuaikan kesulitan yang dialaminya.
8 18 d. Kongruensi Untuk dapat mencapai pernikahan yang memuaskan, pasangan harus memiliki kongruensi atau kesesuaian dalam mempersepsi kekuatan dan kelemahan dari hubungan pernikahannya. Pasangan yang mempersepsikan hubungan pernikahannya kuat, cenderung merasa lebih nyaman dengan pernikahannya. e. Keyakinan Beragama Sebagian besar pasangan meyakini bahwa keyakinan beragama merupakan komponen penting dalam pernikahan. pasangan yang dapat berbagi dalam nilai-nilai agama yang dianutnya dan beribadah secara bersama-sama dapat menciptakan ikatan kuat dan nyaman diantara mereka serta berpengaruh positif bagi kepuasan pernikahan pasangan memperoleh dukungan sosial, emosional, dan spiritual melalui agama yang dianutnya. Berdasarkan beberapa teori di atas, pernyataan ini menggunakan aspek-aspek kepuasan pernikahan menurut Clayton (1975) yang menjelaskan aspek-aspek kepuasan pernikahan yaitu, aspek kemampuan sosial suami istri, persahabatan dalam perkawinan, urusan ekonomi, kekuatan perkawinan, hubungan dengan keluarga besar, persamaan ideologi, keintiman perkawinan dan taktik interaksi. Aspek-aspek dari Clayton tersebut dapat dilihat dengan detail dalam mengungkapkan kepuasan pernikahan pada setiap pasangan suami istri.
9 19 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan. Menurut Duvall dan Miller (2002), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan perkawinan adalah sebagai berikut : a. Adanya Kebijaksanaan Merupakan suatu kepandaian dalam menggunakan akal budinya dalam menghadapi setiap permasalahan yang muncul yaitu selalu memakai pengalaman, pengetahuan dan selalu berhati-hati serta teliti. b. Saling Pengertian Suami istri berusaha untuk saling memahami keadaan kedua belah pihak baik secara fisik maupun psikologis sehingga setiap ada permasalahan yang muncul dapat diatasi dengan baik. c. Kerjasama Yang Baik, dapat dilakukan melalui sikap tolong menolong antar suami istri sehingga segala permasalahan yang ada dapat di atas bersama sehingga kemungkinan tercapainya kepuasan perkawinan akan lebih besar. d. Kemampuan Komunikasi Komunikasi merupakan kunci untuk saling mengerti keadaan masing-masing pribadi, sehingga apabila komunikasinya lancar maka dalam menghadapi semua permasalahan akan berjalan dengan lancar juga.
10 20 e. Kesamaan Latar Belakang (baik dalam pendidikan, sosial ekonomi dan suku bangsa Semakin sama latar belakang yang dimiliki suami istri maka maka dalam membina kehidupan perkawinan akan lebih mudah karena sudah mempunyai pandangan yang sama. f. Kemampuan Menyesuaikan Diri Dengan adanya kemampuan menyesuaikan diri yang baik antar suami istri akan mempengaruhi terciptanya kepuasan dalam perkawinan. g. Tekad yang Sama dalam Perkawinan Suami istri yang sudah memiliki tekat sama dalam perkawinan maka dalam mencapai kepuasan perkawinan akan lebih mudah karena sudah mempunyai arah atau keinginan arah yang sama. Menurut Hendrick & Hendrick (1992), ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan, yaitu: a. Premarital Factors: 1) Latar Belakang Ekonomi, dimana status ekonomi yang dirasakan tidak sesuai dengan harapan dapat menimbulkan bahaya dalam hubungan pernikahan. 2) Pendidikan, dimana pasangan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dapat merasakan kepuasan yang lebih rendah karena lebih banyak menghadapi stressor seperti pengangguran atau tingkat penghasilan rendah.
11 21 3) Hubungan dengan orangtua yang akan mempengaruhi sikap anak terhadap romantisme, pernikahan dan perceraian. b. Postmarital Factors: 1) Kehadiran Anak, sangat berpengaruh terhadap menurunnya kepuasan pernikahan terutama pada wanita (Bee & Mitchell, 1984). Penelitian menunjukkan bahwa bertambahnya anak bisa menambah stress pasangan, dan mengurangi waktu bersama pasangan (Hendrick & Hendrick, 1992). Kehadiran anak dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan suami istri berkaitan dengan harapan akan keberadaan anak tersebut. 2) Lama Pernikahan, dimana dikemukakan oleh Duvall bahwa tingkat kepuasan pernikahan tinggi di awal pernikahan, kemudian menurun setelah kehadiran anak dan kemudian meningkat kembali setelah anak mandiri. Holahan dan Levenson (dalam Lemme, 1995) menyatakan bahwa pria lebih puas dengan pernikahannya daripada wanita. Pada umumnya wanita lebih sensitif daripada pria dalam menghadapi masalah dalam hubungan pernikahannya. Menurut Hurlock (2012) faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan dalam penyesuaian terhadap pasangan, yaitu: a. Konsep Pasangan Yang Ideal Dalam memilih pasangan, baik pria maupun wanita sampai sejauh tertentu dibimbing oleh konsep pasanagan ideal yang dibentuk
12 22 selama masa dewasa. Semakin orang tidak terlatih menyesuaikan diri terhadap realitas semakin sulit penyesuaian dilakukan terhadap pasangan. b. Pemenuhan Kebutuhan Apabila penyesuaian yang baik dilakukan, pasangan harus memenuhi kebutuhan yang berasal dari pengalaman awal. Apabila orang dewasa perlu pengenalan, pertimbangan prestasi dan status sosial agar bahagia, pasangan harus membantu pasanagan lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. c. Kesamaan Latar Belakang Semakin sama latar belakang suami dan istri, semakin mudah untuk saling menyesuaikan diri. Bagaimana juga apabila latar belakang mereka sama, setiap orang dewasa mencari pandangan unuk tentang kehidupan. Semakin berbeda pandangan hidup ini, makin sulit penyesuaian diri dilakukan. d. Minat dan Kepentingan Bersama Kepentingan yang saling bersamaan tentang suatu hal yang dapat dilakukan pasangan cenderung membawa penyesuaian yang baik dari kepentingan bersama yang sulit dilakukan dan dibagi bersama. e. Keserupaan Nilai Pasangan yang menyesuaikan diri dengan baik mempunyai nilai yang lebih serupa daripada mereka yang penyesuaian dirinya
13 23 buruk. Barangkali latar belakang yang sama menghasilkan nilai yang sama pula. f. Konsep Peran Setiap lawan pasangan mempunyai konsep yang pasti mengenai bagaimana seharusnya peranan seorang suami dan istri, atau setiap orang mengharapkan pasangannya memainkan perannya. Jika harapan terhadap peran tidak terpenuhi, akan mengakibatkan konflik dan penyesuaian yang buruk. g. Perubahan dalam Pola Hidup Penyesuaian terhadap pasanagannya berarti mengorganisasikan pola kehidupan, mengubah persahabatan dan kegiatan-kegiatan sosial, serta mengubah persyaratan pekerjaan, terutama bagi seorang istri. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan menurut Duvall dan Miller (2002), yaitu adanya kebijaksanaan, saling pengertian, kerjasama yang baik, kemampuan komunikasi, kesamaan latar belakang (baik dalam pendidikan, sosial ekonomi dan suku bangsa), kemampuan menyesuaikan diri, tekad yang sama dalam perkawinan.terdapat juga faktor lain premarital factors: latar belakang ekonomi, pendidikan, hubungan dengan orangtua,dan postmarital factors: kehadiran anak, dan lama pernikahan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini akan menggunakan salah satu faktor dari Duvall & Miller yaitu komunikasi, sejalan dengan hasil penelitian
14 24 yang dilakukan oleh Defrain dan Olson menyimpulkan bahwa 90% pasangan suami istri merasa bahagia dalam hubungannya dengan berkomunikasi satu dengan lainnya sehingga mereka dapat merasakan dan mengerti keinginan dan perasaan pasangan, dan apabila terdapat suatu perbedaan atau masalah dapat diselesaikan dengan saling berkomunikasi (dalam Pratiwi, 2006). Dari penelitian tersebut komunikasi menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kepuasan pernikahan pada pasangan suami-istri. B. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami hubungan kontak. Menurut Walgito (2003) komunikasi merupakan proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti, baik yang berujud informasi-informasi, pemikiran-pemikiran, pengetahuan ataupun yang lain-lain dari penyampaian atau komunikator kepada penerima atau komunikan. Komunikasi yang sering digunakan suami istri dalam berinteraksi adalah komunikasi interpersonal. Menurut Devito (1997) komunikasi interpersonal merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Menurut
15 25 Wiryanto (2004) komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2008). Komunikasi interpersonal yang digunakan dalam berinteraksi pada pasangan suami istri adalah yang bersifat diadik yaitu melalui komunikasi dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan personal. Komunikasi interpersonal yang terjalin antar suami istri mempunyai peranan yang penting untuk menjaga kelangsungan berumah tangga. Sastropoetro (1986) menyatakan bahwa dengan komunikasi yang baik berarti memelihara hubungan yang telah terjalin sehingga menghindari diri dari situasi yang dapat merusak hubungan. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang efektif, yang mempunyai ciri saling terbuka, empati, saling mendukung, sikap positif dan kesetaraan (Devito, 1997). Berdasarkan beberapa pengertian mengenai komunikasi interpersonal maka disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal yaitu proses penyampaian dan penerimaan pesan terhadap orang lain yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang atau lebih secara langsung baik secara verbal maupun nonverbal, komunikasi yang lebih intim, lebih dalam dan personal.
16 26 2. Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal Menurut Kumar (2000) bahwa ciri-ciri komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri, yaitu: a. Keterbukaan (openess) Yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal. b. Empati (empathy) Yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. c. Dukungan (supportiveness) Yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. d. Rasa positif (positivenes) Yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. e. Kesetaraan atau kesamaan (equality) Yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Julia Wood (2013), menyebutkan ada delapan ciri dari komunikasi interpersonal, yaitu:
17 27 1. Selektif Komunikasi interpersonal tidak bisa dilakukan dengan semua orang. Kita tentu akan memilih-milih orang, karena komunikasi interpersonal memerlukan lebih banyak energi, waktu dan usaha yang kita berikan pada orang lain. 2. Sistematis Komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh sistem, situasi, waktu, masyarakat, budaya, latar belakang personal, namun kita meski memehami seluruh sistem tersebut saling berkaitan dengan kata lain tiap bagian dalam sistem komunikasi saling terkait satu sama lain. 3. Unik Mengutip dari Nicholson dalam buku komunikasi interpersonal. Setiap orang selalu unik, begitu pula dengan persahabatan. Sekelompok sahabat pasti menciptakan pola unik sendiri dan bahkan istilah-istilah yang hanya memiliki oleh kelompok mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka sertiap komunikasi interpersonal adalah unik karena kita berkomunikasi pada orang yang berbeda-beda dengan komunikan mereka masing-masing. 4. Processual Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan. Komunikasi interpersonal akan berkembang seiring berjalannya waktu. Hubungan komunikasi interpersonal dapat menjadi renggang atau lebih dekat nantinya, tergantung bagaimana komunikasi interpersonal tersebut berlangsung.
18 28 5. Transaksional Komunikasi interpersonal adalah hubungan timbal balik, sifat komunikasi interpersonal berdampak pada tanggung jawab komunikator untuk menyampaikan pesan secara jelas. 6. Individual Komunikasi interpersonal hanya terjadi jika kita dapat memahami diri sendiri sebagai manusia yang unik, kita belajar untuk memahami ketakutan, harapan, masalah dan kegembiraan dalam berinteraksi secara utuh bersama orang lain. Ketika kepercayaan sudah terbangun maka kita bisa berbagi privasi pada orang lain. 7. Pengetahuan personal Komunikasi interpersonal membantu perkembangan pengetahuan personal dan wawasan kita terhadap interaksi manusia. Ketika berinteraksi kita membuka pemahaman terhadap kepribadian orang lain. Ketika berinteraksi kita membuka pemahaman terhadap kepribadian orang lain. Kita dapat belajar dan mengetahui karakter seseorang. 8. Menciptakan makna Mengutip Duck dalam buku Komunikasi Interpersonal inti dari komunikasi interpersonal adalah berbagi makna dan informasi antara dua belah pihak. Dalam berkomunikasi kita dapat bertukar pikiran, yang didalamnya mengandung pesan, tujuan dan makna yang ingin dicapai. Komunikasi interpersonal merupakan jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila
19 29 diamati dan dikomprasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal (Aw, 2011), antara lain: 1. Arus pesan dua arah Komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. 2. Suasana nonformal Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana nonformal. Sebuah komunikasi yang terkekang oleh aturan dan hierarki membuat suasana komunikasi menjadi terbatas dan kaku. 3. Umpan balik segera Oleh karena komunikasi interpersonal biasanya mempertemukan para pelaku komunikasi secara tatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal. 4. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat Komunikasi interpersonal merupakan metode komunkasi antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis. Sebuah komunikasi bisa disebut sebagai komunikasi interpersonal apabila dua orang atau lebih saling melihat dan bertatap muka. Artinya mereka harus berada dalam sebuah tempat dan saling berdekatan. Bukan hanya dekat soal jarak, dua orang
20 30 atau lebih tersebut haruslah memiliki kedekatan hubungan seperti teman, pasangan, atau keluarga. 5. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan verbal maupun nonverbal secara stimulant. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan sesuai komunikasi. Komunikasi yang berlangsung antara komunikator dan komunikan akan terasa lebih tulus karena apa yang dipikirkan akan langsung dikirimkan secara spontan. Menurut Rongers dalam Depari (1991), ada beberapa ciri komunikasi interpersonal, yaitu: 1. Arus pesan yang cenderung dua arah 2. Konteks komunikasi tatap muka 3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi 4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas (terutama selective exposure) yang tinggi. 5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yng besar relative lambat 6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap Berdasarkan dari beberapa aspek atau ciri-ciri yang telah dijelaskan oleh Kumar (2000), maka dapat disimpulkan ciri-ciri komunikasi
21 31 interpersonal yaitu, keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan atau kesamaan. Dimensi atau ciri yang akan digunakan dalam penelitian menggunakan ciri-ciri menurut Kumar (2000), karena ciri-ciri tersebut mencakup tentang hubungan komunikasi pada pasangan suami istri. C. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dengan Kepuasan Pernikahan pada Suami Istri Pasangan yang menikah pasti mengharapkan kebahagiaan dalam pernikahannya dan berharap pernikahannya berjalan memuaskan. Kepuasan pernikahan sendiri dapat diartikan sebagai evaluasi subjektif berdasarkan komponen-komponen tertentu dalam hubungan pernikahan, juga berdasarkan faktor-faktor intraindividual yang mempengaruhi kualitas pernikahan. Olson dan Flowers (1993) menjabarkan hal-hal yang menentukan kepuasan pernikahan yaitu, komunikasi, resolusi konflik, menejemen keuangan, aktivitas waktu luang, hubungan seksual, anak dan pengasuhan, keluarga dan teman, agama, dan kesetaraan peran. Bentuk ketidakpuasan dalam perkawinan antara lain terciptanya suasana murung, kecewa, bosan, hampa, kesepian, masa bodoh, tidak ada keintiman, kurangnya perhatian antara suami istri, jarang membuat rencana dari kegiatan bersama, komunikasi tidak mendalam, lebih memperhatikan kedudukan, uang, selalu berusaha untuk menjauhkan diri dan kemempuan untuk saling mengagumi menurun (Suardiman, 1991). Tercapainya kepuasan
22 32 pernikahan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah adanya kebijaksanaan, saling pengertian, kerjasama yang baik, kesamaan latar belakang, kemampuan menyesuaikan diri, dan tekad yang sama dalam perkawinan. Komunikasi dalam kehidupan pernikahan merupakan faktor yang cukup penting untuk dibicarakan, karena komunikasi merupakan faktor penentu bagi tercapai atau tidaknya kepuasan dalam pernikahan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Weuss dan Heyman (dalam Christensen, elridge, Bohem dkk, 2016) yang menyatakan bahwa kualitas berkomunikasi sangat berhubungan erat dengan stabilitas dan kepuasan sebuah hubungan. Donan dan Jhonson (dalam, Stanley, Markman, dan Whitton, 2002) juga menjelaskan bahwa pasangan yang dapat menyelesikan masalah dengan komunikasi yang baik akan dapat menciptakan suatu keadaan yang lebih terbuka dan dapat menerima kekurangan satu dengan yang lainnya. Adanya kegiatan komunikasi antara suami dan istri juga akan menciptakan suasana saling pengertian, rasa aman dan nyaman pada masing-masing anggota pasangan sehingga akan lebih mudah tercapai kepuasan dalam pernikahannya (Basri, 2001). Komunikasi pada suami istri merupakan proses interaksi tatap muka langsung antara suami dengan istri melalui percakapan dengan saling memberi dan menerima informasi atau pesan, membahas masalah yang muncul sekaligus penyelesaian, berbagi ide dan pengambilan keputusan. Komunikasi antara suami istri termasuk dalam bentuk komunikasi interpersonal (Devito,
23 ). Ciri-ciri komunikasi interpersonal menurut Kumar (2000), meliputi keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif dan kesamaan. Ciri pertama keterbukaan, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal. Keterbukaan dapat melihat bagaimana perasaan dan sikap individu terhadap komunikasi dalam hubungan suami-istri. Laswell (1991) membagi komunikasi pernikahan menjadi lima eleman dasar, yaitu salah satunya adalah keterbukaan diantara pasangan. Keterbukaan pasangan terhadap isu-isu pasangan mengenai eksistensi dan resolusi terhadap konflik dalam hubungan pernikahan (Olson & Flower). Menurut Trisna (2000) antara suami dan istri harus ada keterbukaan yang dalam sehingga saling mengetahui keadaan masing-masing. Keterbukaan komunikasi akan membuat hubungan suami-istri tetap terbina dengan harmonis dan baik-baik saja, dampak keterbukaan dalam komunikasi terhadap hubungan interpersonal yaitu hubungan akan menjadi lebih baik dan adanya timbal balik antara suami-istri (Johnson, 1986). Keterbukaan memudahkan suami atau istri untuk mengungkapkan keluhan-keluhan dan permasalahan yang muncul dalam keluarga, sehingga dapat ditemukan solusi yang tepat. Keterbukaan mendasari munculnya usaha-usaha pemecahan masalah secara langsung dan demokratis, setiap pihak dapat menyampaikan pendapat dan pemikirannya, hal ini pada akhirnya akan membawa kepuasan lebih besar pada masing-masing pihak, baik suami maupun istri terhadap hubungan perkawinannya (Suardiman, 1991).
24 34 Kedua empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Empati salah satu sikap individu terhadap komunikasi dalam hubungan suami istri, Laswell (1991) membagi komunikasi pernikahan menjadi lima eleman dasar, yaitu salah satunya adalah empati terhadap pasangan. Suami istri yang mampu menunjukkan empati dan simpati terhadap pasangannya berarti dirinya tidak hanya memfokuskan diri pada permasalahan yang dihadapinya namun juga terhadap orang-orang di sekitarnya. Pada pasangan suami istri perlu sekali menunjukkan rasa empati dan peduli terhadap pasangannya. Empati didasari oleh rasa sayang, ingin mengerti dan bekerja sama dengan orang lain (Uripni dkk, 2003). Dengan adanya rasa pengertian akan dapat meringankan beban dari pasangan, suami istri berusaha untuk saling memahami keadaan kedua belah pihak baik secara fisik maupun psikologis sehingga setiap ada permasalahan yang muncul dapat diatasi dengan baik (Duvall dan Miller, 2002). Melalui kerjasama yang baik segala permasalahan yang ada dapat diatasi bersama, kerjasama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya kepuasan pernikahan (Duvall, 2002). Ketiga dukungan (supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Dukungan suami atau istri terhadap tindakan atau sikap pasangannya akan memperkuat hubungan sekaligus meyakinkan pasangan terhadap tindakan yang diambil. Saling mendukung antara suami dengan istri secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas hubungan antara suami dan istri, sehingga masingmasing pihak merasa adanya perhatian, kasih sayang yang diberikan pasangan
25 35 secara tulus. Saling mendukung, percaya dan tulus dalam berhubungan akan membangkitkan suasana persahabatan dan keakraban antara suami dan istri, sehingga kepuasan pernikahan dapat tercapai (Clatyton, 1975) Keempat rasa positif (positivenes), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Sikap merupakan cara pandang seseorang dalam memahami sebuah keadaan, cara pandang yang kaku dan negatif cenderung mengakibatkan perasaan cemas dan khawatir, sebaliknya cara pandang yang positif dan fleksibel membuat seseorang lebih cermat menangkap adanya hal-hal positif atau menarik akan membuat individu lebih tenang dan optimis dalam menyikapi keadaan (Hambly dalam Subandi, 1998). Tercipta hubungan timbal balik yang baik dan kepercayaan antara suami atau istri pada pasangannya, pada akhirnya akan membangkitkan perasaan tenang, percaya diri dan yakin ketika menghadapi permasalahan maupun menyelesaikan tugas dan kewajiban masing-masing sehingga baik suami maupun istri dapat berperan dengan baik dan tepat. Seperti diungkapkan oleh Clayton (1975), bahwa kewajiban, dan pembagian tugas dalam rumah tangga merupakan hal yang diperlukan bagi terciptanya kepuasan perkawinan. Kelima kesetaraan atau kesamaan (equality), yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Menurut Spanier (1976) penyesuaian dalam pernikahan mencakup kebahagiaan dan kepuasan dalam
26 36 pernikahan. Penyesuaian pernikahan ini ditentukan oleh seberapa besar perbedaan-perbedaan dalam pernikahan yang menimbulkan masalah (troublesome dyadic different), ketegangan-ketegangan interpersonal dan kecemasan pribadi (interpersonal tension and personal anxiety), kepuasan dalam hubungan pernikahan (dyadic satisfaction), kedekatan hubungan (dyadic cohesion), serta kesepakatan pada hal-hal penting bagi kelangsungan/fungsi pernikahan (consensus on matters of importance to dyadicfunctioning). Perbedaan-perbedaan yang ada pada masa penyesuaian tersebut membutuhkan kemampuan-kemampuan agar pasangan suami istri merasa terpenuhi kepuasan dalam hubungan pernikahan, kedekatan hubungan, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa suami/istri yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal tinggi akan merasakan kepuasan pernikahan yang baik, dibandingkan suami/istri yang kemampuan komunikasi interpersonal rendah. D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif antara komunikasi interpersonal dengan kepuasan pernikahan pada pasangan suami istri. Semakin tinggi komunikasi interpersonal pada suami istri maka tingginya kepuasan pada pernikahan. Sebaliknya semakin rendah komunikasi interpersonal pada pasangan suami istri maka rendahnya kepuasan pada pernikahan.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalani suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.2 Definisi Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai konteks komunikasi yang berbeda-beda. Salah satu konteks komunikasi yang paling sering dihadapi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap
BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi Kepuasan Pernikahan Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap hubungan pernikahan yang cenderung berubah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan merupakan suatu ikatan antara pria dan wanita yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pernikahan Clayton (1975) dan Snyder (1979) menjelaskan bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang berhubungan dengan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciKomunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki
Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta meneruskan keturunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Effendy (2009: 5), komunikasi adalah aktivitas makhluk sosial. Dalam praktik komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi dengan makhluk sosial lainnya. Dalam kehidupannya untuk menjalin hubungan-hubungan dengan manusia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara drastis. Dari dua juta pernikahan dalam setahun, terdapat sekitar 200.000 kasus perceraian
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Pernikahan 2.1.1. Definisi Kepuasan Pernikahan Kepuasan pernikahan merupakan suatu perasaan yang subjektif akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
25 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahagia Suami Istri 1. Definisi Bahagia Arti kata bahagia berbeda dengan kata senang. Secara filsafat kata bahagia dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang
Lebih terperinci8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...
Identitas diri: 1. Jenis kelamin : Pria / Perempuan 2. Status pernikahan : Menikah / Tidak Menikah 3. Apakah saat ini Anda bercerai? : Ya / Tidak 4. Apakah Anda sudah menjalani pernikahan 1-5 tahun? :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah suatu hubungan yang sah dan diketahui secara sosial antara seorang pria dan seorang wanita yang meliputi seksual, ekonomi dan hak serta tanggung
Lebih terperinciKONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR
KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga. Kualitas hubungan orang tua akan memberikan dampak besar terhadap tumbuh kembang anak. Hubungan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciGAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK
GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi keluarga adalah komunikasi interpersonal yang sangat penting.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi keluarga adalah komunikasi interpersonal yang sangat penting. Dengan memahami bentuk, fungsi, dan proses dari komunikasi keluarga, kita dapat memahami bagaimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia baik individu maupun kelompok. Setiap saat manusia berpikir, bertindak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi selalu digunakan dan mempunyai peran yang penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Komitmen Perkawinan 1. Pengertian Komitmen Perkawinan Dalam menjalani suatu hubungan, individu tidak lepas dari rasa ketergantungan satu dengan yang lainnya, sehingga akan muncul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja khususnya mahasiswa ini turut andil dalam keseharian remaja. Dalam keluarga yang sehat dapat mengajarkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pernikahan 2.1.1 Pengertian Pernikahan Secara umum, pernikahan merupakan upacara pengikatan janji nikah yang dilaksanakan dengan menggunakan adat atau aturan tertentu. Sedangkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam. seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan adalah komitmen yang bersifat
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Resolusi Konflik Setiap orang memiliki pemikiran atau pengertian serta tujuan yang berbeda-beda dan itu salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu hubungan kedekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Long Distance Relationship adalah suatu hubungan dimana para pasangan yang menjalaninya dipisahkan oleh jarak yang membuat mereka tidak dapat saling bertemu
Lebih terperinciHubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf
Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf Helda Novia Rahmah, Ahmad, Ratna Mardiati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan waktu perubahan dramatis dalam hubungan personal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perubahan yang terjadi pada individu di masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Perkawinan. menyeluruh.sejalan dengan itu Gullota, Adams dan Alexander (dalam
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Olson, dkk.(2010) menyatakan bahwa kepuasan perkawinan adalah perasaan yang bersifat subjektif dari pasangan suami istri mengenai perasaan
Lebih terperinci