BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Sudomo Muljana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kepuasan Pernikahan Definisi Kepuasan Pernikahan Kepuasan pernikahan merupakan suatu perasaan yang subjektif akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh masing-masing pasangan suami-istri (Karney & Crown, 2007). Kepuasan pernikahan adalah merupakan akibat langsung dari bagaimana cara pasangan berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh bagaimana pasangan pernikahan berhubungan satu sama lain dalam ikatan pernikahan. Ketika dihadapkan pada pasangan yang tertekan yang membutuhkan terapi, para peneliti pernikahan yang merupakan para psikolog mulai mempelajari dengan seksama sumber pencetus dari kebanyakan keluhan mereka yaitu, kualitas komunikasi dan penyelesaian konflik diantara mereka (Karney & Crown, 2007) Pentingnya Kepuasan Pernikahan Berdasarkan hasil penelitian di dalam masyarakat yang sudah menikah telah diidentifikasi beberapa hal penting yang berkaitan dengan kepuasan dalam hubungan pernikahan, terlepas dari berkelanjutan atau tidaknya suatu hubungan pernikahan. Sebagai contoh, kedua pasangan mendapatkan pengalaman emosional dan kesehatan fisik yang lebih baik, lebih sukses dalam pekerjaannya, dan sepertinya lebih terhindar dari berbagai macam setres ketika merasa puas dengan 7
2 pernikahannya, dibandingkan dengan mereka yang tidak puas dengan pernikahannya (Karney & Crown, 2007). Kesulitan dalam pernikahan, bagaimanapun juga berkaitan dengan tingkat produktivitas yang rendah. Resiko emosional dan kesehatan fisik yang tinggi terhadap kedua pasangan, dan tingkat pemulihan yang rendah dari suatu penyakit (Karney & Crown, 2007). Kepuasan dalam hubungan pernikahan juga berpengaruh terhadap anakanak. meskipun dalam keluarga yang utuh, anak-anak mendapatkan masalah emosional dan kesehatan yang lebih sedikit dan mendapatkan hasil pendidikan yang lebih baik ketika hubungan diantara kedua orang tuanya memuaskan dan relatif jauh dari konflik (Karney & Crown, 2007). Secara keseluruhan kualitas dari hubungan pernikahan sangat berkaitan erat dengan kepuasan dalam kehidupan diantara orang dewasa dibandingkan dengan hal lain yang telah dipelajari, termasuk kesehatan, kesuksesan dan status finansial Glenn and Weaver (Karney & Crown, 2007) Perbedaan Perbedaan Individu Berdasarkan Karakteristik Dasar Studi awal yang mendalam terhadap pernikahan lebih menekankan pada perbedaan perbedaan individu (individual differences), menunjukkan bahwa beberapa individu, berdasarkan karakteristik dasar yang mereka miliki (enduring characteristics), cenderung memiliki pernikahan yang lebih berhasil dibandingkan yang lainnya (Karney & Crown, 2007). Belakangan ini para peneliti mengidentifikasi petunjuk petunjuk bahwa melalui kepribadian dan juga 8
3 perbedaan perbedaan individu juga berpengaruh terhadap kualitas pernikahan secara langsung (Karney & Crown, 2007). Karakteristik dasar yang dimiliki seseorang (enduring characteristics) dalam kepuasan pernikahan, seperti: a. Kepribadian, dapat juga mempengaruhi calon pasangan yang akan dimilikinya dan juga keadaan yang kemungkinan sesekali akan dihadapi seseorang dalam kehidupan pernikahannya. Sebab, orang cenderung menikahi individu individu yang kepribadiannya cocok dengan kepribadian yang mereka miliki (Karney & Crown, 2007), individu yang lebih rentan akan cenderung berpasangan dengan pasangan yang rentan, dan yang lebih tangguh akan cenderung berpasangan dengan individu yang lebih tangguh. b. Pendidikan dan pekerjaan, mereka yang kepribadiannya lebih sulit akan cenderung mendapati diri mereka dalam suatu keadaan yang lebih tidak kondusif (condusive) untuk mendapatkan suatu hubungan yang lebih memuaskan sebagai contoh, mereka biasanya akan bekerja lebih lama dan mendapatkan penghasilan atau jaminan keamanan finansial yang lebih sedikit (Karney & Crown, 2007). Sedangkan menurut Sternberg (Papalia, 2009) adanya kepuasan pernikahan adalah adanya rasa cinta dalam individu tersebut. Sternberg menjelaskan dalam 9
4 teori segitiga cinta (triangular theory of love), unsur cinta terdiri dari tiga jenis, yaitu: a. Intimacy (elemen emosional: keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimacy mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang di cintainya. b. Passion (elemen fisiologis: dorongan nafsu biologis atau seksual). passion merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati/merasakan sentuhan fisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. c. Commitment (elemen kognitif: tekad untuk mempertahankan keutuhan hubungan cinta dengan orang lain yang dicintainya). Komitmen adalah elemen kognitif yang mendorong individu tetap mempertahankan keutuhan hubungan cinta dengan pasangan hidup yang dicintainya Faktor faktor kepuasan pernikahan Menurut Hurlock (1980) ada empat faktor yang paling umum dan paling penting bagi kepuasan pernikahan yaitu melalui penyesuaian berikut ini: 1. Penyesuaian dengan pasangan Penyesuaian hubungan interpersonal dalam pernikahan lebih sulit dilakukan dari bentuk-bentuk hubungan sosial yang lain karena banyaknya faktor yang mempengaruhi. Diantaranya adalah konsep tentang pasangan ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar 10
5 belakang, adanya aktifitas atau hal tertentu yang menjadi minat kedua belah pihak, kesamaan nia-nilai yang dipegang, konsep tentang peran, serta perubahan. 2. Penyesuaian seksual Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian seksual antara lain adalah perilaku terhadap seks, pengalaman seks masa lalu, dorongan sesksual, pengalaman seks marital awal, sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi dan efek vasektomi. 3. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan Pernikahan, setiap orang dewasa akan secara otomatis memiliki sekelompok keluarga. Mereka itu adalah anggota keluarga pasangan dengan usia yang berbeda, mulai dari bayi hingga nenek/kakek, yang kerapkali mempunyai minat dan nilai yang berbeda, bahkan sering sekali sangat berbeda dari segi pendidikan, budaya, dan latar belakang sosialnya. Pasangan tersebut harus mempelajarinya dan menyesuaikan diri dengan keluarga bila dia tidak menginginkan hubungan yang tegang dengan sanak saudara mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian terhadap keluarga besar adalah adanya stereotype, keinginan untuk mandiri, keluargaisme, mobilitas sosial, perawatan terhadap anggota keluarga berusia lanjut dan tanggung jawab keuangan untuk keluarga pasangan. 11
6 Kriteria Kerberhasilan Pernikahan Menurut Hurlock (1980) keberhasilan pernikahan tercermin pada besarkecilnya hubungan interpersonal dan pola perilaku. Kriteria ini bervariasi bagi orang yang berbeda dan bagi pernikahannya pada usia yang berbeda, unsure-unsur ini dapat digunakan untuk menilai tingkat kepuasan pernikahan seseorang. Yang paling penting dari kriteria tersebut yaitu sebagai berikut: 1) Kebahagiaan suami istri Suami dan istri yang bahagia yang memperoleh kebahagiaan bersama akan membuahkan kepuasan yang diperoleh dari peran yang mereka jalani bersama. 2) Hubungan yang baik antara anak dan orang tua Hubungan yang baik antara anak dengan orang tuanya mencerminkan keberhasilan kepuasan pernikahan terhadap masalah tersebut. 3) Penyesuaian yang baik dari anak-anak Apabila anak dapat menyesuaikan dirinya dengan baik dengan teman-temannya, maka ia akan sangat disenangi oleh teman sebayanya, ia akan berhasil dalam belajar dan merasa bahagia di sekolah. Itu semua merupakan bukti nyata keberhasilan proses pennyesuaian kedua orang tuanya terhadap pernikahan dan perannya sebagai orang tua. 12
7 4) Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat Perbedaan pendapat di antara keluarga yang tidak dapat dielakkan, biasanya berakhir dengan salah satu dari tiga kemungkinan yaitu, adanya ketegangan tanpa pemecahan, salah satu mengalah demi perdamaian atau masing-masing keluarga mencoba untuk saling mengerti pandangan dan pendapat orang lain. 5) Kebersamaan Jika penyesuaian pernikahan berhasil, maka keluarga dapat menikmati waktu yang digunakan untuk berkumpul bersama. 6) Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan Di dalam keluarga pada umumnya salah satu sumber perselisihan dan kejengkelan adalah sekitar masalah keuangan. 7) Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan Apabila suami istri memiliki hubungan yang baik dengan pihak kelurga pasangan, khususnya mertua, ipar laki-laki dan ipar perempuan, kecil kemungkinannya untuk terjadi percekcokan dan ketegangan hubungan dengan mereka ada Aspek-aspek kepuasan pernikahan Dalam kepuasan pernikahan terdapat aspek-aspek yang dapat mengidentifikasi adanya kepuasan dalam hubungan pernikahan. Spanier (1976) menyatakan bahwa kepuasan pernikahan memiliki 4 aspek yaitu: 13
8 a) Dyadic Consensus (Kesepakatan), yaitu kesepakatan pada hal-hal penting bagi kelangsungan/fungsi pernikahan. Ada beberapa masalah penting mengenai pernikahan diantaranya keuangan keluarga, rekreasi, agama, teman, karier, tugas rumah tangga, menghabiskan waktu bersama filosofi kehidupan dan membesarkan anak. b) Dyadic Satisfaction (kepuasan) yaitu mengenai perkiraan seberapa sering pasangan memiliki ketidakpuasan yang serius dalam pernikahan serta bagaimana komitmen masing-masing pasangan dalam mempertahankan pasangannya. c) Dyadic Cohesion (kekompakan) yaitu bagaimana pasangan dapat bekerja sama dalam setiap pekerjaan atau mempunyai waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas bersama sama d) Affectional Expression (ekspresi kasih sayang) yaitu apakah pasangan pernah berselisih mengenai seks atau tentang bagaimana memperlihatkan kasih sayang Kematangan Emosi Definisi Kematangan Emosi Menurut (Srivastava, 2005) Kematangan emosi adalah suatu proses dimana kepribadian terus berhubungan untuk mencapai kesehatan emosional yang lebih besar, baik secara intrafisik dan interpersonal. seseorang yang secara emosional 14
9 terganggu akan berperilaku seperti anak kecil, mencari simpati, akan menjadi egois, kekanak-kanakan dan menuntut. Pengalaman emosi pada anak-anak akan tercermin dalam struktur kepribadian individu dalam tahap selanjutnya. Maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1) Untuk membandingkan kematangan emosi remaja yang memiliki kedua orang tua tunggal dan keluarga yang utuh. 2) Untuk menilai efek dari meninggalnya orang tua dan perceraian orang tua. 3) Untuk menentukan perbedaan antara remaja yang yatim piatu karena ditinggal oleh kedua orang tua dan perceraian kedua orang tua (Srivastava, 2005) Karakteristik Kematangan Emosi Menurut Murray (2003) mengemukakan karakteristik kematangan emosi pada individu yaitu: 1) Memiliki kemampuan untuk memberi dan menerima cinta 2) Memiliki kemampuan untuk menghadapi kenyataan 3) Terbuka pada pengalaman hidup 4) Menerima kritik positif 5) Penuh harapan 6) Tertarik untuk memberikan seperti dalam menerima 7) Kemampuan untuk belajar dari pengalaman 15
10 8) Kemampuan untuk menangani permasalahan (rasa benci/permusuhan) konstruktif 9) Membuka pikiran Sementara Abubakar Baradja (2005), menjelaskan bahwa terjadinya kematangan emosi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi individu tersebut, antara lain: a. Faktor Fisiologis, yaitu pada perkembangan kelenjar endorkin yang akan mematangkan perilaku emosi individu. Pada masa bayi produksi kelenjar endrokin sangat kurang dan akan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Begitu juga dengan kelenjar adrenalin yang memainkan peranan penting pada emosi. Pada awalnya kelenjar andrenalin mengecil, kemudian memperbesar dan sampai pada taraf kestabilan di usia 16 tahun. b. Faktor Psikologis, yaitu perkembangan pengertian individu akan lebih menjelaskan proses munculnya emosi itu sendiri. dengan individu mampu memperhatikan, mengerti satu rangsangan dalam waktu yang lebih lama, kemudian memutuskan untuk bereaksi terhadap rangsan tersebut, dengan menyenangkan atau tidak menyenangkan. Rangsangan yang menyenangkan akan diterima individu dengan reaksi yang takut dan malu. Bertambah matangnya usia dan perkembangan, membuat individu lebih reaktif terhadap rangsangan yang ada. 16
11 Tingkat Kematangan Emosi Tingkatan pada kematangan emosi terdiri dari 5 tingkatan yaitu: a. Tanggung jawab emosional Ketika seseorang mencapai tingkat salah satu kematangan emosional, mereka menyadari bahwa mereka tidak lagi dapat melihat keadaan emosi mereka sebagai tanggung jawab dari kekuatan-kekuatan eksternal seperti masyarakat, tempat, hal-hal, kekuatan, nasib, dan semangat. b. Kejujuran emosional Kejujuran emosional berkaitan dengan keinginan orang untuk mengetahui perasaan mereka sendiri. Ini adalah langkah yang diperlukan untuk pemahaman diri dan penerimaan. Mereka berhubungan semata-mata untuk orang yang sadar dan di bawah alam sadar ketakutan yang berhubungan langsung dengan suarasuara kritis yang mereka dengar di dalamnya. c. Keterbukaan emosional Pada tingkat ini, seseorang memiliki keterbukaan, kebebasan untuk merasakan emosi tanpa memerlukan, dorongan untuk menekan atau menahan emosi. d. Sikap emosional Tujuan pertama di sini adalah untuk dapat meminta dan menerima memelihara bahwa salah satu kebutuhan dan keinginan pertama dari diri dan kemudian dari orang lain. Tujuan kedua, seseorang harus 17
12 belajar bagaimana untuk mengekspresikan perasaan apa pun tepat dalam setiap situasi, yaitu, tanpa nada agresif. e. Pemahaman emosional Seseorang pada tingkat ini memahami penyebab sebenarnya proses efek tanggung jawab emosional dan tidak bertanggung jawab. Konsep diri sebagai masalah Aspek - Aspek Kematangan Emosi Mengambil aspek di atas (Srivastava, 2005) membentuk skala kematangan emosi yang meliputi lima aspek yaitu: 1) Ketidakstabilan emosional Menjelaskan kurangnya kapasitas untuk mengatur dari masalahmasalah, lemah, keras kepala dan mudah marah. 2) Regresi emosional Menjelaskan seperti perasaan rendah diri, gelisah, permusuhan, dan harga diri. 3) Maladjusment sosial Menunjukkan seseorang kurang bersosialisasi. 4) Kemampuan Berempati Mampu berempati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan memahami apa yang mereka pikirkan dan rasakan. 18
13 5) Kurangnya kemandirian Menunjukkan orang ketergantungan parasit pada orang lain, kurangnya kepentingan obyektif dalam masyarakat dan menganggapnya sebagai orang yang tidak dapat diandalkan Dewasa Awal Pengertian Dewasa Awal Istilah adult atau dewasa awal berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescene adolescere - yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Akan tetapi, kata adult berasal dari kata lampau dari kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kududukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1980). Hurlock (1980) mengatakan bahwa masa dewasa awal di mulai dari usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun, saat pertumbuhan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif Tahap Perkembangan Dewasa Awal Menurut Hurlock (1980), dewasa awal dimulai dari usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya reproduktif. Masa dewasa awal terkadang juga menjadi penanda bahwa seseorang sudah cukup layak untuk memasuki kehidupan rumah 19
14 tangga dan membentuk keluarga baru. Hal ini memang di dukung oleh perkembangan fisik yang dialami oleh dewasa awal karena sudah melewati masa remaja golongan dewasa awal semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual), sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyaratannya yang sah (pernikahan diresmikan). Oleh karena itu, mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan hidup dalam pernikahan atau membentuk hubungan rumah tangga untuk selanjutnya Karateristik Dewasa Awal Dalam perkembangan psikososial masa dewasa awal terdapat krisis intimacy versus isolation (Erikson, dalam Papalia, dkk 2009). Pada dewasa awal inilah individu membuat komitmen personal yang dalam dengan orang lain, yakni dalam membentuk keluarga. Apabila individu dewasa awal tidak mampu melakukannya, maka akan merasa kesepian dan krisis keterasingan (intimacy). Valliant (dalam Papalia, dkk, 2009) mengatakan bahwa masa dewasa awal ini merupakan masa adaptasi dengan kehidupan. Sekitar usia 20 tahun sampai 30 tahun individu dewasa awal dimulai membangun apa yang ada pada dirinya, mencapai kemandirian, menikah, mempunyai anak, dan membangun persahabatan yang erat. 20
15 Kematangan Emosi Pada Dewasa Awal Tahapan dewasa awal dimulai umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Hurlock, 1980). Lebih lanjut Hurlock menekankan untuk mencapai kematangan emosi harus belajar memperoleh gambaran tentang situasisituasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Pada dewasa awal, perkembangan dan pembentukan sikap dapat terjadi secara maksimum dan diharapkan pada periode ini individu dapat mencapai tingkat kematangan. Menurut Allport (dalam Duane Schultz, 2005) ada enam dimensi kematangan pada masa dewasa awal. enam dimensi mencangkup : 1) Peluasan Diri Individu secara betahap memperluas pemahaman mereka yang meliputi berbagai segi atau unsur lingkungan pada awalnya keterlibatan individu terbatas dalam keluarga, tapi dengan berjalannya waktu maka keterlibatannya berkembanga dengan kelompok teman sebaya dalam kegiatan sekolah dan sebagainya. 2) Berhubungan Hangat dengan Orang Lain Kapasitas intimasi kearah ingin menyenangkan hati orang lain. Intimasi diartikan sebagai memahami, penerimaan, dan empati terhadap orang lain. 3) Rasa Aman Emosional Ada 4 hal penting dalam hal ini, yaitu: 1) penerimaan diri adalah kemampuan untuk mengakui diri kita seutuhnya dalam kekurangan atau 21
16 ketidaksempurnaan kita, 2) penerimaan emosi yang matang, orang menerima emosinya sebagai bagian yang wajar, 3) toleransi terhadap frustasi adalah kapasitas untuk tetap berfungsi meskipun dalam keadaan stress sejauhmana keyakinan kita dalam pengungkapan diri kita itu diperhatikan, 4) percaya diri, orang yang sadar akan emosinya sendiri tidak merasa takut diperhatikan memiliki kontrol dalam pengungkapan diri mereka. 4) Persepsi yang Realistik Dalanm hal ini, kematangan diartikan sebagai tetap berhubungan dengan realita tanpa mengubah lingkungan untuk melihat tujuan dan kebutuhan individu. 5) Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki Seseorang yang memiliki beberapa keteramppilan dasar, sebenarnya tidak memungkinkan untuk memelihara kenyamanan yang penting untuk berkembangnya kematangan orang yang memiliki kemampuan atau orang terampil di dirinya oleh kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan melalui berbagai jenis kegiatan. 6) Pengetahuan atau pemahan diri Menurut Allport, pengetahuan akan diri mencakup tiga kapasitas: mengetahui apa yang dilakukan, tidak dapat dilakukan dan yang harus dilakukan. 22
17 2.4. Kerangka Pemikiran Kematangan emosi merupakan suatu aspek yang penting dalam mempertahankan pernikahan. Seseorang yang memiliki kematangan emosi saat memasuki pernikahan, lebih bisa mengontrol perbedaan emosi antara pasangan suami-istri. Karena, kematangan emosi yang baik lebih bisa menerima perbedaan diantara mereka di dalam menjalani suatu pernikahan. Menurut Karney & Crown (2007) kepuasan pernikahan itu sendiri merupakan suatu perasaan yang subjektif akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman menyenangkan yang dialami oleh masing-masing pasangan suami istri. Kepuasan pernikahan adalah akibat langsung dari bagaimana cara pasangan berinteraksi satu sama lain. Ketika suami istri berselisih paham, pasangan suami istri harus menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah agar permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik. Menurut Murray (2003) salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah memiliki kemampuan untuk memberi dan menerima cinta, mampu untuk menghadapi kenyataan, mementingkan memberi daripada menerima, memiliki penilaian yang objektif, mampu untuk belajar dari pengalaman dan mampu menerima masalah. Yang merupakan karakteristik kematangan emosi. Sehingga kematangan emosi sangat dibutuhkan untuk keharmonisan pernikahan dan kelak bisa mendidik anak. Maka, kematangan emosi dari beberapa karakteristik menyangkut dengan kepuasan pernikahan. Karakteristik tersebut yaitu memiliki kemampuan untuk 23
18 memberi dan menerima cinta atau kasih sayang. Di dalam karakteristik kematangan emosi, kepuasan pernikahan antara pasangan suami istri mampu menerima permasalahan agar pasangan dapat menerima dan menyelesaikan masalah mereka dengan baik. Di dalam pernikahan pasangan suami istri dapat merasakan kepuasan atau kebahagiaan. Dimana dalam hubungan ini kematangan emosi memiliki hubungan dengan kepuasan pernikahan sebagaimana digambarkan ke dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Kematangan Emosi: - Memiliki kemampuan untuk memberi cinta - Mampu untuk menghadapi kenyatan Kepuasan Pernikahan - Mementingkan memberi daripada menerima - Memiliki penilaian yang objektif - Mampu untuk belajar dari pengalaman 2.5. Hipotesis Ha : Ada hubungan kematangan emosi dengan kepuasan pernikahan 24
19 25
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.2 Definisi Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan
PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini menjelaskan tentang pembahasan teori yang sudah disinggung pada bab
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan tentang pembahasan teori yang sudah disinggung pada bab sebelumnya. Teori yang digunakan antara lain, definisi pernikahan, penyesuaian pernikahan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis
BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis Hubungan romantis merupakan aktivitas bersama yang dilakukan oleh dua individu dalam usaha untuk saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (Herning, dalam Sumiarti 1956). Sedangkan menurut Duval & Miller (1980)
BAB II LANDASAN TEORI A. Perkawinan 1. Defenisi perkawinan Perkawinan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita yang kurang lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah suatu hubungan yang sah dan diketahui secara sosial antara seorang pria dan seorang wanita yang meliputi seksual, ekonomi dan hak serta tanggung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun Surabaya pada bulan Juli-Oktober 2012 pada pelajar SMA dan sederajat yang berusia 15-17 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya disebut juga dengan mahluk sosial, karena membutuhkan keberadaan individu lain untuk mendukung kelangsungan hidupnya. Kehadiran individu
Lebih terperinciProsiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Endang Pudjiastuti, dan 2 Mira Santi
Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 HUBUNGAN ANTARA ASERTIVITAS DENGAN PENYESUAIAN PERKAWINAN PASANGAN SUAMI ISTRI DALAM USIA PERKAWINAN 1-5 TAHUN DI KECAMATAN COBLONG BANDUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan waktu perubahan dramatis dalam hubungan personal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perubahan yang terjadi pada individu di masa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap
BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Kebutuhan itu antara lain saling berkomunikasi, kebersamaaan, membutuhkan pertolongan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTAR PRIBADI
HUBUNGAN ANTAR PRIBADI Modul ke: Fakultas Psikologi Macam-macam hubungan antar pribadi, hubungan dengan orang belum dikenal, kerabat, hubungan romantis, pernikahan, masalah-masalah dalam hubungan pribadi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Intimacy 2.1.1. Definisi Intimacy Kata intimacy berasal dari bahasa latin, yaitu intimus, yang memiliki arti innermost deepest yang artinya paling dalam (Caroll, 2005). Intimacy
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipilah dan dikategorisasikan dan dilakukan penyeleksian, didapatkan tema
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson
BAB II LANDASAN TEORI A. Keintiman 1. Pengertian Keintiman Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson (dalam Kroger, 2001) mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperincimemberi-menerima, mencintai-dicintai, menikmati suka-duka, merasakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang butuh orang lain untuk melangsungkan hidupnya. Manusia memerlukan rasa aman, nyaman, dan kasih sayang yang diberikan oleh orang lain,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju masa dewasa, atau dianggap tumbuh mengarah pada arah kematangan (Sarwono, 2011: 11 & 48). Masa remaja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang wanita yang memilih untuk menikah dengan prajurit TNI bukanlah hal yang mudah, wanita tersebut harus memiliki komitmen yang kuat dalam hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kematangan Emosional 2.1.1. Pengertian Kematangan Emosional Kematangan emosional dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciProses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti
Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang 1. Faktor Genetik. 2. Faktor Eksternal a. Keluarga b. Kelompok teman sebaya c. Pengalaman hidup d. Kesehatan e.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciMENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)
GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial ditakdirkan untuk berpasangan yang lazimnya dilakukan melalui sebuah pernikahan. Hurlock (2009) menyatakan bahwa pernikahan adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Kepuasan Perkawinan Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan merupakan suatu ikatan antara pria dan wanita yang
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Adanya interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang dapat membentuk kepribadian seserang. Tidak dapat
Lebih terperinci