Beberapa contoh IATA terminology yang diambil dari general rules (Abbreviations and Definitions pada buku Passenger Air Tariff:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Beberapa contoh IATA terminology yang diambil dari general rules (Abbreviations and Definitions pada buku Passenger Air Tariff:"

Transkripsi

1 Beberapa contoh IATA terminology yang diambil dari general rules (Abbreviations and Definitions pada buku Passenger Air Tariff: Istilah Definisi Accompanied Ketika menggunakan harga anak & bayi, harus ditemani oleh orang dewasa yang membayar penuh sesuai tarif yang berlaku. Add-on Sejumlah harga yang hanya digunakan untuk menghitung tarif pada route langsung dari kota di Internasional ke kota domestik suatu negara. Juga untuk menghitung MPM nya. Adult Seseorang yang telah berusia di atas 12 tahun. Allowance, free Jumlah tertentu dari bawaan penumpang yang tidak dipungut baggage biaya oleh suatu airline, tiap-tiap airline memiliki kebijakan sendiri dalam menentukan besaran untuk bagasi cumacumanya. Applicable Fare The normal or special fare to be applied by taking into account all conditions relating to the passenger and his/her travel. Baggage Tag Sebuah dokumen yang diterbitkan oleh suatu perusahaan penerbangan untuk memberi tanda dari bagasi penumpang. Juga untuk memberi tanda tertentu (apakah benda tersebut termasuk dalam kategori benda pecah belah) dari bagasi tersebut. Diberi nomor, sesuai dengan nomor yang ditempelkan pada ticket penumpang. Boarding pass Semacam kartu yang diberikan kepada seorang penumpang sebelum naik pesawat, Penumpang yang memegang boarding pass berarti proses check in telah selesai dilakukan dan siap untuk naik pesawat sesuai dengan kelas, kompartemen dan nomor tempat duduk. Child Seseorang yang telah berusia dua tahun sampai dengan dua belas tahun. Circle Trip Suatu bentuk perjalanan pulang-pergi yang memiliki 2 fare component, dimana harga berangkat dan harga pulang memiliki nominal yang berbeda. Conjuction Ticket Two or more tickets concurrently issued to a passenger and Usaha Jasa Pariwisata of 87

2 Destination Direct Flight Fare Flight coupon Fare Construction Points Global Indicator Go-show Infant IATA ROE (Rate Of Exchange) Maximum Permitted Mileage (MPM) Miscellaneous Charges Order (MCO) No-show Passenger Passenger Name Record which together constitute a single contract of carriage. Kota terakhir, biasanya yang paling jauh yang dikunjungi oleh penumpang. Penerbangan antara dua kota yang akan dikunjungi, tanpa harus melakukan suatu pemberhentian diantara kedua kota tersebut. The amount charged by the carrier for the carriage of a passenger and his allowable free baggage and is the current fare which a carrier in the publication it normally uses to publish fares, holds out to the public, as being applicable to the class of service to be furnish. Kupon atau bagian ticket yang berisi semua informasi reservasi dan nama penumpang. Dengan kupon ini seorang penumpang dapat diterima untuk terbang. The terminal points of a fare component. These are also termed fare break point. Kode yang terdiri dari dua huruf yang dipakai untuk menentukan arah perjalanan dan sekaligus menentukan tariff perjalanan. A passenger without reservation who is able to board the plane. Seseorang yang berusia 0-24 bulan Nilai tukar mata uang setiap negara yang dikeluarkan IATA empat kali dalam setahun: Januari, April, Juli, Oktober The maximum mileage that may be travelled for a fare component. A document issued by a carrier or its agent requesting issue of an appropriate Passenger Ticket and baggage check or provision of services to the person named in such document. Passenger holding a reservation on a flight, who fails to use reserve for reason other than missed connection. Any person, except members of of the crew, carried or to be carried in an aircraft with the consent to carrier. A record of each passenger s travel requirements which contain all information necessary to enable reservations to be processed and controlled by the booking airline and the airline(s) participating in the carriage. Usaha Jasa Pariwisata of 87

3 Ticketing time limit Batas waktu dimana penumpang harus mengkonfirmasikan pemesanan ticketnya pada airline yang bersangkutan. Usaha Jasa Pariwisata of 87

4 Usaha Jasa Pariwisata of 87

5 IATA membagi wilayah dunia menjadi 3 wilayah, yaitu Area 1, Area 2, dan Area 3 dan sering disebut juga dengan TC 1, TC2, dan TC3. Pembagian wilayah tersebut berdasarkan penerapan dari airfare dan ketentuanketentuan IATA. Area 1 (TC1) meliputi : Seluruh Negara di Utara dan Selatan benua Amerika serta pulau-pulau yang berdekatan dengan benua Amerika. Central Amerika Greenland Bermuda West Indies dan pulau-pulau di Laut Karibia Kepulauan Hawaii termasuk Midway dan Palmyra. Area 2 (TC2) meliputi : Seluruh negara yang terdapat di benua Eropa berdekatan dengan benua Eropa. serta pulau-pulau yang Sebagian dari negara-negara Federasi Rusia di sebelah barat pegunungan Ural. Islandia Azores Seluruh negara di Afrika dan kepulauan yang berdekatan dengan benua Afrika. Sebagian negara-negara di Asia yang terdapat di sebelah barat pegunungan Ural, termasuk juga Iran. Area 3 (TC3) meliputi : Usaha Jasa Pariwisata of 87

6 Seluruh negara-negara di Asia termasuk pulau-pulau yang berdekatan dengan benua Asia, kecuali negara yang termasuk pada area 2 (TC2). Sebagian negara-negara Federasi Rusia di sebelah timur pegunungan Ural. Seluruh kepulauan di India Selatan, Australia dan Selandia Baru. Kepulauan di lautan Pacific, kecuali yang sudah termasuk dalam Area 1. Pada pembagian wilayah dunia, kita juga sering mengenal istilah-istilah Western Hemisphere (WH), serta Eastern Hemisphere (EH). Negara-negara yang termasuk dalam wilayah tersebut adalah : Western Hemisphere Seluruh Negara di Area 1 (TC1), meliputi : Amerika Utara Amerika Tengah Amerika Selatan Eastern Hemisphere Seluruh negara di Area 2 (TC2) dan Area 3 (TC3), meliputi : Negara-negara di Eropa, Afrika, Asia, Australia dan Selandia Baru. Area Karibia SUB-AREA TC1: 1.1. Amerika Utara : Canada USA Hawaii Alaska Mexico St. Pierre & Miquelon 1.2. Amerika Tengah : Belize El Salvador Honduras Costa Rica Guatemala Nicaragua 1.3. Amerika Selatan : Argentina, Ecuador Venezuela Bolivia Panama French Guiana Brazil Paraguay Guyana Usaha Jasa Pariwisata of 87

7 Chile Peru Suriname Colombia 1.4. Caribbean Area : Uruguay Anguilla Dominica Netherland Antilles Antigua & Barbuda Dominican Republic Nevis & St. Kitts Aruba Grenada (Carriacou, Puerto Rico Bahamas Barbados Bermuda Bonaire British Virgin Isl Cayman Island Cuba Mustique, & Palm Island) Guadeloupe incl. St. Barthelemy & Borthern St. Martin Haiti Jamaica Martinique Montserrat Saba St. Eustatius St. Lucia St. Vincent & The Grenadines Trinidad & Tobago Turks & Calcos Islands US Virgin Islands SUB DIVISI ATLANTIC TC1: 1.1. North Atlantic Canada USA Puerto Rico Greenland Alaska US Virgin Islands Mexico Hawaii 1.2. Mid Atlantic Caribbean Islands Central America South America, kecuali: Argentina, Brazil, Chile, Paraguay, Uruguay 1.3. South Atlantic Usaha Jasa Pariwisata of 87

8 Hanya Negara-negara ABCPU ( Argentina, Brazil, Chile, Paraguay, Uruguay). SUB AREA TC2: 2.1. Europe Albania Algeria Andorra Armenia Austria Azerbaijan Belarus Belgium Bosnia Herzegovina Bulgaria Croatia Cyprus Czech Republic Denmark Estonia Faroe Islands Finland Georgia Germany Gibraltar Greece Hungary Iceland Ireland Rep of Italy Latvia Liechtenstein Lithuania Luxemburg Macedonia Malta Moldova Rep of Monaco Morocco Norway Poland Portugal Madeira Romania Russia in Europe (RU) San Marino Serbia & Montenegro Slovakia Slovenia Spain Sweden Switzerland Tunisia Turkey Ukraine United Kingdom France Netherlands Di Eropa juga terkenal dengan sub grupnya, seperti Scandinava yang terdiri dari Negara: Denmark, Norway, dan Sweden Africa Afrika Tengah (Central Africa) Malawi Zambia Zimbabwe Usaha Jasa Pariwisata of 87

9 Afrika Timur (Eastern Africa) Burundi Ethiopia Somalia Djibouti Kenya Tanzania Eritrea Ruwanda Uganda Afrika Selatan (Southern Africa) Bostwana Mozambique South Africa Lesotho Namibia Swaziland Afrika Barat (Western Africa) Angola Equatorial Guinea Niger Benin Gabon Nigeria Burkina Faso Gambia Sao Tome & Principe Cameroon Ghana Senegal Cape Verde Guinea Sierra Leone Central African Rep Guinea Bissau Togo Chad Liberia Congo Mali Cote d Ivoire Mauritania Libya Hanya terdiri dari Libyan Arab Jamahiriya Indian Ocean Islands Comoros Mauritius Reunion Madagascar Mayotte Seychelles Timur Tengah (Middle East) Bahrain Jordan Saudi Arabia Egypt Kuwait Sudan Iran Lebanon United Arab Emirates Iraq Oman Syrian Arab Rep Israel Qatar Yemen, Rep of Usaha Jasa Pariwisata of 87

10 SUB AREA TC South East Asia (SEA) Brunei Darussalam Cambodia China (tidak termasuk Hongkong dan Macao) Chinese Taipe (Taiwan) Chrismast Island Cocos Island Guam Hong Kong Special Administrtive Region, China Indonesia Kazakstan Kyrgyzstan Laos Macao Special Administrative Region, China Malaysia Marshall Island Micronesia Mongolia Myanmar Northern Mariana Island Palau Philippines Rusian in Asia (XU) Singapore Tajikistan Thailand Timor Leste Turkmenistan Uzbekistan VietNam 2. SOUTH ASIAN SUB CONTINENT Afganistan India Pakistan Bangladesh Maldives Sri Lanka Bhutan Nepal 3. SOUTHWEST PACIFIC American Samoa Niue Australia Cook Island Fiji Frech Polynesia Kiribati Nauru New Caledonia New Zealands Papua New Guinea Samoa Solomon Islands Tonga Tuvalu Vanuatu Walls and Futuna Islands. Usaha Jasa Pariwisata of 87

11 4. JAPAN, KOREA (JAPKOR) Japan Korea, North Korea, South Area 1 Seluruh Benua Amerika mulai dari Utara sampai selatan Greenland, Bermuda, Pulau di Caribbean serta kepulauan Hawaii, Termasuk juga Midway dan Palmyra Area 2 Seluruh Negara yang terdapat di benua Eropa termasuk juga Negara Rusia yang terdapat di Eropa. Juga seluruh Negara yang terdapat di benua Afrika. Termasuk sebagian Negara yang terdapat di benua Asia, sebelah barat pegunungan Ural Area 3 Seluruh Negara di benua Asia, diluar wilayah yang sudah Termasuk pada Area 2 Seluruh kepulauan di lautan pacific, selain wilayah yang sudah Termasuk pada area 1. Kota-kota di benua di benua Australia Serta New Zealand Usaha Jasa Pariwisata of 87

12 Ialah dua huruf yang dijadikan indikasi atau tanda arah perjalanan, juga untuk menentukan jenis tariff yang digunakan.global Indicator diterapkan, selain menggunakan jarak terpendek tergantung pula dari perusahaan penerbangan yang dipilih oleh penumpang, sebagai contoh : perusahaan penerbangan dari negara di Eropa, seperti Air France (AF) merupakan perusahaan penerbangan Perancis. Bila akan ke Amerika, ia selalu singgah terlebih dahulu di salah satu negaranya seperti Paris. Global Indicator antara lain : Perjalanan yang dilakukan antara kota-kota di Area 1 dan kota-kota di Area 2 dan 3 melalui samudera/lautan Atlantik. Contoh : LON BOS (London Area 2, Boston Area 1) RIO-DKR (Rio de Janeiro TC 1, Dakar aea2) Perjalanan yang dilakukan melalui samudera/lautan Atlantik maupun lautan Pacific (Via area 1) Contoh : MNL SFO-AMS (Area 3- Area 1- Area 2) JKT-LAX-LON ( Area 3- Area 1- Area 2) Perjalanan antara kota-kota di Area 1 dan kota-kota yang terletak di Area 2 dan 3 (tetapi tidak melalui Siberia) Contoh : HKG LAX ( Hongkong Area 3, Los Angeles Area 1) SIN-YMQ (Singapura Area 3, Montreal Area 1) Route Trans Pasific. Antara Amerika Selatan san South West Pasific melalui Smerika Utara. Contoh : SYD LAX-MEX-SCL (Sydney di SWP, Santiago de Chile di Amerika Selatan, melewati Los Angelea & Mexico di Amerika UTara Route Atlantic Selatan (ABCPU) Perjalanan antara kota-kota yang terdapat di Atlantik Selatan (Argentina, Brazil, Chile, Paraguay & Uruguay) dan kota-kota yang terletak di SEA melalui/langsung ke satu pointt atau lebih kota kota yang terdapat di Afrika Tengah dan Afrika Selatan. Contoh : RIO-HKG (Hongkong di SEA, RIO di ABCPU) SIN-MRU-JNB-SAO (Singapura di SEA, Maurituis, Johannesburg di Afrika Selatan, Sao Paolo di ABCPU) Perjalanan yang terjadi hanya di dalam Area 1 saja. Contoh : YTO-NYC-MEX SCL-BUE-BOG Usaha Jasa Pariwisata of 87

13 Perjalanan di dalam Area 2/3 saja, atau antara kota di Area 3 dan kota-kota di Area 2. Contoh: JKT-BNE-SYD-SIN AMS-BKK-SIN Perjalanan antara kota-kota di negara-negara pada wilayah Federasi Rusia menuju kota-kota di Area 3/ EH kecuali JAPKOR. Perjalanan ini tidak via Siberia. Contoh: KHI-LED JKT-MOW Apabila route penerbangan yang dilalui secara langsung antara JAPKOR (Jepang, Korea) menuju negara-negara di Rusia (Penerbangan langsung) Contoh: MOW-TYO HKG-SEL-LED-MOW Apabila route penerbangan yang dilalui secara langsung antara JAPKOR (Jepang, Korea) menuju negara-negara di Eropa (Penerbangan langsung) Contoh: JKT-TYO-AMS-BKK Usaha Jasa Pariwisata of 87

14 Di bawah ini & pada halaman selanjutnya, terdapat beberapa contoh penerapan Global Indicator sesuai dengan perjalanan yang dilakukan per Area serta sesuai dengan Trafic Conference. Traffic Conference GI Route Keterangan TC1 WH RIO-MIA Rio de Janeiro terdapat di Brazil, sedangkan Miami terdapat di USA. Kedua negara tersebut terletak di benua Amerika. TC2 EH GVA-JNB Geneva terdapat di Switzerland Eropa, sedangkan Johannesburg di Afrika selatan. Benua Eropa & Afrika terdapat di Area 1. TC3 EH SIN-KBL Singapore terdapat di negara Singapore, sedangkan Kabul berada di Afghanistan. Kedua negara tersebut terdapat di Benua Asia. TC 1-2 AT ZRH-NYC-RIO Zurich terdapat di negara Switzerland Eropa, sedangkan New York (US) serta Rio de Janeiro (Brazil) di benua Amerika. Antara Eropa & Amerika melintasi lautan Atlantik. TC 3-1 PA BJS-HNL-SFO Beijing China di Asia, sedangkan Honolulu di lautan Pacific serta San Francisco (US) di benua Amerika. Antara Benua Asia & Amerika melintasi lautan Pacific. Usaha Jasa Pariwisata of 87

15 Traffic Conference GI Route Keterangan SEA-TPE Seatle (US) di benua Amerika, sedangkan Taipeh (CN) di Asia. Antara Benua Asia & Amerika melintasi lautan Pacific. BOG-SFO-MNL Bogota Colombia di Amerika Selatan & San Francisco (US), kedua negara tersebut terdapat dibenua Amerika. Sedangkan Manila di Philippine Asia. Antara Asia & Amerika melintasi lautan Pacific. PN SYD-LAX-MEX-SCL Sidney di Australia, Santiago de Chile di Amerika Selatan, melewati Los Angeles & Mexico di Amerika Utara. Perjalanan yang dilakukan antara Amerika Selatan dan South West Pacific melalui America Utara disebut Transpacific (PN). TC AT HKG-LON-YTO Hong Kong di Asia serta London (UK) di Eropa. Sedangkan Toronto (CA) di benua Amerika. Antara Eropa & Amerika melintasi lautan Atlantik. RIO-FRA-BKK Antara Rio de Janeiro (BR) di benua Amerika & Frankfurt Germany di benua Eropa melintasi lautan Atlantic. Sementara Bangkok Thailand di Asia. Sedangkan antara Asia & Eropa melintasi laut yang tidak seluas samudera atlantic & Pacific. KHI-KWI-NYC Karachi Pakistan di Asia Selatan, Kuwait di middle East Afrika. Serta New York di benua Amerika. Yang melintasi samudera atlantik adalah antara Kuwait & New York. DAC-X/DEL-X/BRU-NYC Untuk route ini, pesawat hanya Usaha Jasa Pariwisata of 87

16 Traffic Conference GI Route Keterangan transit di Delhi India, serta Brussel Belgium di Eropa. Sedangkan routenya adalah antara Dhaka Bangladesh di Asia Selatan dan New York di Amerika. Jadi yang melintasi samudera Atalantic adalah antara BRU & NYC. SA RIO-JNB-HKG Antara Rio de Janeiro Brazil dan Hong Kong di SEA melalui/ langsung ke Johannesburg. Perjalanan ini dinamakan South Atlantic Routing. SIN-MRU-JNB-SAO Singapore salah satu negara di SEA, Mauritius, Johannesburg di Afrika Selatan, Sao Paolo di Brazil yang merupakan salah satu negara ABCPU TC 2-3 AP HKG-YVR-LON Perjalanan antara Hong Kong & Vancouver melintasi samudera Pacific, sedangkan antara Vancouver melintasi samudra Atlantic. Sehingga ada 2 samudera yang dilintasi yaitu Atlantic & Pacific. MOW-TYO Penerbangan langsung dari kota di Rusia dengan Tokyo, salah satu kota di JAPKOR. RU HKG-SEL-MOW-LED Penerbangan langsungnya antara Seoul, Korea & Moscow Rusia. Untuk Hong Kong & St. Piettersburg merupakan kota Origin & Destination dari perjalanan ini. TS STO-TYO Penerbangan langsung dari Stockhlom kota di Sweden Europe, selain kota-kota Rusia dengan Tokyo Japan. BKK-TYO-FRA Penerbangan langsung antara Tokyo Usaha Jasa Pariwisata of 87

17 Traffic Conference GI Route Keterangan Japan dan Frankfurt Germany Europe. Sementara Bangkok Thailand adalah salah satu kota di Asia. MOW-PAR-OSA Penerbangan langsungn antara Osaka Japan dan Paris France di Europe. Sedangkan Moscow Rusia tidak terbang langsung ke Asia, tapi singgah di Paris. FE MOW-SIN IEV-MOW-BJS-TYO Penerbangan langsung antara Kota Moscow di Rusia dengan Singapore kota di Asia selain Japkor. Penerbangan langsungnya antara Moscow dengan Beijing. Kiev Ukraine di Europe sebagai kota Origin. Sedangkan Tokyo biarpun merupakan salah satu kota di JAPKOR, tapi tidak melakukan terbang langsung. HKG-DXB-MOW Hong Kong di Area 3, sedangkan Dubai di Arab Emirates serta Moscow Rusia kedua kota tersebut berada di Area 2. EH MOW-PAR-SIN Moscow & Paris kedua kota tersebut berada di Europe area 2, sedangkan Singapore di Asia merupakan Area 3. JNB-KUL-SYD Johannesburg di afrika merupakan area 2, sedangkan Kualalumpur di Malaysia & Sydney di Australia termasuk dalam area 3. Usaha Jasa Pariwisata of 87

18 Cara penghitungan ticket didasarkan pada indikator penjualan ticket tersebut. Akan tercantum dalam kolom kanan atas pada ticket penerbangan, kolom (Origin- Destination) setelah city code. CANADA dan USA dimasukan dalam 1 negara / merupakan 1 COC, begitu juga dengan Denmark, Norway & Sweden yang lebih sering dikenal dengan Scandinavia. Juga untuk Bosnia Harzegovina / Croatia / Slovenia / Yugoslavia, ke empat negara itu masuk dalam 1 COC. C.O.C = Country of Commencement (Merupakan negara pertama kali dimana suatu perjalanan dimulai) SITI = Sold inside Ticketed Inside, maksudnya: Ticket diterbitkan & dijual di negara yang sama di negara asal keberangkatan. Dalam 1 COC. Terhitung mulai tahun 2005, Pembelian & Penerbitan ticket dapat dilakukan dimana saja. Tapi tarif tetap dihitung dari kota keberangkatan. NO. PAYMENT ISSUE ROUTE CODE 1. Inside C.O.C Inside C.O.C LON-PAR S I T I London 2. Outside C.O.C London Inside C.O.C SEA-TPE SOTI Taipeh 3. Inside C.O.C Vancouver Outside AKL-LAX SITO Auckland C.O.C 4. Outside C.O.C Sydeny Outside JNB-SIN SOTO Nairobi C.O.C Nairobi Dari tabel yang tertera di atas, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Point of Origin adalah London, ticket dibayar & diterbitkan di London. Usaha Jasa Pariwisata of 87

19 2. Point of Origin adalah Seatle (US), Ticket dibayar di Taipeh (CN) & diterbitkan di Vancouver (CA) yang merupakan 1 COC dengan Seatle (US). 3. Point of Origin adalah Auckland (NZ), Ticket dibayar di Auckland (NZ) & diterbitkan di Sydney (AU). Sydney adalah salah satu kota yang terdapat di Australia yang merupakan outside dari negara keberangkatannya (New Zealand). 4. Point of Origin adalah Johanesburg (ZA), Ticket dibayar di Nairobi (KE) & diterbitkan di Nairobi (KE). Sedangkan Nairobi adalah salah satu kota yang terdapat di Kenya yang merupakan outside dari negara keberangkatannya (South Africa). Catatan: Cara penghitungan harga ticket tetap dihitung dari kota/negara keberangkatannya. A. MENGHITUNG TARIF PENERBANGAN INTERNASIONAL 1. MACAM-MACAM BENTUK PERJALANAN Usaha Jasa Pariwisata of 87

20 Yang harus diingat bila kita menentukan suatu bentuk perjalanan, antara lain: International Sales Indicator Macam / bentuk perjalanan Contoh bentuk- bentuk perjalanan: 1. Perjalanan One Way B C A 2. Perjalanan Round Trips B B A A C 3. Perjalanan Circle (Circle Trip) B C D A D E 4. Perjalanan Open Jaw Usaha Jasa Pariwisata of 87

21 B A C Domestic Surface Break D 5. Perjalanan the World Trip TC 1 B A TC 2 TC 3 F E Usaha Jasa Pariwisata of 87

22 Langkah-langkah dalam penghitungan tarif One-Way untuk penerbangan Internasional No. Langkahlangkah Penerapannya dalam penghitungan tarif 1. FCP Fare Construction Point Tetapkan fare construction point dari fare komponen yang ada. (Kota asal keberangkatan/origin-kota tujuan/destination) 2. NUC Neutral Unit of Construction Carilah berapa NUC yang harus diterapkan dari Origin- Destination berdasarkan Global Indicator, kelas dan penerbangan apa yang akan digunakan. 3. RULE Peraturan apa saja yang harus diterapkan, atas penggunaan NUC yang telah dipilih. 4. MPM Maximum Permitted Mileage Jarak maksimum yang diperkenankan untuk ditempuh pada suatu route tertentu. 5. TPM Ticketed Point Mileage Merupakan jarak per sektor yang ditempuh dalam suatu route penerbangan. 6. EMA Extra Mileage Allowance Pengurangan total TPM, dicari bila total TPM melebihi MPM 7. EMS Excess Mileage Surcharge Kelebihan jarak yang harus dibayar oleh penumpang 8. HIP Higher Intermediate Point Dicari adakah harga: Origin-Intermediate Intermediate-Intermediate Intermediate - Destination yang melebihi harga Origin - Destination RULE Berdasarkan harga HIP, adakah peraturan baru yang harus diterapkan 9. AF Applicable Fare Hasil dari penghitungan Tarif dituliskan dalam NUC Usaha Jasa Pariwisata of 87

23 No. Langkahlangkah Penerapannya dalam penghitungan tarif 10 CHECK BHC Backhaul Check apa bila ada. (Bila harga Origin-Intermediate dari Origin - Destination) 11 TOTAL Hasil akhir yang diperoleh setelah semua langkah di atas dilakukan. Hasil akhir dalam bentuk NUC 12 IROE IATA Rate Of Exchange 13 LCF Local Currency Fare Langkah 1: Menentukan Fare Construction Point (FCP) One-way journey dengan 1 fare component Origin Intermediate points (Transfer Points) Destination Langkah 2: Tentukan Fare Type, Journey Type, Carrier code dan Global Indicator Contoh: Kelas yang digunakan: F, C, Y dan Premier atau secondary class Jenis perjalanan: (OW, RT, Circle Trip) Carrier code: GA, CX, JL, KL, UA Global Indicator: AT,WH,EH, PA,AP, TS, RU, FE, SA, PN Usaha Jasa Pariwisata of 87

24 Di bawah ini terdapat contoh dari dua langkah pertama yang telah dijelaskan: JKT BKK AMS LON Perjalanan dengan Global Indicator EH Perjalanan satu arah (One Way) dengan kelas Ekonomi Jakarta, Indonesia (TC3) Bangkok di Thailand (TC3) Amsterdam di Netherlands (TC2) London di United Kingdom (TC2) Perjalanan antara Area 3 dan 2 dengan Global Indicator EH Steps Komponen Keterangan FCP JKT LON Route di atas memiliki 1 fare komponen, dengan Origin point di Jakarta serta Destination Pointnya di London Fare types Y OW EH Class of service yang digunakan Ekonomi normal Bentuk perjalanannya One Way (karena Origin & destinationnya dengan kota yang berbeda) Global Indicator yang digunakan EH, karena kotakota yang dilaluinya berada di Area 3 dan Area 2. Langkah , Tentukan: NUC (sesuai dengan kelas, jenis perjalanan dan Global Indicator) Rules ( dapat dilihat dalam buku Passenger Air Tariff ) MPM Di bawah ini terdapat contoh penggabungan antara dua langkah pertama dan tiga langkah berikutnya: JKT BKK AMS- LON in Y Class OW Steps Komponen 1. FCP JKT LON 2. Fare types Y OW 3. NUC 2380,00 4. Rules Y MPM EH 9116 Usaha Jasa Pariwisata of 87

25 Data-data di atas diambil dari cuplikan PAT, untuk buku Worldwide Fare ini: FARE TYPE CAR CDE HEADLINE CITY CURRENCY NUC RULES GI MPM ROUTING JAKARTA (JKT) INDONESIA US DOLLAR (USD) To LONDON (LON) EH 9116 TS AP Y ,00 Y146 EH Y ,00 Y146 EH Y ,00 Y146 TS Y ,00 Y146 TS Y ,00 Y146 AP Y ,00 Y146 AP Usaha Jasa Pariwisata of 87

26 Mileages system digunakan, bila kota antaranya (intermediate point) yang digunakan lebih dari satu point. Sebagai contoh, untuk route/itinerary: JKT- BKK AMS-LON Pada route / itenerary di atas memiliki 2 kota antara, yaitu: Bangkok dan Amsterdam. Dalam mileages system terdapat : A. Unsur dasar (terdiri dari 4 unsur dasar), seperti MPM, TPM, EMA dan EMS B. Faktor pelengkap, terdiri dari: Specified routings, Stopovers, Side trips, Indirect travel limitations, Higher Intermediate fares, Minimum fare checks, Special provision (Ticket taxes and Fees Charges). MPM / Maximum Permitted Mileage merupakan jarak maximum yang diperbolehkan untuk ditempuh dalam suatu route penerbangan. Sebagai contoh: JKT-LON, MPM nya dengan Global Indicator EH = 9116 (Bila route yang dilaluinya berkisar di Area 2, berkisar di Area 3 saja atau antara area 2 & 3 juga kebalikannya. Tapi tidak melewati kota-kota yang berada dijapkor). Contoh untuk route: JKT- BKK AMS-LON JKT-LON, MPMnya dengan Global Indicator AP = ( Bila route yang dilaluinya melewati lautan Atlantic & lautan Pacific). Contoh: JKT-SYD-HNL- NYC-LON JKT-LON, MPMnya dengan Global Indicator TS = (Bila route yang dilaluidari Area 2 di Europe ke Area 3 di Asia atau sebaliknya melewati salah satu kota di JAPKOR). Contoh route: JKT- BKK TYO-LON Usaha Jasa Pariwisata of 87

27 TPM / Ticketed Points Mileage, Merupakan jarak per sektor yang ditempuh dalam suatu route penerbangan. Tabel TPM terdapat dalam buku General Rules Passenger Air Tariff di bagian halaman putih setelah halaman yang berwarna hijau. Apabila TPM untuk satu point ke point berikutnya tidak ditemukan (terdapat) dalam buku General Rules Passenger Air Tariff, maka TPM dapat diperoleh dengan cara: TPM (A-B) = MPM (A-B) 1.20 Usaha Jasa Pariwisata of 87

28 Contoh Table TPM: Between/And TPM GI Between/And TPM GI Amsterdam NL Jakarta ID Bangkok TH 5703 EH Abu Dhabi AE 4133 EH Dubai AE 3210 EH Bangkok TH 1452 EH London GB 606 EH Kuwait KW 4638 EH Sydney AU 3408 EH Bangkok TH London GB Abu Dhabi AE 3084 EH Aberdeen GB 399 EH Amman JO 4235 EH Singapore SG 6748 EH Amsterdam NL 5703 EH Washington DC US 3672 AT Tokyo JP 2868 EH Kode Negara Dari beberapa route di bawah ini memiliki Origin & Destination yang sama, yang membedakannya adalah MPM, Global Indicator dan jumlah TPM. Route MPM Global Indicator Total TPM JKT BKK AMS - LON 9116 EH 7761 JKT SYD HNL NYC - LON AP JKT BKK TYO - LON TS Usaha Jasa Pariwisata of 87

29 Cara menghitung Total TPM 1. JKT SYD HNL NYC - LON = TPM Total TPM = = JKT BKK TYO LON = TPM Total TPM = = Usaha Jasa Pariwisata of 87

30 Setelah kita mempelajari Mileage System, sampailah kita pada Langkah ke 6: Sebagai contoh : JKT BKK AMS LON TPM = Total TPM = = 7761 JKT GA - BKK KL - AMS BA - LON Steps Component 1. FCP JKT LON 2. Fare Types Y OW EH 3. NUC Rules Y MPM EH Total TPM 7761 Dalam formula tersebut di atas, MPM > TPM, maka NUC yang ada dapat diterapkan. Langkah 7: Usaha Jasa Pariwisata of 87

31 EMA merupakan esktra miles yang diberikan pada satu rute tertentu dengan melalui rute tertentu pula. EMA hanya dipakai jika total TPM melebihi dari MPM, hal ini dikarenakan penumpang memiliki kelebihan jarak dari ketentuan yang telah ditetapkan. Route MPM Glob-al Indicator Total TPM JKT BKK AMS - LON 9116 EH 7761 JKT SYD HNL NYC AP LON JKT BKK TYO - LON TS Dari ketiga route di atas, yang memiliki kelebihan jarak adalah untuk route: JKT-SYD-HNL- NYC-LON Jarak yang diperbolehkan hanya 15606, tapi jarak yang ditempuh Sehingga penumpang dikenakan surcharge. Agar surcharge yang dibayar penumpang tidak terlalu besar, check lah terlebih dahulu apakah adatpm deduction (EMA) untuk mengurangi jarak pada total TPM. Catatan, pada saat check EMA (TPM deduction) dalam Passenger Air tariff: TPM deduction (EMA) dapat diketahui setelah adanya total TPM TPM deduction hanya bisa diterapkan untuk route yang sesuai dalam table. Dalam satu fare component, hanya bisa dipakai satu TPM deduction. Berikut ini cara membaca table TPM Deduction / EMA. Tabel EMA terdapat pada buku General Rule, pada section Aplication Tariff. Pada tabel EMA terdapat 4 (empat) kolom yang terdiri dari: kolom between, and, VIA dan kolom TPM Deduction. Untuk melihat cara pemakaiannya, hendaklah diketahui terlebih dahulu kota-kota yang tertera dalam kolom between serta and, yang berarti berlaku bolak-balik. Angka dalam kolom TPM Deduction adalah jumlah pengurangan yang dapat diterapkan untuk mengurangi total TPM. Sedangkan kota-kota yang terdapat pada kolom via adalah kota-kota yang dilaluinya, bila tidak melewati kota-kota seperti yang tertera pada kolom via maka pengurangannya tidak dapat digunakan. Walaupun kota origin dan destinationnya dari route yang dilaluinya sama seperti yang terdapat pada kolom Between & And. Usaha Jasa Pariwisata of 87

32 Untuk route: JKT-SYD-HNL- NYC-LON (Kota-kota yang dilaluinya berada pada area 1dan 3, sebagai contoh Jakarta di Area 3 sedangkan New York di Area 1, kota yang dilaluinya salah satunya melewati Honolulu) oleh karena itu table yang harus kita lihat: Perjalanan antara Areas 1 dan 3 melintasi samudera Pacific. Between And Via USA/Canada Area 3 Hawaii for North / Central Pacific fares only TPM Deduction 800 Total TPM yang ada = masih lebih besar dari jarak yang diperbolehkan yaitu Karena TPM yang baru masih lebih besar dari MPM, penumpang tetap harus membayar surcharge. Tapi tidak sebesar sebelum total TPM dikurangi EMA. Di bawah ini cuplikan dari tabel EMA yang terdapat pada buku Passenger Air Tariff, berdasarkan Area-area yang ada. Dapat menggunakan semua penerbangan. 1. Perjalanan yang dilalui berkisar pada Area 1 Between And Via Buenos Aires/Montevideo Canada/Mexico/USA RIO/SAO with no stopover at either point TPM Deduction 510 Buenos Aires/Montevideo Caracas Wholly within South America Perjalanan yang dilakukan berkisar pada Area 2 lebih khusus lagi, route yang dilewati hanya berada di Europe. Between And Via TPM Usaha Jasa Pariwisata of 87

33 Amsterdam Bergen any routing 150 Deduction Barcelona Geneva Basle (no stopover) 35 Bergen Geneva any routing 43 Bilbao Zurich Barcelona (no stopover) 66 Stavanger Paris any routing Perjalanan yang dilalui antara kota-kota di Europe dengan Middle East Between And Via TPM Deduction Europe Iran (Except Tehran) Tehran 100 Budapest Middle East A point in Europe other than in Hungary Perjalanan yang dilalui berkisar pada Area 3 Between And Via Osaka/Tokyo Denpasar Bali Via Jakarta with no stopover, no additional intermediate points between JKT DPS TPM Deduction 70 Area 3 (except when travel is wholly within Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Maldives, Pakistan, India, Nepal and Sri Lanka) A point in Area 3 Via both BOM & DEL, or to/from BOM via DEL, or to/from DEL via BOM, or Via both ISB & KHI, or to/from ISB via KHI, or to/from KHI via ISB Perjalanan yang dilalui antara Area 1 dan area 2 melintasi lautan Atlantic Between And Via TPM Usaha Jasa Pariwisata of 87

34 Canada/Mexico/USA South Africa Tel Aviv 660 Deduction 6. Perjalanan yang dilalui antara Area 2 dan area 3 Between And Via TPM Deduction Europe Australia Harare Johannesburg 518 Middle East TC3 (except South West Pacific Via both BOM & DEL, or to/from BOM via DEL, or to/from DEL via BOM, or Via both ISB & KHI, or to/from ISB via KHI, or to/from KHI via ISB 700 Tabel EMA yang tertera di bawah ini, merupakan pengurangan jarak apabila menggunakan penerbangan tertentu. 1. Perjalanan yang dilalui berkisar pada Area 1, dengan menggunakan penerbangan tertentu. TPM Between And Via Deduction Canada/USA Colombia (except Bogota) AA via Bogota 650 Florida Bermuda AA via Miami (Note 1) 500 NOTES: 1. All travel in Canada/USA must be via AA 2. All travel within Area 1 must be via AA 2. Perjalanan antara Areas 1 dan 3 melintasi samudera Pacific,dengan menggunakan penerbangan tertentu. Between And Via TPM Usaha Jasa Pariwisata of 87

35 Brazil (except RIO/SAO) Area 3 (except SWP) AA via RIO/SAO (note 2) 1600 Deduction Canada Seoul CX via HKG (note 3) 390 NOTES: 1. All travel must be via the services of AA 2. All travel within Canada/Caribbean/USA and Mexico area and between Brazil and USA must be via AA 3. Transpacific carrier must be CX Contoh penerapan EMA dalam penghitungan tarif penerbangan internasional: JKT-GA- BKK-TG-MNL-PH-SEL-KE-HNL-UA-LAX Contoh penerapan EMA dalam penghitungan tarif penerbangan internasional: JKT GA BKK TG MNL PH SEL KE HNL UA LAX From/To Steps Component JKT TPM 1. FCP JKT LAX BKK Fare Types Y OW PA MNL NUC SEL RULE NONE HNL MPM PA LAX TPM TOTAL TPM EMA 800 E/HNL NEW TPM Total TPM MPM , dalam kasus ini maka EMA dapat diterapkan: Total TPM EMA = = (New TPM) From/To JKT Carr Fare Calc. BKK GA Usaha Jasa Pariwisata of 87

36 MNL TG SEL PH E/HNL HNL KE M LAX UA 1272,00 Total fare Calc FARE Langkah 8: Bila total TPM melebihi dari MPM meskipun Mileage Allowance telah digunakan, penumpang masih memiliki kelebihan jarak. Usaha Jasa Pariwisata of 87

37 EMS / Extra Mileage Surcharge, merupakan biaya tambahan yang dikenakan bila total TPM melebihi MPM. Air Tariff menunjukan ada lima tingkatan dari tambahan biaya, berdasar dari jumlah kelebihan. Formula: Total TPM = EMS MPM Jika hasilnya: Surcharge Harus ditulis: NUC harus dikalikan dengan % 5M % 10M % 15M % 20M % 25M 1.25 > Lowest Combination EMS pada ticket dituliskan dengan kode M Di bawah ini terdapat beberapa contoh penghitungan surcharge: Contoh 1: MPM TPM Results Surcharge EMS % 5M % 15M % 10M % 25M % 20M Contoh 2: JKT SYD HNL NYC LON Usaha Jasa Pariwisata of 87

38 = Total TPM MPM untuk JKT LON = AP Total TPM = EMA = 800 Total TPM Baru = = Walaupun sesudah dikurangi EMA, Total TPM barunya masih lebih besar dari MPM (15606). Oleh karenanya perjalanan ini memiliki surcharge 5%. Contoh 3: JKT GA BKK KL AMS BA LON in Y OW Total TPM = 7761 ( ) Steps Component 1. FCP JKT LON 2. Fare Types Y OW EH 3. NUC RULE Y MPM EH TPM 7761 Dalam formula tersebut di atas, MPM = 9116 > TPM=7761, maka NUC yang ada dapat diterapkan. Sehingga pelanggan tidak dikenakan tambahan biaya, karena masih masuk pada jarak yang diperkenankan. Usaha Jasa Pariwisata of 87

39 Cara penulisannya bila pelanggan tidak dikenakan surcharge/ tambahan biaya. Dimunculkan dalam kolom tiket (fare Calculation box), hanya dituliskan dengan kode huruf M seperti tertera di bawah ini: From/To JKT Carr Fare Calc. BKK GA AMS KL M LON BA 2380,00 Total fare calc FARE Kode huruf M dapat diterapkan pada saat penulisan di fare calculation box, bila terdapat intermediate point walaupun hanya terdiri dari satu kota. JKT - GA - BKK - KL - AMS - BA - LON Airline Code Pada itinerary ini: JKT BKK AMS LON = Origin Point (Kota asal keberangkatan) = Intermediate Point (Kota antara Origin dan destination point) = Intermediate Point (Kota antara Origin dan destination point) = Destination Point (Kota tujuan) Usaha Jasa Pariwisata of 87

40 Contoh 4: JKT-CX- HKG-CX-DXB-OA-ATH-AZ-ROM From/To Steps Component JKT TPM FCP JKT ROM HKG 2035 Fare types Y OW EH DXB 3698 NUC 1648,00 ATH 2034 Rules None ROM 657 MPM EH 8283 Total TPM 8433 TPM 8433 EMA Nil EMS 5% Hitungannya: EMS = 5% = 5 M Applicable Fare = X 5% = Total fare Calculation = NUC = NUC Cara lain: EMS = 5% = 5 M Applicable Fare = X 1.05 = Total fare Calculation = NUC Contoh 5: JKT-GA-SYD- QF-HNL- AA-NYC-BA-LON From/to JKT TPM SYD 3408 HNL 5087 NYC 4966 LON 3458 Total TPM Usaha Jasa Pariwisata of 87

41 Steps Component FCP JKT - LON Fare types Y OW AP NUC Rules Y 146 MPM AP TPM EMA 800 EMS 5% The new TPM = = Total TPM = EMS MPM = = 5% = 5M From/To JKT Carr Fare Calc SYD GA HNL QF E/HNL NYC AA 5M LON BA Total Fare Calculation ROE NUC FARE USD Usaha Jasa Pariwisata of 87

42 Di bawah ini terdapat cuplikan dari tabel Currency Conversion, dalam tabel ini kita akan dapati IROE (IATA Rate of Exchange). Tabel ini dapat dijumpai pada buku Passenger Air Tariff (General Rule dan Worldwide Fares) CURRENCY CONVERSION RATES Country Currency Name Curr. Code From NUC Local Curr Fare Rounding Units Other Charge s Decima l Unit Germany Euro EUR Hong Kong Indonesi a Indonesi a Hong Kong Dollar HKD Note Rupiah IDR ,2, 8 US Dollar USD Japan Yen JPY Korea (Rep of) Won KRW , Lesotho Loti LSL Thailand Baht THB United Kingdom Pound Sterling GBP ,8 NOTES 1. For information apply to the nearest office of an issuing or participating airline. 2. International fares, fares related charges and excess baggage charges will be quoted in US Dollars. The conversion rate shown herein is to be used solely to convert local currency domestic fares to US Dollars, permitting the combination of domestic fares and international fares on the same ticket. Usaha Jasa Pariwisata of 87

43 5. Rounding of fares and other charges shall be to the nearest rounding unit. For example if rounding unit is 1: Between: 0.01 and 0.49 round down 0.50 and 0.99 round up 7. Charges to promotional fares in Japanese Yen shall be calculated to JPY 1 and rounded up to JPY Refer to PAT General Rule book section for sources for bankers rates of exchange. Penjabaran dari kolom-kolom yang terdapat pada tabel Currency Conversion: Neutral Unit of Construction Adalah mata uang fiktif (tidak sebenarnya) yang digunakan dalam perhitungan tariff penerbangan International. NUC, digunakan karena dalam penerbangan International melibatkan bermacam-macam mata uang. Selalu digunakan 2 (dua) angka di belakang koma, tanpa pembulatan. Contoh: NUC. 5678,98 76 Angka 7 dan 6 dihilangkan tanpa pembulatan NUC. 5678,98 Rate of Exchange Merubah Local Currency Fare (LCF) menjadi NUC. (LCF: ROE = NUC) Merubah nilai NUC, di dalam perhitungan ticket International menjadi LCF, berdasarkan COC. (NUCX ROE = LCF) Tidak ada pembulatan untuk nilai ROE Daftar IROE (IATA Rates of Exchange dapat dilihat pada tabel Currency Conversion Rates, di dalam setiap buku PAT Fares. Usaha Jasa Pariwisata of 87

44 Diterbitkan oleh IATA Clearing House 4 x dalam setahun: Bulan FEB MAY AUG NOV Efektif berlaku 01 APR 30 JUN 01 JUL 30 SEP 01 OCT 31 DEC 01 JAN 31 MAR LCF merupakan hasil akhir harga ticket dari suatu perjalanan. Mata uang sebenarnya, dari Negara di mana perjalanan mulai dilaksanakan. Prosedur pembulatan hanya berlaku untuk perhitungan LCF Hal yang harus diperhatikan selain RU ( Rounding Unit), adalah keterangan dari Note Referensinya yang terdapat pada akhir dari tabel Currency Regulation dibuku Worldwide Fares Pembulatan yang sering digunakan: 0,5 * 1 * 5 * 10 *20 * 50 * 100 *1000 Usaha Jasa Pariwisata of 87

45 CONTOH PROSEDUR PEMBULATAN: Country NUC Currency ROE Roun ding Unit (RU) Note Ref LCF 1. Tunisia 2. Canada 3. Thailand 4. Luxemburg 5. Mauritania 6. Spain 7. Portugal 8. Italy TND CAD THB LUF MRO ESP PTE ITL Penjabaran dari contoh Prosedur Pembulatan 1. Tunisia, dengan RU (Rounding Unit) = 0,5 LSF = NUC x ROE = 1934,67 x 0,97896 = 1893,9645 = 1894 Keterangan: 3,9645 dibulatkan ke atas menjadi 4, karena RU nya 0,5 dibulatkan dengan kelipatannya. Dibulatkan ke atas karena 3,9645 = 0,9 lebih besar dari 0,1 dan pada RU nya tidak terdapat note. 2. Canada, dengan RU (Rounding Unit) = 1 (note. 3,11) LSF = NUC x ROE = 1934,67 x 1,40128 = 2711,0143 = 2711 Keterangan:,0143 lebih kecil dari 0,49 jadi angka tersebut diabaikan. Karena ada not 3 yang menyatakan bahwa angka yang berada di bawah 0,49 diabaikan saja. 3. Thailand, dengan RU (Rounding Unit) = 5 LSF = NUC x ROE Usaha Jasa Pariwisata of 87

46 = 1934,67 x 25,06023 = 48483,2751 = Keterangan: 3,2751 dibulatkan ke atas menjadi 5, karena RU nya 5 dibulatkan dengan kelipatannya. Dibulatkan ke atas karena 3,2751 = 0,2 lebih besar dari 0,1 dan pada RU nya tidak terdapat note. 4. Mauritania, dengan RU (Rounding Unit) = 20 LSF = NUC x ROE = 1934,67 x 123,03640 = = Keterangan: dibulatkan ke atas menjadi 40, karena RU nya 20 dibulatkan dengan kelipatannya. Dibulatkan ke atas karena = 0,8 lebih besar dari 0,1 dan pada RU nya tidak terdapat note. 5. Luxemburg, dengan RU (Rounding Unit) = 10 LSF = NUC x ROE = 1934,67 x 31,31354 = 60581,3664 = Keterangan: 81,3664 dibulatkan ke atas menjadi 90, karena RU nya 10 dibulatkan dengan kelipatannya. Dibulatkan ke atas karena 81,3664 = 0,3 lebih besar dari 0,1 dan pada RU nya tidak terdapat note. 6. Spain, dengan RU (Rounding Unit) = 50 LSF = NUC x ROE = 1934,67 x 130,88602 = = Keterangan: dibulatkan ke atas menjadi 50, karena RU nya 50 dibulatkan dengan kelipatannya. Dibulatkan ke atas karena = 0,2 lebih besar dari 0,1 dan pada RU nya tidak terdapat note. 7. Portugal, dengan RU (Rounding Unit) = 100 LSF = NUC x ROE Usaha Jasa Pariwisata of 87

47 = 1934,67 x 156,93616 = = Keterangan: dibulatkan ke atas menjadi 700, karena RU nya 100 dibulatkan dengan kelipatannya. Dibulatkan ke atas karena = 0,6 lebih besar dari 0,1 dan pada RU nya tidak terdapat note. 8. Italy, dengan RU (Rounding Unit) = 1000 LSF = NUC x ROE = 1934,67 x 1612,79936 = = Keterangan: 20, dibulatkan ke atas menjadi 121,000, karena RU nya 1000 dibulatkan dengan kelipatannya. Dibulatkan ke atas karena = 0,5 lebih besar dari 0,1 dan pada RU nya tidak terdapat note. Usaha Jasa Pariwisata of 87

48 Termasuk dalam Mileage System. Terdapat dalam satu fare komponen. Dalam satu fare komponen, ada harga yang lebih besar dari harga Origin Destination. o Origin Intermediate o Intermediate Intermediate lebih besar dari Origin Destination o Intermediate Destination Contoh: Harga Intermediate Destination lebih besar dari Origin Destination Itinerary : MAD-IB-AMS-KL- X/TYO-JL-HKG TPM : MAD- AMS= 909 AMS-TYO = 6007 TYO-HKG = 1822 (O - D) MPM NUC MAD-HKG TS (O - I S/O) MPM NUC MAD- AMS EH MAD-TYO TS (I S/O - I S/O) MPM NUC AMS-TYO TS (I S/O D) MPM NUC AMS-HKG TS TYO-HKG EH Terdapat 2 harga yang lebih besar dari MAD-HKG = , yakni: AMS-TYO AMS-HKG MAD-HKG = Usaha Jasa Pariwisata of 87

49 Dari dua harga yang lebih besar dari harga O-D, dipilihlah yang terbesar: AMS-HKG = Dari contoh di atas, maka: Untuk itinerary: MAD-IB-AMS-KL- X/TYO-JL-HKG Fare Type : YISI: SITI Dibayar di Spain. Fare Construction: FCP MAD-HKG NUC RULE Y 146 MPM TS FROM/TO MAD CARR FARE CALC AMS IB M X/TYO KL AMSHKG HKG JL TPMs 8738 EMA(*) EMS(*) NA M HIP(*) AMS-HKG = RULE Y 146 AF(*) CHECK BHC NIL TOTAL NUC TOTAL FARE CALC ROE NUC IROE LCF = NUC x IROE = x EUR FARE EUR Catatan: Tanda (*) adalah bagian yang harus dimasukan dalam fare calculation box. Usaha Jasa Pariwisata of 87

50 Pengisian Fare constructionnya sama pengerjaannya dengan mileage system. Merupakan perjalanan Oneway yang memiliki satu fare komponet. HIP nya harus Origin Intermediate stopover lebih besar dari O-D, seandainya kota intermediate hanya transit diabaikan saja walaupun harga lebih besar. Formula yang digunakan pada BHC Check: OI ( ). OD ( )._(-) Different. OI ( ). (+) OW Min. Fare AF (-) Backhaul Check Adjustment Contoh: Fare Type F TPM Journey: Carriers: MRU X/SEZ SIN BKK MK HM TG Check adakah harga yang lebih besar dari harga O-D: (O - D) MPM NUC MRU-BKK EH (O - I S/O) MPM NUC MRU-SIN EH (I S/O - I S/O) MPM NUC (I S/O D) MPM NUC Usaha Jasa Pariwisata of 87 SIN-BKK - -

51 SEZ-SIN, diabaikan karena di Mahe Island (SEZ) hanya transit / tidak stopover. SIN-BKK, tidak dicari karena routenya dekat. Fare Construction FCP MRU BKK FROM/TO NUC F OW MRU CARR FARE CALC RULE Y010A X/SEZ MK 5M MPM EH 5247 TPMs 5379 SIN HM MRU-SIN EMA NIL BKK TG EMS(*) 5M MRU-SIN 5379 = = 5% = 5M MRU BKK 5247 HIP(*) MRU-SIN P AF(*) X 1.05 = CHECK BHC (*)OI (MRU-SIN) TOTAL FARE CALC ROE NUC (*)OD (MRU BKK) (-) FARE MUR Different OI (MRU-SIN) (+) OW Min. Fare AF (-) Backhaul Check Adjustment (P) If the result is: 1, , 0500 = 5 M 1, , 1000 = 10 M 1, , 1500 = 15 M 1, , 2000 = 20 M TOTAL NUC , , 2500 = 25 M IROE LCF= NUC X ROE X MUR ~ (RU=5) MUR Usaha Jasa Pariwisata of 87

52 Ciri-ciri Perjalanan Round Trip: 1. Merupakan perjalanan pergi pulang, di mana Point of Destination sama dengan Point of Origin. 2. Perhitungan harga menggunakan harga RT Fare (jika ada) atau dengan menggunakan 2 X OW Fare. 3. Perhitungan harga terdiri dari 2 (dua) fare component yaitu Outbound Fare (OB Fare) dan Inbound Fare (IB Fare). 4. Harga OB fare mutlak harus sama dengan harga IB fare. 5. Total harga (Total AF) diperoleh dari hasil penjumlahan antara OB Fare dan IB Fare. (Total AF = OB Fare + IB Fare) 6. Setelah mendapatkan Total AF, tidak perlu lagi ada check harga yang lainnya. TYO TYO Contoh Perhitungan Harga pada Round Trip: Route : JKT GA BKK TG TYO JL HKG CX JKT Class : Y Normal Sold in : Jakarta Ticketed in : Jakarta BKK HKG Route JKT Carrier TPM BKK GA 1444 TYO TG 2869 HKG JL 1822 JKT CX 2029 JKT Usaha Jasa Pariwisata of 87

53 Perhitungan dilakukan dengan cara membagi perjalanan menjadi 2 Fare Component: Component OB Fare IB Fare FCP JKT TYO JKT TYO GI EH EH NUC (½RT/EH/Y) (½RT/EH/Y) RULE Y277 Y277 MPM EH 4333 EH 4333 TPM EMA - - EMS M M HIP - - RULE - - AF NUC NUC TOTAL AF = OB FARE + IB FARE = NUC NUC = NUC IROE = 1.00 LCF = NUC X IROE = USD (RU 1) = USD Penulisan di dalam Fare Calculation Box: From/To JKT Carrier Fare Calc BKK GA M TYO TG HKG JL M JKT CX Usaha Jasa Pariwisata of 87

54 Total Fare Calc. ROE 1.00 NUC Fare USD Catatan: Yang perlu diperhatikan di dalam perhitungan Round Trip adalah: 1. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) Fare Component, yaitu Outbound Fare (OB Fare) dan Inbound Fare (IB Fare). 2. Masing-masing fare component (OB dan IB Fare) dilakukan perhitungan secara terpisah dengan menggunakan harga ½RT atau harga OW dan Mileage System. 3. Untuk IB fare component yang kembali ke Point of Origin, maka perhitungan harga/fare didasarkan dari Point of Origin. 4. Penentuan Turnaround Point untuk membagi OB dan IB Fare dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: a. Diambil titik terjauh intermediate point dari Point of Origin pada gambar perjalanan yang dilalui oleh penumpang. b. Diambil dari MPM tertinggi dari Point of Origin ke Intermediate Point yang ada, atau, c. Diambil dari NUC tertinggi dari Point of Origin ke Intermediate Point yang ada. 5. Untuk Round Trip, tidak perlu dilakukan chec harga lagi setelah diperoleh Total AF dari penjumlahan OB Fare dan IB Fare. Ciri-ciri perjalanan Circle Trip : 1. Merupakan perjalanan pergi pulang, di mana Point of Destination sama dengan Point of Origin. 2. Perhitungan harga menggunakan harga RT fare (jika ada) atau dengan 2 X OW Fare. 3. Perhitungan harga terdiri dari 2 (dua) fare component yaitu OB Fare dan IB Fare. 4. Harga pada OB Fare tidak sama dengan harga IB Fare ( OB IB ). 5. Setelah diperoleh Total AF dari hasil penjumlahan OB dan IB Fare, maka harus dilakukan check harga yang disebut CTM terlebih dahulu sebelum menentukan total fare yang harus dibayar oleh penumpang. Catatan: Yang perlu diperhatikan di dalam perhitungan Circle Trip Journey adalah: 1. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) Fare Component, yaitu Outbound Fare (OB Fare) dan Inbound Fare (IB Fare). 2. Masing-masing fare component (OB dan IB Fare) dilakukan perhitungan secara terpisah dengan menggunakan harga ½RT atau harga OW dan Mileage System. 3. Untuk IB fare component yang kembali ke Point of Origin, maka perhitungan harga/fare didasarkan dari Point of Origin. 4. Penentuan Turnaround Point untuk membagi OB dan IB Fare dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: Usaha Jasa Pariwisata of 87

55 a. Diambil titik terjauh intermediate point dari Point of Origin pada gambar perjalanan yang dilalui oleh penumpang. b. Diambil dari MPM tertinggi dari Point of Origin ke Intermediate Point yang ada, atau, c. Diambil dari NUC tertinggi dari Point of Origin ke Intermediate Point yang ada. 5. Untuk perhitungan circle trip, setelah diperoleh Total AP dari penjumlahan OB Fare dan IB Fare, maka harus dilakukan satu langkah lagi, yaitu yang disebut dengan CTM (Circle Trip Minimum) Contoh perhitungan Circle Trip Journey Route : JKT-GA-SN-SQ-BKK-TG-TYO-JL-HKG-GA-JKT Class : Y Sold In : Jakarta Ticketed in : Jakarta TYO HKG BKK SIN JKT Route Check HIP OB & IB JKT Carrier TPM NUC ½RT SIN GA 557 JKT BKK BKK SQ 889 JKT HKG TYO TG 2869 SIN TYO HKG JL 1822 JKT GA 2029 Perhitungan Circle Trip untuk rute di atas adalah sebagai berikut: OB Fare IB Fare FCP JKT TYO JKT TYO GI EH EH NUC (½RT/EH/YOW) (½RT/EH/YOW) RULE Y277 Y277 MPM EH 4333 EH 4333 TPM EMA - - EMS M M Usaha Jasa Pariwisata of 87

56 HIP SINTYO (½RT) - RULE Y277 - AF NUC NUC TOTAL AF = OB + IB = NUC NUC = NUC Dari perhitungan di atas maka didapatkan Total AF sebesar NUC Sebelum harga ini kita berikan kepada penumpang, maka terdapat satu langkah lagi yang harus dilakukan yaitu check CTM (Circle Trip Mnimum). 1. CTM merupakan HARGA RETURN TERTINGGI dari satu point ke point yang lain, yang kita temukan dibandingkan dengan harga yang menjadi FCP pada satu rute perjalanan yang dilakukan oleh penumpang. 2. Jika kita temukan adanya CTM, langkah selanjutnya adalah membandingkan antara CTM dangan Total AF yang sudah diperoleh melalui perhitungan Mileage System. Apabila hasilnya: a. Total AF (OB+IB) > CTM, maka harga yang diberikan kepada penumpang diambil dari harga Total AF. b. Total AF (OB+IB) < CTM, maka harga yang diberikan kepada penumpang diambil dari harga CTM. 3. Apabila harga yang diambil adalah harga CTM, maka akan terjadi selisih antara CTM dengan Total AF, untuk itu harus dicari Adjusment CTM (P Value), dengan cara: (O-I RETURN) =. Sub TOTAL = {AF 1 (Outbound) + AF 2 (Inbound)} =. (-) CTM Adjustment (P) =. Usaha Jasa Pariwisata of 87

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010 LAMPIRAN Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010 No Kota IPK 1 Denpasar 6.71 2 Tegal 6.26 3 Surakarta 6.00 4 Yogyakarta 5.81 5 Manokwari 5.81 6 Gorontalo 5.69 7 Tasikmalaya 5.68 8 Balikpapan

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015 NO NEGARA LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 A F R I K A 2 0 2 2 AFGHANISTAN 61 63 124 3 ALJAZAIR

Lebih terperinci

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015 NO NEGARA LAKI-LAKI PEREMPUAN Total 1 A F R I K A 2 0 2 2 AFGHANISTAN 61 61 122 3

Lebih terperinci

Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu)

Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu) Laporan Keluarga Angkat (sedikitnya diisi 1 kali selama Inbound tinggal bersama keluarga angkat, dan bila dirasa perlu) Nama Inbound * Host Club * Nama Club Konselor * Lama tinggal sampai saat ini* Negara

Lebih terperinci

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea masuk. Impor. Benang kapas. Pengenaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN

Lebih terperinci

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 87/PMK.011/2011 TENTANG : PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD)

Lebih terperinci

1 of 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG Menimbang Mengingat PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF 7312.10.90.00

Lebih terperinci

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe No.1292, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan. Impor Produk Canai Lantaian dari Besi atau Baja Bukan Paduan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1142, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengamanan Impor Barang. Kawat Besi/Baja. Bea masuk. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.011/2012 TENTANG PENGENAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA 268, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Dextrose. Monohydrate PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 133/PMK.011/2009 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011 Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011 DAFTAR NEGARA-NEGARA YANG DIKECUALIKAN DARI PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK

Lebih terperinci

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara

Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara Elaun - Tugas Rasmi Luar Negara Gred Elaun Makan Hotel Lodging Utama/Khas A keatas 370.00 Actual (Standard Suite) Appendix 1 Utama/Khas B dan C 340.00 Actual (Standard Room) Appendix 1 53 to 54 320.00

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF EX 7312.10.10.00 DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERI KEUANGAN SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 155/PMK.010/2015 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK STEEL WIRE ROD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER!

Lebih terperinci

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. A. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan

Lebih terperinci

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others)

A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others) A. Kakitangan (Bagi kerja lapangan,seminar,bengkel & dll) / Academic staff (workshop,fieldwork,seminar and others) Kadar Elaun Makan, Bayaran Sewa Hotel Dan Elaun Lojing Semasa Berkursus Termasuk Menghadiri

Lebih terperinci

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan Afrika Selatan Albania Algeria American Samoa Amerika Serikat Andorra Angola Anguilla Antartika Antigua & Barbuda Arab Saudi Argentina Armenia Aruba Ascension Australia

Lebih terperinci

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan

Tarif IDD Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan Kartu SIM Nilai Tersimpan Rekanan Afrika Selatan 27 sambungan telap $1.00 seluler $2.00 Albania 355 $14.44 Algeria 213 $15.00 American Samoa 684 $11.69 Amerika Serikat 1 $0.20 Andorra 376 $11.88 Angola

Lebih terperinci

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 6 /PMK.OII/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT MENTERI I

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2016 HUKUM. Keimigrasian. Kunjungan. Bebas Visa. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR 49 PRODUKSI PANGAN DUNIA Nuhfil Hanani AR Produksi Pangan dunia Berdasarkan data dari FAO, negara produsen pangan terbesar di dunia pada tahun 2004 untuk tanaman padi-padian, daging, sayuran dan buah disajikan

Lebih terperinci

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan Tabel 8.4.4. Penggunaan Kerja Asing Di Indonesia Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Pekerjaan/Jabatan sampai dengan 31 Mei 2010 Jenis Pekerjaan/Jabatan Usaha Produksi, No Lapangan Usaha Kepemimpina Tata

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER-3/BC/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU XI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 20 Maret 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 4 kasus yaitu 2 (satu) kasus

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PMK.010/2018 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK I DAN H SECTION DARI

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.011/2012 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR BARANG YANG BERBENTUK KOTAKK

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017 MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK CANAl LANTAIAN DARI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) DENGAN

Lebih terperinci

KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010

KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010 KK/BP(S)/DS10/791/441/6 Jld.2(s.k. 3/2009)(8) KEMENTERIAN KEWANGAN SURAT PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 8 TAHUN 2010 Semua Ketua Setiausaha Kementerian Semua Ketua Jabatan Persekutuan PINDAAN PEKELILING

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU XIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 April 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 5 kasus yaitu 2 (dua) kasus

Lebih terperinci

Country Names - Bahasa Malay

Country Names - Bahasa Malay Country Names - Bahasa Malay English Afghanistan Åland Islands Albania Algeria American Samoa Andorra Angola Anguilla Antigua and Barbuda Argentina Armenia Aruba Ascension Island Australia Austria Azerbaijan

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG MENTER! KEUANGA.N SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 165/PMK.010/2015 TENT ANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK COATED PAPER DAN PAPER BOARD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda

BAB II LANDASAN TEORI. untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Aplikasi Aplikasi dapat didefinisikan sebagai suatu program komputer yang dibuat untuk menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi berbeda dengan sistem

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT MENTERIKEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 57/PMK.OIl/20Il TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK KAWAT BlNDRAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU X PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Maret 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU X PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Maret 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU X PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Maret 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total jumlah kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 3 kasus yaitu 1 (satu)

Lebih terperinci

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi

Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi Realokasi Kursi Bukan Menambah Kursi Oleh. Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi Menambah jumlah kursi DPR menjadi wacana baru dalam formulasi Rancangan Undang- Undang Penyelenggaraan Pemilu (RUU Pemilu)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG MENTERIKEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.Oll/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK TALI KAWAT BAJA (STEEL WIRE ROPES) DENGAN POS TARIF 7312.10.90.00

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 7 November 2016 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 7 November 2016 pukul WIB LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 7 November 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 31 kasus. Kasus

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul WIB LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 22 kasus. Kasus

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY

PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY DISAMPAIKAN PADA SEMINAR NASIONAL : PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY, 27 JULI 2017 Program Studi Akuntansi STIE AMA SALATIGA Disampaikan oleh : SUGENG, M.SI., Ak.,

Lebih terperinci

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTER! KEUANGAN SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 12/PMK.Ol0/2015 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK I DAN H SECTION DARI BAJA PADUAN LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU IX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 Maret 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU IX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 Maret 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU IX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 Maret 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total jumlah kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 3 kasus yaitu 1 (satu)

Lebih terperinci

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil LAPORAN MINGGU XXXIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 29 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 24 kasus. Kasus

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA 1 KETAHANAN PANGAN DAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA Pangan dan Hak Assasi Manusia Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya menjadi salah satu hak asasi yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil LAPORAN MINGGU XXXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 September 2016 pukul 15.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 28 kasus.

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 Juli 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 Juli 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU XXVI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 3 Juli 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 32 kasus yaitu 2 (dua) kasus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187jPMK.Ollj2012

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187jPMK.Ollj2012 MENTERIKEUANGAN SALINAN '''. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187jPMK.Ollj2012 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR BARANG YANG BERBENTUK KOTAK ATAU MATRAS ATAU SILINDER YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011 MENTER I KEUANGAN REPUBLIK INDONESiA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 58/PMK.Oll/2011 TENTANG PENGENAAN SEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK SERUPA KAIN TENUNAN DARI KAPAS YANG DIKELANTANG

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XLIX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Desember 2016 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XLIX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Desember 2016 pukul WIB LAPORAN MINGGU XLIX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 13 Desember 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 37 kasus. Kasus

Lebih terperinci

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK No Negara Perorangan Badan 1 Algeria a. tempat tinggal; tata cara persetujuan bersama b. kebiasaan tinggal; c. hubungan pribadi dan ekonomi. 2 Australia a. tempat tinggal;

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XXVIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 17 Juli 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXVIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 17 Juli 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU XXVIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 17 Juli 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 34 kasus yaitu 3 (tiga) kasus

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN, REPUBUK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN, REPUBUK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBUK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176/PMIC 011/2011 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK BERUPA TERPAL DARI

Lebih terperinci

Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember Afganistan 3 Desember September Maret 2012

Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember Afganistan 3 Desember September Maret 2012 LAMPIRAN Negara-negara yang sudah mendatangani dan meratifikasi konvensi Bom Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember 2008 Convention on Cluster Munition Negara Penandatangan Meratifikasi Mulai Berlaku

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM MENTERIKEUANGAN REPUBlIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 193/PMKOll/2012 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN SEMENTARA TERHADAP IMPOR TEPUNG GANDUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XXIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 Juni 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 Juni 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU XXIII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 12 Juni 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 11 kasus yaitu 2 (dua) kasus

Lebih terperinci

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia Latar belakang Special Safeguard Mechanism (SSM) adalah SSM adalah mekanisme yang memungkinkan negara-negara berkembang untuk memberikan perlindungan sementara

Lebih terperinci

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005 KK/BP(8.00)443/1-4 SJ.1(sk.1/2003) KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005 KADAR DAN SYARAT TUNTUTAN ELAUN, KEMUDAHAN DAN BAYARAN KEPADA PEGAWAI PERKHIDMATAN AWAM SEMASA BERKURSUS

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU I PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Januari 2018 pukul WIB

LAPORAN MINGGU I PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Januari 2018 pukul WIB LAPORAN MINGGU I PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Januari 2018 pukul 12.00 WIB I. Poliomielitis Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 107 kasus yaitu 13 (Dua Belas) kasus WPV1 di Afganistan,

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Foreign Trade Statistical Bulletin EKSPOR /EXPORTS ISSN : 0216-5775 No. Publikasi / Publication Number : 06110. 1331 Katalog BPS /

Lebih terperinci

MENTERII(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERII(EUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERII(EUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151jPMICOllj2009 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAPIMPORPRODUKPAKU DENGAN RAHMAT TUI-IAN YANG MAf-IA ESA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil. C. Informasi minggu ini

B. Situasi di Indonesia Kasus konfirmasi nihil. C. Informasi minggu ini LAPORAN MINGGU XXX PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Jumlah kumulatif kasus polio (WPV1 dan cvdpv1) sebanyak 21 kasus. Kasus

Lebih terperinci

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN No Negara Memiliki wewenang untuk menutup kontrak atas nama Menyimpan dan melakukan pengiriman barang atau barang dagangan milik

Lebih terperinci

JASO Presentasi. PROMOSPAIN SERVICES LTD., Pondok Indah Office Tower I, 3rd floor, room 304. Jakarta, Indonesia

JASO Presentasi. PROMOSPAIN SERVICES LTD., Pondok Indah Office Tower I, 3rd floor, room 304. Jakarta, Indonesia JASO Presentasi 1 1. Profil perusahaan 2. Peralatan Konstruksi JASO 3. Kualifikasi 4. Gallery 5. Kontak Kami 2 1. Profil Perusahaan Perusahaan Spanyol dengan pengalaman lebih dari 50 tahun Ekspor 90 %

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU LII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Januari 2018 pukul WIB

LAPORAN MINGGU LII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Januari 2018 pukul WIB LAPORAN MINGGU LII PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 1 Januari 2018 pukul 15.00 WIB I. Poliomielitis Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 106 kasus yaitu 12 (Dua Belas) kasus WPV1 di

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU 3 PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 22 Januari 2018 pukul WIB

LAPORAN MINGGU 3 PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 22 Januari 2018 pukul WIB LAPORAN MINGGU 3 PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 22 Januari 2018 pukul 12.00 WIB I. Poliomielitis Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 107 kasus yaitu 14 (Empat Belas) kasus WPV1 di

Lebih terperinci

William E. Connor & Associates Ltd. Instruksi-instruksi Melakukan Telepon Bebas Pulsa Internasional

William E. Connor & Associates Ltd. Instruksi-instruksi Melakukan Telepon Bebas Pulsa Internasional William E. Connor & Associates Ltd. Instruksi-instruksi Melakukan Telepon Bebas Pulsa Internasional Telepon-telepon Dalam Negeri (Amerika Serikat, Kanada & Guam): 1. Melakukan Panggilan Telepon (888) 832-8357

Lebih terperinci

w /w tp :/ ht go.i d ps..b w Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Foreign Trade Statistical Bulletin EKSPOR /EXPORTS ISSN : 0216-5775 No. Publikasi / Publication Number : 06110.1518 Katalog BPS /

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA POKOK BAHASAN SISTEM EKONOMI INDONESIA 1 ISU STRATEGIS 1. KEMAKMURAN 2. Pembangunan Berkelanjutan 3. Keadilan Sosial di Era Desentralisasi 4. Faktor Kunci Daya Saing Bangsa 2 KONDISI EKONOMI Potret Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 November 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 November 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU XLIV PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 6 November 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 76 kasus yaitu 8 (delapan) kasus WPV1 di Afganistan,

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU XXIVPENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 19 Juni 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU XXIVPENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 19 Juni 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU XXIVPENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 19 Juni 2017 pukul 10.00 WIB I. Poliomielitis A. Situasi Global Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 12 kasus yaitu 2 (dua) kasus

Lebih terperinci

Profile Perusahaan CEIC DATA COMPANY (HK)Limited.

Profile Perusahaan CEIC DATA COMPANY (HK)Limited. Profile Perusahaan CEIC DATA COMPANY (HK)Limited. CEIC DATA Company HK Limited CEIC Data Company (Hongkong) Limited adalah perusahaan penyedia informasi online untuk data time-series statistik dengan cakupan

Lebih terperinci

fruiffly Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA 5. Bactrocera jarvisi Fiji fruitfly Oceania: Australia

fruiffly Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA 5. Bactrocera jarvisi Fiji fruitfly Oceania: Australia Lampiran 1 Lalat buah yang masuk daiam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah ape1 (Pyrus malus)'. No. Nama llmiah Nama Umum Daerah Sebar 1. Anastrepha fraterculus South American America: Argentina,

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Foreign Trade Statistical Bulletin EKSPOR /EXPORTS ISSN : 0216-5775 No. Publikasi / Publication Number : 06110. 1412 Katalog BPS /

Lebih terperinci

Pondasi Operasi yang Lancar

Pondasi Operasi yang Lancar Pondasi Operasi yang Lancar Untuk bisa menjalankan kegiatan sehari-hari di sebuah perusahaan dengan lancar dan baik, maka manajemen perusahaan harus membangun dan menerapkan sistem yang baku, sehingga

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI/CONTENTS DAFTAR GRAFIK/LIST OF FIGURE DAFTAR TABEL/LIST OF TABLE I. Tabel-1 Table-1 KEDATANGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA MENURUT

Lebih terperinci

KRISIS KEUANGAN GLOBAL & PERPAJAKAN. Krisis Global

KRISIS KEUANGAN GLOBAL & PERPAJAKAN. Krisis Global 1 KRISIS KEUANGAN GLOBAL & PERPAJAKAN Krisis Global tahun 2008 berdampak pada hampir seluruh negara di dunia, sehingga terjadi perlambatan dan ketidakpastian ekonomi dunia. Diperlukan sumber pendanaan

Lebih terperinci

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2003

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2003 KK/BP10/656/2-1 S.K 1/2003( ) KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2003 KADAR DAN SYARAT TUNTUTAN ELAUN, KEMUDAHAN DAN BAYARAN KEPADA PEGAWAI PERKHIDMATAN AWAM KERANA MENJALANKAN TUGAS

Lebih terperinci

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Perjanjian Penghindaran Berganda (P3B) Perjanjian Penghindaran Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Objek Penelitian Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999,

Lebih terperinci

KOLEJ UNKOLEJ UNIVERSITI TEKNIKAL KEBANGSAAN MALAYSIA PEKELILING BENDAHARI BILANGAN 1/2007

KOLEJ UNKOLEJ UNIVERSITI TEKNIKAL KEBANGSAAN MALAYSIA PEKELILING BENDAHARI BILANGAN 1/2007 KOLEJ UNKOLEJ UNIVERSITI TEKNIKAL KEBANGSAAN MALAYSIA Karung Berkunci 1200, Ayer Keroh, 75450 Melaka. Tel : 06-233 2197/2158 Faks : 06-233 2197 Email : Bendahari@kutkm.edu.my PEJABAT BENDAHARI Rujukan

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137.1/PMK.Oll/2014 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR PRODUK CANAl LANTAIAN DARI

Lebih terperinci

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R

M SA D E D P E A P N PE P R E T R ANIAN INDO D N O ES E IA? NUH U FI F L HAN A AN A I A R MASA DEPAN PERTANIAN INDONESIA? NUHFIL HANANI AR INDONESIA MERUPAKAN NEGARA YANG MEMILIKI KEANEKARAGAMAN HAYATI YANG BESAR NO. 2 DI DUNIA SETELAH BRAZIL 800 SPESIES TUMBUHAN PANGAN + 1000 SPESIES TUMBUHAN

Lebih terperinci

PP 60, pasal 2 ayat 3

PP 60, pasal 2 ayat 3 1 PP 60, pasal 2 ayat 3 TUJUAN SPIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005

KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005 KK/BP(8.00)443/1-4 SJ.1(sk.1/2003) KERAJAAN MALAYSIA PEKELILING PERBENDAHARAAN BIL. 3 TAHUN 2005 KADAR DAN SYARAT TUNTUTAN ELAUN, KEMUDAHAN DAN BAYARAN KEPADA PEGAWAI PERKHIDMATAN AWAM SEMASA BERKURSUS

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan IV dan Januari Desember Tahun 2017 Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN IV DAN JANUARI - DESEMBER 2017:

Lebih terperinci

Perjanjian Lisensi untuk Kode Mesin

Perjanjian Lisensi untuk Kode Mesin Perjanjian Lisensi untuk Kode Mesin PEMILIK MESIN DI MANA KODE MESIN DIPASANG MENERIMA HAK-HAK TERTENTU DAN BERHAK UNTUK MENGGUNAKAN KODE MESIN DAN MENERIMA TUGAS DAN KEWAJIBAN YANG TERKAIT DENGAN KODE

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL Fitri Dwi Lestari UNIVERSITAS GUNADARMA 1 IF2151/Relasi dan Fungsi 2 KONSEP IDEOLOGI Ideologi sebagai penegas identitas bangsa atau untuk menciptakan rasa kebersamaan

Lebih terperinci

FOREIGN EMBASSIES IN INDONESIA

FOREIGN EMBASSIES IN INDONESIA FOREIGN EMBASSIES IN INDONESIA Afganistan Embassy of the Islamic State of Afganistan Jl. DR. Kusuma Atmaja SH. No. 15, Menteng, Jakarta 10310 Phones : (62-21) 314 3169 Fax : (62-21) 335 390 Algeria Embassy

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN II DAN JANUARI JUNI TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN II DAN JANUARI JUNI TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

Paket Verifikasi Rencana Jalur 3. Sebagai sebuah Organisasi Internasional, IBLCE menggunakan Bahasa Inggris British dalam Publikasinya.

Paket Verifikasi Rencana Jalur 3. Sebagai sebuah Organisasi Internasional, IBLCE menggunakan Bahasa Inggris British dalam Publikasinya. Paket Verifikasi Rencana Jalur 3 Sebagai sebuah Organisasi Internasional, IBLCE menggunakan Bahasa Inggris British dalam Publikasinya. Daftar Isi Kontak Informasi... 3 Penyerahan Rencana Jalur 3 Anda...

Lebih terperinci

Merencanakan liburan memanglah butuh persiapan yang matang, baik dari segi waktu, tujuan liburan, keuangan dan membuat rencana perjalanan.

Merencanakan liburan memanglah butuh persiapan yang matang, baik dari segi waktu, tujuan liburan, keuangan dan membuat rencana perjalanan. Di kondisi Jakarta atau kota-kota besar sekarang ini, ditambah dengan begitu beratnya tekanan pekerjaan yang menimbulkan stress, liburan merupakan salah satu kebutuhan dan tujuan jangka pendek untuk orang-orang

Lebih terperinci

Posisi Human Development Indeks. (HDI) Indonesia (United Nations Development Program (UNDP) tahun 2008)

Posisi Human Development Indeks. (HDI) Indonesia (United Nations Development Program (UNDP) tahun 2008) GURU PENDIDIK PROFESIONAL Posisi Human Development Indeks High Human Development 1. Iceland 2. Norway 3. Australia 4. Canada 5. Ireland 8. Japan 9. Netherlands 25. Singapore 26. Korea, Rep. of 30. Brunei

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN

Lebih terperinci

PENGURUSAN TABUNG AMANAH RA & COE

PENGURUSAN TABUNG AMANAH RA & COE PENGURUSAN TABUNG AMANAH RA & COE BENGKEL PENGURUSAN KEWANGAN DAN PENYEDIAAN BELANJAWAN HOLIDAY INN MELAKA 10-12 SEPTEMBER 2012 OLEH : AMYRUDIN BIN MOHAMAD MALI amyrudin@utm.my, Ext : 30571 PENGENALAN

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGU LI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 26 Desember 2017 pukul WIB

LAPORAN MINGGU LI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 26 Desember 2017 pukul WIB LAPORAN MINGGU LI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 26 Desember 2017 pukul 15.00 WIB I. Poliomielitis Total kasus kumulatif di tahun 2017 sebanyak 103 kasus yaitu 12 (Dua Belas) kasus WPV1 di

Lebih terperinci

4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk mencapai arahan pengembangan

4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk mencapai arahan pengembangan 115 4.1 Metode Arahan Pengembangan Komoditas Perkebunan Berdasarkan pendapat yang dikemukakan pada Bab II kriteria untuk mencapai arahan pengembangan komoditas perkebunan (diambil dari berbagai literatur),

Lebih terperinci

Indonesia dalam Menyampaikan Energi. Hivos

Indonesia dalam Menyampaikan Energi. Hivos Mengkatalisasi Masyarakat Sipil Indonesia dalam Menyampaikan Energi Berkelanjutan untuk Semua Eco Matser Hivos Hivos 2011 1 Isi 1. Tujuan workshop SE4ALL 2. Latar belakang SE4ALL, apa, kapan, dan siapa?

Lebih terperinci

M A K A L A H. Tentang : Negara Maju Dan Berkembang. Disusun Oleh :

M A K A L A H. Tentang : Negara Maju Dan Berkembang. Disusun Oleh : M A K A L A H Tentang : Negara Maju Dan Berkembang Disusun Oleh : KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr..Wb Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan

Lebih terperinci