BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790), Bank Indonesia berperan untuk mengatur dan mengembangkan penyelenggaraan sistem informasi antar bank maupun lembaga lain di bidang keuangan, khususnya dalam rangka memperoleh dan menyediakan informasi debitur. Dalam rangka penyediaan informasi guna menunjang kelancaran kegiatan usaha bank dan sistem perbankan yang sehat, diperlukan sebuah sistem informasi untuk lebih meningkatkan transparansi informasi khususnya informasi semua debitur di Indonesia. Untuk mendukung undang undang tersebut, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur. Sistem Informasi Debitur adalah sistem yang menyediakan informasi debitur yang merupakan hasil olahan dari Laporan Debitur yang diterima oleh Bank Indonesia. Laporan Debitur adalah informasi yang disajikan dan dilaporkan oleh Pelapor kepada Bank Indonesia menurut tata cara dan bentuk 1

2 2 laporan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.Untuk mendukung Undang Undang dan Peraturan Bank Indonesia yang terkait Sistem Informasi Debitur tersebut di atas, maka Bank Indonesia selaku bank sentral meluncurkan sebuah aplikasi yang dikenal dengan Sistem Informasi Debitur (SID) Bank. Sistem Informasi Debitur Bank ini kemudian diberikan kepada setiap lembaga keuangan baik bank maupun non bank yang menjalankan proses pemberian kredit kepada masyarakat, baik kredit produktif, kredit konsumtif, maupun kartu kredit Sistem Informasi Debitur Bank, dibuat dalam rangka memperlancar proses penyediaan dana (kredit) untuk mendorong pembangunan ekonomi Indonesia yang terus berkembang dan penerapan manajemen risiko kredit yang efektif serta tersedianya informasi kualitas debitur yang dapat diandalkan. Diharapkan dengan adanya Sistem Informasi Debitur Bank dari Bank Indonesia ini, semua data debitur di Indonesia menjadi terpusat di Bank Indonesia, dan data tersebut diharapkan akurat, terkini, dan utuh. Hal ini pun berdampak pada setiap Bank Umum, setiap Bank Perkreditan Rakyat, setiap lembaga keuangan non bank (asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat), penyelenggara kartu kredit selain bank, dan koperasi simpan pinjam yang harus memberikan laporan debitur kelolaannya kepada Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk adalah salah satu bank terbesar di Indonesia dan masuk ke dalam kategori buku 4 Bank Indonesia dengan total

3 3 aset lebih dari Rp. 300 Trilliun pada akhir tahun PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk memiliki lebih dari 200 kantor cabang utama (KCU) yang tersebar di dalam dan luar negeri dan juga selaku salah satu bank umum di Indonesia, juga memiliki kewajiban untuk melaporkan data debitur kelolaan kepada Bank Indonesia sesuai dengan aturan yang berlaku. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur, Pelaporan data debitur tersebut wajib dilakukan setiap bulan laporan maksimal pada tanggal 12 setiap bulannya. Setiap keterlambatan pelaporan dan kesalahan pelaporan terhadap data debitur tersebut, Bank Indonesia akan mengenakan sangsi terhadap bank yang bersangkutan. Jika terlambat melakukan pelaporan data debitur, maka Bank Indonesia akan mengenakan denda Rp ,-/hari keterlambatan. Setelah itu ada waktu 3 hari bagi petugas untuk melakukan perubahan data debitur, dan apabila terjadi perubahan setelah 3 hari tersebut, maka Bank Indonesia akan mengenakan denda kepada pelapor sebesarr Rp ,-/hari. Data tersebut harus dimasukan ke dalam sebuah aplikasi dari Bank Indonesia yang disebut Sistem Informasi Debitur Bank yang selanjutnya disebut SID Bank. SID Bank merupakan desktop application atau aplikasi desktop yang salah satu fungsinya adalah sebagai tempat pelaporan data debitur dari pelapor kepada Bank Indonesia dengan koneksi ke server ke Bank Indonesia menggunakan saluran telepon langsung (telepon tetap kabel/fixed wire line) yang dapat terhubung dengan jaringan ekstranet Bank Indonesia untuk keperluan komunikasi.

4 4 Saat ini pelaporan data debitur yang dikelola di PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk dilakukan di setiap cabang masing masing (desentralisasi) oleh seorang petugas administrasi cabang (ADC). Petugas administrasi cabang setiap bulan harus melakukan pengkinian data debitur kelolaan cabang (apabila debitur telah memiliki fasilitas pinjaman) dan juga melaporkan data debitur baru cabang (apabila debitur baru) tersebut selain melakukan tugas administrasi cabang. Pengkinian data dilakukan berdasarkan laporan Saldo List Pinjaman yang tersedia untuk masing- masing debitur dan penambahan debitur dilakukan berdasarkan bukti aplikasi dan persetujuan kredit. Tentu saja hal tersebut membuat petugas ADC cabang bekerja lebih keras dan ketergantungan terhadap petugas ADC (key person) pun tinggi. Kurangnya data ataupun informasi debitur juga sering menjadi kendala sehingga risiko kesalahan pelaporan pun tinggi. Masalah koneksi jaringan untuk akses pelaporan ke Bank Indonesia pun sering bermasalah, karena teknologi yang digunakan masih dial-up connection untuk bisa terhubung dengan jaringan ekstranet Bank Indonesia. Tidak jarang koneksi terputus dan bahkan tidak bisa terhubung sehingga pelaporan manual (off line) pun dijalankan. Kemungkinan kesalahan dalam pelaporan data debitur seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan kemungkinan keterlambatan ataupun kemungkinan laporan tidak diterima oleh Bank Indonesia berdampak terhadap risiko reputasi dan risiko financial atau keuangan. Risiko reputasi, sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk tentu saja selalu menjaga reputasi untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat karena pada

5 5 dasarnya bisnis bank adalah bisnis kepercayaan. Jika ada kesalahan, maka surat teguran akan ditujukan kepada direksi BNI sebagai penanggung jawab utama. Risiko financial atau keuangan, dengan adanya keterlambatan dan kesalahan pelaporan maka Bank Indonesia akan mengenakan denda financial terhadap PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk dengan mendebet langsung rekening giro direksi yang ada di Bank Indonesia. Dengan adanya dua risiko tersebut, dan beberapa denda yang telah diterima BNI membuat direksi mendukung penuh kebijakan tentang sentralisasi dan otomasi Sistem Informasi Debitur ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya Sistem Integrator yang salah satunya bertugas untuk menyusun data mapping dan membuat formulasi tentang kebutuhan Sistem Informasi Debitur di PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Dengan permasalah permasalahan, diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan solusi atas permasalahan pada sistem pelaporan data debitur di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, yang terjadi selama ini dengan merancang sistem informasi debitur yang terintegrasi, tersentralisasi, dan terotomasi. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan penjelasan pada sub bab 1.1, dapat diketahui bahwa permasalahan pelaporan data debitur melalui Sistem Informasi Debitur Bank (SID Bank) adalah belum terintegrasinya sistem dan data debitur yang menyebabkan ketidakakuratan data sehingga terjadi kesalahan pelaporan. Masih adanya proses manual yang dilakukan oleh petugas administrasi cabang membuat proses pelaporan menjadi lama dan kemungkinan terjadi kesalahan dalam pelaporan.

6 6 Selain itu koneksi jaringan dengan Bank Indonesia yang masih menggunakan koneksi dial-up menyebabkan keterlambatan pelaporan dan kemungkinan kegagalan pelaporan, dari permasalahan tersebut dapat diturunkan permasalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perancangan sentralisasi sistem informasi debitur yang dapat mengintegrasikan sistem dan data 2. Bagaimana perancangan sistem informasi debitur yang lebih terotomasi 3. Bagaimana perancangan sistem informasi debitur yang dapat menanggulangi permasalahan jaringan koneksi dengan Bank Indonesia 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Membuat rancangan sentralisasi sistem informasi debitur yang terintegrasi sistem dan datanya 2. Membuat rancangan sentralisasi sistem informasi debitur yang lebih terotomasi 3. Membuat rancangan sistem informasi debitur yang dapat menanggulangi permasalahan jaringan koneksi dengan Bank Indonesia

7 Manfaat Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Memberikan rancangan sentralisasi sistem informasi yang terintegrasi sistem dan datanya sehingga masalah ketidak akuratan data dan kesalahan dalam laporan dapat teratasi 2. Memberikan rancangan sentralisasi sistem informasi yang lebih terotomasi sehingga proses pelaporan menjadi lebih cepat dan akurat. 3. Memberikan rancangan sistem informasi yang dapat menanggulangi permasalahan jaringan koneksi dengan Bank Indonesia sehingga keterlambatan laporan ataupun kegagalan laporan karena masalah koneksi jaringan teratasi. 1.4 Ruang Lingkup Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk dengan berfokus kepada analisa pelaporan data debitur melalui sistem informasi debitur bank yang selama ini dilakukan. Hasil analisa yang dihasilkan, akan dilakukan perancangan sentralisasi sistem informasi debitur berikut proses otomasi yang dibutuhkan pengguna.