BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dapat dilakukan oleh pelaku dengan wilayah yang berdekatan
|
|
- Vera Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan kondisi perekonomian saat ini dimana terjadi persaingan yang cukup keras, memaksa pelakunya untuk efisien dalam segala hal, termasuk dalam melakukan transaksi perdagangan dan pembayaran. Transaksi perdagangan dapat dilakukan oleh pelaku dengan wilayah yang berdekatan ataupun berjauhan, baik yang memiliki rekening di bank yang sama ataupun di bank yang berbeda. Hal ini menyebabkan sulitnya penyelesaian hutang piutang antar pelaku transaksi tersebut. Bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat senantiasa dituntut untuk dapat mengelola semua kegiatannya secara profesional. Salah satu kegiatan bank yang dituntut tingkat profesionalismenya adalah kegiatan transaksi perbankan. Tuntutan terhadap sistem pembayaran yang cepat dan praktis semakin tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, muncullah berbagai produk bank yang dapat memudahkan nasabahnya melakukan transaksi. Mulai dari tersedianya ATM (Automatic Teller Machine/Anjungan Tunai Mandiri) yaitu mesin yang tersedia selama 24 jam dan digunakan untuk menarik dan bahkan dapat mengirim duit secara langsung, terdapat juga layanan e-banking (Electronic Banking) dimana nasabah dapat melakukan akses ke bank secara online melalui ponsel yang sudah didaftarkan terlebih dahulu melalui pihak bank. Layanan e-banking ini memberikan berbagai kemudahan, salah satunya dapat melihat saldo tabungan, melakukan transfer, melakukan pengisian pulsa ponsel, pembayaran rekening listrik, pembayaran tagihan telepon, dan berbagai kemudahan lainnya.
2 Kemampuan setiap bank dalam menciptakan bentuk pelayanan baru, mengembangkan produk bank dengan penggunaan teknologi atau mengadopsi sistem dan pelayanan yang dirancang atau dikembangkan bank sentral yaitu Bank Indonesia, yang mempermudah gerak pengguna jasanya tanpa dibatasi ruang dan waktu yang dapat mengikat nasabahnya untuk tidak berpaling kepada bank lain. Salah satu tugas Bank Indonesia yaitu untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dalam rangka mendukung untuk terwujudnya sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal. Adanya sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal dimaksudkan untuk mendukung stabilitas sitem keuangan. Upaya untuk mewujudkan sistem pembayaran yang dapat mendukung stabilitas sistem keuangan dilakukan secara berkesinambungan melalui penurunan berbagai risiko sistem pembayaran nasional. Berkenaan dengan hal tersebut maka sejak 17 November 2000 oleh Bank Indonesia telah yang dikembangkan dan diimplementasikan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) yang merupakan sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah dimana penyelesaian transaksinya diselesaikan secara seketika per transaksi secara individual. Selama beberapa tahun belakangan ini hampir semua negara-negara maju yang tergabung dalam G-10 countries telah menerapkan sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) untuk transaksi transfer antar bank. Pada umumnya penerapan RTGS di berbagai negara didasari pada beberapa alasan pokok sebagai berikut: Pertama, berbagai literatur dan studi empiris secara intensif telah memunculkan kesadaran baru kepada berbagai bank sentral untuk dapat me-manage berbagai risiko Large Value Transfer System (LVTS) melalui
3 mekanisme settlement. Kedua, sistem ini akan dapat mengurangi timbulnya float sehingga dapat mendukung efektivitas pengawasan perbankan. Selain itu, pengelolaan likuiditas yang baik pada dunia perbankan juga dapat mendukung efektivitas kebijakan moneter. Ketiga, sistem RTGS ini memungkinkan dilakukannya integrasi dengan berbagai aplikasi sistem pembayaran seperti pasar uang dan pasar modal, Delivery Versus Payment (DVP). Link dengan crossborder payment juga dimungkinkan melalui aplikasi Payment Versus Payment (PVP). Sistem BI RTGS menggunakan mekanisme gross settlement, artinya setiap transaksi diperhitungkan secara individual dan real time. Dengan kata lain settlement transaksi antar peserta dilakukan secara langsung sepanjang terdapat dana yang cukup. Mekanisme ini berbeda dengan net-settlement dimana proses penyelesaian transaksi pembayaran dilakukan pada akhir periode dengan melakukan off setting antara kewajiban pembayaran dengan hak penerimaan sehingga hanya ada 1 (satu) net hak atau kewajiban yang akan di-settle untuk masing-masing rekening peserta. Mekanisme tersebut tentu saja akan mengurangi risiko gagal bayar peserta yang sebelum adanya sistem BI RTGS ini berpotensi pula menjadi risiko sistemik dimana apabila terjadi kegagalan bayar salah satu peserta akan menyulitkan peserta lain untuk memenuhi kewajibannya. Dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, Bank Indonesia telah mengatur berbagai upaya yang mendukung penyelenggara dan peserta untuk selalu memperhatikan prinsip kehati hatian, kepastian pelaksanaan transaksi melalui sistem BI RTGS, perlindungan kepada nasabah dan pengelolaan risiko dalam penyelenggaraan sistem BI RTGS. Adapun tujuan diberlakukannya Sistem
4 Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) di Indonesia adalah untuk: 1. Mengurangi risiko penyelesaian akhir (settlement risk) dalam sistem pembayaran nasional; 2. Menyediakan tambahan pilihan sarana transfer yang efisien, cepat, aman, dan handal; 3. Meningkatkan kepastian penyelesaian akhir; 4. Meningkatkan efektivitas pengelolaan dana (management fund) bagi bank melalui sentralisasi rekening giro; dan 5. Memberikan informasi yang mendukung kebijakan moneter dan early warning system bagi pengawasan bank. Namun demikian untuk lebih menegaskan berbagai fungsi Bank Indonesia dalam penyelenggaraan sistem BI RTGS yakni sebagai pengatur dan pengawas (overseer) maka Bank Indonesia sebagai pengatur dan pengawas (overseer) memandang perlu untuk menyesuaikan ketentuan mengenai sistem BI RTGS dalam peraturan Bank Indonesia yang merupakan pedoman bagi penyelenggara. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) menggunakan media cek dan bilyet giro sebagai sarana penarikan. Menurut Bahsan (2004:69 78), cek adalah salah satu jenis warkat yang digunakan untuk melakukan penarikan dana dari giro. Cek dikategorikan sebagai surat berharga dan merupakan surat tagihan utang yang memuat perintah untuk membayar sejumlah uang oleh bank umum sebagai pihak tertarik. Oleh karena itu cek sering disebut sebagai alat pembayaran. Sedangkan bilyet giro adalah salah satu warkat
5 perbankan di Indonesia yang digunakan untuk melakukan penarikan dana dari rekening gironya oleh nasabah penyimpan. Sistem BI RTGS tersebut juga kemudian telah diadopsi oleh PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto dalam mengatur dan menjaga stabilitas keuangan dan kelancaran sistem pembayaran. Namun peranannya yang cukup tinggi atas kegiatan operasional perbankan mengharuskan sistem BI-RTGS pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto untuk dapat diatur, dikontrol dan dikelola secara ketat guna mencegah terjadinya kerugian perusahaan yang besar maupun bagi masyarakat. Dengan demikian perlu dikaji bagaimana prosedur pelaksanaan sistem BI- RTGS ini pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto sehingga dalam meminimalisasi upaya upaya penyalahgunaan pihak yang tidak berwenang maupun kesalahan dalam pemrosesan data dan gangguan pihak luar sehingga tercapainya tujuan bersama pihak bank untuk menjaga stabilitas keuangan dan melancarkan sistem pembayaran. Sistem BI RTGS yang dijalankan oleh PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto ini mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, baik dalam hal syarat dan ketentuan transaksi, alur transaksi maupun biaya administrasi yang dibebankan kepada setiap peserta transaksi. Melalui terminal RTGS pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto, peserta pengirim mentransmisikan transaksi pembayarannya ke pusat pengolahan sistem RTGS (RTGS Central Computer/RCC) di Bank Indonesia untuk proses settlement. Jika proses settlement berhasil maka transaksi
6 pembayaran akan diteruskan secara otomatis dan elektronis kepada peserta penerima. Keberhasilan proses settlement tergantung dari kecukupan saldo peserta pengirim karena dalam sistem BI-RTGS peserta hanya dapat diperbolehkan untuk mengkredit peserta lain. Dengan kata lain, peserta sistem BI-RTGS harus meyakinkan bahwa saldo rekeningnya di Bank Indonesia cukup sebelum peserta tersebut melaksanakan transfer ke bank perserta BI-RTGS lainnya. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat judul Analisis Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto. Sesuai dengan judulnya maka diharapkan analisis ini dapat membantu manajemen PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto dalam meningkatkan kinerja sistem BI RTGS yang dimiliki. B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penerapan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto? C. Tujuan Penelitian Untuk mengkaji dan mengetahui penerapan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto, baik dalam hal syarat dan ketentuan transaksi, mekanisme
7 transaksi, maupun beban administrasi yang dibebankan kepada setiap peserta transaksi sistem BI RTGS sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto Sebagai bahan untuk dapat mendefinisikan keuntungan maupun ancaman dari sistem BI RTGS yang sekarang diterapkan pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto sehingga dapat membantu manajemen PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto dalam meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja perusahaan. 2. Bagi Peneliti Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. Cabang Medan Gatot Subroto. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang. 4. Bagi Masyarakat Umum Sebagai tambahan sumber informasi yang berkenaan dengan bidang perbankan maupun sebagai bahan acuan untuk mengetahui lebih dalam sistem yang terdapat pada Bank Indonesia, terutama sistem BI-RTGS.
ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X ekonomi SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan sistem pembayaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan bank sangat memengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank dapat pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis jasa bank (service) yang ada di Indonesia adalah jasa kliring
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu jenis jasa bank (service) yang ada di Indonesia adalah jasa kliring (clearing). Kliring adalah penagihan warkat bank yang berasal dari dalam kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transaksi. Untuk itu, perbankan dituntut untuk menyediakan berbagai. yang disediakan oleh jasa perbankan adalah Kliring.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya transaksi dalam bidang ekonomi, maka perbankan merupakan salah satu mitra masyarakat dalam melakukan berbagai transaksi. Untuk itu, perbankan
Lebih terperinciTinjauan Terhadap Sistem Dan Prosedur RTGS Pada PT Bank BJB Syariah Kantor Pusat
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Finance and Banking 2016-03-12 Tinjauan Terhadap Sistem Dan Prosedur
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Suatu himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur dan memiliki pola kerja yang tetap dan telah ditentukan untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Bank memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan uang, penyaluran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan uang, penyaluran kredit dan juga perantara dalam lalu lintas pembayaran. Era sekarang ini perbankan memegang peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesenjangan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai suatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan dewasa ini, makin hari menujukan peranan yang semakin besar dan semakin menentukan dalam meningkatkan perkembangan pertumbuhan ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan bank sangat memengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank dapat pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Disatu sisi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. menekankan pada komponen atau suatu elemen (Jogiyanto 2005: 1).
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem adalah suatu sarana yang menekankan pada prosedur dan yang menekankan pada komponen atau suatu elemen (Jogiyanto 2005: 1). Menurut Jogiyanto, sistem dapat
Lebih terperinciNo. 10/ 27 /DPM Jakarta, 21 Agustus 2008 SURAT EDARAN. Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara
No. 10/ 27 /DPM Jakarta, 21 Agustus 2008 SURAT EDARAN Perihal : Tata Cara Penatausahaan Surat Berharga Syariah Negara Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008
Lebih terperinciNo. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM
No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar
Lebih terperinciSEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode
SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Sistem Pembayaran 2 Periode 1997-1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/6/PBI/2004 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/6/PBI/2004 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meminimalkan risiko dalam sistem pembayaran di Indonesia,
Lebih terperinciYang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan:
No. 8/4/DPM Jakarta, 7 Februari 2006 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia Secara Repurchase Agreement (Repo) Dengan Bank Indonesia Di Pasar
Lebih terperinciANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II
ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKNBI) dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Disusun oleh : Candy Gloria (2121 0516) Kelas: SMAK 04-05 Jurusan Akuntansi Fakultas
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/26/PBI/2000 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/26/PBI/2000 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang : a. bahwa untuk meminimalkan risiko dalam sistem pembayaran di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat kita terutama yang hidup di perkotaan atau kota-kota besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kita terutama yang hidup di perkotaan atau kota-kota besar sudah tidak asing lagi jika mendengar kata bank. Bahkan sekarang ini sebagian besar masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga. menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan dan pengolahan yang terarah dan terpadu serta dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10. November 1998 dinyatakan bahwa Perbankan adalah badan usaha yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 dinyatakan bahwa Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/6/PBI/2008 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,
-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/6/PBI/2008 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperjelas fungsi Bank Indonesia dalam penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan bank sangat memengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank dapat pula
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA
IMPLEMENTASI PERATURAN KLIRING DALAM PERHITUNGAN UTANG PIUTANG WARKAT BILYET GIRO DI BANK MANDIRI CABANG SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,
-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tercapainya sistem pembayaran
Lebih terperinciNo. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N
No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Penerbitan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 29 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 29 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung kelancaran
Lebih terperinciAnita Asnawi, S.Sos., MM.
Anita Asnawi, S.Sos., MM. Penghimpunan dana dari pihak ke tiga (masyarakat) funding Penyaluran dana lending Bank Persero PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), TBK PT
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (selanjutnya disebut Bank Mandiri atau Bank ) didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 di Negara Republik Indonesia dengan
Lebih terperinciNo. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK
No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang Dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/2/PBI/2004 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM (BI-SSSS) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka membantu Pemerintah melakukan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 12 /PBI/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/22/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/22/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung kelancaran sistem pembayaran di Indonesia,
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/24/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/24/PBI/2005 TENTANG FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI BAGI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung kelancaran
Lebih terperinciNo.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING
No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank
Lebih terperinci2 1. Perluasan akses kepesertaan yang tidak terbatas pada Bank Umum Saat ini kepesertaan SKNBI terbatas pada Bank Umum sehingga transfer dana melalui
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Transfer Dana. Kliring. Berjadwal. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 122). PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran diperlukan
Lebih terperinciNo. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement
No. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disalurkan dan diinvestasikan ke sektor-sektor ekonomi yang produktif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi membantu kelancaran sistem pembayaran dan juga sebagai lembaga atau sarana dalam pelaksanaan
Lebih terperinciPertemuan ke V : Produk Dana
Pertemuan ke V : Produk Dana Bank berfungsi menghimpun dana pihak III yaitu dana para deposan. Bank memiliki tiga produk dana pihak III yaitu a. Giro b. Tabungan c. Simpanan Berjangka Produk Giro Menurut
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. clearing (bahasa Inggris) berasal dari kata clear yang berarti jelas dan terang.
BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Kliring Kliring dibentuk oleh Bank Indonesia (BI) pada tanggal 3 Maret 1967.Kata clearing (bahasa Inggris) berasal dari kata clear yang berarti jelas dan terang. Penggunaan
Lebih terperinciLampiran I. Surat Edaran Nomor SE-121/PJ/2010 tentang Penegasan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Usaha Perbankan
Lampiran I I. Kegiatan usaha bank umum yang merupakan penyerahan jasa keuangan yang tidak terutang PPN Surat Edaran Nomor SE-121/PJ/2010 tentang Penegasan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA
I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA Meningkatnya kegiatan perekonomian nasional merupakan salah satu faktor utama dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke 21, terjadi pergerakan dan perubahan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke 21, terjadi pergerakan dan perubahan yang sangat besar dalam lingkungan bisnis. Kompetisi dalam berbagai usaha menjadi kompetisi global yang
Lebih terperinciNo.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No.7/37/DPM Jakarta, 8 Agustus 2005 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pelaksanaan dan Penyelesaian Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
Lebih terperinciPRODUK-PRODUK BANK. Disusun Oleh : Tyas Krisnawati Anita Satriana Dewi Dina Martiningsih
PRODUK-PRODUK BANK Disusun Oleh : Tyas Krisnawati 05412144020 Anita Satriana Dewi 05412144021 Dina Martiningsih 05412144022 Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat
Lebih terperinciNo. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA
No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Pembelian dan Penjualan Surat Berharga
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Uang Rupiah. Pembayaran dan Pengelolaan. Sistem (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 106). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA
Lebih terperinciNo. 10/9/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem BI-RTGS
No. 10/9/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Perihal : Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem BI-RTGS Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008
Lebih terperinci-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2016 PERBANKAN. BI. Kliring Berjadwal. Transfer Dana. Penyelenggaraan. Perubahan (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5876) PERATURAN
Lebih terperinciKusnul Latifah Education SISTEM PEMBAYARAN & ALAT PEMBAYARAN. Kusnul Ekonomi Kelas X
SISTEM PEMBAYARAN & ALAT PEMBAYARAN Ekonomi Kelas X Kusnul Latifah Education Kusnul Latifah @latifahhk ifahlatifah719@gmail.com A. Pengertian sistem pembayaran dan alat pembayaran a. Sistem pembayaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan produk produk lainnya dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam memajukan perekonomian negara, perbankan mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini karena bank mempunyai fungsi utama untuk menghimpun dana dari masyarakat
Lebih terperinciDua yang disebut terakhir adalah layanan yang terkait dengan fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah.
Pertemuan ke VI : Jasa Jasa Bank Bank selain berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana juga menjalankan fungsi memberikan layanan jasa perbankan. Beberapa layanan jasa perbankan yang umum dilakukan
Lebih terperinciNo. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)
No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/12/PBI/2016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha saat ini sering membutuhkan informasi yang cepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini sering membutuhkan informasi yang cepat dan akurat. Informasi sebagai salah satu komponen penting dalam perusahaan akan berperan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
1 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/9/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/13/PBI/2008 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana dan menyalurkan dana ke pihak-pihak yang. memerlukan dana dalam bentuk pinjaman. Banyak orang dan organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dan usaha di Indonesia saat ini tidak terlepas dari perbankan. Kasmir (2012: 2) berpendapat bahwa Bank merupakan Lembaga Keuangan yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk menjamin adanya pelaku yang seragam terhadap transaksi-transaksi. 1) Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Menurut Baridwan (2002:3) prosedur dapat didefinisikan sebagai suatu urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang atau lebih yang disusun untuk menjamin
Lebih terperinciNo. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM
No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/2/DPM tanggal 31 Januari 2008 perihal Transaksi Repurchase Agreement
Lebih terperinciNo. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)
No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pembayaran Menurut Aulia Pohan (2011 : 71), sistem pembayaran adalah suatu sistem yang melakukan pengaturan kontrak, fasilitas pengoperasian dan mekanisme teknis yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI tentang perbankan, adalah sebagai berikut :
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian, Fungsi dan Jenis Bank 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut pasal 1 Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, adalah sebagai berikut : Bank adalah
Lebih terperinciNo. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK
No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Layaknya fungsi uang sebagai alat pembayaran dalam transaksi ekonomi, uang tidak terlepas dari
Lebih terperinciPERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang cepat dan akurat. Tanpa informasi yang cepat dan akurat ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dunia usaha semakin pesat sehingga membutuhkan informasi yang cepat dan akurat. Tanpa informasi yang cepat dan akurat ini membuat para
Lebih terperinciNo. 3/20/DASP Jakarta, 31 Agustus 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA
No. 3/20/DASP Jakarta, 31 Agustus 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/24/DASP tanggal 17 November 2000 perihal Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perekonomian dalam suatu Negara. Menurut Drs. Mohammad Hatta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Perbankan memiliki peran cukup penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian dalam suatu Negara. Menurut Drs. Mohammad Hatta Bank merupakan sendi
Lebih terperinci-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 19 /PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/13/PBI/2008 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG
No. 10/23/DPM 2008 SURAT EDARAN Jakarta, 14 Juli 2008Juli Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG Perihal : Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/1/DPM tanggal 3 Januari 2005 perihal Pelaksanaan
Lebih terperinciNo. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Sertifikat Bank Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 9/3/PBI/2007 TENTANG LELANG DAN PENATAUSAHAAN SURAT UTANG NEGARA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Bank Indonesia telah ditunjuk oleh Pemerintah sebagai agen
Lebih terperinciNo. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia sekarang ini semakin berkembang. Kebutuhan masyarakat akan kecepatan, keandalan dan keamanan dalam bertransaksi meningkat seiring adanya globalisasi
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. wawancara langsung dan dokumenter, penulis mendapatkan data-data yang
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis dengan cara wawancara langsung dan dokumenter, penulis mendapatkan data-data yang berhubungan
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.02/2014 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN PUNGUTAN OTORITAS JASA KEUANGAN
Yth. 1. Lembaga Jasa Keuangan; 2. Orang Perseorangan Yang Melakukan Kegiatan Di Sektor Jasa Keuangan; dan 3. Badan Yang Melakukan Kegiatan Di Sektor Jasa Keuangan di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/13/PBI/2017 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TERKAIT HUBUNGAN OPERASIONAL BANK UMUM DENGAN BANK INDONESIA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/13/PBI/2017 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TERKAIT HUBUNGAN OPERASIONAL BANK UMUM DENGAN BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
Lebih terperinciGUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 48 /PBI/2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/24/PBI/2000 TENTANG HUBUNGAN REKENING GIRO ANTARA BANK INDONESIA DENGAN PIHAK EKSTERN GUBERNUR
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.108, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Syariah.Likuiditas. Intrahari. Fasilitas. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5034) PERATURAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan nasabah untuk melihat sebuah bank sebagai financial supermarket
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan inovasi produk dan jasa perbankan dalam satu dekade terakhir ini memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat. Produk dan jasa yang ditawarkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dukungan kecepatan dalam pembayaran atau bertransaksi. Lembaga-lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia sekarang ini semakin berkembang. Kebutuhan masyarakat akan kecepatan, keandalandan, keamanan dalam bertransaksi meningkat seiring dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
1 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/6/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/18/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan nasabah perbankan saat ini. Nasabah perbankan ibarat putri yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Ungkapan pembeli adalah raja, mungkin tepat untuk menggambarkan keadaan nasabah perbankan saat ini. Nasabah perbankan ibarat putri yang sedang diperebutkan
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/5/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA DENGAN
Lebih terperinciNo. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga Syariah
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/2/PBI/2008 TENTANG BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciNo. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret 200831 Maret 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Perihal : Tata Cara Transaksi Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Bank Indonesia.
Lebih terperinciLayanan Bebas Biaya Layanan perbankan yang cepat, mudah dan ekonomis
Layanan Bebas Biaya Layanan perbankan yang cepat, mudah dan ekonomis DBS Treasures merupakan layanan perbankan prioritas yang tidak hanya menyediakan pilihan produk perbankan tetapi juga produk investasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini ikut mempengaruhi perkembangan alat pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya tingkat ketergantungan
Lebih terperinciSISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA
SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA PENDAHULUAN Saat ini di Indonesia terdapat 105 penyelenggara kliring lokal, baik yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia maupun pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Lebih terperinciKETENTUAN DAN SYARAT KHUSUS REKENING MANDIRI TABUNGAN BISNIS INVESTOR No. SID :... No. Sub Rekg. Efek :... No. CIF :... No. Rekening :... Cabang :... Nama :... Pekerjaan :... Jabatan :... Dalam hal ini
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.34, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5849) PERATURAN OTORITAS JASA
Lebih terperinciNo. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM
No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM Perihal : Transaksi Repurchase Agreement Dengan Bank Indonesia di Pasar Sekunder. Dalam rangka memperluas jenis surat berharga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian dikarenakan bank berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang
Lebih terperinciekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan bagi penggunannya serta membuat lebih efektif dan efisien
1 BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Perkembangan teknologi saat ini semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Teknologi sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5951 PERBANKAN. BI. Bilyet Giro. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 248). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/41/PBI/2016
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/ 29 /PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENARIK CEK DAN/ATAU BILYET GIRO KOSONG GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/ 29 /PBI/2006 TENTANG DAFTAR HITAM NASIONAL PENARIK CEK DAN/ATAU BILYET GIRO KOSONG GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penggunaan instrumen cek dan/atau bilyet
Lebih terperinciSolusi Cerdas Bisnis Anda
PermataSME Cash Management Solusi Cerdas Bisnis Anda GRATIS biaya transaksi LLG, RTGS, Transfer online melalui Permatae-Business sampai dengan 31 Desember 2015 Jutaan Keluarga. Satu Bank. SME Cash Management
Lebih terperinci