BAB 1 PENDAHULUAN. Luasnya wilayah Indonesia dan jumlah penduduknya mencapai 220 juta jiwa
|
|
- Hartanti Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya wilayah Indonesia dan jumlah penduduknya mencapai 220 juta jiwa lebih serta memiliki sumber daya alam yang sangat besar, jelas membutuhkan transportasi yang kuat untuk dapat memperlancar kegiatan perekonomiannya. Indonesia mempunyai luas wilayah daratan 1,9 juta kilometer persegi dan luas wilayah perairannya mencapai 5,8 juta kilometer persegi dengan memiliki pulau dan panjang garis pantai km membuat Indonesia disebut sebagai negara kepulauan dan negara bahari terbesar di dunia. Berdasarkan informasi dari Bappenas, sampai dengan tahun 2009 transportasi laut di Indonesia didukung kapal laut baik dalam ukuran besar maupun kecil dengan total nilai investasi mencapai Rp 80 triliun Bisnis Freight forwarder adalah suatu specialis perdagangan yang menyediakan bermacam-macam fungsi dan fasilitas untuk transportasi barang (Murphy & Daley, 2000). Sudah sejak lama freight forwarder diketahui sebagai kunci perantara yang terlibat dalam transportasi barang (cargo) dari titik asal (origin) ketitik tujuan (destination) melalui laut maupun udara. Sedangkan menurut Lai dan Cheng (2004) menjelaskan bisnis utama dari freight forwarding adalah membeli jasa transportasi dari bermacam-macam pelayaran atau pemilik kapal (carrier) dan membuat suatu rangkaian pengiriman (shipment) dari beberapa pengirim barang (shipper) dalam jumlah kecil atupun besar, ke tujuan tertentu dengan harga yang lebih murah. Dalam kalimat diatas sudah terlihat jelas bahwa bisnis utama dari 9
2 Freight forwader adalah membeli jasa transportasi dari bermacam-macam pelayaran atau pemilik kapal/pesawat (shipping line atau airline atau carrier) dan memuat serangkaian pengiriman (shipment) dari beberapa pengirim barang (shipper atau supplier) yang ditujukan ke beberapa penerima barang (consignee atau buyer) dalam jumlah kecil ataupun besar, ke tujuan tertentu dengan harga yang diharapkan bisa lebih murah dan sesuai dengan waktu yang di harapkan. Hal ini juga merujuk pada definisi jasa freight forwarding pernah didefinisikan dalam PER 178/PJ/2006 yang kemudian dicabut dengan terbitnya PER 70/PJ/2007 yaitu mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan No. KM/10 Tahun 1988 tentang Jasa Pengurusan Transportasi. Berdasarkan SK Menhub tersebut, yang dimaksud dengan Jasa Freight Forwarding adalah sebagai berikut : Usaha yang ditujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang, untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut dan udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, klaim asuransi, atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya. Dari perpektif diatas sudah terlihat jelas bahwa Freight forwarding berusaha menjadi arsitek dalam pengiriman barang ekspor keluar negeri atau sebaliknya dan perusahaan freight forwarder menjadi sangatlah penting peran sertanya dalam arus laju perekonomian dunia khususnya Indonesia. Jasa Freight Forwarding atau dikenal dengan istilah jasa pengurusan transportasi atau disingkat JPT bertujuan untuk mempercepat proses transportasi, sehingga barang dapat terkirim dengan waktu yang diinginkan, kondisi barang aman 2
3 dan tidak rusak. Kegiatan jasa Freight Forwarding merupakan kegiatan usaha untuk memberikan pelayanan mulai penerimaan barang, penyimpanan barang, sortasi barang, pengepakan barang, penandaan barang, pengukuran barang, penimbangan barang, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian biaya-biaya lainnya. Para pengusaha Freight Forwarding dinaungi oleh suatu Asosiasi yang disebut GAFEKSI (Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia) atau INFA (Indonesian Forwarder Association). GAFEKSI resmi berdiri pada tanggal 25 Juli 1989 melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 4/AU.001/Phb-89 yang memberikan wadah bagi pelaku usaha dibidang Freight Forwarding. GAFEKSI merupakan Asosiasi hasil peleburan GAVEKSI (Gabungan Veem & Ekspedisi Seluruh Indonesia), INFA (Indonesia Freight Forwarders Association) dan AEMPU (Asosiaso Ekspedisi Muatan Pesawat Udara). Jasa Freight Forwarding kedepan akan semakin menggairahkan seiring dengan adanya rencana penambahan transportasi laut Indonesia untuk mempelancar roda ekonomi yang menjadi agenda pemerintah dalam hal ini Bappenas. Bisnis Freight Forwarding akan semakin kompleks sesuai dengan kebutuhan konsumen. Bisnis Freight Forwarding sebenarnya sudah lama dikenal. Di Amerika Serikat, bisnis Freight Forwarding mulai dilakukan sejak tahun Sampai dengan saat ini tercatat sekitar perusahaan forwarding didunia yang dinaungi oleh International Federation of Freight Forwarders Associations (FIATA). Di Indonesia sendiri total perusahaan Forwarding yang tercatat sebagai anggota GAFEKSI sekitar perusahaan dimana anggota GAFEKSI juga tercatat sebagai anggota FIATA. 3
4 Segmentasi jasa Freight Forwarding ini mulai melayani dari door to door (barang diantar dari tempat/gudang penjual ke tempat/gudang pembeli), door to port (barang diantar dari tempat/gudang penjual ke pelabuhan tempat pembeli), dan port to port ( barang diantar dari pelabuhan tempat penjual ke pelabuhan tempat pembeli). Jenis transportasi yang dilayanipun dapat transportasi domestik (tempat penjual dan tempat pembeli sama sama di Indonesia) ataupun transportasi luar negeri (tempat penjual di Indonesia sedangkan tempat pembeli di luar negeri atau sebaliknya). Biasanya sistem pembayaran jasanya bersifat reimbursment, dimana Forwarder membuat tagihan kepada konsumen (pemilik barang) yang rinciannya tergantung jenis jasa apa saja yang akan diberikan Forwarder kepada konsumen. Dalam hal ini tagihan yang diberikan Forwarder ke konsumen, ada beberapa skema antara lain tagihan dimana biaya jasa dan biaya angkutan terpisah maka satu tagihan atas nama Forwarder langsung (tagihan atas jasanya saja) dan tagihan lainnya atas nama perusahaan pelayaran (tagihan atas biaya pengangkutannya). Skema lainnya tagihan dimana biaya jasa dan biaya angkutan menjadi satu paket sehingga tagihan atas nama Forwarder saja. Skema ini akan dibahas secara rinci dalam bab selanjutnya. Salah satu contoh perusahaan yang bergerak dala jasa Freight Forwarding adalah PT.WELGROW INDOPERSADA. PT.WELGROW INDOPERSADA melayani konsumennya dalam jasa pengurusan transportasi dan jasa pengurusan kewajiban pabean. PT.WELGROW INDOPERSADA mengurusi pengiriman barang baik tujuan domestik maupun tujuan luar negeri. Terkait dengan jasa Freight Forwarding, Direktorat Jenderal Pajak menilai adanya potensi Pajak Pertambahan Nilai atas setiap transaksinya. Untuk merealisasikan potensi Pajak Pertambahan Nilai tersebut diterbitkanlah peraturan pelaksana yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK 251/KNK.03/2002 4
5 tanggal 31 Mei 2002 tentang Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak, sehingga transaksi sehubungan dengan pemberian jasa Freight Forwarding dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah menyebutkan jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air merupakan kelompok jasa tertentu yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Oleh karena itu penulis menyusun skripsi yang berjudul ANALISIS PENERAPAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS TRANSAKSI EKSPOR dan IMPOR JASA FREIGHT FORWARDING (Studi Kasus PT.Welgrow Indopersada). 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan aspek Perpajakan pada setiap transaksi jasa Freight Forwarding PT.Welgrow Indopersada sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku? 2. Apakah ada perbedaan antara penerapan pajak terhadap transaksi Ekspor dan transaksi Impor atas jasa Freight Forwarding? 3. Bagaimana Pelaporan dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai pada jasa Freight Forwarding apakah perusahaan sudah melaporkan dan menyetorkan Pajak Pertambahan Nilainya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009? 4. Bagaimana Perlakuan atas Kelebihan Bayar PT. Welgrow Indopersada yang terutang, apakah PT. Welgrow Indopersada sudah melakukan mekanisme 5
6 kompensasi yang sesuai dengan Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009? 1.3 Ruang Lingkup 1. Penelitian ini membahas tentang penerapan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas transaksi Ekspor dan Impor Jasa Freight Forwarding 2. Tahun pajak yang digunakan sebagai dasar analisis penelitian adalah Tahun Pajak 2010, 2011, dan Membahas tentang Pelaporan dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan PT. Welgrow Indopersada 4. Membahas mekanisme kompensasi yang dilakukan PT.Welgrow Indopersada. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas setiap transaksi jasa Freight Forwarding PT Welgrow Indopersada sejauh mana tidak melanggar ketentuan pajak yang berlaku. 2. Menganalisis adanya perbedaan antara penerapan Perpajakan atas transaksi Ekspor dan transaksi Impor. 3. Agar mengetahui apakah PT.Welgrow sudah melakukan mekanisme kompensasi atas kelebihan bayar Pajaknya sesuai dengan Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun
7 4. Menganalisis bagaimana Pelaporan dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai PT. Welgrow Indopersada apakah masih ada keterlambatan dalam Pelaporan dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilainya 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam skripsi ini memberikan gambaran secara garis besar mengenai tahap tahap yang dijelaskan dalam setiap bab. Sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami masalah yang akan dibahas. Secara singkat gambaran yang akan dikemukakan dalam tiap bab, sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, serta tujuan peneltian. Dimana pada bab ini diuraikan secara singkat mengenai hal hal yang akan dibahas dalam penelitian tersebut. BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan mengenai pandangan pandangan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yaitu Penerapan Pajak Pertambahan Nilai terutang atas Ekspor dan Impor jasa Freight Forwarding, penjelasan teori teori ini berdasarkan pada tinjauan pustaka dan peraturan perpajakan yang berlaku serta perubahan peraturan. 7
8 BAB 3 OBJEK PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai sejarah singkat, bidang usaha, produk produk dan struktur organisasi pada perusahaan yang dijadikan objek penelitian dalam penyusunan skripsi ini serta proses bisnis dan kebijakan akuntansi perpajakan yang terdapat dalam PT Welgrow Indopersada. BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan mengenai pembahasan permasalahan penelitian yang dilakukan serta hasil analisis yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu mengenai pelaksanaan Kewajiban Perpajakan Ekspor dan Impor pada PT Welgrow Indopersada sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dari penulis atas seluruh pembahasan pada bab sebelumnya disertai saran saran yang diharapkan dapat menjadi rekomendasi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam objek penelitian penyusunan skripsi ini. 8
9 83
ANALISIS PENERAPAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS TRANSAKSI EKSPOR IMPOR JASA FREIGHT FORWARDING (Studi Kasus PT.Welgrow Indopersada)
ANALISIS PENERAPAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS TRANSAKSI EKSPOR IMPOR JASA FREIGHT FORWARDING (Studi Kasus PT.Welgrow Indopersada) Siti Bolivia Malvi, Drs.Sudarmo,MM Universitas Bina Nusantara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peranan jasa angkutan dalam menunjang pembangunan. ekonomi memiliki fungsi yang vital. Pengembangan ekonomi suatu
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan jasa angkutan dalam menunjang pembangunan ekonomi memiliki fungsi yang vital. Pengembangan ekonomi suatu negara sulit mencapai hasil yang optimum tanpa adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan dunia usaha selalu berubah seiring dengan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lingkungan dunia usaha selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman yang terus menerus. Perubahan ini pada akhirnya akan membawa pengaruh terhadap kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik ditandai dengan semakin meningkatnya kegiatan perdagangan, baik. mempunyai peranan yang sangat penting dalam menggerakan roda
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi, apabila membicarakan mengenai perekonomian dunia maka tidak akan terlepas dari kegiatan perdagangan. Perekonomian yang baik ditandai dengan
Lebih terperinciANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS
ANALISIS MEKANISME DAN KINERJA KONSOLIDASI PETIKEMAS * Siti Dwi Lazuardi, **Firmanto Hadi. *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ** Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan Transportasi Laut - Teknik Perkapalan,
Lebih terperinciPERAN PENYEDIA JASA LOGISTIK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL
PERAN PENYEDIA JASA LOGISTIK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL Materi dari DPP ALFI/ILFA Bogor, 17 Desember 2015 Penyaji : Bambang S. Gunawan Ketua Kompartement Maritim International
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan freight forwarding adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Sebagai penyedia jasa logistik pihak ketiga (third party logistics),freight
Lebih terperinciBAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 2.1.1.Sejarah Singkat Perusahaan PT. DMR adalah salah satu dari anak perusahaan PT. SSU. PT. SSU adalah perusahaan yang bergerak dibidang
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, bidang transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda kehidupan perekonomian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, yang berarti hukum harus dijalankan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang tertuang dalam Undangundang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 Ayat 3 yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Penerimaan devisa yang berasal dari ekspor dan adanya berbagai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 ` 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 5.78%.Total produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengurangi ketergantungan negara kita terhadap hutang luar negeri. Sektor
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan negara kita terhadap hutang luar negeri. Sektor pajak dianggap
Lebih terperinciKomisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 9/KPPU/PDPT/IV/2013 TENTANG
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 9/KPPU/PDPT/IV/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PELEBURAN BADAN USAHA MITSUI-SOKO AIR CARGO Inc DENGAN
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI JOBSHEET PADA PT. JASCO LOGISTICS SEMARANG
SISTEM INFORMASI JOBSHEET PADA PT. JASCO LOGISTICS SEMARANG A12.2004.01799, Citra Fadlianna Fatwati Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRAK Pada awalnya untuk pembuatan Jobsheet
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS TRANSAKSI EKSPOR IMPOR JASA FREIGHT FORWARDING. (Studi Kasus PT.Welgrow Indopersada) SKRIPSI
ANALISIS PENERAPAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS TRANSAKSI EKSPOR IMPOR JASA FREIGHT FORWARDING (Studi Kasus PT.Welgrow Indopersada) SKRIPSI Oleh Siti Bolivia Malvi 1301056800 Universitas Bina
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan Indonesia sebagai jalur perdagangan dan pelayaran karena memiliki sumber daya alam yang berlimpah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kuatnya aliran PMA di industri pertambangan akan mendorong pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil riset Frost & Sullivan menunjukkan, hingga September 2011 realisasi PMA pada sektor transportasi dan pergudangan mencapai US$2,2 miliar, yang merupakan penyumbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional sangat memerlukan adanya transportasi khususnya dibidang ekspor karena dapat memperlancar pengiriman barang sampai negara tujuan, barang-barang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran
No.913, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Jasa Pengurusan Transportasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN JASA
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA FREIGHT FORWARDING (STUDY KASUS PADA PT. BBTI )
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA FREIGHT FORWARDING (STUDY KASUS PADA PT. BBTI ) TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri atas beribu pulau sepanjang garis khatulistiwa, berada di Antara dua benua dan dua samudera
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sebelum laporan Tugas Akhir yang penulis kerjakan, telah banyak penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan yang sama mengenai ekspor dan impor, hal ini
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Jasa Freight Forwarding Istilah Freight Forwarding pertama kali dikenal di Amerika Serikat pada tahun 1942 dalam Freight Forwarders Act, 1942. Kegiatan usaha Freight
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 3. Para Kepala Kantor Pelayanan,
Lebih terperinciSonico : Keberadaan Pelaksanaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwarder)..., 2006 USU Repository 2008
ABSTRAK Salah satu tandalbukti terjadinya globalisasi perekonomian pada masa ini adalah adanya peningkatan kegiatan ekspor-impor dalam dunia usaha. Kegiatan ekspor-impor senantiasa diawali dengan pembuatan
Lebih terperinciIR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PERENCANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA FREIGHT FORWARDING DENGAN METODE PEMBAYARAN SECARA REIMBURSEMENT ATAU REINVOICING PADA PT R (STUDI KASUS DI PT MULTI UTAMA CONSULTINDO)
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari barang dalam negeri (daerah pabean), barang
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG MELALUI LAUT SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Hukum
TANGGUNG JAWAB PT. MITRA ATLANTIK NUSANTARA SEMARANG SEBAGAI FREIGHT FORWARDER DALAM PENGIRIMAN BARANG MELALUI LAUT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Hukum Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
Lebih terperinciReza Dimas Syahputra Suharyono Supriono Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang
PERAMALAN PENJUALAN JASA FREIGHT FORWARDING DENGAN METODE SINGLE MOVING AVERAGES, EXPONENTIAL SMOOTHING DAN WEIGHTED MOVING AVERAGES (Studi kasus pada PT Anugerah Tangkas Transportindo, Jakarta) Reza Dimas
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa angkutan laut sebagai salah satu sarana
Lebih terperinciBAB 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas bahkan Indonesia dijuluki sebagai negara maritim karena wilayah lautnya yang lebih luas dibandingkan wilayah
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu
Bab I Pendahuluan a. Latar belakang Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu dengan negara lain yang saling ketergantungan sehingga melahirkan adanya perekonomian internasional.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang padat dengan berbagai aktifitas dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Menurut Badan Kependudukan
Lebih terperinciYukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA
FGD PERAN DAN FUNGSI PELABUHAN PATIMBAN DALAM KONSEP HUB AND SPOKE Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI Jakarta, 24 NOPEMBER 2016 INDONESIAN LOGISTICS AND FORWARDERS
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa angkutan laut sebagai salah satu sarana
Lebih terperinciPENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor : 17 Tahun 1988 Tanggal: 21 Nopember Presiden Republik Indonesia,
PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor : 17 Tahun 1988 Tanggal: 21 Nopember 1988 Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa angkutan laut sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya pengangkutan dapat memperlancar
Lebih terperinciPERUBAHAN KETENTUAN MANIFES. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI
PERUBAHAN KETENTUAN MANIFES LATAR BELAKANG 1. Mengurangi dwelling time di pelabuhan, khususnya jangka waktu untuk pre-customs clearance 2. Mempercepat waktu penyampaian Inward Manifest yang pada akhirnya
Lebih terperinciStimulus kegiatan Industri Logistik dan kendaraan niaga di Indonesia
Stimulus kegiatan Industri Logistik dan kendaraan niaga di Indonesia ASOSIASI LOGISTIK DAN FORWARDER INDONESIA INDONESIAN LOGISTICS AND FORWARDERS ASSOCIATION Tantangan Indonesia sebagai negara kepulauan
Lebih terperinciAPLIKASI INFORMASI MUATAN RUANG KAPAL KARGO BERBASIS WEB STUDI KASUS DEPALINDO
APLIKASI INFORMASI MUATAN RUANG KAPAL KARGO BERBASIS WEB STUDI KASUS DEPALINDO Laporan Tugas Akhir Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Veri Butir Anggriawan
Lebih terperinciP E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA
P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG I. UMUM ANGKUTAN MULTIMODA Angkutan multimoda (Multimodal Transport) adalah angkutan barang dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENGADAAN KAPAL LAUT (VESSEL) yang terbagi atas beberapa Direktorat, antara lain Dirjen Perhubungan laut.
BAB III PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENGADAAN KAPAL LAUT (VESSEL) A. Gambaran umum objek penelitian Industri pelayaran di Indonesia berada dibawah Departemen perhubungan yang terbagi atas beberapa Direktorat,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA PENGAWASAN ATAS PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, perdagangan lokal maupun internasional mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Setiap negara memiliki kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang-barang dan melemahnya nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi, naiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Pemajakan PPh Pasal 23 atas Transaksi Pemakaian Jasa Trucking Selama Ini Perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) adalah perusahaan yang bergerak dalam pengurusan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.04/2017
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.04/2017 Direktorat Teknis Kepabeanan LATAR BELAKANG 1. Mengurangi dwelling time di pelabuhan, khususnya jangka waktu untuk pre-customs clearance 2. Mempercepat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bersaing ketat, selain itu juga membuat setiap perusahaan menyusun kembali
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di era globalisasi saat ini membuat perusahaan bersaing ketat, selain itu juga membuat setiap perusahaan menyusun kembali strategi dan
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA IWAN ARTO KOESOEMO FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2000
SKRIPSI IWAN ARTO KOESOEMO TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BONGKAR MUAT DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUILAUT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2000 TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN BONGKAR MUAT DALAM PENGANGKUTAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi 2.1.1 Pengertian Efisiensi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.555, 2015 KEMENHUB. Transportasi. Jasa Pengurusan. Pengusahaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 74 TAHUN 2015
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Perekonomian Indonesia saat ini mulai kembali membaik setelah di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perekonomian Indonesia saat ini mulai kembali membaik setelah di dilanda krisis global yang bermula di Amerika Serikat, diikuti dengan pergerakan indeks harga saham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166 kilometer merupakan
Lebih terperinciPasal II. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 17 TAHUN 1998 (17/1998) TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN BAGI ORANG PRIBADI YANG AKAN
Lebih terperinciDOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi
DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat menjanjikan terutama di Pulau Bali. Karena Pulau Bali di kenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara Kepulauan dan pertumbuhan perekonomiannya terus berkembang secara pesat, memiliki beberapa transportasi dan jasa pengangkutan pilihan.
Lebih terperincimenyebabkan adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya, adat istiadat dan budaya suatu bangsa atau daerah.
22 menyebabkan adanya spesialisasi atau pembagian pekerjaan menurut keahlian sesuai dengan budaya, adat istiadat dan budaya suatu bangsa atau daerah. Dalam hal ini, dengan menggunakan transportasi dapat
Lebih terperinciPERANAN INTERNATIONAL FREIGHT FORWARDING DALAM MENUNJANG PENINGKATAN PENGIRIMAN BARANG KOMODITI EKSPOR ABDUL RAHMAN
PERANAN INTERNATIONAL FREIGHT FORWARDING DALAM MENUNJANG PENINGKATAN PENGIRIMAN BARANG KOMODITI EKSPOR ABDUL RAHMAN Bagian Hukum International Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara A. PENDAHULUAN.
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.279, 2015 KEPABEANAN. Perdagangan. Ekspor. Impor. Kawasan Berikat. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5768). PERATURAN
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH Pengangkutan atau lebih dikenal dengan istilah transportasi di masa yang segalanya dituntut serba cepat seperti sekarang ini memiliki peran yang sangat besar.
Lebih terperinci2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an
No.539, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kepemilikan Modal Badan Usaha. Pencabutan Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 24 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP - 61 /BC/2000 TENTANG TATACARA PENYERAHAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBERITAHUAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang terbesar di dunia. Hal ini tentunya membuat Indonesia tidak lepas dari apa yang namanya permasalahan perekonomian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam membiayai keperluannya, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi telah digunakan secara meluas di segala bidang, seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi telah digunakan secara meluas di segala bidang, seperti bidang industri, pendidikan, dan perhubungan. Dalam bidang industri, teknologi informasi
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
TATALAKSANA KEPABEANAN DI BIDANG EKSPOR (Keputusan Menteri Keuangan RI No.557/KMK.04/2002 tanggal 31 Desember 2002) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa untuk menjamin kelancaran arus
Lebih terperinciSEMINAR PERPAJAKAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS JASA FREIGHT FORWARDING
SEMINAR PERPAJAKAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN ATAS JASA FREIGHT FORWARDING KELOMPOK IV Ai Verdayanie [03] Akhmad Nurhidayat [04] Bayu Windra Pratama [07] Meidiawan Cesarian Syah [19] Yosinta Suwastika
Lebih terperinci# masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai kebutuhan negara, salah satunya untuk membangun infrastruktur. Infrastruktur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional yang berkembang pesat pada saat ini pada hakekatnya merupakan perdagangan sederhana yang tidak lain adalah kegiatan menjual dan membeli barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat kelebihan atau adventage masing-masing sebagai akibat dari letak geografis, kondisi alam yang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO
Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN, PENYETORAN, PENGGUNAAN
Lebih terperinciPERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI TRANSPORTASI LAUT BAB I PENDAHULUAN
PERANAN FREIGHT FORWARDER DALAM PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR MELALUI TRANSPORTASI LAUT BAB I PENDAHULUAN Peranan freight forwarder dalam proses pengiriman barang ekspor melalui transportasi laut (studi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 376/PJ.02/2017 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 31 Agustus 2017 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 376/PJ.02/2017 TENTANG PENEGASAN TERKAIT PPN YANG DIBEBASKAN ATAS IMPOR BARANG
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN
BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT GHINA ANUGERAH LESTARI merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi (Freight Forwarder) di Jakarta yang melayani jasa pengiriman barang
Lebih terperinciKekhususan Jual Beli Perusahaan
JUAL BELI DAGANG Suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan yakni perbuatan pedagang / pengusaha lainnya yang berdasarkan jabatannya melakukan perjanjian jual beli Kekhususan Jual Beli Perusahaan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM FREIGHT FORWARDING DAN PERLAKUAN PEMOTONGAN PPh PASAL 23 ATAS TRANSAKSI YANG DILAKUKAN OLEH FREIGHT FORWARDING
BAB III GAMBARAN UMUM FREIGHT FORWARDING DAN PERLAKUAN PEMOTONGAN PPh PASAL 23 ATAS TRANSAKSI YANG DILAKUKAN OLEH FREIGHT FORWARDING A. Gambaran Umum jasa freight forwarding Definisi jasa freight forwarding
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS MENJADI UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang giat melakukan pembangunan di berbagai sektor. Tahap demi tahap pembangunan telah
Lebih terperinciPeranan perusahaan jasa freight forwardingm dalam transaksi ekspor pada PT. Japaindo Prima Raya Jakarta BAB I PENDAHULUAN
Peranan perusahaan jasa freight forwardingm dalam transaksi ekspor pada PT. Japaindo Prima Raya Jakarta Oleh : Dian Setyorini.S F.3106025 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. risiko yang ditanggung oleh pelaku ekspor-impor. Pelaku perdagangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan perdagangan internasonal tidak lepas dari ancaman risiko yang ditanggung oleh pelaku ekspor-impor. Pelaku perdagangan internasional harus memikirkan tentang
Lebih terperinci2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel
No.4, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPAJAKAN. PAJAK. PPN. Barang dan Jasa. Pajak Penjualan. Barang Mewah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5271) PERATURAN
Lebih terperinciPERMINTAAN KONTAINER UNTUK EKSPOR BARANG PADA PT. ARPENI PRATAMA OCEAN LINE TBK CABANG SEMARANG
PERMINTAAN KONTAINER UNTUK EKSPOR BARANG PADA PT. ARPENI PRATAMA OCEAN LINE TBK CABANG SEMARANG Nadia Amanta Reisa, Karnowahadi, Paniya Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.H.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada
Lebih terperinci