# masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai kebutuhan negara, salah satunya untuk membangun infrastruktur. Infrastruktur memiliki peranan yang penting dalam perkembangan perekonomian suatu negara, jika pertumbuhan perekonomian negara didukung oleh infrastruktur yang baik maka perekonomian di negara tersebut akan baik, sebaliknya jika pertumbuhan perekonomian negara tidak didukung oleh infrastruktur yang baik maka perekonomian di negara tersebut akan terhambat. Restiana (2012) mengatakan dengan infrastruktur yang baik, maka pertumbuhan ekonomi wilayah akan lebih mudah tumbuh dan berkembang. Selain itu, kualitas infrastruktur yang baik juga akan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat akat melalui peningkatan kualitas lingkungan. Selanjutnya pernyataan tersebut t ditegaskan kembali oleh mantan Perdana Menteri Inggris bernama Margareth Thatcher yang mengatakan bahwa You and I come by road or by rail, but economist travel on Infrastructure, dari pernyataan tersebut dapat dipastikan bahwa perekoniman hanya dapat berjalan jika ada infrastruktur. Infrastruktur yang memegang peranan penting dalam suatu negara salah satunya adalah pelabuhan. Pelabuhan berperan sebagai satu-satunya pintu gerbang perekonomian. Pada umumnya perdagangan di suatu negara dimulai dan masuk melalui pelabuhan, selain itu pelabuhan juga merupakan pintu gerbang untuk "

2 # masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran yang menyebutkan bahwa pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas s keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Menyadari akan pentingnya peranan infrastuktur dalam sebuah negara, maka pemerintah wajib untuk menyediakan infrastruktur yang memadai sehingga melalui infrastruktur, perekonomian negara akan berkembang dan masyarakat akan sejahtera. Namun untuk membangun infrastruktur yang baik dibutuhkan biaya yang sangat besar, salah satu cara yang digunakan pemerintah untuk membiayai pembangunan infrastruktur adalah dengan memanfaatkan pajak sebagai sumber penerimaan negara. Hal ini sesuai dengan definisi pajak menurut Undang-undang No. 28 tahun 2007 yang menyebutkan bahwa pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Salah satu penerimaan dari sektor pajak bersumber dari pajak pertambahan nilai (value added tax). Menurut Harnanto (2013) pajak pertambahan nilai adalah

3 $ pajak yang dikenakan atas penyerahan barang kena pajak (BKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha dan pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean; penyerahan jasa kena pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha dan pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean; dan atas impor barang kena pajak dan ekspor barang kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak (PKP). Pajak pertambahan nilai merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan oleh karena adanya pertambahan nilai atas suatu transaksi penyerahan barang dan atau jasa kena pajak. Pajak pertambahan nilai disebut sebagai pajak tidak langsung oleh karena tidak langsung dibebankan kepada penanggung pajak yaitu konsumen melainkan melalui mekanisme pemungutan pajak dan disetor oleh pihak lain yaitu penjual, dengan transaksi penyerahan dapat berupa jual beli, pemanfaatan jasa, dan sewa menyewa. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, pajak pertambahan nilai dapat disebut sebagai pajak konsumsi yang dikenakan kepada setiap konsumen atas terjadinya pertambahan nilai atas suatu produk barang atau jasa di wilayah pabean. Pajak pertambahan nilai memiliki peran yang penting dalam transaksi kegiatan di wilayah pabean, khususnya pelabuhan karena atas setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan akan dikenakan pajak pertambahan nilai. Sebagai wajib pajak, PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV memiliki kewajiban yang harus dipenuhi dalam kaitannya dengan perpajakan khususnya dalam menerapkan pajak pertambahan nilai.

4 % Pelindo IV merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan No : 85/PMK.03/2012 tentang Penunjukan Badan Usaha Milik Negara Untuk Memungut, Menyetor, dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporannya. Saat melakukan kegiatan di Pelabuhan, Pelindo IV sebagai pengusaha kena pajak memiliki kewajiban untuk memungut, menyetor dan melaporkan pajak pertambahan nilai atas setiap transaksi yang terjadi di Pelabuhan. Saat barang atau jasa kena pajak diserahkan kepada konsumen (pengguna jasa), setiap PKP diwajibkan untuk memungut pajak pertambahan nilai dan menerbitkan faktur pajak sebagai bukti telah melakukan pemungutan atas pajak pertambahan nilai. Pada saat barang atau jasa kena pajak diserahkan, PKP telah terutang pajak pertambahan nilai kepada negara dan harus disetorkan pada bulan berikutnya. Apabila a pembayaran telah dibayarkan oleh konsumen kepada pengusaha kena pajak, hal tersebut tentu tidak akan mempengaruhi arus kas perusahaan. Namun dalam praktek di lapangan, konsumen (pengguna jasa) tidak langsung melakukan pembayaran atas penyerahan barang atau jasa kena pajak. Hal tersebut akan menyebabkan timbulnya hutang pajak bagi pengusaha kena pajak yang berperan sebagai wajib pungut, dikarenakan harus menyetorkan pajak pertambahan nilai yang telah dipungut ke kas negara pada bulan berikutnya, sedangkan pengusaha kena pajak belum menerima pembayaran dari konsumen (pengguna jasa).

5 & Apabila saat pembayaran atau pelunasan atas tagihan penyerahan jasa kena pajak lebih lama dari saat penyerahan jasa kena pajak, maka penyedia jasa harus menyetorkan jumlah pajak pertambahan nilai yang terutang dengan menggunakan dananya sendiri, tentunya hal ini akan menimbulkan dampak negatif bagi kas perusahaan, sedangkan apabila pengguna jasa tidak mampu membayar hutangnya maka kerugian atas pajak pertambahan nilai menjadi beban penyedia jasa. Menurut Ilyas dan Priantara (2013) kewajiban pajak dan pembayarannya merupakan suatu hal yang pasti, pembayaran pajak memiliki batas waktu yang pasti, dan atas keterlambatan pembayaran pajak akan dikenakan sanksi. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah perencanaan kas yang dapat menjamin operasional wajib pajak agar dapat berjalan dan dapat memenuhi pembayaran pajak. Pelindo IV harus melakukan antisipasi atas segala kemungkinan yang akan terjadi dalam melaksanakan kewajibannya sebagai wajib pajak, khususnya ketidakmampuan kmampuan wajib pajak dalam membayar utang pajak yang berasal dari pemungutan dan pemotongan pajak atas wajib pajak lain dalam hal pajak pertambahan nilai. Ilyas dan Priantara (2013) mengungkapkan bahwa meskipun yang memikul pajak pada umumnya adalah pihak lawan transaksi dari wajib pajak, namun wajib pajak perlu mengelola arus kasnya pada saat pajak yang telah dipungut atau dipotong harus disetor ke kas negara pada waktu yang ditentukan. Akibat yang ditimbulkan apabila wajib pajak tidak dapat menyetorkan pajak yang telah dipungut adalah pengenaan sanksi atas ketidakmampuan menyetorkan pajak yang telah dipungut tersebut. Untuk itu, dalam kaitan dengan pajak pertambahan nilai wajib pajak harus juga fokus dalam mengelola arus kas di

6 ' perusahaannya untuk meminimalisasi resiko pengenaan sanksi atas ketidakmampuan menyetor pajak yang telah dipungut tersebut. Tabel Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai 3141+&1516 "#$ "#% "# &&' &&' &&' "#$"%& 111 '()*+,)-.,)/ ()$%*)$*$)#*% )-*.)'0-),'+ 234%$"%& ,)+-5)(5'), ,)"-")-.)""" )+(/)*.5)/(/ 6"% ,).,,)*,.) )*"()-##) )'++)+/+)--* 89%&: 111 '()5-,)0*,),* ),$#).%()(%( )--/),.+)/5. 63& ,)/++),-0)'5/ *)%".)(*")#-# )+/5)'0')''/ $#& 111 '()./+)/.'),+/ )-*%)-.()#*" )''+)+*+)+'- $:& )/+,)+(')',' ,)**()$-*)*.# )*(()/'()/-- 8;$<7$< 111 '')5+()('.)*(' )%(#)$-%)(%* ).-5)5(/)(*' =3973>43% ,)/*0),5*)0-/ *),"")-.)(" )./0)'(,)5( )($.)$-)"-* )0'-),*5)/0+ BAC3>43% ,)'(')(0.)./ ()$""),$-)".# )./,)*(')*(+ D3<3>43% ),(.)('-) $)(##)$(-)-*$ )/(0)-/()*/0 /0/12 + #"()-()..()#. +++,.),(()%"%)%$( +++ $)(.$)%.()(- Sumber : Pelindo IV Tabel menjelaskan terjadi peningkatan pajak pertambahan nilai yang harus dibayarkan oleh Pelindo IV dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, pembayaran pajak pertambahan nilai tersebut harus ditanggung terlebih dahulu oleh Pelindo IV. Total pajak pertambahan nilai terutang yang harus dibayarkan oleh Pelindo IV dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun sebesar Rp ,00. Melihat pada besaran pajak pertambahan nilai dimaksud, seharusnya dana tersebut dapat digunakan oleh manajemen untuk mengambil peluang bisnis lain atau dapat digunakan untuk investasi pengembangan pelabuhan.

7 ( Peraturan Menteri Keuangan tersebut memberikan dampak serta resiko yang besar bagi Pelindo IV apabila pengguna jasanya tidak mampu membayar semua biaya yang timbul dari kegiatan di Pelabuhan, dengan adanya sistem pungutan terlebih dahulu maka Pelindo IV harus memungut dan menyetorkan terlebih dahulu besaran pajak pertambahan nilai yang tercantum dalam nota tagihan jasa kepelabuhanan yang terdiri dari biaya jasa kepelabuhanan dan pajak pertambahan nilai. Apabila pengguna jasa tidak mampu menyelesaikan semua kewajibannya maka Pelindo IV beresiko mengalami kerugian khususnya dalam hal penanggulangan gulangan pajak pertambahan nilai yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh Pelindo IV. Pelindo IV harus mampu menjalankan amanah yang telah ditugaskan oleh pemerintah khususnya sebagai pemungut pajak pertambahan nilai, dan juga harus mampu mengatur keuangan (kas) yang akan digunakan untuk melakukan pembayaran terlebuh dahulu atas pajak pertambahan nilai. Ilyas dan Priantara (2013) mengatakan bahwa wajib pajak berusaha mengatur aliran atau arus kasnya supaya tidak terjadi ketidakmampuan atau gagal bayar pajak sehingga berdampak wajib pajak menjadi berupaya mengelak dari kewajiban pajak, oleh karena itu wajib pajak berusaha memperoleh efisiensi dan penghematan pajak. Kas merupakan jenis aset yang paling likuid, dalam bisnis kas merupakan suatu alat untuk mengukur kestabilan dan keberlangsungan bisnis perusahaan oleh karena kekurangan atau kelebihan kas dapat menimbulkan permasalahan bagi perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kekurangan kas dapat berakibat pada terganggunya aktivitas operasi perusahaan seperti tidak mampu membeli bahan

8 ) dasar produksi, membayar gaji karyawan, utang, dan pajak sehingga dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan hukum. Selain itu, kelebihan kas dapat menimbulkan kerugian oleh karena dana yang menganggur (iddle) dapat menimbulkan kerugian nilai intrinsik. Arus kas memegang peranan yang sangat penting bagi perusahaan. Pada umumnya pemilik usaha mengibaratkan arus kas sebagai raja, karena arus kas berperan dalam menentukan jalannya perusahaan, hidup mati operasional perusahaan. Jika perusahaan tidak memiliki arus kas, perusahaan tersebut tidak dapat melakukan aktivitas operasionalnya, sehingga sebagus apapun strategi bisnis dan perencanaan bisnis yang akan dilakukan apabila tidak didukung dengan arus kas yang baik, maka semua yang telah direncanakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik. PSAK No. 2 mengatakan bahwa arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau au setara kas. Kegunaan informasi arus kas menurut PSAK 2 dalam kaitannya nya dengan laporan keuangan yaitu dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang, selain itu informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahan.

9 * Thohiri dan Sirahar (2013) mengatakan bahwa arus kas merupakan jiwa bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi eksistensi sebuah perusahaan serta menunjukkan dapat tidaknya perusahaan membayar semua kewajibannya. Menurut Irianti (2008) arus kas adalah sebuah laporan keuangan dasar yang melaporkan kas yang diterima, kas yang dibayarkan, dan perubahannya, dari kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari bisnis selama satu periode dalam sebuah format yang menyatakan saldo kas awal dan akhir. Kas yang akan dikeluarkan oleh wajib pajak untuk membayar pajak tergantung dari besarnya utang pajak yang harus dibayar, oleh karena itu apabila utang pajak besar maka kas yang akan dikeluarkan akan besar juga, sehingga diperlukan pengelolaan arus kas yang baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat penelitian ian dengan judul Dampak Pajak Pertambahan Nilai Atas Arus Kas (Studi Kasus Pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero)). B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Pelindo IV (Persero)? 2. Bagaimana kaitan Pajak Pertambahan Nilai atas arus kas perusahaan? 3. Bagaimana dampak penerapan Pajak Pertambahan Nilai terhadap arus kas perusahaan?

10 "+ C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Pelindo IV (Persero). 2) Untuk mengetahui kaitan Pajak Pertambahan Nilai atas arus kas perusahaan. 3) Untuk mengetahui dampak penerapan pajak pertambahan nilai terhadap arus kas perusahaan. 2. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi bagi : 1) Pemerintah Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan perpajakan khususnya pajak pertambahan nilai, sehingga dapat menciptakan peraturan yang tepat dan memberikan dampak positif bagi pengusaha kena pajak wajib pungut. 2) Perusahaan Memberikan pengetahuan serta pemahaman yang lebih dalam lagi mengenai dampak pajak pertambahan nilai atas arus kas, sehingga perusahaan dapat membuat strategi yang lebih baik lagi agar arus kas perusahaan dapat tetap terjaga dengan baik.

11 "" 3) Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan penelitian lanjutan agar dapat menghasilkan penelitian yang komprehensif mengenai dampak pajak pertambahan nilai atas arus kas perusahaan.