KATA PENGANTAR. Denpasar, Desember 2015 Tim Penyusun Studi LARAP Fakultas Teknik Unud

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Denpasar, Desember 2015 Tim Penyusun Studi LARAP Fakultas Teknik Unud"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Pekerjaan Studi LARAP (Land Acquasition and Resettlement Action Plan) Tahun Anggaran 2015 ini merupakan kelanjutan dari Studi Kelayaran Jalan Lingkar Nusa Penida tahun anggaran Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya menemukenali kondisi dan kehidupan Penduduk Terkena Proyek (PTP), untuk membuat rencana program tindakan (action plan). Studi ini meliputi tujuh wilayah desa yaitu Desa Batununggul, Desa Kutampi Kaler, Desa Sakti, Desa Bunga Mekar, Desa Batumadeg, Desa Batukandik, dan Desa Sekar Taji. Pada dasarnya, Laporan Akhir ini, berisi hasil survai penduduk terkena proyek (PTP), laporan diskusi kelompok terarah, tabulasi kuesioner PTP, kesimpulan studi larap, rencana kerja tindakan, dan rekomendasi studi larap. Pada bagian akhir laporan, dilampirkan data-data Daftar Penduduk Terkena Proyek, luas pengadaan lahan, dan resume fokus grup. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan pertimbangan dalam penyusunan Laporan Akhir Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida dan Rencana Pembangunan Jalan IKK Nusa Penida, kami ucapkan banyak terima kasih. Denpasar, Desember 2015 Tim Penyusun Studi LARAP Fakultas Teknik Unud i

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL.... i ii iii iv Bab I PENDAHULUAN... I Latar Belakang Studi... I Maksud dan Tujuan... I Sasaran... I Lingkup Kegiatan... I Metodelogi... I Lokasi Proyek... I Pengadaan Tanah... I-8 Bab II DESKRIPSI WILAYAH STUDI... II Potensi dan Kondisi Sumber Daya Alam... II Potensi dan Kondisi Sumber Daya Manusia II Potensi dan Kondisi Ekonomi... II Keterkaitan Studi dengan Proyek Jalan Existing... II Kaji Ulang Kebijakan dan Sasaran Perencanaan... II Kaji Ulang Lingkungan dan Tata Ruang... II Kaji Ulang Pengadaan Lahan... II Formulasi Alternatif-Alternatif Solusi... II-13 Bab III HASIL SURVAI WARGA TERKENA PROYEK III Kondisi Dasar Penduduk... III Kondisi Aset dan Biaya Pengadaan... III Kemungkinan Dampak Positif dan Negatif Proyek terhadap Warga, Aset budaya, dan Lingkungan... III Persepsi dan Aspirasi PTP terhadap Proyek... III-12 Bab IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... IV Kesimpulan Studi LARAP... IV Rencana Kerja Tindakan (Actions Plan) Studi LARAP... IV Rekomendasi Studi LARAP... IV-8 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL LAMPIRAN ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Jumlah Penduduk di Tiap Kecamatan di Kabupaten Klungkung. II-4 Tabel 2.2. Jumlah dan kepadatan penduduk pada kecamatan Nusa Penida.. II-4 Tabel 2.3. PDRB Kabupaten Klungkung... II-5 Tabel 2.4. Distribusi Persentase PDRB... II-6 Tabel 2.5. Data Produksi Rumput Laut di Nusa Penida... II-7 Tabel 3.1. Jumlah populasi PTP... III-1 Tabel 3.2. Kondisi struktur mata pencaharian PTP... III-2 Tabel 3.3. Kondisi jumlah penghasilan PTP... III-3 Tabel 3.4. Jumlah anggota keluarga PTP... III-5 Tabel 3.5. Rencana Penggunaan Tanah Setelah Terkena Proyek... III-8 Tabel 3.6. Ganti Kerugian yang diinginkan PTP... III-9 Tabel 3.7. Rencana Penggunaan Biaya Pengadaan oleh PTP... III-10 Tabel 4.1. Rencana kerja tindakan (action plan) Studi LARAP... IV-6 iii

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Tahapan Rencana Pembangunan... I-2 Gambar 1.2. Lokasi Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida... I-8 Gambar 1.3. Tahapan Pengadaan tanah Bagi Pembangunan... I-11 Gambar 1.4. Trase terpilih relokasi jembatan Tk. Yeh Nusa... I-9 Gambar 1.5. Trase terpilih relokasi jembatan Tk. Yeh Nu... I-10 Gambar 3.1. Mata Pencaharian... III-1 Gambar 3.2. Penghasilan PTP... III-3 Gambar 3.3. Komposisi Anggota Kluarga PTP... III-5 Gambar 3.4. Status Penggunaan Tanah... III-9 Gambar 3.5. Ganti Kerugian Yang Diinginkan... III-10 Gambar 3.6. Bentuk Pemanfaatan Ganti Kerugian... III-10 Gambar 3.5. Ganti Kerugian Yang Diinginkan... III-10 Gambar 3.5. Ganti Kerugian Yang Diinginkan... III-10 iv

6 1.1 Latar Belakang Infrastruktur jalan sebagai bagian sistem transportasi jalan nasional, berperan penting dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan. Jaringan jalan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional. Ruas-ruas jalan di Pulau Nusa Penida kurang memenuhi standar yang disyaratkan oleh Bina Marga. Untuk mengantisipasi hal tersebut supaya pulau Nusa Penida bisa tumbuh perekonomiannya perlu memprioritaskan pembangunan jalan sebagai infrastruktur yang akan memajukan perekonomian di Pulau Nusa Penida. Pemerintah memanfaatkan dananya yang berasal dari Dana APBD Kabupaten Klungkung tahun Namun, sebelum adanya proses desain dilaksanakan diperlukan adanya studi pengadaan tanah untuk melakukan identifikasi tentang kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar, khususnya yang secara langsung terkena proyek. Jadi akar permasalahan disparitas wilayah di kabupaten Klungkung bila dilihat dari sudut transportasi sebagai suatu sistem adalah adanya kesenjangan antara sisi permintaan (demand) dari transportasi yang meningkat dibanding dengan sediaan (supply) yang terbatas. Dalam hal ini, dukungan sistem jaringan dan sarana transportasi tidak memadai. Bila kondisi ini tidak ditangani secara terencana, maka dikhawatirkan ketidakseimbangan (disparity) pertumbuhan wilayah di Kabupaten Klungkung tidak akan pernah tercapai. Pada akhirnya demokratisasi ruang tidak akan pernah terwujud. Oleh karena itu, perencanaan penyediaan sistem jaringan sangat mendesak dan harus dapat memprediksi secara akurat kebutuhan pergerakan yang diakibatkan oleh sistem kegiatan. Fakultas Teknik Universitas Udayana I-1

7 Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP) adalah suatu kegiatan pencarian pola aksi dalam pembebasan lahan, bangunan dan tanaman (Land Acquisition) serta pemindahan penduduk (Resettlement) dengan menggunakan pendekatan partisipasi, sehingga mendapatkan suatu kerangka kerja dalam pelaksanaan kegiatan pembebasan lahan yang dibutuhkan dalam pembangunan. Karena kegiatan pembebasan sering menimbulkan dampak pada lingkungan sosial ekonomi, sesuai Petunjuk Operasional Bank Dunia (OD No.4.30), maka dilengkapi dengan Studi Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP), sehingga pembebasan dapat dilakukan dengan panduan atau kerangka acuan kerja yang jelas. Dalam hal ini kegiatan yang dimaksud dapat dijabarkan melalui Penyusunan LARAP Jalan Lingkar Nusa penida dan Rencana Pembangunan Jalan IKK Nusa Penida pada tahun 2015 dimana pada tahun 2014 sebelumnya sudah dilaksanakan studi Kelayakan jalan, yang hasilnya pembangunan jalan lingkar layak untuk dilaksanakan. Apabila studi LARAP telah mendapat persetujuan dari Pemerintah Kabupaten Klungkung, maka studi tersebut akan dipakai pedoman dalam pelaksanaan Pengadaan Tanah. Tahapan rencana Pembangunan Jalan Lingkar Nusa Penida dapat dirunut sebagai berikut: Studi Kelayakan dan Amdal (Tahun 2014), Studi Pengadaan Tanah/Larap (Tahun ), Desain (Tahun 2017), Konstruksi Fisik (Tahun ), dan Operasional (Tahun 2022). Tahapan Pembangunan dapat dilihat pada Gambar 1.1. TAHAPAN RENCANA PEMBANGUNAN STUDI KELAYAKAN DAN AMDAL (2014) STUDI PENGADAAN TANAH ( ) DESAIN (2017) KONSTRUKSI FISIK ( ) OPERASIONAL (2022) Gambar 1.1. Tahapan Rencana Pembangunan Fakultas Teknik Universitas Udayana I-2

8 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk memperoleh gambaran secara rinci dan akurat mengenai penduduk yang akan terkena dampak proyek jalan dan pembangunan jembatan, serta dampak sosial lainnya yang akan timbul sebagai akibat pembebasan bangunan dan tanaman serta pembayaran ganti ruginya. Hasil studi juga membantu Pemrakarsa Proyek sebagai acuan dalam penyediaan anggaran, sesuai siklus kegiatan pembangunan serta melaksanakan pembebasan lahan sesuai dengan peraturan perundangundangan dan kesepakatan bersama masyarakat. Tujuan hasil studi dan pendataan terhadap penduduk yang terkena proyek jalan, akan dijadikan dasar dalam proses pengadaan lahan sesuai tujuan studi LARAP sebagaimana disebutkan berikut ini: a. Mengetahui kondisi sosial ekonomi penduduk terkena proyek (Petani dan Penggarap Tanah) dan memprediksi perubahan indikator-indikator kondisi tersebut, apakah keadaan/ penghidupan penduduk terkena proyek menjadi lebih baik setelah pengadaan lahan. b. Memperkirakan secara baik dan akurat tentang jumlah penduduk, bangunan dan tanaman yang akan terkena jalan. c. Mendata pemilik yang kena jalur jalan baru pada rencana pembangunan Jalan Lingkar Nusa Penida dan Rencana Pembangunan Jalan IKK Nusa Penida. d. Memberikan informasi secara obyektif, baik kepada pihak Pemerintah Kabupaten Klungkung maupun kepada para instansi terkait, terhadap : - Pelaksanaan Pengadaan Tanah yang akan dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah setempat berpedoman kepada undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku. - Prediksi kondisi sosial dan ekonomi penduduk sebelum pengadaan lahan. - Memprediksi isu-isu yang terjadi sebelum pengadaan lahan dan aspirasi penduduk yang terkena proyek terhadap isu tersebut. - Mengetahui kebutuhan dan keinginan penduduk yang terkena proyek untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya. e. Menyusun suatu Rencana Kerja Tindakan (action plan) untuk membebaskan tanah, jadwal pelaksanaan serta rencana memperbaiki kondisi kehidupan dan kondisi sosial ekonomi penduduk terkena proyek (Petani dan Penggarap Tanah). Fakultas Teknik Universitas Udayana I-3

9 1.3 Sasaran Sasaran utama Studi LARAP adalah untuk : a. Gambaran kondisi sosial ekonomi penduduk sebelum pengadaan lahan dan prediksi kondisi penduduk sesudah pelaksanaan pengadaan tanah. b. Informasi aspirasi dan tanggapan penduduk tentang proyek yang akan dilaksanakan, kompensasi yang akan diberikan, dan proses pengadaan tanah yang akan dilaksanakan. c. Prediksi kebutuhan penduduk yang terkena proyek (Petani dan Penggarap Tanah) untuk meningkatkan kehidupannya setelah terjadi pengadaan lahan guna menyusun Rencana Pengadaan Tanah, seperti rencana sosialisasi, rencana survei, rencana pengukuran, rencana kesepakatan, dan rencana pembayarannya. 1.4 Lingkup Kegiatan Kegiatan jasa konsultansi ini harus dilaksanakan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lokasi pekerjaan berada Kecamatan Nusa Penida di Kabupaten Klungkung. Lokasi studi ini terbagi dalam dua lokasi yaitu: a. Di jalan lingkar selatan dan barat melewati 5 desa yaitu: Desa sakti, Desa Bunga Mekar, Desa Batukandik, Desa Batumadeg, dan Desa Sekartaji. b. Di jalan IKK melewati Desa Batununggul dan Desa Kutampi Kaler. 1.5 M e t o d o l o g i Umum Peningkatan pertumbuhan perekonomian suatu daerah memacu peningkatan jaringan lalu lintas berupa jaringan jalan. Hal ini dikarenakan distribusi pembangunan serta pemerataan hasil-hasilnya sangat tergantung pada pengembangan jaringan sarana dan prasarana jalan. Kondisi ini memacu Pemerintah Provinsi Bali berupaya memenuhi dan mengembangkan prasarana dan sarana jalan. Proyek-proyek pembangunan jalan baru, yang sebagian atau seluruh pembangunannya nanti diharapkan dibiayai dari Pusat, memerlukan pengadaan tanah dan/atau permukiman kembali, diwajibkan menyerahkan Rencana Kerja Pengadaan Tanah, Permukiman Kembali dan Pembinaan (RK-PTPKP) atau Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP). Fakultas Teknik Universitas Udayana I-4

10 Apabila studi LARAP telah mendapat persetujuan, maka studi tersebut akan dipakai pedoman dalam pelaksanaan pengadaan tanah dan permukiman kembali oleh Kepala Daerah Kabupaten/Kota yang diwujudkan dalam bentuk Surat Keputusan. Untuk pekerjaan pembangunan/peningkatan jalan, persampahan, sanitasi/air limbah, pembangunan terminal, pasar, parkir, dan lain-lain, yang telah melakukan seluruh atau sebagian Pekerjaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali, tetapi belum menyusun dokumen LARAP diwajibkan untuk melakukan Studi Napak Tilas (Tracer Study) untuk memberikan gambaran apakah pengadaan tanah dan permukiman kembali yang dikerjakan dilakukan dengan baik, tanpa merugikan penduduk yang terkena pekerjaan tersebut. Atau apakah penduduk yang terkena proyek (pemilik dan penggarap tanah) kehidupannya meningkat atau setidaknya sama dengan kondisi mereka sebelum terkena proyek (pemilik dan penggarap tanah). Sekiranya ada penduduk yang terpaksa dipindahkan, maka kepada mereka diperlukan rehabilitasi untuk meningkatkan penghidupan mereka, atau sekurangkurangnya sama dengan sebelum dipindahkan. Bali telah ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Pariwisata untuk Kawasan Tengah, sehingga akan semakin meningkat pertumbuhan ekonominya. Hal ini membawa konsekuensi semakin meningkatnya arus lalu lintas pada jalan-jalan di Bali, baik jalan nasional, provinsi, maupun jalan-jalan kabupaten yang ada, yang disebabkan semakin bertambahnya jumlah kendaraan pendatang dengan tujuan Bali, atau dengan tujuan yang lain. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Klungkung, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, di dukung oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali bermaksud mewujudkan jalan lingkar Nusa Penida di Kecamatan Nusa Penida Metoda Studi Metoda dan pendekatan penanganan studi dilakukan dengan pengumpulan data dan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penentuan Lokasi Studi Penentuan lokasi penelitian, yaitu: Ruas Jalan lingkar Nusa Penida yang melewati lima desa yaitu: Desa sakti, Bunga Mekar, Batukandik, Batumadeg, dan Desa Sekartaji. Ruas Jalan IKK yang melewati Desa Batununggul dan Kutampi Kaler. Fakultas Teknik Universitas Udayana I-5

11 2. Penentuan Jumlah Sampel Populasi Penduduk Terkena Proyek (PTP) di tujuh desa sebanyak ± 446 orang. Sampel dalam studi ini didapat 174 orang. Prosentase sampel terhadap popolasi sebesar 39,01%, Prosentase sampel sudah melebihi 20%. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner kepada responden dilakukan dengan mengudang peduduk terkena proyek di kantor desa setempat. Responden yang datang dianggap sebagai sampel Penduduk Terkena Proyek. 3. Cara Pengumpulan Data Data lapangan dikumpulkan dengan cara: wawancara terstruktur (kuesioner), diskusi kelompok terarah (focus group discussion), dan pengamatan lapangan sebagai berikut: Wawancara menggunakan kuesioner secara terstruktur, ini ditujukan kepada PTP (Penduduk Terkena Proyek) atau Perwakilannya yang merupakan ahli warisnya dari PTP. Diskusi kelompok terarah (focus group discussion) ditujukan kepada sejumlah informan seperti: kepala desa, lurah, kelian banjar, kelian adat, pemuka masyarakat, LSM, pimpinan partai politik, pemuka agama, dan beberapa wakil penduduk terkena proyek (Pemilik dan Penggarap Tanah) dengan tujuan mengetahui lebih dalam tentang pandangan-pandangan mereka terhadap pengadaan lahan pembangunan ruas jalan baru di wilayah studi. Pengamatan lapangan dilakukan terutama untuk mengetahui keadaan fisik lingkungan dan pembangunan ruas jalan yang telah dikerjakan pada saat penelitian dilakukan sehingga dapat diamati apa saja yang terjadi dan sudah dilaksanakan di lapangan. 4. Cara Pengolahan Data Data yang terkumpul diindentifikasi menurut data primer dan sekunder, kemudian ditabulasikan menurut urgensinya, sehingga dapat disusun dalam suatu daftar tabulasi data. Dari daftar tabulasi data inilah diadakan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: Data dan permasalahan dalam studi ini diuraikan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif (persentil) disesuaikan dengan tingkat urgensinya. Fakultas Teknik Universitas Udayana I-6

12 Analisis dalam studi ini menggunakan metode deskriptif yang pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan pengamatan lapangan dilakukan, dan dikerjakan secara intensif di tempat kerja sesudah meninggalkan lapangan. Untuk memudahkan proses analisis, maka data dibagi dalam berbagai tingkatan kemudian dilakukan pembahasan atau rasionalisasi tertentu, sehingga mencapai hasil sesuai tujuan dan sasaran studi. 5. Rekomendasi Berdasarkan hasil studi dan analisis lebih lanjut dapat disusun suatu rekomendasi yang paling tepat sebagai program lanjutan pengadaan lahan yang sifatnya operasional, yang terlebih dahulu dikonsultasikan dan disepakati oleh pemerintah kabupaten. 1.6 Lokasi Proyek Lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 2, secara umum dibagi menjadi dua lokasi yaitu: a) Lokasi rencana pembangunan jalan IKK di Desa Batununggul dan Kutampi Kaler. b) Lokasi Jalan lingkar Selatan-Barat di Desa Sakti, Bunga Mekar, Batumadeg, Batukandik, dan Sekartaji. Lokasi Studi Larap adalah sepanjang Selatan-Barat Pulau Nusa Penida dan Rencana Pembangunan Jalan IKK Nusa Penida, yang terdiri dari tujuh desa yaitu: a) Desa Batununggul b) Desa Kutampi Kaler c) Desa Sakti (Dusun: Sebunibus dan Sakti) d) Desa Bunga Mekar (Dusun: Sompang, Penangkidan, Karangdawa dan Sebuluh). e) Desa Batumadeg (Dusun: Salak, Saren 1, dan Pangkung Gede) f) Desa Batukandik (Dusun: Sukun, Antapan, Guyangan, Dungkap 1, dan Dungkap 2) g) Desa Sekartaji (Dusun: Tabuanan dan Sekartaji) Fakultas Teknik Universitas Udayana I-7

13 Jalan IKK Jalan Lingkar Selatan-Barat Gambar 1.2. Lokasi Studi Larap Jalan Lingkar Nusa Penida 1.7 Pengadaan Tanah Untuk memastikan terwujudnya pembangunan fisik berupa prasarana dan sarana dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan penduduk/masyarakat, maka dibutuhkan satu mekanisme yang baik untuk menjamin tersedianya lahan yang memadai dan cukup untuk terlaksananya pembangunan fisik tersebut. Pemerintah, dalam hal ini pemerintah pusat dan atau daerah mempunyai kewajiban untuk menjamin tersedianya lahan tersebut. Pemerintah telah mengundangkan UU No.2 Tahun 2012 yang mengatur tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Adapun pokok-pokok pengadaan tanah tersebut meliputi kewajiban-kewajiban pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah serta pihak-pihak yang berhak (penduduk/masyarakat yang terkena pengadaan tanah) untuk melakukan pengadaan tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Fakultas Teknik Universitas Udayana I-8

14 Pembangunan Nasional/Daerah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini diselenggarakan melalui perencanaan dengan melibatkan semua pengampu dan pemangku kepentingan. Penyelengaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dapat meliputi berbagai kepentingan pembangunan yang meliputi berbagai aspek yang menunjang kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat seperti pertahanan dan keamanan nasional, dan berbagai prasarana seperti transportasi, energi, telekomunikasi, pendidikan, kesehatan, permukiman, olah raga, kesenian dan lain-lain. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) tahap perencanaan, (2) tahap persiapan, (3) tahap pelaksanaan, dan (4) tahap penyerahan hasil. Tahapan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum dapat dilihat pada gambar 1.3. Pada tahap perencanaan ini pihak yang memerlukan tanah (instansi) harus membuat perencanaan pengadaan tanah yang didasarkan atas RTRW dan prioritas pembangunan yang tercantum dalam RPJM, Renstra, dan rencana kerja instansi yang bersangkutan. Perencanaan pengadaan tanah ini hendaknya disusun dalam satu dokumen perencanaan pengadaan tanah yang sekurang-kurangnya memuat tentang maksud dan tujuan rencana pembangunan, kesesuaian dengan RTRW, letak tanah, luas tanah yang dibutuhkan, gambaran umum status tanah, perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah, perkiraan jangka waktu pembangunan, perkiraan nilai tanah, dan rencana penganggaran. Dokumen perencanaan pengadaan tanah ini disusun berdasarkan dokumen Studi Kelayakan yang dilaksanakan untuk rencana pembangunan tersebut. Tahapan berikutnya adalah berturut-turut tahap persiapan yang berisi kegiatan berupa pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan awal lokasi rencana pembangunan dan Konsultasi Publik rencana pembangunan. Tahap pelaksanaan pengadaan tanah ini meliputi aktivitas dari pihak/instansi yang memerlukan tanah untuk mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada Lembaga Pertanahan. Tahap pelaksanaan ini meliputi (a) inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah; (b) penilaian Ganti Kerugian; (c) musyawarah penetapan Ganti Kerugian; (d) pemberian Ganti Kerugian; dan (e) pelepasan tanah Isntansi. Fakultas Teknik Universitas Udayana I-9

15 Dalam melakukan penilaian terhadap Ganti Kerugian, Lembaga Pertanahan menetapkan Penilai yang akan bertugas untuk melaksanakan penilaian Objek Pengadaan Tanah. Penilai ini wajib bertanggung jawab terhadap penilaian yang telah dilaksanakan dan bila terdapat pelanggaran terhadap kewajiban penilai maka penilai akan dikenakan saksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Penilaian Ganti Kerugian yang dilakukan oleh Penilai adalah terhadap bidang per bidang tanah, meliputi: tanah; ruang atas tanah dan bawah tanah; bangunan; tanaman; benda yang berkatian dengan tanah; dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai Nilai Ganti Kerugian yang diberikan oleh Penilai merupakan nilai pada saat pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum. Besarnya nilai Ganti Kerugianberdasarkan hasil penilaian Penilai dituangkan kedalam Berita Acara dan diserahkan kepada Lembaga Pertanahan. Nilai hasil penilaian Penilai ini akan menjadi dasar musyawarah penetapan Ganti Kerugian. Pemberian Ganti Kerugian dapat berupa/dalam bentuk (a) uang; (b) tanah; (c) permukiman kembali; (d) kepemilikan saham; atau (e) bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak. Pemberian Ganti Kerugianatas Objek Pengadaan Tanah diberikan langsung kepada pihak yang Berhak berdasarkan hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah dan pada saat pemberian Ganti Kerugian, yang Berhak menerima Ganti Kerugian wajib (a) melakukan pelepasan hak; dan (b) menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek Pengadaan Tanah kepada Instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan. Tahapan yang terakhir dari mekanisme Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum ini adalah Tahap Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah. Pada tahap ini Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil Pengadaan Tanah kepada instansi yang memerlukan tanah setelah pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak dan Pelepasan Hak dan/atau pemberian Ganti Kerugian telah dititipkan di Pengadilan Negeri dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian berdasarkan hasil musyawarah. Fakultas Teknik Universitas Udayana I-10

16 Pendanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan sumber-sumber lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dana Pengadaan Tanah ini meliputi dana (a) perencanaan; (b) persiapan; (c) pelaksanaan; (d) penyerahan hasil; (e) administrasi dan pengelolan; dan (f) sosialisasi. Dalam penyelengaraan Pengadaan Tanah, Pihak yang Berhak mempunyai hak untuk mengetahui rencana penyelenggaraan Pengadaan Tanah dan memeperoleh informasi mengenai Pengadaan Tanah. Masyarakat dapat berperan serta antara lain untuk memberikan masukan secara lisan atau tertulis serta memberikan dukungan dalam penyelenggaraan Pengadaan Tanah. Gambar 1.3 Tahapan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Fakultas Teknik Universitas Udayana I-11

17 2.1 Potensi dan Kondisi Sumber Daya Alam Ruang daratan Kecamatan Nusa Penida terdiri dari: 3 (tiga) pulau kecil berpenghuni mencakup Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan dan 17 (tujuh belas) buah pulau kecil tidak berpenghuni di Kecamatan Nusa Penida. Pulau Nusa Penida merupakan pulau yang didominasi oleh daerah perbukitan karst. Satuan morfologinya merupakan satuan morfologi perbukitan karst menggelombang membentuk perbukitan dan lembah dengan puncak tertinggi mencapai 528 meter (Puncak/Bukit Mundi). Berdasarkan hubungan antara sungai induk dengan anak-anak sungainya maka pola aliran sungai yang berkembang di daerah ini adalah pola aliran paralel yaitu pola aliran yang arah aliran anak sungai dan induknya hampir sejajar. Jika dilihat berdasarkan kuantitas airnya maka sungaisungai yang ada di wilayah ini dapat dikategorikan sebagai sungai Episodis (Ephemeral) yaitu sungai yang mengalir pada musim penghujan saja, sedangkan pada musim kemarau kering airnya. Pulau ini merupakan Pulau Kars yang litologi utamanya merupakan batu gamping terumbu. Satuan batuan ini dapat dimasukkan ke dalam Formasi Selatan yang berumur Miosen Akhir. Litologi berupa aluvium hanya terdapat di bagian pantai Utara di wilayah sekitar desa Kutampi, dan desa Batununggul yang merupakan pusat pemerintahan kecamatan Nusa Penida. Kondisi geologi dan morfologi pembentukan pulau-pulau (Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan) mempengaruhi potensi sumber daya alam. Potensi sumber daya alam dimaksud adalah: potensi hasil bumi seperti pertanian/perkebunan, peternakan dan perikanan, serta pertambangan dan energi. Keadaan bentang alam juga menyimpan berbagai potensi untuk dikembangkan dan bersifat terbarukan, seperti energi Fakultas Teknik Universitas Udayana II-1

18 terbarukan, pariwisata dan penelitian-penelitian. Potensi hilir lainnya adalah potensi yang muncul sebagai akibat dari keberhasilan pengelolaan potensi dasar seperti hasil kerajinan dan perdagangan, industri jasa khususnya dalam bidang pariwisata. Di bidang pertanian dan perkebunan, komoditi utama seperti kelapa dan jambu mente menjadi andalan pada sektor ini. Strategi pengembangan potensi dibidang pertanian dan perkebunan adalah dengan mengembangkan sistem pertanian terintegrasi dengan meningkatkan perekonomian berbasis pertanian, industri kecil serta pesisir dan kelautan. Usaha memantapkan potensi pertanian lahan kering, perkebunan dan peternakan melalui pengembangan Kawasan Agropolitan Nusa Penida. Budi daya dan eksploitasi rumput laut merupakan komoditi primadona yang hingga kini masih bertahan serta masih berkontribusi sangat baik secara ekonomi sebagai komoditi unggulan yang mampu bersaing, baik pada skala nasional maupun internasional. Pada sektor peternakan, khususnya ternak sapi, pemeliharaan ternak sapi dilakukan secara terintegrasi guna mewujudkan kawasan Nusa Penida sebagai pusat pembibitan sapi Bali. Di bidang perdagangan dan kerajinan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali memberikan pelatihan Tehnik Tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) di Desa Tanglad Kecamatan Nusa di tahun Nusa Penida memiliki banyak potensi kerajinan yang bisa dikembangkan. Salah satunya adalah kerajinan tenun. Seperti di Desa Tanglad dikenal dengan tenun Cepuk nya, sedangkan Desa Suana dan Desa Karang dengan kain "Rang-rang"-nya. Di bidang energi Nusa Penida menyimpan potensi sumber daya terbarukan yang belum tereksplorasi dan tereksploitasi dengan maksimal. Wind Power atau Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu energi terbarukan yang ramah lingkungan karena energinya berasal dari hasil konversi tenaga angin menjadi tenaga listrik. Proyek percontohan PLTB di Indonesia diantaranya dilakukan di Pulau Nusa Penida yang bertempat di Puncak/Bukit Mundi. PLTB Nusa Penida mulai dibangun sejak tahun 2005 sebanyak 1 (satu) unit dan kemudian dilanjutkan 1 (satu) unit di tahun 2006 dimana masing-masing berkapasitas 80 kw. Pada tahun 2007, sebanyak 7 (tujuh) unit PLTB dengan kapasitas masing-masing 80 kw dibangun di areal perbukitan Puncak Mundi. Disamping itu, 1 (satu) unit pembangkit listrik tenaga surya telah diujicobakan di pesisir timur Pulau Nusa Penida. Dengan demikian, Nusa Penida telah mampu memanfaatkan Fakultas Teknik Universitas Udayana II-2

19 sumber daya alam terbarukan di bidang tenaga listrik dengan menyulang sebesar 735 kw tenaga listrik untuk kebutuhan domestik. Pada bidang pertambangan, secara umum, Pulau Nusa Penida yang terbentuk oleh batuan limestone memberikan potensi quarry yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk kebutuhan konstruksi lokal. Namun, pemanfaatan batuan limestone sebagai bahan konstruksi khususnya sebagai bahan agregat jalan belum dieksplorasi secara menyeluruh. Sebuah karya penelitian dalam rangka pemanfaatan limestone sebagi bahan agregat perkerasan jalan telah dilakukan oleh Fakultas Teknik Universitas Udayana. Hasil analisis memperlihatkan bahwa gradasi agregat kasar dan halus memenuhi standar baku mutu Bina Marga, walaupun agregat sedang cenderung agak kasar. Sifat fisik agregat batu kapur yaitu berat jenis bulk (semu) berkisar antara 2,4 2,5 gr/cm 3 dan berat jenis apparent (nyata/effective) berkisar 2,54 2,60 gr/cm 3 masih dalam batas baku mutu 2,5 kg/cm 3 cukup memenuhi standar mutu. Sedangkan dari aspek penyerapan berkisar % mendekati standar mutu 3% dan dari aspek kekerasan sangat baik dengan nilai abrasi 27% kurang dari 40% standar Bina Marga. Gambaran tersebut jelas memperlihatkan bahwa batu kapur Nusa Penida, dapat digunakan untuk bahan konstruksi dan perkerasan jalan (Negara, I.N.W dan T.G.S. Putra, 2010). 2.2 Potensi dan Kondisi Sumber Daya Manusia Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klungkung selama periode 2000 sampai dengan 2010 adalah 0,95 % tiap tahun. Jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung Tahun 2012 adalah sebanyak jiwa, terdiri dari jiwa (49,37%) penduduk laki-laki dan jiwa (50,63%) penduduk perempuan, dengan kepadatan rata-rata 556 jiwa/km 2. Bila laju pertumbuhan dianggap tetap, maka diperkirakan jumlah penduduk pada tahun 2016 (awal pembangunan fisik rencana jalan) akan menjadi jiwa. Secara lengkap jumlah dan kepadatan penduduk untuk 4 (empat) kecamatan di Kabupaten Klungkung dan 16 (enam belas) desa yang dicakup dalam wilayah studi Nusa Penida adalah seperti ditampilkan dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2, berikut ini. Fakultas Teknik Universitas Udayana II-3

20 Tabel 2.1. Jumlah Penduduk di tiap Kecamatan di Kabupaten Klungkung. No Kecamatan Penduduk (jiwa) Luas Lahan Kepadatan Laki-laki Perempuan Jumla (km 2 ) (jiwa/km 2 ) h 1 Nusa Penida 202, Banjarangkan 45, Klungkung 29, Dawan 37, Sumber: Klungkung Dalam Angka, 2013 Tabel 2.2. Jumlah dan kepadatan penduduk di tiap desa di kecamatan Nusa Penida. No Desa Jumlah penduduk (jiwa) Luas Jumlah Kepadatan Lakilakpuan Perem- Total (km 2 ) KK (jiwa/km 2 ) 1 Sakti 13, Bunga Mekar 19, Batumadeg 13, Klumpu 13, Batukandik 21, Sekartaji 15, Tanglad 15, Pejukutan 10, Suana 10, Batununggul 13, Kutampi 13, Kutampi Kaler 10, Ped 21, Toyepakeh 0, Lembongan 6, Jungutbatu 3, Sumber: Kecamatan Nusa Penida Dalam Angka (2013) Fakultas Teknik Universitas Udayana II-4

21 2.3 Potensi dan Kondisi Ekonomi Potensi dan kondisi ekonomi akan digunakan dalam melihat tingkat pertumbuhan penduduk serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan kendaraan dan selanjutnya untuk prediksi terhadap kebutuhan prasarana pada wilayah studi. Kondisi ekonomi dapat dilihat dari perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) melalui dua sektor yang paling dominan, yaitu aktivitas sektor pertanian, dan aktivitas perdagangan, hotel dan restoran. PDRB Kabupaten Klungkung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku nilai PDRB sebesar ,61 (juta rupiah), dan atas dasar harga konstan tahun 2012 sebesar ,42 (juta rupiah). Data PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat perubahan struktur ekonomi suatu daerah dan untuk menghitung besarnya pendapatan per kapita dari penduduknya. Sedangkan, data PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena data ini mencerminkan pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil dari satu tahun ke tahun berikutnya. PDRB Kabupaten Klungkung dalam 3 tahun terakhir disajikan dalam Tabel 2.3 di bawah ini. Tabel 2.3. PDRB Kabupaten Klungkung. No PDRB I Atas dasar harga berlaku 1. Nilai PDRB (jt Rp.) , , ,61 2. Laju pertumbuhan (%) 12,55 9,99 10,73 3. PDRB per kapita (Rp.) , , ,25 II Atas Dasar harga konstan tahun Nilai PDRB (jt Rp.) , , ,42. Laju pertumbuhan (%) 5,43 5,81 6,03. DPRB per kapita(rp.) , , ,33 Sumber: BPS Klungkung dalam Angka, Fakultas Teknik Universitas Udayana II-5

22 Pertumbuhan ekonomi Klungkung selama adalah rata-rata sebesar 5,75 % per tahun. Selisih antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk merupakan cerminan makro dari kenaikan taraf kehidupan ekonomi masyarakat. Tahun 2012 pertumbuhan PDRB perkapita atas harga berlaku adalah 10,73% per tahun, sedangkan pertumbuhan tahun yang sama atas harga konstan tahun 2012 adalah 6,03% per tahun. Dilihat dari kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB pada tahun nampaknya sektor pertanian masih mendominasi. Distribusi presentase PDRB Kabupaten Klungkung dari sektor-sektor lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun disajikan dalam Tabel 2.4, berikut ini. Tabel 2.4 Distribusi presentase PDRB Kabupaten Klungkung atas harga berlaku. No Lapangan Usaha Pertanian 30,77 29,28 28,33 2 Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,77 21,32 22,11 3 Jasa-jasa 15,84 16,55 16,63 4 Industri pengolahan 10,40 10,24 9,89 5 Bangunan 7,68 8,01 8,43 6 Pengangkutan dan komunikasi 6,29 6,44 6,57 7 Pertambangan 3,63 3,47 3,26 8 Keuangan persewaan dan jasa 2,99 3,02 2,99 perusahaan 9 Listrik, Gas dan Air 1,62 1,68 1,80 PDRB 100,00 100,00 100,00 PDRB (juta rupiah) , , ,61 Sumber: BPS Klungkung dalam Angka, Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku ada 2 (dua) sektor yang mempunyai peranan cukup besar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung yaitu: sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Fakultas Teknik Universitas Udayana II-6

23 a). Sektor Pertanian Sektor pertanian menunjukkan peranan yang paling dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Klungkung. Kondisi ini menunjukkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Klungkung masih bercorak agraris. Peranan sektor pertanian terus mengalami penurunan dari tahun 2010 (30,77%), tahun 2011 (29,28%), dan tahun 2012 (28,33%). Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya peranan sub sektor Tabama (Tanaman Bahan Makanan), dibandingkan tahun sebelumnya dimana terjadi penurunan luas panen dan produksi. Selain sub sektor Tabama, sub sektor perikanan juga mempunyai andil yang cukup besar dalam pembentukan PDRB sektor ini, karena kabupaten Klungkung mempunyai laut yang luas dimana produksi ikan laut cukup banyak. Selain ikan laut di Kabupaten Klungkung juga banyak menghasilkan rumput laut dari Kecamatan Nusa Penida yang diekspor ke luar negeri. Rumput laut merupakan sektor andalan di kabupaten Klungkung, dengan produksi rata-rata disajikan dalam Tabel 2.5 di bawah ini. Tabel 2.5 Data produksi rumput laut Nusa Penida. Tahun Produksi (ton) Nilai (Rp.) , , , , Sumber: Statistik Perikanan Budidaya Provinsi Bali, Budidaya rumput laut saat ini sudah menjadi pekerjaan utama bagi masyarakat pesisir Utara Pulau Nusa Penida, hal ini karena permintaan rumput laut untuk memenuhi pasar ekspor cukup tinggi. Rumput laut kering dikirim ke Denpasar atau Surabaya, selanjutnya di ekspor ke negara-negara tujuan seperti Jepang, Cina, Taiwan, Australia, dan negara lainya. Sub sektor peternakan walaupun sumbangannya belum sebesar sub sektor perikanan, tetapi sub sektor ini juga memberikan andil dalam pembentukan PDRB sektor Fakultas Teknik Universitas Udayana II-7

24 pertanian. Peternakan yang banyak di Kabupaten Klungkung, khususnya di kecamatan Nusa Penida adalah ternak sapi dan babi. b) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran menduduki urutan ke dua, dimana peranannya cendrung terus meningkat, pada tahun 2010 kontribusinya 20,77%, tahun 2011 meningkat menjadi 21,32%, dan tahun 2012 menjadi 22,11%. Sub sektor yang mendukung sektor ini adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor restoran/rumah makan. Sedangkan, sub sektor hotel memberikan sumbangan paling rendah. Tingginya share sub sektor perdagangan disebabkan karena kabupaten Klungkung memiliki pasar Galiran yang merupakan sentra perekonomian di Bali bagian Timur. Bahkan pedagang dari Denpasar banyak yang bertransaksi secara grosir di pasar Galiran. Hotel memberikan share yang terendah karena jumlah hotel di Kabupaten Klungkung sangat sedikit. 2.4 Keterkaitan Studi dengan proyek Jalan Existing Rencana jalan baru lingkar Barat-Selatan Nusa Penida akan melalui wilayah 5 (lima) Desa di Kecamatan Nusa Penida. Desa-desa tersebut adalah Desa Sakti, Bunga Mekar, Batumadeg, Batukandik, dan Sekartaji. Sebetulnya desa-desa ini sudah terhubung oleh jalan masuk, namun jalannya masih sempit dan belum memenuhi standar geometrik maupun perkerasan jalannya. Dari gambaran umum kondisi alam wilayah studi dapat diketahui kondisi masing-masing desa yang masuk wilayah studi, termasuk iklim dan topografi yang nanti akan berguna sebagai bahan masukan dalam memprediksi kebutuhan pelayanan jalan dimasa yang akan datang dan meningkatkan kenyamanan trase yang telah disepakati. Demikian pula rencana keberadaan jalur-jalur baru maupun perbaikan jalurjalur lama yang sudah ada, akan mampu bersinergi memberikan kontribusi positif terhadap kualitas pelayanan jalan Nusa Penida, apabila secara geometrik diperbaiki sesuai ketentuan-ketentuan peraturan perencanaan jalan yang ada, dan tidak hanya sekedar pelebaran atau pelapisan perkerasan saja. Dari wilayah studi ini pula, dapat ditentukan titik-titik diperlukannya persimpangan, kebutuhan jembatan, kebutuhan gorong-gorong dan jenis maupun tebal perkerasan jalan pada masing-masing segmennya. Fakultas Teknik Universitas Udayana II-8

25 Deskripsi wilayah studi juga sangat penting artinya sebagai dasar analisis dampak lingkungan, serta menjadi dasar pertimbangan survei fisik, sosial dan lingkungan wilayah rencana koridor jalan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, pembangunan jalan lingkar ini sangat penting karena akan bermanfaat bagi pembangunan Nusa Penida secara keseluruhan. Namun, untuk mencegah alih fungsi lahan khususnya pada segmen jalan baru dari Guna Lahan Pertanian sebagai lahan mata pencaharian masyarakat, harus segera dibatasi dengan peraturan daerah maupun undang-undang, agar wilayah hijau tersebut tidak berubah fungsi menjadi perumahan dan wilayah terbangun lainnya. Dengan demikian lahan-lahan hijau relatif akan terjaga keberadaannya. 2.5 Kaji Ulang Kebijakan dan Sasaran Perencanaan Sebelumnya, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. Kemajuan pembangunan suatu wilayah hanya diukur berdasarkan kenaikan PDRB. Indeks ekonomi lainnya yang juga sering digunakan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capita). Dalam fenomena ini diasumsikan bahwa kenaikan pendapatan akan dengan sendirinya menciptakan lapangan pekerjaan dan akan menumbuhkan berbagai peluang ekonomi lainnya. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa ketika suatu wilayah, mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ternyata tetap gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Akhir-akhir ini pembangunan mengalami redefinisi menjadi penghapusan atau pengurangan tingkat kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan pekerjaan dalam konteks perekonomian yang terus berkembang. Bahkan, Bank Dunia sendiri dalam salah satu publikasi resminya, yakni World Development Report tahun 1991, menyatakan dengan tegas bahwa pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan dengan persyaratan, sbb.: - pendapatan yang lebih tinggi, - pendidikan yang lebih baik, - peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, - pemberantasan kemiskinan, - perbaikan kondisi lingkungan hidup, Fakultas Teknik Universitas Udayana II-9

26 - pemerataan kesempatan kerja, - peningkatan kebebasan individual, dan - pelestarian ragam kehidupan budaya. Dalam pencapaian tujuan-tujuan pembangunan yang umumnya ditetapkan secara berkala oleh pemerintah, khususnya pemerintah daerah masing-masing, keberadaan prasarana pembangunan, khususnya prasarana transportasi menjadi sangat vital. Pembangunan jalan lingkar adalah salah satu variabel penentu kesuksesan pembangunan Nusa Penida, karena dalam perencanaannya telah mengakomodasi persyaratan-persyaratan di atas. Hal ini berarti pembangunan jaringan jalan ini diharapkan mampu menunjang upaya pemerataan dan penyebaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas wilayah Nusa Penida. Dengan semakin terbatasnya anggaran, maka pembangunan semakin menuntut perubahan pola pikir ke arah perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan dan pengembangan prasarana secara efektif, sesuai permintaan/kebutuhan yang berdasarkan pada data riil pola aktivitas, pola bangkitan pergerakan, sebaran pergerakan serta keunggulan komparatif antar zona dalam suatu wilayah, yang seyogyanya terbentuk dalam suatu tatanan transportasi wilayah dan sejalan dengan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis/prioritas Nusa Penida. Disisi lain, dengan adanya kebijakan Desentralisasi merupakan pengurangan peran Pemerintah Pusat dan peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Perubahan tersebut tertuang dalam UU Nomor 22 tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Seiring berlakunya Undang-undang tersebut, setiap Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) memiliki kewenangan dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan sesuai kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Masing-masing aparat pemerintah daerah, terutama Kepala Dinas Sektoral di masing-masing daerah dituntut untuk mampu merencana dan mengidentifikasi keunggulan komparatif (comparative advantages) wilayahnya. Keunggulan komparatif wilayah tersebut untuk selanjutnya harus dapat diarahkan dan dipadukan, serta dikembangkan secara terencana, sehingga tercapai pengembangan wilayah yang optimal. Fakultas Teknik Universitas Udayana II-10

27 Khusus untuk Nusa Penida, dengan mengandalkan industri pariwisata dalam pembangunan ekonominya, kedepannya pembangunan sektor ini tentu akan semakin padat, khususnya untuk menunjang perkembangan pariwisata pada zona-zona Kawasan Efektif Pariwisata (KEP). Berdasarkan kota dan kawasan-kawasan yang dihubungkan bukan merupakan kota/kawasan utama, maka kebijakan pembangunan jalan kolektor yang ditunjang oleh perbaikan geometrik jalan-jalan lokal tentu sudah sangat representatif sebagai kawasan tujuan wisata. Meningkatnya pembangunan perekonomian wilayah dan adanya peningkatan kunjungan wisatawan, akan meningkatkan kebutuhan transportasi jalan secara langsung maupun tidak langsung ditahun-tahun mendatang. Namun, dengan kondisi topografi alam yang berbukit dengan lembah yang relatif lebar untuk pembangunan sebuah jembatan, maka jalan lingkar Nusa Penida relatif masih berbelokbelok dan maksimal mempunyai kecepatan rencana (Vr) 60 km/jam. Bahkan, pada beberapa segmen terpaksa harus diturunkan menjadi 40 km/jam dan inipun karena alasan topografi yang tidak memungkinkan lagi untuk kecepatan 60 km/jam. 2.6 Kaji Ulang Lingkungan dan Tata Ruang Kecamatan Nusa Penida yang berpusat di Ibu Kota Kecamatan Sampalan, yang berada pada tepian / pantai utara pulau Nusa Penida. Pusat keramaian tentunya berkembang diseputaran Sampalan dengan kondisi lalu lintas yang sudah padat dan macet pada jam-jam sibuk, karena kawasan ini merupakan pintu keluar/ masuk dari Bali. Kajian terhadap beberapa komponen lingkungan/tata ruang menghasilkan deskripsi, sbb.: Potensi jalan raya: lebih terkonsentrasi pada tepian Utara/Timur Pulau Nusa Penida ini, yakni adanya jalan utama dari Desa Sakti sampai Suana sampai Semaya, jalan ini merupakan jalan lingkar utara yang menyisir pantai. Sedangkan, jalan lingkar selatan mulai dai Desa Sakti Klumpu Batu Madeg--Batu Kandik Tanglad Pejukutan dan nyambung kembali ke Suana. Jalan lingkar selatan ini adanya diatas / di puncak bukit yang posisinya jauh dari pantai Selatan maupun Barat. Kahyangan Jagat: letaknya tersebar di kepulauan Nusa Penida ini merupakan obyek obyek yang sangat padat dikunjungi oleh wisatawan spiritual yang datang dari Bali. Sementara ini yang sering dikunjungi mengingat aksesnya lebih mudah, adalah: Pura Batu Medau, Fakultas Teknik Universitas Udayana II-11

28 Pura Gua Giri Putri, Pura Dalem Ped, Pura Puncak Mundi, Pura Saab. Sedangkan, pura yang berada di belahan selatan belum ramai dikunjungi mengingat aksesnya lebih sulit. Pelabuhan yang ada di Nusa Penida untuk hubungan dengan luar terutama ke Bali lebih efektif yang berada diseputaran Sampalan sampai Toya Pakeh. Pelabuhan penyeberangan dengan kapal jenis Roro lokasinya berada di desa Kutampi Kaler dan Batununggul. Akses keluar masuk dari pelabuhan penyeberangan ini pada jalan yang relatif sempit dengan lalulintas yang cukup padat terutama pada jam jam keberangkatan maupun kedatangannya. Berdasarkan beberapa ketimpangan kondisi lingkungan dan tata ruang tersebut yang dapat menjadi lesson learn dalam perencanaan jalan lingkar Nusa Penida, antara lain: a. Perlu adanya perumusan dan pendefinisian pemerataan pembangunan di wilayah Utara/Timur dan Barat/Selatan, serta untuk mengembangkan perencanaan partisipatif berbasis komunitas, sehingga dalam pelaksanaannya menjadi lebih murah, partisipatif dan lancar. b. Perlu adanya otoritas untuk berperan aktif dalam perencanaan dan implementasi perencanaan ditingkat regional Nusa Penida, sehingga dapat lebih fokus dalam pencapaian tujuan pembangunan Nusa Penida. c. Perlu pengaturan khusus dalam pemanfaatan lokasi-lokasi privat bagi kepentingan umum dan penataan wilayah sekitar jalan lingkar seiring dengan perencanaan dan pembangunan jalan lingkar Nusa Penida, sesuai tata ruang yang direncanakan. d. Perlunya peningkatan akses dari Kabupaten Klungkung Daratan dan Kepulauan, sehingga pembangunan di wilayah terkebelakang Nusa Penida dapat dipacu dan direncanakan secara bertahap. e. Perlu ada kebijakan khusus dalam hal kependudukan serta strategi pengembangan pusat-pusat permukiman baru, untuk menghindari wilayah liar dan kumuh dikemudian hari, dan kawasan-kawasan wisata Nusa Penida dapat berkembang menjadi objek tujuan pariwisata yang diperhitungkan. 2.7 Kaji Ulang Pengadaan Lahan Pengadaan lahan merupakan langkah pertama dalam pembangunan konstruksi jalan. Agar tak menimbulkan masalah dalam pelaksanaan pembangunan jalan, maka Fakultas Teknik Universitas Udayana II-12

29 Ruang Milik Jalan (Rumija) harus disesuaikan dengan bentuk struktur dan kebutuhan lahan masing-masing segmen jalan, antara lain: pembebasan selebar 20 meter sepanjang jalan, kecuali pada beberapa lokasi jembatan dan timbunan sekitar 40 meter. Mempertimbangkan berbagai hal yang mungkin terjadi yang dapat mengurangi kinerja dalam Pembangunan Jalan Lingkar Nusa Penida ini, maka beberapa tahapan tindak lanjut perencanaan, adalah: o Langkah awal perlu dilakukan pengamanan daerah koridor rencana jalan dengan pengawasan pemberian ijin perubahan fungsi lahan, sesuai lebar Rumija yang dibutuhkan. o Memberikan penyuluhan dan informasi tentang maksud, tujuan pembangunan jalan dan kebutuhan pembebasan lahan, seperti seberapa luas kebutuhan lahan bagi kepentingan pembangunan jalan lingkar Nusa Penida, khususnya terhadap penduduk yang terkena lokasi jalur jalan. o Luas tanah dan bangunan yang akan dibebaskan dibatasi, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan saja, sehingga biaya pembangunan minimal, serta terselesaikan pada saat awal dimulainya pembangunan jalan lingkar tersebut. o Melakukan sosialisasi dalam penetapan ganti rugi tanah dan bangunan, serta memberikan ganti rugi yang memadai, sehingga tidak menimbulkan berbagai gejolak dimasyarakat. o Lahan harus dibebaskan sesuai dengan mekanisme peraturan dan perundangan yang berlaku. Estimasi biaya pengadaan lahan disesuaikan dengan Keppres No. 55 tahun 1993 dan Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 1994 atau mengikuti Pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. o Memperlancar proses pelaksanaan ganti rugi dan menindak tegas setiap kegiatan yang merugikan masyarakat luas. 2.8 Formulasi Alternatif-Alternatif Solusi Alternatif-alternatif solusi permasalahan transportasi wilayah umumnya cenderung berbasis pada multi aspek/sektor, yaitu melalui kapasitas daerah, Sumber Daya Manusia (SDM), kelembagaan, pembiayaan, kesenjangan antar kota-desa atau antar desa-desa, dst. Rute terpilih untuk jalan lingkar Nusa Penida merupakan rute terbaik dalam Fakultas Teknik Universitas Udayana II-13

30 mengakomodasi topografi Nusa Penida yang berlembah dan berbukit. Alternatif rute terpilih sudah direncanakan sesuai peraturan perencanaan geometrik dan perkerasan jalan antar kota klasifikasi jalan kolektor dengan kecepatan rencana 60 km/jam. Rute sudah mempertimbangkan pemilihan jenis jembatan yang jumlahnya 10 buah dan dikombinasikan dengan gorong-gorong yang berjumlah 37 buah dalam usaha untuk menghemat biaya pelaksanaan dan operasionalnya. Untuk menindaklanjuti agar jalan lingkar Nusa Penida menjadi the real alternatif solusi dari permasalahan wilayah saat ini, maka dimasa depan perlu adanya reorientasi paradigma. Kota/desa harus tumbuh menjadi entity kawasan atau wilayah, yang berarti kota/desa bukan saja sebagai Regional Growth tetapi sekaligus menjadi kota/desa yang nyaman/layak huni, Berkelanjutan dan Berkeadilan. Dengan demikian pembangunan jalan lingkar Nusa Penida harus pula dibarengi arah kebijakan pembangunan kota/desa yang memenuhi fungsi entity kawasan/wilayah tersebut, yang dapat dideskripsikan secara detail sebagai berikut: 1. Nyaman/layak huni (livable) Memenuhi kebutuhan manusia akan kenyamanan hidup, fisik, sosial budaya, dan lingkungan. 2. Berkelanjutan (sustainable) Antisipasi terhadap perubahan iklim dan bencana alam serta memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang 3. Berkeadilan (justice, equitable) Menyediakan ruang hidup dan berusaha bagi seluruh golongan masyarakat perkotaan 4. Pendorong pertumbuhan (engine of growth) Mampu berkompetisi dalam perkembangan ekonomi global dengan memanfaatkan potensi sosial budaya dan kreatifitas lokal (ekonomi kreatif); serta mampu menciptakan hierarki pasar bagi perkotaan dan perdesaan. Secara definisi, pembangunan adalah untuk memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang. Bila dikaitkan dengan rencana pembangunan jalan lingkar Nusa Penida, maka pembangunan dapat juga Fakultas Teknik Universitas Udayana II-14

31 dilakukan secara bertahap sesuai demand volume lalu lintas yang ada. Namun, keberadaan rute dan penguasaan lahan harus sudah terselesaikan sebelum pembangunan dilakukan. Fakultas Teknik Universitas Udayana II-15

32 3.1 Kondisi Dasar Penduduk Karakteristik Ekonomi A. Jumlah Populasi (PTP) Survei pengumpulan data dilakukan pada Penduduk Terkena Proyek (PTP), hasilnya disajikan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jumlah Populasi/PTP (Pemilik Tanah) Desa Penduduk Terkena Proyek/PTP (orang) Pemilik Penggarap Responden 1 Batununggul Kutampi Kaler Sakti Bunga Mekar Batumadeg Batukandik Sekar Taji Jumlah Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun Fakultas Teknik Universitas Udayana III-1

33 Dari 446 orang PTP tersebut diatas semuanya pemilik tanah (pemegang hak atas tanah) dan tidak ada penggarap/penyakap tanah yang tanah garapannya terkena proyek. Sejumlah 174 orang dari PTP tersebut telah berpartisipasi sebagai responden atau sampel survei kuesioner yang dilakukan oleh tim studi. B. Struktur Mata Pencaharian Mayoritas mata pencaharian PTP bekerja pada sektor Pertanian (78,74 %) sebagai mata pencaharian utama, kemudian diikuti oleh sektor Wirausaha (11,49 %). Sektor pertanian yang dimaksud disini adalah pertanian lahan kering (tegalan) dan peternakan utamanya ternak sapi. Komposisi berikutnya adalah PNS 6,32 %, dan Lain-lain 3,45%. Kategori Lain-lain termasuk pejabat Kepala Desa (Perbekel), Bendesa Adat, Kepala Dusun, dll. Hasil selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.2, dan secara grafik ditampilkan dalam Gambar 3.1. Tabel 3.2 Kondisi Struktur Mata Pencaharian PTP No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1 Petani ,74 2 Wiraswasta 20 11,49 3 PNS 11 6,32 4 Lain-lain 6 3,45 Total Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun Gambar 3.1 Mata pencaharian Fakultas Teknik Universitas Udayana III-2

34 C. Jumlah Penghasilan Penghasilan PTP dalam sebulannya masih sangat rendah dan bervariasi. Untuk memudahkan pemetaan dilakukan kategorisasi atau pengelompokan penghasilan, seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.3 dan dalam betuk grafik seperti pada Gambar 3.2. Tabel 3.3. Kondisi Jumlah Penghasilan PTP No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1 500K 92 52, K 1000K 42 24, K 2000K 25 14, K 3000K 6 3,54 5 >3000K 9 5,17 Total Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun 2015 Gambar 3.2 Penghasilan PTP Penghasilan dengan kategori terendah yaitu Rp ,-/bulan menduduki peringkat pertama yaitu 52,87%, diikuti oleh ketegori kedua dengan penghasilan antara Fakultas Teknik Universitas Udayana III-3

35 Rp , - Rp , sebesar 24,14%. Penghasilan ini masih jauh dibawah Upah Minimum Kabupaten Klungkung Tahun 2013 yaitu sebesar Rp ,- per bulan. Sedangkan kategori ketiga sebesar 14,37 % berada sekitar upah mnimum kabupaten, dan hanya kaetgori 4 dan 5 yang berjumlah 8,71% berada diatas upah minimum kabupaten. D. Kegiatan Usaha Potensial Kegiatan usaha potensial pada wilayah studi bila dilihat dari penggunaan lahan, maka sektor yang terkena pengadaan lahan adalah sektor pertanian lahan kering (tegalan) dengan tingkat produktivitas sangat rendah. Keberadaan Jalan Lingkar Nusa Penida ini dapat memberikan kontribusi positif untuk pengembangan usaha potensial terutama di desa yang dilalui jalan tersebut. Sedangkan luas lahan pertanian lahan kering, setelah terjadi pengadaan lahan untuk pembangunan proyek jalan ini, tentunya akan mengalami penurunan luasan. Sebagai lahan potensial, tanah sisa pengadaan lahan harus lebih diintensifkan, khususnya dari segi produktivitas agar memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan bermanfaat bagi penduduk Karakteristik Kependudukan dan Sosial Budaya A. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah keluarga yang terkena pengadaan lahan pada proyek ini sebanyak 446 orang yang tersebar di tujuh desa (Tabel 3.1). Sebanyak 174 orang berpartisipasi sebagai responden. Hasil FGD yang disampaikan dalam kuesioner disajikan dalam Tabel 3.4, dan secara grafik ditampilkan dalam Gambar 3.3. Tabel 3.4. Jumlah Anggota Keluarga PTP Jumlah Anggota Keluarga Responden (orang) Persentase (%) 1-4 orang 98 56, orang 69 39, orang 7 4,02 Jumlah Sumber: Hasil Survai Kuesioner PTP Tahun 2015 Fakultas Teknik Universitas Udayana III-4

36 Gambar 3.3 Komposisi Anggota Keluarga PTP Jumlah anggota keluarga 4 orang dimiliki oleh 98 orang responden atau 56,32%. Sedangkan keluarga yang terdiri dari 5-7 orang sebanyak 69 responden atau 39,36%, dan antara 8-10 orang sebanyak 7 responden atau 4 %, dan tidak terdapat PTP yang memiliki anggota keluarga lebih dari 10 orang. Jumlah anggota keluarga antara 8-10 orang umumnya merupakan keluarga besar (ayah, ibu, anak, menantu, cucu) yang berkumpul pada suatu area perumahan. Setiap anggota keluarga yang menikah, tetap tinggal di area tersebut, namun dalam massa bangunan yang berbeda, sehingga dalam suatu area perumahan akan terdapat beberapa massa bangunan sebagaimana umumnya pola massa bangunan arsitektur tradisional Bali. Sedangkan jumlah anggota keluarga kurang dari 5 orang umumnya merupakan keluarga inti (ayah, ibu, anak) yang berarti bahwa anggota keluarga belum ada yang menikah atau masih di bawah umur, atau berarti juga ada anggota keluarga yang sudah menikah, tetapi pindah dari area tersebut. B. Sosial Budaya PTP pembangunan jalan ini seperti masyarakat Bali pada umumnya, memiliki jiwa keagamaan (Hindu) yang sangat kuat dari segala yang bersifat filosofis diturunkan dari Fakultas Teknik Universitas Udayana III-5

37 ajaran agama Hindu. Sedangkan tata kehidupan sosialnya, selain mengacu kepada pemerintahan, juga mengacu pada sistem adat. Sistem adat dapat dilembagakan menjadi Bendesa Adat. Aktivitas keagamaan yang dilaksanakan oleh penduduk (Hindu) pada wilayah studi ini terkecuali dilandasi oleh ajaran agama Hindu, juga dilandasi oleh dresta (tradisi) yang telah ada dan dianggap benar oleh penduduk setempat. C. Karakteristik Fisik Lingkungan 1. Penggunaan Lahan Lahan yang terkena pengadaan proyek di wilayah studi ini seluruhnya digunakan sebagai pertanian lahan kering (tegalan). 2. Penggunaan dan Kondisi Bangunan Bangunan yang terkena pengadaan tanah ini persentasenya sangat kecil, bahkan boleh dikatakan tidak ada, karena hampir semua lahan berupa lahan tegalan berupa jurang dan bukit sehingga tidak terdapat bangunan pada lahan tersebut. 3. Tanaman Tanaman yang terdapat pada lahan terkena pengadaan jalan ini sebagian besar adalah pohon bunut, jati, akasia, kelapa, nangka, mangga, bambu, dan pisang Kondisi Aset dan Biaya Pengadaan Identitas Lahan Terkena Proyek Tabulasi data keseluruhan populasi melalui wawancara terstruktur (kuesioner) dan data sekunder dari instansi terkait dapat dilihat pada Lampiran Peran Pemerintah dalam Pengadaan Lahan Pemerintah dalam pengadaan lahan untuk proyek ini telah melakukan berbagai penanganan, di antaranya dengan melakukan perhitungan luas tanah, bangunan, dan Fakultas Teknik Universitas Udayana III-6

38 tanaman. Sosialisasi pengadaan lahan dimana penetapan harga akan dilakukan oleh Konsultan Jasa Penilai Publik (KJPP) yang mempunyai kewenangan menaksir harga Kemungkinan Dampak Positif dan Negatif Proyek terhadap Warga, Aset Budaya, dan Lingkungannya Setiap kegiatan pembangunan akan berdampak terhadap lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Pengaruh dampak proyek terhadap suatu masyarakat (warga yang terkena proyek) ditentukan dari jenis dan besaran aset warga yang terkena proyek, di antaranya yang paling menonjol adalah nilai dan besaran fisik yang antara lain menyangkut nilai tanah, tanaman, dan bangunan yang akan ditetapkan oleh Penaksir Harga bersama warga berdasarkan besaran yang akan disepakati bersama melalui musyawarah, sedangkan lainnya berupa aset non-fisik yang secara langsung dapat dikonversi menjadi aset yang jelas mempunyai besaran yaitu penghidupan dan mata pencaharian yang hilang disebabkan oleh proyek. Secara lebih terperinci, berikut ini akan diuraikan mengenai jenis dan besaran dampak yang diperkirakan timbul akibat kegiatan pengadaan lahan bagi proyek ini: Pertama, hilangnya hak kepemilikan/penguasaan warga atas aset produktif. Pembangunan jalan ini membutuhkan lahan yang sebagian besar merupakan lahan milik warga, bukan milik negara/pemerintah Kabupaten Klungkung. Dengan adanya pengambilalihan lahan tersebut untuk kepentingan proyek melalui proses pengadaan tanah, maka secara otomatis hak kepemilikan/penguasaan warga atas seluruh lahan tersebut menjadi hilang, termasuk, hak untuk memanfaatkan aset lainnya yang melekat/terkait dengan tanah tersebut. Lahan yang telah diambil alih oleh proyek tersebut, selanjutnya fungsi peruntukannya/penggunaannya akan dikonversi menjadi lahan DAMIJA (daerah milik jalan) untuk kegiatan lalu lintas angkutan jalan. Bagi warga yang tanahnya terkena seluruhnya atau sebagian tetapi sisa lahannya tidak dapat dimanfaatkan lagi (tidak layak huni), maka warga cenderung tidak dapat memanfaatkannya lagi secara optimal. Hal ini disebabkan karena adanya peraturan sempadan jalan dan kemungkinan ditetapkannya jalur Fakultas Teknik Universitas Udayana III-7

39 hijau. Kondisi ini tentunya merugikan masyarakat dan hendaknya menjadi perhatian Pemerintah, sehingga tidak memicu turunnya kesempatan masyarakat dalam berusaha. Kedua, gangguan terhadap mata pencaharian dan pendapatan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa kegiatan pengadaan tanah untuk keperluan pembangunan jalan ini akan mengkonversi lahan tegalan yang dimiliki/diusahakan oleh sekitar 446 pemilik tanah Dengan terkonversinya lahan tegalan tersebut menjadi badan jalan, maka hal tersebut akan mengganggu, bahkan menghilangkan, mata pencaharian PTP, yang pada gilirannya dapat menurunkan pendapatan keluarga mereka, karena lahan tersebut merupakan sumber penghidupan bagi PTP. Ketiga, kondisi sosial ekonomi penduduk dapat dilihat dari perubahan pekerjaan yang akan dilakukan setelah lahannya terkena proyek jalan. Pada Tabel 3.5 menunjukkan bahwa sebanyak 12,07% memiliki rencana untuk menggunakan sebagai tempat usaha setelah pengadaan lahan. Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3.4. Tabel 3.5. Rencana Penggunaan Tanah Setelah Terkena Jalan Rencana Penggunaan Lahan Jumlah (orang) Persentase (%) Tempat tinggal 5 2,87 Ladang 3 1,72 Tegalan ,33 Tempat Usaha 21 12,07 Jumlah Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun 2015 Fakultas Teknik Universitas Udayana III-8

40 Gambar 3.4 status Penggunaan Tanah Keempat, jika dilihat dari betuk ganti rugi yang diinginkan, maka 88,51% PTP menginginkan dalam bentuk uang tunai. Selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 3.6, dan dalam bentuk grafik pada Gambar 3.5. Keinginan ganti kerugian dalam bentuk uang tunai mengindikasikan akan digunakan untuk membuka usaha baik berdagang ataupun jasa lainnya. Tabel 3.6 Ganti Kerugian yang Diinginkan oleh PTP Bentuk Ganti Kerugian yang Diinginkan Jumlah (orang) Persentase (%) Uang tunai ,51 Tanah pengganti 18 10,34 Lain-lain 2 1,15 Jumlah Fakultas Teknik Universitas Udayana III-9

41 Gambar 3.5 Ganti kerugian yang diinginkan Kelima, jika dilihat dari rencana penggunaan atau pemanfaatan biaya pengadaan yang diberikan oleh Pemerintah, 47,13% menyatakan untuk modal usaha (berdagang dan usaha jasa lainnya), dan 28,74% untuk ditabung. Rencana penggunaan biaya pengadaan tanah tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.7, dan grafik pada Gambar 3.6. Tabel 3.7 Rencana Penggunaan Biaya Pengadaan oleh PTP Pemanfaatan Ganti Kerugian yang Diinginkan Jumlah (orang) Persentase (%) Ditabung 50 28,74 Modal usaha 82 47,13 Membeli tanah 14 8,05 Membeli rumah 3 1,72 Lain-lain 25 14,37 Jumlah Fakultas Teknik Universitas Udayana III-10

42 Sumber: Hasil Survei Kuesioner PTP Tahun 2015 Gambar 3.6 Bentuk Pemanfatan Ganti Kerugian Dalam kaitannya dengan penggunaan biaya pengadaan, sebagian besar PTP akan menggunakan sebagai modal usaha atau berwirausaha. Berdasarkan survei kuesioner, uang biaya pengadaan dimanfaatkan dalam berbagai bidang wirausaha. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa, perubahan yang terjadi pada masyarakat cenderung mengarah kepada pola hidup masyarakat perkotaan yang heterogen dan banyak memberikan peluang berbagai macam usaha. Keenam, tanah sisa tegalan yang masih mereka miliki tidak sepenuhnya dapat dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering/tegalan. Dari keadaan yang demikian, nampaknya usaha untuk meningkatkan fungsi lahan tegalan atau aset yang mendukung pertumbuhan ekonomi haruslah dapat ditingkatkan sehingga proyek pembangunan ini tidak menurunkan tingkat kesejahteraan PTP. Ketujuh, dari hasil survei kuesioner, Keberadaan jalan memberi dampak adanya kenaikan secara tajam harga tanah disekitar lokasi yang membuat para pemilik tertarik untuk menjual tanahnya. Kedelapan, sisa tanah yang berukuran luas kurang dari satu are (kapling kecil) di sepanjang jalan cenderung tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat mengingat adanya peraturan sempadan jalan dan kemungkinan ditetapkannya jalur hijau. Fakultas Teknik Universitas Udayana III-11

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

V. NERACA ENERGI LISTRIK DI NUSA PENIDA

V. NERACA ENERGI LISTRIK DI NUSA PENIDA V. NERACA ENERGI LISTRIK DI NUSA PENIDA Neraca energi listrik menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan listrik yang dicerminkan oleh keseimbangan antara permintaan dan penyediaan daya listrik di wilayah

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap pembangunan terutama di daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Barat. Pembangunan ekonomi daerah erat kaitannya dengan industrialisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5280,2012 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM I. UMUM Dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan gambaran umum yang memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies) dalam rangka menyeimbangkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan disahkannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan direvisi menjadi Undang-undang No. 32 tahun 2004

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang satu pihak bersifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012 No. 44/08/51/Th. VI, 6 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan II- mencapai 2,81 persen dibandingkan Triwulan I - yang mengalami kontraksi sebesar 0,06

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i DAFTAR TABEL...... iii DAFTAR GAMBAR...... viii BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1 Latar Belakang... 3 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3 Hubungann antara Dokumen RPJMD dengan Dokumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintahan daerah agar tercipta suatu

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional jangka panjang secara bertahap dalam lima tahunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional jangka panjang secara bertahap dalam lima tahunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Pembangunan nasional jangka panjang secara bertahap dalam lima tahunan dilaksanakan di daerah-daerah, baik yang bersifat sektoral maupun regional. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN

BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN 67 BAB 3 KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN 3.1. Kondisi Umum Wilayah Studi Pengelolaannya Jalan tol Jakarta-Cikampek ditangani oleh PT Jasa Marga. Jalan tol ini memiliki panjang 72 km, yang menghubungkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah dinyatakan secara tegas bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu

Lebih terperinci