Pemerataan Pembangunan Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat Yang Adil dan Demokratis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemerataan Pembangunan Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat Yang Adil dan Demokratis"

Transkripsi

1 Pemerataan Pembangunan Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat Yang Adil dan Demokratis Oleh: Gi nandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan NasionaU Ketua Bappenas DOKUlv] :t;ta3l & At;ljiP H3 iii, F l*i,1. i.i^ B/r A-cc. llo. Class srla-atrlu. 3o t('o :""""""' checr,ed, 9.:-.(- ft.. Disampaikan pada Kongres PemudaA(NPI VII Tahun t993 Jakarta, 29 Oktober 1.993

2 PEMERATAAN PEMBANGUNAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT YANG ADIL DAN DEMOKRATIS Oleh: G in a n dja r Ka rtasa smita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasionat/ Ketua Bappenas Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat kepada KNPI yang sekarang sedang menyelenggarakan Kongres Pemuda sekaligus Kongres KNPI. Saya sangat gembira bahwa para pemuda di bawah prakarsa KNPI telah melanjutkan tradisi perjuangan dan kepeloporan pemuda Indonesia yang terukir dalam sejarah perjuangan bangsa lndonesia dan mencapai salah satu puncak emasnya pada sumpah pemuda 65 tahun yang lalu. Tradisi kejuangan dan kepeloporan itu tampak dari tema Kongres Pemuda kali ini yaitu "Meningkatkan kualitas dan kemandirian Pemuda lndonesia untuk mewujudkan lndonesia yang demokratis dan adil sejahtera". Di dalam tema ini terkandung banyak pesan, yang bagi kita amat pokok. Pertama, peningkatan kualitas pemuda. c: ws6 KNPI29I0, Jakara 29 Oktober 1993

3 Kedua, peningkatan kemandirian pemuda. Ketiga, mewujudkan Indonesia yang demokratis. Keempat, mewujudkan Indonesia yang adil sejahtera. Keempat pesan yang amat penting ini dirangkum dalam satu tema, sehingga pembahasannya dengan sendirinyakan sangat meluas. Pesan-pesan tersebut memang telah mencerminkan amanat pokok dalam GBHN Sebagaimana dimaklumi sasaran pembangunan nasional jangka panjang kedua pada dasarnya adalah meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. Ini merupakan tugas dan tantangan bagi kita semua dan dengan sendirinya merupakan tugas dan tantangan bagi para pemuda. Karena itu sungguh tepat upaya yang diprakarsai oleh KNPI untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian pemuda Indonesia seperti tercermin dalam dua pesan yang pertama itu. Pesan ketiga dan keempat berkaitan erat pula dengan suatu aspek yang utama dalam hakekat pembangunan bangsa kita, yang juga diamanatkan dalam GBHN 1993 yaitu bahwa pembangunanasional adalah dari, oleh dan untuk rakyat Indonesia. Bahwa pembangunan merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu saya menyambut gembira dan dengan senang hati bersedia ikut dalam diskusi kongres Pemuda ini, karena meskipun c: ws6 KNPIil9lO, Iatertr 29 Oltobcr

4 sudah bukan pemuda lagi, tetapi seperti Saudara-saudara para pemuda, sebagai generasi penerus saya mempunyai kepentingan iuga terhadap masa depan bangsa kita, agar perjalanannya selalu menuju ke arah yang dikehendaki oleh para pendahulu kita, pendiri Republik ini. Melalui diskusi-diskusi ini kita dapat semakin memantapkan wawasan kebangsaan dan wawasan pembangunan di kalangan generasi muda yang bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa. Memang untuk mempertahankan kesinambunganitai-nilai perjuangan yang luhur dari para pendahulu dan membangun pijakan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tuntutan perkembangan diperlukan kemampuan untuk memahami dinamika jaman. Kepada saya secara khusus dimintakan untuk mengantar pembahasan mengenai topik "pemerataan" sebagai salah satu pokok bahasan. Pilihan topik itu sendiri mencerminkan adanya pemahaman yang tepat mengenai arah pembangunan nasional dan peta permasalahan yang dihadapi bangsa kita sekarang ini. Dalam topik itu terkandung dua pengertian penting. Pertama, pemerataan pembangunan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kes6jahteraan rakyat yang adil; dan kedua, pemerataan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan demokratisasi. Kedua hal itu memang berkaitan erat. Proses demokratisasi jelas merupakan bagian penting dari upaya mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan karena proses demokratisasi mendorong berkembangnya partisipasi seluruh masyarakat di dalam pembangunan. Meningkatnya partisipasi berarti meningkatnya peluang untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. c: ws6 KNPI2910, Jakara 29 Oktober

5 Memasuki bagian akhir abad ke-20, kita menyaksikan pembuktian betapa pembangunan ekonomi hanya dapat terjadi secara berkelanjutan di atas landasan demokrasi. Kita melihat betapa bangsa yang menganut sistem politik totaliter, dengan atau tanpa ideologi, atau dilandasi oleh ideologi apapun, tidak bisa mewujudkan kesejahteraan dan tidak sanggup memelihara momentum kemajuan yang telah dicapai dengan cara otoriter. Sejarah membuktikan keikutsertaan rakyat dalam pengambilan keputusan merupakan prasyarat bagi peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan. Di lain pihak, proses demokratisasi tidak akan berlangsung dengan sendirinya tanpa faktor-faktor yang mengkondisikannya. Dalam hal ini tingkat kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh akan menentukan kualitas demokrasi yang dihayati. Masyarakat yang belum terpenuhi kebutuhan fisik minimumnya akan sulit dibayangkan dapat ikut mempengaruhi secara aktif proses penentuan kebijaksanaanasional. Untuk dapat ikut dalam proses perumusan kebijaksanaan pada tingkat manapufl, faktor ekonomi cukup menentukan. Dengan demikian, tingkat partisipasi politik rakyat sangat erat kaitannya dengan tingkat kemajuan ekonominya. Atau, jalan menuju demokrasi adalah pembangunan ekonomi, seperti juga jalan menuju pembangunan ekonomi adalah demokrasi. Masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi lebih berpeluang untuk mengembangkan kehidupan politik yang partisipatif daripada masyarakat yang tingkat kesejahteraannya sangat rendah apalagi sangat miskin. ' Tetapi jalan pikiran ini tidak tanpa catatan. Ekonomi yang kuat yang antara lain tercermin pada tingkat pendapatan rata-rata dan tingkat pertumbuhan yang tinggi belum menjamin terwujudnya demokrasi yang sehat apabila struktur ekonomi pincang dan sumber-sumber daya c: ws6 KNPD910, Iakarta 29 Oktober

6 terakurnulasi pada sebagian kecil anggota masyarakat. Kita bandingkan, misalnya, kehidupan demokrasi di negara-negara Amerika Latin dan Jepang atau Korea Selatan. Di negara-negara Amerika Latin pemilikan tanah terkonsentrasi pada tuan-tuan tanah, hal mana seringkali menjadi pe1nicu ketidakstabilan politik dan berkembangnya kekuasaan yang didasarkan pada kekuatan belaka. Di Jepang di mana kondisi pemilikan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya tersebar lebih merata, keberhasilan pembangunan ekonomi dinikmati secara merata oleh fflaslor l: kat. Memang ada perbedaan antara lapisan yang teramat kaya dan yang terbawah, namun kesenjangannya tidaklah besar. Hal ini telah ikut memantapkan sendi-sendi kehidupan demokrasi di negara itu sehingga masyarakat dapat tampil secara lebih mandiri menyuarakan aspirasinya. Di Korea Selatan sistem otoriter telah diruntuhkan oleh rakyat yang makin meningkataraf hidupnya dan makin mampu melaksanakan hakhak politiknya, dan sekarang negara tersebut sedang mengembangkan demokrasi. Jadi, efektivitas lembaga-lembaga politik yang mengartikulasikan aspirasi masyarakatidak terlepas dari kemandirian masyarakat di bidang ekonomi. Begitu juga di Taiwan dan di Thailand, proses demokrasi berkembang cepat dipacu oleh kemajuan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Dengan latar belakang pemikiran seperti digambarkan di atas, maka upaya-upaya pemerataan pembangunan yang sekarang ini kita beri perhatian khusus harus dipandang pula sebagai langkah strategis untuk pengembangan demokrasi Pancasila. Pemerataan pembangunan berarti realokasi sumber-sumber daya sehingga kelompok-kelompok masyarakat, daerah-daerah, dan sektor-sektor yang selama ini tertinggal dapat memperoleh akses yang lebih luas kepada kegiatan pembangunan dan perolehan hasil-hasilnya. c: ws6 KNPD910. Jakarta 29 Oktober

7 Untuk itu dalam banyak segi, mungkin diperlukan pembaharuan dalam berbagai kebijaksanaan pembangunan. Hal ini secara makro telah tercermin di dalam Trilogi Pembangunan yang sekarang telah memberi penekanan lebih besar kepada aspek pemerataan, disamping pertumbuhan, dan stabilitas. Tampilnya masalah keadilan yang makin kuat aksentuasi dan nuansanya dalam strategi pembangunan tidak berarti bahwa pota kebijaksanaan pembangunan yang di masa lalu memberikan prioritas pada stabilitas dan pertumbuhan dan baru kemudian pemerataan adalah keliru, melainkan bahwa momentum pembangunan kini menuntut dan memungkinkan dikedepankannya pemerataan. Pendekatan pembangunan yang mementingkan stabilitas dan pertumbuhan merupakan pendekatan yang cocok untuk momentum pembangunan pada saat perekonomian Indonesia berada dalam keadaan tingkat produksi rendah dan situasi politik rawan seperti pada awal Orde Baru. Strategi tersebut telah memungkinkan kita mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi, yaitu sekitar 6,5o/o per tahun selama dilaksanakannya Pembangunan Jangka Panjang tahap (PJP l). Dalam kurun waktu tersebut, pendapatan per kapita Indonesia telah berhasil ditingkatkan sepuluh kali. Bank Dunia mencatat Indonesia sebagai salah satu di antara sedikit negara di dunia yang mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi terus menerus selama seperempat abad terakhir ini. Di bidang politik juga banyak kemajuan kita capai. Mekanisme dan kelembagaan politik berdasarkan UUD 1945 telah berjalan. Rakyat juga telah banyak terlibat di dalam proses politik. Pemilu itu sendiri sudah memberikan petunjuk kemaiuan perkembangan demokrasi kita. Sungguh perlu kita catat bahwa keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi tidak dapat dilihat terlepas dari keberhasilan kita di bidang politik. Terciptanya stabilitas yang mantap selama PJP I meru- c: ws6 KNPD9IO,Iakartt29 Oktober

8 pakan modal yang amat penting bagi pembangunan dan telah memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan yang cepat. Dalam keadaan yang serba lebih baik dan dengan suasana keterbukaan yang sekarang berkembang dengan semarak, seringkali kenyataan itu kita lupakan. Menyadari hal itu, tidak seyogyanya kita cepat-cepat menganggap 'pendekatan stabilitas yang seringkali dikaitkan dengan pendekatan keamanan atau " security approach", sebagai hal yang apriori negatif. Mendorong berkembangnyaspirasi demokrasi dan partisipasi politik sekarang dan di masa depan, tetap tidak bisa mengabaikan kebutuhan memelihara stabilitas, terutama selama kedewasaan demokrasi belum mampu kita tunjukkan dalam perilaku politik kita masing-masing. Di balik banyak kemajuan yang telah kita capai, kita menyadari bahwa masih banyak sisi lemahnya, baik dalam kehidupan politik, sosial maupun ekonomi. Kita tidak perlu menutup mata dan menyembunyikan kelemahan-kelemahan itu, dengan alasan apapun, termasuk alasan untuk mempertahankan'stabilitas. Karena kalau itu kita lakukan, kita akan mandeg, dan proses kemajuan kita akan terhambat. Kita harus senantiasa memberi dorongan kepada upaya pembaharuan dalam bidang apapun. Saya yakin tidak ada satu segi pun dalam kehidupan bangsa kita yang tidak dapat diperbaharui dan disempurnakan; apakah itu dalam kehidupan demokrasi maupun kehidupan ekonomi. Namun yang ingin kita lakukan adalah mengadakan pembaharuan dalam irama dan derap yang serasi dengan daya dukung sosial-politik, sosial-ekonomi dan sosial-budaya bangsa kita. Artinya pembaharuan yang kita lakukan tidak bergejolak dan dilakukan secara teratur datam sistem. Yang sekali-kali tidak boleh kita lakukan adalah berbuat di luar sistem. Kalau sistemnya kita rasakan sudah sesak dan tidak memadai lagi untuk menampung dinamika pembaharuan, sistem itulah yang diperbaharui. c: ws6 KNPI2910, Iakarta 29 Oktober

9 Dalam makna itulah kita mengembangkan demokrasi dan membangun kesejahteraan yang makin berkeadilan dalam nafas yang satu. Berbicara mengenai kesejahteraan yang berkeadilan, kita semua menyadari, dan dalam GBHN secara eksplisit ditunjukkan, bahwa ada masalah ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang menuntut usaha yang sungguh-sungguh untuk mengatasinyagar tidak berkelanjutan dan berkembang ke arah keangkuhan dan kecemburuan sosial. GBHN menegaskan perlunya ditingkatkan upaya untuk lebih memeratakan pembangunan dan menghilangkan kemiskinan dan keterbelakangan. Dari pengalaman negara-negara lain kita tarik pelajaran bahwa kegagalan dalam menyelesaikan masalah kesenjangan akan bermuara ke dalam kekacauan politik yang akan membawa bangsa ini kembali ke garis awal, dan kembali menempatkan pendekatan keamanan pada prioritas pertama, serta membuat Indonesia kehilangan posisi tawar di dalam pergaulan antarbangsa. lnilah tantangan besar kita dalam memasuki PJP ll dan memulai Repelita Vl. Untuk mengatasinya berbagai langkah sedang kita pikirkan. Beberapa di antaranya bisa kita bahas di sini. Pertama-tama, proses pemerataan kita lihat sebagai suatu proses yang akan berhasil jika berakar pada dinamika dari dalam (inner dynamicsl; artinya, upaya untuk meningkatkan pendapatan seseorang atau suatu rumahtangga pertama-tama harus berakar pada kemauan individu atau rumahtangga itu sendiri untuk memperbaiki nasibnya. Tanpa adanya kemauan untuk memperbaiki nasib, maka upaya apapun untuk menolong tidak akan berhasil. Dengan adanya kehendak untuk c: ws6 KNPI2910. Jakarta 29 Oktober

10 memperbaiki nasib diri sendiri, maka yang tinggal kita lakukan adalah menciptakan kondisi yang menunjang bagi tampilnya inisiatif untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Kita mengenal adanya ketimpangan antardaerah, antarkelompok pendapatan, dan antarsektor. Kesemua itu harus bisa kita tangani secara arif. Karena masalahnyamat luas dan mendasar, tentu akan memakan waktu yang lama untuk kita bisa mengatasinya. Yang penting kita harus konsisten dan persisten. Melalui kebijaksanaan pemerataan, daerah-daerah yang lebih rendah tingkat pertumbuhan ekonominya akan diberi perhatian yang lebih besar. Kita juga ingin membangun struktur dunia usaha yang kokoh dan andal, yaitu yang seimbang dan berkeadilan, dengan lapisan usaha menengah sebagai tulang punggungnya dan saling menyangga dengan lapisan usaha kecil yang tangguh dan mandiri. Struktur dunia usaha serupa ini merupakan upaya demokratisasi dalam membangun perekonomian kita menuju terwujudnya demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila seperti yang dikehendaki oleh UUD Secara khusus dalam rangka mengatasi masalah kemiskinan, mulai tahun anggaran 1994/1995 akan dilaksanakan suatu program penanggulangan kemiskinan yang sasarannyadalah desa-desa miskin yang tercatat buah. Kepada penduduk miskin yang tinggal di desa-desa miskin tersebut akan disalurkan sejumlah dana khusus untuk menjadi modal kerja mereka. Dana ini diharapkan dapat digunakan secara berdayaguna untuk menciptakan kemampuan yang lebih besar di kalangan penduduk miskin untuk meningkatkan usaha mereka. Meningkatnya usaha diharapkan berarti meningkatnya pendapatan. Program ini disebut program Inpres Desa Tertinggal (ldt). Agar upayaupaya pembinaan dan berbagai pelayanan lainnya kepada keluargakeluarga miskin dapat dilaksanakan secara efektif, maka keluarga-ke- c: ws6 KNPD9IO,Iak^ra29 Oktober

11 luarga tersebut dikelompokkan. Di dalam kelompok diharapkan terjadi proses asah-asih-asuh di kalangan orang-orang miskin dan antara orangorang miskin dengan pendamping-pendamping dari luar sehingga wawasan-wawasan pembangunan mereka semakin berkembang. Dalam proses itu kita menumbuhkan budaya dan kebiasaan demokrasi dalam pengertiannya yang modern pada masyarakat perdesaan. Hal ini merupakan pembaharuan dari kebiasaan bermasyarakat yang "terpimpih", yang tidak lain mencerminkan sisi paternalisme yang bisa negatif terhadap upaya modernisasi. Selain itu karena penyebab kemiskinan juga adalah terbatasnya sarana dan prasarana dasar di desa-desa tersebut, maka dalam rangka IDT akan dikoordinasikan dan dikonsentrasikan upaya membangun prasarana dasar di perdesaan, untuk memecahkan perangkap keterisolasian dan keterbelakangan. Ini dilakukan dengan mengarahkan program-program sektoral dan regional yang ada untuk diprioritaskan pada upaya penanggulangan penyebab kemiskinan tadi. Selain itu programprogram sektoral dan regional yang berdampak pemerataan seperti transmigrasi dan berbagai Inpres tetap dilanjutkan untuk membantu penduduk miskin tidak hanya di desa-desa tertinggal agar mampu mengentaskan diri dari kemiskinan. Langkah yang paling efektif untuk mematahkan mata rantai kemiskinan adalah meningkatkan pendidikan dan kesehatan penduduk miskin. Dengan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik, orang miskin diharapkan dapat meningkatkan produktivitasnya. Pendidikan yang lebih baik akan membuka akses yang lebih luas kepada lapangan kerja untuk mendapatkan penghasilan. Dalam rangka membantu orang-orang miskin menguasai jenis-jenis ketrampilan yang dibutuhkan untuk bisa mendapatkan pekerjaan atau c: ws6 KNPD9I0, Jakarta 29 Oktaber

12 menciptakan lapangan kerjanya sendiri, perlu dikembangkan sekolahsekolah pendidikan ketrampilan yang sesuai bagi masyarakat miskin terutama di perdesaan. Selain itu peningkatan taraf pendidikan minimal menjadi 9 tahun, juga penting dalam rangka upaya membangun mutu sumberdaya manusia sebagai modal pembangunan secara makin merata. Salah satu unsur penting dari suksesnya upaya pemerataan adalah kepedulian warga masyarakat yang tidak miskin untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi mereka yang miskin. Upaya mengurangi kemiskinan harus meniadi g-erakan masyarakat. Dalam hal ini peranan para pemuda amat penting. Tenaga-tenaga muda yang tergabung dalam tenaga kerja sukarela terdidik, sarjana penggerak pembangunan perdesaan, sarjana sukarela dan generasi muda yang berada di perdesaan dalam kapasitas profesional seperti para dokter, guru, tenaga-tenaga penyuluh lapangan seperti pertanian dan keluarga berencana, dapat meniadi pemacu yang efektif bagi proses membebaskan rakyat dari belenggu keterbelakangan yang menjadi penyebab kemiskinan. Demikian pula para pemuda dalam berbagai organisasi kemasyarakatan seperti KNPi dan lembaga swadaya masyarakat, termasuk kaum wanita muda. Saya sangat setuju dengan pandangan bahwa kepedulian terhadap masalah-masalah sosial merupakan kecenderungan yang perlu dikembangkan di kalangan generasi muda bersamaan dengan nilai-nilai kejuangan lainnya dalam rangka membangun pemuda yang berwawasan kebangsaan dan bercita-cita ideal. Dalam nilai-nilai kejuangan ini melekat disiplin individu, disiplin kelompok yang akan membentuk disiplin Nasional yang merupakan perwujudan kepatuhan dan ketaatan pada hukum dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Disiplin c: ws6 KNPD910, Jakara 29 Oktober

13 individu juga merupakan prasyarat untuk mengembangkan sumberdaya manusia sebagai pemimpin yang andal dan patut diteladani. Kepemimpinan harus dikembangkan kalangan generasi muda, terutama kepemimpinan yang merakyat, yang memahami aspirasi serta masalahmasalah yang dihadapi oleh rakyat, dan bukan kepemirnpinan elite yaitu yang mendasarkan pada formalitas dan hanya mengerti teori tetapi canggung berada di tengah rakyat. Saya yakin sebagai generasi penerus kita semua sependapat bahwa kemakmuran rakyat bukanlah suatu yang sekonyong-konyong bisa jadi. Dan kita bukanlah suatu generasi yang menjadi akhli waris dari suatu kemakmuran yang sudah jadi, tetapi sebaliknya kita adalah generasi yang berkewajiban untuk mewariskan kemakmuran itu kepada generasi yang akan datang. Itu barangkali menjadi tugas dari KNPI, tugas yang berat tetapi mulia. Mudah-mudahan KNPI berhasil menempatkan dirinya sebagai simpul pokok dalam kehidupan kepemudaan dan menjadi wadah perjuangan pemuda Indonesia yang efektif. Selamat ber-kongres. Dirgahayu Pemuda Indonesia. c: ws6 KNPD910, Jakarta 29 Okobcr

PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II

PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II PENDAHULUAN Pembangunan nasional merupakan wahana bagi kita untuk membangun kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju

Lebih terperinci

KEPELOPORAN DAN KEPEMIMPINAN:

KEPELOPORAN DAN KEPEMIMPINAN: KEPELOPORAN DAN KEPEMIMPINAN: Peran Pokok Pemuda Dalam Pembangunan Disajikan Pada Peluncuran Buku "Peran Pemuda Menuju Indonesia sesuai cita-cita Proklamasi 1945" DPP GOLKAR Jakafta, 3 Maret 1997 Oleh:

Lebih terperinci

/ti. KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAlffAT. Acc. i.jo.,.3t6fi.. Class

/ti. KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAlffAT. Acc. i.jo.,.3t6fi.. Class /ti KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAlffAT Oleh: Ginandjar Kartasasm ita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas DGKUMIt{TASt & i.iisiir

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5355 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan

Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PADA PJP II DAN REPELITA VI

PEMBANGUNAN PADA PJP II DAN REPELITA VI PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN PADA PJP II DAN REPELITA VI Oleh: M e n te r i N e s a ra?t,1x1'# 51itF:il'#E u n a n N a s i o n a / Ketua Bappenas L\C!{UM[:i'.,lT..\Sl & AF]Si F ffia$)elei'-i;\} Acc.

Lebih terperinci

KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL

KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL Jakarta, 9 Maret 1994 KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENAGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL Pendahuluan Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sedang berjuang dengan giat untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di setiap provinsi yang ada di Indonesia yang

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAHAN CERAMAH MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NAS IO NAL/KETUA BAPPE NAS

BAHAN CERAMAH MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NAS IO NAL/KETUA BAPPE NAS BAHAN CERAMAH MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NAS IO NAL/KETUA BAPPE NAS G i nandjar Kartasasmita Disampaikan pada: Pendiddikan Kader Tingkat Nasional Partai Persatuan Pembangunan (P3) Bogor, 3

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKALAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN Pembangunan koperasi pada PJP I telah berhasil meningkatkan perannya dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat antara lain dengan semakin tumbuhnya

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA Ke-69 Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945 Kita Dukung Suksesi Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. Negara yang mengaku dirinya adalah negara demokrasi, sejatinya memiliki kekuatan ada pada warga negara

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL DEMOKRASI DAN IMPLEMENTASI A. Pengertian Politik Strategi dan Polstranas Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polistaia, Polis berarti kesatuan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2005 2025 3.1. Visi Pembangunan Dengan memperhatikan situasi dan kondisi Provinsi Jambi pada masa lalu dan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025 VISI : Kabupaten Pasuruan yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, dan Sejahtera MISI : 1. Penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Disampaikan pada Pembahasan RPP Penataan

Lebih terperinci

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

ARAH PEMBANGUNAN NASIONAL MENYONGSONG ABAD XXI: Pembangunan Yang Berwawasan Kebangsaan

ARAH PEMBANGUNAN NASIONAL MENYONGSONG ABAD XXI: Pembangunan Yang Berwawasan Kebangsaan ARAH PEMBANGUNAN NASIONAL MENYONGSONG ABAD XXI: Pembangunan Yang Berwawasan Kebangsaan Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Disampaikan pada Kongres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat 51 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan di daerah merupakan rangkaian yang termasuk dalam tujuan pembangunan nasional, artinya keberhasilan pembangunan di daerah sangat menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, merupakan sosialisasi disekolah mengenai pemilihan umum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan

Lebih terperinci

BAHASA II\D Oi\ESIA DALAM P E RE I\ C AN AAN PE MB Ai\ GIJi\Ai\

BAHASA II\D Oi\ESIA DALAM P E RE I\ C AN AAN PE MB Ai\ GIJi\Ai\ w REPUBLIK INDONESIA BADAN PERENCANTL Tf*NGTNAN NASToNAL BAHASA II\D Oi\ESIA DALAM P E RE I\ C AN AAN PE MB Ai\ GIJi\Ai\ Oleh: G inandjar Kartasasmita Sumbangan Pikiran untuk Kongres Bahasa Indonesia Vl

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA DESA

SAMBUTAN KEPALA DESA SAMBUTAN KEPALA DESA Bismillahirrokhmanirrokhim. Assalamualaikum Warokhmatullahi Wabarokatuh. RPJMDes - Puji syukur mari kita panjatkan ke pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ). BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 65% jumlah penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan, sisanya 35% jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia mencapai sekitar

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011 1 Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011 TANGGAL 28 OKTOBER 2011 (DIKIR NEGERI ASSALAMU ALAIKUM WR.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH. Oleh: SALEH AFIFF

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH. Oleh: SALEH AFIFF PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Oleh: SALEH AFIFF Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Sambutan Pada Acara Pembukaan Program

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi

Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi Oleh: Samaun Samadikun Makalah disampaikan dalam seminar : Penerapan Teknologi Digital

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA ACARA UPACARA BENDERA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-69 PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI TAHUN 2014 Hari/tgl : Minggu, 17 Agustus 2014 Pukul : 07.30 WIB Tempat : Lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017 KR/KOJK SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA Jakarta, 1 Juni 2017 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II BEBERAPA PERMASALAHAN PENTING *)1

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II BEBERAPA PERMASALAHAN PENTING *)1 PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II BEBERAPA PERMASALAHAN PENTING *)1 Oleh :Prof. Dr. Saleh Afiff Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas 1. Tidak lama lagi kita akan menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui beberapa kegiatan antara lain peningkatan prakarsa

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS PADA RAPAT PERSIAPAN PENYUSUNAN RKP TAHUN 2005 DAN PEMBAHASAN REPENAS TRANSISI 15 Maret 2004 Para Sekretaris Jendral Departemen

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan hipotesis. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sunatra dalam Pendidikan Politik Kewarganegaraan (2016), suatu bangsa akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, pemuda senantiasa selalu menempati peran yang strategis dalam setiap peristiwa penting yang terjadi dan dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran otentik Kabupaten Rejang Labong dalam 5 (lima) tahun mendatang pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk periode RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan tindakan mereka sendiri. Penulis melakukan penelitian studi komparatif sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam GBHN 1999 dikatakan bahwa Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya sesuai dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, 1 WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANDUNG, Menimbang : a. bahwa pembangunan manusia

Lebih terperinci

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA A. Definisi Sistem ekonomi adalah cara suatu negara mengatur kehidupan ekonominya dalam rangka mencapai kemakmuran. Pelaksanaan sistem ekonomi suatu negara tercermin

Lebih terperinci

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab II ini menguraikan tentang pandangan teoritis mengenai. Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab II ini menguraikan tentang pandangan teoritis mengenai. Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab II ini menguraikan tentang pandangan teoritis mengenai kemiskinan, konsep, dan asumsi yang dipakai. A. Pandangan Teoritis Mengenai Kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah

Lebih terperinci

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah

Pembangunan Desa di Era Otonomi Daerah Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka Penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya kabupaten/kota dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas

Lebih terperinci

dalam negeri terhadap mata uang asing (Gunawan Sumodiningrat, 2000).

dalam negeri terhadap mata uang asing (Gunawan Sumodiningrat, 2000). KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA PERKEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH RINTO ALEXANDRO PRODI PENDIDIKAN EKONOMI FKIP - UNPAR Abstrak : Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur

Lebih terperinci

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional POKOK-POKOK PENJELASAN PERS MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 3.1. Identifikasi Permasalahan berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Biro Organisasi. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan juga tidak terlepas dari adanya

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan juga tidak terlepas dari adanya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan juga tidak terlepas dari adanya partisipasi aktif anggota masyarakatnya. Masyarakat desa baik sebagai kesatuan kelompok

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara harfiah kata Koperasi

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Daerah Memperhatikan situasi dan kondisi pada masa lalu dan saat ini, serta tantangan yang dihadapi dimasa mendatang. Kemudian, memperhitungkan modal dasar yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa (swadaya dan desa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa (swadaya dan desa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional yang merupakan konsepsi pembangunan di atas GBHN telah menggariskan bahwa "pembangunan desa dan masyarakat desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Salah satu ciri positif yang dimiliki demokrasi ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Salah satu ciri positif yang dimiliki demokrasi ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang sedang dilaksanakan haruslah ditujukan untuk membangun manusia seutuhnya, hal ini berarti ekonomi yang telah dicapai bukanlah semata-mata

Lebih terperinci

ditingkatkan dan disebarluaskan ke berbagai kota baik di perlu mengadakan usaha-usaha pembinaan yang aktif,

ditingkatkan dan disebarluaskan ke berbagai kota baik di perlu mengadakan usaha-usaha pembinaan yang aktif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan dari pemerintah pusat, khususnya program pembangunan dalam Pelita VI melalui Program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ) ini semakin ditingkatkan

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA Sambutan Pada PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-84 TAHUN 2012 Assalamualaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Dengan menyebut nama Allah, marilah

Lebih terperinci

POLITIK DAN STRATEGI KEAMANAN NASIONAL

POLITIK DAN STRATEGI KEAMANAN NASIONAL POLITIK DAN STRATEGI KEAMANAN NASIONAL 7.1 Pengertian 1) Pengertian Politik Politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis yang berarti negara (city state) yang terdiri dari rakyat, wilayah dan pemerintah

Lebih terperinci

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM

PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM PASANGAN BALON BUPATI/WAKIL BUPATI KAB.HUMBANG HASUNDUTAN PALBET SIBORO,SE-HENRI SIHOMBING,A.Md VISI, MISI, TUJUAN DAN PROGRAM Visi dan Misi Sebagaimana dimaklumi bahwa visi dan misi memainkan peran yang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Kabupaten Blitar adalah suatu daerah yang telah mulai terbentuk sistem kepemerintahannya sejak lebih dari 650 tahun lalu, atau lebih tepatnya sejak 5 Agustus 1324,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN Disusun oleh : TINUK AMBARWATI B 100 050 103 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan menuju bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan bukan merupakan suatu proses yang mudah dilalui. Banyak tantangan dan agenda pembangunan yang

Lebih terperinci

Undang Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang : Perindustrian

Undang Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang : Perindustrian Undang Undang No. 5 Tahun 1984 Tentang : Perindustrian Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 5 TAHUN 1984 (5/1984) Tanggal : 29 JUNI 1984 (JAKARTA) Sumber : LN 1984/22; TLN NO. 3274 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN,

pelaksanaan pemerintahan terbebas dari praktek-praktek KKN, VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS VISI Agar terselenggaranya good goverment ( pemerintahan yang baik ) tentunya diperlukan perencanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya

Lebih terperinci