BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen proyek konstruksi Manajemen adalah suatu ilmu tentang tata cara pengelolaan, perencanaan, pengorganisasian suatu kegiatan untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien. Dalam manajemen, diperlukan juga metode dan seni kepemimpinan untuk mengelola sumber daya yang ada. Hasil akhir dari proses manajemen dapat berbeda satu sama lain karena perbedaan penerapan prinsip manajemen oleh suatu individu atau organisasi ( Menurut Wulfram I. Ervianto (2004), manajemen proyek konstruksi adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan menjadi manpower, material, machines, money, method. Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja (Ir. Abrar Husein,MT, 2008). Manajemen proyek konstruksi memiliki beberapa fugsi antara lain : 1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan 2. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan. 3. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalahmasalah yang terjadi di lapangan. II-1

2 4. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baik untuk menganalisis performa di lapangan. Tujuan pokok dari manajemen konstruksi ialah mengelola atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil sesuai dengan persyaratan (specification). Menurut Muhamat Fajar (2015), penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep manajemen proyek konstruksi dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut. 1. Manajemen proyek konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem Manajemen Konstruksi, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan - masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan proyek. 2. Tim manajemen proyek konstruksi sudah berperan sejak awal disain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak ( feasible ) mulai dari tahap desain. 3. Tim manajemen proyek konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai. 4. Manajemen proyek konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan. Dalam mengelola manajemen proyek (project management), ada tiga faktor utama yang harus menjadi pertimbangan, yaitu waktu yang sesuai rencana, biaya yang realistis dan sesuai dengan anggaran, dan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga faktor II-2

3 tersebut sering disebut sebagai hambatan dalam pelaksanaan proyek konstruksi (Triple Constraints). (Iman Soeharto, 1995) Dalam rangka pencapaian hasil ini, selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan waktu pelaksanaan (time control), dan pengawasan penggunaan biaya (cost control). Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawaan dapat beakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. (Djojowirono, 2005) Adapun proses manajemen proyek dapat disimpulkan pada gambar berikut. Gambar 2.1 Proses Manajemen Proyek (Sumber: Abrar Husein, Manajemen Proyek, 2008) Dari gambar di atas proses manajemen dimulai dari kegiatan perencanaan yang berdasarkan input seperti tujuan, sasaran, informasi, data, dan sumber daya yang dilaksanakan serta dikendalikan dengan baik sehingga menghasilkan output optimasi kinerja proyek. Menurut Hamdan Dimyati dan Kadar Nurjaman (2014, dalam Muhamat Fajar, 2015), dalam manajemen proyek, hal yang perlu dipertimbangkan agar output proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang direncanakan adalah mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul ketika proyek dilaksanakan. Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat adalah sebagai berikut. II-3

4 1. Keuangan Masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan pembiayaan proyek. Keuangan bisa berasal dari modal sendiri dan / atau pinjaman dari bank atau investor dalam jangka pendek atau jangka panjang. Pembiayaan proyek menjadi sangat krusial apabila proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit dan membutuhkan analisis keuangan yang cepat dan terencana. 2. Anggaran biaya Perencanaan yang matang dan terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya sehingga biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. 3. Manajemen sumber daya manusia Masalah ini berkaitan dengan kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif. Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan SDM didasarkan atas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM. Deskripsi kerja, perhitungan, beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM, serta penjelasan tentang sasaran dan tujuan proyek. 4. Manajemen produksi Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir proyek. Hasil akhir proyek negatif apabila proses perencanaan dan pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan produktifitas SDM, meningkatkan efisiensi proses produksi dan kerja, serta meningkatkan kualitas produksi melalui jaminan mutu dan pengendalian mutu. II-4

5 5. Harga Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga, yang dapat merugikan paerusahaan, misalnya karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain. 6. Efektifitas dan efisiensi Masalah ini dapat merugikan apabila fungsi produk yang dihasilkan tidak terpenuhi / tidak efektif atau faktor efisiensi tidak terpenuhi / tidak efektif sehingga usaha produksi membutuhkan biaya besar. 7. Pemasaran Masalah ini berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal sehubungan dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk, serta analisis pasar yang salah terhadap produksi yang dihasilkan. 8. Mutu Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang akan meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan pelanggan. 9. Waktu Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya apabila pengerjaan proyek lebih lambat dari yang direncanakan dan sebaliknya akan menguntungkan apabila dipercepat. Apabila masalah-masalah tersebut tidak dapat diselesaikan, tidak hanya kesuksesan yang tertunda tetapi juga bisa berupa kerugian. Oleh karena itu harus ada pengaturan sumber daya yang benar dalam menejemen proyek. Sumber daya di sini terdiri dari uang, tenaga kerja, peralatan, fasilitas, material, informasi, dan teknologi (Muhamat Fajar, 2015). Ada tiga elemen paling penting dalam manajemen proyek, yaitu sebagai berikut. II-5

6 1. Manajer Proyek Elemen paling penting dalam manajemen proyek adalah manajer proyek. Manajer proyek adalah seorang yang bertanggung jawab untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengintegrasikan usaha kerja dari anggota untuk mencapai tujuan proyek. Manajer proyek mengkoordinasikan usaha antar area fungsional dan mengintegrasikan perencanaan dan pengendalian dari biaya, jadwal, dan pembagian tugas dalam suatu proyek. 2. Tim proyek Tim proyek merupakan kumpulan orang dari area fungsional berbeda yang saling bekerja sama dengan tujuan menyelesaikan pekerjaan proyek. 3. Sistem manajemen proyek Manajer proyek dan tim proyek harus menjadi alat bantu dalam sistem manajemen proyek. Sistem manajemen proyek dibuat berdasarkan struktur organisasi, proses informasi, dan pelatihan serta prosedur yang mengintegrasikan elemen dari organisasi proyek secara vertikal dan horizontal. Elemen vertikal meliputi pemecahan tugas dalam proyek, sedangkan elemen horizontal meliputi unit fungsional dan departemen yang terlibat dalam proyek Proyek konstruksi Pekerjaan konstruksi menurut UUJK No 18/1999 yang dikutip dalam Messah, 2008:10 adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. II-6

7 Proyek konstruksi pada umumnya memiliki tahapan pekerjaan yang sama dalam pelaksanaannya di lapangan. Tahapannya dimulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur, MEP, dan finishing (Muhamat Fajar, 2015). Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan pembersihan lahan untuk memudahkan pelaksanaan konstruksi. Pekerjaan struktur merupakan pekerjaan membuat struktur bangunan sesuai dengan gambar kerja yang ada. Pekerjaan struktur ini pada umumnya terdiri dari pekerjaan pemasangan bekisting dan scaffolding, pemasangan tulangan dan pengecoran. Pekerjaan MEP merupakan pekerjaan mekanikal, elektrikal, dan plumbing, yang teridiri dari instalasi listrik, air, dan pipa (Muhamat Fajar, 2015). Suatu pekerjaan konstruksi dapat dinilai kinerjanya baik atau buruk berdasarkan biaya, mutu dan waktu yang dihasilkan. Kinerja proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana (Muhamat Fajar, 2015). Pada setiap pekerjaan memiliki resiko tersendiri dalam pengerjaannya yang tentu saja dapat berdampak negatif pada konstruksi. Ketepatan waktu penyelesaian dan hasil kualitas yang baik merupakan sasaran yang harus dicapai. Karena apabila terjadi keterlambatan dalam penyelesaian dan atau terjadi kualitas hasil pekerjaan yang rendah, akan menimbulkan dampak negatif pada proyek terutama pada pelaksana (kontraktor). Dampak tersebut dapat berupa klaim dari pemilik (owner), pembengkakan biaya, dan lainnya. Pada contoh lain yang dikemukakan oleh Soeharto, 1999, yang dikutip oleh Messah, 2013, yaitu di mana dapat terjadi bahwa dalam laporan suatu kegiatan proyek berlangsung lebih cepat dari jadwal sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila tidak segera dilakukan tindakan pengendalian, maka dapat berakibat proyek tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan II-7

8 karena kekurangan dana. Oleh karena itu, pekerjaan konstruksi harus direncanakan dan dikendalikan dengan baik sehingga tidak terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan konstruksi yang dapat berakibat pada peningkatan biaya konstruksi Pengendalian proyek konstruksi Pengendalian merupakan salah satu fungsi dari manajemen proyek yang bertujuan agar pekerjaan-pekerjaan dapat berjalan mencapai sasaran tanpa banyak penyimpangan. Pengendalian proyek adalah suatu usaha sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dengan standar, dan mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya yang digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (Soeharto, 1995). Perencanaan dibuat sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan. Bahan acuan tersebut selanjutnya akan menjadi standar pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan, meliputi spesifikasi teknik, jadwal, dan anggaran. Maka untuk dapat melakukan pengendalian perlu adanya perencanaan. Proses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup proyek guna mewujudkan performa yang baik di dalam setiap tahap. Adapun siklus pengendalian dalam proyek konstruksi dapat digambarkan pada Gambar. 2.2: II-8

9 Gambar 2.2 Siklus Pengendalian Proyek Konstruksi (Sumber: Wulfram I. Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi, 2004) Perencanaan hanya sekitar 20% dari kegiatan manajemen proyek dan dilakukan sebelum proyek dilaksanakan. Begitu proyek dimulai, fungsi manajemen didominasi oleh kegiatan penegendalian. Sumber daya proyek khususnya proyek konstruksi terdiri dari material, tenaga kerja, pendanaan, metode pelaksanaan dan peralatan. Sumber daya direncanakan untuk mencapai sasaran proyek dengan batasan waktu, biaya dan mutu. Tantangan pada pelaksanaan proyek adalah bagaimana merencanakan jadwal waktu yang efektif dan perencanaan biaya yang efisien tanpa megurangi mutu. Waktu dan biaya merupakan dua hal penting dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu, karena biaya yang akan dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan pekerjaan. Kegiatan pengendalian dilakukan dalam bentuk-bentuk kegiatan sebagai berikut (Husein, 2009): 1. Supervisi, yaitu melakukan tindakan koordinasi pengawasan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab organisasi yang telah ditetapkan, agar dalam dalam pelaksanaanya dapat dilakukan secara bersama-sama oleh semua personel dengan kendali pengawas II-9

10 2. Inspeksi, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan 3. Tindakan koreksi, yaitu melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang telah ditetapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan. Dalam pengendalian proyek, dikenal beberapa alat untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, diantaranya adalah: 1. Kurva S Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %) kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horizontal. Untuk menyusun kurva S, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu jadwal dari masing masing kegiatan, bobot dari kegiatan tersebut hingga distribusinya. Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk mengetahui kemajuan proyek tersebut. Kurva yang dibuat dengan sumbu vertikal sebagai nilai komulatif biaya atau jam-orang atau penyelesaian pekerjaan dan sumbu horizontal sebagai waktu kalender masing dari angka 0 sampai 100 ini, umumnya akan berbentuk huruf S. Kriteria kemajuan dapat berupa persentase bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang dibelanjakan, jumlah kuantitas atau volume pekerjaan, penggunaan berbagai sumber daya dan masih banyak lagi ukuran lainnya. Pembandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan (Luthan & Syafriandi, 2006, dalam Muhamat Fajar, 2015). Adapun fungsi kurva S adalah sebagai berikut : a. Menentukan waktu penyelesaian proyek. b. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek. c. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek. II-10

11 d. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai. 2. CPM (Critical Path Method) Critical Path Method merupakan sebuah model ilmu manajemen untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek, yang dikembangkan sejak tahun 1957 oleh perusahaan Du Pont untuk membangun suatu pabrik kimia dengan tujuan untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan maksud pekerjaan pekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya (Siswanto, 2007 dalam M.Rizki Ridho). Menurut Levin Kirkpatrick (1972), dalam M.Rizki Ridho, metode jalur kritis (Critical ath Method-CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek, merupakan Sistem yang paling banyak dipergunakan di antara semua Sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Dengan menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis yakni jalur yang memiliki rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek tercepat (Taha, 2007). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa jalur kritis merupakan jalur yang melalui kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur yang sangat berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek, walaupun dalam sebuah jaringan kerja dapat saja terjadi beberapa jalur kritis. Identifikasi terhadap jalur kritis harus mampu dilakukan oleh seorang manajer proyek dengan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaannya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. II-11

12 Dalam proses identifikasi jalur kritis, ada beberapa istilah atau pengertian yang akan digunakan, yaitu: - Earliest start time (ES) Waktu paling awal (tercepat) suatu kegiatan dapat dimulai, dengan memperhatiakn waktu kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan pekerjaan. - Latest start time (LS) Waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek - Earliest finish time (EF) Waktu paling awal kegiatan dapat diselesaikan, atau sama dengan ES + waktu kegiatan yang diharapkan - Lates finish time (LF) Waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan, atau sama dengan LS + waktu kegiatan yang diharapkan 2.4. Pengendalian waktu proyek Menurut Hamdan Dimyati dan Kadar Nurjaman (2014:235, dalam Muhamat Fajar 2015), lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan pertambahan biaya proyek secara keseluruhan, maka dari itu dibutuhkan laporan progress harian / mingguan / bulanan untuk melaporkan hasil pekerjaan dan waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan proyek. Dan dibandingkan dengan waktu penyelesaian rencana agar waktu penyelesaian dapat terkontrol setiap periodenya. Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah dipersiapkan sebelum proyek dimulai. Hal ini II-12

13 dimaksudkan agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakan sebagai tolok ukur terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan (Muhamat Fajar, 2015) Jadwal waktu pelaksanaan Pada hakekatnya, jadwal adalah alat yang digunakan sebagai patokan untuk mengukur kegiatan pelaksanaan pekerjaan terhadap waktu untuk penyelesaiaan kegiatan tersebut. Yang dimaksud dengan kegiatan disini tidak hanya terbatas pada kegiatan pelaksanaan saja, melainkan juga meliputi kegiatan alokasi sumber daya, pembagian tenaga kerja, alokasi dan pengadaan material dan segala sesuatau yang dipengaruhi dengan waktu itu sendiri dalam jangka waktu tertentu. Jadi dengan demikian dapat dikaitkan masalahmasalah yang berhubungan dengan kegiatan tersebut dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap waktu, yang dapat dimanfaatkan secara produktif untuk penyelesaiaan kegiatan (Muhamat Fajar, 2015). Jadwal waktu penting sekali artinya bagi pimpinan proyek di dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui dengan jelas rancana kerja yang akan dilaksanakannya, sehingga kontinuitas pekerjaan dapat dipelihara. Adapun tujuan dari pembuatan jadwal waktu pelaksanaan adalah : 1. Untuk menentukan target lamanya waktu pelaksanaan proyek. Sebagai pedoman bagi pelaksana untuk memudahkan di dalam melaksanakan pekerjaannya agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan. 3. Untuk memperkirakan alokasi sumber daya yang harus disediakan setiap kali diperlukan agar proyek berjalan lancar. 4. Untuk mengontrol kemajuan pekerjaan sehingga apabila ada keterlambatan di dalam pelaksanaan dapat diketahui segera dan diambil langkah-langkah penanggulangannya. II-13

14 5. Untuk mengevaluasi hasil pekerjaan di mana hasil evaluasi dapat dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sejenis. Ada beberapa fungsi dari penjadwalan, antara lain : 1. Menentukan durasi total yang digunakan untuk menyelesaikan proyek. 2. Menetukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan. 3. Menentukan kegiatan-kegiatan yang tak boleh terlambat atau tertunda pelaksanaannya (kegiatan kritis) dan jalur kritis. 4. Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek. 5. Sebagai dasar perhitungan cashflow proyek. 6. Sebagai dasar bagi penjadwalan sumber daya proyek lain, seperti tenaga, material dan peralatan. 7. Sebagai alat pengendalian proyek Laporan kemajuan pekerjaan Seiring dengan adanya kemajuan (progress) pada masing-masing pakerjaan, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengukuran pekerjaan dituangkan dalam suatu laporan (Andika Blongkod, 2015). Laporan kemajuan proyek menjelaskan kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan, termasuk di dalamnya : 1. Tabulasi persentase penyelesaian pekerjaan utama. 2. Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk. 3. Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahannya. 4. Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besar terhadap pencapaian sasaran proyek. Sistem informasi (laporan) sebaiknya memberikan keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan II-14

15 perencanaan, pangadaan dan pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan, kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan (Andika Blongkod, 2015) Pengendalian biaya proyek Biaya biaya konstruksi perlu dikelompokkan agar dalam Analisis perhitungan earned value. Menurut Asiyanto (2005), biaya konstruksi memiliki unsur pertama dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pengendalian. Unsur utama dari biaya konstruksi adalah biaya material, biaya upah, dan biaya alat. Pegendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, aspek dan objek pengendalian biaya akan identik dengan perencanaan biaya, sehingga berbagai jenis kegiatan di kantor pusat dan lapangan harus selalu dipantau dan dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan (Andika Blongkod, 2015). Agar suatu pegendalian biaya dapat terlaksana dengan baik, di samping pelakunya harus menguasai masalah teknis serta tersedianya prosedur dan perangkat penunjang, dalam perusahaan yang bersangkutan diperlukan suatu suasana atau kondisi yang mendukung, antara lain sebagai berikut. 1. Sikap sadar anggaran; ini berarti semua pihak penyelenggara proyek menyadari dampak kegiatan yang dilakukan terhadap biaya. 2. Selalu berpikir untuk mencari alternatif yang dapat menghasilkan penghematan biaya. Salah satu cara yang mendorong terciptanya suasana tersebut adalah mengkomunikasikan kepada pihak pimpinan dan mereka yang berkepentingan perihal II-15

16 penggunaan dana dan menekankan adanya area-area yang berpotensial dapat diperbaiki kinerjanya (Andika Blongkod, 2015) Anggaran biaya proyek Acuan yang digunakan sebagai tolok ukur di dalam pengendalian biaya proyek adalah rencana anggaran biaya. Anggaran biaya merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya seluruh item pekerjaan, yang di distribusikan sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan. Bahan-bahan yang diperlukan didalam penyusunan rencana anggaran biaya antara lain berupa gambar rencana, spesifikasi teknis, analisis sumber daya dan analisis harga satuan (Muhamat Fajar, 2015) Komponen biaya Biaya proyek dikelompokkan menjadi dua komponen, yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost) 1. Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah biaya yang diperlukan langsung untuk mendapatkan sumber daya yang akan dipergunakan untuk penyelesaian proyek. Unsur-unsur yang termasuk dalam biaya langsung, yaitu sebagai berikut (Abrar Huein, 2009). a. Biaya material Biaya material adalah biaya pembelian material untuk mewujudkan proyek termasuk biaya transportasi, biaya penyimpanan serta kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material. Harga material didapat dari survey di pasaran atau berpedoman dari indeks biaya yang dikeluarkan secara berkala oleh departemen pekerjaan umum sebagai pedoman sederhana. b. Biaya upah Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, biaya upah dibedakan atas: II-16

17 - Upah harian Besar upah yang dibayarkan persatuan waktu, misalnya harian bergantung pada jenis keahlian pekerja, lokasi pekerjaan, jenis pekerjaan, dan sebagainya. - Upah borongan Besar upah ini bergantung pada kesepakatan bersama antara kontraktor dan pekerja atas suatu jenis item pekerjaan. - Upah berdasarkan Produktivitas Besar jenis upah ini bergantung pada banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh pekerja dalam satu satuan waktu tertentu. c. Biaya Peralatan Unsur-unsur biaya yang terdapat pada biaya peralatan adalah modal, biaya sewa, biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, biaya demobilisasi, dan lainnya menyangkut biaya peralatan. d. Biaya Subkontraktor Biaya ini diperlukan jika ada bagian pekerjaan diserahkan / dikerjakan oleh subkontraktor. Subkontraktor ini bertanggung jawab dan dibayar oleh kontraktor utama. 2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung adalah biaya yang berhubungan dengan pengawasan, pengarahan kerja, dan pengeluaran umum di luar biaya konstruksi. Biaya ini disebut juga biaya overhead. Biaya ini tidak bergantung pada volume pekerjaan, tetapi bergantung pada jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. Biaya tidak langsung akan naik apabila waktu pelaksanaan semakin lama Karena biaya untuk pegawai, biaya umum perkantoran tetap dan biaya lainnya juga tetap dibayar (Abrar Husein, 2009). Unsur-unsur biaya tidak langsung, antara lain sebagai berikut. II-17

18 a. Gaji pegawai Yang termasuk dalam unsur biaya ini adalah gaji ataupun honor pegawai / karyawan tetap dan tidak tetap, yang terlihat ataupun tidak terlihat dalam proyek yang dibebakan dalam proyek tersebut. b. Biaya umum perkantoran Yang termasuk dalam unsur biaya ini adalah sewa gedung, biaya transportasi, rekening listrik, air, pajak, asuransi, dan lain-lain. c. Biaya pengadaan sarana umum Perincian jelas pengeluaran biayanya adalah untuk pembangunan bangunan sementara, instalasi umum (listrik, air, telepon), peralatan umum yang digunakan selama masa proyek, seperti pompa, air, generator, dan lain-lain Pengertian keterlambatan proyek Parameter penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, yang sering dijadikan sebagai sasaran proyek adalah anggaran, jadwal, dan mutu. Keberhasilan dalam menjalankan proyek tepat waktu, biaya, serta mutu yang telah direncanakan adalah salah satu tujuan terpenting bagi pemilik dan kontraktor. Pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dengan rencana, dapat mengakibatkan keterlambatan proyek. Pada pelaksanaan proyek konstruksi, keterlambatan proyek seringkali terjadi, yang dapat menyebabkan berbagai bentuk kerugian bagi penyedia jasa dan pengguna jasa. Bagi kontraktor, keterlambatan selain dapat menyebabkan pembekakan biaya proyek akibat bertambahnya waktu pelaksanaan proyek, dapat pula mengakibatkan menurunnya kredibilitas kontraktor untuk waktu yang akan datang. Sedangkan bagi pemilik, keterlambatan penggunaan atau pengoperasian hasil proyek konstruksi dan seringkali berpotensi menyebabkan timbulnya perselisihan dan klaim antara pemilik dan kontraktor (Soeharto, 1997, dalam Yunita Afliana Messah, 2013). II-18

19 Menurut Arditi dan Patel (1989, dalam Theresia at.el) keterlambatan proyek konstruksi didefinisikan sebagai adanya akibat dari tidak terpenuhinya jadwal yang telah dibuat, yang disebabkan perbedaan kondisi latar belakang dengan kenyataan. Adanya keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemilik dan kontraktor. Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai kontrak, sedangkan bagi pemilik akan mengurangi pemasukan akibat penundaan pengoperasian (Alifen, Setiawan, & Sunarto, 2000, dalam Theresia at.el). Menurut Aibinu, yang dikutip oleh Indra Pandu Prasetyo, 2012, delay adalah situasi ketika kontraktor dan pemilik proyek memberikan kontribusi pada ketidakselesaian proyek dalam jangka waktu kontrak disepakati. Keterlambatan proyek konstruksi sering kali mahal, karena biasanya ada pinjaman konstruksi yang terlibat dengan biaya bunga, staf maanjemen didedikasikan untuk proyek dengan pembiayaan sendiri, dan inflasi yang sedang berlangsung di upah dan harga bahan. Menurut Callahan (1992, dalam Suyatno, 2010), keterlambatan (delay) adalah apabila suatu aktivitas atau kegiatan proyek konstruksi mengalami penambahan waktu, atau tidak diselenggarakan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Keterlambatan proyek dapat diidentifikasi dengan jelas melalui schedule. Dengan melihat schedule, akibat keterlambatan suatu kegiatan terhadap kegiatan lain dapat terlihat dan diharapkan dapat segera diantisipasi. Ketika proyek konstruksi terlambat, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak, maka akan ada penambahan waktu. Apabila setelah ada penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Dengan kata II-19

20 lain bahwa adanya waktu tambahan yang diberikan pihak pemilik (owner) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek, tetapi tidak juga terlaksana, maka kemungkinan akan terjadi pemutusan kontrak kerja (Madjid, 2006, dalam Dalam pengertian lain, Madjid (2006, dalam berpendapat bahwa keterlambatan proyek konstruksi dapat diidentifikasikan sebagai adanya perbedaan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan pada dokumen kontrak. Dengan kata lain keterlambatan dapat dikategorikan sebagai tidak tepatnya waktu palaksanaan proyek yang telah ditetapkan. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek mengalami keterlambatan apabila tidak dapat diserahkan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa pada tanggal serah terima pekerjaan pertama yang telah ditetapkan dikarenakan suatu alasan tertentu. Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolahan proyek. Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan langkah perubahan mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi Faktor keterlambatan proyek Banyak hal yang dapat mengakibatkan mundurnya waktu penyelesaian suatu proyek. Beberapa penyebab yang paling sering terjadi antara lain: perubahan kondisi lapangan, perubahan desain atau spesifikasi, perubahan cuaca, ketidaktersediaan tenaga kerja, material, ataupun peralatan. Pada perencanaan kerja seringkali timbul masalah operasional yang menghambat aktivitas penyelesaian suatu proyek, seperti: kurangnya sumber daya, alokasi sumber daya yang tidak tepat, keterlambatan pelaksanaan proyek dan masalah-masalah lainnya di luar jadwal dalam rencana kerja (Nicholas, M. John dan Herman Steyn, 1990 dalam Hana Wardani Puruhita et.al, 2014). II-20

21 Penelitian mengenai keterlambatan yang dilakukan oleh Levis dan Atherley (1996 dalam Jurnal Civronlit Universitas Batanghari Jambi Tahun 2016) pada 30 proyek bangunan gedung di India, yang dibangun antara tahun 1978 sampai dengan 1992 telah dapat diidentifikasikan beberapa penyebab keterlambatan, yaitu antara lain: 1. Ketelambatan pembayaran oleh Client Owner 2. Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek oleh kontraktor 3. Kesalahan pengelolaan material oleh kontraktor 4. Kekurangan tenega kerja oleh kontraktor 5. Hujan deras / lokasi pekerjaan yang tergenang air 6. Keadaan tanah yang berbeda dari yang diharapkan 7. Pekerjaan tambahan yang dimina oleh Client Owner 8. Perubahan dalam pekerjaan plumbing, struktur, elektrikal 9. Kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasi 10. Ketidakjelasan perencanaan dan spesifikasi 11. Perubahan-perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi 12. Perubahan metode kerja oleh kontraktor 13. Kesalahan dalam mengenterprestasikan gambar atau spesifikasi 14. Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor. 15. Produktifitas yang kurang optimal dari kontraktor 16. Perubahan scope pekerjaan konsultan. 17. Pemogokan yang dilakukan oleh kontraktor 18. Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai. 19. Memperbaiki kerusakan suatu pekerjaan akibat pemogokan. 20. Terlambatnya persetujuan shopdrawing oleh konsultan. II-21

22 Sedangkan menurut Haekal Hassan, Jantje B. Mangare, Pingkan A. K. Pratasis (2016), faktor potensial yang mempengaruhi waktu palaksanaan konstruksi, terdiri dari beberapa kategori, yang dituangkan dalam rencana kuesionernya, yaitu: a. Faktor bahan (Material) terdiri dari: - Kekurangan bahan konstruksi. - Perubahan material pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi. - Keterlambatan pengiriman bahan. - Kerusakan bahan di tempat penyimpanan. - Keterlambatan pabrikasi khusus bahan bangunan. - Kelangkaan karena kekhususan. - Ketidak tepatan waktu pemesanan. - Dan lain-lain. b. Faktor tenaga kerja (Man Power) terdiri dari: - Kekurangan tenaga kerja. - Kemampuan tenaga kerja. - Kesukuan atau nasionalisme atau kultur tenaga kerja. - Dan lain-lain. c. Faktor peralatan (Equipment) terdiri dari: - Kerusakan peralatan. - Kekurangan peralatan. - Kemampuan mandor atau operator yang kurang. - Keterlambatan pengiriman peralatan. - Produktifitas peralatan. - Kesalahan manajemen peralatan. - Dan lain-lain. II-22

23 d. Faktor keuangan (Financing) terdiri dari: - Ketersedian keuangan selama pelaksanaan. - Keterlambatan proses pembayaran oleh Owner. - Tidak adanya uang intensif untuk kontraktor, apabila waktu penyelesaian lebih cepat dari jadwal. - Situasi perekonomian nasional. - Fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar. - Dan lain-lain e. Faktor lingkungan (Environment) terdiri dari : - Faktor sosial dan budaya. - Pengaruh udara panas pada aktifitas konstruksi. - Pengaruh hujan pada aktifitas konstruksi. - Pengaruh keamanan lingkungan terhadap pembangunan proyek. - Dan lain-lain. f. Faktor perubahan (Change) terdiri dari : - Terjadi perubahan desain oleh Owner. - Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana. - Kesalahan dalam penyelidikan tanah. - Kondisi permukaan air bawah tanah di lapangan. - Masalah geologi di lokasi. - Dan lain-lain. g. Faktor hubungan dengan pemerintah (Government Relation) terdiri dari : - Perolehan ijin dari Pemerintah. - Perolehan ijin dari tenaga kerja. - Birokrasi yang berbelit-belit dalam operasi proyek. II-23

24 - Dan lain-lain. h. Faktor kontrak (Contractual Relationship) terdiri dari : - Konflik antara kontraktor dan konsultan. - Tidak adanya kerja sama antara kontraktor dengan Owner. - Keterlambatan Owner dalam pembuatan keputusan. - Negosiasi dan perijinan pada kontrak. - Perselisihan pekerjaan antara bagian-bagian yang berbeda dalam proyek. - Komunikasi yang kurang antara Owner dengan perencana pada perencanaan. - Perbedaan jadwal sub-kontraktor dalam penyelesaian proyek. - Organisasi yang jelek pada kontraktor dan konsultan. - Kontrol kontraktor utama terhadap sub-kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan. - Dan lain-lain i. Faktor waktu dan kontrol (Schedulling and Controlling techniques) terdiri dari : - Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang berjalan. - Prosedur pemeriksaan dan pengetesan dalam proyek. - Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada pekerjaan dalam lokasi proyek. - Kekurangan tenaga dan manajemen terlatih untuk mendukung pelaksanaan konstruksi. - Masalah yang terjadi selama pelaksanaan. - Tidak memenuhi perencanaan awal proyek. - Persiapan dan ijin Shop Drawing. - Menunggu ijin untuk kontrol material. - Dan lain-lain. M.Z. Abd. Majid dan Ronald Mc.Caffer (1997, dalam perpustakaan.uns.ac.id, 2001) membuat korelasi antara faktor yang memengaruhi aspek dalam schedule pelaksanaan proyek. Sebagai contoh, keterlambatan terkait material dipengaruhi oleh faktor-faktor II-24

25 pengiriman/mobilisasi lamban, supplier/subkontraktor tidak handal, material rusak, perencanaan kurang, kualitas jelek, kurangnya monitor dan kendali, dan komunikasi tidak efisien. Lebih lanjut pada penelitian tersebut, dilakukan analisis mengenai faktor yang berkontribusi pada keterlambatan proyek yang dikaji dari penelitian sebelumnya. Hasilnya diperoleh suatu peringkat 25 faktor yang paling berkontribusi atau paling mempengaruhi keterlambatan proyek. Lihat tabel 2.1: Tabel 2.1 Peringkat 25 Faktor yang Paling Memengaruhi Keterlambatan Proyek Factor Aggregate rating based on previous studies Ranking Late delivery or slow mobilization 8 1 Damaged materials 22 2 Poor planning 27 3 Equipment breakdown 31 4 Improper equipment 34 5 Unreliable supplier / subcontractor 34 6 Inadequate fund allocation 35 7 Poor quality 36 8 Absenteeism 44 9 Lack of facilities Inappropriate pratices/procedures Lack of experience Attitude Poor monitoring and control Strike Shortages of personnel Delay payment to supplier/subcontractor Inefficient communication Wrong method statement Unavailability of proper resources Deficient contract Interference with other trades Too many responsibility Subcontractor bankcuptcy Low morale/motivation (Sumber: perpustakaan.uns.ac.id) II-25

26 Tabel 2.1 diperoleh dari review penelitian yang melibatkan 900 organisasi proyek baik di negara maju maupun negara berkembang. Tidak ada perbedaan faktor yang signifikan yang menyebabkan keterlambatan proyek pada negara maju maupun negara berkembang. Artinya faktor-faktor di atas dapat dijadikan acuan dalam menelusuri faktor keterlambatan proyek. Tabel 2.1 akan bermanfaat sebagai suatu daftar checklist untuk mengidentifikasi faktor yang menjadi penyebab keterlambatan proyek dengan memperhatikan ranking yang telah ada. Menemukan penyebab adalah langkah awal penting yang harus dilakukan dalam rangka memetakan masalah-masalah yang mennyebabkan keterlambatan proyek. Solusi atau strategi yang tepat untuk mengatasi keterlambatan akan lebih mudah didapatkan jika proyek telah memetakan faktor utama yang menyebabkan proyek mengalami keterlambatan. Keterlambatan proyek konstruksi yang telah terjadi dilihat dari hasil penelitianpenelitian sebelumnya memiliki banyak faktor, baik faktor yang sepele hingga faktor yang memiliki akibat yang berisiko besar. Proyek konstruksi yang mengalami keterlambatan pada proyek satu dengan yang lainnya belum tentu diakibatkan oleh faktor yang sama, untuk itu penulis meneliti sebuah situasi dan kondisi yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu mengevaluasi keterlambatan proyek yang terjadi pada Proyek Pembangunan Gedung Thamrin Nine Phase 1. Berbagai alasan yang mendasari adanya keterlambatan proyek konstruksi pada penelitian-penelitian sebelumnya menjadi acuan yang mendasar dalam penelitian ini, sehingga akan diperoleh faktor yang memengaruhi keterlambatan proyek di proyek tersebut Jenis keterlambatan proyek Keterlambatan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi 2 jenis (Bramble & Callahan, 1991, dalam Theresia), yaitu : II-26

27 Keterlambatan yang dapat dimaafkan (excusable delay) Keterlambatan jenis ini merupakan keterlambatan yang terjadi diluar prediksi dan kendali siapapun. Menurut Alaghbari et al. (2007, dalam Theresia), secara umum pada kontrak mengizinkan kontraktor mendapatkan perpanjangan waktu kerja kontrak untuk penyelesaian proyek jika keterlambatan proyek itu terjadi, akan tetapi tidak untuk tambahan uang. Excusable delay sendiri terbagi menjadi 2, yaitu : a. Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya (excusable compensatory delay) Keterlambatan proyek yang terjadi ini disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan dari pihak owner untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban dalam kontrak secara tepat. Masalah perubahan gambar rencana, keterlambatan dalam menyetujui gambar kerja, serta pembayaran yang tertunda inilah yang menjadi salah satu contoh penyebab keterlambatan proyek dalam jenis ini. Maka dalam hal ini kontraktor berhak atas ganti rugi biaya dan perpanjangan waktu (Theresia, 2010). Penyebab keterlambatan yang termasuk dalam excusable compensatory delay adalah: - Terlambatnya penyerahan secara total lokasi (site) proyek - Terlambatnya pembayaran kepada pihak kontraktor - Kesalahan pada gambar dan spesifikasi - Terlambatnya pendetailan pekerjaan - Terlambatnya persetujuan atas gambar-gambar fabrikasi. b. Keterlambatan yang mendapatkan ganti rugi waktu (excusable non-compensatory delay) Keterlambatan proyek yang tidak layak mendapat ganti rugi merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh sebuah peristiwa yang tidak terduga dan II-27

28 semuanya berada diluar kendali dan kemampuan baik kontraktor maupun pemilik. Keterlambatan yang diklasifikasikan dalam jenis ini dalam kebanyakan kasus tidak akan mendapatkan kompensasi (ganti rugi), tetapi mungkin diperbolehkan menerima perpanjangan waktu (Majid, 1997, dalam Theresia). Penyebab keterlambatan yang paling sering mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek pada keterlambatan tipe ini, adalah: Act of God, seperti gangguan alam antara lain gempa bumi, tornado, letusan gunung berapi, banjir besar, kebakaran, dan lain-lain Force majure, termasuk di dalamnya adalah semua penyebab Act of God, kemudian perang, huru hara, demo, pemogokan karyawan, dan lain-lain Cuaca. Ketika cuaca menjadi tidak bersahabat dan melebihi kondisi normal maka hal ini menjadi sebuah faktor penyebab keterlambatan yang dapat dimaafkan Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non-excusable delay) Menurut Alaghbari et al. (2007, dalam Theresia), keterlambatan ini disebabkan oleh kontraktor, subkontraktor, atau supplier, bukan karena kesalahan pemilik. Kontraktor mungkin berhak atas kompensasi dari subkontraktor atau supplier, tetapi tidak ada kompensasi dari pemilik. Oleh karena itu, keterlambatan yang tidak bisa dimaafkan ini mengakibatkan tidak ada tambahan uang dan tidak ada waktu tambahan yang diberikan kepada kontraktor. Bahkan sebaliknya, pemilik berhak untuk mengenakan denda atau meminta ganti rugi biaya kepada kontraktor akibat keterlambatan tersebut. Adapun penyebab non-excusable delay, sebagai berikut: a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan tidak tersusun dengan baik b. Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja c. Keterlambatan dalam penyerahan shop drawing / gambar kerja II-28

29 d. Keterlambatan penyediaan alat / material e. Penanganan keberadaan dan kualitas dari alat atau material yang buruk f. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek g. Mobilisasi sumberdaya yang lambat h. Kesalahan mengkoordinasikan pekerjaan, bahan serta peralatan i. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang atau diperbaiki Karena cacat atau salah j. Kesalahan dalam pengelolaan keuangan proyek k. Kesalahan dalam mempekerjakan personil yang tidak cakap l. Kurangnya pengalam kontraktor m. Metode konstruksi / teknik pelaksanaan yang salah / tidak tepat n. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja / pengunjung Menurut Donal S Barie (1984, dalam Jurnal Civronlit Universitas Batanghari Jambi Tahun 2016), keterlambatan dapat disebabkan oleh pihak-pihak yang berbeda, yaitu sebagai berikut. 1. Pemilik atau wakilnya (Delay caused by owner or his agent). Bila pemilik atau wakilnya menyebabkan suatu keterlambatan, katakan misalnya karena terlambatpemberian gambar kerja atau keterlambatan dalam memberikan persetujuan terhadap gambar, maka kontraktor umumnya akan diperkenankan untuk mendapatkan perpanjangan waktu dan juga boleh mengajukan tuntutan yang sah untuk mendapatkan kompensasi ektranya. 2. Keterlambatan oleh pihak ketiga yang diperkenankan (Excusable triedparty delay). Sering terjadi keterlambatan yang disebabkan oleh kekuatan yang berbeda diluar jangkauan pengendalian pihak pemilik atau kontraktor. Contoh yang umumnya tidak dipersoalkan lagi diantaranya adalah kebakaran, banjir, gempa bumi dan hal yang lain disebut sebagai tindakan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal-hal lainnya yang II-29

30 sering kali menjadi masalah perselisihan meliputi pemogokan, embargo untuk pengangkutan, kecelakaan dan keterlambatan dalam menyerahkan yang bias dimengerti. Termasuk pula yang tidak dapat dimasukkan dalam kondisi yang telahada pada saat penawaran dilakukan dan keadaan cuaca buruk. Dalam hal ini dapat disetujui, tipe keterlambatan dari tipe-tipe ini umumnya menghasilkan perpanjangan waktu namun tidak disertai dengan konpensasi tambahan. 3. Keterlambatan yang sebabkan kontraktor (contractor-caused delay). Keterlambatan semacam ini umumnya akan berakibat tidak diberikannya perpanjangan waktu dan tiada pemberian suatu konpensasi tambahan. Sesungguhnya pada situasi yang ektrim maka hal-hal ini akan menyebabkan terputusnya ikatan kontrak Dampak keterlambatan Menurut Levis dan Atherley (1996, dikutip oleh Suyatno, 2010), keterlambatan akan berdampak pada perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Keterlambatan dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun kedua-duanya. Adapun dampak keterlambatan pada owner adalah hilangnya potensial income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai waktu yang ditetapkan, sedangkan pada kontraktor adalah hilangnya kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatnya biaya tidak langsung (indirect cost) karena bertambahnya pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan serta mengurangi keuntungan. Obrein JJ (1976, dalam Muhamat Fajar, 2015), menyimpulkan bahwa dampak keterlambatan menimbulkan kerugian anrata lain, 1. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah bisa digunakan atau disewakan. II-30

31 2. Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek berarti naiknya overhead karena bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga merugikan akibat kemungkinan naiknya harga karena inflasi dan naiknya upah buruh, juga akan terta hannya modal kontraktor yang kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain. 3. Bagi konsultan, keterlambatan akan mengalami kerugian waktu, karena dengan adanya keterlambatan tersebut konsultan yang bersangkutan akan terhambat dalam mengagendakan proyek lainnya Research gap Research Gap adalah celah-celah atau senjang penelitian yang dapat dimasuki oleh seorang peneliti berdasarkan pengalaman atau temuan peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian ilmiah didasarkan untuk mendapatkan sebuah jawaban baru terhadap sesuatu yang menjadi masalah. Oleh karena itu peneliti harus berhadapan dengan sesuatu yang menjadi masalah yang didukung oleh pembenaran atau justifikasi penelitian yang baik dan berupaya untuk mencari jawaban yang baru dari masalah yang memang penting diteliti (Anwar Sanusi, 2012 dalam Dian Pranata, 2016). Sedangkan untuk ciri-ciri research gap itu sendiri biasanya berupa sebagai berikut: a. Tatanan konseptual yang baik, tetapi belum ada pembuktian empiris. b. Masalah penelitian yang belum berhasil dijawab atau hipotesis yang belum berhasil dibuktikan. c. Temuan penelitian yang kontroversial terhadap penelitian sejenis lainnya. Berikut tabulasi 11 jurnal ilmiah teknik sipil dengan rentan 4 tahun terakhir yang telah dikaji secara mendalam dan telah ditinjau celah penelitiannya. Selanjutnya akan dikelompokkan berdasarkan tinjauan topiknya dan dibagi menjadi beberapa bagian sebagaimana dijelaskan di atas sebagai dasar penelitian ini. II-31

32 Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu NO. JUDUL AUTHOR TAHUN MASALAH TUJUAN 1 Analisis Frekuensi, Dampak, dan Jenis Keterlambatan pada Proyek Konstruksi (Sumber: data olahan penulis) Theresia Monica Sudarsono, Olivia Christie and Andi - Keterlambatan pada Proyek Konstruksi Untuk mengetahui faktor yang paling sering terjadi, faktor yang berdampak besar terhadap waktu penyelesaian proyek, dan untuk mengetahui termasuk jenis keterlambatan apakah faktor-faktor tersebut menurut pengalaman dan harapan kedua pihak METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif HASIL PENELITIAN Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor keterlambatan yang berdampak paling besar menurut pandangan pemilik adalah kurangnya tenaga kerja Faktor keterlambatan yang berdampak paling besar menurut pandangan kontraktor adalah perubahan desain dan pengambilan keputusan yang lambat oleh pemilik proyek Berdasarkan pengalaman kedua pihak, untuk jenis keterlambatan pada proyek ini adalah non-excusable delay Terdapat perbedaan pandangan mengenai harapan kedua pihak yang cenderung menginginkan ganti rugi yang bersifat menguntungkan diri sendiri II-32

33 Tabel 2.2 Jurnal Penelitian Terdahulu (Lanjutan) NO. JUDUL AUTHOR TAHUN MASALAH TUJUAN 2 Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Proyek Konstruksi Jalan Tol (Studi Kasus : Jalan Bebas Hambatan Medan- Kualanamu ) (Sumber: data olahan penulis) Mhd. Reza Adhiputra, Syahrizal, dan Andy Putra Rambe - Keterlambatan pada proyek konstruksi jalan tol Medan- Kualanamu mencari faktor penyebab keterlambatan proyek konstruksi jalan tol Medan- Kualanamu METODE PENELITIAN Pendekatan Kuantitatif (wawancara kuesioner) HASIL PENELITIAN Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada proyek ini adalah : 1). Kurangnya jumlah tenaga kerja dilapangan, memiliki nilai Kandall s adalah 55,4 %, nilai Spearman s adalah 50,2 % dan nilai Rank Mean adalah 2,7 2). Terjadi sengketa lahan, memiliki nilai Kandall s adalah 77,4 %, nilai Spearman s adalah 77,7 % dan nilai Rank Mean adalah 3,6333 3). Sulitnya pembebasan lahan oleh masyarakat, memiliki nilai Kandall s adalah 79,5 %, nilai Spearman s adalah 80,2% dan nilai Rank Mean adalah 3,8333 4). Keamanan kerja dilapangan yang kurang terjamin, memiliki nilai Kandall s adalah 65,8 %, nilai Spearman s adalah 70,2% dan nilai Rank Mean adalah 3,4667 II-33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang terbatas dengan sumber daya tertentu untuk mendapatkan hasil konstruksi yang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Soeharto (1995), kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber

Lebih terperinci

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI Theresia Monica Sudarsono 1, Olivia Christie 2 and Andi 3 ABSTRAK: Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa kemungkinan terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian 2.1.1. Klaim Konstruksi Klaim secara umum didefinisikan sebagai sebuah permintaan atau permohonan (Nazarkhan Yasin, 2008), di Indonesia hampir semua batasan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan didalamnya merupakan salah satu upaya manusia dalam membangun kehidupannya. Suatu proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data kuesioner yang diberikan kepada 50 responden, penelitian tentang studi mengenai faktor-faktor penghambat pelaksanaan proyek konstruksi di Timor-Leste

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Gedung Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan membuat suatu bangunan, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan teknik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyelesaian proyek secara umum sebagai berikut : 2. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( ratarata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyelesaian proyek secara umum sebagai berikut : 2. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( ratarata BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dari hasil analisis yang diperoleh dari 30 responden, yaitu kontraktor di Kota Jambi, maka didapatkan kesimpulan mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dalam analisis ini termasuk penelitian survey, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dalam analisis ini termasuk penelitian survey, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Penelitian dalam analisis ini termasuk penelitian survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dalam suatu proyek konstruksi, waktu merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, sebisa mungkin pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Husen (2011), proyek adalah gabungan dari sumber sumber daya seperti manusia, material, peralatan, dan biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 5.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan kerja a. Faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Dan Manajemen Proyek Proyek adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan, dan dilaksanakan sampai benar-benar memberikan hasil atau keluaran-keluaran

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI 7.1 Pengertian Manajemen Konstruksi Manajemen adalah suatu metode atau teknik untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 8 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumberdaya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006) dalam Findy Kamaruzzaman (2010), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian mengenai analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pembangunan Grand Ballroom Royal Ambarrukmo dan cara yang digunakan untuk mengurangi keterlambatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi merupakan rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan tehnik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Proyek Kinerja Proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang disepakati

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Semua proyek konstruksi pasti memiliki rencana anggaran biaya serta jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan dapat berjalan sesuai

Lebih terperinci

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 181-190 PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT 1 Sanny Stephanie dan 2 Dwi Dinariana 1 Program S1

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk

BAB III LANDASAN TEORI. mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk 9 BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015 ANALISIS KEUNTUNGAN KONTRAKTOR AKIBAT VARIASI SISTEM PEMBAYARAN DAN JADWAL PELAKSANAAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Tinjauan Umum Kontraktor memerlukan strategi agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan yaitu berupa kualitas konstruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek konstruksi Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Keterlambatan Pengertian penundaan (delay) adalah sebagian waktu pelaksanaan yang tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jasa Konstruksi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang menyediakan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang dibedakan menurut bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jasa Konstruksi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang menyediakan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang dibedakan menurut bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya bersifat

Lebih terperinci

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Kontraktor Konsultan Perencana Pemilik Konsultan Pengawas Gambar 3.1. Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu ilmu yang dinamakan MANAJEMEN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu ilmu yang dinamakan MANAJEMEN. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Konstruksi Bagaimana cara penanganan yang tepat, sebenarnya tidak ada suatu cara yang yang mutlak dan sempurna, dan harus selalu dikembangkan pada setiap saat sesuai

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari pekerjaan awal proyek sampai akhir pekerjaan proyek. Disetiap progress pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegagalan pada Proyek Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata penghambat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata penghambat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Pengertian Penghambat Kata penghambat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang menghambat (merintangi, menahan,

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MENURUT PRESEPSI KONTRAKTOR

FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MENURUT PRESEPSI KONTRAKTOR FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MENURUT PRESEPSI KONTRAKTOR Abstrack Jambi city is one of the develop cities in Sumatera Island, especially on infrastructure and the economy.construction

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2005), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya Konstruksi Biaya konstruksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu proyek. Kebijakan pembiayaan biasanya dipengaruhi oleh kondisi keuangan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ideal, hal yang paling memuaskan dan dinilai sukses. dari suatu bentuk kegiatan adalah ketika kegiatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ideal, hal yang paling memuaskan dan dinilai sukses. dari suatu bentuk kegiatan adalah ketika kegiatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengantar Secara ideal, hal yang paling memuaskan dan dinilai sukses dari suatu bentuk kegiatan adalah ketika kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai perencanaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek jalan menurut pandangan pemilik, kontraktor,

Lebih terperinci

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan

BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan BAB VI LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Dalam setiap proyek konstruksi, perencanaan, dan pengendalian merupakan aspek yang harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya sebuah proyek, mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu dan sudah terjadwal, kapan pelaksanaan proyek harus dimulai, dan kapan harus

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Manajemen proyek konstruksi adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian, dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DAN ALTERNATIF PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS : DI MANADO TOWN SQUARE III)

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DAN ALTERNATIF PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS : DI MANADO TOWN SQUARE III) FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DAN ALTERNATIF PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS : DI MANADO TOWN SQUARE III) Haekal Hassan Jantje B. Mangare, Pingkan A. K. Pratasis Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek membutuhkan berbagai

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1. Uraian Umum S-Curve atau Kurva S adalah suatu grafik hubungan antara waktu pelaksanaan proyek dengan nilai akumulasi progres pelaksanaan proyek mulai dari awal hingga proyek

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek BAB III LANDASAN TEORI A. Manajemen Proyek Menurut Widiasanti (2013) manajemen diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang. Pengertian

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi merupakan bagian yang penting dari sistem informasi manajemen proyek.

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JADWAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2010 (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo Utama)

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JADWAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2010 (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo Utama) PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JADWAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2010 (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo Utama) David M. Walean R.J.M. Mandagi., J. Tjakra, G.Y. Malingkas Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK Dalam pelaksanaan suatu proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari rencana, makapengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar kejadian-kejadian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Dalam menjalankan operasionalnya perusahaan membutuhkan suatu sistem yang memiliki kemampuan untuk mendukung dan mempersatukan berbagai tujuan ke dalam suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI MANAJEMEN PROYEK Pengertian sederhana dari manajemen proyek adalah proses dalam pencapaian suatu tujuan yang telah disepakati dan dibatasi dengan waktu dan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I MANAGEMENT PROYEK

BAB I MANAGEMENT PROYEK BAB I MANAGEMENT PROYEK PENDAHULUAN Kemajuan dalam kegiatan industri pada bebrapa aspek memerlukan manajemen atau ketelitian serta keamanan yang tinggi dalam rangka memperoleh hasil yang sesuai harapan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

COST CONTROL Rencana Anggaran Pelaksana

COST CONTROL Rencana Anggaran Pelaksana 1 COST CONTROL Pada bab Cost control akan membahas kegiatan pengendalian dan evaluasi biaya proyek sejak saat proyek tersebut dimulai sampai dengan proyek tersebut selesai berdasarkan suatu tolak ukur

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU PADA PEMBANGUNAN JARINGAN DAERAH IRIGASI SANGKUP KIRI

ANALISA PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU PADA PEMBANGUNAN JARINGAN DAERAH IRIGASI SANGKUP KIRI ANALISA PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU PADA PEMBANGUNAN JARINGAN DAERAH IRIGASI SANGKUP KIRI Jenaldo O. Gerung A. K. T. Dundu, Jantje B. Mangare Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Pengertian Proyek Menurut Nokes (2007), proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaanya dan waktu selesainya (dan biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisisi dan penegertian penghambat Kata penghambat dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang menghambat (merintangi, menahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek Manajemen proyek secara harfiah terbangun dari dua kata, yaitu manajemen dan proyek. Sehubungan dengan itu, maka sebelum mengemukakan

Lebih terperinci

3.1 STRUKTUR ORGANISASI LAPANGAN Gambar.3.1 Struktur Organisasi Lapangan (Sumber : Proyek Lexington Residence PT. PP (Persero), Tbk) III -1 3.1.1 Project Manager (PM) Project manager adalah pihak yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALYSIS OF FACTORS - FACTORS AFFECTING THE COST OVERRUNS ON CONSTRUCTION PROJECTS IN SURABAYA Ari Swezni, Retno

Lebih terperinci

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Henry Pascal Magaline 1, Alvin Januar Haryono 2, Andi 3 ABSTRAK : Biaya overhead sebuah proyek merupakan salah satu unsur harga pokok

Lebih terperinci

Adapun pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat diketahui dengan beberapa metode sebagai berikut:

Adapun pengukuran produktivitas tenaga kerja dapat diketahui dengan beberapa metode sebagai berikut: 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Produktivitas secara umum, produktvitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan yang dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1 Pengertian Manajemen Proyek BAB II Tinjauan Pustaka Manajemen proyek secara harfiah terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan proyek. Sehubungan dengan itu maka sebaiknya kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala yang sudah diperhitungkan maupun kendala yang di luar perhitungan. Kendalakendala tersebut diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimalisasi Biaya dan Waktu Dalam pelaksanaan pembangunan proyek kontruksi sering mengalami keterlambatan akibat berbagai hal yang menyebabkan terjadinya kerugian materi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Sumber daya merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Sumber daya merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu tertentu dengan sumber daya yang terbatas dan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. optimal dalam hal kinerja, mutu dan waktu, serta keslamatan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. optimal dalam hal kinerja, mutu dan waktu, serta keslamatan kerja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Manajemen proyek merupakan penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan ketrampilan, cara teknis yang terbaik dengan sumber daya yang terbatas untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian terhadap sejumlah responden di Yogyakarta dan Malang sebanyak 58 responden dengan rincian 31 responden di Yogyakarta dan 27 responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam sebuah penelitian data yang diperlukan harus dikumpulkan dan dianalisis untuk sampai pada solusi. Umumnya dalam melaksanakan kegiatan penelitian, biasanya

Lebih terperinci

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Muzayamah (2008), proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan dan kejadian yang saling terkait untuk mencapai tujan tertentu dan membuahkan hasil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan pembangunan di segala bidang semakin dirasakan, terutama di negara yang sedang berkembang, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan suatu proyek terdapat tiga aspek pokok yang merupakan indiaktor keberhasilan proyek yaitu biaya, jadwal, dan mutu. Jika biaya, waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah salah satu fungsi bisnis yang penting di dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Menurut Soeharto (1997), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005).

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi manpower, material, machines, money, method (Ervianto,2005). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian proyek Manajemen konstruksi (construction management), adalah bagaimana agar sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK 2.1 DATA PROYEK A. Lokasi Proyek Proyek Apartemen Green Bay dibangun di atas pantai,lalu di urug dengan tanah dengan luas total sebesar m2 127.881 dengan detail

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.. Kesimpulan Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang berkedudukan sebagai kontraktor dan konsultan yang berada di daerah DKI Jakarta. Sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

ABSTRAK ABSTRACT. Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya PERBANDINGAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN LIFT BARANG DUA LANTAI DENGAN METODE CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : CV. Prisma Tehnik Gemilang Gresik) Fatoni Azis Teknik Industri, Universitas 17

Lebih terperinci