BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Menurut Soeharto (1997), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Menurut Ervianto (2002) proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya sekali dan umumnya dalam jangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Selain itu proyek konstruksi memiliki 3 (tiga) karakteristik yaitu: bersifat unik, membutuhkan sumber daya (uang, mesin, metoda, dan material), dan membutuhkan organisasi. 2.2 Sasaran Proyek Menurut Soeharto (1999), sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Setiap proyek mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti pembuatan rumah tinggal, jalan dan jembatan, serta instalasi pabrik. Selama proses mencapai tujuan tersebut terdapat tiga sasaran pokok dalam pengerjaan suatu proyek, yaitu besarnya biaya yang dialokasikan, jadwal kegiatan, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga sasaran tersebut erat hubungannya dan saling terkait antara satu dengan lainnya. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja, produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka harus diikuti dengan kenaikan mutu yang berdampak pada naiknya biaya rencana. Sebaliknya apabila ingin menekan biaya, maka umumnya akan menurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut terpenuhi. 4

2 2.3 Manajemen Proyek Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling), yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. (Soeharto, 1999) Tujuan Manajemen Proyek Tujuan dari manajemen proyek adalah untuk mendapatkan metode atau cara yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil yang maksimal. (Wulfram 2007). Menurut Soeharto (1999), tujuan dari proses manajemen proyek adalah sebagai berikut : 1. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi keterlambatan dalam penyelesaian suatu proyek. 2. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan di luar biaya yang telah di rencanakan. 3. Kualitas sesuai dengan persyaratan dan proses kegiatan sesuai persyaratan Fungsi Manajemen Proyek Manajemen pengolahan pada proyek konstruksi meliputi penerapan fungsi-fungsi dasar manajemen. Pengolahan proyek akan berhasil dan terhindar dari keterlambatan jika semua fungsi manajemen dilaksanakan secara efektif. Hal ini dapat tercapai dengan cara menyediakan sumber daya yang dibutuhkan dan menyediakan kondisi yang tepat sehingga memungkinkan orang-orang melaksanakan tugasnya masing-masing (Ervianto, 2002). Fungsi-fungsi manajemen pada proyek konstruksi meliputi : a. Perencanaan Setiap proyek konstruksi selalu diawali dengan membuat perencanaan. Agar proses perencanaan dapat berjalan dengan baik, maka harus ditentukan dahulu sasaran utamanya. Perencanaan sebaiknya mencangkup penentuan 5

3 berbagai cara yang memungkinkan. Kemudian menentukan salah satu cara yang paling tepat dengan mempertimbangkan semua kendala. Perkiraan dan jenis sumber daya yang dibutuhkan dalam suatu proyek konstruksi meruapakan hal yang penting untuk mencapai keberhasilan proyek sesuai dengan tujuan. Kontribusi sumber daya dalam perencanaan memungkinkan perumusan suatu atau beberapa rencana yang akan memberi gambaran secara menyeluruh tentang metode konstruksi yang akan digunakan dalam mencapai tujuan. b. Pengorganisasian Pengorganisasian dilakukan oleh seorang pemimpin yang bertugas membantu dan mengarahkan tim mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pekerjaan. Perilaku kepemimpinan yang terdapat pada organisasi adalah : 1. Merencanakan dan menjadwalkan kegiatan-kegiatan untuk melakukan koordinasi dalam menyelesaikan proyek tepat waktu. 2. Membantu menetapkan standar dan metode untuk memperkirakan kemajuan dan kinerja proyek. 3. Menyususn dan memimpin pertemuan untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan dengan cara yang sistematis. c. Pengisian Staf Tahap ini merupakan tahap awal dalam perencanaan personal yang akan ditunjuk sebagai pengelolaan pelaksanaan proyek. Sukses tidaknya proyek ditentukan oleh kecermatan dan kecepatan dalam memposisikan seseorang pada keahliannya. Ketepatan personal pada posisinya bukan menjamin suksesnya suatu proyek, karena harus mempertimbangkan ketepatan waktu dari personal untuk menduduki jabatan sesuai keahliannya. Definisi dari pengisian staff adalah pengerahan, penempatan, pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dengan tujuan dihasilkan kondisi personal yang tepat (right people), tepat posisi (right position), serta waktu yang tepat (right time). 6

4 d. Pengarahan Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya. Jika tahap penempatan staf telah dilakukan dengan tepat, maka tim harus diberi tandatanda atau penjelasan tentang lingkup pekerjaan dan kapan pekerjaan tersebut harus diselesaikan. Dalam organisasi proyek terdapat biasanya kepala proyek yang memiliki tugas utama yaitu memberi perintah kepada staffnya untuk melakukan kegiatan agar dapat dilakukan dalam waktu berurutan atau bersamaan. e. Pengkoordinasian Pemantauan prestasi kegiatan dilakukan sebagai jbahan untuk melakukan langkah perbaikan, baik kondisi proyek dalam keadaan terlambat atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan bersama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut sehingga diperlukan agenda acara yang mempertemukan semua unsur. Kegiatan ini dinamakan langkah koordinasi. f. Pengawasan Pengawasan adalah proses penilaian selama pelaksaan kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan yang direncana, dengan mengusahakan agar semua anggota kelompok melaksanakan kegiatan yang berpedoman pada perencanaan serta mengadakan tindakan korelatif apabila terjadi penyimpangan. Unsur pengawasan ini sangat erat hubungannya dengan pengendalian, karena sebenarnya pengendalian selalu memerlukan pengawasan yang merupakan umpan balik yang diperlukan untuk menjaga proses pelaksanaan tetap berjalan yang benar sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. 2.4 Perencanaan dan Penjadwalan Proyek Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk melaksanakan kegiatan (Soeharto, 1997). 7

5 Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat yang digunakan untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu tertentu, dimana setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya yang ekonomis (Callahan, 1992) Rencana Kerja Sebelum pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi dimulai, biasanya didahului dengan penyusunan rencana kerja yang disesuaikan dengan metode konstruksi yang akan digunakan. Pihak pengelola proyek melalukan pendataan lokasi proyek guna mendapatkan informasi detail untuk keperluan penyusunan rencana kerja. Dalam menyususn rencana kerja, perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut (Ervianto, 2002) a. Keadaan Lokasi Proyek Hal ini dilakukan untuk memperkirakan hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaan pekerjaan. b. Kemampuan Tenaga Kerja Informasi detail mengenai jenis dan macam kegiatan yang berguna untuk memperkirakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang harus disediakan. c. Pengadaan Material Konstruksi Perlu diketahui dengan pasti macam, jenis, dan jumlah material yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Pemilihan jenis material yang akan digunakan harus dilakukan diawal proyek, lalu dipisahkan berdasarkan jenis material yang memerlukan waktu untuk pengadaan, seperti material pabrikasi biasanya tidak dapat dibeli setiap saat, namun memerlukan sejumlah waktu untuk proses produksi. Hal ini penting untuk membuat jadwal rencana pengadaan material konstruksi. d. Pengadaan Alat Pembangunan Kegiatan yang memerlukan peralatan pendukung pembangunan harus dideteksi secara jelas karena berkaitan dengan pengadaan peralatan. Jenis, 8

6 kapasitas, kemampuan serta kondisi peralatan harus disesuaikan dengan kegiatannya. e. Gambar Kerja Selain gambar rencana, pelaksanaan proyek konstruksi juga memerlukan gambar kerja untuk bagian-bagian tertentu. Untuk itu, perlu dilakukan pendataan bagian-bagian yang memerlukan gambar kerja. f. Kontinuitas Pelaksanaan Pekerjaan Dalam penyusunan rencana kerja, faktor paling penting yang harus dijamin oleh pengelola proyek adalah kelangsungan dari susunan rencana kegiatan setiap item pekerjaan Penjadwalan Proyek Penjadwalan memiliki dua fungsi yaitu fungsi pengorganisasian dan fungsi pengendalian. Dalam melaksanakan proyek konstruksi, terdapat tiga faktor yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan proyek konstruksi tersebut, yaitu biaya, mutu, dan waktu. Pengalaman menunjukkan bahwa pemborosan biaya saat pelaksanaan lebih disebabkan oleh ketidaktepatan dalam pengambilan keputusan pada tahap penjadwalan. Oleh karena itu merencanakan jadwal pelaksanaan sangat penting dalam suatu proyek konstruksi (Soeharto,1997). Proses penjadwalan perlu memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi pembuatan jadwal proyek. Pemahaman faktor-faktor tersebut dilakukan dengan mengkaji 6 tahapan dalam proses penjadwalan yaitu (Praboyo, 1999): a. Identifikasi aktivitas-aktivitas proyek Identifikasi aktivitas bertujuan untuk mengetahui secara rinci kegiatankegiatan yang akan dilakukan selama pelaksanaan proyek. Pengidentifikasian aktivitas yang baik dan lengkap biasanya diperoleh dari peninjauan, pemahaman dan analisa cermat atas semua dokumen kontrak proyek yang ada, karena itu dokumen kontrak proyek benar-benar lengkap menginformasikan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan. b. Estimasi durasi aktivitas Estimasi durasi aktivitas adalah memperkirakan panjang waktu yang perlu untuk menyelesaikan aktivitas tersebut. Durasi aktivitas adalah fungsi dari 9

7 jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dan produk kerja setiap satuan waktu. Kuantitas pekerjaan dapat diketahui dari lingkup atau dokumen kontrak, sedangkan produk kerja tiap satuan waktu diperoleh dari data dan pengalaman dengan memperhatikan ketersediaan semua sumber daya (bahan, alat, tenaga kerja) dan kendala-kendala yang mungkin mempengaruhi produktivitas. c. Penyusunan rencana kerja proyek Penyusunan rencana kerja proyek dimaksudkan untuk menentukan urutan aktivitas kerja dalam melaksanakan proyek. Urutan aktivitas ini diperlukan untuk menggambarkan hubungan antara berbagai aktivitas yang ada dalam proses pelaksanaan proyek. d. Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek pada dasarnya adalah penentuan kapan suatu aktivitas harus mulai dan berakhir. Rangkaian aktivitasaktivitas dengan durasinya masing-masing yang telah diurutkan akan membentuk rangkaian penjadwalan aktivitas, yang akan menjadi jadwal pelaksanaan proyek. Penentuan jadwal proyek ini pada umumnya perlu memenuhi total waktu yang disediakan untuk menyelesaikan proyek. e. Peninjauan kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat Peninjauan kembali jadwal bertujuan untuk menjamin bahwa jadwal proyek masuk akal dan lengkap, sedangkan analisa jadwal bermaksud menjamin bahwa jadwal tersebut merupakan rencana yang dapat dikerjakan dengan telah mempertimbangkan sumber daya dan manajerial yang ada. f. Penerapan jadwal Penerapan jadwal merupakan tahap akhir proses perencanaan dan penjadwalan proyek, dimana jadwal sudah harus lengkap dan akurat untuk dipakai melaksanakan dan memonitor pelaksanaan proyek. 2.5 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Penggolongan kualifikasi didasarkan pada kriteria tingkat atau kedalaman kompetensi dan potensi kemampuan usaha, serta kemampuan melakukan 10

8 pelaksanaan pekerjaan konstruksi berdasarkan kriteria resiko dan atau kriteria penggunaan teknologi dan atau kriteria besaran biaya (nilai proyek atau nilai pekerjaan) Penetapan Kualifikasi 1. Badan Usaha yang berbadan hukum yang bersifat umum tanpa pengalaman atau baru berdiri dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal disetor sama atau lebih dari 1 miliar tercantum dalam akta pendirian atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 5 dan maksimum 4 sub bidang pekerjaan atau bagian sub bidang pekerjaan. 2. Badan Usaha kualifikasi Gred 5 baru sebagaimana dimaksud pada No.1 diatas setelah 6 bulan sejak diterbitkan sertifikatnya, dapat menambah subbidang atau bagian subbidang pekerjaan baru sesuai dengan perolehan pekerjaan dari subbidang atau bagian subbidang pekerjaan yang dimilikinya, dengan melampirkan bukti perolehan pekerjaan tersebut, batas jumlahnya sesuai dengan yang ditetapkan untuk kualifikasi Gred Badan Usaha yang berbadan hukum bersifat spesialis tanpa pengalaman atau baru berdiri, dan memiliki persyaratan serta memiliki modal disetor sama atau lebih besar dari 1 miliar yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 5 satu subbidang pekerjaan atau satu subbidang pekerjaan. 4. Badan Usaha bersifat umum tanpa pengalaman atau berdiri, dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari 1 miliar dan yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 2 dengan maksimum 4 (empat) subbidang atau bagian subbidang pekerjaan 5. Badan Usaha bersifat spesialis tanpa pengalaman dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 milyar yang tercantum didalam akta pendirian atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 2, dengan maksimum diberi 1 subbidang atau 1 bagian subbidang pekerjaan. 6. Badan Usaha asing dapat langsung diberikan kualifikasi Gred 7 11

9 Tabel 2.1 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi Kualifikasi Golongan Bentuk Badan Usaha Batas Nilai proyek Gred 1 Mikro Perseorangan 100 Juta Gred 2 Kecil CV, Firma, Kopereasi atau PT, tidak termasuk 300 Juta badan usaha PT-PMA Gred 3 Kecil CV, Firma, Kopereasi atau PT, tidak termasuk 600 Juta badan usaha PT-PMA Gred 4 Kecil PT, Firma, Koperasi atau CV, tidak termasuk 1 M badan usaha PT-PMA Gred 5 Menengah Harus berbentuk PT, tidak termasuk badan > 1 M s/d 10 M usaha PT-PMA Gred 6 Besar Perseroan Terbaras (PT) > 1 M s/d 25 M Gred 7 Besar Perseroan Terbaras (PT), > 1 M s/d tak termasuk badan usaha terbatas PT-PMA Pengertian Keterlambatan Proyek Keterlambatan menurut Ervianto (2003) adalah sebagian waktu pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan sehingga menyebabkan satu atau beberapa kegiatan yang mengikuti menjadi tertunda atau tidak dapat diselesaikan tepat sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Menurut Praboyo (1999) keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya selalu menimbulkan akibat yang merugikan pemilik maupun kontraktor karena dampak keterlambatan menyebabkan konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu, dan biaya tambah. 12

10 2.6.1 Dampak Keterlambatan Proyek O brien (1976) menyatakan bahwa dampak dari keterlambatan proyek menimbulkan kerugian pada kontraktor, konsultan, dan owner. Kerugian tersebut antara lain: 1. Pihak Kontraktor Keterlambatan penyelesaian proyek berakibat naiknya overhead, karena bertambah panjangnya waktu pelaksanaan. Biaya overhead meliputi biaya untuk perusahaan secara keseluruhan, terlepas ada tidaknya kontrak yang sedang ditangani. 2. Pihak Konsultan Jika pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan maka konsultan akan mengalami kerugian waktu dan akan terlambat dalam mengerjakan proyek yang lainnya. 3. Pihak Owner Keterlambatan proyek pada pihak pemilik atau owner, berarti kehilangan penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah dapat digunakan atau disewakan. Apabila pemilik adalah pemerintah, untuk fasilitas umun misalnya rumah sakit tentunya keterlambatan akan merugikan pelayanan kesehatan masyarakat, atau merugikan program pelayanan yang telah disusun. Kerugian ini tidak dapat dinilai dengan uang dan tidak dapat dibayar kembali. Sedangkan apabila pihak pemilik adalah non pemerintah, misalnya pembangunan gedung, pertokoan, atau hotel, tentu jadwal pemakaian gedung tersebut akan mundur dari waktu yang direncanakan, sehingga ada waktu kosong tanpa mendapatkan uang Penyebab Keterlambatan Proyek Menurut Assaf (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi terdiri dari sembilan (9) faktor dan 45 subfaktor yaitu: 1. Faktor bahan terdiri dari 6 subfaktor : a. Kekurangan bahan konstruksi b. Perubahan material pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi c. Keterlambatan pengiriman barang 13

11 d. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan e. Keterlambatan pabrikasi khusus bahan bangunan f. Ketidaktepatan waktu pemesanan 2. Faktor tenaga kerja terdiri dari 3 subfaktor : a. Kekurangan tenaga kerja b. Kemempuan tenaga kerja c. Kesukaan atau nasionalisme atau kultur tenaga kerja 3. Faktor peralatan terdiri dari 6 subfaktor : a. Kerusakan peralatan b. Kekurangan peralatan c. Kemempuan mandor atau operator yang kurang d. Keterlambatan pengiriman peralatan e. Produktivitas peralatan f. Kesalahan manajemen peralatan 4. Faktor keuangan terdiri dari 4 subfaktor : a. Ketersediaan keuangan selama pelaksanaan b. Keterlambatan proses pembayaran pembayaran oleh owner c. Tidak adanya uang insensif untuk kontraktor, apabila waktu penyelesaian lebih cepat dari jadwal d. Situasi perekonomian nasional (krisis moneter) 5. Faktor lingkungan terdiri dari 4 subfaktor : a. Faktor sosial dan budaya b. Pengaruh udara panas pada aktivitas konstruksi c. Pengaruh hujan pada aktivitas konstruksi d. Pengaruh keamanan lingkungan terhadap pembangunan proyek 6. Faktor perubahan terdiri dari 5 subfaktor : a. Terjadi perubahan desain oleh perencana b. Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana c. Kesalahan dalam penyelidikan tanah d. Kondisi permukaan air ba wah tanah di lapangan e. Masalah geologi di lokasi 14

12 7. Faktor hubungan dengan pemerintah terdiri dari 3 subfaktor : a. Perolehan ijin dari pemerintah b. Perolehan ijin tenaga kerja c. Birokrasi yang berbelit-belit dalam operasi proyek 8. Faktor kontrak terdiri dari 6 subfaktor : a. Konflik antara kontraktor dan konsultan b. Tidak ada kerja sama antara kontraktor dengan owner c. Keterlambatan owner dalam pembuatan keputusan d. Negosiasi dan perijinan pada kontrak e. Perselisihan pekerjaan antara bagian-bagian yang berbeda dalam proyek f. Komunikasi yang kurang antara owner dengan perencana 9. Faktor waktu dan kontrol terdiri dari 8 subfaktor : a. Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang berjalan b. Prosedur pemeriksaan dan pengetesan dalam proyek c. Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada pekerjaan dalam lokasi proyek d. Kekurangan tenaga dan manajemen terlatih untuk mendukung pelaksanaan konstruksi e. Masalah yang terjadi selama pelaksanaan f. Tidak memenuhi perencanaan awal proyek g. Persiapan dan ijin shop drawing h. Menunggu ijin untuk kontrol material Menurut Lewis dan Atherley dalam buku Langford (1999), mengidentifikasi beberapa penyebab keterlambatan, yaitu : 1. Keterlambatan pembayaran oleh owner 2. Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek oleh kontraktor 3. Kesalahan pengelolaan material oleh kontraktor 4. Kekurangan tenaga kerja oleh kontraktor 5. Hujan deras atau lokasi pekerjaan yang tergenang air 6. Keadaan tanah yang berbeda dari yang diharapkan 7. Pekerjaan tambahan yang diminta oleh owner 15

13 8. Perubahan dalam pekerjaan plumbing, struktur dan elektrikal 9. Kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasi 10. Ketidakjelasan perencanaan dan spesifikasi 11. Perubahan-perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi 12. Kesalahan dalam menginterprestasikan gambar atau spesifikasi 13. Perubahan metode kerja oleh kontraktor 14. Change order oleh owner 15. Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor 16. Produktifitas yang kurang optimal dari kontraktor 17. Perubahan scope pekerjaan konsultan 18. Pemogokan yang dilakukan oleh kontraktor 19. Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai 20. Memperbaiki kerusakan suatu pekerjaan akibat pemogokan 21. Terlambatnya persetujuan shop drawing oleh konsultan Menurut Andi et al (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi, yang terdiri dari tujuh (7) faktor dan 30 subfaktor yaitu: 1. Faktor tenaga kerja terdiri dari 6 subfaktor : a. Keahlian tenaga kerja b. Kedisiplinan tenaga kerja c. Motivasi kerja tenaga kerja d. Angka ketidakhadiran e. Ketersediaan tenaga kerja f. Pergantian tenaga kerja baru 2. Faktor bahan terdiri dari 3 subfaktor : a. Pengiriman barang b. Ketersedian bahan c. kualitas bahan 3. Faktor peralatan terdiri dari 2 subfaktor : a. Ketersedian peralatan b. Kualitas peralatan 16

14 4. Faktor karakteristik tempat terdiri dari 6 subfaktor : a. Keadaan permukaan dan di bawah permukaan tanah b. Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar c. Karakteristik fisik bangunan sekitar lokasi proyek d. Tempat penyimpanan bahan e. Akses ke loaksi proyek f. Kebutuhan ruang kerja 5. Faktor manajerial terdiri dari 8 subfaktor : a. Pengawasan proyek b. Kualitas pengontrolan pekerjaan c. Pengalaman manajer lapangan d. Perhitungan keperluan material e. Komunikasi antara konsultan dan kontraktor f. Komunikasi antara kontraktor dan pemilik g. Jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan h. Persiapan atau penetapan rancangan tempat 6. Faktor keuangan terdiri dari 2 subfaktor : a. Pembayaran oleh pemilik b. Harga material 7. Faktor-faktor lainnya terdiri dari 3 subfaktor : a. Intensitas curah hujan b. Kondisi ekonomi c. Kecelakaan kerja Menurut Kraiem dan Dickman dalam Praboyo (1999), penyebab-penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek dapat dikategorikan dalam tiga (3) kelompok, yaitu: 1. Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable Delay) adalah keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan pemilik proyek. 2. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-Excusable Delay) adalah keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan kontraktor. 17

15 3. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay) adalah keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik pemilik maupun kontraktor. Praboyo (1999) menghasilkan rangkuman sebanyak 22 jenis penyebab untuk kategori Comensable Delay (CD), 18 jenis penyebab intuk kategori Non- Excusable Delay (NED) dan 5 jenis penyebab untuk kategori Excusable Delay (ED). Temuan 45 jenis penyebab katerlambatan yang telah dikelompokan dalam 3 kategori, dengan demikian perlu diklasifikasikan keberadaannya dalam aspek manajemen yang akan ditinjau. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Praboyo (1999), diambil 6 aspek kajian, yakni: 1. Aspek Perencanaan dan Penjadwalan Pekerjaan, sebanyak 6 jenis penyeban. 2. Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan, sebanyak 8 jenis penyebab. 3. Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi, sebanyak 9 jenis penyebab. 4. Aspek Kesiapan/Penyiapan Sumber Daya, sebanyak 8 jenis penyebab. 5. Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi Pekerjaan, sebanyak 7 jenis penyebab. 6. Aspek lain-lain (aspek diluar kemampuan pemilik dan kontraktor), sebanyak 7 jenis penyebab. Hubungan antara ke-45 jenis penyebab keterlambatan, 6 aspek manajemen dan 3 kategori jenis penyebab dapat dilihat pada table 2.1 Tabel 2.2 Hubungan antara ke-45 jenis penyebab katerlambatan, 6 aspek manajemen dan 3 kategori jenis penyebab (1/3) No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Kategori Jenis Keterlambatan CD NED ED A Aspek Perencanaan dan Penjadwalan 1 Penetapan jadwal proyek yang sangat ketat oleh pemilik 2 Identitas jenis pekerjaan yang tidak lengkap 3 Urutan rencana kerja yang tidak tersusun dengan baik 4 Penentuan durasi waktu yang tidak seksama 18

16 Tabel 2.2 Lanjutan (2/3) No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Kategori Jenis Keterlambatan CD NED ED 5 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah 6 Metode konstruksi atau pelaksanaan kerja yang tidak tepat B Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan (Kontrak) 1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap 2 Perubahan desain atau detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan 3 Perubahan dalam lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan 4 Proses pembuatan gambar kerja dari kontraktor 5 Proses permintaan dan persetujuan gambar kerja oleh owner 6 Ketidaksepahaman aturan pembuatan gambar kerja 7 Adanya banyak pekerjaan tambahan dari pemilik 8 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai oleh pemilik C Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi 1 Keterbatasan wewenang pemilik dalam pengambilan keputusan 2 Kualifikasi pemilik yang tidak professional dibidangnya 3 Cara inspeksi dan kontrol pekerjaan yang birokratis oleh pemilik 4 Kegagalan pemilik mengkoordinasikan pekerjaan dari banyak kontraktor atau subkontraktor 5 Kegagalan pemilik mengkoordinasi penggunaan lahan 6 Keterlambatan dalam penyediaan alat atau bahan oleh pemilik 7 Kualifikasi teknis dan manajerial yang buruk dari personel-personel dalam organisasi kerja kontraktor 8 Koordinasi dan komunikasi yang buruk antara bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor 9 Terjadinya kecelakaan dalam proses kerja D Aspek Kesiapan/ Penyiapan Sumber Daya 1 Keterlambatan dalam mobilisasi sumber daya (bahan, alat, tenaga kerja) 19

17 Tabel 2.2 Lanjutan (3/3) No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Kategori Jenis Keterlambatan CD NED ED 2 Keahlian, keterampilan, dan motivasi kerja para pekerja lapangan yang kurang 3 Kurang memadainya jumlah tenaga kerja 4 Tidak tersedianya bahan yang cukup atau layak sesuai dengan kebutuhan 5 Tidak tersedianya alat atau peralatan kerja yang cukup mendukung pelaksanaan pekerjaan 6 Keterlambatan atau kelalaian oleh subkontraktor pekerjaan 7 Pendanaan kegiatan proyek yang kurang terencana dengan baik 8 Tidak terbayarnya kontraktor secara layak sesuai dengan pekerjaan yang telah dikerjakan E Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi Pekerjaan 1 Pengajuan contoh bahan dari kontraktor yang tidak terjadwal 2 Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan dari pemilik yang cukup lama 3 Proses pengujian dan evaluasi uji bahan dari pemilik yang tidak relevan 4 Proses persetujuan ijin kerja yang berbelit-belit 5 Kegagalan kontraktor melakukan pekerjaan 6 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki atau diulang karena hasil yang kurang baik 7 Proses evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama melalui jadwal yang disepakati F Aspek Lain-lain (aspek di luar kemampuan pemilik dan kontraktor) 1 Kondisi fisik bangunan kerja proyek tidak sesuai dengan dugaan 2 Transportasi menuju lokasi proyek yang sulit Terjadi hal-hal yang tidak terduga seperti 3 kebakaran, banjir, badai, gempa bumi, tanah longsor 4 Adanya huru-hara atau perang 5 Terjadinya pemogokan kerja 6 Terjadinya kerusakan akibat pelalaian atau perbuatan pihak ketiga 7 Perubahan situasi atau kebijaksanaan polotik dan ekonomi dari peerintah Sumber : Praboyo (1999) 20

18 Keterangan: CD = Compensable Delay NED = Non-Excusable Delay ED = Excusable Delay 2.7 Data dan Pengukuran Data merupakan bahan mentah yang perlu diolah agar menghasilkan informasi atau katerangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukan fakta. Sedangkan pengukuran adalah proses atau cara mengukur, pengukuran dapat berupa skala pengukuran yang dimaksudkan untuk mengklarifikasi variabel yang akan diukur agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya (Riduwan, 2008) Pengumpulan data Pada umumnya, pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data primer maupun sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti terhadap responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan dalam bentuk table-tabel atau diagram-diagram (Sugiarto, 2003) Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi mencangkup segala hal, termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada objek (Sugiyono, 2011) Sampel Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin meneliti 21

19 semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2011) Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling merupakan cara pengambilan sampel yang representative dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan dengan tepat agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Secara umum terdapat dua macam teknik penganbilan sampel yang digunakan dalam penelitian (Ridwan, 2008), yaitu : 1. Probability Sampling Probability sampling adalah teknik sampling yang digunakan untuk memberi peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. 2. Nonprobability Sampling Nonprobability sampling adalah teknik smpling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) yang sama pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. Nonprobability sampling terdiri dari : a. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu dan ruang dengan urutan seragam. b. Sampling Kuota Sampling kuota adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti atau penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang dikehendaki. c. Sampling Aksidental Sampling aksidental merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas. Artinya, siapa saja dengan secara tidak 22

20 sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel. d. Purposive Sampling (sampling pertimbangan) Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampel atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. e. Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel, sering juga dikenal dengan istilah sensus. Sampling jenuh dilakukan apabila populasinya kurang dari 30 responden. f. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel mengajak temannya untuk dijadikan sampel dan seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin bertambah jumlahnya Skala Pengukuran Skala pengukuran dilakukan bermaksud untuk mengkasifikasikan variabel yang akan diukur agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala liker digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Selanjutnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata (Ridwan, 2008) 23

21 Dengan menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia yaitu: 1. Sangat Berpengaruh 2. Berpengaruh 3. Ragu-Ragu 4. Tidak Berpengaruh 5. Sangat Tidak Berpengaruh 2.8 Pengujian Instrumen Sebelum melakukan analisa data yang dikumpukan terlebih dahulu dilakukan pengujian instrument penelitian yaitu pengujian validitas dan realibilitas Uji Validitas Instrumen Menurut Ghozali (2009), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut dapat mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi uji validitas mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang dibuat betul-betul dapat mengukur apa apa yang akan diukur. Syarat minimum suatu kuesioner untuk dinyatakan valid adalah jika r bernilai 0,3 (Sugiono, 2009). Uji validitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : (2.1) Dimana: X = Skor yang diperoleh jawaban responden Y = Skor total dari variabel untuk responden ke-n X = Jumlah skor dalam distribusi X Y = Jumlah skor dalam distribusi Y X 2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X 24

22 Y 2 N = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y = Jumlah Responden Uji Reliabilitas Instrumen Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur variabel dari suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dinyatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Nunnaly dalam Ghozali, 2009). Uji validitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : (2.2) Dimana : k Si 2 St 2 = jumlah item = jumlah varians sampel seluruh item = jumlah varians skor total 2.9 Analisis Data Relatif Indeks Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis Relatif Indeks. Berikut adalah tahapan perhitungan yang harus dilakukan untuk mendapatkan nilai Relatif Indeks yaitu: Perhitungan Nilai Total Data yang diperoleh dari responden kemudian ditabulasikan dan dilakukan perhitungan nilai total untuk setiap faktor keterlambatan yaitu sebagai berikut: n = n1 + n2 + n nn (2.3) Keterangan: n n = Nilai total setiap faktor = Jumlah subfaktor setiap faktor 25

23 2.9.2 Perhitungan Skor Total Setelah mendapatkan nilai total perlu dilakukan perhitungan skor total karena setiap faktor memiliki jumlah subfaktor yang berbeda. Skor total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Skor Total = (2.4) Perhitungan Relatif Indeks Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis Relatif Indeks. Penentuan Relatif Indeks bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang diteliti, dimana ini akan berkisar antara 0 (minimum) dan 1 (maksimum), semakin mendekati 1 nilai RI semakin berpengaruh faktor tersebut dalam pelaksanaan proyek konstruksi (Rimbawa, 2008). Rumus RI dinyatakan sebagai berikut: RI = x 100% (2.5) Dimana : RI = Relatif Indeks 5 =Jumlah kriteria penilaian yang terdiri dari 5 tingkat persetujuan yaitu: - Sangat Berpengaruh (skor 5) - Berpengaruh (skor 4) - Ragu-Ragu (skor 3) - Tidak Berpengaruh (skor 2) - Sangat Tidak Berpengaruh (skor 1) 2.10 Analisis Faktor Analisis faktor adalah suatu analisis data untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan dalam menjelaskan suatu masalah. Tujuan utama teknik ini ialah 26

24 untuk membuat ringkasan informasi yang dikandung dalam sejumlah besar variabel kedalam suatu kelompok faktor yang lebih kecil. Secara statistik tujuan pokok teknik ini ialah untuk menentukan kombinasi linier variabel-variabel yang akan membantu dalam penyelidikan saling berkaitnya variabel-variabel tersebut. Atau dalam kata lain digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel. Teknik ini bermanfaat untuk mengurangi jumlah data dalam rangka untuk mengidentifikasi sebagian kecil faktor yang dapat menerangkan varians yang sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu kelompok variabel yang jumlahnya lebih besar (Supranto, 2010). Analisis faktor menggunakan Statistical Program for Sosial Science (SPSS) for Windows. Secara umum tahapan dalam analisa faktor adalah sebagai berikut: 1. Menentukan nilai KMO (Kaiser-Mayer-Olkin), nilainya dianggap layak jika diatas 0, Menentukan Measure of Sampling Adequence (MSA), yaitu kelayakan untuk seluruh matrik korelasi dari setiap variabel yang diobservasi untuk dilakukan analisa faktor. Nilai (MSA) yang layak dianalisis adalah 0, Melakukan esktrasi faktor, kriteria esktrasi yang digunakan adalah latent root criterion yaitu berdasarkan eigen value. Metode yang dapat digunakan dalam ekstrasi faktor antara lain Principal Component Analysis. 4. Menginterpretasikan hasil analisis faktor. Hasil yang dilihat pada bobot faktor dan nilai komunitas (persentase varians variabel yang kombinasikan ke dalam korelasi dengan variabel lain). 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang terbatas dengan sumber daya tertentu untuk mendapatkan hasil konstruksi yang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Soeharto (1995), kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI I.A.Rai Widhiawati 1, I G.A.Adnyana Putera 1,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan data kuesioner yang diberikan kepada 50 responden, penelitian tentang studi mengenai faktor-faktor penghambat pelaksanaan proyek konstruksi di Timor-Leste

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan didalamnya merupakan salah satu upaya manusia dalam membangun kehidupannya. Suatu proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek membutuhkan berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 5.1.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan kerja a. Faktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan di jelaskan metode penelitian yang digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan proyek konstruksi. Agar data yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian 2.1.1. Klaim Konstruksi Klaim secara umum didefinisikan sebagai sebuah permintaan atau permohonan (Nazarkhan Yasin, 2008), di Indonesia hampir semua batasan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyelesaian proyek secara umum sebagai berikut : 2. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( ratarata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyelesaian proyek secara umum sebagai berikut : 2. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( ratarata BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dari hasil analisis yang diperoleh dari 30 responden, yaitu kontraktor di Kota Jambi, maka didapatkan kesimpulan mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian digunakan untuk memecahkan suatu masalah, memahami, serta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian digunakan untuk memecahkan suatu masalah, memahami, serta BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. TinjauanUmum Metode penelitian merupakan suatu cara alamiah untuk memperoleh data dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Secara umum data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Membicarakan tentang suatu proyek, maka sangatlah diperlukan pengetahuan yang cukup mengenainya. Pengertian mengenai proyek banyak terdapat dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Semua proyek konstruksi pasti memiliki rencana anggaran biaya serta jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan dapat berjalan sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana jadwal yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Kunci utama keberhasilan melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG TUGAS AKHIR Oleh : Ni Kadek Lia Arista 1204105007 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proyek Konstruksi Proyek dalam analisis jaringan kerja adalah serangkaian kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode

Lebih terperinci

BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 104 BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Temuan Dari pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan maka ditemukan 3 faktor risiko dominan yang paling berpengaruh terhadap kinerja kualitas pelaksanaan konstruksi,

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DAN ALTERNATIF PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS : DI MANADO TOWN SQUARE III)

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DAN ALTERNATIF PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS : DI MANADO TOWN SQUARE III) FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI DAN ALTERNATIF PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS : DI MANADO TOWN SQUARE III) Haekal Hassan Jantje B. Mangare, Pingkan A. K. Pratasis Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dalam analisis ini termasuk penelitian survey, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dalam analisis ini termasuk penelitian survey, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Penelitian dalam analisis ini termasuk penelitian survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat

Lebih terperinci

ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN YANG DISEBABKAN FAKTOR MATERIAL DI KABUPATEN ROKAN HULU

ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN YANG DISEBABKAN FAKTOR MATERIAL DI KABUPATEN ROKAN HULU ANALISIS KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN YANG DISEBABKAN FAKTOR MATERIAL DI KABUPATEN ROKAN HULU Yosi Hervanda 1 Arifal Hidayat, ST, MT 2 dan Anton Ariyanto, M.Eng 2 e-mail. yosihervanda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PADA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN MOROWALI

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PADA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN MOROWALI FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PADA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN MOROWALI Elce Misba Bansambua Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam 33 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian dan pengukuran yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pada penelitian ini responden yang mengisi kuesioner adalah orang-orang yang diposisikan di kantor dan orang-orang yang diposisikan di lapangan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian terhadap sejumlah responden di Yogyakarta dan Malang sebanyak 58 responden dengan rincian 31 responden di Yogyakarta dan 27 responden

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MENURUT PRESEPSI KONTRAKTOR

FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MENURUT PRESEPSI KONTRAKTOR FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MENURUT PRESEPSI KONTRAKTOR Abstrack Jambi city is one of the develop cities in Sumatera Island, especially on infrastructure and the economy.construction

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan kajian pustaka berbagai sumber yang berkaitan dengan manajemen konstruksi, khususnya mengenai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jasa Konstruksi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi adalah jenis usaha jasa konstruksi yang menyediakan layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang dibedakan menurut bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI Theresia Monica Sudarsono 1, Olivia Christie 2 and Andi 3 ABSTRAK: Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa kemungkinan terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegagalan pada Proyek Konstruksi Kegagalan konstruksi merupakan kegagalan yang bersifat teknis dan non teknis. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya membutuhkan bermacam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah suatu variabel yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisisi dan penegertian penghambat Kata penghambat dalam kamus besar bahasa indonesia diterjemahkan sebagai hal, keadaan atau penyebab lain yang menghambat (merintangi, menahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Sumber daya merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Sumber daya merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu tertentu dengan sumber daya yang terbatas dan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap proyek konstruksi mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan yang tertentu. Pembuatan rencana suatu proyek konstruksi selalu mengacu pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek jalan menurut pandangan pemilik, kontraktor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Muzayamah (2008), proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan dan kejadian yang saling terkait untuk mencapai tujan tertentu dan membuahkan hasil dalam

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penilaian Citra Perusahaan Oleh Konsumen Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU TABRANI 1 Arifal Hidayat, MT 2 dan Anton Ariyanto, M.Eng 2 Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Nasir (1999:64), menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008 : 2), Metode Penelitian pada dasarnya

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008 : 2), Metode Penelitian pada dasarnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Menurut Sugiyono (008 : ), Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. atau menggambarkan permasalahan yang akan dibahas. Metode penelitian juga 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian sangat diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, dimana metode ini merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian akan selalu berhadapan dengan objek penelitian. Penelitian ini

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian akan selalu berhadapan dengan objek penelitian. Penelitian ini BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penelitian akan selalu berhadapan dengan objek penelitian. Penelitian ini mempelajari dua variabel. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian

Lebih terperinci

PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU

PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU PANDANGAN KONTRAKTOR MENGENAI SUMBER DAYA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN ROKAN HULU Hendra (1) Arifal Hidayat, ST,MT (2) Arie Syahruddin S, ST (2) Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. disimpulkan dan diberikan saran. Suatu desain penelitian menyatakan struktur

BAB IV METODA PENELITIAN. disimpulkan dan diberikan saran. Suatu desain penelitian menyatakan struktur 25 BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh dari penelitian mencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan alur pemikiran yang ditempuh dalam menentukan analisis metode dari penelitian ini. Untuk mendapat data di dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah preferensi konsumen smartphone merek Blackberry. Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini, yaitu konsumen smartphone

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI

FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI FAKTOR FAKTOR YANG MENYEBABKAN COST OVERRUN PADA PROYEK KONSTRUKSI Yeltsin C. Dapu A.K.T. Dundu, Ronny Walangitan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email: yeltsindapu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALYSIS OF FACTORS - FACTORS AFFECTING THE COST OVERRUNS ON CONSTRUCTION PROJECTS IN SURABAYA Ari Swezni, Retno

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan desain atau suatu proses yang memberikan arahan atau petunjuk secara sistematis kepada peneliti dalam melakukan proses penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITAN. dalam penelitian. Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITAN. dalam penelitian. Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang BAB III OBJEK DAN METODE PENELITAN 3.1 Objek Penelitian Objek Penelitian adalah proses yang mendasari pemilihan, pengolahan, dan penafsiran semua data yang berkaitan dengan apa yang menjadi objek di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. BPR Syari ah Hasanah Pekanbaru, dengan tujuan untuk menganalisa hubungan proses bisnis pembiayaan dan penggunaan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peniliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. peniliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara utama yang digunakan peniliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 45 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian sensus, menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua

Lebih terperinci

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 IDENTIFIKASI DAN RESPON RISIKO PADA PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN PENGHUBUNG TERMINAL MULTIPURPOSE TELUK LAMONG PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA PAKET C DARI PERSEPSI KONTRAKTOR Asraf Ali Hamidi 3106 100

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan 2.1.1 Pengertian Pengawasan Menurut Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317), mendifinisikan pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN...

HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN... i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... ii ABSTRAK... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih BMT Sidogiri pasuruan yang berada di jalan sidogiri barat RT 003/02, kraton kabupaten pasuruan.obyek yang diteliti

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS (Pembengkakan Biaya ) PADA PROYEK- PROYEK PT.MECO INOXPRIMA

ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS (Pembengkakan Biaya ) PADA PROYEK- PROYEK PT.MECO INOXPRIMA ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS (Pembengkakan Biaya ) PADA PROYEK- PROYEK PT.MECO INOXPRIMA Imam Kholiq Universitas Wijaya Putra kholiqimam@gmail.com ABSTRAK Proyek pembuatan Plan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pegawai berpengaruh terhadap produktivitas kerja pada Kantor Camat Patilanggio

BAB III METODE PENELITIAN. pegawai berpengaruh terhadap produktivitas kerja pada Kantor Camat Patilanggio 26 BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian dan kerangka pemikiran yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka yang menjadi obyek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dilaksanakannya penelitian guna untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemeriksaan pajak dan

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemeriksaan pajak dan BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak penghasilan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Kantor

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 51 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Ari Kunto (1998:15), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan tempat di mana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Gedung Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan membuat suatu bangunan, yang umumnya mencakup pekerjaan pokok dalam bidang teknik sipil dan teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah explanatory research.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah explanatory research. 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah explanatory research. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), explanatory research

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ideal, hal yang paling memuaskan dan dinilai sukses. dari suatu bentuk kegiatan adalah ketika kegiatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ideal, hal yang paling memuaskan dan dinilai sukses. dari suatu bentuk kegiatan adalah ketika kegiatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengantar Secara ideal, hal yang paling memuaskan dan dinilai sukses dari suatu bentuk kegiatan adalah ketika kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai perencanaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2009), metode penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2009), metode penelitian 35 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menggunakan metodologi penelitian kuantitatif. Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2009), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA PENYEBAB TERJADINYA KETERLAMBATAN WAKTU PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI DI DINAS PU. BINA MARGA KABUPATEN SUMENEP Oleh : Subaidillah Fansuri Dosen Fakultas Teknik Universitas Wiraraja (kacongngaebo@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif karena penelitian ini mendeskripsikan variabel tunjangan kinerja

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN JEMBRANA (Studi Kasus : Pembangunan Proyek Gedung di Kabupaten Jembrana) Ria Handayani 1, Ariany Frederika

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan studi kasus pada salah satu proyek yang sedang dikerjakan oleh Takenaka Total J.O. Metode penelitian

Lebih terperinci

Bab III - Objek dan Metode Penelitian

Bab III - Objek dan Metode Penelitian 33 3.2. Metode Penelitian Berdasarkan pada topik penelitian ini, penulis melakukan pendekatan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode deskriptif analitis. Menurut Muhammad Nazir

Lebih terperinci

PRESENTASI UJIAN TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

PRESENTASI UJIAN TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA PRESENTASI UJIAN TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA Nugroho Adi / NIM: 9111202806 Surabaya, 31 Oktober 2014 PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. sebab-akibat antara variable-variabel dalam penelitian ini, yaitu antara munculnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. sebab-akibat antara variable-variabel dalam penelitian ini, yaitu antara munculnya 23 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian Kausal, yaitu hubungan sebab-akibat antara variable-variabel dalam penelitian ini, yaitu antara munculnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Sesuai dengan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Sesuai dengan III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Sesuai dengan pendapat Sumadi Suryabrata (2006:82) bahwa : Metode penelitian korelasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah di mana penelitian

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah di mana penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah di mana penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini tergolong dalam dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan signifikan keharmonisan keluarga Islami dengan penyesuaian diri pada peserta didik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu ilmu yang dinamakan MANAJEMEN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu ilmu yang dinamakan MANAJEMEN. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Konstruksi Bagaimana cara penanganan yang tepat, sebenarnya tidak ada suatu cara yang yang mutlak dan sempurna, dan harus selalu dikembangkan pada setiap saat sesuai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian mengenai analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pembangunan Grand Ballroom Royal Ambarrukmo dan cara yang digunakan untuk mengurangi keterlambatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset/DPPKA karena dinas inilah yang bertugas merumuskan kebijakan teknis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu pendekatan yang bersifat ilmiah yang dilakukan pada pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian akan dilaksanakan di UPT Balai Pengembangan Instrumentasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 1.1. Obyek Penelitian Obyek penelitian merupakan variabel-variabel yang menjadi perhatian peneliti. Objek penelitian merupakan sesuatu yang kita ukur tetapi apa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2).

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilimiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013:2). Tujuan adanya metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dalam suatu proyek konstruksi, waktu merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Oleh karena itu, sebisa mungkin pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

Lebih terperinci