BAB I PENDAHULUAN. Selama dua dekade lebih, Healthh care-associated infections (HAIs)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Selama dua dekade lebih, Healthh care-associated infections (HAIs)"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama dua dekade lebih, Healthh care-associated infections (HAIs) menjadi masalah utama tentang keselamatan yang mempengaruhi pelayanan kesehatan (Allegranzi et all, 2007). HAIs mempengaruhi ratusan juta pasien di seluruh dunia setiap tahunnya (WHO, 2009). Menurut Kleinpell 2008, HAIs adalah infeksi yang muncul selama seseorang dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala infeksi >48 jam setelah mulai dirawat di rumah sakit. Infeksi ini terus meningkat setiap tahunnya mulai dari 1% di beberapa Negara Eropa dan Amerika, sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika. Menurut data World Health Organization (WHO), angka kejadian HAIs di rumah sakit sekitar 3-21% dan rata-rata kejadiannya adalah 9% (DepKes RI, 2010). Saat ini HAIs menjadi perhatian utama, dilaporkan penyakit akibat HAIs di negara dengan pendapat rendah sampai menengah sebagai berikut infeksi luka operasi 29,1%, infeksi saluran kemih 23,9%, infeksi aliran darah primer 19,1%, ventilator-associated pnumonia 14,8%, dan infeksi lainnya 13,1% (WHO, 2011). Infeksi luka operasi dilaporkan sebagai penyakit akibat HAIs yang tertinggi jumlahnya. Menurut Krediet 2011, ruang operasi merupakan sumber infeksi primer, dan telah dilakukan banyak upaya mensterilkan ruang operasi. 1

2 Healt care-associated infections (HAIs) atau yang dahulu disebut dengan infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun penyebab tidak langsung kematian pasien. Kementerian Kesehatan melakukan revitalisasi Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit yang merupakan salah satu pilar utama menuju patient safety. Program PPI mengidentifikasi dan menurunkan resiko infeksi yang didapat dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga profesional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan pengunjung. Resiko infeksi dapat berbeda dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya tergantung kegiatan klinis dan pelayanan rumah sakit, populasi pasien yang dilayani, lokasi geografi, jumlah pasien dan jumlah pegawai rumah sakit (DepKes RI, 2012). Kementerian Kesehatan menetapkan rumah sakit di Indonesia supaya melaksanakan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di rumah sakit. Prosedur tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus diterapkan di rumah sakit termasuk di ruang operasi. Ruang operasi merupakan suatu unit khusus di rumah sakit tempat melakukan pembedahan (Masloman, A.P et all, 2015). Lingkungan ruang operasi sebagai faktor resiko penyebaran HAIs di rumah sakit. Selanjutnya tenaga kesehatan ruang operasi sering kontak dengan pasien. Kegagalan tenaga kesehatan ruang operasi dalam menerapkan hand hygiene sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dapat menyebabkan kontaminasi alat, sehingga dapat menginfeksi pasien berikutnya. Misalnya pada kontaminasi telepon, keyboard, mesin anastesi, dan kran infus set. Tenaga kesehatan ruang operasi juga melakukan 2

3 tindakan invasif seperti intubasi trakea, pemasangan infus dan pemasangan kateter, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kontaminasi infeksi pada pasien normal sekalipun (Krediet, A.C et all, 2011). Menurut WHO, mengembangkan patient safety dan menurunkan resiko infeksi merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan terjadinya HAIs. Resiko infeksi dapat dicegah salah satunya dengan melakukan hand hygiene pada momen dan teknik yang tepat. Hand hygiene ini sangat banyak kemanfaatannya pada perawatan kesehatan, dengan ketepatan praktek hand hygiene diharapkan akan mencegah infeksi eksogen, mencegah kontaminasi pathogen ke lingkungan, serta dapat memutus transmisi antara mikroorganisme dan pasien (Longtin et al, 2011). Hand hygiene ini dapat dilakukan dengan menggunakan cairan handrub yang berbasis alkohol ataupun dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air. Menurut WHO, tindakan hand hygiene harus dilakukan pada saat sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan asepsis, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan lingkungan sekitar. Hand hygiene merupakan cara yang paling sederhana dan efektif menurunkan angka terjadinya HAIs yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan (Longtin et al, 2011). Hand hygiene merupakan tanggung jawab semua individu yang terlibat dalam penyedia layanan kesehatan. Petugas kesehatan harus dibekali bagaimana melindungi diri agar tidak terkena resiko infeksi (Arifin dan Solikhah, 2005). Universal Precautions rnerupakan upaya yang dilakukan dalarn rangka perlindungan, pencegahan dan 3

4 meminimalkan infeksi silang (cross infection) antara petugas kesehatan dengan pasien akibat adanya kontak langsung dengan pasien atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi. Oleh sebab itu, petugas layanan kesehatan harus meningkatkan universal precautions secara penuh dalam berinteraksi dengan semua pasien. Salah satunya dengan senantiasa melakukan hand hygiene di ruang operasi. Petugas pelayanan kesehatan sering kali mengabaikan hand hygiene, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petugas pelayanan kesehatan, sikap dan keyakinan dari petugas kesehatan untuk melakukan hand hygiene, serta tersedianya fasilitas sarana dan prasarana hand hygine di rumah sakit tersebut Elaziz & Bakr, 2008). Kepatuhan petugas pelayanan kesehatan terhadap hand hygiene ini mempunyai pengaruh besar untuk menurunkan angka terjadinya HAIs. Guideline WHO mengenai hand hygiene menganjurkan untuk mengobservasi langsung bagaimana tingkat kepatuhan dan sarana dari hand hygiene, sehingga diharapkan data kepatuhan hand hygiene meningkat (Pan, S.C et al, 2013). Penelitian pendahuluan yang dilakukan juga memberikan gambaran bahwa banyak petugas kesehatan yang belum mengetahui 5 momen hand hygienie, sarana dan prasarana yang dirasakan masih kurang serta belum adanya sosialisasi mengenai pentingnya hand hygiene. Berdasarkan latar belakang di atas bahwa ruang operasi merupakan sumber infeksi primer dan temuan tentang sedikitnya laporan data kepatuhan hand hygiene di ruang operasi serta adanya anjuran untuk melakukan observasi kepatuhan hand hygiene secara langsung dan temuan bahwa banyak petugas 4

5 kesehatan yang belum mengetahui 5 momen hand hygienie, sarana dan prasarana yang dirasakan masih kurang serta belum adanya sosialisasi mengenai pentingnya hand hygiene, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang evaluasi kepatuhan hand hygiene di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau Tapin mengingat rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit umum daerah dengan berbagai pelayanan kesehatan serta telah dilakukannya sosialisasi dari rumah sakit tentang 6 langkah hand hygiene. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah hasil evaluasi kepatuhan hand hygiene di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kepatuhan hand hygiene di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kepatuhan petugas kesehatan terhadap hand hygiene 5 momen di ruang operasi di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau. b. Untuk mengetahui kepatuhan petugas kesehatan terhadap teknik hand hygiene (handrub, handwash dan surgical hand preparation) di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau. c. Untuk mengetahui kepatuhan petugas kesehatan terhadap hand hygiene di ruang operasi di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau. 5

6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kepatuhan hand hygiene di RSUD Datu Sanggul Rantau. 2. Bagi pihak manajemen rumah sakit a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kebijakan rumah sakit dan dukungan pimpinan terkait dengan kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene. b. Diharapkan dapat membantu menganalisis kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan terkait dengan upaya penyelenggaraan menurunkan resiko terjadinya HAIs di ruang operasi. c. Diharapkan dapat membantu mengevalusi faktor pendukung berupa ketersediaan sarana/ prasarana dan ketersediaan waktu untuk petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau. 3. Bagi petugas kesehatan d. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi petugas kesehatan untuk berperan serta mencegah dan mengendalikan infeksi di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau dengan melakukan hand hygiene. a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan serta kesadaran petugas kesehatan untuk meningkatkan universal precaution, salah satunya hand hygiene. 6

7 4. Bagi institusi pendidikan Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bukti llmiah pada program studi MMR serta menjadi literatur dalam proses pembelajaran tentang upaya menurunkan angka terjadinya HAIs di RSUD Datu Sanggul Rantau. 7

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Health-care associated infections a. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO) 2009, healthcare associated infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, sebelum dirawat pasien tersebut tidak memiliki gejala serupa dan tidak dalam masa inkubasi. Infeksi ini berkembang selama pasien dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan gejalanya >48 jam setelah mulai dirawat di rumah sakit. Kementerian kesehatan melakukan revitalisasi program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di rumah sakit yang bertujuan meningkatkan patient safety dan menurunkan resiko infeksi yang didapat dan disebarkan diantara pasien, staf, tenaga profesional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan pengunjung (DepKes RI, 2012). b. Epidemiologi Data yang dilaporkan oleh WHO 2011, menunjukkan bahwa angka kejadian HAIs masih sangat tinggi. Data tersebut merupakan hasil dari tinjauan sistemik beberapa literatur endemik HAIs tahun , 8

9 di negara yang mempunyai penghasilan tinggi, sedang dan rendah. Setiap tahunnya HAIs menyebabkan angka kematian meningkat signifikan dan juga menyebabkan kerugian keuanganan pada sistem kesehatan. Dari setiap 100 pasien yang dirawat di rumah sakit pada waktu tertentu, 7 di negara maju dan 10 di negara-negara berkembang akan mengakuisisi setidaknya ada 1 pasien akibat HAIs. Beban endemik terkait HAIs juga secara signifikan lebih tinggi di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-negara dengan penghasilan tinggi, khususnya pada pasien yang dirawat di unit perawatan intensif dan neonatus. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah frekuensi infeksi ICU yang didapat setidaknya 2 sampai 3 kali lipat lebih tinggi daripada di negara-negara berpenghasilan tinggi. Bayi yang baru lahir berada pada risiko tinggi tertular HAIs di negara-negara berkembang, dengan tingkat infeksi 3 sampai 20 kali lebih tinggi dari pada di negara-negara berpenghasilan tinggi. Prevalensi HAIs bervariasi, yaitu mulai dari 5,7% sampai dengan 19,1%, dan di Indonesia sendiri dilaporkan oleh DepKes RI 2010 bahwa angka kejadian HAIs mencapai 21%, dan diperkirakan 1,7 juta HAIs dan kematian setiap tahunnya. Negara berpenghasilan tinggi, seperti Amerika Serikat setiap tahun, tercatat menghabiskan dana sebesar $35,7 sampai $45 miliar untuk biaya kesehatan akibat HAIs setiap tahunnya (Scott II, 2009). 9

10 c. Etiologi Department of health Pennsylvania menuliskan bahwa healthcare associated infection ini sama seperti jenis infeksi lainnya, dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit. Tempat pelayanan kesehatan merupakan lingkungan yang sangat beresiko untuk terjadi infeksi, orang-orang yang terinfeksi dan orang-orang yang mengalami peningkatan resiko infeksi berkumpul disana. Faktor-faktor lain yang meningkatkan resiko penyebaran infeksi antara lain seperti kondisi rumah sakit yang ramai, sering terjadi perpindahan pasien dari satu unit ke unit lainnya, dan pasien dengan resiko infeksi tinggi di tempat yang sama. Infeksi juga dapat disebabkan oleh benda-benda yang terkontaminasi, seperti peralatan medis, dan bahan lainnya yang dapat tersentuh oleh banyak pasien (Jain & Singh, 2007). Sembilan puluh persen penyebab HAIs disebabkan oleh bakteri, sedangkan sisanya disebabkan oleh microbakterial, virus, jamur dan protozoa (Jain & Singh, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidron et al 2008 yaitu sbb: 10

11 Diagram 2.1. Daftar patogen penyebab health-care associated infection Coagulase-negative staphylococci Staphylococci aureus 1.10% 15.60% 15.30% Enterococcus spp 2.70% Candida Sp 4.80% 5.80% 14.50% Escherichia coli Pseudomonas aeruginosa 7.90% 9.60% 10.70% 12.10% Klebsiella pneumoniae Enterobacter sp Acinetobacter baumanii Klebsiella oxytoca Sumber : Hidron et al Antimicrobial-Resistant Pathogens Associated With Healthcare-Associated Infections: Annual Summary of Data Reported to the National Healthcare Safety Network at the Centers for Disease Control and Prevention, Berikut beberapa penyakit yang disebabkan oleh HAIs antara lain infeksi luka operasi 29,1%, infeksi saluran kemih 23,9%, infeksi aliran darah primer 19,1%, ventilator-associated pnumonia 14,8%, dan infeksi lainnya 13,1% (WHO, 2011). d. Cara penyebaran infeksi Penyebaran infeksi ini dapat terjadi melalui 3 hal utama, yaitu: (Memarzadeh, 2011) 1. Contact (langsung atau tidak langsung) 11

12 Penyebaran melalui kontak langsung maupun tidak langsung adalah tipe penyebaran yang paling sering terjadi, antara fasilitas pelayanan kesehatan dengan lingkungan sekitar. 2. Droplet transmition Penyebaran droplet ini karakter penyebaran mikroorganisme melalui seseorang yang terinfeksi dengan jarak antara 3-6 kaki, dan penyebarannya di udara sangat cepat. 3. Airbone transmition Penyebaran melalui airbone ini meliputi penyebaran microba via droplet nuclei yang melampaui jarak pendek, seperti pada sistem HVAC (Stand of Heating, Ventilation and Air Conditioning). e. Rantai penyebaran infeksi HAIs tidak terjadi secara spontan, mereka adalah hasil dari sejumlah langkah dalam proses yang memungkinkan suatu organisme untuk menjajah dan / menginfeksi pejamu yang rentan. Langkah - langkah ini terkait dan sering disebut sebagai Rantai Transmisi. Transmisi agen infeksi memerlukan tiga unsur: (Siegel, 2007). 1. A Source (sumber infeksi) Sumber infeksi meliputi: pasien, petugas kesehatan, pengunjung, lingkungan dan peralatan. 2. Means/ mode of transportation 12

13 Cara organisme dijemput dan dibawa ke host, yaitu melalui (kontak, dorplet dan udara). 3. A Susceptible host (pejamu yang rentan) Infeksi merupakan hasil dari keterkaitan yang kompleks antara host potensial dan agen infeksi. Sebagian besak faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi dan tingkat keparahan penyakit berhubungan dengan pejamu. Gambar 2.2. Rantai penyebaran infeksi Sumber : APIC Implementation Guide. Guide to hand hygiene program for infection prevention f. Pencegahan HAIs Kegiatan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko HAIs merupakan komponen penting dari program pencegahan dan pengendalian infeksi yang komprehensif. Berikut merupakan Pedoman 13

14 yang dibuat oleh Tim PPI RS Massachusetts yang diadaptasi dari standar yang diterima secara nasional dikembangkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Centers for Disease Control and Prevention adalah sebagai berikut: (Patrick, 2008) 1. Rekomendasi terkait dengan Program Pengaturan Infeksi Pencegahan dan Pengendalian Rumah Sakit 2. Rekomendasi Hand Hygiene 3. Universal Precaution di Rumah Sakit 4. Contact Precaution di Rumah Sakit 5. Pencegahan dan manajemen Multi-drug Resistant Organisms 6. Pencegahan Ventilator-Associated Pneumonia 7. Pencegahan Infeksi Luka Operasi 8. Pencegahan Infeksi Aliran Darah Primer 9. Pencegahan Catheter-Associated Urinary Tract Infections Landasan dari upaya untuk mengurangi HAIs di rumah sakit adalah program pencegahan dan pengendalian infeksi yang efektif. Tujuan utama dari program pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit adalah untuk melindungi pasien, karyawan dan pengunjung dari penularan infeksi (Patrick, 2008). Pasien, petugas kesehatan, dan pengunjung juga dapat menjadi mitra dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. Salah satunya dengan meningkatkan hand hygiene di rumah sakit (Pittet et all, 2009 ; Golan et all, 2006). 14

15 2. Hand Hygiene a. Definisi Hand Hygiene Menurut WHO, hand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (WHO, 2009). Sedangkan menurut Marjadi & Mclaws 2010, hand hygiene adalah tindakan untuk membersihkan tangan. Hand hygiene telah diperkenalkan lebih dari 200 tahun oleh Ignaz Semmelweis pada tahun 1860an (Larson 1999; WHO 2005). Hand hygiene meliputi 2 hal yaitu mencuci tangan dengan air dan sabun serta membersihkan tangan dengan handrub apabila tangan tidak kotor). Hand hygiene merupakan tindakan utama/ dasar yang terbukti efektif dalam HAIs dan penyebaran resistensi antimikroba. Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifiksikan dalam dua kelompok yaitu flora residen dan flora transient. Flora residen adalah mikroorganisme yang secara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanis karena telah beradaptasi pada tangan manusia, contohnya: Staphylococcus, Corynibacterium dan Klibsiella. Sedangkan flora transient adalah flora transit atau flora kontaminasi yang jenisnya tergantung dari lingkungan tempat bekerja, kuman ini mudah dihilangkan dengan cuci tangan yang efektif. Contohnya: Staphylococcus aureus, Streptococci, Pseudomonas, E.Coli, mikroorganisme tersebut dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan tangan dengan gesekan mekanik dan cuci tangan yang efektif (Zulpahiyana, 2013). 15

16 b. Tujuan Hand Hygiene Hand hygiene merupakan tindakan dasar untuk pencegahan infeksi, tujuan dilakukaknnya hand hygiene adalah untuk menghilangkan mikroorganisme dari tangan (Sax, H et all, 2009; Zulpahiyana, 2013). Menurut WHO dalam Guideline on Hand Hygiene in Health Care a Summary dan Joint Commission International (JCI dalam artikel tentan Improve Hand Hygiene to Prevent Healthcare Associated Infections menjelaskan bahwa Hand hygiene bertujuan memutus transmisi penyebaran mikroorganisme, mengurangi penyebaran HAIs, dan untuk mencegah terjadinya HAIs di rumah sakit. Hal tersebut tidak saja ditujukan kepada petugas kesehatan tetapi juga pada pemimpin pengambilan kebijakan beserta manajer terkait (JCI & WHO, 2007 & WHO, 2009). c. Indikasi Hand Hygiene Menurut Pittet dkk dalam The World Health Organization Guidelines on Hand Hygiene Health Care and Their Consensus Recommendations menyebutkan indikasi hand hygiene sebagai berikut: 1. Mencuci tangan dengan sabun dan air saat tangan kotor, tangan terkena darah, cairan tubuh atau setelah menggunakan toilet. 2. Jika terpapar spora patogen yang diduga kuat berpotensi terkena Clostridium difficile maka cuci tangan dengan sabun dan air. 16

17 3. Gunakan handrub berbasis alkohol pada kegiatan rutin jika tangan tidak kotor, atau jika tidak terdapat handrub dapat diganti dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air. 4. Hand hygiene pada saat berikut: a) Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien b) Sebelum melakukan tindakan invasive pada pasien dengan atau menggunakan sarung tangan c) Setelah kontak dengan cairan tubuh atau selaput lendir, kulit yang non intact atau penutup luka d) Setelah kontak dengan anggota tubuh yang terkontaminasi berpindah ke bagian tubuh yang tidak terkontaminasi dari pasien yang sama e) Setelah kontak dengan peralatan medis yang berada di dekat pasien f) Setelah melepas sarung tangan steril dan non steril 5. Sebelum menyiapkan obat atau makanan bersihkan tangan dengan menggunakan handrub berbasis alkohol atau cuci tangan dengan sabun dan air 6. Sabun dan handrub berbasis alkohol tidak boleh digunakan secara bersamaan. 17

18 Gambar 2.3. hand hygiene 5 momen berdasarkan WHO. Sumber: WHO,2009.Guideline on Hand Hygiene in Health Care a Summary. d. Teknik hand hygiene Hand hygiene yang dilakukan di ruang operasi meliputi 3 teknik hand hygiene antara lain: (WHO, 2009). 1. Handrub Handrub dilakukan dengan menggunakan cairan berbasis alkohol, dan hanya boleh dilakukan jika kondisi tangan dalam keadaan bersih. 2. Handwash Handwash dilakukan dengan menggunakan air mengalir dan sabun. Indikasi apabila tangan terlihat kotor, sehingga bisa dibersihkan dengan air mengalir. 3. Surgical hand preparation Teknik hand hygiene operational hand preparation dilakukan seorang dokter atau perawat yang akan melakukan operasi. Teknik ini memang 18

19 agak sedikit berbeda. Apabila tangan terlihat kotor, cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun. Penggunaan sikat tidak dianjurkan. Jika tangan sudah mengering gunakan cairan berbasis alkohol untuk hand hygiene. Hand hygiene menjadi lebih efektif bila tangan bebas luka, kuku pendek dan bersih, tangan dan pergelangan bebas dari perhiasan dan pakaian. Surgical hand preparation yang masih menggunakan sabun dan air memang masih diperbolehkan, akan tetapi lebih efektif dengan menggunakan surgical hand preparation berbasis alkohol. Gambar 2.4. teknik hand hygiene berdasarkan WHO. Sumber: WHO, 2009.Guideline on Hand Hygiene in Health Care a Summary. 19

20 3. Kepatuhan Petugas Kesehatan terhadap Hand Hygiene a. Definisi Kepatuhan Kepatuhan yang berasal dari kata patuh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki definisi suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku yang sesuai dengan aturan dan berdisiplin. Menurut Kelman seperti yang dikutip oleh Alhamda 2014, perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru internalisasi. Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru, dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari kehidupannya. Kepatuhan petugas kesehatan hand hygiene di beberapa Rumah sakit dilaporkan masih sangat rendah, dan data kepatuhan hand hygiene di ruang operasi juga sangat terbatas (Krediet, A.C et all, 2011). b. Faktor Pendukung Hand Hygiene Kepatuhan hand hygiene dapat ditingkatkan dengan memperhatikan hal-hal antara lain: usia, pendidikan, masa kerja, 20

21 pengetahuan, pengawasan, kebijakan, tenaga kerja, fasilitas, serta niat/ intention. Seperti yang dilaporkan Randle 2006 bahwa kampanye tentang pentingnya hand hygiene sangatlah berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan hand hygiene. Selain itu, adanya fasilitas hand hygiene juga mempengaruhi kepatuhan petugas kesehatan terhadap hand hygiene. c. Kendala hand hygiene Beberapa laporan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya angka hand hygiene antara lain: (WHO,2009) 1. Bahan cuci tangan mengakibatkan iritasi pada kulit 2. Lokasi sarana/ prasarana yang tidak terlihat dan susah dijangkau 3. Kurangnya sabun, tisue dan handuk 4. Kurangnya waktu/ terlalu sibuk 5. Lebih memprioritaskan pelayanan pada pasien 6. Hand hygiene menganggu hubungan tenaga kesehatan dengan pasien 7. Resiko tertular infeksi dari pasien rendah 8. Keyakinan bahwa penggunaan sarung tangan menyingkirkan kebutuhan hand hygiene 9. Kurangnya pengetahuan tentang protokol/ guideine hand hygiene 10. Kurangnya pengalaman dan pendidikan 11. Kurangnya penghargaan/ motivasi 12. Kurangnya panutan dari rekan-rekan atau atasan 13. Kelupaan 21

22 14. Skeptis terhadap nilai hand hygiene 15. Tidak setuju terhadap rekomendasi hand hygiene 16. Kurangnya informasi ilmiah tentang dampak peningkatan hand hygiene terhadap HAIs B. Landasan Teori Berdasarkan WHO, hand hygiene dilakukan pada 5 momen dengan teknik yang benar. Beberapa teknik yang dijelaskan pada guideline WHO mengenai hand hygiene meliputi handrub, handwash dan surgical hand preparation. Sehingga pada proses pengolahan data dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hasil evaluasi kepatuhan hand hygiene di ruang operasi serta ketepatan teknik hand hygiene. Observasi kepatuhan petugas kesehatan di ruang operasi terhadap hand hygiene meliputi 5 momen hand hygiene dengan memperhatikan ketepatan teknik hand hygiene. C. Penelitian Terdahulu Sepanjang pengetahuan penulis, belum banyak penelitian yang mengangkat topik penelitian tentang evaluasi kepatuhan hand hygiene di ruang operasi rumah sakit secara spesifik. Padahal ruang operasi merupakan ruangan yang sangat tinggi resiko terjadinya infeksi. Terbukti dari tingginya angka infeksi luka operasi (ILO) terutama di negara dengan penghasilan rendah sampai dengan menengah, dilaporkan angka ILO mencapai 29,1%. 22

23 Berikut penelitian terdahulu tentang kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene : 1. Penelitian yang dilakukan oleh A. C. Krediet, C. J. Kalkman, M. J. Bonten, A. C. M. Gigengack and P. Barach tahun 2011 dengan judul Hand-hygiene practices in the operating theatre: an observational study di Netherlands menemukan bahwa Kepatuhan terhadap pedoman hand hygiene yang dilakukan oleh staf ruang operasi adalah sangat rendah. Hal ini berpotensi menghadapkan pasien pada transmisi mikroba, HAIs, dan dapat membahayakan pasien. Metode pengamatan secara langsung tersembunyi pada staff ruang operasi di pusat akademik medis dilakukan oleh satu pengamat terlatih. Hasil utama adalah frekuensi hand hygiene oleh tenaga kesehaan di ruang operasi, termasuk ahli anestesi, perawat anestesi, dokter bedah, bedah perawat, dan mahasiswa kedokteran. Tenaga kesehatan yang menggunakan steril scrubbed dieksklusi dalam penelitian ini. Berikut hand hygiene yang dipantau: (i)memasuki atau meninggalkan ruang operasi; dan (ii)sebelum kontak dengan pasien. Selanjutnya, frekuensi dari 'potensi kontaminasi' tercatat (menyentuh ruang operasi setelah kontak dengan pasien / cairan tubuh pasien tanpa hand hygiene). 2. Penelitian yang dilakukan oleh Veronika Megeus, Kerstin Nilsson, Jon Karlsson, Bengt I Eriksson dan Annette Erichsen Andersson pada tahun 2015 di Swedia dengan judul Hand hygiene and aseptic techniques during routine anesthetic care - observations in the 23

24 operating room. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada bukti kuat kepatuhan yang rendah terhadap pedoman hand hygiene di ruang operasi, sehingga kebutuhan terhadap strategi peningkatan hand hygiene yang efektif bersifat mendesak. Setiap strategi tersebut harus termasuk pendidikan dan pelatihan praktis dalam hal bagaimana melaksanakan hand hygiene dan teknik aseptik serta bagaimana menggunakan sarung tangan dengan benar. Selain itu tampaknya menjadi penting untuk mengoptimalkan proses kerja untuk mengurangi jumlah peluang tidak dipatuhinya hand hygiene sehingga meningkatkan kemungkinan dari hand hygiene yang memadai selama perawatan anestesi. Penelitian tersebut melakukan pengamatan terstruktur pada hand hygiene selama perawatan anestesi selama 94 prosedur bedah dikumpulkan dengan menggunakan alat pengamatan WHO di departemen bedah yang terdiri dari 16 kamar operasi yang terdiri dari tindakan bedah yang berbeda seperti bedah ortopedi, ginekologi, urologi dan bedah umum. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Neila Fauzia tahun 2014, yang berjudul Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit menunjukkan hasil bahwa perilaku hand hygiene perawat yang sesuai dengan SPO yang berlaku di rumah sakit tersebut berkisar antara 36% - 42%, tergolong masih rendah terutama pada kepatuhan teknik hand hygiene. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. 24

25 Metode yang digunakan dengan cara observasi hanya pada satu kali moment hand hygiene. Subjek penelitian adalah perawat pelaksana yang berada di 5 ruang rawat inap. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Elies Ernawati tahun 2014 dengan judul Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit menunjukkan hasil bahwa kepatuhan perawat terhadap hand hygiene di ruang rawat inap rumah sakit masih rendah (35%). Angka kepatuhan yang tinggi ditemukan pada momen sesudah kontak atau melakukan tindakan, sedangkan kepatuhan hand hygiene sebelum kontak sangat rendah bahkan nol pada momen sebelum kontak dengan pasien. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observational dengan target populasi perawat yang bekerja di unit rawat inap rumah sakit sebanyak 65 orang perawat. Teknik pengambilan sampel dengan proporsional stratified random sampling 80% sehingga didapatkan sampel sebanyak 54 orang perawat. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Joko Jamaluddin dkk tahun 2012 dengan judul Kepatuhan Cuci Tangan 5 momen di Unit Perawatan Intensif. Penelitian ini melibatkan 27 perawat di unit perawatan intensif sebagai subjek penelitian, yang sebelumnya telah diberikan kuliah tentang pengetahuan cuci tangan 5 momen sebagai sosialisasi progam pengendalian infeksi WHO. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan perawat sebelum dan sesudah diberikkan kuliah, dilakukan uji pengetahuan dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validasi 25

26 dan relibilitasnya. Hasil dari sosialisasi tersebut dapat meningkatkan pengetahuan tentang cuci tangan pada para perawat. Setalah itu dilakukan penilaian terhadap kepatuhan melakukan cuci tangan 5 momen. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada kepatuhan cuci tangan momen ke-2 dan ke-3, tetapi tidak ada perbedaan kepatuhan pada momen ke-1 dan momen ke Penelitian yang dilakukan oleh Anita Tri Kusuma 2015, yang berjudul Evaluasi Pelaksanaan Hand Hygiene pada Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari. Penelitian ini dilakukan di bangsal penyakit dalam, dengan melibatkan semua karyawan baik petugas medis, para medis maupun non kesehatan. Pada penelitian ini dilakukan observasi secara langsung pada 5 momen hand hygiene. Selain itu juga dilakukan observasi ketepatan handrub dan handwash pada tiap-tiap momen hand hygiene. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan hand hygiene tertinggi pada perawat ruangan (78,8%) dan yang terendah adalah petugas oksigen yaitu sebesar (3,3%). Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan keenam penelitian di atas adalah pada penelitian ini, hand hygiene yang dievaluasi meliputi 5 momen hand hygiene dan teknik hand hygiene di ruang operasi meliputi (handrub, handwash dan surgical hand preparation) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di ruang operasi. Penelitian dilakukan dengan cara observasi secara langsung. Lalu hasil observasi langsung digunakan sebagai panduan 26

27 wawancara pada petugas kesehatan ruang operasi dengan menggunakan pertanyaan terbuka terkait dengan faktor pendukung, kendala serta kebijakan rumah sakit terkait dengan hand hygiene, sehingga penelitian ini bersifat kualitatif. D. Kerangka Konsep Angka kejadian infeksi HAIs tinggi Disebabkan oleh infeksi silang tangan petugas kesehatan dengan sumber infeksi Hand hygiene (handrub, handwash dan surgical hand preparation) dengan momen dan teknik yang tepat dapat menurunkan resiko terjadinya HAIs Evaluasi kepatuhan 5 momen hand hygiene dan ketepatan teknik hand hygiene E. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kepatuhan petugas kesehatan terhadap 5 momen hand hygiene di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau? 2. Bagaimana kepatuhan petugas kesehatan terhadap teknik hand hygiene (handrub, handwash dan surgical hand preparation) di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau? 27

28 3. Bagaimanakah kepatuhan petugas kesehatan terhadap hand hygiene di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau? 28

29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan studi observasi dan wawancara mengenai hand hygiene di RSUD Datu Sanggul Rantau. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek responden penelitian ini meliputi tenaga kesehatan yang berada di ruang operasi, yaitu dokter spesialis, penata anastesi, bidan dan perawat di ruang operasi. Jumlah petugas kesehatan 9 orang. Objek penelitian ini adalah praktek hand hygiene (handrub, handwash dan surgical hand preparation) pada 5 momen. Penelitian dilakukan selama 12 hari, tanggal 1 Desember 15 Desember Pengambilan data dilakukan bertahap, peneliti melakukan observasi hand hygiene pada operasi yang dapat diikuti oleh peneliti. Sehingga terkumpul 110 momen hand hygiene. C. Sampel Penelitian Tenaga kesehatan yang melakukan hand hygiene pada 5 momen dicatat serta dilakukan observasi mengenai ketepatan teknik hand hygiene. Pengambilan sample dilakukan dengan cara mengamati momen hand hygiene yang dapat diobservasi dengan lengkap oleh peneliti, sehingga jika terdapat 29

30 momen hand hygiene yang dilakukan bersamaan, peneliti hanya mengobservasi salah satunya sehingga pengambilan data bersifat accidental sampling. a. Kriteria inklusi 1) Tenaga kesehatan yang berada di ruang operasi, meliputi dokter spesialis, penata anastesi, bidan dan perawat. 2) Bersedia menjadi subjek dan objek penelitian. b. Kriteria eksklusi adalah petugas kesehatan yang tidak berada di ruang operasi selama penelitian berlangsung. D. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah kepatuhan hand hygiene. Indikator untuk mengukur kepatuhan hand hygiene yaitu melakukan hand hygiene sesuai dengan indikasi 5 momen hand hygiene serta ketepatan teknik hand hygiene yang meliputi handrub, handwash, dan surgical hand preparation. Indikator 5 momen hand hygiene antara lain sebagai berikut : 1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Sebelum melakukan prosedur asepsis 3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien 4. Setelah kontak dengan pasien 5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien 30

31 Hand hygiene yang dilakukan di ruang operasi antara lain handrub, handwash (Anita Tri Kusuma, 2015) dan surgical hand preparation berdasarkan Association of perioperative Registered Nurses Journal / AORN, 2012). Berikut prosedur pelaksanaan tiap-tiap jenis hand hygiene di ruang operasi : 1. Handrub berbasis alkohol 1) Melakukan handrub pada saat tangan tidak kotor 2) Melakukan 6 langkah hand hygiene dengan benar 3) Waktu yang dibutuhkan detik 2. Handwash dengan sabun dan air mengalir 1) Membasahi tangan dengan air mengalir, mengambil sabun secukupnya 2) Melakukan 6 langkah hand hygiene dengan benar 3) Membilas tangan dengan air mengalir hingga bersih 4) Mengeringkan tangan dengan tisu/ handuk sekali pakai 5) Waktu yang dibutuhkan detik 3. Surgical hand preparation (dengan sabun antiseptik dan air mengalir) Association of perioperative Registered Nurses Journal / AORN, 2012). 1) Melepaskan cincin, jam tangan, gelang dan perhiasan tangan lainnya 2) Memakai masker selama melakukan surgical hand preparation 3) Membersihkan tangan sampai dengan lengan dengan sabun dan air mengalir 4) Membersihkan kuku di bawah air mengalir 5) Membilas tangan dan lengan dengan posisi di bawah air mengalir 31

32 6) Mengambil sabun anti septik dengan memutar/ menekan kran menggunakan siku, lalu menggosok menggunakan sponge lembut tangan hingga siku kanan dan kiri bergantian dengan posisi tangan ditinggikan selama 3-5 menit 7) Menjaga tangan posisi ditinggikan kemudian membilas tangan hingga siku, menjaga cipratan air dan mematikan kran dengan siku. E. Definisi Operational Variabel Penelitian 1. Kepatuhan hand hygiene adalah perilaku yang sesuai dengan aturan (patuh) terhadap kegiatan membersihkan tangan baik dengan sabun dan air atau menggunakan handrub. 2. Hand hygiene 5 momen adalah momen ketika petugas kesehatan harus melakukan hand hygiene, 5 momen tersebut antara lain: 1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Sebelum melakukan prosedur asepsis 3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien 4. Setelah kontak dengan pasien 5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien 3. Teknik/ prosedur hand hygiene Hand hygiene yang dilakukan di ruang operasi meliputi 3 teknik hand hygiene antara lain: (WHO, 2009). 1. Handrub berbasis alkohol 1) Melakukan handrub pada saat tangan tidak kotor 32

33 2) Melakukan 6 langkah hand hygiene dengan benar 3) Waktu yang dibutuhkan detik 2. Handwash dengan sabun dan air mengalir 1) Membasahi tangan dengan air mengalir 2) Mengambil sabun secukupnya 3) Melakukan 6 langkah hand hygiene dengan benar 4) Membilas tangan dengan air mengalir hingga bersih 5) Mengeringkan tangan dengan tisu/ handuk sekali pakai 6) Waktu yang dibutuhkan detik 3. Surgical hand preparation (dengan sabun antiseptik dan air mengalir) 1) Melepaskan cincin, jam tangan, gelang dan perhiasan tangan lainnya serta menyingsingkan lengan baju hingga ke siku 2) Memakai masker selama melakukan surgical hand preparation 3) Membersihkan tangan sampai dengan siku dengan sabun dan air mengalir 4) Membersihkan kuku dengan pick kuku di bawah air mengalir 5) Membilas tangan sampai dengan lengan siku dengan posisi di bawah air mengalir 6) Mengambil sabun anti septik dengan memutar/ menekan kran menggunakan siku, lalu menggosok menggunakan sponge lembut tangan hingga siku kanan dan kiri bergantian dengan posisi tangan ditinggikan selama 3-5 menit 33

34 7) Menjaga tangan posisi ditinggikan kemudian membilas tangan hingga siku, menjaga cipratan air dan mematikan kran dengan siku. F. Instrumen Penelitian 1. Studi Observasi Peneliti mengobservasi hand hygiene 5 momen dan ketepatan teknik hand hygiene (handrub, handwash, dan surgical hand preparation) yang terjadi di ruang operasi selama penelitian berlangsung dengan menggunakan checklist observasi hand hygiene berdasarkan WHO dan tim PPIRS RSUP Sardjito. Hand hygiene 5 momen adalah momen ketika petugas kesehatan harus melakukan hand hygiene, 5 momen tersebut antara lain: 1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Sebelum melakukan prosedur asepsis 3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien 4. Setelah kontak dengan pasien 5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien Teknik/ prosedur hand hygiene Hand hygiene yang dilakukan di ruang operasi meliputi 3 teknik hand hygiene antara lain: (WHO, 2009). 1. Handrub berbasis alkohol 1) Melakukan handrub pada saat tangan tidak kotor 34

35 2) Melakukan 6 langkah hand hygiene dengan benar 3) Waktu yang dibutuhkan detik 2. Handwash dengan sabun dan air mengalir 1) Membasahi tangan dengan air mengalir 2) Mengambil sabun secukupnya 3) Melakukan 6 langkah hand hygiene dengan benar 4) Membilas tangan dengan air mengalir hingga bersih 5) Mengeringkan tangan dengan tisu/ handuk sekali pakai 6) Waktu yang dibutuhkan detik 3. Surgical hand preparation (dengan sabun antiseptik dan air mengalir) 1) Melepaskan cincin, jam tangan, gelang dan perhiasan tangan lainnya serta menyingsingkan lengan baju hingga ke siku 2) Memakai masker selama melakukan surgical hand preparation 3) Membersihkan tangan sampai dengan siku dengan sabun dan air mengalir 4) Membersihkan kuku dengan pick kuku di bawah air mengalir 5) Membilas tangan sampai dengan lengan siku dengan posisi di bawah air mengalir 6) Mengambil sabun anti septik dengan memutar/ menekan kran menggunakan siku, lalu menggosok menggunakan sponge lembut tangan hingga siku kanan dan kiri bergantian dengan posisi tangan ditinggikan selama 3-5 menit 35

36 7) Menjaga tangan posisi ditinggikan kemudian membilas tangan hingga siku, menjaga cipratan air dan mematikan kran dengan siku. Angka kepatuhan hand hygiene dihitung dengan menggunakan rumus : Kepatuhan (%) = Performa aksi x100 Kesempatan Tiap item prosedur hand hygiene diberi skor 1 jika dilakukan dengan benar, dan 0 jika tidak dilakukan. 2. Alat wawancara Wawancara mengunakan alat tulis, yang peneliti gunakan saat wawancara dengan responden. Pertanyaan berupa kebijakan serta program rumah sakit dalam meningkatkan hand hygiene, serta faktor pendukung dan kendala petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene. 3. Pedoman wawancara. Instrumen wawancara berisikan pedoman pertanyaan yang berkaitan dengan kontrol infeksi di ruang operasi. Wawancara dilakukan 3 hal, yaitu: a. Wawancara dengan Kepala ruang untuk mengetahui pemahaman Kepala Ruang terhadap Kebijakan dan penerapan program hand hygiene. b. Wawancara dengan pihak PPIRS untuk mengetahui kebijakan PPIRS. 36

37 c. Wawancara dengan staf ruang operasi terkait faktor-faktor pendukung dan kendala dalam melakukan 5 momen hand hygiene dengan teknik yang tepat. G. Analisis Data Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Melakukan observasi hand hygiene 5 momen dan ketepatan teknik hand hygiene (handrub, handwash, dan surgical hand preparation). 2. Penyajian data dalam bentuk naratif. 3. Penarikan kesimpulan hasil penelitian dengan membandingkan pertanyaan penelitian dengan hasil penelitian. I. Jalannya Penelitian 1. Persiapan a. Studi pendahuluan Pada awal penelitian, penulis melakukan pengamatan ke ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau Tapin. b. Studi kepustakaan untuk mendapatkan acuan penelitian, dengan mengikuti mengumpulkan beberapa literatur mengenai kepatuhan hand hygiene, mencari bahan penelitian sebelumnya dan mencari materimateri pendukung terkait hand hygiene. c. Pengadaan Instrumen Peneliti memakai instrument WHO tentang observasi 5 momen dan ketepatan teknik hand hygiene (handrub, handwash, dan surgical hand 37

38 preparation). Kemudian untuk instrument berupa pertanyaan wawancara, peneliti menggunakan pertanyaan berupa pertanyaan terbuka mengenai kebijakan serta program rumah sakit dalam meningkatkan hand hygiene, serta faktor pendukung dan kendala petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene. d. Pengajuan ijin penelitian 2. Pelaksanaan penelitian a. Mengidentifikasi subyek penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. b. Melakukan observasi terhadap pelaksanaan hand hygiene. c. Melakukan analisis data observasi d. Melakukan wawancara mendalam dengan pedoman wawancara yang disusun mendasar pada kesenjangan data observasi. 3. Tahap akhir a. Data hasil wawancara yang disesuaikan dengan variable penelitian. b. Menyusun hasil data menjadi laporan penelitian. I. Etika Penelitian Tujuan etika dalam penelitian ini adalah menjamin agar tidak ada yang dirugikan dalam penelitian ini atau mendapat dampak negative. Sebelum melakukan penelitian peneliti minta ijin kepada Direktur RSUD Datu Sanggul Rantau Tapin di tempat penelitian dilaksanakan. Etika dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk : (1) Confidentiality, melindungi kerahasiaan 38

39 identitas responden dan menjamin kerahasian informasi yang diberikan responden, (2) Informed consent, meminta persetujuan responden sebelum mengisi kuesioner atau sebelum diwawancarai, (3) Benefit, peneliti berusaha memaksimalkan manfaat penelitian dan meminimalkan kerugian yang timbul akibat penelitian, (4) Justice, semua responden dalam penelitian diperlakukan secara adil dan diberi hak yang sama, (5) Melakukan cross chek kepada responden untuk mendapatkan validitas data dan tingkat kepercayaan terhadap instrumen penelitian baik dan wawancara. Validitas dari penelitian ini menggunakan tehnik triangulasi, dengan melakukan validasi hasil wawancara kepada Kepala ruang operasi, untuk menghindari subyektifitas hasil wawancara dan diperlukan untuk menghindari kejadian interprestasi, dalam hal ini peneliti merujuk pada teori yang digunakan untuk penelitian. 39

40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil RSUD Datu Sanggul Rantau Rumah Sakit Umum Daerah Datu Sanggul Rantau terletak di Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Tapin dengan Ibukotanya Rantau sebagai Ibukota Kabupaten merupakan salah satu dari sebelas kabupaten/ Kota yang ada di Kalimantan Selatan yang berjarak 113 km dari Banjarmasin. Berdasarkan letak geografisnya, batas wilayah Kabupaten Tapin adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Banjar, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Barito Kuala, sebelah timur berbatasan dengan Hulu Sungai Selatan. Luas daerah Kabupaten Tapin adalah ,95 km 2, yang terdiri dari 12 kecamatan, 133 desa dan 8 kelurahan. Adapun letak RSUD Datu Sanggul Rantau, berada tepat di jantung kota Rantau, tepatnya di jalan Brigjen H.Hasan Basery km.1 Rantau. Luas lahan RSUD Datu Sanggul Rantau kurang lebih ,32 m 2 dan luas bangunan ,6 m 2. Rumah Sakit Umum Daerah Datu Sanggul Rantau merupakan rumah sakit tipe C, memiliki SDM sebanyak 300 orang, 11 instalasi pelayanan rawat jalan, 7 ruang perawatan dengan kapasitas 118 TT, dan pada tahun 2014 jumlah kunjungan poliklinik yaitu sebanyak kunjungan. 40

41 2. Karakteristik responden Petugas Kesehatan di Ruang Operasi RSUD Datu Sanggul Rantau Data ketenagaan pegawai ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau adalalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Data Ketenagaan Ruang Operasi RSUD Datu Sanggul Desember 2015 P T Jabatan a Pegawai Jumlah b e l L P Dokter Spesialis Mata Dokter Spesialis. Obgin 1 Dokter Spesialis Bedah Penata Anastesi 2 2 Bidan 2 2 Perawat Petugas kesehatan yang berasal dokter spesialis meliputi 1 orang spesialis obsgin, 1 orang spesialis bedah dan 1 orang spesialis mata. Selanjutnya untuk penata anastesi, 1 orang D3 dan 1 orang D4. Bidan dan perawat di ruang operasi memiliki pendidikan D3. Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur, latar belakang pendidikan dan jabatan adalah sebagai berikut : 41

42 Tabel 4.2 Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik Responden Frekuensi Presentase (%) Umur tahun tahun tahun tahun tahun tahun >50 tahun Pendidikan D3 D4 Spesialis Jabatan Dokter Spesialis Penata anastesi Bidan Perawat ,6% 16,6% 33,3% 8,3% 66,7% 8,3% 25% 25% 16,6% 16,6% 41,6% Tabel di atas menunjukkan bahwa petugas kesehatan ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau sebagian besar usia tahun yaitu sebesar 41,6% dan termasuk usia produktif, berdasarkan kriteria pendidikan sebanyak 66,7% memiliki pendidikan D3, dan sebanyak 41,6% menjabat sebaagai perawat. B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 42

43 1. Hasil Observasi Rumah Sakit Umum Daerah Datu Sanggul rantau memiliki layanan 24 jam yang mencakup instalasi gawat darurat, ICU, pelayanan operasi dan pelayanan bersalin. Selain itu juga terdapat pelayanan penunjang medik dan teknis medik seperti laboratorium klinik, farmasi, radiologi, elektromedik, rekam medik, medikolegal, pelayanan gizi dan lain-lain. Pelayanan operasi meliputi operasi di bidang bedah umum, mata dan obstetri ginekologi. Pihak manajemen RSUD Datu Sanggul Rantau, telah melakukan sosialisasi mengenai hand hygiene di tiap-tiap ruangan perawatan, serta mengupayakan melengkapi sarana dan prasarana hand hygiene. Berikut ketersediaan sarana pendukung yang telah diupayakan oleh pihak manajemen rumah sakit : Gambar 4.1. Sarana Pendukung Hand Washing dan Surgical Hand Preparation Pada beberapa gambar di atas, sarana hand hygiene dirasakan masih kurang seperti yang direkomendasikan oleh depkes RI 2012, belum 43

44 dilengkapi dengan ultra violet (UV) dan water sterilizer, serta belum tersedianya tempat cairan desinfektan yang pengambilannya dapat menggunakan siku atau dengan dengkul. Sedangkan cairan handrub berbasis alkohol telah disediakan di tiap-tiap ruang operasi, akan tetapi pada tiap pintu masuk belum ditemukan adanya handrub berbasis alkohol yang diletakkan di dinding pintu masuk. 2. Hasil Dokumentasi Berikut hasil kepatuhan mengenai kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau Tapin, antara lain sebagai berikut : 1) dokter spesialis, 2) penata anastesi, 3) bidan dan 4) perawat. a. Tingkat kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau 68.20% 50% 72% 57.70% nilai 1. Dokter Spesialis 2. Penata Anastesi 3. Bidan 4. Perawat Diagram 4.5. Tingkat kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan Kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan RSUD Datu Sanggul Rantau Tapin memiliki rata-rata sebesar 62%. Kepatuhan hand hygiene tertinggi pada petugas kesehatan bidan yang ada di ruang operasi yaitu 44

45 sebesar 72%, dan angka kepatuhan hand hygiene terendah adalah penata anastesi sebesar 50%. Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nila Kumalasari 2015, bahwa petugas kesehatan perempuan lebih patuh dalam melaksanakan rekomendasi hand hygiene dibandingkan dengan petugas kesehatan laki-laki. Jika dibandingkan dengan angka kepatuhan hand hygiene RS X yang dilaporkan oleh Anita Tri Kusuma 55%, angka kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan di ruang operasi RSUD Datu Sanggul lebih tinggi. Dari penelitian tersebut disebutkan bahwa penyebab rendahnya angka kepatuhan hand hygiene antara lain : terbatasnya sarana dan prasarana yang disediakan RS, kurangnya pengetahuan petugas terhadap hand hygiene, kurangnya sosialisasi, kampanye serta poster-poster hand hygiene, dan juga tidak adanya audit/ evaluasi terhadap hand hygiene. Tetapi jika dibandingkan dengan kepatuhan hand hygiene RSU Haji Surabaya rata-rata kepatuhannya adalah 86,5%. Sehingga angka kepatuhan hand hygiene di RSUD Datu Sanggul lebih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh sarana dan prasarana hand hygiene yang kurang memadai serta kurangnya sosialisasi tentang pentingnya hand hygiene. b. Tingkat kepatuhan petugas kesehatan RSUD Datu Sanggul Rantau dalam melakukan hand hygiene berdasarkan 5 momen hand hygiene adalah sebagai berikut : 45

46 88.90% 85.70% 50% 54.50% 33.30% Nilai Diagram 4.6. Tingkat kepatuhan hand hygiene 5 momen Tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap 5 momen hand hygiene paling tinggi adalah momen 2 yaitu sebelum petugas kesehatan melakukan tindakan aseptik sebesar 88,90% dan momen hand hygiene paling rendah adalah momen 5 yaitu pada momen setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien yaitu sebesar 33,30%. Rendahnya kepatuhan hand hygiene pada momen 5 mungkin dipengaruhi oleh ketidaktauan dan ketidakpedulian petugas kesehatan tentang penyebaran HAIs melalui alatalat kesehatan ataupun lingkungan sekitar pasien. c. Angka kepatuhan hand hygiene tiap-tiap momen pada masing-masing profesi adalah sebagai berikut : 46

47 100% 90% 50% 57% 25% dokter spesialis Diagram 4.7. Angka Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Moment yang Dilakukan (Dokter Spesialis). Diagram 4.8. Angka Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Moment yang Dilakukan (Penata Anastesi) 47

48 Diagram 4.9. Angka Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Moment yang Dilakukan (Bidan) Diagram Angka Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Moment yang Dilakukan (Perawat) 48

49 100% 100% 100% 100% 100% 100% 71.40% Nilai Diagram Langkah-langkah Surgical Hand Preparation WHO, 2009 telah membuat rekomendasi teknik surgical hand preparation berbasis alkohol. Akan tetapi, banyak rumah sakit di Indonesia yang belum menggunakan teknik tersebut. Oleh karena itu, WHO juga tidak melarang surgical hand preparation dengan menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir. Sehingga pada penelitian ini surgical hand preparation yang dilakukan adalah dengan menggunakan sabun antiseptik dan juga air mengalir. Teknik di atas merupakan rekomendasi dari AORN (Association of Perioperative Registered Nurses). 49

50 Langkah-langkah Teknik Handrub 90.90% 81.80% 57% Nilai Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Diagram Langkah-langkah Teknik Handrub Bersamaan dengan sosialisasi yang dilakukan rumah sakit, budaya handrub berbasis alkohol tampaknya mulai dilakukan oleh petugas kesehatan di ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau, hal tersebut berkaitan dengan ketersediaan sarana dan prasarana handrub yang disediakan oleh rumah sakit. Langkah-langkah Teknik Handwash 86.70% 80% 93.30% 73.30% 0% Nilai Diagram Langkah-langkah Teknik Handwash 50

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu. Sebagai wujud pengamalan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan tugasnya bagi dokter Aegroti Salus Lex Suprema, yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir, 2009).Keselamatan pasien

Lebih terperinci

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015 LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA BULAN JANUARI - MARET 2015 R S U HAJI SURABAYA KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA 2015 BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien, keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan di antaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Healthcare Associated Infections (HAIs) atau sering disebut dengan istilah infeksi nosokomial adalah merupakan masalah penting di seluruh dunia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Health Care Associates Infections (HCAI) adalah masalah besar dalam patient safety, dimana pengawasan dan kegiatan pencegahan harus menjadi prioritas utama untuk dilakukan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi masih menjadi permasalahan di berbagai negara berkembang di dunia karena menjadi penyebab kematian dan kecatatan dengan jumlah kasus yang selalu bertambah setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumen rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya sebuah rumah sakit tidak hanya dari jenis dan macam penyakit yang harus

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Healthcare Acquired Infections (HAIs) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang tidak didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesehatan tidak bisa terlepas dari keselamatan pasien, yang merupakan suatu upaya dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi nasokomial merupakan persoalan serius yang menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran berjumlah 11 orang yang terdiri dari 4 dokter dan 7 perawat. Setiap hari terdapat 3 kali pergantian shift perawat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin meningkat, termasuk angka kejadian infeksi nosokomial. 1 Infeksi nosokomial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi di rumah sakit merupakan masalah yang cukup besar pada pelayanan kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial merupakan infeksi serius dan berdampak merugikan pasien karena harus menjalani perawatan di rumah sakit lebih lama. Akibatnya, biaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pencegahan dan Pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) yang ektif menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit yang baik. Mengingat pentingnya program Pencegahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hand hygiene merupakan tindakan sederhana dengan mencuci tangan yang terbukti dapat mencegah penyakit. Akan tetapi, tindakan sederhana ini seringkali tidak dihiraukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional, pusat terapi dan diagnosis yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau yang saat ini lebih dikenal dengan Health-care Associated Infections (HAIs) adalah penyebab paling penting mortalitas dan morbiditas pasien di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN Nita Puspitasari*, Mula Tarigan** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.2 Kepala Ruangan 1.2.1 Pengertian Kepala Ruangan Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan profesional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan Surat Permohonan untuk Bersedia menjadi Responden Assalamualaikum Dengan hormat, Dengan ini saya, Nama : Diani Susanti NIM : 20140310087 Pendidikan : Program Studi

Lebih terperinci

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasien yang dirawat di rumah sakit sangat rentan terhadap infeksi di rumah sakit yang dapat terjadi karena tindakan perawatan selama pasien dirawat di rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) serta kegiatan pelayanan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewaspadaan umum (universal precaution) merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit yang oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran berjumlah 11 orang yang terdiri dari 4 dokter dan 7 perawat. Pada klinik tersebut terdapat 7 tempat tidur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka rumah sakit dituntut untuk melaksanakan pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap tahun ratusan juta pasien di seluruh dunia terjangkit infeksi terkait perawatan kesehatan. Hal ini signifikan mengarah pada fisik dan psikologis dan kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan masalah besar yang dihadapi rumah sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, terlebih lagi di negara berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi didapatkan dengan

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat Dalam Mencuci Tangan Cara Biasa Sesuai SOP

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di

BAB I PENDAHULUAN. Ratusan juta pasien terkena dampak Health care-associated infections di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), health care-associated infections (HAIs) atau infeksi dapatan di pelayanan kesehatan adalah efek samping yang paling sering

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan metode eksperimen yaitu quasy-eksperimental pre-post test design dimana didalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated Infections (HAIs) terjadi di seluruh dunia, baik di negara sedang berkembang maupun negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk mengetahui status kesehatan pasien yang paling utama. Keluarga pasien mempunyai hak untuk diberitahukan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan rumah sakit adalah lingkungan yang mengandung berbagai dampak negatif terhadap semua komponen yang terlibat dalam proses pelayanan kesehatan yang mana dampak

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA DISUSUN OLEH TIM PPI RS SYAFIRA Jl. JenderalSudirman No. 134 Pekanbaru Telp. (0761) 3061000 Fax : (0761) 41887 Email :cso@rssyafira.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, infeksi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Menurut Paren (2006) pasien dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika pada saat masuk belum mengalami infeksi kemudian setelah dirawat selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan klien, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Peran perawat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan klien, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Peran perawat BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang dilakukan penelitian, pernyataan masalah penelitian, pernyataan tujuan umum dan tujuan khusus penelitian, kerangka konseptual dan teoretikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Universal precaution (kewaspadaan standar) merupakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh (1). Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diderita pasien selama dirawat di rumah sakit atau di tempat pelayanan lain, atau infeksi yang disebabkan oleh mikroba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasi-eksperiment pre test dan post test design. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan 2.1.1. Definisi Kepatuhan Kamus Umum Bahasa Indonesia mendeksripsikan bahwa patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi dapat terjadi pada semua orang yang kontak dengan pasien termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter gigi ) Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare Associated Infection) merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Infeksi ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan (Huber, 2010). Pencegahan pengendalian infeksi nosokomial adalah program yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di negara yang sedang berkembang maupun negara maju sekalipun. Berbagai penelitian menunjukkan HAIs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Healthcare-Associated Infections (HAIs) atau biasa disebut infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat setelah pasien berada di rumah sakit atau pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai Healthcare Associated Infections (HAIs), yaitu infeksi yang berhubungan dengan asuhan pelayanan kesehatan, merupakan

Lebih terperinci

Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun 2014

Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun 2014 ANGKA INFEKSI RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA TAHUN 214 Trend Angka Infeksi Rumah Sakit Tahun 212-214,4%,3%,37%,2%,1%,%,5%,15% 212 213 214 Trend angka infeksi rumah sakit dari tahun 212 hingga 214 mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Teori Hand Hygiene a. Definisi hand hygiene Hand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengendalian infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang: latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Di jaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi masih menjadi permasalahan di berbagai negara berkembang di dunia dan penyebab kematian dan kecacatan dengan jumlah kasus yang selalu bertambah setiap tahunnya

Lebih terperinci

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

Bagian XIII Infeksi Nosokomial Bagian XIII Infeksi Nosokomial A. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian infeksi nosokomial 2. Menjelaskan Batasan infeksi nosocomial 3. Menjelaskan bagaimana proses terjadinya infeksi nosocomial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potter & Perry (2005) Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar Mencuci Tangan Kegiatan Belajar I Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus TUJUAN Pembelajaran Umum Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan untuk memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia Rumah Sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah sakit sebagai unit pelayanan medis tentunya tidak lepas dari pengobatan dan perawatan penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat adalah tenaga medis yang selama 24 jam bersama dengan pasien yang dirawat di rumah sakit. Peran perawat sangat besar dalam proses penyembuhan pasien. Perawat

Lebih terperinci

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT...

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS xxx NOMOR : 012 / SK /.xx / VII / 2012 TENTANG ICN (INFECTION CONTROL NURSE)/IPCN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE), DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi atau Healthcare Associated Infections (HAIs) di rumah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu mata rantai pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi utama sebagai tempat penyembuhan dan pemulihan penderita. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi peralatan khusus dan perawat yang terampil merawat pasien sakit

Lebih terperinci