KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 JRL Vol. 4 No.3 Hal Jakarta, September 2008 ISSN : KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR Setyawan Purnama, Noorhadi Rahardjo dan Budi Sulaswono Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Bulaksumur-Yogyakarta. Telp /Fax SetyaPurna@geo.ugm.ac.id Abstract There are two objectives of this research. First, to calculate water available and water need in the research area and second, to analysis the water balance. Water available cover rivers water and springs water, whereas water need cover domestic usage, industrial usage, rivers protect, cattle, fishery and irrigation. As a result, show that the biggest water available in Central Java is in Serayu River Basin namely million m3/year, whereas the smallest is in Juana River Basin namely million m3/year. In East Java, the biggest water available is in Downstream Bengawan Solo River Basin namely million m3/year, whereas the smallest is in Luminu Penguluran River Basin namely million m3/year. Base on the water balance, the water balance of both province are also variatifly. In Central Java, Serang-Lusi, Juana and Citanduy River Basin get water deficit along years, whereas in East Java, it is just Luminu Penguluran River Basin that get deficit along years. According the water surplus, Serayu River Basin in Central Java and Downstream Bengawan Solo River Basin in East Java get water surplus along years. Key words : water available, water need, water balance 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan air, terutama dari segi jumlah hampir selalu dihadapi di setiap wilayah. Upaya pelestarian sumberdaya air menjadi hal yang mutlak untuk segera dilaksanakan. Dalam kegiatan pelestarian dan pengelolaan sumberdaya air, diperlukan data yang akurat agar diperoleh kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada saat ini pemanfaatan sumberdaya air cenderung bersifat eksploitatif sehingga keberadaan sumberdaya air saat ini cenderung menurun jumlahnya dan telah mengalami degradasi. The Study of Formulation of Irrigation Development Programme in the Republic of Indonesia (FIDP) pada tahun 1993 yang dilakukan oleh Departemen PU dan Bappenas menghasilkan suatu prediksi bahwa pada tahun 2010 ketersediaan air di Pulau Jawa sebesar juta m3, sedangkan kebutuhan airnya mencapai juta m3. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 72,20 % kebutuhan air diserap sektor pertanian, 13,20% untuk kebutuhan domestik, 13,17% untuk pemeliharaan sungai, 1,11% untuk perikanan dan 0,33% untuk peternakan. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Martopo pada Tahun 1991 untuk Pulau Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dibandingkan antara kebutuhan dan ketersediaan air per kapita penduduk Bali terdapat angka 0,529 (53%) dan dari sudut keseimbangan air telah menunjukkan angka mendekati titik kritis. Selanjutnya pada tahun 1997, Departemen Pekerjaan Umum juga mengadakan penelitian hampir serupa, dengan penekanan pada ketersediaan air permukaan dibandingkan 131 JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

2 dengan kebutuhan airnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan air di Pulau Jawa dan Madura pada tahun 1995 sebesar ,15 juta m3/tahun. Kebutuhan air ini diperkirakan akan semakin meningkat hingga mencapai juta m3/tahun pada tahun Meskipun beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya permasalahan dalam sumberdaya air, namun inventarisasi potensi dan kondisi sumberdaya air dirasa belum berjalan secara optimal dan belum terkoordinasi dengan baik. Penerapan tata kelola yang baik (good governance) melalui prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipatif masih belum berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian inventarisasi sumberdaya air pada daerah-daerah yang dianggap sebagai daerah dengan pertumbuhan penduduk, dan ruang untuk industri yang besar serta daerah strategis sebagai penyangga pangan nasional seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan hal yang mutlak dilakukan. 1.2 Tujuan Penelitian a) Menghitung ketersedian dan kebutuhan air di daerah penelitian. b) Menganalisis imbangan air di daerah penelitian. 2. Metode Penelitian 2.1 Perhitungan Ketersediaan Air Dalam penelitian ini perhitungan ketersediaan air hanya meliputi ketersediaan air dari air sungai dan dari mataair. Ketersediaan air sungai dihitung berdasarkan data debit sungai pada setiap DAS yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Demikian pula halnya dengan ketersediaan air mataair yang dihitung berdasarkan data debit seluruh mataair yang terdapat pada masing-masing DAS di kedua provinsi tersebut. 2.2 Perhitungan Kebutuhan Air Kebutuhan air meliputi kebutuhan air untuk keperluan domestik, industri, pemeliharaan sungai, ternak, perikanan dan irigasi. Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan konsumsi air per kapita per hari, yang ditentukan sebesar 100 liter/orang/hari. Kebutuhan air untuk industri dihitung berdasarkan jumlah karyawan industri dan konsumsi pemakaian air per karyawan per hari. Data jumlah karyawan diperoleh dari Biro Pusat Statistik, sedangkan konsumsi pemakaian air per karyawan industri ditentukan menurut hasil dari studi FIDP (Nippon Koei, Co., Ltd, 1993), yaitu sebesar 500 liter/orang/hari. Perhitungan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai, peternakan, perikanan dan irigasi juga mengacu dari hasil studi FIDP disertai dengan pengecekan data dan kondisi di lapangan. Menurut hasil studi tersebut, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai merupakan perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan/penggelontoran per kapita, sedangkan kebutuhan air untuk peternakan dihitung berdasarkan jumlah ternak dan konsumsi air per kepala per hari, dimana jenis ternak yang diperhitungkan kebutuhan airnya adalah sapikerbau-kuda (40 liter/kepala/hari), kambingdomba (5 liter/kepala/hari), babi (6 liter/kepala/ hari) dan unggas (0,6 liter/kepala/hari). Kebutuhan air untuk perikanan dihitung berdasarkan luas kolam/tambak dan volume penggantian air per hari. Menurut hasil studi FIDP, penggantian air kolam adalah sebesar 7 m3/hari/ha. Kebutuhan air untuk pertanian dihitung dari perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhan air irigasi. Kebutuhan air irigasi dihitung menurut persamaan : (Ep x Kc) Inf + Peff Kebutuhan air irigasi = IR Ef dengan IR adalah kebutuhan air untuk penyiapan lahan, Ep adalah evaporasi potensial, Kc adalah koefi sien tanaman yang tergantung dari jenis dan umur tanaman, Inf adalah infi ltrasi/perkolasi, Peff adalah hujan efektif dan Ef adalah efi siensi irigasi. 132 JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

3 3. Hasil Penelitian 3.1 Ketersediaan Air Sungai Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 39 Tahun 1989, di Provinsi Jawa Tengah terdapat 9 Daerah Aliran Sungai (DAS), 4 DAS bermuara di pantai utara atau Laut Jawa, 4 DAS bermuara di pantai selatan atau Samudera Hindia dan 1 DAS bermuara di Selat Madura atau Provinsi Jawa Timur (Gambar 1). Daerah Aliran Sungai yang sungai utamanya bermuara di Laut Jawa mulai dari barat ke timur adalah DAS Pemali Comal (Kode DAS 2080), DAS Buyaran (Kode DAS 2101), DAS Serang-Lusi (Kode DAS 2102) dan DAS Juana (Kode DAS 2103). Daerah Aliran Sungai yang bermuara di Samodera Hindia dari barat ke timur adalah DAS Citanduy (Kode DAS 2070), DAS Serayu (Kode DAS 2091), DAS Luk Ulo Dulang (Kode DAS 2092) dan DAS Progo (Kode DAS 2111), sedangkan Daerah Aliran Sungai yang bermura di Selat Madura adalah DAS Bengawan Solo Hulu (Kode DAS 2121). Gambar 1. Pembagian DAS di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur 133 JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

4 Tabel 1. Ketersediaan Air Sungai di Provinsi Jawa Tengah DAS Debit (juta m3/bulan) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Pemali 1054, ,24 465,11 759,87 465,11 308,84 212,47 151,92 136,88 303,73 602,79 807,25 Comal Buyaran 74,13 75,95 71,07 57,28 36,11 28,07 20,97 15,32 15,34 24,34 37,76 53,58 Serang 9,79 11,92 11,59 8,94 7,26 6,64 5,59 5,31 4,89 5,52 6,76 8,22 Lusi Juana 5,70 7,02 5,18 4,28 2,51 1,99 1,68 1,53 1,40 2,07 3,81 5,26 Citanduy 13,22 11,97 12,05 10,21 7,80 7,33 6,38 6,38 6,06 5,75 11,07 12,34 Serayu 913, ,64 994,37 882,52 614,56 490,09 388,80 314,62 288,88 606, ,25 856,34 Luk Ulo 111,09 106,06 128,77 107,41 46,94 30,38 21,67 20,11 16,64 24,70 101,76 158,66 Dulang Progo 292,61 337,87 327,96 232,89 141,39 104,66 83,77 58,50 51,86 77,99 187,45 258,73 Bengawan Solo Hulu 451,14 755,36 656,37 342,77 101,45 100,93 72,34 51,45 49,58 113,27 238,80 295,10 Tabel 2. Ketersediaan Air Sungai di Provinsi Jawa Timur DAS Bengawan Solo Hilir Grindulu Panggul Brantas Hulu Brantas Hilir Luminu Penguluran Pekalen Sampean Debit (juta m3/bulan) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 3384, , , , ,95 685,89 469,69 264,98 223,38 650, , ,66 163,27 209,12 180,38 122,89 63,19 46,37 35,17 18,01 15,16 52,36 120,68 131,62 302,54 393,13 412,46 372,60 235,15 178,54 143,23 112,08 101,61 141,60 228,41 223, , , , ,10 533,56 529,78 351,42 286,42 249,38 392,71 565,78 677,94 21,2 3,01 3,94 3,55 1,53 1,04 0,73 0,73 0,54 0,70 1,76 1,97 195,90 248,18 225,81 175,40 128,25 105,39 89,19 75,79 71,77 79,49 106,95 148,91 Bajul Putih 82,22 97,87 94,01 65,73 52,25 34,66 34,66 23,22 27,09 39,42 55,49 50,70 Bedadung 407,36 513,09 429,11 332,06 212,78 143,80 143,80 117,62 115,47 163,50 249,14 307,44 Madura 454,22 619,67 654,84 580,84 296,29 122,76 165,06 111,69 111,69 171,30 319,05 355,00 Di Provinsi Jawa Timur terdapat 9 Daerah Aliran Sungai. Delapan DAS terdapat di Pulau Jawa yaitu DAS Bengawan Solo Hilir (Kode DAS 2122), DAS Grindulu Panggul (Kode DAS 2123), DAS Brantas Hilir (Kode DAS 2131), DAS Brantas Hulu (Kode DAS 2132), DAS Luminu Penguluran (Kode DAS 2133), DAS Pekalen Sampean (Kode DAS 2141), DAS Bedadung (Kode DAS 2142) dan DAS Bajul Putih (Kode DAS 2143), dan 1 DAS terdapat di Pulau Madura yaitu DAS Madura (Kode DAS 2150). Berdasarkan pembagian DAS tersebut, dihitung total ketersediaan air sungai di kedua provinsi tersebut dalam juta m3/bulan. Pada Tabel 1 ditunjukkan ketersediaan air sungai per bulan untuk tiap DAS di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan pada Tabel 2 ditunjukkan ketersediaan air sungai per bulan untuk tiap DAS di Provinsi Jawa Timur. 134 JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

5 3.2 Ketersediaan Air Mataair Mataair merupakan salah satu jenis sumberdaya air yang penting artinya terutama untuk keperluan air minum dan irigasi. Bahkan sebagian besar atau seluruh air minum kemasan yang kita konsumsi sumber airnya berasal dari mataair. Oleh karena itu inventarisasi sumberdaya ini menjadi penting artinya guna pengembangan penggunaannya di waktu mendatang. Untuk menyederhanakan pembahasan mengenai sub bab ini, mataair di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur digolongkan menjadi 4 kelompok berdasarkan debit airnya sebagai berikut : 1. Mataair dengan debit < 10 liter/detik dikatakan mempunyai debit kecil 2. Mataair dengan debit liter/detik dikatakan mempunyai debit sedang 3. Mataair dengan debit liter/detik dikatakan mempunyai debit besar 4. Mataair dengan debit > 500 liter/detik dikatakan mempunyai debit sangat besar Hasil penggolongan tersebut ditunjukkan pada Tabel 3 dan 4. Daerah Aliran Sungai Tabel 3. Jumlah dan Debit Mataair di Provinsi Jawa Tengah Debit Mataair (liter/detik) Jumlah Mataair < > 500 Pemali Comal Buyaran Serang Lusi Juana Citanduy Serayu Luk Ulo Dulang Progo Bengawan Solo Hulu Daerah Aliran Sungai Tabel 4. Jumlah dan debit mataair di Provinsi Jawa Timur Debit Mataair (liter/detik) Jumlah Mataair < > 500 Bengawan Solo Hilir Grindulu Panggul Brantas Hulu Brantas Hilir Luminu Penguluran Pekalen Sampean Bajul Putih Bedadung Madura JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

6 Berdasarkan Tabel 3 dan 4 tersebut terlihat bahwa Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki cukup banyak mataair. Meskipun demikian, seperti di daerah-daerah lainnya mataair yang ada sebagian besar mempunyai potensi atau debit yang kecil. Di Provinsi Jawa Tengah terdapat 380 mataair, dengan 162 mataair mempunyai debit kurang dari 10 liter/detik, 161 mataair mempunyai debit antara liter/ detik, 40 mataair mempunyai debit antara liter/detik dan 17 mataair mempunyai debit lebih dari 500 liter/detik. Di Provinsi Jawa Timur dijumpai 1242 mataair. Dari jumlah tersebut 18 mataair mempunyai debit sangat besar atau lebih dari 500 liter/detik, 162 mataair mempunyai debit besar atau antara liter/detik, 656 mataair mempunyai debit sedang atau antara liter/detik dan 406 mataair mempunyai debit kecil atau kurang dari 10 liter/detik. Sebagai catatan, untuk mataair yang mempunyai debit kurang dari 10 liter/detik sebenarnya jumlahnya lebih banyak lagi. Tetapi sering tidak ditabulasi karena dianggap kurang berpotensi. Selanjutnya berdasarkan pembahasan tersebut, dapat dihitung total ketersediaan air dari mataair di kedua provinsi tersebut dalam juta m3/bulan seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Ketersediaan Air dari Mataair di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur Provinsi Daerah Pengaliran Debit total mataair Sungai (DAS) (juta m3/bulan) Jawa Tengah DAS. Pemali Comal 7,55 DAS. Buyaran 9,93 DAS. Serang Lusi 3,67 DAS. Juana 3,83 DAS. Citanduy 0,28 DAS. Serayu 14,49 DAS. Luk Ulo Dulang 0,96 DAS. Progo 5,90 DAS. Bengawan Solo Hulu 36,70 Jawa Timur DAS. Bengawan Solo Hilir 42,58 DAS. Grindulu Panggul 1,31 DAS. Brantas Hulu 21,38 DAS. Brantas Hilir 2,96 DAS. Luminu Penguluran 1,97 DAS. Pekalen Sampean 62,35 DAS. Bajul Putih 21,75 DAS. Bedadung 3,79 DAS. Madura 33, JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

7 Tabel 6. Kebutuhan Air untuk Keperluan Domestik masing-masing DAS di Provinsi Jawa Tengah Daerah Pengaliran Sungai (DAS) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kebutuhan Air (m3/bulan) DAS. Pemali Comal DAS. Buyaran DAS. Serang Lusi DAS. Juana DAS. Citanduy DAS. Serayu DAS. Luk Ulo Dulang DAS. Progo DAS.Bengawan Solo Hulu Jumlah Tabel 7. Kebutuhan Air Untuk Keperluan Domestik Masing-masing DAS di Provinsi Jawa Timur Daerah Pengaliran Sungai (DAS) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kebutuhan Air (m3/bulan) DAS. Bengawan Solo Hilir DAS. Grindulu Panggul DAS. Brantas Hulu DAS. Brantas Hilir DAS. Luminu Pengaluran DAS. Pekalen Sampean DAS. Bedadung DAS. Bajul Putih DAS. Madura Jumlah JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

8 Tabel 8. Kebutuhan Air untuk Industri, Pemeliharaan Sungai, Ternak dan Perikanan pada masingmasing DAS di Provinsi Jawa Tengah (dalam juta m 3 /bulan) Daerah Pengaliran Sungai (DAS) Industri Pemeliharaan Sungai Ternak Perikanan DAS. Pemali Comal 0,91 22,84 0,86 0,12 DAS. Buyaran 0,70 15,64 0,67 0,04 DAS. Serang Lusi 0,69 13,55 0,66 0,17 DAS Juana 0,63 11,41 0,61 0,09 DAS. Citanduy 1,99 20,00 0,64 8,27 DAS. Serayu 0,66 13,87 0,64 1,52 DAS. Luk Ulo Dulang 0,67 13,02 0,65 0,84 DAS. Progo 0,47 12,15 0,48 2,16 DAS Bengawan Solo Hulu 1,96 36,47 1,88 0,27 Tabel 9. Kebutuhan Air untuk Industri, Pemeliharaan Sungai, Ternak dan Perikanan pada masingmasing DAS di Provinsi Jawa Timur (dalam juta m 3 /bulan) Daerah Pengaliran Sungai (DAS) Industri Pemeliharaan Sungai Ternak Perikanan DAS. Bengawan Solo Hilir 1,88 22,17 1,77 0,79 DAS.Grindulu Panggul 0,39 2,83 0,37 0,01 DAS. Brantas Hulu 1,43 20,96 1,35 0,16 DAS. Brantas Hilir 1,59 27,65 1,50 0,25 DAS.Luminu Pengaluran 0,76 8,48 0,71 0,07 DAS.Pekalen Sampean 1,16 13,63 1,09 0,02 DAS. Bedadung 1,26 13,11 1,18 0,17 DAS. Bajul Putih 1,25 10,52 1,18 0,07 DAS. Madura 1,35 14,14 1,27 0, Kebutuhan Air Seperti telah disebutkan pada bab metode penelitian, yang dimaksud dengan dengan kebutuhan air dalam penelitian ini adalah kebutuhan air untuk keperluan domestik, industri, pemeliharan sungai, ternak, perikanan dan irigasi. Hasil perhitungan kebutuhan air untuk keperluan domestik ditunjukkan pada Tabel 6 dan 7, sedangkan pada Tabel 8 dan 9 ditunjukkan hasil perhitungan kebutuhan air untuk industri, pemeliharaan sungai, ternak dan perikanan tiap DAS di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya pada Tabel 10 ditunjukkan hasil perhitungan kebutuhan air untuk irigasi pada masing-masing DAS di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan pada Tabel 11 ditunjukkan hasil perhitungan kebutuhan air untuk sektor tersebut di Provinsi Jawa Timur. 138 JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

9 Tabel 10. Kebutuhan Air untuk Irigasi pada Masing-masing DAS di Provinsi Jawa Tengah (dalam juta m 3 /bulan) D A S Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Pemali Comal 85,8 241,3 113,8 181,1 113,2 91,9 179,6 166,9 38,5 454,7 197,0 163,6 Buyaran 32,6 128,0 75,5 95,1 57,2 39,1 103,8 102,5 17,5 234,6 98,1 83,9 Serang Lusi 22,1 93,2 54,4 79,7 58,8 37,7 78,9 78,4 21,1 182,9 80,0 59,0 Juana 42,5 150,8 99,2 129,4 93,6 60,6 139,7 139,2 30,8 300,6 143,2 116,2 Citanduy 40,7 155,1 90,6 103,3 55,8 39,6 88,1 86,0 9,4 229,2 80,4 94,7 Serayu 30,3 100,2 54,9 55,0 23,0 29,2 55,9 53,6 7,1 146,0 48,8 53,1 Luk Ulo Dulang 34,8 141,5 79,6 92,2 53,5 29,7 79,0 82,3 15,3 200,7 71,2 86,8 Progo 60,4 258,2 148,0 182,6 119,5 84,0 205,7 202,8 49,8 332,7 172,8 167,8 Bengawan Solo Hulu 131,8 518,9 291,3 377,8 259,6 176,7 395,2 393,5 90,9 894,8 380,9 315,0 Tabel 11. Kebutuhan Air untuk Irigasi pada Masing-masing DAS di Provinsi Jawa Timur (m 3 bulan) D A S Bengawan Solo Hilir Grindulu Panggul Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 59,1 236,6 136,5 191,7 128,5 82,0 187,4 180,8 47,7 429,3 171,3 157,5 5,4 22,5 18,2 13,2 16,3 9,6 17,3 18,4 6,1 41,7 8,9 12,0 Brantas Hulu 54,6 199,8 113,2 147,8 98,9 63,5 142,0 147,5 35,4 343,4 145,8 126,4 Brantas Hilir 113,9 414,9 212,0 262,4 167,6 109,9 276,2 275,4 51,1 653,3 241,4 238,8 Luminu Pengaluran Pekalen Sampean 23,9 86,5 46,4 63,8 45,1 29,9 67,1 66,3 10,6 158,2 66,7 52,4 80,0 239,9 161,9 221,7 161,0 104,7 195,9 198,0 63,9 470,0 237,0 194,8 Bedadung 79,4 244,8 154,0 209,1 132,3 79,9 182,0 196,72202,8 38,6 437,9 203,7 179,5 Bajul Putih 60,4 258,2 148,0 182,6 119,5 84,0 205,7 146,2 49,8 354,3 172,8 167,8 Madura 48,4 195,9 115,8 144,2 99,7 55,8 144,9 25,7 229,2 133,4 134,5 3.4 Ketersediaan dan Kebutuhan Air di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur Perhitungan imbangan air diperlukan untuk mengetahui surplus dan defisit air per bulan tiap DAS di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada Tabel 12 ditunjukkan hasil perhitungan imbangan air di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan pada Tabel 13 ditunjukkan hasil perhitungan imbangan air di Provinsi Jawa Timur. 139 JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

10 Di Tabel 12 terlihat bahwa kecuali DAS Serayu, semua DAS di Provinsi Jawa Tengah pernah mengalami defisit pada bulan-bulan tertentu. Di Provinsi Jawa Timur, dari Tabel 13 terlihat bahwa kecuali DAS Bengawan Solo Hilir, seluruh DAS pernah mengalami defisit air pada bulan-bulan tertentu. Bahkan di DAS Luminu Penguluran, defisit air terjadi di sepanjang tahun. Di DAS Bengawan Solo Hilir ini surplus air terbesar terjadi pada bulan Februari sebesar 5.179,72 juta m 3 /bulan, sedangkan surplus air terkecil terjadi pada bulan Agustus sebesar 83,43 juta m3/bulan. Kebalikannya, di DAS Luminu Penguluran defisit air terbesar terjadi pada bulan Oktober sebesar 172,00 juta m 3 /tahun, sedangkan defisit terkecil terjadi pada bulan September sebesar 24,56 juta m 3 /bulan. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan 1. Ketersediaan di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur cukup bervariasi. Di Provinsi Jawa Tengah, ketersediaan air tertinggi terdapat di DAS Serayu sebesar 8.615,33 juta m 3 /tahun, sedangkan potensi air terkecil terdapat di DAS Juana sebesar 88,39 juta m 3 /tahun. 2. Di Provinsi Jawa Timur, potensi air terbesar terdapat di DAS Bengawan Solo Hilir sebesar ,38 juta m 3 /tahun, sedangkan potensi air terkecil terdapat di DAS Luminu Penguluran sebesar 45,26 juta m3/bulan. 3. Ditinjau dari imbangan airnya, pola imbangan air di kedua provinsi ini juga bervariasi. Di Provinsi Jawa Tengah, DAS Serang Lusi, Juana dan Citanduy mengalami defi sit air di sepanjang tahun, sedangkan di Propinsi Jawa Timur hanya DAS Luminu Penguluran yang mengalami defi sit sepanjang tahun. 4. Untuk surplus air, hanya DAS Serayu di Provinsi Jawa Tengah dan DAS Bengawan Solo Hilir di Provinsi Jawa Timur yang mengalami surplus air di sepanjang tahun. 4.2 Saran 1. Perlunya perhatian yang lebih khusus pada DAS-DAS yang mengalami defi sit air di sepanjang tahun. Pengelelolaan yang terencana perlu segera dilakukan untuk mencegah konfl ik kepentingan diantara berbagai sektor kegiatan. 2. Penelitian ini hanya menekankan pada aspek air permukaan yaitu air sungai dan mataair, sehingga perhitungan potensi airnya juga hanya meliputi kedua aspek tersebut. Untuk memberikan data yang lebih akurat dalam perhitungan imbangan air, kiranya perlu dilakukan pula perhitungan potensi airtanahnya. Daftar Pustaka 1. Griend, A.A.V., Modelling Catchment Response and Runoff Analysis. Institute of Earth Sciences Free University, Amsterdam. 2. Linsley, R.K., M.A. Kohler and Paulhus Applied Hydrology. McGraw-Hill Publishing Company Ltd, New Delhi. 3. Martopo, S., Keseimbangan Ketersediaan dan Kebutuhan Air di Pulau Bali. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UGM, Yogyakarta. 4. Nippon Koei, Co., Ltd., The Study for Formulation of Irrigation Development Programme of Indonesia (FIDP). Departemen PU dan BAPPENAS, Jakarta. 5. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) UGM., Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai. Kursus Hidrologi Air Permukaan, Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta. 140 JRL Vol. 4 No. 3, September 2008 :

EVALUASI POTENSI SUMBERDAYA AIR SUNGAI UNTUK PENGAIRAN DI PROVINSI JAWA BARAT DAN BANTEN

EVALUASI POTENSI SUMBERDAYA AIR SUNGAI UNTUK PENGAIRAN DI PROVINSI JAWA BARAT DAN BANTEN JRL Vol. 5 No.1 Hal 61-67 Jakarta, Januari 2009 ISSN : 2085-3866 EVALUASI POTENSI SUMBERDAYA AIR SUNGAI UNTUK PENGAIRAN DI PROVINSI JAWA BARAT DAN BANTEN Ig. Setyawan Purnama Fakultas Geografi, Universitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) 7608201,7608342, 7608621, 7608408 S E M A R A N G 5 0 1 4 4 Website : www.psda.jatengprov..gp.id Email

Lebih terperinci

SIMULASI NERACA AIR DI DAS REJOSO PASURUAN JAWA TIMUR PASCA PENGAMBILAN AIR BAKU SPAM REGIONAL UMBULAN

SIMULASI NERACA AIR DI DAS REJOSO PASURUAN JAWA TIMUR PASCA PENGAMBILAN AIR BAKU SPAM REGIONAL UMBULAN SIMULASI NERACA AIR DI DAS REJOSO PASURUAN JAWA TIMUR PASCA PENGAMBILAN AIR BAKU SPAM REGIONAL UMBULAN Sheilla Barrina 1, Donny Harisuseno 2, Ery Suhartanto 2 1) Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI Metode Mann-Kendall merupakan salah satu model statistik yang banyak digunakan dalam analisis perhitungan pola kecenderungan (trend) dari parameter alam

Lebih terperinci

NERACA AIR DI PULAU BALI

NERACA AIR DI PULAU BALI NERACA AIR DI PULAU BALI Setyawan Purnama Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada BulaksumurYogyakarta. Telp. 0272902340/Fax. 0274589595 Email : setyapurna@geo.ugm.ac.id ABSTRACT As a main destination

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI

ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI Analisis Debit DI Daerah Aliran Sungai Batanghari Propinsi Jambi (Tikno) 11 ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI Sunu Tikno 1 INTISARI Ketersediaan data debit (aliran sungai)

Lebih terperinci

STUDI PENATAGUNAAN POTENSI AIR DI WILAYAH SUB DAS BRANTAS HULU

STUDI PENATAGUNAAN POTENSI AIR DI WILAYAH SUB DAS BRANTAS HULU STUDI PENATAGUNAAN POTENSI AIR DI WILAYAH SUB DAS BRANTAS HULU Mirna Oktavian Hardifah 1, Pitojo Tri Juwono 2, Linda Prasetyorini 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

STUDI PENATAGUNAAN POTENSI AIR DI WILAYAH SUB DAS LESTI KABUPATEN MALANG

STUDI PENATAGUNAAN POTENSI AIR DI WILAYAH SUB DAS LESTI KABUPATEN MALANG STUDI PENATAGUNAAN POTENSI AIR DI WILAYAH SUB DAS LESTI KABUPATEN MALANG Farah Ni matul Laili Prilianda 1, Widandi Soetopo 2, Linda Prasetyorini 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus

ABSTRAK. Kata Kunci : DAS Tukad Petanu, Neraca air, AWLR, Daerah Irigasi, Surplus ABSTRAK Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Petanu merupakan salah satu DAS yang berada di Provinsi Bali. DAS Tukad Petanu alirannya melintasi 2 kabupaten, yakni: Kabupaten Bangli dan Kabupaten Gianyar. Hulu

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS DAN TINGGI MERCU EMBUNG WONOBOYO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DI DESA CEMORO

PENENTUAN KAPASITAS DAN TINGGI MERCU EMBUNG WONOBOYO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR DI DESA CEMORO JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 512 518 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 512 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF DI DAS KEMONING KABUPATEN SAMPANG Agus Eko Kurniawan (1), Suripin (2), Hartuti Purnaweni (3) (1) Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP,

Lebih terperinci

KAJIAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) PASCA REFORMASI DI PROPINSI JAWA TENGAH

KAJIAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) PASCA REFORMASI DI PROPINSI JAWA TENGAH Supadi Kajian Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Pasca Reformasi di Propinsi Jawa Tengah BMPTTSSI MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL KAJIAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) PASCA REFORMASI DI PROPINSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang)

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang) ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR UNTUK DAYA DUKUNG LINGKUNGAN (Studi Kasus Kota Malang) Analysis of Water Supply and Water Demand for Carrying Capacity Assessment (Case Study of Malang) Dianindya

Lebih terperinci

KAJIAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) PASCA REFORMASI DI PROVINSI JAWA TENGAH ABSTRAK

KAJIAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) PASCA REFORMASI DI PROVINSI JAWA TENGAH ABSTRAK KAJIAN PERKUMPULAN PETANI PEMAKAI AIR (P3A) PASCA REFORMASI DI PROVINSI JAWA TENGAH ABSTRAK Irrigation Area in Central Java Provincy is managed by two element. They are government and P3A (Perkumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cakupan batas DAS Lamong berada di wilayah Kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong yang membentang dari Lamongan sampai

Lebih terperinci

EVALUASI DAERAH IRIGASI BENGAWAN JERO KABUPATEN LAMONGAN

EVALUASI DAERAH IRIGASI BENGAWAN JERO KABUPATEN LAMONGAN EVALUASI DAERAH IRIGASI BENGAWAN JERO KABUPATEN LAMONGAN Aris Setiawan 1, Nur Azizah Affandy² 1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan, ²Fakultas Teknik Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar peta DAS Babon. Gambar 1. Peta adiministratif kecamatan DAS Babon

Lampiran 1. Gambar peta DAS Babon. Gambar 1. Peta adiministratif kecamatan DAS Babon Lampiran 1. Gambar peta DAS Babon Gambar 1. Peta adiministratif kecamatan DAS Babon 48 Gambar 2. Peta Komposisi tataguna lahan DAS Babon 49 Gambar 3. Lokasi industri di DAS Babon 50 Lampiran 2. Perhitungan

Lebih terperinci

Analisis Neraca Air di Kecamatan Sambutan - Samarinda

Analisis Neraca Air di Kecamatan Sambutan - Samarinda Jurnal AGRIFOR Volume XII Nomor 1, Maret 2013 ISSN : 1412 6885 Analisis Neraca Air di Kecamatan Sambutan - Samarinda (Water Balance Analysis at Kecamatan Sambutan - Samarinda) 1 Program Studi Teknik Sipil,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan (mm) Debit (m³/detik)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan (mm) Debit (m³/detik) 7 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DAS Bengawan Solo Pada peta geologi Indonesia (Sukamto et al. 1996) formasi geologi DAS Bengawan Solo didominasi batuan sedimen tersier, batuan sedimen kuarter, batuan vulkanik

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/11/81/Th. VII, 1 November 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU SEPTEMBER TPK HOTEL BINTANG SEPTEMBER MENCAPAI 29,30 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Agung Purwanto 1, Edy Sriyono 1, Sardi 2 Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Yogyakarta 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER II-2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I.

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG No. 04/01/81/Th. VIII, 3 Januari 2017 2014 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG DI PROVINSI MALUKU NOVEMBER TPK HOTEL BINTANG NOVEMBER MENCAPAI 38,23 % Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel

Lebih terperinci

OPTIMIZATION OF RICE FIELD CROPPING PATTERN IN WAY KETIBUNG IRRIGATION AREA AT SOUTH LAMPUNG DISTRICT. Wayan Susana 1)

OPTIMIZATION OF RICE FIELD CROPPING PATTERN IN WAY KETIBUNG IRRIGATION AREA AT SOUTH LAMPUNG DISTRICT. Wayan Susana 1) OPTIMIZATION OF RICE FIELD CROPPING PATTERN IN WAY KETIBUNG IRRIGATION AREA AT SOUTH LAMPUNG DISTRICT Wayan Susana 1) Abstract Land use changing in Way Ketibung Irrigation Area from rice field cropping

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS Juni 2016 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko Daftar Isi Daftar Isi... 1 KETERANGAN... 2 I. Total Simpanan...

Lebih terperinci

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa JIMT Vol. 0 No. Juni 203 (Hal. ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN DEBIT ANDALAN SUNGAI CIMANUK METODA WATER BALANCE DAN DATA LAPANGAN

KAJIAN PERBANDINGAN DEBIT ANDALAN SUNGAI CIMANUK METODA WATER BALANCE DAN DATA LAPANGAN TAHUN 16, NO. 2 JUNI 2008 BMPTTSSI MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL KAJIAN PERBANDINGAN DEBIT ANDALAN SUNGAI CIMANUK METODA WATER BALANCE DAN DATA LAPANGAN Bakhtiar 1 Diterima 14 April 2008 ABSTRACT Provision

Lebih terperinci

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Rutsasongko Juniar Manuhana rutsasongko@gmail.com Suprapto Dibyosaputro praptodibyo@gmail.com Abstract Rivers are media for sediment

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 No.09/02/Th.VII, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang di Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Desember 2016 tercatat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2014

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok AA-BB. TELP. 7608201, 7608342, 7608621 FAX. 7612334, SEMARANG KODE POS 50144 Website : http://psda.jatengprov.go.id Email

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 I 1. SIFAT SIFAT SUNGAI 1.1. Pengertian Sungai Sungai adalah jaringan alur-alur alam dari kecil ke besar pada permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BEGASING KECAMATAN SUKADANA

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BEGASING KECAMATAN SUKADANA KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DAERAH IRIGASI BEGASING KECAMATAN SUKADANA Vika Febriyani 1) Kartini 2) Nasrullah 3) ABSTRAK Sukadana merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR

IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR IMBAL JASA LINGKUNGAN DALAM PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR (Studi kasus : Kabupaten Karanganyar Kota Surakarta) TUGAS AKHIR OLEH : TOMMY FAIZAL W. L2D 005 406 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015) No. 39/07/36/Th.X, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015) PRODUKSI PADI 2015 NAIK 7,00 PERSEN DIBANDINGKAN TAHUN 2014 A. PADI Produksi padi Provinsi Banten tahun 2015 sebesar

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI. ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI Happy Mulya Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang,

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan LAMPIRAN 167 Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014

FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014 FASE-FASE BULAN DAN JARAK BUMI-BULAN PADA TAHUN 2014 Bulan mengelilingi Bumi dalam bentuk orbit ellips sehingga pada suatu saat Bulan akan berada pada posisi terdekat dari Bumi, yang disebut perigee, dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta batasan masalah yang ada pada lingkup penelitian potensi resapan daerah aliran Sungai Tambakbayan Hulu dengan

Lebih terperinci

7. PERUBAHAN PRODUKSI

7. PERUBAHAN PRODUKSI 7. PERUBAHAN PRODUKSI 7.1. Latar Belakang Faktor utama yang mempengaruhi produksi energi listrik PLTA dan air minum PDAM adalah ketersedian sumberdaya air baik dalam kuantitas maupun kualitas. Kuantitas

Lebih terperinci

1 Djoko Luknanto

1 Djoko Luknanto Kuliah BTA http://luk.staff.ugm.ac.id/bta/ 1 Djoko Luknanto Kuliah BTA http://luk.staff.ugm.ac.id/bta/ 2 Djoko Luknanto Kuliah BTA http://luk.staff.ugm.ac.id/bta/ 3 Djoko Luknanto Kuliah BTA http://luk.staff.ugm.ac.id/bta/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satuan Wilayah Sungai (SWS) Serayu Bogowonto merupakan salah satu SWS di Pulau Jawa disamping SWS Cimanuk, SWS Pemali Comal, SWS Jratun Seluna, SWS Bengawan Solo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang

Lebih terperinci

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya. 5 3.2.1.3 Metode Pengumpulan Data Luas Atap Bangunan Kampus IPB Data luas atap bangunan yang dikeluarkan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti IPB digunakan untuk perhitungan. Sebagian lagi, data luas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011 Nop-06 Feb-07 Mei-07 Agust-07 Nop-07 Feb-08 Mei-08 Agust-08 Nop-08 Feb-09 Mei-09 Agust-09 Nop-09 Feb-10 Mei-10 Agust-10 Nop-10 Feb-11 Mei-11 Agust-11 PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS SEMESTER I-2017 Group Penanganan Premi Penjaminan Daftar Isi Daftar Isi... 1 Daftar Tabel dan Gambar...2 Keterangan... 3 I. Jumlah BPR dan BPRS... 4 II. Total

Lebih terperinci

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit Standar Nasional Indonesia ICS 93.140 Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur) III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis 1. Batas Administrasi Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari koridor tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang Pantai Selatan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI BANJARAN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN AIR IRIGASI

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI BANJARAN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN AIR IRIGASI EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI BANJARAN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN AIR IRIGASI (Performance Evaluation of The Network Irrigation of Banjaran to Improve Effectifity and

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulawesi Utara Oktober 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulawesi Utara Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISIK PROVINSI SULAWESI UTARA Perkembangan Nilai Tukar Petani Sulawesi Utara 2017 Nilai Tukar Petani 2017 sebesar 94,27 atau naik 1,38 persen Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulawesi Utara pada

Lebih terperinci

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah No. 10/10/62/Th. XI, 2 Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah Selama

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS DAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS DAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH ANALISIS KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS DAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI KOTA PALU, PROVINSI SULAWESI TENGAH Sukma Impian Riverningtyas sukma.impian.r@mail.ugm.ac.id Emilya Nurjani n_emilya@geo.ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN BENER KABUPATEN PURWOREJO. Claudia Ratna KD, Dwiarta A Lubis Sutarto Edhisono, Hary Budieni

PERENCANAAN BENDUNGAN BENER KABUPATEN PURWOREJO. Claudia Ratna KD, Dwiarta A Lubis Sutarto Edhisono, Hary Budieni ABSTRAK PERENCANAAN BENDUNGAN BENER KABUPATEN PURWOREJO Claudia Ratna KD, Dwiarta A Lubis Sutarto Edhisono, Hary Budieni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto,

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 31/7/Th. IV, 1 Juli 216 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 215 PRODUKSI PADI TAHUN 215 NAIK 28,8 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 215 sebanyak 2,33 juta ton gabah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN

PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN BAB II PENGEMBANGAN POTENSI SUMBERDAYA AIR PERMUKAAN Mahasiswa mampu menjabarkan pengembangan DAS dan pengembangan potensi sumberdaya air permukaan secara menyeluruh terkait dalam perencanaan dalam teknik

Lebih terperinci

9/26/2016. Debit Andalan

9/26/2016. Debit Andalan Debit Andalan 1 2 3 4 Kebutuhan Domestik Kebutuhan domestik ini seperti mandi, mandi, minum, memasak, dll Rumus perhitungan kebutuhan air domestik : Q domestik = P x q Dimana : Qdomestik = kebutuhan air

Lebih terperinci

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V Pangkat/Gol. : Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan Jabatan Fungsional : Bulan : Januari 2014 No. HARI TANGGAL DATANG PULANG. DATANG PULANG 1 Rabu 01-Jan-14 Libur Libur Libur 2 Kamis 02-Jan-14 1.

Lebih terperinci

Grafik 1 Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Oktober 2015 Oktober 2016

Grafik 1 Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Oktober 2015 Oktober 2016 o. 04/04/62/Th. I, 2 Juni 2007 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) No. 03/11/62/Th.X, 1 November Selama Oktober, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 97,96 Persen dan Terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Studi Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah Utara ke arah Selatan dan bermuara pada sungai Serayu di daerah Patikraja dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016

PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016 No.16/03/Th.VII, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN TPK HOTEL BINTANG SULAWESI TENGGARA JANUARI 2016 Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang di Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Januari 2017 tercatat 30,92

Lebih terperinci

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS MONEV TATA AIR DAS ESTIMASI KOEFISIEN ALIRAN Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709, email: maz_goenk@yahoo.com

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak 13 Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 1 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak TAHUN PERIODE JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER 25 I 11 46 38 72 188 116 144 16 217

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Curah Hujan DAS Brantas Data curah hujan di DAS Brantas merupakan data curah hujan harian, dimana curah hujan harian berasal dari stasiun-stasiun curah hujan yang ada

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di bumi. Air memiliki banyak fungsi dalam kelangsungan makhluk hidup yang harus dijaga kelestariannya dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung Memanjang dengan metode yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra

NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU. Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra NERACA AIR METEOROLOGIS DI KAWASAN HUTAN TANAMAN JATI DI CEPU Oleh: Agung B. Supangat & Pamungkas B. Putra Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan BPTKPDAS 212 Solo, 5 September 212 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR KEBIJAKAN BAGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. 2.1 Rencana Pembangunan Nasional dan Regional

BAB 2 DASAR KEBIJAKAN BAGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. 2.1 Rencana Pembangunan Nasional dan Regional BAB 2 DASAR KEBIJAKAN BAGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI 2.1 Rencana Pembangunan Nasional dan Regional Rencana pembangunan nasional baru-baru ini merupakan refleksi Kebijaksanaan pemerintahan baru.

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

Analisi Neraca Air Permukaan Sub DAS Krueng Khee Kabupaten Aceh Besar (Surface Water Balance Sub Watershed Krueng Khee Great Aceh District)

Analisi Neraca Air Permukaan Sub DAS Krueng Khee Kabupaten Aceh Besar (Surface Water Balance Sub Watershed Krueng Khee Great Aceh District) Analisi Neraca Air Permukaan Sub DAS Krueng Khee Kabupaten Aceh Besar (Surface Water Balance Sub Watershed Krueng Khee Great Aceh District) Arini Putri, Susi Chairani, Ichwana Program Studi Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

TESIS ABDULLAH ABID NIM :

TESIS ABDULLAH ABID NIM : STUDI ANALISIS DEBIT RENDAH UNTUK PENGEMBANGAN SDA PADA DAS LAMASI WS POMPENGAN-LARONA PROVINSI SULAWESI SELATAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12/PRT/M/2006. TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI. MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12/PRT/M/2006. TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI. MENTERI PEKERJAAN UMUM, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12/PRT/M/2006. TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI. MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa dalam rangka pengelolaan sumber daya air

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG

PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG Abstrak PENERAPAN TEORI RUN UNTUK MENENTUKAN INDEKS KEKERINGAN DI KECAMATAN ENTIKONG Basillius Retno Santoso 1) Kekeringan mempunyai peranan yang cukup penting dalam perencanaan maupun pengelolaan sumber

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN Jonizar 1,Sri Martini 2 Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, %

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, % 36 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Sistem Pembagian Keuntungan Bagi Hasil deposito Syariah (Mudharabah) Pada Bank BTN Unit Usaha Syariah besar kecilnya pendapatan yang diperoleh nasabah dari deposito bergantung

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA AIR HIDROMETEOROLOGIS DENGAN PENDEKATAN KARAKTERISTIK FISIK DAS DI DAS GONDANG, KABUPATEN NGANJUK, PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS NERACA AIR HIDROMETEOROLOGIS DENGAN PENDEKATAN KARAKTERISTIK FISIK DAS DI DAS GONDANG, KABUPATEN NGANJUK, PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS NERACA AIR HIDROMETEOROLOGIS DENGAN PENDEKATAN KARAKTERISTIK FISIK DAS DI DAS GONDANG, KABUPATEN NGANJUK, PROVINSI JAWA TIMUR Rina Dianitasari rinadianita79@gmail.com Setyawan Purnama setyapurna@geo.ugm.ac.id

Lebih terperinci

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia

Irigasi Dan Bangunan Air. By: Cut Suciatina Silvia Irigasi Dan Bangunan Air By: Cut Suciatina Silvia DEBIT INTAKE UNTUK PADI Debit intake untuk padi adalah debit yang disadap dan kemudian dialirkan ke dalam saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan air

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya

Lebih terperinci

TINJAUAN TERHADAP KONDISI DAERAH IRIGASI DESA GERINIS KOMPLEK, KABUPATEN SEKADAU

TINJAUAN TERHADAP KONDISI DAERAH IRIGASI DESA GERINIS KOMPLEK, KABUPATEN SEKADAU TINJAUAN TERHADAP KONDISI DAERAH IRIGASI DESA GERINIS KOMPLEK, KABUPATEN SEKADAU Khristiyani 1, Stefanus Barlian Soeryamassoeka 2, Dian Rahayu Jati 1 1 Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti tidak akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak ada air. Air merupakan komponen lingkungan hidup

Lebih terperinci

Dampak Banjir Terhadap Inflasi

Dampak Banjir Terhadap Inflasi Dampak Banjir Terhadap Inflasi Praptono Djunedi, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal Siapa yang merusak harga pasar hingga harga itu melonjak tajam, maka Allah akan menempatkannya di dalam neraka pada hari

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR ISSN 2407-733X E-ISSN 2407-9200 pp. 35-42 Jurnal Teknik Sipil Unaya ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR Ichsan Syahputra 1, Cut Rahmawati

Lebih terperinci