BAB 1 PENDAHULUAN. ditentukan namun kualitas dari tugas masing-masing mahasiswa cenderung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. ditentukan namun kualitas dari tugas masing-masing mahasiswa cenderung"

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan seorang peserta didik yang memiliki status tinggi di hadapan masyarakat, mereka sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi untuk belajar ilmu pengetahuan ataupun teknologi guna menunjang masa depannya yang harus memiliki suatu ketrampilan untuk menunjang cita-cita yang mereka inginkan. Bukan hal mudah seorang mahasiswa dapat menyelesaikan studinya, banyak hambatan dan tantangan yang akan mereka hadapi yang muncul dari dalam kampus maupun di luar kampus. Menurut As ari mahasiswa dapat dikatakan sebagai kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di Perguruan Tinggi, dengan jurusan atau program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan, belajar berorganisasi, belajar bermasyarakat dan belajar menjadi pemimpin. Kelompok ini menyandang sejumlah atribut diantaranya sebagai kelompok inti pemuda, kelompok cendekia atau golongan intelektual, calon pemimpin masa depan, manusia idealis dan kritis karena di pundak mahasiswa sebagian besar nasib masa depan suatu bangsa dipertaruhkan. 1 Mahasiswa dihadapkan pada banyak tugas mata kuliah yang harus dikerjakan, baik tugas pribadi maupun tugas kelompok yang harus diselesaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh tiap masing-masing dosen. Pada umumnya mahasiswa akan mengumpulkan tugas tepat pada waktu yang ditentukan namun kualitas dari tugas masing-masing mahasiswa cenderung 1 Dini Ahmaini, 2010, Perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif dengan yang tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan PEMA USU. Skripsi. Sumatra Utara:Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara, hal. 13

2 2 berbeda-beda, salah satunya bergantung pada waktu untuk proses pengerjaan tugas. Seorang mahasiswa lebih cenderung untuk menunda-nunda dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, dengan berbagai alasan seperti batas waktu pengumpulan tugas masih lama. Penundaan itu berdampak terhadap pengerjaan tugas yang tidak maksimal karena kondisi waktu yang mendasari batas akhir pengumpulan tugas. Perilaku menunda-nunda pekerjaan sering dikenal dengan istilah prokrastinasi sedangkan orang yang melakukan perilaku menunda pekerjaan tersebut adalah procrastinator. Prokrastinasi juga terjadi di dalam dunia pendidikan, prokrastinasi di dalam dunia pendidikan sering disebut dengan Prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik sering dilakukan oleh mahasiswa dalam penyelesaian tugas-tugas mata kuliah dari dosen. Mahasiswa umumnya melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan tugas-tugas akademiknya. Menurut Solomon & Rothblum, Prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa banyak terjadi di perguruan tinggi. Beberapa penelitian yang mendukung hal tersebut adalah penelitian Ellis dan Knaus yang melaporkan 70% mahasiswa Amerika melakukan prokrastinasi. Beberapa ahli juga menemukan bahwa di tingkat perguruan tinggi terjadi prokrastinasi dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan dan prokrastinasi itu menjadi gaya hidup mayoritas mahasiswa. 2 Hambatan yang dihadapi mahasiswa adalah kesukaran dalam pemakaian waktu belajar. Mahasiswa menunda-nunda untuk belajar ataupun mengerjakan tugas mata kuliah, menyalin catatan kuliah teman saat ujian sudah dekat. 2 Ibid. hal 16

3 3 Seringkali mereka kekurangan waktu belajar, padahal sesungguhnya mereka mempergunakan waktunya tidak secara efisien. Universitas Kristen Satya Wacana menggunakan sistem kredit semester atau sering disebut dengan SKS, Sistem Kredit Semester adalah satuan untuk menyatakan besarnya kegiatan akademik dalam satu semester yang akan dilakukan oleh mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana. Setiap mahasiswa dituntut untuk melaksanakan Sistem Kredit Semester tersebut. Satu SKS adalah terdiri dari satu jam tatap muka dengan dosen yang dilakukan di dalam kelas yang terjadwal setiap minggunya, satu jam belajar mandiri tanpa didampingi oleh dosen, dan kemudian satu jam terstruktur yaitu pemberian tugas oleh masingmasing dosen. Begitu juga dengan kelipatannya, apabila mahasiswa mengambil tiga SKS maka mahasiswa tersebut dituntut dalam satu minggu tiga jam tatap muka, tiga jam belajar mandiri dan tiga jam terstruktur. Satuan kredit semester (SKS) adalah satuan untuk menyatakan bahwa besarnya kegiatan akademik dalam satu semester. Satu satuan kredit semester (1SKS) setara dengan: 50 menit kegiatan tatap muka terjadwal per minggu 60 menit kegiatan akademik mahasiswa terstruktur, dan 60 menit kegiatan akademik mahasiswa mandiri. 3 3 PPMB, 2008, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, hal. 10

4 Permasalahan Kewajiban utama mahasiswa adalah belajar sebaik mungkin, dengan banyaknya waktu yang dimiliki mahasiswa dituntut untuk belajar dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh dosen secara tepat waktu. Waktu yang banyak dimiliki oleh mahasiswa memungkinkan dapat mengerjakan tugas dan tepat waktu sesuai dengan pemberian batas akhir pengumpulan tiap tugas yang diberikan oleh dosen. Waktu pengumpulan tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa dianggap masih lama, memungkinkan mahasiswa melakukan penundaan yang ia gunakan untuk hal yang kurang penting, seperti mengobrol dengan teman, nongkrong di kafe, on line Face Book, dan lain sebagainya. Waktu tersebut seharusnya dapat digunakan untuk mengerjakan hal-hal yang lebih penting, misalnya mengerjakan tugas kuliah dengan sebaik mungkin. Mahasiswa dalam memanfaatkan waktunya tidak sekedar mengikuti kuliah, terdapat mahasiswa yang melakukan hal-hal di luar kegiatan tersebut yaitu dengan ikut serta dalam aktifitas organisasi. Orientasi organisasi kemudian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam aktifitas perkuliahan mahasiswa tersebut, mahasiswa bukan hanya fokus terhadap perkuliahannya saja namun dalam organisasi juga. Misalnya rapat, pengajuan proposal, pencairan dana, pelatihan, evaluasi kegiatan yang sedang berlangsung. Banyaknya kegiatan di dalam organisasi lembaga kemahasiswaan tersebut menyebabkan mereka menunda dalam mengerjakan tugas-tugas akademik.

5 5 Menurut Biordy dalam Ahmaini Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik pada mahasiswa yaitu keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan organisasi 4. Mengikuti organisasi lembaga kemahasiswaan bukanlah menjadi faktor penghambat dalam suatu studi mahasiswa. Mahasiswa seharusnya sudah mampu mengatur waktunya di dalam berorganisasi dan kuliah, tetapi mahasiswa yang mengikuti Lembaga Kemahasiswaan masih ada yang melakukan Prokrastinasi Akademik. Bukan karena tidak pandai atau malas saja yang mengakibatkan lambat dalam menyelesaikan studinya. Tidak sedikit pula mahasiswa yang berkecimpung dalam organisasi bisa lebih cepat lulus karena mahasiswa tersebut dapat membagi waktunya dan tidak membiarkan waktunya terbuang dengan sia-sia. Mahasiswa yang mengikuti organisasi dapat memperoleh berbagai pengalaman yang tidak hanya di peroleh dalam kelas saja. Mahasiswa yang mengikuti organisasi akan terbiasa bekerjasama dengan orang lain, memiliki jiwa kepemimpinan dan terbiasa dengan bekerja. Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui metode wawancara dengan beberapa mahasiswa Pendidikan Ekonomi pada bulan Februari 2012 di sekitar halaman Gedung E Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, ditemukan gejala-gejala problematik sebagai berikut: 4 Dini Ahmaini, op. cit. hal. 17

6 6 1. Mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang aktif dalam LK a. NV melakukan keterlambatan pengumpulan tugas pada mata kuliah Ekonomi Publik dengan tugas sebanyak tiga kali, dan melakukan keterlambatan sebanyak dua kali. Matakuliah Teori Ekonomi Makro mahasiswa tersebut melakukan satu kali keterlambatan pengumpululan tugas dari dua tugas yang diberikan. Selama satu semester pengayaan tahun , mahasiswa tesebut melakukan keterlambatan pengumpulan tugas sebesar 58,33%. b. KK melakukan keterlambatan pengumpulan tugas pada matakuliah Teori Ekonomi Makro dengan tugas sebanyak dua kali, dan melakukan keterlambatan sebanyak satu kali. Selama satu semester pengayaan tahun , mahasiswa tesebut melakukan keterlambatan pengumpulan tugas sebesar 50%. c. SF melakukan keterlambatan pengumpulan tugas pada matakuliah Aplikasi Komputer Bisnis dengan tugas sebanyak dua kali, dan melakukan keterlambatan sebanyak satu kali. Mata kuliah Strategi Belajar Mengajar mahasiswa tersebut melakukan satu kali keterlambatan tugas dari tiga tugas yang diberikan. Selama satu semester pengayaan tahun , mahasiswa tesebut melakukan keterlambatan pengumpulan tugas sebesar 41,67%.

7 7 2. Mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang tidak Aktif dalam LK a. DN melakukan keterlambatan pengumpulan tugas pada matakuliah Ekonomi Publik dengan tugas sebanyak tiga kali, dan melakukan keterlambatan sebanyak satu kali. Mata kuliah Teori Ekonomi Makro mahasiswa tersebut melakukan satu kali keterlambatan tugas dari dua tugas yang diberikan. Selama satu semester pengayaan tahun , mahasiswa tersebut melakukan keterlambatan pengumpulan tugas sebesar 41,67%. b. AT melakukan keterlambatan pengumpulan tugas pada matakuliah Ekonomi Publik dengan tugas sebanyak tiga kali, dan melakukan keterlambatan sebanyak satu kali. Matakuliah Teori Ekonomi Makro mahasiswa tersebut melakukan satu kali keterlambatan pengumpululan tugas dari dua tugas yang diberikan. Selama satu semester pengayaan tahun , mahasiswa tersebut melakukan keterlambatan pengumpulan tugas sebesar 41.67%. c. AD melakukan keterlambatan pengumpulan tugas pada matakuliah Teori Ekonomi Makro dengan tugas sebanyak dua kali, dan melakukan keterlambatan sebanyak satu kali. Mata kuliah Matematika Ekonomi mahasiswa tersebut tidak pernah melakukan keterlambatan pengumpululan tugas dari dua belas tugas yang diberikan. Selama satu semester pengayaan tahun , mahasiswa tesebut melakukan keterlambatan pengumpulan tugas sebesar 25%.

8 8 3. Perbedaan mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang aktif dan tidak Aktif dalam LK. a. Terdapat 50% dari tiga mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang aktif dalam lembaga kemahasiswaan melakukan keterlambatan dalam mengumpulkan tugas yang diberikan oleh dosen selama satu semester pengayaan tahun b. Terdapat 36,11% dari tiga mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang tidak aktif dalam lembaga kemahasiswaan melakukan keterlambatan dalam mengumpulkan tugas yang diberikan oleh dosen selama satu semester pengayaan tahun Gejala-gejala yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan pokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif dan tidak aktif dalam organisasi lembaga kemahasiswaan Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif dengan yang tidak aktif dalam organisasi lembaga kemahasiswaan di kalangan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan kelompok manakah yang lebih prokrastinasi dalam bidang akademik.

9 Signifikansi Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendapat dari Biordy dalam Ahmaini yang mengatakan bahwa: Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik pada mahasiswa yaitu keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan organisasi Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak wali studi ataupun fakultas, sehingga pihak wali studi dan fakultas dapat memberikan dukungan dan pembinaan pada mahasiswa dalam mengatasi perilaku prokrastinasi akademik. 3. Bagi mahasiswa dapat memberikan masukan bahwa aktif ataupun tidak aktif dalam Organisasi Lembaga Kemahasiswaan bukan menjadikan alasan mereka melakukan prokrastinasi akademik Keterbatasan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan adalah salah satu fakultas yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana. Dimana di dalam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan terdapat 7 Program Studi yaitu Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Bimbingan Konseling, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Usia Dini. Peneliti disini hanya membatasi masalah atau memfokuskan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi. Peneliti juga hanya mengambil Populasi semua mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 5 Dini Ahmaini, loc. cit. hal. 17

10 10 Universitas Kristen Satya Wacana yang diharapkan agar dapat mempermudah dalam mencari data. Secara umum Prokrastinasi Akademik banyak terjadi di lingkup akademik. Prokrastinasi Akademik terjadi ketika mahasiswa menunda dalam mengerjakan tugas maupun menunda-nunda dalam belajar saat akan menghadapi tes atau sering disebut dengan SKS atau Sistem Kebut Semalam. Peneliti hanya membatasi pada penundaan pengerjaan tugas yang dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan Ekonomi yang sering ditemui peneliti atau muncul dalam gejala penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 24 jam, yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-harinya.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 24 jam, yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia hidup di dunia mempunyai waktu yang sama tanpa terkecuali yaitu 24 jam, yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-harinya. Mereka dapat menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani oleh individu, salah satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali pekerjaan, tantangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Universitas adalah bentuk lembaga pendidikan lanjutan yang dinamakan perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut mempunyai jurusan-jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi buatan manusia. Internet adalah singkatan dari Interconnected

BAB I PENDAHULUAN. teknologi buatan manusia. Internet adalah singkatan dari Interconnected BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat pesat. Salah satunya adalah internet, internet merupakan hasil dari kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Suatu penelitian dianggap baik apabila didasari oleh suatu metode penelitian yang tepat. Metode pada dasarnya mempunyai arti suatu cara yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan mendapatkan pelajaran dan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan eksternal, seperti yang dikatakan Asep Mahfuds (2011:14), factor eksternal, guru

BAB I PENDAHULUAN. dan eksternal, seperti yang dikatakan Asep Mahfuds (2011:14), factor eksternal, guru 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menghadapi era globalisasi, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan ini terlebih dahulu dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa terdiri dari dua kata yaitu maha yang berarti besar dan siswa yang berarti orang yang sedang melakukan pembelajaran, jadi mahasiswa merupakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Institut dalam era globalisasi saat ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Institut dalam era globalisasi saat ini memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi atau Institut dalam era globalisasi saat ini memiliki peran dan tanggung jawab dalam merancang kurikulum agar dapat menghasilkan lulusan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana. Dimana FKIP merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa sangat diharapkan dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana (2009).

BAB I PENDAHULUAN. Akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana (2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi, sesuai yang tercantum dalam buku Peraturan Penyelenggarakan Kegiatan Akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan studi adalah pengelolaan waktu atau disiplin waktu. Mengelola waktu berarti mengarah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkungan akademis dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen (dalam Dahlan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode saat ini merupakan zaman modern, Negara Indonesia dituntut untuk mampu menjadi sebuah negara yang hebat dan mampu bersaing di era globalisasi dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara psikologi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas dan mampu menghadapi tantangan zaman, yang dapat dilaksanakan salah satunya ialah melalui jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dituntut untuk menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Baik itu tuntutan

Lebih terperinci

PANDUAN. Peraturan Akademik Studek, Magang, KKN FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

PANDUAN. Peraturan Akademik Studek, Magang, KKN FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA PANDUAN Peraturan Akademik Studek, Magang, KKN FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA November 2017 PERATURAN AKADEMIK STUDI EKSKURSI, MAGANG, DAN KULIAH KERJA NYATA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan, mengembangkan kemampuan atau keterampilan serta mengubah sikap diri pada orang tersebut.

Lebih terperinci

A B S T R A K Solomon & Rothblum

A B S T R A K Solomon & Rothblum A B S T R A K Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa Fakultas X Departemen Y ITB. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas X

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan sosok intelektual yang dikenal dengan sikap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan sosok intelektual yang dikenal dengan sikap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa merupakan sosok intelektual yang dikenal dengan sikap idealisnya, dihormati dan dipercaya masyarakat sebagai agen perubahan yang mampu menentukan nasib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang guna mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara. Maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan Tinggi. Menurut Feldman dan Eliot, 1990 Remaja saat ini mengalami tuntutan dan harapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll.

BAB II LANDASAN TEORI. atau organisasi) yang dijalin dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik. seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jejaring Sosial Facebook 2.1.1 Pengertian Jejaring Sosial Facebook Pengertian jejaring sosial menurut Wikipedia (2012) adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guna mengembangkan bakat serta kepribadian siswa. Mulyasa (2011)

BAB I PENDAHULUAN. guna mengembangkan bakat serta kepribadian siswa. Mulyasa (2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Masalah menyontek selalu terjadi dalam dunia pendidikan dan selalu terkait dengan tes

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Prokrastinasi Akademik Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Inggris yaitu procrastination yang berarti menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. Prokrastinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Perguruan Tinggi di Indonesia menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut manusia untuk bisa bertindak dan menghasilkan karya. Mahasiswa sebagai anggota dari suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Prokrastinasi adalah suatu kegiatan menunda-nunda pekerjaan yang

BAB II KAJIAN TEORI. Prokrastinasi adalah suatu kegiatan menunda-nunda pekerjaan yang 11 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi adalah suatu kegiatan menunda-nunda pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Penundaan tersebut dilakukan pada suatu pekerjaan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang belajar di perguruan tinggi. Arnett (dalam Santrock, 2011) menyatakan bahwa mahasiswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi sekarang ini, manusia dituntut untuk dapat menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting, namun sampai sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini perilaku plagiat sering kita jumpain pada setiap aktivitas belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group pada tahun 2012 mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version LAMPIRAN KATA PENGANTAR Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Psikologi UKM Bandung, salah satu persyaratan tugas yang harus dipenuhi adalah melakukan penelitian. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan perkembangan suatu perusahaan atau organisasi, karena dengan kualitas sumber daya yang kurang cukup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tingggi (KBBI, 1991). Tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS),

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi adalah muatan lokal pada kurikulum pendidikan dokter di Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS), berupa karangan asli, dan

Lebih terperinci

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi

Skala Prokrastinasi Akademik. Ciri-Ciri Prokrastinasi Ferrari (dalam Ghufron 2014: ) menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi Skala Prokrastinasi Akademik Definisi Konseptual Reza (2010: 17) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda atau menangguhkan tindakan yang sengaja dilakukan oleh seseorang dan berlangsung dalam waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Secara bahasa, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendukung maju atau bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam suatu pendidikan formal, seperti SMA/SMK terdapat dua kegiatan yang tidak dapat terpisahkan yaitu belajar dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam proses penulisan skripsi seringkali terjadi penundaan dalam mengerjakannya. Padahal sebenarnya mahasiswa tahu bahwa prokrastinasi yang dilakukannya banyak berakibat negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih sempurna.pendidikan juga merupakan suatu kekuatan dinamis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat. Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat. Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi PERBEDAAN PROKRASTINASI AKADEMIK ANTARA MAHASISWA YANG AKTIF DENGAN YANG TIDAK AKTIF DALAM ORGANISASI LEMBAGA KEMAHASISWAAN DI KALANGAN MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapkannya Undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 tentang Guru

BAB I PENDAHULUAN. tetapkannya Undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 tentang Guru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan subjek yang menuntut ilmu diperguruan tinggi memiliki tanggung jawab pada saat kuliah berlangsung dan menyelesaikan kuliahnya. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahap perkembangan, siswa SMP dapat dikategorikan sebagai remaja awal. Pada usia remaja, pendidikan menjadi suatu kewajiban yang mutlak harus dijalani. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pengetahuan akademik bagi mahasiswanya. Mahasiswa tidak hanya dituntut secara akademik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas begitu penting di era modern ini, yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi kemajuan suatu

Lebih terperinci

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu cara yang digunakan agar sesorang mendapatkan berbagai macam ilmu. Pendidikan dapat diperoleh secara formal maupun informal. Pendidikan secara formal seperti

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan keaslian penelitian 1.1 Latar Belakang Memasuki era perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, non-formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai subyek menuntut ilmu di perguruan tinggi tidakakan terlepas dari keaktivan belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu kriteria yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi persaingan dalam hal kualitas maupun kuantitas. Dari segi mahasiswapun terjadi persaingan baik antar maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran melalui sebuah tes atau ujian yang disampaikan guru. Dari hasil

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran melalui sebuah tes atau ujian yang disampaikan guru. Dari hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil belajar merupakan gambaran tentang bagaimana siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hasil belajar merupakan output nilai yang berbentuk angka atau huruf

Lebih terperinci

SOSIALISASI AKADEMIK PRODI MANAJEMEN FE-UST

SOSIALISASI AKADEMIK PRODI MANAJEMEN FE-UST SOSIALISASI AKADEMIK PRODI MANAJEMEN FE-UST 1 TAHUN AKADEMIK 2016/2017 Oleh: Pengelola Prodi Manajemen 7-8 Oktober 2016 VISI DAN MISI PRODI MANAJEMEN 2 Visi Menjadi program studi unggul dibidang manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil FPTK UPI, banyak yang menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil FPTK UPI, banyak yang menyelesaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil FPTK UPI, banyak yang menyelesaikan program studi tidak tepat waktu. Mahasiswa tidak dapat menyelesaikan studi S1 dalam waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitaf merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dapat dikatakan sebagai kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, dengan jurusan atau program tertentu.

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA.

M E M U T U S K A N: Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK DI UNIVERSITAS INDONESIA. KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 1335 /SK/R/UI/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PEROLEHAN KREDIT AKADEMIK REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan bangsa ini. Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan bangsa ini. Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam menentukan arah perbaikan bangsa ini. Mahasiswa sebagai elemen masyarakat yang mempunyai kekuatan untuk memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional: Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Nasional: Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan dituntut memberikan respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab. sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu (pengajaran, bimbingan/latihan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang ada pada dunia pendidikan khususnya perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang ada pada dunia pendidikan khususnya perkuliahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan arus kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat di era globalisasi sekarang ini menyebabkan segala aspek kehidupan manusia selalu dikaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan aset bagi perusahaan, setiap perusahaan membutuhkan karyawan untuk dapat melangsungkan kegiatan dan mengembangkan kualitas produknya. Karyawan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENDIDIKAN

BAB II SISTEM PENDIDIKAN BAB II SISTEM PENDIDIKAN A. PENGERTIAN DASAR Sistem Kredit Semester atau disingkat SKS adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan satuan kredit semester atau disingkat sks untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sebuah pendidikan terjadi proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sebuah pendidikan terjadi proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu lembaga yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebuah pendidikan terjadi proses belajar yang di

Lebih terperinci

MENGELOLA WAKTU DAN MENYUSUN PRIORITAS FEB Arsektur

MENGELOLA WAKTU DAN MENYUSUN PRIORITAS FEB Arsektur Modul ke: Fakultas 09FEB MENGELOLA WAKTU DAN MENYUSUN PRIORITAS Dengan merencanakan penggunaan waktu memudahkan anda menyebarkan/mendistribusi tugas dan pekerjaan sepanjang semeseter, menghindari kemacetan'

Lebih terperinci