BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Surya Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Beban Kerja Perawat 1. Definisi Beban Kerja Perawat Beban kerja adalah jumlah total waktu keperawatan baik secara langsung atau tidak langsung dalam memberikan pelayanan keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan untuk memberikan pelayanan tersebut (Nursalam, 2002). Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan (Anwar, 2013). Beban kerja bisa bersifat kuantitatif bila yang dihitung berdasarkan banyaknya/jumlah tindakan keperawatan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beban kerja bersifat kualitatif bila pekerjaan keperawatan menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebaik mungkin/profesional. Bila beban kerja terlalu tinggi akan menyebabkan komunikasi yang buruk antara perawat dan pasien, kegagalan kolaborasi perawat dan dokter serta tingginya drop out perawat/turn over/rasa ketidakpuasan kerja perawat (Nursalam, 2002). Menurut Nursalam (2013), kegiatan yang banyak dilakukan adalah tindakan keperawatan tidak langsung dan faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah jumlah pasien dan jumlah perawat serta jumlah aktivitas. Standar emas untuk mengukur sumber daya keperawatan akan menjadi model yang valid dan realible terhadap pengukuran beban kerja dengan menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat. Faktor- faktor yang dimaksud adalah kondisi pasien, respon pasien, karakteristik pasien dan tindakan keperawatan yang diberikan serta lingkungan kerja (Gaudine, 2000). 7
2 8 2. Jenis Beban Kerja Perawat Beban kerja dibedakan menjadi dua jenis yaitu beban kerja secara kualitatif dan kuantitatif. Beban kerja kualitatif artinya persepsi beban kerja yang bisa dirasakan oleh perawat. Misalnya perawat merasa saat ini beban kerjanya berat dari pada yang seharusnya, lebih sulit dari yang sudah pernah dilaksanakan dan keluhan lainnya. Adapun beban kerja kuantitatif yaitu jumlah pekerjaan yang bisa dihitung dan dibandingkan dengan waktu kerja yang tersedia. Misalnya perawat memiliki waktu 8 jam tiap dinas, maka berapa banyak tindakan keperawatan yang bisa dilakukan selama 8 jam itu (Anwar, 2013). Selain itu, Munandar (2001) menambahkan beban kerja kuantitatif meliput: 1) pelaksanaan observasi pasien secara ketat selama jam kerja, 2) variasi pekerjaan yang harus dikerjakan, 3) kontak langsung perawat pasien secara terus menerus selama jam kerja, 4) rasio perawat dan pasien. Sedangkan beban kerja kualitatif meliputi: 1) pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit, 2) tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien kritis, 3) harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas, 4) tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien, 5) setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat, 6) tugas memberikan obat secara intensif, 7) menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal. 3. Faktor-faktor Beban Kerja Perawat Beban kerja merupakan cerminan dari tindakan keperawatan yang mampu dilaksanakan secara kuantitas dan kualitas oleh seorang perawat terhadap seorang atau sekelompok pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Pertanyaan rutin yang sering muncul adalah pasien yang mana dan dirawat oleh perawat yang mana, berapa banyak pasien yang dapat dirawat, apakah beban perawat maksimal atau optimal (Anwar, 2013).
3 9 Beban kerja perawat tiap waktu akan berubah. Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor internal (jumlah pasien dalam ruang rawat inap) dan faktor eksternal (di luar rumah sakit). Faktor-faktor internal lebih mudah diatasi dari pada faktor eksternal. Hal ini disebabkan faktor eksternal tidak bisa dikendalikan oleh pihak manajemen rumah sakit sendiri melainkan memerlukan bantuan pihak luar (Anwar, 2013). Sebagai contoh yaitu situasi ekonomi yang lagi mengalami resesi seperti saat ini. Kenaikan harga tidak bisa ditolak atau inflasi sedangkan pendapatan masyarakat bahkan menurun sehingga tidak mampu membeli harga pelayanan rumah sakit. Saat ini juga sering terjadi disaster alam termasuk wabah penyakit tertentu. Kedua contoh diatas akan mempengaruhi jumlah kebutuhan perawat yang ada di rumah sakit akan ditambah atau dikurangi (Anwar, 2013). Secara umum faktor-faktor internal yang mempengaruhi beban kerja perawat antara lain: 1) jumlah pasien yang dirawat tiap hari, tiap bulan, tiap tahun, 2) kondisi atau tingkat ketergantungan pasien, 3) rata-rata hari perawatan tiap pasien, 4) pengukuran tindakan keperawatan langsung dan tidak langsung, 5) frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan, 6) rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung (Anwar, 2013). 4. Penghitungan Beban kerja Perawat Menurut Ilyas (2004), ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung beban kerja secara personel antar lain sebagai berikut: a. Work Sampling Pada metode work sampling dapat diamati hal-hal spesifik tentang pekerjaan antara lain: 1) aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja, 2) apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja, 3) proporsi waktu kerja yang digunakan untuk
4 10 kegiatan produktif atau tidak produktif, 4) pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja. Untuk mengetahui hal-hal tersebut perlu dilakukan survei tentang kerja personel dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) menentukan jenis personel yang akan disurvei, 2) bila jumlah personel banyak perlu dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek personel yang akan diamati dengan menggunakan metode simple random sampling unutk mendapatkan sampel yang representative, 3) membuat formulir kegiatan perawat yang dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif dapat juga dikategorikan sebagai kegiatan langsung dan tidak langsung, 4) melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan menggunakan work sampling, 5) pengamatan kegiatan personel dilakukan dengan interval 2-15 menit tergantung karakteristik pekerjaan yang dilakukan. Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan banyaknya pengamatan kegiatan dari sejumlah personel yang kita amati, oleh karena itu maka didapatkan sampel penelitian dengan data yang banyak sehingga dapat dihitung dan dianalisa dengan baik. b. Time and motion study Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Langkahlangkah untuk melakukan teknik ini yaitu: 1) menentukan personel yang akan diamati untuk menjadi sampel dengan metode purposive sampling, 2) membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan oleh setiap personel, 3) daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan seberapa banyak personel yang melakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin selama dilakukan pengamatan, 4) membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut menjadi kegiatan medis, kegiatan keperawatan dan kegiatan
5 11 administrasi, 5) menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Dari metode work sampling dan time and motion study maka akan dihasilkan output sebagai berikut: 1) deskripsi kegiatan menurut jenis dan alokasi waktu untuk masing-masing pekerjaan baik yang bersifat medis, perawatan maupun administratif. Selanjutnya dapat dihitung proporsi waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing kegiatan selama jam kerja, 2) pola kegiatan yang berkaitan dengan waktu kerja, kategori tenaga kerja atau karakteristik demografis dan sosial, 3) kesesuaian beban kerja dengan variabel lain sesuai kebutuhan penelitian. Beban kerja dapat dihubungkan dengan jenis tenaga, umur, pendidikan, jenis kelamin atau variabel lain, 4) kualitas kerja pada teknik ini juga menjadi perhatian karena akan menentukan kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh personel yang diamati. c. Daily log Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Penggunaan inti tergantung kerjasama dan kejujuran dari personel yang diamati. Pendekatan ini relatif lebih sederhana dan biaya yang murah. Peneliti membuat pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari sendiri oleh informan. Sebelum dilakukan pencatatan kegiatan peneliti menjelaskan tujuan dan cara pengisian formulir kepada subjek personel yang diteliti, tekankan pada personel yang diteliti yang terpenting adalah jenis kegiatan, waktu dan lama kegiatan, sedangkan informasi personel tetap menjadi rahasia dan tidak akan dicantumkan pada laporan penelititan. Menuliskan secara rinci kegiatan dan waktu yang diperlukan merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan dengan daily log.
6 12 5. Penilaian Beban Kerja Perawat Seorang perawat mempunyai tugas dan bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Pelaksana perawatan bertanggung jawab secara administrasi fungsional kepada kepala ruangan, sedangkan secara teknis medis operasional bertanggung jawab terhadap dokter ruang rawat/dokter penanggung jawab ruangan (Depkes, 2004). Menurut Depkes (2004), penilaian beban kerja perawat dapat dilihat dari aspek: a. Aspek fisik Analisa beban kerjanya dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utamanya yaitu jumlah pasien yang harus dirawat dibandingkan dengan jumlah perawat. Penentuan kebutuhan jumlah tenaga perawat menurut Douglas (dalam Nursalam, 2007) adalah berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Tingkat ketergantungan klien terkait dengan penentuan beban kerja perawat dapat diklasifikasikan meliputi: 1) Klien dengan tingkat ketergantungan minimal: a) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri, b) makan, minum dilakukan sendiri, c) ambulasi dengan pengawasan, d) observasi dilakukan tiap pergantian dinas, e) pengobatan minimal (oral) dan status psikiatri stabil. 2) Klien dengan tingkat ketergantungan parsial: a) kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu, b) observasi tiap 4 jam, c) ambulansi dibantu, pengobatan injeksi, d) bicara berlebihan dan sedikit kacau, e) pasien ditempatkan di ruang isolasi. 3) Klien dengan tingkat ketergantungan total: a) segalanya diberi bantuan, b) status psikiatri kacau, c) pengobatan intravena, d) dilakukan fiksasi, e) gelisah, disorientasi, f) pengawasan ketat.
7 13 Selain terkait dengan perbandingan jumlah perawat dan pasien, aspek fisik berkaitan dengan tugas - tugas tambahan yang harus dilakukan oleh perawat. Tugas tambahan dalam hal ini adalah tugas-tugas yang dikerjakan oleh perawat selain tugas utamanya seperti, membuat laporan, mengikuti rapat dan tugas lain yang diberikan oleh atasan. Semakin banyak tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang tenaga perawat maka tentu saja akan menambah tinggi beban kerjanya demikian juga sebaliknya (Nursalam, 2007). b. Aspek psikologis Aspek mental atau psikologis lebih menekankan pada hubungan interpersonal antara perawat dengan kepala ruangan, perawat dengan perawat lainnya dan hubungan perawat dengan pasien yang dapat mempengaruhi keserasian dan produktifitas kerja bagi perawat. Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan selalu berinteraksi sosial dengan orang lain, terutama dengan pasien, teman sejawat dan atasan langsung yaitu kepala ruangan. Menurut Sunaryo (2004), interaksi sosial merupakan salah satu bentuk hubungan antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, seorang perawat hendaknya dapat memahami kepribadian pasien, keluarga pasien, teman sejawat dan atasan langsung. Perawat hendaknya memahami perbedaan yang ia miliki dan menyadari ciri masing-masing sehingga tidak menjadi beban dalam menjalankan tugasnya. Adanya kerja sama antara perawat dengan perawat dan perawat dengan kepala ruangan serta kerja sama antara perawat dengan pasien yang dirawatnya akan mempercepat proses penyembuhan penyakit. Tidak terjalinnya kerja sama dengan baik akan menimbulkan beban kerja berat. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu
8 14 lemah dapat mengakibatkan seorang perawat menderita gangguan atau penyakit akibat kerja (Depkes, 2006). c. Aspek waktu kerja Aspek waktu (waktu kerja) lebih mempertimbangkan pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja, yaitu sebagai alokasi penggunaan waktu guna peningkatan pelayanan keperawatan terhadap pasien. Waktu kerja berkaitan dengan waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung setiap hari (Irwady, 2007). Menurut Depkes (2004), waktu kerja adalah jumlah jam kerja produktif yang digunakan oleh perawat untuk mengerjakan tugas utamanya sesuai dengan uraian tugas perawat, maupun tugas-tugas tambahan yang dikerjakannya yang tidak tercantum dalam uraian tugas perawat. Waktu kerja yang dikeluarkan oleh Depkes RI yaitu waktu kerja nomal perhari adalah 8 jam (5 hari kerja), jadi waktu yang efektif untuk tiap pegawai adalah 6,4 jam perhari. Maka dapat disimpulkan bahwa beban kerja standar setiap pegawai adalah 80% 100 % dari waktu kerja normal atau 6,4 8 jam / hari. B. Konsep Dokumentasi Asuhan Keperawatan 1. Definisi Dokumentasi Asuhan Keperawatan Dokumentasi merupakan wahana untuk komunikasi dari satu profesional ke profesional lainnya tentang status pasien. Dokumen klien memberikan bukti tindakan keperawatan mandiri dan kolaboratif yang diimplementasikan oleh perawat, respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan perubahan-perubahan pada kondisi pasien (Nursalam, 2010). Disamping itu dokumentasi dijadikan sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (interdisipliner) yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu
9 15 fakta aktual untuk dipertanggungjawabkan. Komponen penting dalam pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan dan standar asuhan keperawatan (Nursalam, 2012). Dokumentasi asuhan keperawatan adalah sebuah bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Nursalam, 2012). Menurut Setiadi (2012), dokumentasi asuhan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang dikerjakan oleh perawat setelah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan keperawatan dilaksanakan. 2. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Menurut Setiadi (2012), tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah: a. Sebagai sarana komunikasi Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat berguna untuk: 1) Membantu koordinasi asuhan keperawatan yang diberikan oleh tim kesehatan. 2) Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. 3) Membantu tim perawat dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
10 16 b. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya maka perawat diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Hal ini penting berkaitan dengan langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek hukum yang dapat dijadikan settle concern, artinya dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara hukum. c. Sebagai informasi statistik Data statistik dari dokumentasi asuhan keperawatan dapat membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik Sumber Daya Manusia (SDM), sarana, prasarana dan teknis. d. Sebagai saranan pendidikan Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para mahasiswa/mahasiswi keperawatan dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan. e. Sebagai sumber data penelitian Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga melalui penelitian dapat diciptakan suatu bentuk pelayanan keperawatan yang aman, efektif dan etis. f. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu
11 17 perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan. g. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutan Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan. 3. Manfaat dan Pentingnya Dokumentasi Asuhan Keperawatan Menurut Setiadi (2012), dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek antara lain: a. Aspek hukum Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. b. Jaminan mutu Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat, akan memberi kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan.
12 18 c. Komunikasi Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan. d. Keuangan Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan dicatat dengan lengkap yang dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan. e. Pendidikan Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan. f. Penelitian Data yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek penelitian dan pengembangan profesi keperawatan. g. Akreditasi Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan, guna pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam keperawatan akan memberikan dampak pada dokumentasi keperawatan, oleh karena itu terjadi
13 19 perubahan yang dapat mempengaruhi dokumentasi (Imam, 2012) yaitu: 1) gerakan praktek keperawatan, 2) cakupan praktek keperawatan, 3) asuhan keperawatan sesuai berat ringannya penyakit, 4) data statistik keperawatan, 5) skilled nursing, 6) konsumen, 7) biaya, 8) kualitas assurance (kendali mutu, terutama tentang audit catatan pelayanan kesehatan), 9) kontrol akreditasi, 10) coding dan klasifikasi, 11) sistem pembayaran, 12) peralatan medis, 13) asuransi kesehatan, 14) resiko tindakan. 5. Prinsip-prinsip Dokumentasi Asuhan Keperawatan Prinsip pencatatan ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pencatatan (Setiadi, 2012). a. Isi pencatatan 1) Mengandung nilai administrasi Misalnya rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan keperawatan merupakan alat pembelaan yang sah mana kala terjadi gugatan. 2) Mengandung nilai hukum Misalnya catatan medis kesehatan keperawatan dapat dijadikan sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehatan maupun pasien. 3) Mengandung nilai keuangan Kegiatan pelayanan medis keperawatan akan menggambarkan tinggi rendahnya biaya perawatan yang merupakan sumber perencanaan keuangan rumah sakit. 4) Mengandung nilai riset Pencatatan mengandung data, informasi/bahan yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, karena dokumentasi merupakan informasi yang terjadi di masa lalu.
14 20 5) Mengandung nilai edukasi Pencatatan medis keperawatan dapat digunakan sebagai referensi atau bahan pengajaran di bidang profesi si pemakai. b. Teknik Pencatatan Beberapa hal yang harus diperhatikan perawat dalam teknik pencatatan antara lain : 1) Menulis nama klien pada setiap halaman catatan perawat. 2) Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam. 3) Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan dapat dipercaya secara faktual. 4) Ringkas, singkatan yang biasa digunakan, dapat diterima dan dapat dipakai. Contoh : kg untuk kilogram. 5) Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau. 6) Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata salah diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar jangan dihapus. Validitas pencatatan akan rusak jika ada penghapusan. 7) Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan. 8) Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut. 9) Jelaskan temuan pengkajian fisik dengan cukup terperinci. Hindari penggunaan kata seperti sedikit dan banyak yang mempunyai tafsiran dan harus dijelaskan agar bisa dimengerti. 10) Jelaskan apa yang terlihat, terdengar terasa dan tercium pada saat pengkajian. Jangan menafsirkan perilaku pasien, kecuali jika kesimpulan tersebut dapat divalidasi, misalnya: lebih baik menuliskan pasien menangis pada saat wawancara dari pada pasien menangis karena ia depresi kecuali jika kesimpulan tersebut dapat dibuktikan.
15 21 11) Jika pasien tidak dapat memberikan informasi saat pengkajian awal, coba untuk mendapatkan informasi dari anggota keluarga atau teman dekat yang ada atau kalau tidak ada catat alasannya misalnya pasien mengalami kebingungan dan tidak mampu memberikan informasi riwayat kesehatannya. 6. Pedoman dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pedoman dalam pendokumentasian merupakan kegiatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Pendokumentasian dapat dilaksanankan secara lisan atau tertulis dengan tujuan mengkomunikasikan informasi yang spesifik kepada orang yang membutuhkan (Imam, 2012). a. Pendokumentasian memiliki pedoman sebagai berikut: 1) mulai dengan nama pasien, 2) laporkan hanya informasi yang penting dan tidak mencakup data yang tidak relevan, 3) informasi harus jelas, 4) melaporkan pasien, informasinya mencakup data pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. b. Dalam pendokumentasian proses keperawatan harus tersusun dengan baik dan harus memiliki kriteria serta syarat sebagai berikut: 1) Accurancy (ketepatan): a) informasi harus tepat, b) mencatat hanya hasil observasi, c) diakhir catatan ada tanda tangan dan nama jelas. 2) Conciseness (ringkas): komunikasi yang ringkas mudah dimengerti/ tidak membosankan setiap penerima informasi. 3) Thoroughness (kesempurnaan/ketelitian): untuk memudahkan penginform asian data. 4) Organization (organisasi): data merupakan isi informasi yang terorganisasi dalam pengkajian. 5) Currentness (terbaru) : di dalam pencatatan data yang ada segera dicatat dan dipilih data-data yang penting.
16 22 6) Confidentiality (rahasia) : informasi yang didapat dari pasien akurat dan perawat dapat menjaga/melindungi rahasia pasien. 7. Dokumentasi Berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan Menurut Depkes (2001 dalam Tribowo, 2013) standar asuhan keperawatan mengacu pada tahapan proses keperawatan yang meliputi: 1) pengkajian, 2) diagnosa keperawatan, 3) perencanaan, 4) implementasi, 5) evaluasi. a. Standar 1: Pengkajian keperawatan 1) Pengumpulan data: menggunakan format yang baku, sistematis, diisi sesuai dengan item yang tersedia, aktual dan valid. Pengelompokan data: data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. 2) Perumusan masalah: kesenjangan status kesehatan dengan norma dan pola fungsi hidup, perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan. b. Standar 2: Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien. c. Standar 3: Perencanaan keperawatan Setelah data terkumpul, langkah berikutnya terdiri dari tahap prioritas masalah, perumusan tujuan dan rencana tindakan. Prioritas masalah pada permasalahan yang mengancam kehidupan, mengancam kesehatan, dan mempengaruhi perilaku. Perumusan tujuan berdasarkan aspek: spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik dan ada batas waktu. Rencana tindakan disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan dengan melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga, menentukan alternatif tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturanyang berlaku, lingkungan,
17 23 sumber daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien dan dilakukan dengan kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasa mudah dimengerti. d. Standar 4: Implementasi keperawatan Dalam pelaksanaan keperawatan, perawat menerapkan intervensi yang telah ditetapkan sebelumnya kepada pasien. Implementasi keperawatan terdiri dari: 1) dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, 2) menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, 3) menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada klien/keluarga, 4) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, 5) menggunakan sumber daya yang ada, 6) menerapkan prinsip aseptik dan antiseptic, 7) menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien, 8) melakukan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien, 9) merujuk bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien, 10) mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, 11) merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan, 12) melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. Intervensi keperawatan berorientasi pada keperawatan dasar yang meliputi: pemenuhan kebutuhan oksigen, memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, memenuhi kebutuhan eliminasi, memenuhi kebutuhan keamanan, memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik, memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur, memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani, memenuhi kebutuhan spiritual, memenuhi kebutuhan emosional, memenuhi kebutuhan komunikasi, mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis, memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan, nmemenuhi kebutuhan penyuluhan dan memenuhi kebutuhan rehabilitatif.
18 24 e. Standar 5: Evaluasi keperawatan Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan. f. Standar 6: Catatan asuhan keperawatan 1) evaluasi dilakukan sesuai dengan standar, 2) dilakukan terhadap pasien rawat inap dan rawat jalan, 3) dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, 4) dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, 5) penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, 6) sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, 7) setiap pencatatan harus mencatumkan inisial/paraf/nama perawat, yang melaksanakan tindakan dan waktunya, 8) menggunakan formulir yang baku, 9) disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Standar asuhan keperawatan (SAK) adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. 8. Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Unit Perawatan Intensif Sasaran: Dilingkup perawatan Intensif Care Unit (ICU) dan Intensif Coronary Care Unit (ICCU) perlu pendokumentasian yang akurat, konsisten dan komprehensif dengan tujuan untuk menyelamatkan dan mempertahankan kehidupan (Imam, 2012). a. Ciri khas penderita kritis: 1) memerlukan perawatan total (total/intensive care), 2) status hemodinamik yang tidak stabil, 3) Memerlukan pemantauan yang terus menerus, 4) restriksiintake-output, 5) sakit yang berlebihan, 6) status neurologis yang tidak stabil.
19 25 b. Fokus dokumentasi: 1) Standar komprehensif: a) Standar I: Data dikumpulkan secara terus-menerus yang menyangkut tentang keadaan pasien yang kritis, b) Standar II: Masalah/kebutuhan yang teridentifikasi dan prioritasnya berdasar atas data yang terkumpul, c) Standar III : Rencana asuhan keperawatan di rumuskan dengan tepat, d) Standar IV: Rencana asuhan keperawatan diimplementa sikan menurut masalah yang diprioritaskan, e) Standar V: Hasil asuhan keperawatan dievaluasi secara terus-menerus. 2) Standar pendukung: a) Standar I: Mendokumentasikan semua data yang diperlukan pada catatan pasien, b) Standar II: Mencatat masalah yang actual/potensial dan menentukan prioritasnya dalam catatan pasien, c) Standar III: Mencatat rencana asuhan keperawatan di catatan pasien, d) Standar IV: Mendokumentasikan intervensi dalam catatan pasien, e) Standar V : Mencatat hasil evaluasi dalam catatan pasien Menurut Supriyantoro (2011), pendokumentasian menggunakan status khusus ICU yang meliputi diagnosis lengkap yang menyebabkan dirawat di ICU, tandatanda vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan sebagainya) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien. Pencatatan tanda-tanda vital secara berkala dilakukan perawat ICU minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai dengan kondisi pasien. Pemantauan secara umum dan khusus setiap pagi hari oleh dokter jaga dan perawat ICU dan dikoordinasikan dengan dokter yang visit.
20 26 Pemantauan umum melitputi: 1) Pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan tensi, suhu, nadi, respirasi, dan saturasi oksigen, 2) Pemeriksaan fisik meliputi sistem syaraf, sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, sistem gastrointestinal, sistem tractus urinarius, dan sistem lokomotif, 3) Balans cairan dilakukan setiap 3-6 jam, diperhitungkan intake dan output cairan, 4) Evaluasi Central Venous Pressure (CVP) dengan melakukan Fluid Challenge Test (FCT). Pemeriksaan laboratorium meliputi: 1) analisa gas darah, 2) gula darah, 3) darah rutin, 4) elektrolit, 5) ureum, 6) kreatinin, 7) keton darah sesuai indikasi, 8) keton urin sesuai indikasi, 9) hemostase lengkap sesuai indikasi, 10) SGOT/SGPT sesuai indikasi. Pemeriksaan lain bila dibutuhkan: Pendokumentasian pelayanan ICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya, sistem skor prognosis, penggunaan alat bantu (ventilasi mekanis, haemodialisis dan sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau meninggal) dari ICU. C. Kerangka Konsep Penelitian Skema 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen Beban Kerja Perawat Variabel Dependen Pendokumentasian Asuhan Keperawatan D. Hipotesis Ha : Ada hubungan beban kerja perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di Unit Perawatan Intensif RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2014.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan perawat dengan jenis pekerjaan dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam satuan waktu tertentu
Lebih terperincimaupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawat 2.1.1 Defenisi perawat Perawat (Nurse) berasa dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seorang
Lebih terperinciSetelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu:
MATA KULIAH : DOKUMENTASI KEBIDANAN TOPIK/ SUB TOPIK : KONSEP DASAR KEBIDANAN WAKTU : 100 menit DOSEN : YUNI RETNOWATI, SST OBJEKTIF : Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu: Memahami konsep
Lebih terperinciBEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN. Iin Inayah dan Wahyuni
11 BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN Iin Inayah dan Wahyuni Stikes Jenderal A.Yani Cimahi RSK. Bhakti Wara Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPEDOMAN PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN
PEDOMAN PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengertian Asuhan keperawatan adalah Suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Seperti yang telah dituangkan
Lebih terperinciDOKUMENTASI KEPERAWATAN Oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
DOKUMENTASI KEPERAWATAN Oleh Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan PENDAHULUAN Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik, informasi
Lebih terperinciMetodologi Asuhan Keperawatan
Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
Lebih terperinciManajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.-
Manajemen Asuhan Keperawatan RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.- Manajemen pada proses keperawatan Pengkajian Diagnosis Perencanaan Implementasi evaluasi langkah awal dalam proses keperawatan PENGKAJIAN proses
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap dalam upaya peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar
KUESIONER PENELITIAN Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar A. Petunjuk pengisian 1. Mohon bantuan dan kesediaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover
Lebih terperinciPANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN
PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN I. DEFINISI Pelayanan pasien adalah penyediaan jasa oleh Rumah Sakit kepada orang sakit yang dirawat di Rumah
Lebih terperinciSTANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian. Universita Sumatera Utara
LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN, KOMUNIKASI INTERPERSONAL, DAN KETERAMPILAN TEKNIK DENGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Identitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah organisasi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan, dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan dari pelayanan
Lebih terperinciTRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN
Pengertian Tujuan Kebijakan Transfer pasien pindah perawatan ke rumah sakit lain adalah memindahkan pasien dari RSIA NUN ke RS lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas pelayanan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan
Lebih terperinciMETODE DOKUMENTASI. OLEH Yoani Aty
METODE DOKUMENTASI OLEH Yoani Aty Tungpalan (1983) mengatakan bahwa Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua manusia selama menjalankan kehidupan menghendaki dirinya selalu dalam kondisi sehat. Sehat bagi bangsa Indonesia dituangkan dalam Undang-undang Kesehatan Republik
Lebih terperinciPelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk
Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi
Lebih terperincia. Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu : 1) Data Dasar Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pert
A. Model Dokumentasi Keperawatan Ada 6 model dokumentasi yang dapat digunakan di dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia yaitu sebagai berikut : 1) SOR (Source Oriented Record), 2) POR (Problem Oriented
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi bersifat sosio ekonomis yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja 2.1.1 Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana dalam memperkirakan beban kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanggapan/respon klien terhadap kegiatan-kegiatan pelaksanaan keperawatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan tentang tanggapan/respon klien terhadap kegiatan-kegiatan pelaksanaan keperawatan secara menyeluruh, sistematis dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Dokumentasi Keperawatan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Dokumentasi Keperawatan a. Pengertian Dokumentasi Keperawatan Potter dan Perry (2005) mendefinisikan dokumentasi sebagai segala sesuatu yang tercetak atau tertulis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi pasiennya. Keberhasilan suatu rumah sakit ditandai dengan adanya peningkatan
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Motivasi dan Beban Kerja dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertanggungjawabkan dan membuktikan pekerjaannya. Oleh karena itu ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang menggunakan pendekatan proses keperawatan yang memiliki nilai hukum yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertian Everly dkk (dalam Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menguraikan Konsep Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal,
Lebih terperinciPANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN
PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi diperlukan kesiapan yang mantap dari semua sektor, termasuk sektor kesehatan khususnya rumah sakit. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk
Lebih terperinciPERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep
PERENCANAAN PASIEN PULANG (DISCHARGE PLANNING) Mira Asmirajanti, SKp, MKep A. Pengertian Discharge Planning (Perencanaan Pasien Pulang) merupakan komponen sistem perawatan berkelanjutan, pelayanan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
46 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Kerja 2.1.1 Pengertian Beban Kerja Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan seharihari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan
Lebih terperinciASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada
ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Status hukum dan peraturan tentang catatan kesehatan harus dijaga oleh institusi pelayanan kesehatan. Istitusi kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Supervisi 2.1.1 Pengertian Supervisi Menurut Kron (1987) Supervisi adalah merencanakan, mangarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, memerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran
Lebih terperinciPANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.
PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu pula dengan teknologi dibidang kesehatan. Selain itu, juga kebutuhan akan kesehatan pada masyarakat
Lebih terperinciDisampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014
Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya (Permenkes RI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive care unit (ICU) merupakan suatu area yang sangat spesifik dan canggih di rumah sakit dimana desain, staf, lokasi, perlengkapan dan peralatan, didedikasikan
Lebih terperinciPANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN RUMAH SAKIT Dr. MOHAMMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO 2015 DAFTAR ISI Daftar isi... i BAB I DEFINISI... 3 BAB II RUANG LINGKUP... 2 BAB III TATA LAKSANA... 5 BAB IV DOKUMENTASI...
Lebih terperinci1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP
NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN I. Latar Belakang Rekam medis berdasarkan sejarahnya sejarahnya selalu berkembang mengikuti kemajuan ilmu kesehatan dan kedokteran. Sejak masa pra kemerdekaan, rumah sakit di Indonesia sudah
Lebih terperinciANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I
ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I Oleh : NILA HIDAYATI K100040056 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciPROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada
PROBLEM ORIENTED MEDICAL RECORD (POMR) By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Problem Oriented Medical Record merupakan suatu sistem yang memberikan cara dokumentasi menurut sistem
Lebih terperinciURAIAN TUGAS KEPERAWATAN
URAIAN TUGAS KEPERAWATAN Nama Jabatan : Bidan / perawatan Pengertian : Seorang bidan/perawat professional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur serta mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa partisipan memahami discharge planning sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan
Lebih terperinciStabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit
Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian
38 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perkembangan keperawatan berubah seiring dengan perubahan zaman. Pada zaman dahulu keperawatan masih menggunakan naluri
Lebih terperinciTUGAS ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS DOKUMENTASI DENGAN METODE SOAP DISUSUN OLEH : KELOMPOK 16 1. Yuliana Asti Awalia 11241039 2. Yulis Hana Pratiwi 11241020 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan menjadi penyebab utama kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas tahun mendatang, meliputi Amerika, Eropa,
Lebih terperinciKONSEP Dokumentasi KePERAWATan. Firdawsyi Nuzula, S.Kp.,M.Kes
KONSEP Dokumentasi KePERAWATan Firdawsyi Nuzula, S.Kp.,M.Kes SEJARAH Yura & Walsh (1967) : menjabarkan proses keperawatan terdiri dari 4 komponen : PENGKAJIAN, PERENCANAAN, PELAKSANAAN, dan EVALUASI 1973
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah sakit karena jumlahnya dominan (55-65%) serta merupakan profesi yang memberikan pelayanan terus menerus selama 24 jam
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI
BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi menjadi sangat penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Rekam medis dalam bentuk manual ataupun elektronik menjadi sumber dari informasi medis yang menggambarkan
Lebih terperinciTin Herniyani, SE, MM
Karya Ilmiah ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA BERDASARKAN BEBAN KERJA (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Sari Mutiara) Oleh : Tin Herniyani, SE, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN ILMU KOMPUTER TRIGUNADARMA MEDAN 2011 ABSTRAK
Lebih terperinciHUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI
0 HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh: NAMA : JAZA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PASIEN PENERIMA BANTUAN IURAN 2.1.1.Pengertian pasien penerima bantuan iuran Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyebutkan bahwa pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi dunia berdampak secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar evaluasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat penting bahkan dapat dikatakan salah satu faktor penentu dalam pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang memengaruhi status kesehatan yaitu pelayanan kesehatan, perilaku,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah ilmu yang mempelajari kombinasi teori dan praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. rekam medis yang sesuai dengan standar yang berlaku. dan dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan
BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam rangka upaya peningkatan serta efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit, perlu adanya dukungan dari berbagai faktor yang terkait. Salah satu faktor yang ikut mendukung
Lebih terperinciUU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN. Law & Regulation MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM 11/22/12 REKAM MEDIS PARAGRAF 3. Pasal 46
MEDICAL RECORD AUDIT SYSTEM PARAGRAF 3 REKAM MEDIS Pasal 46 Law & Regulation UU No 29:2004 PRAKTIK KEDOKTERAN 1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah Institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
Lebih terperinciPEDOMAN ORGANISASI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RSJD DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH
PEDOMAN ORGANISASI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RSJD DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR.RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH Jalan Ki Pandanaran Km. 2 Klaten 57461Telp.(0272)321435
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N
No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Rumah Sakit 2.1.1 Sistem Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS
PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal Progress, maka diperlukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan analisa statistik deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memaparkan dan mendeskripsikan (menggambarkan) data yang telah terkumpul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Menurut Dinarti, dkk (2009) pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian ini adalah diskriptif degan metode pendekatan diskriptif
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian ini adalah diskriptif degan metode pendekatan diskriptif analitik, yang bertujuan memberikan gambaran kepada pembaca dan menganalisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat. Rumah sakit tidak membedakan pelayanan terhadap orang sakit dengan
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini yaitu deskriptik analitik dengan menggunakan metode pengumpulan data secara cross sectional. Penelitian deskriptik bertujuan memaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, yaitu dapat memberikan kepuasan, tantangan, bahkan dapat pula menjadi gangguan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang integral dari sistim pelayanan kesehatan sehingga pelayanan keperawatan mempunyai arti penting bagi pasien khususnya untuk
Lebih terperinciSTRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )
STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi
Lebih terperinciUKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN)
UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN) Bab VII Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) Bab VIII Manajemen Penunjang Layanan Klinis Bab IX Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) Bab VII
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan sehari-hari (Dalami, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Rekam Medis 1. Pengertian Rekam Medis menurut Permenkes 269 tahun 2008 Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang pasien, pemeriksaan, pengobatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian. kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik Comparative Study dengan pendekatan
Lebih terperinci