Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan INFO KOMODITI TIMAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan INFO KOMODITI TIMAH"

Transkripsi

1 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan INFO KOMODITI TIMAH i

2 Kumara Jati SANKSI PELANGGARAN Pasal 72 UU No. 19 Tahun Barang siapa dengan segaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp ,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupah) 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupiah) ii

3 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan Info Komoditi TIMAH EDITOR: Zamroni Salim, Ph.D Ernawati Munadi, Ph.D iii

4 Kumara Jati Judul: Info Komoditi Timah Zamroni Salim, Ph.D dan Ernawati Munadi, Ph.D Copyright 2016 Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Hak Cipta dilindungi Undang-Undang All rights reserved Diterbitkan oleh Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia bekerja sama dengan Al Mawardi Prima Anggota IKAPI DKI Jaya Diterbitkan pertama: Juli 2016 Desain Cover : Piter Prihutomo Sumber Cover depan searah jarum jam 1. Dokumentasi Piter Prihutomo: Sumber cover belakang: 1. Piter Prihutomo: xii, 126 hlm, 16,5 x 25 cm ISBN: Pengarah: Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Penanggung Jawab: Sekretaris Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Redaksi Pelaksana: 1. Puspita Dewi, SH, MBA 2. Maulida Lestari, SE, ME 3. Reni K. Arianti, SP, MM 4. Suler Malau, SH 5. Primakrisna T, SIP, MBA 6. Dwi Yulianto, S.Kom AMP Press Imprint Al-Mawardi Prima Anggota IKAPI JAYA Jl. H. Naimun No. 1 Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan Telp/Fax. (021) info@almawardiprima.co.id Website: iv

5 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan KATA PENGANTAR Timah merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah di bumi Indonesia. Sebagai produsen terbesar kedua di dunia setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Indonesia mengekspor sebagian besar produk timah dalam bentuk timah batangan untuk memenuhi pasar luar negeri. Kondisi ini, pada satu sisi mampu memberikan kontribusi pada peningkatan nilai ekspor produk non-migas, tetapi pada sisi lain, tingginya ekspor timah batangan juga berdampak (baik langsung maupun tidak langsung) pada kinerja industri pengolahan timah di dalam negeri. Kondisi tersebut menjadi menarik untuk diulas ketika Indonesia dihadapkan pada mulai menurunnya cadangan sumber daya alam, khususnya timah, dan belum berkembangnya industri produk timah turunan di Indonesia. Buku ini hadir untuk menjelaskan berbagai fenomena timah mulai dari aspek pertambangan/produksi, distribusi dan perdagangan serta tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam memanfaatkan timah sebagai sumber daya unggulan, serta untuk ikut mengembangkan perekonomian Indonesia secara umum. Secara lebih detil, susunan bab yang ada diuraikan berikut ini. Bab I merupakan bab pendahuluan. Bab ini menjelaskan masalah produksi dan rendahnya tingkat perkembangan industri pengolahan timah secara umum. Sebagai bab pembuka, bab ini menjelaskan aspek mendasar permasalahan industri timah di Indonesia. Dalam Bab II diuraikan aspek produksi secara lebih detil, mulai dari sejarah penambangan timah di Indonesia, produksi timah yang didominasi oleh PT. Timah dan juga penambangan yang dilakukan oleh rakyat (dari sisi volume relatif kecil). Aspek produksi ini penting untuk diuraikan karena bisa ditelusuri alur produksi (pohon industri) timah mulai dari penambangan sampai produk timah turunannya. Dalam bab ini juga diuraikan beberapa perangkat kebijakan terkait dengan pertambangan timah di Indonesia. Selanjutnya produk hulu, yang dihasilkan dari pertambangan timah, yang berupa timah batangan digunakan oleh industri lainnya diuraikan dalam Bab III. Bab ini menjadi bab yang penting karena menjelaskan bagaimana sebenarnya posisi strategis timah dalam pengembangan industri lainnya di Indonesia. Dalam bab ini juga dijelaskan bagaimana produk timah yang strategis ini sebenarnya bisa diolah dan dimanfaatkan dengan lebih besar bila pemerintah mampu mengembangkan industri pengolah timah batangan menjadi produk turunan lain yang lebih beragam di dalam negeri. Bab IV membahas perdagangan dalam negeri timah. Bab ini lebih banyak menyoroti minimnya transaksi perdagangan timah batangan yang digunakan oleh v

6 Kumara Jati industri di dalam negeri. Selain itu, bab ini juga mengulas secara khusus peran dari Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Posisi BKDI menjadi penting dalam upaya pemerintah Indonesia menata perdagangan dan industri timah di Indonesia. Bab V membahas aspek perdagangan luar negeri produk timah Indonesia. Dalam bab ini dijelaskan mengenai perkembangan harga timah Indonesia di pasar dunia. Selanjutnya diuraikan kinerja ekspor produk timah Indonesia yang masih (selalu) didominasi ekspor timah batangan, dan rendahnya ekspor dalam bentuk produk turunanannya. Dari sisi perdagangan internasional, adanya fenomena perdagangan timah ilegal juga menjadi ulasan tersendiri dalam bab V ini. Bab VI menjelaskan prospek dan tantangan yang dihadapi oleh industri timah di Indonesia. Prediksi menurunnya pasokan timah dari Indonesia dan prospek kenaikan harga timah di beberapa tahun mendatang diulas secara detil dalam bab ini. Selain karena tarik-menarik supply dan demand, perubahan harga timah dunia juga dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya kebijakan domestik di negara penghasil timah termasuk RRT dan Indonesia. Bab ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi perdagangan timah ilegal yang masih terjadi sampai saat ini. Bab VII mencoba menjelaskan keterkaitan antar bab dan menjadi benang merah dari keseluruhan tulisan yang ada tentang bagaimana pengelolaan timah mulai dari hulu sampai hilir, dari sisi produksi dan perdagangan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah. Bab ini secara khusus mendudukkan permasalahan industri timah di Indonesia secara terpadu dan menjelaskan pentingnya perbaikan industri timah dan industri pengolahannya di Indonesia untuk bisa memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih besar bagi daerah penghasil timah pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dengan diterbitkannya buku bunga rampai tentang timah ini, diharapkan bisa memberikan tambahan informasi dan sumbangan keilmuan bagi berbagai stakelholders yang ada. Secara khusus, buku ini juga diharapkan bisa memberikan masukan dan perspektif tersendiri bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam menentukan arah pembangunan industri pertambangan timah dan industri pengolah produk timah di Indonesia. Namun demikian, penulis menyadari bahwa buku bunga rampai ini belum sempurna, sehingga masukan dan kritik dari pembaca dan stakeholders lain sangat diharapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan buku ini. Jakarta, Juli 2016 Editor vi

7 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan DAFTAR ISI Pengantar Editor...v Daftar Isi... vii Daftar Gambar... viii Daftar Tabel...x BAB I KURANGNYA KESADARAN PRODUKSI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TIMAH Ernawati Munadi... 1 BAB II PRODUKSI TIMAH INDONESIA: POTENSI DAN TANTANGAN Yudha Hadian Nur... 7 BAB III PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN TIMAH DI INDONESIA Fitria Faradila BAB IV PERDAGANGAN TIMAH DI DALAM NEGERI Riska Pujiati BAB V PERDAGANGAN TIMAH DI LUAR NEGERI Ridho Meyrandoyo Hastjarjo BAB VI PROSPEK PASAR DAN PERDAGANGAN TIMAH: PELUANG DAN TANTANGAN Kumara Jati BAB VII PRODUKSI YANG BERKELANJUTAN DAN HILIRISASI TIMAH SEBUAH HARAPAN Zamroni Salim Indeks Biografi Penulis vii

8 Kumara Jati DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Aktivitas Penambangan Timah Terpadu Gambar 2.2 Peta Industri Timah Gambar 2.3 Lokasi Potensi Timah Indonesia Gambar 2.4 Produksi Timah Indonesia, (Ton) Gambar 2.5 Negara Produsen Timah Gambar 2.6 Negara Produsen Timah di Tahun 2014 (Ton) Gambar 2.7 Jalur Sebaran Timah di Asia Gambar 2.8 Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan Timah Ilegal Gambar 2.9 Turunan Peraturan Terkait Pertambangan Timah di Indonesia Gambar 3.1 Proses Produksi Sn-Pb Solder Wire Gambar 3.2 Proses Produksi Lead Free Solder Wire Gambar 3.3 Proses Produksi Tinplate Gambar 3.4 Peta Industri Timah Solder Gambar 3.5 Aplikasi Penggunaan Timah Gambar 3.6 Konsumsi Timah Internasional Gambar 4.1 Volume Transaksi Timah BKDI Gambar 4.2 Volume Transaksi Timah Berdasarkan Kontrak Gambar 4.3 Skema Perdagangan Timah di BKDI Gambar 4.4 Harga Timah Bulanan Indonesia Gambar 4.5 Harga Timah Internasional dan BKDI Bulanan, Gambar 4.6 Perdagangan Timah (TINPB300) di BKDI Gambar 4.7 Perdagangan Timah (TINPB200) di BKDI Gambar 5.1 Harga Timah Dunia (USD/MTon) Gambar 5.2 Kinerja Ekspor-Impor Timah, (USD Ribu) Gambar 5.3 Kinerja Ekspor Timah Tidak Ditempa, Gambar 5.4 Ekspor Timah Menurut Jenisnya, (USD Ribu) Gambar 5.5 Impor Timah Menurut Jenisnya, (USD Ribu) Gambar 5.6 Negara Tujuan Ekspor Timah Indonesia Tahun Gambar 5.7 Negara Eksportir Timah Dunia Gambar 5.8 Negara Eksportir Timah Murni Batangan Gambar 5.9 Negara Eksportir Timah Solder Gambar 5.10 Negara Eksportir Barang Lainnya dari Timah Tahun Gambar 5.11 Perbandingan Ekspor Timah Tidak Ditempa HS 8001 (MT), Data Negara Eksportir vs Data Negara Importir Gambar 6.1 Produksi Timah Indonesia dan Prediksi Produksi Timah dibandingkan harga Timah Dunia Gambar 6.2 Harga Timah Internasional, (MTon) Gambar 6.3 Produksi Negara Utama Penghasil Tambang Timah, (MTon) Gambar 6.4 Prediksi Konsumsi Timah Olahan dan Harga Timah Dunia Gambar 6.5 Perkembangan dan Proyeksi Ekspor Timah dari Negara Utama dan Dunia, Gambar 6.6 Harga Timah dan Harga Minyak Mentah Dunia Gambar 7.1 Produksi dan Hilirisasi (Harapan) Produk Timah di Indonesia viii

9 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Wilayah Penguasaan Tambang Timah Tahun Tabel 3.1 Daftar Pelaku Usaha di Industri Solder Tabel 3.2 Spesifikasi Fisik Timah Solder yang diekspor dalam Permendag No. 33 Tahun Tabel 3.3 Spesifikasi Fisik Barang Lainnya dari Timah yang diekspor dalam Permendag No. 33 Tahun Tabel 3.4 Beban Pokok Penjualan Pelaku Usaha Tinplate (USD) Tabel 4.1 Daftar Penjual Timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, Tabel 4.2 Daftar Pembeli Timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, Tabel 5.1 Kategori Timah Menurut Permendag No. 33 Tahun Tabel 5.2 Ekspor Timah Indonesia, (Kg) Tabel 5.3 Pasar Impor Timah Murni Batangan Tahun Tabel 5.4 Pasar Impor Timah Solder Tahun Tabel 5.5 Pasar Barang Lainnya dari Timah Tahun Tabel 5.6 Produk Timah Indonesia yang Berdaya Saing di Pasar Global, Tabel 6.1 Harga Timah dan Minyak Mentah Internasional serta Prediksinya, Tabel 6.2 Prediksi Harga Internasional Timah dan Komoditas Logam Lain, (ribu USD/MTon) Tabel 6.3 Peluang, Hambatan dan Strategi Perdagangan Timah Tabel 6.4 Perbandingan Data Ekspor Timah di BPS dan BKDI (MTon) Tabel 6.5 Perdagangan Timah Indonesia ke Malaysia dan Thailand ix

10 Kumara Jati x

11 Kurangnya Kesadaran Produksi yang Berwawasan Lingkungan dan Pengembangan Industri Pengolahan Timah BAB I KURANGNYA KESADARAN PRODUKSI YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN TIMAH Ernawati Munadi Timah (Tin) merupakan logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm 3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi dengan kandungan unsur kimia dengan simbol Sn (Latin: stannum). Di Indonesia jenis timah dengan kriteria tersebut sering dikenal dengan istilah timah putih. Munculnya istilah timah putih ini karena timah sering dirancukan dengan logam lain yaitu logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5 C dan titik didih C pada tekanan atmosfer dan mengandung unsur kimia dengan symbol Pb yaitu timbal. Akibatnya, yang sering muncul dalam beberapa referensi, klasifikasi timah di Indonesia digolongkan dalam dua kelompok yaitu timah putih dan timah hitam yang sebetulnya merupakan dua logam yang berbeda. Perbedaan persepsi di masyarakat ini kemungkinan besar disebabkan karena kedua logam tersebut mempunyai fungsi yang hampir sama karena keduanya banyak digunakan untuk solder dalam industri elektronik (Kementerian ESDM, 2013). Timbal (Pb) telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu untuk solder. Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan logam timbal ini ternyata banyak memberikan dampak negatif terhadap manusia. Apabila timbal terhirup atau tertelan oleh manusia, timbal akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi. Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara, yaitu akibat kegiatan transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO3, NOx, hidrokarbon, SO2, dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan (Kementerian ESDM, 2013). Dengan demikian, maka timah berbeda dengan timbal, dan tulisan ini hanya akan fokus pada logam timah. Indonesia dengan produksi timah yang mencapai metrik ton pada tahun 2014 merupakan salah satu produsen utama timah dunia dengan kontribusi sekitar 30% dari total produksi timah dunia. Dengan total produksi 1

12 Ernawati Munadi tersebut, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai produsen utama timah setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang produksinya mencapai metrik ton (US Geological Survey, 2015). Daerah sentra produksi timah di Indonesia diantaranya Pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau sampai sebelah barat pulau Kalimantan. Daerah-daerah tersebut dikenal sebagai The Indonesian Tin Belt (PT. Timah, 2011), dengan kandungan cadangan logam timah yang masih didominasi oleh Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang menguasai 90% total produksi timah Indonesia (Haryadi et,. al, 2010). Produksi timah di Indonesia dikuasai oleh PT. Timah yang memiliki wilayah penambangan mencapai 92%, sedangkan sisanya sebanyak 8% dimiliki oleh pihak swasta (PT. Timah, 2015). Berbeda dengan produk tambang lainnya, sejak tahun 2007 produksi biji timah yang digali dari perut bumi Indonesia harus diolah menjadi timah batangan untuk bisa diekspor, yaitu sejak diterbitkannya Permendag No. 04 Tahun 2007 tentang Ekspor Timah batangan. Melalui permendag tersebut, timah yang boleh diekspor hanyalah timah yang sudah diolah dalam bentuk batangan dengan kadar 99,85%, dengan demikian maka ekspor timah dalam bentuk biji timah dilarang. Permendag No. 04 tahun 2007 dilatarbelakangi oleh maraknya penambangan biji timah dan kegiatan smelter timah yang tidak terkendali, sehingga perlu meminimalisasi kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan yang tidak terkendali tersebut khususnya di Bangka Belitung. Kegiatan penambangan timah yang tidak terkendali mulai terjadi pada tahun 1998 yaitu ketika pemerintahan Megawati. Hal itu terjadi karena telah terjadi pergeseran paradigma terkait peran komoditas timah dari komoditas strategis menjadi komoditas bukan strategis yang ditandai dengan diizinkannnya masyarakat untuk menambang timah dan bukan hanya monopoli PT. Timah. Situasi ini diperkuat dengan terjadinya otonomi daerah sehingga kewenangan untuk melakukan penambangan timah menjadi kewenangan kabupaten serta pemekaran Bangka Belitung sebagai propinsi baru yang memisahkan diri dari Sumatra Selatan. Akibat dari situasi ini izin menambang bisa dilakukan oleh masyarakat umum dengan izin yang diberikan oleh kabupaten. Sejak itu penambangan timah terjadi secara masif dan tidak terkendali yang menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup signifikan khususnya di Bangka Belitung. Namun, pemerintah kemudian merevisi peraturan tersebut melalui Permendag No. 78/M-DAG/PER/12/2012 tentang Ketentuan Ekspor Timah. Melalui Permendag tersebut, terhitung mulai tanggal 1 Juli 2013, timah 2

13 Kurangnya Kesadaran Produksi yang Berwawasan Lingkungan dan Pengembangan Industri Pengolahan Timah batangan dan timah dalam bentuk lainnya dapat di eskpor jika memiliki kandungan Stannum dengan kadar paling rendah 99,9% dan unsur pengotor paling tinggi 0,1%. Selain itu, timah solder juga dapat diekspor jika mengandung Stannum dengan kadar paling rendah 63% Sn dan Pb serta unsur pengotor paling tinggi 2%. Data International Tin Research Institute (ITRI) menyebutkan timah mentah yang dikeruk dari Pulau Bangka Belitung sebanyak 471 ribu ton sepanjang Volume ini terbesar kedua setelah RRT (482 ribu ton). Ironisnya produksi timah batangan Indonesia hanya mencapai 280 ribu ton sepanjang yang mengindikasikan terjadinya ekspor ilegal. Mengingat dengan produksi timah mentah Malaysia yang hanya 15 ribu ton dan Thailand yang hanya ton, kedua negara tersebut mampu memproduksi timah batangannya 185 ribu ton dan 109 ribu ton sepanjang (Majalah Tempo, April 2015). Diduga tingginya produksi timah batangan di Malaysia dan Thailand ini disebabkan karena tingginya perdagangan ilegal yang mengalir dari Indonesia ke kedua negara tersebut. Untuk meminimalisasi dugaan ekspor timah ilegal ini, pemerintah melalui Permendag No. 32/M-MDAG/PER/6/2013 tentang Ketentuan Ekspor Timah mewajibkan semua perdagangan timah batangan untuk tujuan ekspor dilakukan melalui melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) terhitung sejak 30 Agustus 2013, sementara timah dalam bentuk lainnya wajib diperdagangkan melalui BKDI per 1 Januari Masih diperbolehkannya ekspor timah non-batangan tanpa melalui BKDI ini juga diduga menjadi celah yang bisa dimanfaatkan oleh eksportir nakal untuk melakukan perdagangan ilegal timah. Pada tahun 2014, dari total produksi biji timah yang mencapai metrik ton, ternyata data perdagangan timah yang tercatat melalui BKDI hanya sebesar metrik ton, meskipun jumlah tersebut meningkat menjadi metrik ton atau mengalami peningkatan sebesar 18% (Tempo, April 2015). Mengingat bahwa perdagangan timah hanya diperbolehkan dalam bentuk timah batangan dan produk turunannya serta wajib dilakukan melalui BKDI, maka terlihat bahwa timah yang diperdagangkan di BKDI hanya sebesar 59% dari total produksi biji timah. Untuk itu melalui peraturan Permendag Nomor 33 Tahun 2015 pemerintah mensyaratkan perdagangan melalui BKDI bukan hanya untuk timah yang akan diekspor, namun juga untuk timah yang akan dijual di dalam negeri. Selain permasalahan ekspor timah secara ilegal, permasalahan lain yang terjadi dalam ekonomi timah adalah belum berkembangnya industri turunan yang mengolah timah batangan. Dari total produksi timah yang mencapai 3

14 Ernawati Munadi metrik ton, bersama-sama dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), kedua negara penghasil timah terbesar ini rata-rata mampu menguasai lebih dari 65% produksi timah dunia. Ironisnya, kondisi kedua negara penghasil timah tersebut sungguh sangat berbeda. Produksi timah RRT hampir semuanya terserap oleh industri dalam negerinya, sementara lebih dari 90% produksi timah Indonesia adalah untuk diekspor dalam bentuk timah batangan dan hanya 6% yang terserap oleh industri dalam negeri (IRTI, 2012). Hal tersebut juga jelas terindikasi melalui data perdagangan timah Indonesia. Dengan total nilai ekspor yang mencapai USD 1,2 miliar, sekitar 94% ekspor timah berupa timah murni batangan dan sisanya merupakan produk hilir timah. Dengan demikian, maka ekspor logam timah murni batangan mencapai USD 1,1 miliar dan hanya sebesar 0,1 miliar nilai ekspor Indonesia berupa produk timah. Hal tersebut semakin jelas terlihat dari data impor timah Indonesia yang justru didominasi oleh produk hilir timah seperti solder, tinfoil dan tinplate. Dengan nilai impor timah dan produk timah pada tahun 2015 sebesar USD 39,8 juta, 98% nilai impor tersebut adalah timah solder (USD 38,5 juta), tinfoil sebesar 0,9% (USD 0,4 juta) dan tinplate 0,8% (USD 0,3 juta). Seperti halnya penggunaan timah di dunia, di Indonesia sebagian besar timah batangan (ingot) diproses menjadi timah solder atau solder wire yaitu sebesar 52%. Selain timah solder, ingot juga diproses menjadi plat timah (16%) dan bahan dasar kimia (13%). Penggunaan timah lainnya dapat berupa pembuatan logam kuningan dan perunggu (5,5%), industri gelas (2%) dan aplikasi lainnya (11%) (Kemenperin, 2016). Namun yang sangat disayangkan, meskipun sebagai produsen utama timah dunia, perkembangan industri yang menghasilkan produk turunan timah di Indonesia kurang berkembang. Hal tersebut diindikasikan oleh kenyataan bahwa hanya 6% produksi timah batangan yang dihasilkan di Indonesia diserap oleh industri dalam negeri, khususnya industri solder dan industri paduan-paduan logam timah yang jumlahnya hanya dua belas perusahaan seperti yang ditunjukkan dalam Bab III. Timah seharusnya menjadi logam strategis dalam perekonomian Indonesia mengingat peran timah dalam mendukung produk-produk inovatif teknologi. Beberapa penggunaan timah yang mendukung produk inovasi diantaranya adalah sebagai bahan produksi layar LCD atau tv plasma, layar smartphone dan sensor cahaya (ITRI, 2012). Penggunaan lain timah dalam produk yang melibatkan teknologi tinggi adalah kaca oksida transparan dan konduktif atau Transparent Conducting Oxides (TCO). Salah satu jenis TCO yang paling populer digunakan adalah Indium Tin Oxide (ITO) yang merupakan 4

15 Kurangnya Kesadaran Produksi yang Berwawasan Lingkungan dan Pengembangan Industri Pengolahan Timah perpaduan antara Indium Oksida dengan Timah Oksida. Perpaduan kedua senyawa tersebut sebagian besar digunakan dalam pembuatan gelas kaca pada layar smartphone (Azom.com, 2014). Produk inovatif lain yang menggunakan timah sebagai komponen bahan baku diantaranya packing atau kemasan, konstruksi, dan transportasi (ITRI, 2012). Berkembangnya sektor elektronik merupakan peluang bagi industri turunan timah sehingga secara langsung akan meningkatkan permintaan timah khususnya timah solder sehingga peluang tersebut harus bisa dimanfaatkan oleh Indonesia jika industri timahnya mau berhasil (Asosiasi Solder Indonesia, 2016a). Jangan sampai peluang yang menjanjikan tersebut sirna hanya karena peraturan yang membebani pengembangan industri hilir timah. Hal itu karena untuk bisa berkembang, industri hilir timah (industri solder) harus mengembangkan pasarnya di luar negeri mengingat kecilnya pangsa pasar dalam negeri yang juga harus diperebutkan oleh 12 industri hilir Timah (Asosiasi Solder Indonesia, 2016b) seperti yang akan dibahas dalam Bab III. Untuk bisa bertahan tidak ada jalan lain, industri solder harus mampu melakukan ekspansi pasar di luar negeri. Untuk bisa bersaing di pasar luar negeri, industri hilir timah perlu dukungan pemerintah sebagai regulator yang harus mampu menciptakan regulasi yang memberikan insentif dan tidak membebani. Berdasarkan diskusi-diskusi yang dilakukan selama proses penulisan buku ini, telah disinyalir bahwa Permendag No. 33 tahun 2015 justru telah membebani industri hilir timah untuk bisa berdaya saing di pasar ekspor karena tingginya biaya laporan surveyor. Dengan kemampuan ekspor solder yang hanya berkisar 129 kg, biaya yang harus dibayar untuk laporan surveyor sebesar Rp 7,5 juta rupiah dirasakan sangat membebani eksportir yang telah mampu memberikan nilai tambah kepada komoditas timah dengan mengekspor produk hilir timah yaitu produk solder yang mempunyai value added yang jauh lebih tinggi dibandingkan ekspor timah batangan. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus menjamin tumbuhnya industri hilir yang mengolah timah sehingga Indonesia bukan hanya sebagai pengekspor timah batangan, namun mampu mengekspor produk-produk turunan timah. Beberapa informasi tersebut merupakan ringkasan dari beberapa fakta penting terkait dengan logam timah yang akan dibahas secara lebih mendalam dalam Info Komoditi Timah edisi kali ini. Bab II akan memfokuskan pembahasan pada Produksi Timah Indonesia termasuk potensi dan tantangannya, diikuti oleh pembahasan Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia pada Bab III. Bab IV akan membahas Perdagangan Timah di Dalam Negeri diikuti Perdagangan Timah di Luar Negeri di Bab V. Pada Bab 5

16 Ernawati Munadi VI buku ini membahas Prospek Pasar dan Perdagangan Timah khususnya peluang dan tantangannya, dan diakhiri dengan penutup di Bab VII. Kami berharap semoga tulisan ini mampu memberikan wawasan tentang Komoditas Timah secara luas dan bermanfaat bagi seluruh pembaca. DAFTAR PUSTAKA Asosiasi Solder Indonesia. (2016a). Kendala dan Usulan Kebijakan dari Industri Solder. Asosiasi Solder Indonesia. (2016b). Daftar Pelaku Usaha di Industri Solder. Azom.com. (2014). Touch Screen Indium Tin Oxide (ITO). Diunduh tanggal 14 Januari 2016 dari Haryadi, H., Miswanto, A., Mandalawanto Y. Supriatna, E., Daranin, E. A. (2010). Analisis Perkembangan Pengusahaan Mineral dan Batubara. Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. ITRI. (2012). Tin for Tomorrow: Contributing to Global Sustainable Development. Report of ITRI (International Tin Research Institute). Diunduh tanggal 5 Januari 2016 dari minerals/pubs/commodity/tin/mcs tin.pd. Kementerian ESDM. (2013). Kajian Supply Demand Mineral. Laporan penelitian dari Pusat Data dan Teknologi Informasi, Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM. Kementerian Perindustrian. (2016). Peta Industri Timah. Majalah Tempo. (April 2015). Timah dikeruk habis dari Bangka Belitung, Siapa yang Untung. Diunduh pada 20 Mei 2016 dari tempo.co/read/news/2015/04/08/ /timah-dikeruk-habisdari-bangka-belitung-siapa-untung. PT. TIMAH. (2011). Laporan Tahunan Terpadu, PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011 Go Offshore, Go Deeper. PT. TIMAH.(2015). Laporan Tahunan PT Timah Tahun 2014 Optimalisasi Kekuatan untuk Menghadapi Tantangan Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan. U.S. Geological Survey. (2015). Mineral Commodity Summaries. Diunduh tanggal 11 Februari 2016 dari pubs/commodity/tin/ mcs-2015-tin.pdf 6

17 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan BAB II PRODUKSI TIMAH INDONESIA: POTENSI DAN TANTANGAN Yudha Hadian Nur 2.1 Pendahuluan Timah telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu dan berperan penting dalam perjalanan sejarah umat manusia. Sejak zaman perunggu atau sekitar lima ribu tahun yang lalu manusia telah mulai menambang timah untuk dimanfaatkan sebagai perkakas pertanian atau peralatan persenjataan bahkan sebagai perhiasan. Artefak timah yang paling awal ditemukan di lokasi makam-makan raja Mesir pada dinasti delapan belas yang berangka antara tahun sebelum masehi dan telah diperdagangkan sebagai komoditas berharga disekitar wilayah Mediteranian oleh para pelaut Phunician yang menguasai perairan antara Spanyol sampai Inggris (International Tin Research Institute, 2012). Seiring dengan waktu penggunaan timah semakin beragam untuk berbagai keperluan dalam kehidupan manusia. Saat ini peran logam timah di dalam berbagai industri terutama elektronik semakin penting dan dibutuhkan. Timah banyak digunakan sebagai logam tunggal ataupun paduan campuran dengan logam lain (alloy) terutama pada tembaga. Kandungan timah dalam campuran logam lain antara lain solder lunak, perunggu, logam babbit, logam bel, logam putih, campuran logam bentukan dan perunggu. Timah solder yang merupakan campuran antara timah dan timbal merupakan hasil dari produk timah yang paling banyak dimanfaatkan kurang lebih sekitar 50% dari total produksi dunia. Solder yang banyak ditemukan pada barang-barang elektronik banyak digunakan untuk membuat sambungan listrik antara komponenkomponen listrik dalam papan rangkaian (Kementerian ESDM, 2013). Indonesia sebagai salah satu negara produsen utama timah dunia dengan produksi pertahunnya metrik ton atau sekitar 30% produksi timah dunia memegang peranan penting bagi perkembangan industri timah dunia (PT. Timah Tbk, 2011). Sebagai negara nomor dua penghasil timah terbesar dunia setelah Tiongkok sudah seharusnya Indonesia menjadi salah satu pelaku utama dan penentu harga timah dunia. Namun, banyaknya permasalahan yang terjadi dipertambangan timah dalam negeri menjadikan Indonesia kurang berbicara dalam percaturan timah dunia. Maraknya praktik pertambangan timah liar dan pengumpulan bijih timah secara ilegal oleh kolektor bijih timah 7

18 Yudha Hadian Nur berdampak langsung terhadap produktivitas timah Indonesia. Melambatnya pertumbuhan industri elektronik dunia seiring lesunya pertumbuhan ekonomi global juga turut berperan terhadap penurunan permintaan timah solder dan berdampak pula pada penurunan harga timah dunia yang secara tidak langsung mempengaruhi pula performa industri timah dalam negeri. 2.2 Pertambangan Timah Indonesia Sejarah Penambangan Timah di Indonesia Keberadaan sumber timah yang terkandung di wilayah Indonesia sudah diketahui dan dikuasai oleh berbagai negara yang berbeda. Bermula dari ditemukannya sumber daya timah di Sungai Olin, Toboali, Bangka oleh para imigran dari Johor, Malaysia. Pada awal abad 18, Kesultanan Palembang mendatangkan para imigran dari daratan RRT sebagai tenaga ahli penambangan timah, kemudian pada tahun Sultan Palembang membuat kontrak dengan VOC untuk dilakukan penambangan timah. Sempat beralih ke tangan Inggris pada tahun sebagai akibat dari peralihan kekuasaan Hindia Belanda dari VOC ke kerajaan Inggris, namun diambil alih kembali oleh Belanda sampai dengan tahun 1942 ketika terjadinya perang pasifik dimana Kerajaan Jepang menguasai sebagian besar wilayah Asia dari kekuasaan kolonial bangsa Eropa (PT. Timah Tbk, 2011). Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, usaha pertambangan timah dikelola oleh tiga perusahaan yaitu: (1) Bangka Tin Winning Bedrijf (BTW), badan usaha yang dimiliki pemerintah Belanda; (2) Gemeenschappelijke Mijnbow Maatschappij Biliton (GMB); dan (3) NV. Singkep Tin Explitatie Maatschappij (NV. SITEM), badan usaha milik swasta Belanda yang berada di Pulau Belitung dan Singkep. Pada periode tahun , setelah Kemerdekaan Indonesia, ketiga perusahaan tersebut diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dan diubah menjadi perusahaan negara. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-Tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah), dan pada tahun 1968 ketiga perusahaan tersebut dilebur menjadi satu perusahaan dengan nama Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah, yang kemudian dikenal dengan PT. Timah Tbk. Pada tahun 1976, perusahaan tersebut kembali berubah nama menjadi PT. Tambang Timah Persero, yang memiliki tanggung jawab untuk menambang dan mengolah timah yang berada di Indonesia. Perusahaan timah yang berlokasi di Pangkal Pinang, Bangka Belitung, tersebut didirikan berdasarkan akta notaris No. 1 Tanggal 2 Agustus 1976 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Pada tahun 1995, pemerintah melakukan privatisasi PT. Tambang Timah, yang merupakan produsen 8

19 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan sekaligus eksportir timah terbesar di Indonesia, dengan menjual sebesar 35% dari sahamnya ke pasar Jakarta, Surabaya dan London, dan kemudian nama perusahaan diubah kembali menjadi PT. Timah Tbk (PT. Timah, 2014). Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT. Timah Tbk bergerak dalam bidang usaha pertambangan timah yang terintegrasi dari hulu hingga hilir yang meliputi kegiatan eksplorasi, penambangan, peleburan dan pengolahan hingga pemasaran dan distribusi. Dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di dunia, saat ini PT. Timah Tbk terus melakukan berbagai inovasi bisnis terkait proses pengembangan usaha di luar penambangan timah dengan tetap berdasarkan kepada kompetensi yang selama ini dimiliki (Suprapto, 2009). Berdasarkan laporan tahunan perusahaan PT. Timah (Persero) Tbk di tahun 2013, perusahaan ini memproduksi ton bijih timah untuk menghasilkan ton logam timah dengan komposisi 95% timah tersebut diekspor ke seluruh dunia. Pendapatan yang diperoleh PT. Timah yaitu Rp 5,85 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 515 miliar dan aset Rp 7,88 triliun. Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan perusahaan PT. Timah berlokasi di Propinsi Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Banten dan Jakarta. Jumlah karyawan PT. Timah sekitar dengan 64% merupakan karyawan tetap. Saat ini, PT. Timah dianggap lebih terintegrasi secara vertikal dibandingkan perusahaan saingannya yang berada di Malaysia tetapi produknya belum terdiversifikasi (Roddy, 1995). Meskipun demikian, PT. Timah sudah merupakan perusahaan terbuka (Tbk) yang sahamnya diperjual belikan di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten TINS serta kapitalisasi saham sekitar Rp 8,05 triliun. Saat ini PT. Timah, Tbk merupakan perusahaan produsen logam timah kedua terbesar di dunia dan eksportir timah nomor satu dunia (PT. Timah, 2015) Aktivitas Penambangan Timah Dalam menghasilkan timah, bijih timah yang terdapat dalam mineral kasiterit didapatkan melalui proses penambangan. Proses penambangan dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung sumber penambangan bijih timah. Penambangan pada alluvial lepas pantai menggunakan kapal keruk dan Kapal Isap Produksi (KIP). Sementara, pada alluvial darat, penambangan dilakukan melalui sistem hidraulicking atau pompa semprot (gravel pump) dan mesin excavator. Dalam melakukan penambangan, PT. Timah kerap menggunakan metode semprot untuk penambangan alluvial darat dan menggunakan kapal keruk dan Kapal Isap Produksi (KIP). 9

20 Yudha Hadian Nur Dalam operasinya, PT. Timah menggunakan kapal keruk berjenis Bucket Line Dredges dengan ukuran mangkuk 7-24 cuft, yang dapat beroperasi dari 15 hingga 50 meter di bawah permukaan laut. Selain itu, PT. Timah juga menggunakan Kapal Isap Produksi (KIP) untuk meningkatkan produktivitas penambangan lepas pantai. KIP memiliki kemampuan gali hingga mencapai 25 meter di bawah permukaan laut, dan juga mampu menjangkau cadangan sisa dari kapal keruk. Dimasa yang akan datang, PT. Timah akan mengembangkan kapal keruk berjenis Bucket Wheel Dredges dengan kemampuan yang lebih dalam hingga mencapai 70 meter kubik di bawah permukaan laut (PT. Timah, 2016). Selain perusahaan besar, masyarakat sekitar juga sering melakukan penambangan timah melalui tambang semprot menggunakan peralatan yang sederhana yakni sekop, saringan dan dulang (Suprapto, 2009). Sebagian besar pengolahan bijih timah menjadi logam timah terbagi menjadi tiga tahapan proses. Pertama, tahap konsentrasi yakni pemisahan bijih timah dengan kadar Sn 20-30% dari mineral lainnya. Selain itu dilakukan pula peningkatan kadar timah menjadi sekitar 72-74%. Kadar timah yang tinggi merupakan syarat utama proses peleburan untuk mendapatkan logam timah yang berkualitas tinggi (PT. Timah, 2016). Proses selanjutnya adalah proses peleburan atau smelting. Proses peleburan merupakan proses reduksi konsentrat bijih timah dengan suhu yang tinggi. Proses dilakukan menjadi 2 tahap, tahapan pertama peleburan konsentrat bijih timah yang akan menghasilkan timah kasar atau crude tin dan terak 1 atau slag. Pada peleburan pertama, slag akan mengikat mineral pengotor lain pada konsentrat. Sebagian besar pengotor lain berasal dari unsur Fe. Pada peleburan tahap kedua, slag akan kembali direduksi sehingga menghasilkan senyawa SnFe atau yang disebut dengan hardheard. Hardheard ini merupakan bahan baku untuk peleburan tahap pertama. 10

21 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan BAGAN AKTIFITAS TIMAH TERPADU EKSPLORASI TAMBANG LAUT KAPAL KERUK PENAMBANGAN TAMBANG DARAT CRAVEL PUMP PUSAT PENGOLAHAN BIJIH TIMAH 74% Sn (Kering) PUSAT PENCUCIAN BIJIH TIMAH 74% Sn (Kering) PELEBURAN DAN PEMURNIAN Logan Timah > 99,85% PEMASARAN EKSPOR: Sekitar 95% DOMESTIK: Sekitar 5% Gambar 2.1 Bagan Aktivitas Penambangan Timah Terpadu. Sumber: PT. Timah (2011) 11

22 Yudha Hadian Nur Proses peleburan yang baik akan menghasilkan crude tin dengan kadar Sn yang tinggi dan komponen pengotor (impurities) berupa mineral lain seperti As, Pb, Ag, Fe, Cu dan Sb yang rendah. Tahapan terakhir adalah tahap pemurnian atau refining. Pada tahap ini crude tin dari hasil peleburan pertama akan dimurnikan melalui kettle refining, eutectic refining dan electrolytic refining. Proses pemurnian akan menghasilkan logam timah dengan kadar Sn yang mampu mencapai 99,93%. Produk akhir yang dihasilkan berupa logam timah dalam bentuk balok atau batangan dengan skala berat berkisar antara 16 kg sampai dengan 30 kg per batang. Selain itu logam timah juga dapat dibentuk sesuai dengan permintaan pelanggan (customize form) dan mempunyai merek dagang yang terdaftar di Bursa Logam London (LME). Produk PT. Timah sebagian besar di ekspor (95%) dan sisanya untuk pangsa pasar domestik (5%) (Kementerian ESDM, 2013). Proses pengolahan timah khususnya pada proses penambangan menuai pro dan kontra. Walaupun merupakan penopang ekonomi utama Pulau Bangka, namun penambangan timah saat ini juga banyak menimbulkan kerugian secara sosial dan lingkungan. Penambangan timah darat seringkali mengambil lahan hutan sebagai lahan penambangan, sehingga tidak menjaga kelestarian hutan. Selain itu, lahan bekas penambangan timah darat juga tidak lagi dapat digunakan untuk menanam pohon karena sudah tandus dan rawan erosi, sehingga kerap merusak lingkungan. Penambangan timah darat juga menimbulkan dampak sosial yakni kondisi tempat kerja yang tidak aman dan eksploitasi buruh di bawah umur. Bukan hanya penambangan timah darat, penambangan lepas pantai juga menimbulkan dampak negatif. Penambangan menggunakan kapal keruk dan kapal isap produksi kerap merusak terumbu karang, sehingga mengganggu ekosistem laut. Selain itu, penggunaan kapal tersebut juga akan mematikan usaha nelayan sekitar karena penggunaan kedua kapal tersebut menimbulkan laut yang kotor dan keruh, sehingga mengurangi potensi ikan dan produk laut lainnya di wilayah penambangan tersebut. Penggunaan kapal keruk dan kapal isap produksi dalam penambangan timah akan memaksa nelayan untuk berlayar lebih jauh untuk mencari ikan, sebagai akibatnya biaya operasional nelayan menjadi lebih mahal karena pelayaran yang jauh akan memakan bahan bakar yang lebih banyak Pertambangan Timah Rakyat atau Tambang Inkonvensional Kegiatan penambangan timah terutama yang terdapat di Pulau Bangka Belitung dikelola oleh 2 (dua) jenis perusahaan yaitu: (1) Perusahaan yang izinnya diterbitkan oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini PT. Timah, yang 12

23 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan memiliki Kuasa Pertambangan (KP) mencakup lahan seluas ,49 ha; dan (2) Perusahaan yang izinnya diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota dengan luas wilayah tambang ,30 ha yang terletak di Kabupaten Bangka Tengah dan Selatan. Selain itu, terdapat usaha pertambangan timah yang dilakukan oleh sekelompok penduduk dengan berdasar pada rekomendasi dari desa, yang lebih dikenal juga dengan istilah tambang rakyat rakyat atau Tambang Inkonvensional (TI) (Hayati, 2011). Pada awalnya, istilah Tambang Inkonvensional merupakan klasifikasi yang digunakan oleh PT. Timah untuk sebuah kegiatan penambangan dengan kemampuan pemindahan material tambang dibawah 30 m 2 /jam, yang umumnya menggunakan peralatan mekanis sederhana bermodalkan antara 10 juta hingga 15 juta. Namun saat ini, TI digambarkan sebagai kegiatan penambangan timah yang dilakukan oleh masyarakat setempat maupun pendatang tanpa izin dari pemerintah, sehingga dengan demikian, masyarakat penambang tersebut melakukan penambangan tanpa memiliki kewajiban untuk melakukan reklamasi atau membayar royalti. Kegiatan tambang inkonvensional dapat dibedakan menjadi dua kategori berdasarkan lokasi kegiatannya yakni TI darat dan TI apung. TI darat merupakan kegiatan penambangan timah yang dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara membuat lubang-lubang, yang kemudian pasir timah disedot dengan mesin hisap untuk dialirkan ke sakan atau sejenis kotak yang digunakan oleh penambang untuk memisahkan pasir timah dari kotorannya dengan prinsip gravitasi. Pada mulanya TI darat dilakukan dengan menggunakan cangkul, namun saat ini para penambang sudah menggunakan eskavator. Sementara itu, TI apung adalah kegiatan penambangan timah yang berada di dasar perairan (baik di laut maupun di kolong-kolong bekas lokasi penambangan). Kegiatan penambangan ini dilakukan dengan menggunakan rakit atau perahu sebagai media pengapung dimana mesin hisap dan sakan diletakkan diatasnya (Zulkarnaen, 2005). Hingga tahun 2006 jumlah TI mencapai TI darat di Kepulauan Bangka dan TI apung di sejumlah perairan (Dinas Pertambangan Prov. Bangka Belitung dalam Hayati, 2011). Jumlah ini terus bertambah seiring dengan meningkatnya harga timah pada tahun 1995 dan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun Jumlah lokasi pertambangan di kepulauan Bangka Belitung mencapai 8000 titik. Dari sejumlah penambang yang terlibat diperkirakan hanya sekitar 300 penambang yang memiliki izin resmi, sisanya beroperasi secara ilegal. Penambang TI yang memiliki keterbatasan modal dapat melakukan penambangan dengan cara menjadi Pelimbang atau mengais sisa pasir di bekas galian timah. Dengan menggunakan sebuah piring bekas, seorang pelimbang dapat memperoleh 3 5 kg per hari. Jika 13

24 Yudha Hadian Nur dikonversikan ke dalam Rupiah maka seorang pelimbang diperkirakan akan memperoleh sekitar Rp hingga Rp per hari 1. Untuk meminimalisir semakin maraknya kegiatan penambangan ilegal atau TI tersebut, maka dibuat sebuah bentuk kerjasama antara perusahaan penambangan dengan TI yang dijadikan sebagai mitra binaan dengan beberapa perusahaan penambangan diantaranya: (i) PT. Tambang Timah Tbk; (ii) PT. Kobatin; dan (iii) Smelter-smelter (perusahaan yang melebur pasir timah menjadi balok timah) yang memperoleh KP dari Bupati. Namun, usaha ini juga belum menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penduduk setempat yang bekerja sebagai TI yang mencapai 70% hingga 100% dari sejumlah penduduk di setiap desa Pohon Industri Timah Timah sebagai logam yang semakin tinggi penggunaanya merupakan unsur yang langka, kelimpahan rata-rata di kerak bumi hanya sebesar 2 ppm, jauh lebih rendah dibandingkan seng sebesar 75 ppm, tembaga 50 ppm dan timbal sebesar 14 ppm (Suprapto, 2009). Timah tidak ditemukan dalam unsur bebas. Sekitar 80% endapan timah bersifat sekunder atau alluvial dimana timah ditemukan pada senyawa pembawa yakni Kasiterit (SnO 2 ). Kasiterit merupakan mineral oksida dengan kandungan timah yang tinggi sebesar 78%. Berbeda halnya dengan kasiterit, mineral pembawa timah lainnya seperti stanit (Cu 2 FeSnS 4 ) dan silindit (PbSn 4 FeSb 2 S 14 ) memiliki kandungan timah yang rendah karena merupakan mineral kompleks yang tercampur dari berbagai unsur. Kasiterit banyak ditemukan dalam bentuk bongkahan batu yang mengendap di alluvial darat, alur-alur sungai dan dasar laut. Konsentrasi kasiterit sangat rendah, untuk mendapatkan 1 kg kasiterit diperlukan penambangan alluvial sebanyak 7-8 ton (Kementerian ESDM, 2013). 1 Diunduh dari: Timah Selundupan dari Tanah Bangka. Liputan6. 17 Juni

25 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan POHON INDUSTRI LOGAM TIMAH Gambar 2.2 Peta Industri Timah. Sumber: Kementerian Perindustrian (2016) Gambar 2.2 menunjukkan tin ingot atau crude tin dari hasil pemurnian atau refining dapat dibentuk menjadi berbagai dimensi. Berdasarkan peta industri tersebut, berbagai kegunaan timah antara lain berupa (i) pelat timah untuk keperluan kemasan dan tabung serta pipa timah; (ii) timah solder; (iii) tin rod yang nantinya akan dibentuk menjadi kawat timah; (iv) tin profile; (v) tin powder; (vi) product casting dan die casting yang seringkali digunakan pada keperluan rumah tangga dalam bentuk pewter, sambungan pipa atau pipe fitting, komponen elektronik dan automotif; serta (vii) tin coating atau plating sebagai kemasan baik kemasan logam lainnya, seperti kaleng maupun produk plastik. Sekitar 52% dari total ingot yang diproduksi akan diproses menjadi timah solder atau solder wire. Selain timah solder, ingot juga banyak diproses 15

26 Yudha Hadian Nur pada industri plating berupa plat timah (16%) dan bahan dasar kimia (13%). Penggunaan timah lainnya dapat berupa pembuatan logam kuningan dan perunggu (5,5%), industri gelas (2%) dan aplikasi lainnya (11%) (Kemenperin, 2016). 2.4 Dinamika Produksi Timah Sebagai salah satu negara produsen timah terbesar di dunia, Indonesia diberkahi dengan sumber cadangan timah berlimpah yang tersebar di wilayah Pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau sampai sebelah barat pulau Kalimantan, yang dikenal juga sebagai The Indonesian Tin Belt (PT. Timah, Tbk, 2011), dengan kandungan cadangan logam timah terbesar berada di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sumber: PT. Timah (2011) Gambar 2.3 Lokasi Potensi Timah Indonesia. Perkembangan produksi timah di Indonesia relatif menurun dari tahun 2002 sebesar ton ke tahun 2012 sebesar ton lalu meningkat drastis di tahun 2013 menjadi ton, tetapi turun lagi di tahun 2015 menjadi sebesar ton. Tren penurunan produksi dari tahun 2002 ke 2015 hanya sebesar 2,2%, penurunan lebih besar terjadi dari tahun 2002 ke 2012 sebesar 7,6%, dan penurunan produksi terbesar terjadi tahun 2013 ke 2015 sebesar 11,6%. Kondisi produksi timah tahun 2013 dan tahun

27 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan peningkatan harga timah dunia. Apabila harga timah dunia tinggi maka ada insentif bagi produksi timah dunia untuk meningkat karena mayoritas produksi timah Indonesia merupakan produk ekspor. 100,000 Ton 90,000 80,000 Produksi Timah Indonesia Harga Timah Dunia ,000 USD/ton 82,062 25,000 70,000 20,000 60,000 50,000 15,000 40,000 30,000 10,000 20,000 5,000 10, Gambar 2.4 Produksi Timah Indonesia, (Ton). - Sumber: USGS (2015) dan LME (2015) Krisis global yang berkepanjangan dan kondisi di lapangan mempengaruhi produksi dan penjualan timah. Situasi dan kondisi luar negeri, khususnya krisis Eropa dan perlambatan ekonomi di Amerika Serikat, mempengaruhi perekonomian global dan berdampak pada penurunan harga komoditas pertambangan, terutama logam-logam dasar salah satunya komoditas Timah. 2.5 Sentra Produksi Timah Sentra produksi timah dunia tersebar di seluruh penjuru dunia, namun produksi timah terbanyak terkonsentrasi di wilayah Indonesia dan RRT. Kawasan-kawasan yang dikenal sebagai sumber timah adalah Kepulauan Bangka Belitung di Indonesia, Semenanjung Malaya, Thailand, Afrika yang meliputi Congo, Rwanda, Burundi, Nigeria dan Mesir, Amerika Selatan (Peru, Brazil dan Bolivia) dan RRT. Sebaran timah putih di Indonesia berada 17

28 Yudha Hadian Nur pada bagian Jalur Timah Asia Tenggara, jalur timah terkaya di dunia yang membentang mulai dari bagian selatan RRT, Thailand, Myanmar, Malaysia sampai Indonesia. Sumber: ITRI (2012) Gambar 2.5 Negara Produsen Timah. Jika melihat dari Gambar 2.5, terlihat bahwa Indonesia dan RRT menguasai lebih dari 65% produksi timah dunia tiap tahunnya. Namun berbeda dengan RRT yang produksi timahnya terserap oleh industri dalam negerinya, produksi timah Indonesia hampir 94% dialokasikan untuk keperluan ekspor, hanya sekitar 6% terserap oleh industri dalam negeri. Hal tersebut meyebabkan perkembangan produksi timah Indonesia sangat tergantung dari harga timah dunia. Ketika harga dunia turun seperti yang terjadi pada tahun 1990-an, PT.Timah mengalami goncangan dengan banyak merumahkan pegawainya dan menurunkan skala produksinya sehingga kondisi produksi timah dalam negeri pun mengalami penurunan. 18

29 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan Ton RRT Indonesia Peru Bolivia Brazil Myanmar Australia Vietnam Malaysia Negara Lainnya Produksi 2013 Produksi 2014 Gambar 2.6 Negara Produsen Timah di Tahun 2014 (Ton). Sumber: USGS (2015) Indonesia dengan jumlah produksi timah pada tahun 2014 mencapai sebesar ton menduduki peringkat kedua penghasil timah terbesar di dunia setelah RRT, yang pada tahun yang sama mampu memproduksi timah sebesar ton. Dengan rata-rata ton per tahun, produksi timah Indonesia menguasai sekitar 30% pasokan timah dunia. Di Asia, pasokan timah sebagian besar terkonsentrasi pada perairan jalur timah. Jalur timah dimulai dari RRT, lalu menuju ke Myanmar, Thailand, Malaysia, lalu Indonesia, tepatnya di antara pulau Sumatera dan Kalimantan. Sejalan dengan kondisi tersebut, produksi timah pada kelima negara yang berada di perairan jalur timah pun kian tinggi (Suprapto, 2009). Total produksi timah dari kelima negara tersebut sebesar ton mempunyai pangsa sebesar 75% dari total produksi timah dunia kurang lebih sebesar ton per tahun. Adapun apabila ditambah dengan negara ASEAN lainnya seperti Vietnam dan Laos, pangsa produksi mencapai 77% terhadap total produksi dunia. 19

30 Yudha Hadian Nur Laut Cina Selatan Laut jawa Samudera India Sumber: Suprapto (2009) Gambar 2.7 Jalur Sebaran Timah di Asia. Sentra produksi timah di Indonesia terkonsentrasi di Propinsi Bangka Belitung, yakni di Pulau Bangka, Pulau Belitung dan Propinsi Kepulauan Riau, yakni di Pulau Singkep dan Pulau Bintan. Menurut Haryadi (2010), area ini sering disebut sebagai jalur timah Indonesia (Indonesian Tin Belt). Sekitar 90% dari total produksi ton di Indonesia berasal dari Propinsi Bangka Belitung. Sama halnya dengan penambangan bijih timah, sentra pengolahan logam timah juga dilakukan di Propinsi Bangka Belitung dan Kepulauan Riau. Sebagian besar produksi timah Indonesia diekspor ke luar negeri dan hanya sekitar 6% dari total produksi yang diperuntukkan bagi industri dalam negeri. Wilayah operasi penambangan dan pengolahan PT. Timah terkonsentrasi terutama di Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Segmentasi usaha PT. Timah terintegrasi dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan dan pemasaran. PT. Timah menghasilkan beberapa jenis timah antara lain (PT. Timah, 2014): 20

31 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan 1. Banka Tin dengan kadar Sn 99,92%. 2. Mentok Tin dengan kadar Sn 99,85%. 3. Banka Low Lead yang terdiri dari Banka LL 100 ppm (kadar Sn 99,93%), Banka LL 200 ppm (kadar Sn 99,92%) dan Banka LL 50 ppm (Kadar Sn 95%-99%). 4. Kundur Tin yang terdiri dari Kundur LL 100 ppm (kadar Sn 99,83%) dan Kundur LL 200 ppm (kadar 99,92%). 5. Banka Four Nine (kadar Sn 99,99%). Selain logam timah, PT. Timah juga menghasilkan produk hilir timah seperti tin alloy, tin solder dan tin chemical. Hilirisasi PT. Timah terutama dilakukan melalui anak perusahaannya, PT. Timah Industri yang berlokasi di Kawasan KIEC Cilegon, Banten. Pada tahun 2016, PT. Timah berencana akan meningkatkan kapasitas produksi produk hilirnya yakni tin chemical dan tin solder. Dalam melakukan ekspansi pabrik timah solder, PT. Timah akan menggandeng perusahaan dari RRT. Skema kerjasaama tersebut dilakukan untuk meningkatan kapasitas pabrik, memperbaharui peralatan dan teknologi serta pengembangan jaringan pemasaran dari timah solder. Ekspansi tersebut diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi timah solder dari ton menjadi ton per tahun (Kontan, 2016). Berdasarkan laporan keuangan September 2015, PT. Timah masih memiliki cadangan timah dan produk timah senilai Rp 3 triliun. Besaran cadangan tersebut terdiri dari barang jadi berupa logam timah sebesar Rp 1 triliun; barang dalam proses Rp 1,2 triliun; bahan baku Rp 0,5 triliun dan tin chemical 0,3 triliun. Adapun cadangan berupa barang jadi yakni tin solder masih sangat rendah yakni hanya sebesar Rp 3,4 miliar. Penambangan dan pengolahan timah di Indonesia tidak hanya dimonopoli oleh pemerintah semata, namun pihak swasta yang terdiri dari perusahaan maupun penambangan rakyat ikut terlibat di dalamnya. Saat ini, wilayah pertambangan timah di Indonesia sebagian besar dikuasai oleh dua pihak tersebut, yaitu dengan rincian: Tabel 2.1 Wilayah Penguasaan Tambang Timah Tahun 2015 No. Produsen Luas Wilayah Persentase (%) (ha) 1. Pemerintah Swasta Sumber: PT. Timah (2015) 21

32 Yudha Hadian Nur Tabel 2.2 menunjukkan bahwa PT. Timah memiliki wilayah penambangan yang paling luas, mencapai hampir 92% dari total wilayah penambangan timah, sedangkan sisanya dimiliki oleh pihak swasta yang hanya mencapai 8% dari total wilayah pertambangan. Dapat disimpulkan bahwa struktur produksi timah Indonesia dimonopoli oleh pemerintah. Penambangan timah dilakukan baik di darat maupun lepas pantai di wilayah Indonesia. Produk yang dihasilkan dari pertambangan PT. Timah berupa Banka Tin dan Kundur Tin dengan kadar Sn 99,9% dan variasinya yaitu Banka Low Lead (LL) yang terbagi menjadi Banka LL 100 ppm, Banka LL 200 ppm dan Banka Four Nine. Produk timah yang diproduksi Indonesia terdaftar dalam pasar bursa logam di London (London Metal Exchange) dan berkualitas tinggi sesuai dengan standar internasional BS EN 610:1996 dan standar nasional yang sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 44 Tahun 2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah (PT. Timah, 2015). 2.6 Tantangan Produksi Timah Industri pertimahan di Indonesia masih didominasi oleh maraknya aktivitas tambang inkonvensional yang dilakukan oleh rakyat dan dimotori oleh perusahaan-perusahaan peleburan swasta. Sebagian besar pabrik peleburan rakyat tidak dilengkapi dengan pengetahuan teknologi dan pengalaman yang memadai, mengakibatkan masifnya kerusakan lingkungan sekitarnya. Banjir luas yang melanda pulau Bangka pada awal Februari 2016 kemarin, menegaskan penyebab utamanya adalah maraknya aktivitas tambang timah ilegal yang dilakukan secara sporadis, ditambah belum terpenuhinya kewajiban para pengusaha tambang untuk melakukan reklamasi lingkungan pasca penambangan. Gambar 2.8 Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan Timah Ilegal. Sumber: mongabay.co.id (2016) 22

33 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan Saat ini produksi timah dalam negeri baru mampu menghasilkan produk-produk hulu, sudah saatnya industri timah Indonesia mengantisipasi meningkatnya permintaan dalam negeri atas produk-produk hilir industri timah seiring dengan tumbuhnya perekonomian nasional. Meski Indonesia merupakan produsen utama timah dunia yang mengusai lebih dari 30% produksi timah dunia tiap tahunnya, namun cadangan timah yang terkandung di perut bumi Indonesia ada batasnya. Saat ini cadangan timah yang dimiliki Indonesia sebesar ton (Kementerian ESDM, 2013). Dengan asumsi ditambang sekitar hingga ton tiap tahunnya, maka cadangan timah yang dimiliki saat ini hanya tersisa untuk 10 hingga 12 tahun ke depan, jika pemerintah Indonesia tidak menemukan cadangan baru. Melihat kenyataan tersebut sudah saatnya hilirisasi industri komoditas timah penting untuk segera dilakukan. 2.7 Kebijakan Pertambangan Timah Sebagaimana tertera dalam pasal 33 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi, bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Demikian juga dengan maksud penerbitan Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara sebagai payung hukum kebijakan pertambangan di Indonesia. UU tersebut dimaksudkan terutama untuk meningkatkan penerimaan negara dan memberikan nilai tambah dalam bentuk lapangan kerja dan penyediaan bahan baku bagi industri dalam negeri. Agar tujuan tersebut tercapai dan dalam upaya menjaga lingkungan disekitar area pertambangan, setiap kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh orang atau perusahaan harus didasarkan izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yang disebut Izin Usaha Pertambangan (IUP). Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut IUP, berdasarkan pasal 1 angka 6 UU No. 4 tahun 2009 adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan. Selanjutnya menurut pasal 36 ayat (1) UU No. 4 tahun 2009, izin usaha pertambangan terdiri atas 2 tahap, yaitu; Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi dan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi. Berdasarkan Gambar 2.9 terlihat bahwa ada turunan undang-undang yang terkait langsung dengan pertambangan timah yang diatur dalam Undang- Undang No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara pasal 102 menyatakan bahwa Pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dalam pelaksanaan penambangan, pengolahan 23

34 Yudha Hadian Nur dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral. Definisi nilai tambah yaitu proses pengolahan hasil tambang yang bertujuan menghasilkan suatu produk atau komoditas sehingga nilai ekonomi dan daya gunanya meningkat lebih tinggi dari sebelumnya, serta aktivitas yang ditimbulkan akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian dan sosial baik bagi daerah operasional, pusat, maupun daerah non operasional. Kemudian definisi dari kegiatan pengolahan dan pemurnian yaitu kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan. Selain itu, dalam pasal 170 juga terdapat kewajiban bagi pemegang kontrak karya yang telah berproduksi untuk melakukan permunian di dalam negeri paling lambat sampai dengan tahun UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Permen ESDM No.8 Tahun 2015 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri Produk samping / sisa hasil pemurnian timah wajib dilakukan diolah menjadi logam timah Sn> 99,9% atau terak timah. Gambar 2.9 Turunan Peraturan Terkait Pertambangan Timah di Indonesia. Sumber: Kementerian ESDM (2016) Turunan dari Undang-Undang No.4 tahun 2009 ini yaitu Peraturan Menteri ESDM No.8 tahun 2015 tentang peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral dalam negeri. Salah satu tujuan peraturan ESDM ini yaitu meningkatkan efektivitas serta menjamin kepastian hukum pelaksanaan peningkatan nilai tambah timah melalui kegiatan pengolahan atau pemurnian timah di dalam negeri sekaligus untuk meminimalisir kerusakan alam yang terjadi akibat maraknya pertambangan timah ilegal khususnya di Pulau Bangka dan Belitung. Dalam peraturan ESDM ini juga diatur tentang batasan minimum pengolahan dan pemurnian komoditas timah di dalam negeri yaitu untuk logam timah (Sn) minimal 99,9% dan untuk terak timah logam W, Ta 2 0 5, Nb dan Sb 2 O 3 minimal 90%. Dengan diberlakukannya UU No.4 Tahun 2009 dan Permen ESDM No.8 Tahun 2015 ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan penerimaan negara, baik pusat dan daerah (Kementerian ESDM, 2013). 24

35 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan Maraknya perkembangan tambang timah rakyat atau tambang inkonvensional terjadi setelah tahun 1998 dimana terdapat perubahan tata pemerintahan daerah termasuk adanya penyerahan beberapa kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, salah satunya adalah kewenangan terkait timah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah merupakan regulasi awal yang menandakan pemberian wewenang kepada daerah untuk mengelola pemerintah serta sumber daya alamnya. Regulasi tersebut kemudian dijadikan sebagai landasan yuridis bagi Pemerintah Daerah Kepulauan Bangka Belitung untuk melakukan pengawasan dan pengelolaan bahan galian timah bagi kepentingan daerah. Kebijakan tersebut juga diperkuat dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 146/MPP/Kep/4/1999 Tentang Perubahan Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Nomor 558/MPP/Kep/12/1998 Tentang Ketentuan Umum Di Bidang Ekspor, yang salah satunya menyatakan bahwa timah bukan komoditas strategis dan dikategorikan sebagai komoditas yang tata niaganya tidak diawasi. Peraturan ini seolah mengisyaratkan bahwa tata niaga timah dapat dilakukan secara bebas oleh siapapun. Sejak saat itu, pemerintah daerah mengeluarkan beberapa kebijakan yang mendukung pengelolaan pertambangan oleh daerah, seperti pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Bangka Belitung, yang kemudian diubah dengan Peraturan daerah Nomor 14 Tahun Dengan adanya peraturan tersebut, izin untuk melakukan usaha pertambangan merupakan wewenang dari pemerintah daerah dimana terdapat bahan galian tambang tersebut, sekaligus juga mendorong semakin berkembangannya tambang inkonvensional yang dapat meningkatkan pendapatan daerahnya (Hayati, 2011). 2.8 Penutup Sebagai negara pengekspor timah terbesar di dunia yang menguasai hampir sepertiga produksi timah dunia, Indonesia seharusnya memiliki posisi strategis untuk menjadi penentu harga timah. Keterbatasan industri timah dalam negeri yang masih terkonsentrasi pada produk-produk hulu dan keterbatasan cadangan timah mengharuskan pemerintah Indonesia melakukan perubahan orientasi industri timah dengan secepatnya melaksanakan hilirisasi industri. Keinginan kuat dari pemerintah pusat untuk menjadikan komoditas timah sebagai komoditas yang dapat meningkatkan penerimaan negara, 25

36 Yudha Hadian Nur memberikan nilai tambah dalam bentuk lapangan kerja dan penyediaan bahan baku bagi industri dalam negeri, mengupayakan perbaikan pengelolaan penambangan timah yang juga memperhatikan kelestarian lingkungan, perlu terus diupayakan. Niat dan kerja yang terus menerus dalam meningkatkan pemanfaatan hasil bumi timah demi memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat sekitar menjadi pekerjaan rumah bersama antar lintas kementerian dan lembaga dan kerjasama yang erat dari pemerintah daerah. Efek samping dari segala kegiatan pertambangan timah terutama dari semakin maraknya kegiatan penambangan timah rakyat yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan menyebabkan pencemaran, bahkan dalam jangka panjang sangat membahayakan dan memperparah kondisi lingkungan di kepulauan Bangka Belitung sudah seharusnya menjadi perhatian serius dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah saatnya Pemerintah Daerah Kepulauan Bangka Belitung sebagi daerah yang paling parah merasakan kerusakan lingkungan akibat dari pertambangan timah liar menyegerakan membuat kebijakan dan peraturan daerah yang dapat mengatur penataan dan pengelolaan lingkungan dengan menyeimbangkan aspek ekonomi, lingkungan/konservasi dan sosial budaya. DAFTAR PUSTAKA Hayati, Tri. (2011). Perizinan Pertambangan di Era Reformasi Pemerintahan Daerah Studi Tentang Perizinan Pertambangan Timah di Pulau Bangka. Disertasi, UI, Jakarta. Haryadi, H., Miswanto, A., Mandalawanto Y. Supriatna, E., Daranin, E. A. (2010). Analisis Perkembangan Pengusahaan Mineral dan Batubara. Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. ITRI. (2012). Tin for Tomorrow: Contributing to Global Sustainable Development. Report of ITRI (International Tin Research Institute). Diunduh pada tanggal 5 Januari 2016 dari minerals/pubs/commodity/tin/mcs-2015-tin.pd. Kementerian ESDM. (2013). Kajian Supply Demand Mineral. Laporan penelitian dari Pusat Data dan Teknologi Informasi, Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM. Kementerian Perindustrian. (2016). Pohon Industri Timah. Diunduh tanggal 20 Juli 2016 dari 26

37 Produksi Timah Indonesia: Potensi dan Tantangan Kontan. (2016). PT Timah Cari Mitra Bisnis ke RRT. Diunduh dari industri.kontan.co.id/news/pt-timah-cari-mitra-bisnis-ke-rrt tanggal 16 Januari Liputan6.com. (2007). Timah Selundupan dari Tanah Bangka. Diunduh dari tanggal 11 Juli LME. (2015). LME Tin. Report from London Metal Exchange, diunduh pada 29 Maret 2016 dari Mongabay.co.id. (2016). Foto: Nasib Keindahan Pulau Bangka-Belitung Kala Tertimpa Kutukan Timah. Diunduh pada tanggal 3 January 2016 dari PT Timah (Persero) Tbk. (2011). Laporan Tahunan Terpadu PT Timah (Persero) Tbk 211 Go Offshore, Go Deeper. Jakarta. PT Timah (Persero) Tbk. (2015). Laporan Tahunan PT Timah Tahun 2014 Optimalisasi Kekuatan untuk Menghadapi Tantangan Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan. Jakarta. PT Timah (Persero) Tbk. (2016). Pengolahan dan Peleburan Timah. Diunduh pada tanggal 12 Januari 2016 dari operasi-pengolahan-dan-peleburan/. Roddy, Peter. (1995). The International Tin Trade. Woodhead Publishing Limited. Cambridge England. Suprapto, S.J. (2009). Potensi, Prospek dan Pengusahaan Timah Putih di Indonesia. Buletin Sumberdaya Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM, 3(2). Jakarta. USGS. (2015). Tin Statistics and Information. Report of Mineral Information United States Geological Survey (USGS), diunduh pada 9 April 2016 dari Zulkarnaen, Iskandar. (2005). Konflik di Kawasan Timah Bangka Belitung. Jakarta: LIPI. 27

38 Yudha Hadian Nur 28

39 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia BAB III PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN TIMAH DI INDONESIA Fitria Faradila 3.1 Pendahuluan Timah merupakan salah satu logam yang paling banyak penggunaannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk keperluan industri. Dengan sifat yang lunak, mudah dibentuk dan mengkilat, timah sering dijadikan bahan campuran dengan mineral untuk keperluan berbagai industri, seperti otomotif, listrik, kemasan makanan, kaca, baterai dan lain-lain. Kegunaan timah sangat beragam baik secara tunggal maupun sebagai logam paduan (alloy), khususnya dengan logam tembaga. Salah satu kegunaan logam paduan antara timah dan tembaga adalah untuk membuat logam perunggu. Selain tembaga, timah dapat dipadukan oleh logam lain seperti (i) baja untuk membuat logam ringan; (ii) bahan niobium sebagai penghantar daya magnet; dan (iii) timbal untuk membuat solder. Selain itu, campuran logam yang mengandung timah lainnya antara lain perunggu fosfor, solder lunak, logam babbit, logam putih, logam bel, dan campuran logam bentukan (Kementerian ESDM, 2013). Mengingat sifatnya yang anti korosif atau berkarat, timah seringkali digunakan sebagai bahan pelapis logam lain seperti seng, timbal, besi dan baja. Aplikasi ini banyak digunakan sebagai pelapisan baja untuk keperluan industri otomotif, pembungkus makanan, pelapis kaleng, pelindung kontainer, dan pelapis pipa yang terbuat dari logam lainnya. Secara umum, kegunaan timah oleh industri sangat beragam dari industri berat ke industri kebutuhan sehari-hari. Produksi timah pada umumnya digunakan pada industri pelat timah (tinplate), industri pelapis, industri solder, industri perunggu dan paduan gotri (ball/roller bearing), industri paduan logam, industri pelapis untuk kebutuhan rumah tangga, industri pelapis kemasan makanan, industri lapis listrik (electroplating), industri produk farmasi, industri peralatan pertanian, industri keramik, industri plastik, industri kendaraan bermotor, industri elektronik, industri pelapis pelat baja tipis, industri produk garam timah, industri bahan pewarna glasir pada industri keramik dan industri kimia timah untuk gelas dan kaca (Hariyadi, 2010). Pada umumnya, sebagian besar turunan pertama produk timah berupa solder dan tinplate (Suprapto, 2008). Adapun kegunaan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif merupakan 29

40 Fitria Faradila perluasan kegunaan timah melalui solder dan tinplate, seperti industri elektronik, industri otomotif dan industri pelapis kemasan. Oleh karena itu, solder dan tinplate merupakan produk antara yang berkontribusi menunjang industri-industri lainnya. Keberadaan Indonesia yang terletak di jalur timah dunia memberikan keunggulan tersendiri bagi Indonesia untuk menjadi salah satu penghasil terbesar timah dunia. Pada tahun 2014, total produksi timah Indonesia mencapai MT, merupakan kedua terbesar setelah RRT di dunia (U.S. Geological Survey, 2015). Sebagian besar produksi ditujukan ke luar negeri, sementara hanya 6% total produksi yang ditujukan ke pasar dalam negeri. Penjualan timah ke pasar dalam negeri terutama digunakan oleh industri solder dan industri paduan-paduan logam, seperti industri pelat timah (Hariyadi, 2010). Sejalan dengan kondisi tersebut, sekitar 94% ekspor timah dan produk timah Indonesia berupa timah murni batangan dan sisanya merupakan produk hilir timah. Pada tahun 2015, ekspor timah dan produk timah mencapai USD 1,2 miliar atau 75 ribu ton. Adapun ekspor logam timah murni batangan mencapai USD 1,1 miliar (70 ribu ton). Di sisi lain, impor timah dan produk timah Indonesia justru didominasi oleh produk hilir timah, seperti solder, tinfoil dan tinplate. Total impor timah dan produk timah pada tahun 2015 tercatat USD 39,8 juta. Sekitar 98% impor berasal dari: impor timah solder sebesar 96,8% (USD 38,5 juta); tinfoil sebesar 0,9% (USD 0,4 juta) dan tinplate 0,8% (USD 0,3 juta). Kondisi ini menunjukkan bahwa saat ini hilirisasi pada industri timah tidak berjalan. Indonesia cenderung mengimpor produk hilir timah yang bernilai tambah tinggi dan memiliki kegunaan yang lebih aplikatif untuk keperluan industri. Rendahnya hilirisasi industri timah di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal. Secara umum, hilirisasi timah belum optimal karena membutuhkan pendanaan atau investasi dan teknologi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk mendukung hilirisasi timah diharapkan masuknya investasi pada industri hilir timah (Antara Babel, 2013). Proses hilirisasi timah melalui industri solder tidak berkembang karena kinerja industri pengguna solder sedang melesu. Sebagian besar solder digunakan sebagai input untuk industri elektronik. Menurunnya kinerja industri elektronik akibat melesunya pasar domestik menekan permintaan solder. Hal ini menyebabkan industri solder domestik menjadi kurang berkembang. Selain itu, regulasi dan kebijakan ekspor belum optimal mendukung industri solder domestik. Berbeda halnya dengan industri solder, tidak berkembangnya proses hilirisasi timah dalam industri pelat timah disebabkan oleh kurangnya pasokan pelat timah domestik untuk memenuhi kebutuhan industri pengguna. Selain itu, belum adanya masterplan hilirisasi 30

41 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia timah juga merupakan faktor penghambat perkembangan industri hilir timah di Indonesia secara umum (Asosiasi Solder Indonesia, 2016c). Sebagai produk turunan pertama timah, solder dan tinplate memiliki potensi kegunaan yang sangat potensial untuk menunjang industri hilir timah lainnya. Namun, karena adanya beberapa faktor penghambat, maka kesempatan untuk mengembangkan industri hilir timah di Indonesia menjadi terlewatkan. Akibatnya, industri pengguna timah Indonesia saat ini masih bergantung pada impor bahan baku, padahal Indonesia merupakan salah satu penghasil terbesar timah dunia. 3.2 Pengolahan Timah Sebagian besar timah logam murni digunakan untuk industri solder (PT. Solder Indonesia, 2016a). Terdapat dua jenis solder yakni Sn-Pb solder wire dan bar serta Lead Free solder wire dan bar. Isu lingkungan mengenai dampak negatif timbal (lead) mendorong diproduksinya solder yang bebas timbal (lead free solder). Secara umum, proses produksi Sn-Pb solder dan lead free solder relatif sama. Adapun perbedaan antara proses produksi Sn-Pb solder dan lead free solder yakni pada tahap awal pembentukan alloy. Pada proses produksi Sn-Pb solder, alloy dibentuk dari timah/tin (Sn) dan timbal/ Lead (Pb). Sementara itu, pembentukan alloy pada lead free solder sama sekali tidak menggunakan timbal dan terdiri atas 2 tahap yakni pembentukan master alloy dengan kandungan tembaga (Cu) sebesar 14% dan alloy Cu 0,7% (SC07). Alloy Cu 0,7% didapat dari master alloy yang dilebur kembali dengan timah (Sn), sehingga kandungan Cu menjadi lebih rendah. Setelah alloy dibentuk, maka tahapan selanjutnya dalam pembuatan solder antara lain (PT. Solder Indonesia, 2016a): 1. Tahap Extrude Sebelum melalui tahap ini, alloy harus melalui tahap casting/cutting billet serta pre-heating billet. Selanjutnya dilakukan tahap extrude atau pressing alloy menggunakan mesin press. 2. Tahap Drawing Tahap drawing merupakan tahap pengecilan diameter dari alloy yang sudah melalui tahap extrude. 3. Tahap Winding Setelah berbentuk wire atau kawat solder, maka kawat-kawat solder dari hasil pengecilan diameter tersebut lalu di gulung menjadi spool. 4. Tahap Packing Setelah selesai menjadi solder, khususnya kawat solder, maka dilakukan pengemasan untuk pengiriman barang. 31

42 Fitria Faradila SN/Tin Alloy Casing/ Cutting Billet Pre-heating Billet Extrude Drawing Winding Packing Lead Gambar 3.1 Proses Produksi Sn-Pb Solder Wire. Sumber: PT. Solder Indonesia (2016a) Banka Tin Alloy Cu 0,7 Casing/ Cutting Billet Pre-heating Billet Estrude Drawing Winding Packing Banka Tin Master Alloy Cu +/- 14% Cu Gambar 3.2 Proses Produksi Lead Free Solder Wire. Sumber: PT. Solder Indonesia (2016a) Selain dalam bentuk solder, timah juga banyak digunakan pada pembuatan tinplate. Tinplate merupakan bahan baku industri pelapis dan kemasan. Pembentukan tinplate awalnya berupa Tin Mill Black Plate (TMBP) yang sudah digulung. Mesin pay off reel merupakan tempat gulungan TMBP dengan diameter 390 mm dan diameter terbuka 415 mm. TMBP yang sudah digulung lalu diulur dan dibawa oleh mesin threading belt melewati deflecor dan pinch roll ke mesin double cut shear untuk persiapan penyambungan TMBP. Proses selanjutnya yakni welding. Pada proses ini gulungan coil TMBP disambungkan dengan gulungan coil TMBP yang sudah diulur dengan menggunakan metode presswelding oleh roda tembaga yang dialiri arus listrik searah (direct current). TMBP yang sudah digabungkan lalu ditaruh pada entry loop tower yang berfungsi untuk menyimpan strip TMBP dan memastikan bahwa seluruh proses welding berjalan lancar. Selanjutnya, TMBP dipotong berdasarkan ukuran sesuai pesanan dengan mesin side trimmer. Mesin ini terdiri dari dua buah pisau pemotong dari sisi kiri maupun kanan serta scrap baller untuk menampung sisa potongan (PT. Latinusa, 2016a). 32

43 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia Sumber: PT. Latinusa (2016a) Gambar 3.3 Proses Produksi Tinplate. 3.3 Industri Pengolahan Timah Saat ini perusahaan pada industri solder di Indonesia berjumlah 12 perusahaan. Perusahaan produsen solder tersebar di kawasan industri di Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Timur. Selain dalam bentuk wire dan bar, sebagian besar produsen juga memproduksi solder dalam bentuk flux dan solvent. Perusahaan yang memproduksi solder pasta hanya PT. Supra Sukses Trinusa dan PT. Solder Indonesia (Asosiasi Solder Indonesia, 2016a). 33

44 Fitria Faradila Tabel 3.1 Daftar Pelaku Usaha di Industri Solder NO NAMA PERUSAHAAN Produk Timah Wire Bar Solvent Bentuk Lain Lokasi 1 PT Supra Sukses Cikarang Trinusa 2 PT Solder Indonesia Cileungsi 3 PT Sitech Indonesia + + Cikarang 4 PT Citra Logam alpha Tangerang Sejahtera 5 PT Ropicon Jakarta 6 PT Sin Asahi Cikarang 7 PT Cakrawijaya Sakti Jakarta 8 PT AsaFlux Jakarta 9 PT Super Solder Tangerang 10 PT. Noor Sakti Surabaya 11 PT Timah Industri Cilegon 12 PT OM Indonesia + + Cilegon Sumber: Asosiasi Solder Indonesia (2016a) Sebagai salah satu pelaku usaha di bidang solder, produksi PT. Solder Indonesia mampu mencapai 404 ribu kg atau sekitar 33,7 ribu kg per bulan pada tahun Kondisi ini meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 319 ribu kg. Rencana bisnis PT. Solder Indonesia pada tahun 2016 adalah meningkatkan promosi, khususnya di luar negeri sehingga dapat meningkatkan ekspor produk hilir timah (PT. Solder Indonesia, 2016b). PT. Timah merupakan produsen timah logam murni terbesar di Indonesia. Kegiatan produksi PT. Timah terkonsentrasi di Pulau Bangka, Propinsi Bangka Belitung. Selain sebagai penghasil logam timah, PT. Timah melalui anak perusahaannya, PT. Timah Industri, juga menghasilkan produk hilir timah seperti tin alloy, tin solder dan tin chemical. Proses produksi PT. Timah Industri dilakukan di Kawasan KIEC Cilegon, Banten. Pada tahun 2016, PT. Timah berencana akan meningkatkan kapasitas produksi produk hilirnya yakni tin chemical dan tin solder. Dalam melakukan ekspansi pabrik timah solder, PT. Timah akan menggandeng perusahaan dari RRT. Skema kerjasama tersebut dilakukan untuk meningkatan kapasitas pabrik, memperbaharui peralatan dan teknologi serta pengembangan jaringan pemasaran dari timah solder. 34

45 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia Ekspansi tersebut diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi timah solder dari ton menjadi ton per tahun (Kontan, 2016a). Untuk produk tinplate, PT. Latinusa merupakan satu-satunya produsen dalam industri tersebut. Kapasitas produksi PT. Latinusa tercatat 160 ribu per tahun. Pencapaian ini didapatkan berkat proses revamping sebagai langkah ekspansi dan modernisasi produksi. Sebagai satu-satunya pemain dalam industri tinplate, PT. Latinusa memiliki pangsa sebesar 68,2% di pasar domestik. Kegiatan produksi PT. Latinusa terpusat di Kawasan industri KIEC Cilegon. Pada tahun 2016, PT. Latinusa berencana menyiapkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 13 miliar. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mendukung produktivitas perusahaan melalui kegiatan operasional dan produksi roll maupun motor mesin pabrik (Sindonews, 2016). Kegunaan beberapa industri hilir timah lainnya sangat tinggi untuk menunjang proses produksi industri pengguna, namun perkembangannya di Indonesia masih sangat minim, seperti industri die casting. Die casting merupakan proses pengolahan suatu logam (alumunium, magnesium, zinc, timah) yang telah dibentuk menjadi cairan, lalu dibentuk dalam suatu cetakan (die/mold) dan dibiarkan membeku (Sulatin, 2014). Die casting timah banyak digunakan untuk keperluan industri otomotif, elektronik dan aplikasi pipe fitting (logam sambungan pipa). Kendala utama yang menghambat perkembangan industri die casting adalah masih minimnya teknologi permesinan untuk mengubah timah menjadi bentuk lain. Adapun kelemahan mesin pengecoran timah antara lain cetakan timah yang kurang sempurna, pemilihan material mould yang kurang tepat, dan kecepatan buka tutup cetakan yang tidak stabil (Djatmiko, 2012). Selain itu, die casting juga digunakan dalam industri kerajinan dalam bentuk pewter. Perkembangan industri pewter di Indonesia juga sangat minim. Saat ini, hanya ada tiga pelaku usaha pada industri pewter yakni satu pelaku usaha di Kabupaten Bangka Barat dan dua di kabupaten lain di Pulau Bangka. Faktor penghambat industri ini adalah iklim usaha yang tidak mendukung, terutama terkait hal perizinan investasi (Firdausy, 2016). Berbeda halnya dengan Indonesia, hilirisasi industri timah di RRT sudah berkembang. Yunnan Tin Company Limited, salah satu produsen timah terbesar di RRT, juga mengolah timah dalam bentuk hilir, seperti tin profiles dan tin chemicals (Yunnan Tin Company, 2012). Berkembangnya industri hilir timah di RRT bahkan menyebabkan pasokan timah domestik kurang untuk memasok kebutuhan industri hilir. Untuk mendukung hilirisasi timah, RRT melakukan berbagai upaya untuk mengamankan pasokan timah mentahnya melalui pungutan Bea Keluar (export tariff) ekspor timah sebesar 10%, menurunkan kuota ekspor dan melakukan impor konsentrat (bijih) timah 35

46 Fitria Faradila dari Myanmar. Sebagian besar konsumsi timah diperuntukkan untuk industri solder sebesar 63%, diikuti oleh industri kimia (11%), industri tinplate (9%), industri aki/lead-acid battery (9%) dan lainnya (8%) (ITRI, 2015b). 3.4 Penggunaan Timah Penggunaan Timah di Dalam Negeri Secara fisik, timah merupakan jenis logam yang mudah dibentuk dan mudah mencair. Kendati keras, namun timah cenderung lentur, sehingga mudah diubah bentuknya atau memiliki sifat daktilitas. Selain itu, timah merupakan salah satu konduktor listrik yang sangat baik. Melalui sifat-sifat tersebut, maka timah kerap memiliki banyak kegunaan. Pertumbuhan permintaan timah sangat pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pemanfaatan timah putih untuk konsumsi domestik yang lebih besar akan memberikan nilai tambah berganda dan efek berganda terhadap pertumbuhan industri di dalam negeri (Suprapto, 2008). Namun sebagian besar produksi timah Indonesia diekspor ke luar negeri dan hanya sekitar 6% dari total produksi yang diperuntukkan bagi industri dalam negeri. Penjualan pada pasar dalam negeri untuk dikonsumsi oleh industri solder dan industri paduan-paduan timah, seperti PT. Latinusa dan PT. Solder Indonesia (Haryadi, 2010). Kegunaan timah bagi perkembangan industri baik dari industri berat maupun industri produk sehari-hari sangat tinggi. Aplikasi timah untuk menunjang perkembangan industri melalui berbagai bentuk antara lain pelat timah (tinplate), tin solder, tin rod, tin profile, tin powder, product casting dan die casting, tin coating dan plating. Walaupun ada berbagai bentuk aplikasi timah, namun timah solder dan tinplate merupakan produk hilir yang sering digunakan untuk keperluan industri. Sekitar 52% timah yang dihasilkan diproses menjadi timah solder atau wire solder, sementara yang dimanfaatkan sebagai tinplate sebesar 16% (Kemenperin, 2016). 36

47 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia Gambar 3.4 Peta Industri Timah Solder. Sumber: Asosiasi Solder Indonesia (2016b) Pengunaan timah putih dalam industri solder meningkat seiring dengan meruaknya isu lingkungan. Tekanan isu lingkungan mendorong pabrik solder mengurangi kandungan timbal atau lead dalam solder dan menggantinya dengan timah. Kandungan lead dalam solder merupakan salah satu sumber kontaminasi timbal ke tubuh manusia. Mengingat bahaya timbal bagi tubuh, maka kandungan timbal pada berbagai aplikasi termasuk solder dikurangi dan digantikan dengan timah putih yang tidak memiliki zat berbahaya (Kementerian ESDM, 2013). Secara umum, jenis solder dapat dikategorikan menjadi 3 jenis. Adapun ketiga jenis solder tersebut antara lain: (i) low technical content yakni berupa solder bar, anode, solid solder wire dan produk solder sejenisnya; (ii) medium technical content berupa cored flux solder wire, preform solder dan produk solder lainnya; dan (iii) high technical content berupa solder powder, solder paste, Ball Grid Array (BGA) dan produk solder sejenisnya (Asosiasi Solder Indonesia, 2016b). Berdasarkan Gambar 3.4, penggunaan timah dalam industri timah solder berasal dari dua sumber yakni berupa timah batangan dan paduan logam timah dengan material tambahan, seperti timbal, bismut, tembaga, antimon, nikel, dan germanium. Timah batangan menghasilkan solder dalam bentuk anode dan tin shot. Sementara itu, proses alloy yang menghasilkan paduan 37

48 Fitria Faradila logam timah dengan material tambahan lainnya menghasilkan solder bar, solder wire, solder powder, solder preform dan solder grid (Ball Grid Array). Turunan pertama dari industri solder yakni berupa tin anode dan tin shot yang merupakan bahan dasar dalam proses electroplating Printed Circuit Board (PCB). PCB merupakan salah satu komponen utama dalam industri elektronik. Timah solder dalam bentuk paduan logam menghasilkan batang solder (solder bar). Terdapat dua jenis solder bar yakni yang terdapat kandungan timbal (Sn/Pb) dan bebas dari kandungan timbal (Lead Free). Sama halnya dengan solder bar, terdapat dua macam kawat solder atau solder wire yakni wire solid dan wire coreflux. Produk turunan selanjutnya adalah bubuk solder atau solder powder. Solder powder menghasilkan solder pasta apabila dipadukan dengan flux liquid, flux solid dan flux pasta. Solder pasta pada umumnya digunakan untuk membersihkan mata solder serta sebagai bahan pelapis pada permukaan logam yang akan disolder agar hasil solder tidak pecah dan timah menempel secara sempurna. Turunan terakhir dari timah solder yakni solder grid atau ball grid array yang merupakan komponen pada PCB berupa pin-pin kecil yang menempel pada PCB. Fungsi ball grid array adalah sebagai intermediasi atau signal elektrik antara integrated circuit dan PCB. Selain solder grid, timah solder juga menghasilkan solder preform sebagai turunan terakhir yakni berupa komponen-komponen kecil dalam perangkat elektronik (Asosiasi Solder Indonesia, 2016b). Selain timah solder, aplikasi timah sangat beragam dimanfaatkan. Berbagai aplikasi yang memanfaatkan timah antara lain (manfaat.co.id, 2015): 1. Pelapisan baja pada industri otomotif dan listrik agar baja tersebut menjadi lebih ringan dan mudah dibentuk sesuai dengan keperluan industri. Selain itu, timah juga digunakan sebagai suku cadang atau komponen dalam keperluan industri tersebut. 2. Sebagai bahan kemasan pada obat dan makanan. Walaupun berjenis logam, timah aman digunakan sebagai kemasan karena sifatnya yang tahan terhadap udara, sehingga makanan menjadi lebih awet. Timah dalam bentuk pelat timah juga digunakan sebagai bahan pelapis kaleng. 3. Timah berupa pelat juga digunakan sebagai pelindung kontainer dan saluran air pada atap rumah karena sifatnya yang anti korosi. 4. Sebagai bahan paduan dengan logam lainnya sehingga menghasilkan logam ringan, seperti baja. Pengolahan baja tidak dapat dilakukan secara mandiri karena akan menyebabkan harga produksi yang mahal. Oleh karena itu dibutuhkan timah agar campuran menjadi lebih ringan dan tahan terhadap karat. 5. Sebagai penghantar daya magnet apabila dipadukan dengan bahan niobium. 38

49 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia 6. Pembakaran timah yang menghasilkan timah oksida dapat dimanfaatkan sebagai sensor gas pada industri keramik karena dapat memproduksi bau yang terukur oleh perangkat sensor. 7. Sebagai bahan baku pada industri kaca, khususnya kaca kendaraan. Penggunaan timah cair meningkatkan kualitas kaca yang dihasilkan menjadi lebih padat, tidak mudah pecah dan tahan terhadap tekanan. 8. Sebagai bahan pembuatan perunggu apabila dicampur dengan tembaga. 9. Sebagai bahan pembuatan pasta gigi. Kandungan timah atau SnF2 pada pasta gigi menghasilkan flourida alami sehingga bermanfaat bagi keputihan dan kepadatan gigi. 10. Sebagai bahan pembuatan amalgam gigi untuk keperluan pembuatan gigi palsu. Amalgam merupakan campuran antara timah dengan perak untuk menghasilkan produk yang putih netral. 11. Keperluan pembangkit listrik tenaga nuklir atau reaktor nuklir. Timah merupakan salah satu bahan untuk pembuatan Zirkonium dan salah satu instrumen sensor sinyal khusus pada produksi bahan nuklir. 12. Sebagai bahan pembuat pipa, khususnya pipa pada industri, saluran minyak dan gas. Pipa yang mengandung timah memiliki keunggulan yakni anti korosi dan tahan lama. 13. Timah murni seringkali dipakai untuk dekorasi hiasan seperti cermin dan tempat lilin. Selain itu, timah juga digunakan sebagai bahan konstruksi dekorasi seperti frame pada jendela dan pintu serta hiasan pada engsel dan kepala pintu. Dengan sifat timah yang mudah dibentuk, fleksibel dan mempunyai sifat konduktif yang baik, timah kerap mendukung pembaharuan teknologi dengan penciptaan produk-produk inovatif pada industri elektronik. Sama halnya dengan penggunaan dalam negeri, pelat timah dalam bentuk thin tin coating juga banyak digunakan sebagai bahan kemasan, khususnya pada makanan dan minuman kaleng dan aplikasi lain. Sifatnya yang anti korosi akan melindungi isian dalam kaleng dan kemasan lain. Hal ini menunjukkan eratnya hubungan antara industri makanan dan minuman olahan dengan industri pengolahan timah, khususnya dalam bentuk tinplate. Pengunaan timah untuk produk kimia juga banyak ditemui, baik jenis timah organik maupun timah non organik. Timah organik banyak digunakan dalam pembuatan PVC untuk keperluan produk konstruksi seperti pintu dan jendela. Sementara timah anorganik banyak digunakan sebagai katalis proses industri, seperti pelapisan kaca, electroplating, fire retardant, dan keperluan semen serta keramik. Program konservasi energi juga banyak menggunakan timah dalam memproduksi polyurethane foam thermal insulation pada tin oxide coatings 39

50 Fitria Faradila untuk pelapis kaca baik smartphone maupun gedung ramah lingkungan (ITRI, 2012). Penggunaan timah sebagai bahan baku pembuatan mobil juga semakin berkembang di Indonesia. Timah ini biasanya digabung dengan bahan baku lain seperti seng (Zn), tembaga (Cu) dan kuningan. Komposisi gabungan timah sangat penting untuk mendukung sektor elektronik, penggunaan timah solder yang tinggi dan pembuatan design baru dalam produk manufaktur yang sukses (ITRI, 2012). Timah jika dipanaskan dalam udara akan membentuk Sn2 dan sedikit asam serta membentuk stannate salts dengan oksida. Garam timah yang disemprotkan pada gelas dapat dipakai untuk kaca mobil yang tahan beku. Sebagian besar kaca jendela mobil saat ini dibuat dengan cara mengapungkan gelas cair di dalam timah cair yang kemudian membentuk permukaan datar atau disebut juga proses apung Pilkington atau Pilkington float process (Kementerian ESDM, 2013). Gambar 3.5 Aplikasi Penggunaan Timah. Sumber: Industrial Technology Research Institute (ITRI) (2012) 40

51 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, PT. Latinusa merupakan satu-satunya pemain dalam industri tinplate. Dalam memproduksi tinplate, PT. Latinusa mengandalkan pasokan dari PT. Timah. Adapun komposisi penggunaan pelat timah yang diproduksi oleh PT. Latinusa antara lain untuk kemasan/kaleng susu sebesar 25,5%; cat 19,6%; produk kimia 21,0%; makanan olahan kering 13,3%; makanan 13,2%; buah dan beverage 4,6%; minyak goreng sebesar 1,7% dan kaleng lainnya 1,1%. Adapun beberapa perusahaan klien/pengguna tinplate oleh PT. Latinusa adalah PT. Frisian Flag Indonesia, PT. Indonesia Multi Colour Printing, PT. United Can Company Ltd, PT. Arthawenasakti Gemilang,PT. Multi Makmur Indah Indonesia, PT. Central Sahabat Baru, PT. Ancol Terang Metal Printing, dan PT. Cometa Can (PT. Latinusa, 2016b). Beberapa industri pengguna timah, seperti industri otomotif, industri pengalengan makanan dan industri kemasan masih bergantung pada impor baja lapis timah (tinplate). Kekurangan pasokan tinplate dalam negeri merupakan penyebab utama tingginya impor oleh industri-industri tersebut. Saat ini hanya PT. Latinusa yang memproduksi tinplate di Indonesia. Kebutuhan tinplate dalam negeri mencapai ton per tahun, namun PT. Latinusa hanya mampu memproduksi sebanyak ton per tahun (Kontan, 2016b). Sama halnya dengan tinplate, kebutuhan solder pun belum bisa ditutupi sepenuhnya oleh produksi domestik. Bahkan beberapa produk hilir solder, seperti solder powder belum bisa diproduksi di dalam negeri, sehingga harus didapatkan melalui impor (PT. Solder Indonesia, 2016c) Penggunaan Timah di Dunia Sejalan dengan konsumsi di dalam negeri, konsumsi timah dunia juga sebagian besar digunakan pada sektor elektronik dalam bentuk solder. Berdasarkan survei Industrial Technology Research Institute (ITRI) tahun 2014, hampir 50% produksi timah dunia digunakan dalam bentuk solder, khususnya untuk keperluan produksi barang elektronik. Selain solder untuk industri elektronik, penggunaan timah juga banyak dimanfaatkan untuk memproduksi bahan dan produk kimia (15,5%) serta tinplate (14,7%). 41

52 Fitria Faradila 7,3% 5,2% 2,0% 7,0% 43,5% Solder-Elektronik Solder-Industri Bahan Kimia Tinplate Lead-Acid Batteries Brass & Bronze Float glass Lainnya 14,7% 15,5% 4,8% Gambar 3.6 Konsumsi Timah Internasional. Sumber: Industrial Technology Research Institute (ITRI) (2015a) Secara internasional, penggunaan timah mendukung ekonomi secara berkelanjutan melalui penciptaan produk-produk inovatif teknologi. Salah satu contoh penggunaan timah dalam produk inovasi adalah sebagai salah satu bahan produksi layar LCD atau tv plasma, layar smartphone dan sensor cahaya (ITRI, 2012). Kaca oksida transparan dan konduktif atau Transparent Conducting Oxides (TCO) merupakan bahan yang sangat penting dalam teknologi saat ini. Salah satu jenis TCO yang paling populer digunakan adalah Indium Tin Oxide (ITO). ITO merupakan perpaduan antara Indium Oksida dengan Timah Oksida. Perpaduan kedua senyawa tersebut sebagian besar digunakan dalam pembuatan gelas kaca pada layar smartphone. ITO dikatakan populer karena memiliki sifat transparansi yang tinggi yakni sekitar 80-85% gelas kaca dan memiliki ketebalan yang tipis (Azom.com, 2014). Selain sebagai bahan pembuatan layar smartphone, timah juga digunakan dalam pembuatan produk inovasi lain mulai dari barang keperluan seharihari, packing atau kemasan, konstruksi, dan transportasi (ITRI, 2012). Sektor elektronik merupakan sektor unggulan di masa yang high technology seperti saat ini. Semakin tinggi permintaan pada teknologi yang mutakhir akan mendorong penggunaan timah solder yang lebih besar dalam sektor elektronik. 42

53 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia 3.5 Persyaratan Mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) Produk Timah Timah yang berkualitas tinggi tentu akan menghasilkan produk turunan yang berkualitas tinggi pula. Sebagai salah satu produk turunan yang paling banyak digunakan, timah solder yang baik diindikasikan dengan perbandingan komponen timah dan timbal sebesar 60%:40% atau 63%:37%. Selain itu, timah solder yang baik memiliki kandungan flux rosin (Elektronikaonline.com, 2009). Standar untuk timah solder tertuang dalam SNI Kendati sudah ada SNI untuk timah solder, namun hingga saat ini SNI tersebut belum diperbaharui dan pelaku usaha cenderung tidak memakai SNI tersebut. Pelaku usaha di bidang solder justru cenderung berpatokan pada standar internasional. Untuk tinplate, standar tertuang pada SNI yang berjudul baja lembaran tipis lapis timah elektrolis (Bj LTE). SNI merupakan revisi dari SNI Bj LTE diklasifikan berdasarkan berat lapisan timah yang terdiri dari dua tipe, yakni jenis baja dan kekerasan permukaan. Adapun syarat mutu yang harus dipenuhi antara lain (BSN, 2006): 1. Bahan baku dari logam dasar serta jenis baja lembaran canai dingin kualitas tim mill black plat (TMBP). 2. Logam pelapis dari timah putih (Sn) dengan kemurnian minimum 99,98%. 3. Berat lapis timah menentukan notasi penandaan. 4. Kategori logam dasar ditunjukan oleh kekerasan Rockwell 30T. 5. Sifat tampak harus rata, halus dan bebas dari cacat seperti retak, keriput/ melipat dan karat. 6. Ukuran dan bentuk yang ditetapkan: ukuran tebal, toleransi tebal, toleransi lebar, dan toleransi panjang. 7. Pengukuran lebar pencanaian dengan pencantuman huruf W. 8. Ukuran diameter dalam pada gulungan adalah 406 mm, 419 mm, 508 mm. 9. Besarnya penyimpangan kesikuan yang diijinkan tidak boleh lebih dari 0,25%. 10. Besarnya penyimpangan kelengkungan yang diijinkan tidak boleh melebihi 1,5mm untuk setiap mm panjang tali busur. 11. Ketidakrataan yang diijinkan adalah maksimum 3 mm tegak lurus bidang datarnya. Kendati memliki ketentuan SNI di dalam negeri, namun pelaku usaha pada industri hilir timah, khususnya solder lebih mengacu pada standar internasional karena SNI yang sudah lama tidak diperbaharui. Selain itu, segmentasi pasar industri solder dan tinplate lebih mengarah untuk ekspor dan perusahaan multinasional, sehingga standar yang lebih sesuai untuk digunakan adalah standar internasional. 43

54 Fitria Faradila Berdasarkan Pasal 4 Permendag No. 33 Tahun 2015, timah solder dan barang lainnya dari timah dapat diekspor jika memenuhi ketentuan antara lain menggunakan bahan baku timah murni batangan yang berasal dari bursa timah dan telah dilengkapi dengan bukti pembelian timah murni batangan dari bursa timah. Selain itu pada pasal 5, ekspor timah solder dan barang lainnya dari timah hanya dapat dieskpor oleh perusahaan yang telah mendapat pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar Timah Industri (ET-Timah Industri) dari Direktur Jenderal. Setelah mendapatkan pengakuan sebagai ET- Timah Industri, perusahaan dapat melakukan ekspor setelah mendapatkan Persetujuan Ekspor (PE-Timah Industri) dari Direktur Jenderal. Timah dan produk timah yang akan diekspor wajib dilakukan verifikasi atau penelusuran teknis sebelum muat barang. Pelaksanaan verifikasi atau penelusuran teknis dilakukan oleh surveyor yang ditetapkan oleh Menteri. Tabel 3.2 Spesifikasi Fisik Timah Solder yang diekspor dalam Permendag No. 33 Tahun 2015 Spesifikasi a. Pos Tarif/HS: ex , ex , ex , ex , dan ex b. Kandungan Stannum (Sn) paling tinggi 99,7% dari Besi (fe) paling tinggi 0,005%. c. Satu atau lebih unsur tambahan untuk paduan dengan persentase kadar sebagai berikut: 1) Perak (Ag) 0,1% (1000 ppm); 2) Tembaga (Cu) 0,1% (1000 ppm); 3) Bismuth (Bi) 0,1% (1000 ppm); 4) Timbal (Pb) 0,1% (1000 ppm); 5) Nikel (Ni) 0,03% (300 ppm); 6) Germanium (Ge) 0,005% (50 ppm); 7) Antimoni (Sb) 0,1% (1000 ppm); 8) Zinc (Zn) 0,1% (1000 ppm); dan/atau 9) Indium (In) 0,1% (1000 ppm). d. Bentuk Timah Solder: 1) Kawat/wire yang memiliki diameter paling tinggi 3 mm; 2) Solder bar extrude dan casting/canai; i. Panjang maksimal : 330 mm ± 5 mm ii. Lebar maksimal : 20 mm ± 5 mm iii. Tebal maksimal : 10 mm ± 5 mm iv. Berat maksimal : 1 Kg per unit 3) Segitiga sama sisi dengan panjang sisi paling tinggi 20 mm ± 5 mm dan panjang paling tinggi 330 mm± 5 mm; 4) Solder pasta/cream; 44

55 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia Spesifikasi 5) Solder powder 6) Solder ball, solder half ball dengan diameter maksimal 50 mm +- 5 mm 7) Solder tape/pita dengan ketebalan maksimal 0,5 mm yang digulung dalam bobin e. Cara pengemasan (packaging): 1) Timah solder berbentuk kawat/wire digulungkan dalam bobin dimasukkan dalam dus/karbon box maksimum 25 Kg/ gulungan; 2) Timah solder selain berbentuk kawat/wire menggunakan karton box maksimum 25 Kg f. Gambar dan keterangan 1) Solder wire 2) Solder wire non flux core 3) Solder bar extrude 45

56 Fitria Faradila Spesifikasi 4) Solder bar casting/canai 5) Solder bar segitiga sama sisi 6) Solder ball 7) Solder half ball 46

57 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia Spesifikasi g. Penandaan timah solder yang diekspor harus diberi kemasan atau label yang paling sedikit memuat: 1) Kandungan komposisi paduan Stannum (Sn) dan Besi (Fe); 2) Buatan Indonesia; 3) Merek; 4) Bentuk dan/atau dimensi; 5) Berat bersih; dan 6) Tanggal pembuatan Sumber: Permendag 33 (2015) Tabel 3.3 Spesifikasi Fisik Barang Lainnya dari Timah yang diekspor dalam Permendag No. 33 Tahun 2015 Spesifikasi a. Pos Tarif/HS: ex ,00, ex , ex , ex ,ex ,00, ex ,10, dan ex b. Kandungan Stannum (Sn) paling tinggi 96% dari Besi (fe) paling tinggi 0,005%; c. Satu atau lebih unsur tambahan untuk paduan dengan %tase kadar sebagai berikut: 1) Bismuth (Bi) 0,1% (1000 ppm); 2) Tembaga (Cu) 0,4% (4000 ppm); 3) Perak (Ag) 0,1% (1000 ppm); 4) Nikel (Ni) 0,03% (300 ppm); 5) Antimoni (Sb) 0,1% (1000 ppm); 6) Zinc (Zn) 0,1% (1000 ppm); dan/atau 7) Indium (In) 0,1% (1000 ppm). d. Penandaan timah solder yang diekspor harus diberi kemasan atau label yang paling sedikit memuat: 1) Kandungan komposisi paduan Stannum (Sn) dan Besi (Fe); 2) Buatan Indonesia; 3) Merek; 4) Bentuk dan/atau dimensi; 5) Berat bersih; dan 6) Tanggal pembuatan Sumber: Permendag 33 (2015) 47

58 Fitria Faradila 3.6 Persyaratan Mutu Standar Internasional untuk Produk Timah Secara internasional, proses produksi timah harus sesuai dengan sertifikasi ISO 9001:2008 dan produk yang dihasilkan mengikuti standar produk yang telah ditetapkan oleh pasar internasional. Adapun untuk memenuhi pasokan pasar internasional, timah harus sudah terdaftar dalam pasar bursa logam London (London Metal Exchange/LME). Selain itu, menurut klasifikasi internasional, timah yang baik memiliki kandungan Timbal (Pb) dibawah 30 ppm. Semua jenis logam yang diperdagangkan di London Metal Exchange wajib mengikuti spesifikasi yang ditentukan. Sama halnya dengan logam timah murni, timah solder dan tinplate juga perlu memenuhi standar internasional. Manajemen produksi pada industri solder dan tinplate sudah memenuhi standar internasional untuk sistem manajemen mutu ISO 9001: Standar internasional untuk produk solder tertuang pada standar untuk Alloy yakni ISO 9453:2006. Selain itu, standar yang digunakan oleh produsen solder di Indonesia mengacu pada JIS Z 3198 tahun 2003 atau standar spesifik yang ditetapkan oleh industri pengguna. Sementara standar internasional untuk tinplate antara lain: 1. ASTM Standards A , Standard specification for tin mill product, general requirement 2. ASTM Standards A , Standard specification for tin mill products 3. JIS G , Standard specification for tin mill products, general requirements 3.7 Analisis Finansial/Biaya Pengolahan Kendati memberikan nilai tambah terhadap ekspor yang tinggi, namun biaya pengolahan dari logam timah murni ke produk timah solder dan tinplate tentu saja membutuhkan biaya yang tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk mengolah logam timah murni menjadi solder bar sekitar Rp per kg. Adapun untuk menjadi solder wire, biaya pengolahan yang dibutuhkan sebesar Rp per kg (PT. Solder Indonesia, 2016a). Adapun beban biaya pokok produsen tinplate mencapai USD 129,4 juta. Kegiatan pemakaian bahan baku termasuk proses pengolahan menjadi komponen beban biaya terbesar. Hampir 90% dari total biaya produksi digunakan untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi yakni berupa tinplate. Dibandingkan tahun sebelumnya, beban biaya perusahaan relatif menurun. 48

59 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia Tabel 3.4 Beban Pokok Penjualan Pelaku Usaha Tinplate (USD) Pemakaian bahan baku Gaji dan kesejahteraan karyawan Listrik dan air Penyusutan Pengepakan Bahan pembantu produksi Suku cadang Penyisihan persediaan usang dan penurunan persediaan Perbaikan dan pemeliharaan Perjalanan dan komunikasi Jasa tolling (lacquer) Lain-lain Total Biaya Produksi Persediaan barang jadi-awal Pemulihan kembali penurunan nilai persediaan Persediaan barang jadi-akhir Total Sumber: Pelaku Usaha Tinplate (2016) 3.8 Isu Strategis yang Dihadapi oleh Industri Pengolahan Timah Tidak dipungkiri bahwa hilirisasi timah harus menjadi pekerjaan rumah, khususnya bagi pemerintah Indonesia. Indonesia merupakan produsen utama timah di dunia, oleh karena itu keunggulan ini perlu dimanfaatkan lebih lanjut dengan mendorong industri dalam negeri dalam memproduksi produk turunan berbahan timah mengingat kebutuhan industri terhadap produk turunan timah sangat besar. Dengan kata lain pengembangan industri pengolahan timah diharapkan bisa meningkatkan penyerapan produk timah, sekaligus meningkatkan nilai tambah di dalam negeri. Dalam prakteknya, industri pengolahan timah di Indonesia juga menghadapi berbagai kendala 49

60 Fitria Faradila yang bisa menghambat usaha dan produktivitasnya. Industri solder domestik dihadapkan pada berbagai kendala baik dalam melakukan perdagangan dalam negeri maupun orientasi ekspor. Berikut kendala yang dirasakan menghambat hilirisasi timah pada industri solder (Asosiasi Solder Indonesia, 2016c): 1. Melesunya industri pengguna solder domestik, seperti industri elektronik. Selain karena melemahnya permintaan pada pasar domestik, industri elektronik dan industri pengguna solder lainnya menghadapi hambatan investasi di Indonesia, seperti tidak jelas dan tidak transparannya kebijakan upah minimum. Hal ini menyebabkan struktur biaya investasi di Indonesia lebih mahal dibandingkan negara lain, seperti Vietnam dan Thailand. 2. Tidak adanya dukungan atau insentif harga agar timah lebih diserap di pasar dalam negeri. Diharapkan harga timah yang dijual ke industriindustri dalam negeri, termasuk solder dibedakan untuk tujuan ekspor dengan memberikan diskon harga jual lokal atau menerapkan bea ekspor timah. 3. Produsen solder tidak bisa mendapatkan harga material yang kompetitif karena adanya keharusan pembelian melalui bursa. Padahal jika dibandingkan dengan kondisi di luar negeri, produsen seringkali mendapatkan material dengan harga dibawah pasar internasional. 4. Hambatan terkait pengaturan tata niaga pada Permendag No. 33 Tahun 2015, antara lain: a. Ketentuan syarat penerbitan Laporan Surveyor (LS) mendorong biaya ekspor yang sangat mahal dan tidak efektif sehingga membebani eksportir solder. Asosiasi Solder mengharapkan penghapusan LS karena bahan baku timah yang dibeli sudah melalui proses Clean and Clear (CNC) dan jika LS masih diberlakukan maka biaya LS tidak sepenuhnya dibebankan kepada perusahaan. b. Permendag No. 33 Tahun 2015 juga sangat membatasi bentuk solder yang boleh diekspor. Padahal perkembangan teknologi memungkinkan adanya pembentukan varian baru. Selain itu, buyer kerap menentukan sendiri design atau spesifikasi yang diminta dan tidak ada dalam persyaratan Permendag no. 33 Tahun 2015, namun dengan adanya pembatasan bentuk dan varian tersebut maka ekspor tidak bisa dilakukan. c. Ekspor tin anode dan solder dengan spesifikasi kurang dari 99,7% seharusnya diperbolehkan karena bahan baku sudah CNC. Pembatasan spesifikasi ini kerap mengurangi potensi pangsa pasar ekspor produk turunan solder. 50

61 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia Berdasarkan hambatan-hambatan tersebut, saat ini industri solder domestik sedang mengalami masa keterpurukan. Industri solder mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan perdagangan dalam negeri karena melesunya permintaan dari industri pengguna. Sedangkan untuk orientasi ekspor, industri solder kerap dipersulit oleh regulasi yang ada, sehingga mendorong biaya ekspor yang mahal, terbatasnya varian design solder dan mengurangi potensi pangsa ekspor di dunia. Untuk itu, pelaku usaha solder berharap adanya suatu kebijakan yang mendukung pengembangan industri hilir solder di Indonesia, contohnya mempertegas aturan Permendag 33 Tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah. Selain itu, permendag juga diharapkan mampu memperjelas aturan perdagangan dalam negeri. Terkait impor, asosiasi solder Indonesia berharap pemerintah dapat menaikkan bea masuk untuk jenis solder yang mempunyai kandungan bahan kimia diluar logam (Asosiasi Solder Indonesia, 2016c). Sementara pada industri tinplate, maraknya kegunaan timah berupa tinplate menyebabkan total produksi tinplate tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tinplate untuk kebutuhan industri, sehingga industri pengguna banyak melakukan impor demi kelangsungan proses produksinya. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dapat mendorong dan mengarahkan investasi yang masuk ke industri hilirisasi timah terutama solder dan tinplate. Upaya tersebut perlu didorong oleh pemberian insentif berupa tax holiday dan tax allowance. 3.9 Penutup Timah merupakan komoditas yang masih potensial untuk dikembangkan mengingat hilirisasi di Indonesia masih belum berkembang secara optimal. Timah merupakan salah satu komoditas yang penting untuk menunjang sektor manufaktur di Indonesia, seperti elektronika, otomotif, dan produk kimia. Kegunaan timah dalam sektor manufaktur tersebut kian besar. Selain itu, produk turunan timah juga memiliki permintaan yang sangat tinggi. Namun, apabila melihat dari hilirisasi timah di Indonesia, beberapa industri pengguna timah, seperti industri otomotif, industri pengalengan makanan dan industri kemasan masih sangat bergantung pada impor. Kekurangan pasokan oleh PT. Latinusa yang merupakan satu-satunya produsen tinplate di Indonesia mendorong impor tinplate oleh industri pengguna. Oleh karena itu, salah satu solusi untuk mendukung hilirisasi, khususnya pada industri pelat timah (tinplate), die casting dan pewter adalah mendorong masuknya investasi baik asing maupun domestik ke industri tinplate. Oleh karena itu, diperlukan suatu roadmap kebijakan untuk mendorong hilirisasi pada industri timah serta 51

62 Fitria Faradila dukungan penuh dari pemerintah, seperti pemberian insentif tax holiday dan tax allowance bagi investor yang berminat mengembangkan industri hilir timah. Sementara itu, untuk mendorong hilirisasi pada industri solder, maka pemerintah perlu mendukung masuknya investasi industri pengguna solder, seperti industri elektronik dengan memperjelas kebijakan-kebijakan strategis mengenai upah tenaga kerja yang selama ini kerap dikeluhkan oleh industri. Selain itu, pemerintah juga perlu memperjelas aturan dalam Permendag No. 33 Tahun 2015 untuk memperlancar aktivitas ekspor industri solder domestik. DAFTAR PUSTAKA Antarababel.com. (2013, September 13). Pemprov Babel Tawarkan Investasi Industri Hilirisasi Timah. Diunduh tanggal 6 Juni 2016 dari Asosiasi Solder Indonesia. (2016a). Daftar Pelaku Usaha di Industri Solder. Asosiasi Solder Indonesia. (2016b). Peta Industri Timah Solder. Asosiasi Solder Indonesia. (2016c). Kendala dan Usulan Kebijakan dari Industri Solder di Indonesia. Azom.com. (2014, Juni 25). Touch Screen Indium Tin Oxide (ITO). Diunduh tanggal 14 Januari 2016 dari aspx?articleid=9634. Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Data Ekspor dan Impor Timah dan Produk Timah. Badan Standardisasi Nasional (BSN). (1989). SNI untuk Timah Solder. Diunduh tanggal 14 Januari 2016 dari index.php?/sni_main/sni/detail_sni/1940. Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2006). SNI untuk Baja lembaran tipis lapis timah elektrolisa (Bj LTE). Diunduh tanggal 14 Januari 2016 dari detail_sni/7247. Djatmiko, E., Ediyanto, T., Suwandi, A., Suhendar, F. (2012). Optimasi Desain Cetakan pada Mesin Pengecoran Bola Timah Putih untuk Industri Kecil. M.I. Mat. Kons., Vol. 12 (1), pp Elektronika.com. (2009, Maret 1). Memilih Timah Solder yang Tepat. Diunduh tanggal 20 April 2016 dari majalah-elektronika/memilih-timah-solder-yang-tepat.htm. 52

63 Pengolahan dan Penggunaan Timah di Indonesia Firdausy, C. M., Salim, Z. (2016). Potensi Investasi Unggulan Kabupaten Bangka Barat. Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Haryadi, H., Miswanto, A., Mandalawanto Y. Supriatna, E., Daranin, E. A. (2010). Analisis Perkembangan Pengusahaan Mineral dan Batubara. Jakarta: Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Industrial Technology Research Institute (ITRI). (2012). Tin for Tomorrow. Diunduh tanggal 14 Januari 2016 dari information/tinplate/ general/tin-for-tomorrow-contributing-to-globalsustainable-development/ att_download. Industrial Technology Research Institute (ITRI). (2015a). World Tin Use. Diunduh tanggal 4 Maret 2016 dari tin-explorers/itri-staff-market-tin-use-survey-presentation-itri london-tin-seminar. Industrial Technology Research Institute (ITRI). (2015b). A Changing Global Tin Market. Diunduh tanggal 10 Juni 2016 dari cn/content/ en/youse-cuil.pptx. Kementerian ESDM. (2013). Kajian Supply Demand Mineral. Laporan penelitian dari Pusat Data dan Teknologi Informasi, Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM. Kementerian Perindustrian. (2016). Peta Industri Timah. Kontan. (2016a, Januari 13). PT Timah cari mitra bisnis ke RRT. Diunduh tanggal 16 Januari 2016 dari Kontan. (2016b, Maret 10). Industri bergantung tinplate impor. Diunduh tanggal 23 Maret 2016 dari Manfaat.co.id. (2015). 22 Manfaat Timah Dalam Kehidupan Sehari Hari. Diunduh tanggal 14 Januari 2014 dari manfaat-timah-dalam-kehidupan-sehari-hari. Peraturan Menteri Perdagangan No. 33 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/7/2014 Tentang Ketentuan Ekspor Timah Jakarta. PT Latinusa. (2016a). Tinplate Process Making. Diunduh tanggal 7 April 2016 dari 53

64 Fitria Faradila PT Latinusa. (2016b). Laporan Tahunan PT Latinusa Tahun PT Solder Indonesia. (2016a). Proses Produksi Sn-Pb Solder Wire and Bar dan Lead Free Solder Wire and Bar. PT Solder Indonesia. (2016b). Jumlah Produksi PT Solder Indonesia Tahun PT Solder Indonesia. (2016c). Usulan Kebijakan dalam Mendorong Industri Solder. Sindonews. (2016, April 1). Latinusa Siapkan Belanja Modal Rp 13 Miliar. Diunduh tanggal 7 April 2016 dari com/read/ /32/latinusa-siapkan-belanja-modal-rp13- miliar Sulatin. Rusianto, T., Sudarsono. (2014). Analisa Simulasi High Pressure Die Casting (Hpdc) Aluminium Alloy Dengan Dua Varian Cooling Menggunakan Software Magma. E-Jurnal Teknik Mesin, Vol. 2 (1). Suprapto, S.J. (2008). Potensi, Prospek dan Pengusahaan Timah Putih di Indonesia. Buletin Sumberdaya Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM, Vol. 3 (2). U.S. Geological Survey. (2015). Mineral Commodity Summaries. Diunduh tanggal 11 Februari 2016 dari pubs/ commodity/tin/mcs-2015-tin.pdf. Yunnan Tin Company Limited. (2012). Yunnan Tin Company Group Limited Brief Introduction. Diunduh tanggal 10 Juni 2016 dari cn/info/1046/1001.htm. 54

65 Perdagangan Timah di Dalam Negeri BAB IV PERDAGANGAN TIMAH DI DALAM NEGERI Riska Pujiati 4.1 Pendahuluan Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Salah satu komoditas yang memiliki nilai strategis di pasar internasional adalah timah. Saat ini, Indonesia menjadi produsen timah terbesar kedua di dunia setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), dengan produksi mencapai sepertiga produksi timah dunia. Daerah Indonesia yang menghasilkan timah tersebar di wilayah Pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Sebelah Barat Kalimantan yang disebut sebagai The Indonesian Tin Belt. Dalam perkembangannya, sebagai salah satu negara eksportir timah terbesar, Indonesia memiliki potensi dan menghadapi tantangan dalam mengembangkan bisnis timah baik di pasar internasional dan domestik. Dalam pemasarannya, timah yang diproduksi di Indonesia mayoritas dijual di pasar internasional dalam bentuk timah batangan, hal ini disebabkan belum berkembangnya industri hilir timah dalam negeri. Pentingnya mengembangkan sektor hilir timah diharapkan mampu memberikan nilai tambah berganda dan efek berganda terhadap pertumbuhan industri di dalam negeri dan penyediaan lapangan kerja dalam jangka panjang. Pertumbuhan permintaan timah baik di pasar internasional dan domestik, menjadikan timah sebagai komoditas strategis yang memiliki nilai ekonomis tinggi bagi perekonomian Indonesia. Komoditas timah diperdagangkan di pasar internasional melalui London Metal Exchange (LME) dan Kuala Lumpur Tin Market (KLTM) secara fisik. Saat ini, Indonesia telah memiliki pasar sendiri untuk timah, yaitu Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), komoditas timah diperdagangkan melalui BKDI sejak bulan Agustus Bab ini membahas perdagangan timah Indonesia yang dilakukan melalui BKDI dan pergerakan harga timah yang timbul dari transaksi yang terjadi di BKDI dibandingkan dengan harga timah internasional. Perdagangan timah melalui BKDI merupakan program yang dilakukan pemerintah yang memiliki tujuan untuk tertib administrasi perdagangan timah Indonesia di pasar internasional dan domestik. 4.2 Perdagangan Timah Dalam perdagangan timah Indonesia, pembeli timah dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pengguna langsung (end user) dan pedagang besar (trader). 55

66 Riska Pujiati Pengguna langsung (end user) adalah industri yang menggunakan timah sebagai solder, dan industri pelat timah (PT. Timah, 2015).Timah Indonesia sebagian besar dijual untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional, saat ini, perdagangan timah di Indonesia dilakukan melalui melalui satu pintu, yaitu melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Kewajiban untuk memperdagangkan timah melalui BKDI dilatarbelakangi oleh beberapa hal, salah satunya adalah harga timah Indonesia yang diperdagangkan di pasar internasional ditentukan di pasar LME, padahal Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar harus dapat bertindak sebagai penentu harga (price maker). Selain, itu BKDI memiliki tujuan untuk merekam seberapa besar timah yang ditransaksikan secara resmi di pasar sehingga diharapkan mampu meminimalisir ekspor timah yang tidak tercatat selama beberapa tahun terakhir (Bappebti, 2014). Perdagangan timah satu pintu melalui BKDI dimulai sejak 30 Agustus 2013, dengan keluarnya Peraturan Menteri Perdagangan No. 32 Tahun Berdasarkan penelitian BPPKP (2014) terungkap bahwa pengusaha stannum tidak keberatan dengan kewajiban mengekspor timah melalui bursa BKDI, namun perlu adanya pengawasan yang lebih ketat dan audit dari lembaga independen terhadap PT BKDI. Pada awal diperdagangkan melalui BKDI, timah yang diperdagangkan terbagi menjadi 5 kontrak berdasarkan unsur pengotornya dan kandungan unsur Sn. Berikut adalah kontrak timah berdasarkan kandungan Sn dan unsur pengotornya: a. TINPB300, Sn (Timah) minimum 99.90%; Fe (Besi) maksimum 50 ppm; Pb (Timbal) maksimum 300 ppm. b. TINPB200, Sn (Timah) minimum 99.90%; Fe (Besi) maksimum 50 ppm; Pb (Timbal) maksimum 200 ppm. c. TINPB100, Sn (Timah) minimum 99.90%; Fe (Besi) maksimum 50 ppm; Pb (Timbal) maksimum 100 ppm. d. TINPB050, Sn (Timah) minimum 99.90%; Fe (Besi) maksimum 50 ppm; Pb (Timbal) maksimum 50 ppm. e. TIN4NINE, Sn (Timah) minimum 99.99%; Fe (Besi) maksimum 10 ppm; Pb (Timbal) maksimum 24 ppm PT. BKDI melaksanakan perdagangan perdana pasar fisik timah yang dikenal dengan nama INATIN pada tanggal 1 Februari Harapan dari dibentuknya INATIN supaya bisa bersaing dengan LME dan KLTM untuk bisa menjadi acuan harga timah dunia (Bappebti, 2012). INATIN diharapkan dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam peningkatan hilirisasi industri timah di Indonesia. Selain itu INATIN diharapkan dapat meminimalisir pelarian modal ke luar negeri (capital out flow). Para investor dalam negeri maupun 56

67 Perdagangan Timah di Dalam Negeri asing akan memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam membuka perusahaan pengolah timah sehingga bisa membuka lapangan kerja yang lebih luas, meningkatkan nilai tambah timah dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. INATIN juga diharapkan bisa menjadi model percontohan bagi sistem perdagangan komoditas unggulan Indonesia lainnya (Bappebti, 2012). Berdasarkan catatan PT. BKDI (Bappebti, 2014), sejak 30 Agustus 2014 hingga 30 Juni 2014, pendapatan pemerintah dari royalti timah sebesar USD atau setara dengan Rp 55,4 miliar (kurs Rp /USD). Pada kurun waktu yang sama juga terjadi peningkatan harga timah dalam negeri dari sebelumnya hanya USD /ton menjadi USD /ton. Target BKDI untuk jangka panjang adalah menciptakan likuiditas yang tinggi dari perdagangan timah dimana semakin banyak jumlah pembeli dan penjual maka likuiditas bursa timah dapat meningkat (Kemendag, 2014). Perdagangan timah untuk ekspor melalui BKDI memiliki tujuan untuk meningkatkan harga dan daya saing timah Indonesia. Seiring perkembangan perdagangan timah melalui BKDI, Kementerian Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 44 Tahun 2014 sebagai revisi atas peraturan sebelumnya, yaitu Permendag No. 32 Tahun Revisi terhadap Permendag No. 32 Tahun 2013 memiliki beberapa tujuan, yaitu: a. Menciptakan kepastian hukum dan iklim usaha yang kondusif; b. Mendukung kelancaran ekspor timah; c. Memenuhi kebutuhan bahan baku timah untuk industri dalam negeri; d. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing serta pengawasan ekspor timah. Permendag No. 44 Tahun 2014 mengatur spesifikasi teknis dan bentuk timah yang diekspor. Dalam Permendag tersebut timah yang diperdagangkan dikelompokkan menjadi empat, yaitu: a. Timah Murni Batangan, timah murni dengan kandungan Stannum (Sn) paling rendah 99,9% yang merupakan hasil dari kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih timah oleh Smelter. b. Timah Murni Bukan Batangan, yaitu timah murni dengan kandungan Stannum (Sn) paling rendah 99,93% dalam bentuk selain batangan atau dalam bentuk lainnya yang berbahan baku timah murni batangan. c. Timah Solder, yaitu timah paduan dengan kandungan Stannum (Sn) paling tinggi 99,7% dalam bentuk batangan atau bentuk lainnya yang digunakan untuk menyolder dan mengelas. d. Timah Paduan Bukan Solder, yaitu timah paduan dengan kandungan Stannum (Sn) paling tinggi 96% dalam bentuk batangan atau bentuk lainnya yang tidak digunakan untuk menyolder dan mengelas. 57

68 Riska Pujiati Saat ini, anggota BKDI yang aktif melakukan pembelian dan penjualan timah di Indonesia berjumlah 60 anggota, berkembang dari semula hanya 12 anggota pada awal pembentukan BKDI (ICDX & ICH, 2015). Untuk menjadi anggota BKDI perusahaan mendaftar kepada Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Kementerian Perdagangan. Perbandingan antara jumlah seller dengan buyer timah menjadi salah satu penentu tingginya likuiditas suatu bursa. Dengan tingginya likuiditas suatu bursa, maka bursa akan efektif berfungsi sebagai sarana pembentukan harga. Jumlah buyer timah yang lebih banyak dibandingkan dengan seller akan membuat likuiditas Bursa Timah BKDI semakin baik. Berikut adalah daftar perusahaan yang memperjualbelikan timah melalui BKDI: Tabel 4.1 Daftar Penjual Timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, No. Nama Perusahaan No. Nama Perusahaan 1. Timah (Persero) Tbk, PT 17. Serumpun Sebalai, CV 2. Refined Bangka Tin, PT 18. Venus Inti Perkasa, CV 3. Mitra Stania Prima, PT 19. Bangka Tin Industry, PT 4. Inti Stania Prima, PT 20. Wahana Perkit Jaya, PT 5. Prima Timah Utama, PT 21. Panca Mega Persada, PT 6. Eunindo Usaha Mandiri, PT 22. Billitin Makmur Lestari, PT 7. Bukit Timah, PT 23. Atd Makmur Mandiri, PT 8. Babel Inti Perkasa, PT 24. Cipta Persada Mulia, PT 9. United Smelting, CV 25. Aries Kencana Sejahtera, PT 10. Sariwiguna Binasentosa, PT 26 Gita Pesona, CV 11. DS Jaya A badi, PT 27. Sumber Jaya Indah, PT 12. Stanindointi Perkasa, PT 28. Tommy Utama, PT 13. Belitung Industri Sejahtera, PT 29. Bangka Prima Tin, PT 14. Artha Cipta Langgeng, PT 30. Ayi Jaya, CV 15. Karimunmining, PT 31. Sukses Inti Makmur, PT 16. Tinindo Inter Nusa, PT Sumber: PT. BKDI (2016a) 58

69 Perdagangan Timah di Dalam Negeri Tabel 4.2 Daftar Pembeli Timah di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, No. Nama Perusahaan No. Nama Perusahaan 1 H Monde Inc. D/A 3h Co., Ltd 17 Lotus Sg Pte Ltd 2 Noble Resources Intl. Pte. Ltd 18 Lomasasta Singapore Pte Ltd 3 Purple Products Pvt Ltd 19 Yuntinic Resources Gmbh 4 Toyota Tsusho Corporation 20 Hilander Pte Ltd 5 Gold Matrix Resources Pte Ltd 21 Lg International Pte Ltd 6 Comexindo International 22 RRT Minmetals (Non-Ferrous) Metals Co.Ltd 7 Daewoo International Corp. 23 Tf Exchange Pte Ltd 8 Great Force Trading 24 Jyl International Co., Ltd 9 Unibros Metal Pte Ltd 25 Fonerco Pte Ltd 10 Indometal (London) Limited 26 Btg Pactual Commodities (Singapore) Pte Ltd 11 Westin Trade Global Limited 27 Crown Exports (Singapore) 12 Eco Tropical Resources Pte Ltd Pte Ltd 28 Multi Gold Co., Ltd 13 My United Traders Pte Ltd 29 Dominion Global Corp 14 Amalgameted Metal Cor. Plc 15 Tcc Trading Corporation 16 Quanzhou Zhongquan Min. Co.Ltd Sumber: PT. BKDI (2016a) Volume transaksi timah sejak diperdagangkan melalui BKDI mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Volume transaksi timah yang terjadi di BKDI dapat dilihat dalam Gambar

70 Riska Pujiati Ton 9, , , , , , , , , Aug-13 Oct-13 Dec-13 Feb-14 Apr-14 Jun-14 Aug-14 Oct-14 Dec-14 Feb-15 Apr-15 Jun-15 Aug-15 Oct-15 Dec-15 Feb-15 Bulan Sumber: PT. BKDI (2016b), diolah Gambar 4.1 Volume Transaksi Timah BKDI. Jumlah timah yang diperdagangkan melalui BKDI sampai Bulan Februari 2016 mencapai Metrik Ton (MTon), meningkat dari hari pertama transaksi sebesar 25 ton. Selama periode Agustus 2013-Desember 2013, transaksi timah yang tercatat di BKDI adalah sebesar MTon. Selama tahun 2014, volume timah yang ditransaksikan mencapai MTon, tumbuh dua kali lipat dibandingkan transaksi pada periode sebelumnya. Selama tahun 2015, PT. BKDI mencatat transaksi timah yang terjadi mencapai MTon tumbuh 18 % dari transaksi timah pada tahun Peningkatan volume transaksi disebabkan oleh bertambahnya penjual timah di bursa. Kontrak Timah PB300 menjadi timah yang banyak diperdagangkan dibandingkan dengan kontrak timah jenis lainnya (BKDI, 2016). Volume transaksi timah berdasarkan kontrak timah dapat dilihat pada Gambar

71 Perdagangan Timah di Dalam Negeri Volume Transaksi (MTton) TINPB300 TINPB200 TINPB100 TINPB050 TIN4NINE Periode Gambar 4.2 Volume Transaksi Timah Berdasarkan Kontrak. Sumber: PT. BKDI (2016b), diolah 4.3 Mekanisme Perdagangan Timah di PT. BKDI Dalam memperdagangkan timah di bursa, mekanisme penjualan dan pembelian timah terbagi menjadi 3 tahap utama yaitu pre trade, trade, dan post trade. Bagi penjual, dalam tahap pre trade, sebelum melakukan transaksi, pihak penjual harus mendaftar dan membayar iuran keanggotaan terhadap BKDI, setelah itu, timah yang dijual harus diverifikasi terlebih dahulu tentang asal dan kualitas bijih timahnya. Verifikasi timah diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Nomor 122 Tahun 2015, peraturan tersebut mengatur bahwa timah murni batangan yang diperdagangkan di bursa wajib diverifikasi terlebih dahulu oleh surveyor mengenai kejelasan asal bahan baku timah murni batangan dan kualitasnya. Tujuan dari verifikasi asal bahan baku bijih timah adalah untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup, serta mendukung terciptanya good mining practices melalui proses sertifikasi Clear and Clean (CnC). Sertifikat ini membuktikan bahwa timah yang diperdagangkan adalah timah legal yang berasal dari pertambangan yang memiliki IUP (Izin Usaha Pertambangan) atau IPR (Izin Pertambangan Rakyat), IUP Operasi produksi untuk pemurnian dan pengolahan, serta IUI (Izin Usaha Industri) untuk usaha pengolahan timah. Persyaratan sertifikat IUP dapat mencegah penambangan timah secara liar, dan dapat digunakan 61

72 Riska Pujiati sebagai alat dalam merencanakan produksi agar tidak terjadi over supply di pasar (BPPKP, 2014). Langkah selanjutnya adalah penjual menyerahkan timah ke gudang yang telah bekerjasama dengan PT. BKDI dan menerima dokumen CTD (Certificate of Tin Deposit). Dalam tahap trade, saat melaksanakan perdagangan melalui sistem online, penjual mengajukan penawaran harga timah, lalu menerima notifikasi mengenai alokasi timah yang dapat diperdagangkan. Proses perdagangan berakhir saat penjual menerima pernyataan dari lembaga kliring. Tahap post trade perdagangan timah di bursa ditandai dengan penerbitan invoice dan pembayaran royalti pembayaran. Terkait royalti, dalam Permendag No. 33 Tahun 2015 menyatakan bahwa timah dapat diekspor jika telah membayar iuran/produksi royalti yang telah diverifikasi oleh Dirjen Minerba ESDM, dilengkapi Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB). Pembagian royalti tersebut diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, royalti untuk pemerintah pusat adalah sebesar 20% dan pemerintah daerah sebesar 80%. Royalti yang diterima pemerintah daerah dirinci sebagai berikut, pemerintah propinsi sebesar 16%, pemerintah Kabupaten/kota penghasil sebesar 32%, dan pemerintah kabupaten/kota lainnya dalam propinsi yang bersangkutan sebesar 32%. Tahap selanjutnya yaitu penjual menerima pembayaran sebesar 70% dari nilai transaksi, kemudian menyiapkan dokumen ekspor, dan menerima sisa pembayaran sebesar 30%. Bagi pembeli, tahap pre trade adalah mendaftar dan membayar iuran pendaftaran, kemudian melakukan pembayaran uang muka sebesar 30%. Saat tahap perdagangan, pembeli menetapkan besar harga timah yang ingin dibeli, tahap selanjutnya adalah menerima notifikasi mengenai jatah pembelian timah. Kemudian pembeli menerima pernyataan dari lembaga kliring. Pada tahap post trade, pembeli timah mengajukan identitas penerima barang bila penerima timah berbeda dengan pembeli, setelah melunasi pembayaran, pembeli mengajukan intruksi pengiriman dan menerima timah di pelabuhan. Berikut adalah skema perdagangan timah yang diterapkan kepada penjual timah yang terdaftar di BKDI. 62

73 Perdagangan Timah di Dalam Negeri PRE-TRADE TRADE POST TRADE Melengkapi Formulir Keanggotaan Mengajukan Penawaran Harga Penerbitan Invoice dan Pembayaran Verifikasi Detil tentang asal dan kualitas bijih alokasi (jatah) perdagangan Menerima Pembayaran sebesar 70% mah ke gudang penyimpanan Menerima Pernyataan dari lembaga Kliring Menyiapkan dokumen ekspor Menerima dokumen CTD (CERTIFICATE OF TIN DEPOSIT) Menerima Pembayaran 30% PRE - TRADE TRADE POST TRADE Melengkapi Formulir Keanggotaan Menetapkan harga pembelian Barang (Bila berbeda dengan pembeli) Membayar Margin Deposit (Uang Muka) alokasi (jatah) perdagangan Melunasi Pembayaran Menerima Pernyataan dari lembaga Kliring Mengajukan Instruksi Pengiriman pelabuhan Gambar 4.3 Skema Perdagangan Timah di BKDI. Sumber: ICDX & ICH (2015) 63

74 Riska Pujiati 4.4 Perkembangan Harga Timah Harga timah Indonesia yang diperdagangkan melalui BKDI mengalami fluktuasi selama periode tahun Berikut adalah pergerakan harga timah bulanan yang tercatat sejak diperdagangkan melalui BKDI: 30,000 25,000 20,000 USD/Ton 15,000 10,000 5, Aug Oct Dec-13 2-Mar-14 2-May-14 2-Jul-14 2-Sep-14 2-Nov-14 2-Jan-15 2-Mar-15 2-May-15 2-Jul-15 2-Sep-15 2-Nov-15 2-Jan-16 2-Mar-16 Sumber: Bappebti (2016) Gambar 4.4 Harga Timah Bulanan Indonesia. Berdasarkan data dari Bappebti (2016), harga timah turun sebesar 28% dari USD/ton pada Agustus 2013 menjadi USD/ton di bulan Februari Harga penjualan timah tertinggi terjadi pada bulan April 2014, harga timah saat itu mencapai USD/ton, dan harga timah terendah tercatat pada Bulan Agustus 2015, harga timah hanya mencapai USD/ton. Kecenderungan penurunan harga timah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penurunan harga timah di pasar internasional yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang berjalan lambat. Perlambatan ekonomi menurunkan permintaan terhadap timah. Harga timah yang diperdagangkan di BKDI dengan harga timah internasional memiliki perbedaan. Selama beberapa periode, harga di BKDI lebih tinggi dibanding harga internasional dan sebaliknya, pada periode waktu tertentu, harga BKDI lebih rendah jika dibandingkan dengan harga internasional. Berikut adalah grafik perbandingan antara harga timah di BKDI dan di pasar internasional. 64

75 Perdagangan Timah di Dalam Negeri 25,000 20,000 USD/Ton 15,000 10,000 5, Aug Sep Oct Nov Dec Jan-14 2-Mar-14 2-Apr-14 2-May-14 2-Jun-14 2-Jul-14 2-Aug-14 2-Sep-14 2-Oct-14 2-Nov-14 2-Dec-14 2-Jan-15 2-Feb-15 2-Mar-15 2-Apr-15 2-May-15 2-Jun-15 2-Jul-15 2-Aug-15 2-Sep-15 2-Oct-15 2-Nov-15 2-Dec-15 Bulan Harga BKDI Harga Internasional Gambar 4.5 Harga Timah Internasional dan BKDI Bulanan, Sumber: Bappebti (2016) & World Bank (2015), diolah Pembentukan BKDI bertujuan untuk meningkatkan harga jual timah Indonesia, diharapkan harga timah yang terbentuk di BKDI lebih tinggi dibandingkan harga yang terbentuk di LME dan Kuala Lumpur Tin Market (KLTM). Pelaku perdagangan di BKDI didominasi oleh produsen atau smelter yang menginginkan harga relatif tinggi. Di Bursa LME dan KLTM (Kuala Lumpur Tin Market), pelaku lebih didominasi oleh trader dan end user yang menginginkan harga rendah. Hal ini berdampak pada pembentukan harga yang lebih tinggi di BKDI. Sebagai lembaga yang memiliki tujuan jangka panjang menjadi referensi harga, BKDI menentukan harga melalui proses lelang (bid-offer). Meskipun harga ditentukan oleh mekanisme pasar (supply dan demand), harga minimum masih perlu ditetapkan agar dapat memberi keuntungan bagi smelter. Biaya produksi timah memiliki perbedaan bagi tiap smelter, yang bergantung pada cadangan timah di wilayah tambang masing-masing produsen atau smelter (BPPKP, 2014). Saat ini di BKDI ada beberapa jenis kontrak fisik timah batangan, diantaranya dengan kode TINPB300, TIPB200, TINPB100, TINPB050 dan TIN4NINE. Berdasarkan kualitas maka jenis TIN4NINE merupakan jenis timah terbaik dibandingkan jenis timah lain yang diperdagangkan di BKDI. Meskipun secara umum kandungan timah putih (Sn) diharuskan 99,9% murni untuk kelima jenis timah tersebut, ternyata kandungan 0,1% ternyata cukup mempengaruhi jumlah permintaan timah karena spesifikasinya berbeda terutama untuk kandungan timbal (Pb) dan kandungan zat berbahaya lainnya. 65

76 Riska Pujiati USD/Ton Lot 30,000 25,000 1,411 23,381 Harga Timah (TINPB300) 1,600 1,400 1,200 20,000 1,00 15,000 10,000 Volume Timah (Sumber Kanan) 14, , , Aug-13 Oct-13 Dec-13 Feb-14 Apr-14 Jun-14 Aug-14 Oct-14 Dec-14 Feb-15 Apr-15 Jun-15 Aug-15 Oct-15 Dec-16 Feb-16 Gambar 4.6 Perdagangan Timah (TINPB300) di BKDI. Sumber: Bappebti (2016) Gambar 4.6 merupakan perbandingan antara harga timah dan volume timah bulanan yang diambil dari data bulanan perdagangan BKDI dari tahun 2013 sampai Berdasarkan Gambar 4.7 terlihat bahwa harga timah untuk jenis TINPB300 mengalami tren penurunan dari sejak diperdagangkan di BKDI sampai dengan Februari Harga tertinggi yaitu sebesar USD /ton yang terjadi pada bulan Mei 2014, sedangkan harga terendah yaitu sebesar USD /ton yang terjadi pada Januari Salah satu faktor penyebab turunnya harga timah ini yaitu permintaan timah di luar negeri sedang menurun. Meskipun demikian ternyata volume timah yang diperdagangkan di BKDI mengalami tren peningkatan dari sejak Agustus 2013 sampai dengan Februari Volume timah tertinggi terjadi pada bulan Desember 2013 dengan jumlah timah yang dijual BKDI untuk TINPB300 sebesar lot atau ton dalam waktu sebulan. Volume timah terendah terjadi pada bulan September 2014 dengan jumlah timah TINPB300 yang diperdagangkan hanya sebesar 38 lot atau 190 ton dalam waktu sebulan. Perubahan volume timah yang diperdagangkan ini cenderung dipengaruhi oleh permintaan ekspor timah ke luar negeri karena mayoritas timah yang diperdagangkan di BKDI merupakan timah untuk diekspor. 66

77 Perdagangan Timah di Dalam Negeri 30,000 USD/Ton Lot ,000 23,420 Harga Timah (TIN PB200) , ,000 14,422 14, , ,000 Volume Timah (Sumber Kanan) Oct-13 Dec-13 Feb-13 Apr-14 Jun-14 Aug-14 Oct-14 Dec-14 Feb-15 Apr-15 Jun-15 Aug-15 Oct-15 Dec-16 Feb-16 - Gambar 4.7 Perdagangan Timah (TINPB200) di BKDI. Sumber: Bappebti (2016) Berdasarkan Gambar 4.7 terlihat bahwa harga timah TINPB200 mengalami penurunan harga dari awal diperdagangkan di BKDI. Harga timah tertinggi yaitu sebesar USD /ton yang terjadi pada bulan Mei Harga ini lebih tinggi sebesar USD 39/ton dibandingkan dengan jenis timah TINPB300, dikarenakan kualitas timah TINPB200 lebih baik dengan kadar timbal (Pb) hanya sebesar 200 ppm. Harga terendah yaitu sebesar USD /ton yang terjadi pada bulan Januari Harga ini juga lebih tinggi sebesar USD 134/ ton dibandingkan dengan jenis timah TINPB300. Apabila industri memberikan nilai tambah terhadap jenis timah TINPB300 (kadar timbal 300 ppm) menjadi TINPB200 (kadar timbal 200 ppm) atau dengan kata lain mengurangi kadar timbal, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan harga timah antara USD /ton. Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa perdagangan timah untuk jenis TINPB200 menurun selama periode tahun Volume timah tertinggi terjadi pada bulan Juni 2015 yaitu sebesar 517 lot atau ton. Sedangkan volume timah terendah terjadi pada September 2014 yaitu hanya sebesar 9 lot atau 45 ton. 67

78 Riska Pujiati 4.5 Penutup Perdagangan timah Indonesia yang sebagian besar dijual untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional saat ini dilakukan melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Sampai saat ini Indonesia belum menjadi penentu harga (price maker) di pasar internasional. Pembentukan BKDI bertujuan untuk merekam seberapa besar timah yang ditransaksikan secara resmi di pasar sehingga diharapkan mampu meminimalisir ekspor timah yang tidak tercatat selama beberapa tahun terakhir. Dengan kata lain, perdagangan timah untuk ekspor melalui BKDI diharapkan mampu meningkatkan harga dan daya saing timah Indonesia. Dalam memperdagangkan timah di bursa, mekanisme penjualan dan pembelian timah terbagi menjadi 3 tahap utama yaitu pre trade, trade, dan post trade. Perkembangan harga dan volume transaksi timah Indonesia menunjukkan berfluktuasi dalam beberapa periode. Diharapkan di masa depan harga timah yang terbentuk di BKDI mampu menjadi acuan para pelaku usaha timah dalam menentukan harga dunia. DAFTAR PUSTAKA Bappebti. (2012). INATIN Acuan Harga Timah Dunia. Bulletin Bappebti/ Mjl/131/XI/2012/Edisi Februari, Kementerian Perdagangan. Bappebti. (2013). Bursa Timah Rujukan Dunia. Bulletin Bappebti/Mjl/148/ XII/2013/Edisi Juli. Bappebti. (2014). Era Baru Perdagangan Timah. Buletin Bappebti/Mjil/158/ VI/2014/ Edisi Juni 2014, Kementerian Perdagangan. Bappebti. (2016). Data Harga dan Volume Perdagangan Timah. Laporan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BPPKP. (2014). Analisis Dampak Kebijakan Ekspor Timah Terhadap Kinerja Timah Indonesia. Laporan Penelitian Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BPPKP), Kementerian Perdagangan. Indonesia Commodty & Derivative Exchange (ICDX) and Indonesia Clearing House (ICH). (2015). New Era of Indonesia Tin, Transforming Tin Industry, Enhancing Indonesia s Competitiveness. Tin Hand Book Kementerian Perdagangan. (2014). Siaran Pers Kemendag Terbitkan Permendag No. 44 Tahun 2014 Tentang Ketentuan Ekspor Timah. [Online]. Tersedia: kemendag-terbitkan-permendag-no-44-tahun-2014-tentangketentuan-ekspor-timah-[25juli 2014] 68

79 Perdagangan Timah di Dalam Negeri Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/7/2014 Tentang Ketentuan Ekspor Timah, Permendag No. 33 Tahun 2015 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Tentang Tentang Ketentuan Ekspor Timah, Permendag No. 44 Tahun 2014 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Tentang Tentang Ketentuan Ekspor Timah, Permendag No. 78 Tahun 2012 PT BKDI.(2016a). Data Pembeli dan Penjual Timah, PT BKDI. Laporan dari PT Bursa Komiditi Derivatif Indonesia PT BKDI.(2016b). Data Historis Transaksi Timah, PT BKDI. Laporan dari PT Bursa Komiditi Derivatif Indonesia PT Timah (Persero) Tbk. (2015). Laporan Tahunan PT Timah Tahun Kementerian Perdagangan. (2014). Siaran Pers Kemendag Terbitkan Permendag No. 44 Tahun 2014 Tentang Ketentuan Ekspor Timah. [Online]. Tersedia: kemendag-terbitkan-permendag-no-44-tahun-2014-tentangketentuan-ekspor-timah-[25juli 2014]. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. World Bank. (2015). Commodity Market Outlook: April A World Bank Quarterly Report, World Bank Group, diakses pada 28 April 2016 dari GEPcommodities/GEP2015b_commodity_Apr2015.pdf. 69

80 Riska Pujiati 70

81 Perdagangan Timah di Luar Negeri BAB V PERDAGANGAN TIMAH DI LUAR NEGERI Ridho Meyrandoyo Hastjarjo 5.1 Pendahuluan Asia Tenggara merupakan kawasan yang memberikan kontribusi besar di dunia sebagai kawasan penghasil timah. Memiliki letak geografis yang strategis sebagai produsen timah, kawasan Asia Tenggara dikenal dengan sebutan The Southeast Asian Tin Belt atau sabuk timah yang melewati kawasan Asia Tenggara. Secara keseluruhan, kawasan ini menghasilkan 9,6 juta ton timah, ekuivalen dengan 54% dari total produksi dunia. Sabuk timah ini, menjadi keuntungan bagi Asia Tenggara khususnya Indonesia untuk menjadi negara eksportir timah utama di dunia (Schwartz, 1995). Timah merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia di bidang pertambangan. Indonesia juga dikenal sebagai Tin Islands, yaitu kawasan penghasil timah yang melewati wilayah Pulau Karimun, Kundur, Singkep dan sebagian di daratan Sumatera, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan bagian barat Kalimantan. Cadangan timah di Indonesia menduduki peringkat ke-5 dunia, dengan proporsi 8,1% dari cadangan timah yang tersebar di Bangkinang (Riau), Dabo (Pulau Singkep), Manggar (Pulau Belitung), dan Sungai liat (Pulau Bangka) (Dwiarto, 2014).Sebagai eksportir timah terbesar di dunia, Indonesia menguasai kurang lebih 30% pasar timah global dari total ekspor USD 14 miliar. Timah Indonesia banyak dipakai oleh produsen elektronika dunia seperti Jepang, Tiongkok, hingga Korea Selatan (Detik Finance, 2014). Namun, banyaknya penambangan timah ilegal serta maraknya penyelundupan timah ke luar negeri menyebabkan harga timah serta daya saing timah Indonesia semakin lama semakin menurun (Neraca.co.id, 2016). 5.2 Dinamika Harga Timah di Pasar Internasional Dinamika harga timah internasional dari tahun ke tahun terus mengalami fluktuasi seiring dengan perkembangan kebutuhan timah dunia ataupun kondisi perekonomian secara global. Dilihat dari Gambar 5.1 harga timah internasional dari awal Januari 2005 hingga akhir 2015 mengalami fluktuasi yang cukup signifikan, meskipun tren harga masih menunjukkan sinyal positif. Data World Bank (2015), mencatat harga timah pada Januari tahun 2005 adalah sebesar USD 7.706/MTon. Harga tersebut terus merangkak naik hingga mencapai nilai sebesar USD /MTon pada bulan Mei

82 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Setelah periode tersebut, harga timah internasional menurun drastis pada level USD /MTon pada Maret Dalam kurun waktu 10 bulan, harga timah internasional mengalami penurunan signifikan hingga mencapai 55,18%. Gejolak perekonomian global yang terjadi pada tahun 2008, menjadi faktor pemicu turunnya harga timah internasional. 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 Harga Timah 5,000 0 Jan-05- Jun-05 Nov-05 Apr-06 Sep-06 Feb-07 Jul-07 Dec-07 May-08 Oct-08 Mar-09 Aug-09 Jan-10 Jun-10 Nov-10 Apr-11 Sep-11 Feb-12 Jul-12 Dec-12 May-13 Oct-13 Mar-14 Aug-14 Jan-15 Jun-15 Nov-15 Gambar 5.1 Harga Timah Dunia (USD/MTon). Sumber: World Bank (2015), diolah Harga timah dunia menunjukkan adanya pemulihan setelah krisis global Pada semester I 2011, situasi perekonomian dunia membaik, permintaan logam timah mulai meningkat, dan harga timah bergerak naik dari kisaran USD /MTon ke USD /MTon. Perubahan kurs rata-rata dari Rp 9.182/USD pada tahun 2010 menjadi Rp 8.757/USD pada tahun 2011 turut mempengaruhi peningkatan harga timah. Akan tetapi, pada semester II 2011, dampak krisis ekonomi di Eropa mendorong harga timah turun pada kisaran USD /MTon (PT. Timah, 2011). Pemberlakuan Peraturan Menteri Perdagangan No. 32 Tahun 2013, yang mengatur bahwa seluruh ekspor logam timah hanya dapat dilakukan melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) juga turut mempengaruhi harga timah pada periode 2013 hingga kini. 5.3 Kinerja Ekspor dan Impor Timah dan Produk Olahannya Perdagangan timah terdiri dari (Trade Map, 2016): bijih timah dan konsentratnya atau tin ores and concentrate (HS 2609); preparat bersifat asam untuk permukaan logam; flux dan preparat tambahan lainnya untuk menyolder, mematri atau mengelas; bubuk dan pasta untuk menyolder, mematri atau mengelas atau pickling preparations for metal surfaces; powders, pastes, coating (HS 3810); timah tidak ditempa atau unwrought tin 72

83 Perdagangan Timah di Luar Negeri (HS 8001); sisa dan skrap timah atau tin waste and scrap (HS 8002); batang, batang kecil, profil dan kawat timah atau tin bars, rods, profiles and wire (HS 8003); piring kaleng, lembaran dan strip, ketebalan melebihi 0,2 mm atau tin plates, sheets and strips, of thickness exceeding 0,2 mm (HS 8004); timah, dengan ketebalan tidak melebihi 0,2 mm; serbuk timah & serpihan atau tin foil, of a thickness not exceeding 0,2 mm; tin powders & flake (HS 8005); tabung timah, pipa & tabung/ pipa fitting atau tin tubes, pipes & tube/pipe fittings (HS 8006); barang lainnya dari timah atau tin articles, nes (HS 8007); dan kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas atau mengendapkan logam atau karbida logam atau wire/rod, etc of base metal/ weld of metal carbide (HS 8311). Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 33/M-DAG/PER/5/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan no. 44/M-DAG/PER/7/2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah disebutkan bahwa untuk kode HS 8001 digolongkan dalam kategori timah murni batangan. Bagi kode HS 3810, 8003, dan 8311 dikategorikan dalam jenis timah solder. Sementara untuk timah dengan kode HS 8007 dikategorikan sebagai barang lainnya dari timah. Untuk jenis timah dengan kode HS 8004, 8005, dan 8006 tidak disebutkan di dalam permendag ini. Namun, apabila dilihat dari Pasal 2 ayat 1 dan 2, disebutkan bahwa Timah yang dapat diekspor hanya Timah Murni Batangan, Timah Solder, dan Barang Lainnya Dari Timah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Ayat 2 disebutkan bahwa Timah yang tidak tercantum dalam Lampiran I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diekspor, maka dapat dikatakan bahwa HS 8004, 8005, dan 8006 dilarang ekspornya. Bagaimana dengan kode HS 8002? HS 8002 memang tidak disebutkan dalam lampiran I pada Permendag No. 33/M-DAG/PER/5/2015, akan tetapi bukan berarti komoditas ini dilarang ekspornya. Pada Permendag No. 45/M-DAG/PER/7/2012 Pasal 2 ayat 1 disebutkan Sisa dan Skrap Logam yang dibatasi ekspornya tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Sementara pada Pasal 3 ayat 1 disebutkan Sisa dan Skrap Logam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 hanya dapat diekspor oleh Eksportir yang telah mendapatkan SPE Sisa dan Skrap Logam. Oleh karena itu, HS 8002 boleh diekspor tetapi sangat dibatasi. 73

84 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Tabel 5.1 Kategori Timah Menurut Permendag No. 33 Tahun 2015 No. Uraian Barang Pos Tarif/ HS 1. Timah Murni Batangan ex Timah Solder ex ex ex ex ex ex Barang Lainnya Dari Timah ex Sumber: Permendag No. 33 (2015) ex ex ex ex ex ex Pada gambar 5.2, secara umum, kinerja ekspor dan impor untuk komoditas timah di Indonesia selama kurun waktu 10 tahun terakhir selalu menunjukkan surplus perdagangan. Kinerja perdagangan timah Indonesia menunjukkan ekspor rata-rata pada tahun 2005 hingga 2007 tidak melebihi USD 1 miliar. Perubahan mencolok terjadi pada perdagangan timah tahun 2008, dimana ekspor menunjukkan angka sebesar USD 2,06 miliar atau meningkat 91,8% dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan ekspor ini juga berkontribusi positif terhadap neraca perdagangan sebesar USD 1,8 miliar, meningkat 88% dari tahun sebelumnya. Setelah tahun 2008, perdagangan timah Indonesia cenderung fluktuatif. Pada tahun 2011, ekspor timah Indonesia mencapai nilai tertinggi selama 10 tahun terakhir, dimana ekspor mencapai nilai sebesar USD 2,56 miliar dengan neraca perdagangan sebesar USD 2,3 miliar. Pada tahun 2012 hingga 2014, tren ekspor cenderung negatif. 74

85 Perdagangan Timah di Luar Negeri 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 Ekspor Impor Neraca Perdagangan 500, Gambar 5.2 Kinerja Ekspor-Impor Timah, (USD Ribu). Sumber: Trade Map (2016), diolah Berdasarkan Data Trade Map (2016), komoditas ekspor timah Indonesia tertinggi merupakan timah jenis unwrought tin atau timah tidak ditempa (HS 8001). Komoditas ini memiliki rata-rata ekspor sebesar USD 1,57 miliar dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Lonjakan ekspor terjadi pada periode 2007 dan Pada saat itu ekspor timah tidak ditempa tercatat sebesar USD 1,96 miliar atau meningkat 94% dari tahun Setelah tahun 2008, ekspor untuk timah tidak ditempa kembali menurun akibat krisis global pada tahun Pada periode 2009 ekspor Indonesia untuk komoditas timah tidak ditempa sebesar USD 1,24 miliar. Ekspor tertinggi Indonesia untuk komoditas ini adalah pada tahun 2011, mencapai USD 2,4 miliar. Setelah tahun 2011, ekspor timah tidak ditempa kembali menurun. Pada periode 3 tahun terakhir, ekpsor Indonesia menunjukkan tren negatif. 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 Timah tidak ditempa 1,000, , Gambar 5.3 Kinerja Ekspor Timah Tidak Ditempa, Sumber: Trade Map (2016), diolah 75

86 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Selain ekspor unwrought tin atau timah tidak ditempa, ekspor jenis timah lainnya juga mengalami fluktuasi. Data Trade Map (2016) pada Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa terdapat jenis timah yang mengalami fluktuasi cukup signifikan, yakni kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas atau mengendapkan logam atau karbida logam(hs 8311); batang, batang kecil, profil dan kawat timah(hs 8003); dan barang lainnya dari timah(hs 8007). Untuk ekspor komoditas kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas atau mengendapkan logam atau karbida logam dapat dilihat bahwa pada periode 2005 hingga 2011 terus meningkat hingga mencapai USD 122,5 juta. Ekspor komoditas ini kemudian turun drastis pada angka USD 25,7 juta di tahun Bertolak belakang, ekspor barang lainnya dari timah justru meningkat signifikan pada tahun Selama periode 2005 hingga 2011, rata-rata ekspor Indonesia untuk produk barang lainnya dari timah sebesar USD 2,61 juta. Sementara pada tahun 2012, ekspor Indonesia untuk jenis timah ini mencapai USD 63,5 juta. Ekspor batang, batang kecil, profil dan kawat timah di tahun 2012 juga mengalami fluktuasi yang signifikan. Ekspor tercatat sebesar USD 15,7 juta pada 2011, dan kemudian meningkat menjadi USD 154,5 juta. 180, , , ,000 Kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas atau mengendapkan logam atau karbida logam Batang, batang kecil, profil dan kawat timah 100,000 Barang lainnya dari timah 80,000 60,000 40,000 20,000 Preparat bersifat asam untuk permukaan logam; flux dan preparat tambahan lainnya untuk menyolder, mematri atau mengelas; bubuk dan pasta untuk menyolder, mematri atau mengelas Sisa dan skrap timah Gambar 5.4 Ekspor Timah Menurut Jenisnya, (USD Ribu). Sumber: Trade Map (2016), diolah 76

87 Perdagangan Timah di Luar Negeri Selain ketiga jenis komoditas di atas, komoditas jenis timah yang lainnya tidak mengalami fluktuasi yang signifikan, bahkan ekspor komoditaskomoditas tersebut cenderung stabil. Perlu diperhatikan juga bahwa tin ores and concentrate (HS 2609) atau bijih timah dan konsentratnya semenjak tahun 2008 tercatat sebesar USD 0 atau tidak ada ekspor. Sebetulnya, ekspor bijih timah dan konsentratnya sudah dilarang dari tahun Larangan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 07/M-DAG/PER/4/2005 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. Pada Peraturan Menteri Perdagangan tersebut, disebutkan bahwa terdapat beberapa komoditas yang diatur ekspornya, diawasi ekspornya, dan dilarang ekspornya. Salah satu komoditas pertambangan yang dilarang ekspornya adalah bijih timah dan konsentratnya. Meskipun setelah tahun 2005 masih tercatat adanya ekspor bijih timah, namun kemungkinan ekspor tersebut bersifat ilegal dan jumlahnya tidak banyak. 160, , , ,000 Kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas atau mengendapkan logam atau karbida logam Preparat bersifat asam untuk permukaan logam; flux dan preparat tambahan lainnya untuk menyolder, mematri atau mengelas; bubuk dan pasta untuk menyolder, mematri atau mengelas Batang, batang kecil, profil dan kawat timah 80,000 60,000 Timah tidak ditempa 40,000 Barang lainnya dari timah 20, Bijih timah dan konsentratnya Gambar 5.5 Impor Timah Menurut Jenisnya, (USD Ribu). Sumber: Trade Map (2016), diolah Pada Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa negara tujuan ekspor timah Indonesia terbesar adalah Singapura dengan pangsa ekspor sebesar 35% pada tahun Jumlah ini bisa dibilang fantastis apabila dibandingkan dengan negara lain yang juga merupakan tujuan ekspor timah Indonesia. Ekspor timah Indonesia ke Singapura jumlahnya mencapai hampir sembilan kali lipat ekspor Indonesia ke Belanda. Setelah Singapura, tujuan ekspor timah terbesar kedua adalah Belanda dengan ekspor sebesar 4%; lalu Jepang dan Malaysia dengan jumlah masing-masing sebesar 2%; kemudian Taiwan, Amerika Serikat, Inggris, 77

88 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Korea Selatan, India dan Italia yang masing-masing sebesar 1%. Data Trade Map (2016) menunjukkan bahwa jumlah ekspor Indonesia ke Singapura mencapai USD 1,38 miliar. Sementara ekspor Indonesia ke Belanda, Jepang, dan Malaysia berturut-turut hanya mencapai nilai USD 141,9 juta, USD 94 juta, dan USD 72 juta. India 1% Italia 1% Korea Selatan 1% Inggris 1% Negara Lain 51% Amerika Serikat 1% Malaysia 2% Jepang 2% Taiwan 1% Belanda 4% Singapura 35% Gambar 5.6 Negara Tujuan Ekspor Timah Indonesia Tahun Sumber: Trade Map (2016), diolah Tingginya permintaan timah di Singapura dikarenakan bahan baku tersebut digunakan untuk keperluan industri hilirnya serta untuk diekspor kembali. Sebelum digunakan untuk kebutuhan industri, impor timah yang berasal dari Indonesia dimurnikan kembali dengan kadar 99,95% hingga 99,99% (antaranews.com, 2016). Di Singapura, bahan baku timah yang sudah dimurnikan kembali salah satunya banyak digunakan untuk keperluan industri kimia. Maraknya ekspor ilegal kepada negara-negara tetangga Indonesia, juga menjadi faktor tingginya ekspor Indonesia ke Singapura.Hal ini ditunjukkan dari data mirror dari Trade Map Tahun 2014 yang mencatat adanya selisih ekspor bijih timah antara Indonesia dan Singapura sebesar USD 17,3 juta. Minimnya kesejahteraan masyarakat di Bangka Belitung menyebabkan munculnya penambang-penambang ilegal yang minim akan pengetahuan dan kepedulian terhadap lingkungan. Tak hanya itu, berita dari 78

89 Perdagangan Timah di Luar Negeri Sinarharapan.co (2014) menyebutkan bahwa harga timah di Indonesia tahun 2014 lebih murah dibandingkan harga timah di Singapura. Harga pasir timah di tingkat penambang di Kepulauan Riau maupun di Bangka Rp sampai Rp /kg. Sedangkan, harga rata-rata di Singapura Rp /kg, kata sumber tersebut. Belanda 5% Belgia 5% Jerman 6% Peru 7% Jepang 7% Amerika Serikat 9% RRT 10% Indonesia 23% Malaysia 11% Singapura 17% Sumber: Trade Map (2016), diolah Gambar 5.7 Negara Eksportir Timah Dunia. Secara global, ekspor timah Indonesia menempati urutan pertama sebagai pemasok utama timah di seluruh dunia. Gambar 5.7 menunjukkan di antara 10 eksportir terbesar dunia, Indonesia mengambil share sebesar 23% atau setara dengan nilai sebesar USD 1,96 miliar pada tahun Posisi Indonesia diikuti oleh Singapura dengan share sebesar 17% (USD miliar); Malaysia sebesar 11% (USD juta); dan RRT sebesar 10% (USD juta). Meskipun Indonesia menempatkan posisi pertama sebagai penghasil timah terbesar di dunia, sayangnya sebagian besar hanya diekspor ke Singapura seperti dijelaskan pada Gambar 5.6. sebelumnya. Hal menarik yang perlu diperhatikan pada Gambar 5.7 adalah negara yang menempatkan posisi ke-2 dan ke-3, yakni Singapura dan Malaysia. Singapura mampu menorehkan share 17% produksi dunia, sementara Singapura tidak memiliki tambang timah. seperti halnya dengan Malaysia dengan Malaysia. Seperti yang dikutip dari Okezone.com (2015): Presiden Joko Widodo mengetahui jika ada negara-negara tetangga yang tidak memiliki tambang timah, tetapi dapat melakukan ekspor. Negara tersebut 79

90 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo seperti Malaysia dan Singapura yang melakukan ekspor timah sekitar 20 ribu ton per tahun. Menjamurnya penambang-penambang ilegal menjadi faktor utama yang sebagian besar memenuhi kebutuhan timah di Malaysia dan Singapura. Medan Bisnis (2015) memberitakan bahwa di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung setidaknya terdapat penambang ilegal yang memasok timah ke Malaysia. Dalam sehari, para penambang ilegal tersebut mampu memproduksi kurang lebih 950 ton timah dalam setahun untuk dikirim ke Malaysia. Berbeda kondisinya dengan ekspor, tren impor timah Indonesia justru menunjukkan nilai yang positif pada periode 2005 hingga Pada tahun 2005, impor timah menunjukkan angka sebesar USD 52,7 juta, sedangkan pada tahun 2014 impor menunjukkan angka USD 200 juta atau meningkat lebih dari 250%. Peningkatan impor yang signifikan, menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan akan produk timah di dalam negeri. Kinerja impor Indonesia untuk produk timah, secara total tercatat sebesar USD 200,2 juta dari nilai total ekspor USD 1,9 miliar pada tahun Impor terbesar Indonesia untuk jenis timahnya adalah kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas atau mengendapkan logam atau karbida logam (HS 8311), yaitu menyumbangkan USD 145,2 juta pada tahun 2014, diikuti oleh impor batang, batang kecil, profil dan kawat timah (HS 8003) sebesar USD 125,8 juta, dan barang lainnya dari timah (HS 8007) sebesar USD 107,1 juta. Tingginya permintaan kawat, batang kecil, pembuluh, pelat, elektroda dan produk semacam itu yang digunakan untuk menyolder, mematri, mengelas atau mengendapkan logam atau karbida logam di Indonesia dikarenakan produk tersebut digunakan untuk kebutuhan dalam industri listrik, otomotif dan juga elektronik. Solder sering digunakan untuk menyambung beberapa lapisan perangkat yang membutuhkan kabel atau logam lain pada sirkuit khusus (manfaat.co.id, 2016). 5.4 Peta Perdagangan Timah Internasional Lebih dari 93% produk timah Indonesia yang diekspor pada tahun 2015 masuk dalam kategori timah murni batangan atau kode HS Data Trade Map pada Tabel 5.2 menunjukkan perkembangan ekspor timah pada periode Volume ekspor tahun 2014 untuk timah batangan sebesar ton atau sebesar 93.15% dari total ekspor timah Indonesia. Sementara untuk produk timah dengan kategori timah solder, yakni kode HS dan kode HS memiliki volume ekspor sebesar 243 ton (0,33%) dan barang lainnya dari timah memiliki volume ekspor sebesar ton (6,53%). 80

91 Perdagangan Timah di Luar Negeri Tabel 5.2 Ekspor Timah Indonesia, (Kg) Kode HS Produk Timah Volume Ekspor Timah Indonesia (Kg) Pangsa (%) TIMAH Timah Murni Batangan Timah tidak ditempa, bukan paduan ,15 Timah Solder Preparat bersifat asam untuk permukaan logam; bubuk atau pasta untuk menyolder, memateri dan mengelas terdiri dari logam dan bahan lain , Selain cored wire dari baja paduan, mengandung karbon 4,5% atau lebih dan kromium 20% atau lebih menurut beratnya ,32 Barang Lainnya dari Timah Pelat, lembaran dan strip, dengan ketebalan melebihi 0,2 mm , Foil (dicetak atau diberi alas kertas, kertas karton, plastik atau bahan alas semacam itu, maupun tidak), dengan ketebalan tidak melebihi 0,2 mm (tidak termasuk alasnya); bubuk dan serpih , Pembuluh, pipa dan alat kelengkapan pembuluh atau kelengkapan pipa (misalnya, penyambung, siku-siku, selongsong) ,53 Sumber: BPS (2016), diolah 81

92 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Timah Murni Batangan Jenis timah yang dikategorikan sebagai timah murni batangan atau berdasarkan BKTI (Buku Kepabeanan Tarif Indonesia) sebagai timah tidak ditempa, bukan paduan (HS ) merupakan produk timah yang banyak diekspor oleh Indonesia. Jenis timah ini biasanya digunakan sebagai bahan dasar dalam industri baja, otomotif, dan telekomunikasi. Gambar 5.8 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 Indonesia merupakan eksportir utama dunia untuk timah murni batangan. Pada tahun 2014, lebih dari 29% kebutuhan dunia jenis timah tidak ditempa, bukan paduan atau tin, not alloyed unwrought ini disuplai oleh Indonesia sendiri. Setelah Indonesia, negara yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap kebutuhan dunia akan jenis timah ini adalah Malaysia sebesar 14%, Singapura sebesar 13%, dan Peru sebesar 10%. Sementara itu negara lainnya mengekspor kurang dari 10% pada tahun Gambar 5.8 Negara Eksportir Timah Murni Batangan. Sumber: Trade Map (2016), diolah Berdasarkan data Trade Map (2016), timah murni batangan atau timah tidak ditempa, bukan paduan (HS ) pada tahun 2014 sebagian besar diimpor oleh negara-negara maju seperti Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dsb. Pasar untuk jenis timah ini juga tersebar pada negaranegara berkembang yang cenderung memiliki industri yang padat karya seperti India dan RRT. Jenis timah ini biasa digunakan sebagai bahan dasar 82

93 Perdagangan Timah di Luar Negeri untuk industri manufaktur yang membutuhkan teknologi dan tenaga kerja banyak. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa pasar timah murni batangan terbesar adalah Singapura dengan nilai impor sebesar USD 807,9 juta pada tahun Pasar terbesar kedua adalah Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar USD 775,6 juta, diikuti oleh Jepang (USD 580,4 juta), Jerman (USD 463,5 juta), Korea Selatan (USD 328,1 juta), Belanda (USD 255,6 juta), India (USD 199,9 juta), Taiwan (USD 190,8 juta), Malaysia (USD 150,3 juta), dan RRT (USD 175,7 juta). Perlu diketahui bahwa Singapura merupakan pengimpor timah terbesar dan sekaligus salah satu negara pengekspor terbesar di dunia. Tabel 5.3. juga memperlihatkan bahwa rasio antara nilai impor dengan volume yang diimpor oleh Singapura berbeda jauh dengan rasio negara-negara lain yang juga bertindak sebagai importir. Data dari Trade Map (2016) tersebut memperlihatkan bahwa nilai timah dengan kode HS yang diimpor Singapura sebesar USD 807,9 juta dengan volume kebutuhan sebesar 415,7 ribu ton. Berbeda dengan Amerika Serikat yang memiliki nilai impor sebesar USD 775,6 juta dengan volume kebutuhan hanya sebesar 35,1 ribu ton pada tahun Kondisi sebaliknya ditunjukkan oleh data Amerika Serikat. Selain faktor jarak yang jauh antara Amerika Serikat dengan penghasil timah terbesar yang cenderung terkonsentrasi di Indonesia, data ini juga menunjukkan bahwa telah terjadi pertambangan ilegal antara Singapura dan Indonesia. Tabel 5.3 Pasar Impor Timah Murni Batangan Tahun 2014 Negara Pengimpor Juta Dollar (USD) Nilai Pangsa 2014 (%) Ribu Ton Dunia 5.264,97 616,81 Volume Pangsa 2014 (%) Singapura 807,96 15,35 415,71 67,4 Amerika Serikat 775,62 14,73 35,12 5,69 Jepang 580,42 11,02 25,48 4,13 Jerman 463,52 8,8 20,56 3,33 Korea Selatan 328,12 6,23 14,45 2,34 Belanda 255,68 4,86 11,28 1,83 India 199,91 3,8 8,88 1,44 Taiwan 190,82 3,62 8,44 1,37 Malaysia 150,3 2,85 8,18 1,33 RRT 175,7 3,34 7,77 1,26 Sumber: Trade Map (2016), diolah 83

94 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Timah Solder Selain jenis timah murni batangan yang diekspor oleh Indonesia, kategori timah solder juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total ekspor timah Indonesia. Jenis timah ini biasanya digunakan pada industri listrik, otomotif dan juga elektronik (Roddy, 1995). Timah solder sering digunakan untuk menyambung beberapa lapisan perangkat yang membutuhkan kabel atau logam lain pada sirkuit khusus. Gambar 5.9 menunjukkan bahwa untuk jenis timah solder pada tahun 2014, ekspor Indonesia masih tertinggal dengan beberapa negara seperti Singapura, Jepang, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2014, lebih dari 23% kebutuhan dunia jenis timah solder disupply oleh Singapura. Setelah Singapura, negara yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap kebutuhan dunia akan jenis timah ini adalah Jepang sebesar 14%, dan Amerika Serikat sebesar 12%. Sementara Indonesia dan RRT sama-sama memberikan kontribusi 11% terhadap kebutuhan dunia. Sumber: Trade Map (2016), diolah Gambar 5.9 Negara Eksportir Timah Solder. Berdasarkan data yang diperoleh dari Trade Map (2016), pasar timah solder pada tahun 2014 sebagian besar adalah negara-negara Asia seperti RRT, Singapura, Thailand, dan Malaysia. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa pasar timah solder terbesar adalah RRT dengan nilai impor sebesar USD 414,78 juta pada tahun Pasar terbesar ke-dua adalah Singapura dengan nilai impor sebesar USD 282,4 juta, diikuti oleh Thailand (USD 263,26 juta), Malaysia (USD 189,45 84

95 Perdagangan Timah di Luar Negeri juta), Mexico (USD 188,75 juta), Hong Kong (USD 163,74 juta), Amerika Serikat (USD 151,72 juta), Indonesia (USD 103,48 juta), Taiwan (USD juta), dan Korea (USD 95,56 juta). Tabel 5.4 Pasar Impor Timah Solder Tahun 2014 Negara Pengimpor Juta Dollar (USD) Nilai Pangsa 2014 (%) Ribu Ton Dunia 3.273,45 370,44 Volume Pangsa 2014 (%) RRT 414,78 12,67 26,82 7,24 Singapura 282,4 8,63 17,08 4,61 Thailand 263,26 8,04 12,75 3,44 Malaysia 189,45 5,79 18,2 4,91 Mesiko 188,75 5,77 15,58 4,21 Hong Kong 163, ,23 2,22 Amerika Serikat 151,72 4,63 13,03 3,52 Indonesia 103,48 3,16 25,99 7,01 Taiwan 102,92 3,14 4,23 1,14 Korea Selatan 95,56 2,92 12,3 3,32 Sumber: Trade Map (2016), diolah Barang Lainnya Dari Timah Jenis timah yang dikategorikan sebagai barang lainnya dari timah merupakan salah satu produk timah yang memberikan kontribusi besar terhadap ekspor Indonesia. Jenis timah ini biasanya berbentuk pelat, lembaran, strip, foil, pembuluh, pipa, alat kelengkapan pembuluh atau kelengkapan pipa, tempat atau kotak sigaret, asbak, peralatan rumah tangga lainnya, dan tabung yang dapat dilipat (Permendag No. 33 Tahun 2015). Gambar 5.10 menunjukkan bahwa berdasarkan data Trade Map (2016), pada tahun 2014, Indonesia merupakan eksportir utama dunia untuk jenis barang lainnya dari timah. Lebih dari 23% kebutuhan dunia jenis barang lainnya dari timah ini disupply oleh Indonesia. Setelah Indonesia, negara yang memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap kebutuhan dunia akan jenis timah ini adalah RRT sebesar 21%, Jepang sebesar 10%, dan Nigeria sebesar 9%. 85

96 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Gambar 5.10 Negara Eksportir Barang Lainnya dari Timah Tahun Sumber: Trade Map (2016), diolah Tabel 5.5 menujukkan bahwa pasar barang lainnya dari timah terbesar adalah Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar USD 53 juta pada tahun Pasar terbesar ke-dua adalah RRT dengan nilai impor sebesar USD 46,25 juta, diikuti oleh Singapura (USD 32,19 juta), Taiwan (USD 28,71 juta), Selandia Baru (USD 27,94 juta), Inggris (USD juta), Uni Emirat Arab (USD 16,95 juta), Korea Selatan (USD 15,95 juta), dan Belgia (USD 15,85 juta). Tabel 5.5 Pasar Barang Lainnya dari Timah Tahun 2014 Negara Pengimpor Juta Dollar (USD) Nilai Pangsa 2014 (%) Ribu Ton Volume Pangsa 2014 (%) Dunia 469,76 64,24 Amerika Serikat 53,00 11,28 4,54 7,07 RRT 46,25 9,85 1,20 1,87 Singpura 32,19 6,85 1,54 2,39 Taiwan 28,71 6,11 0,54 0,84 Selandia Baru 27,94 5,95 21,04 32,75 Inggris 26,25 5,59 4,27 6,65 Uni Emirat Arab 16,95 3,61 0,90 1,39 Malaysia 16,65 3,54 2,48 3,86 Korea Selatan 15,95 3,40 1,08 1,68 Belgia 15,85 3,37 0,76 1,18 Sumber: Trade Map (2016), diolah 86

97 Perdagangan Timah di Luar Negeri 5.5 Daya Saing Timah di Pasar Internasional Timah Indonesia sudah memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan kebutuhan timah di dunia. Data Trade Map (2016) memperlihatkan sekitar 30% kebutuhan timah di pasar Internasional disuplai oleh Indonesia. Seiring dengan berkembangnya teknologi serta meningkatnya kebutuhan akan timah di pasar global, maka Indonesia harus terus mengembangkan produk-produk timahnya agar mampu bersaing secara kompetitif dengan negara-negara penghasil timah lainnya. Untuk mengetahui tingkat daya saing produk-produk timah Indonesia di pasar internasional, maka digunakan perhitungan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). RCA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu wilayah. Pengukuran metode ini adalah kinerja suatu produk dari suatu negara diukur dengan menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia. Penghitungan RCA produk timah Indonesia pada nantinya bisa digunakan untuk menilai jenis timah apa yang bisa dikembangkan Indonesia. Tabel 5.6 Kode HS Produk Timah Indonesia yang Berdaya Saing di Pasar Global, Produk RCA TOTAL Semua Produk Timah Murni Batangan Timah bukan paduan, tidak ditempa 32,144 30,401 35,678 34,333 31, Timah paduan, tidak ditempa 0 0 0, , Timah Solder Pickling preparations for metal surfaces; soldering, brazing or welding pastes & powders 0,005 0,024 0,017 0,007 0, Tin bars, rods, profiles and wire 2,712 2,176 1,612 17,193 11, Coated rods & cored wire, of base metal, for soldering, brazing, or welding by flame Wire, rods, tubes, plates, electrodes and the like, of base metal or of metal carbides, coated or cored with flux material, for soldering, brazing, welding or deposition of metal or metal carbides, n.e.s, and wire and rods of agglomerated base metal powder, for metal spraying, n.e.s Barang Lainnya Dari Timah 0,438 0,1 0,138 1,589 20,45 14,132 13,815 0,112 0,349 0, Barang lainnya 0,966 1,596 14,393 3,69 19,14 Ekspor Terbatas Limbah timah dan scrap 0,683 0,5 0,856 0,757 0,441 Sumber: Trade Map (2016), diolah 87

98 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Berdasarkan perhitungan nilai RCA pada Tabel 5.6, timah Indonesia yang berdaya saing (bernilai 1) pada tahun 2014 berjumlah lima jenis produk timah, artinya lima produk tersebut yang merupakan produk unggulan timah Indonesia di pasar Internasional. Lima produk timah Indonesia yang berdaya saing antara lain adalah HS (Tin not alloyed unwrought atau Timah Murni Batangan), HS (Coated rods & cord wire of base metal for soldering, brazing/ weldging by flame atau Timah Solder), HS (Tin bars, rods, profiles and wire atau Timah Solder), HS (Tin alloys unwrought atau Timah Murni Batangan), dan HS (Tin articles nes atau Barang Lainnya Dari Timah). Apabila melihat daya saing produk timah jenis Tin not alloyed unwrought, maka dapat diketahui bahwa daya saing jenis produk timah ini sangat baik dengan nilai indeks sebesar 31,22 pada tahun Namun apabila dibandingkan tahun sebelumnya, daya saing Tin not alloyed unwrought selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Berbeda dengan produk Coated rods & cord wire of base metal for soldering, brazing/welding by flame, dan juga produk Tin articles nes yang menunjukkan adanya tren peningkatan daya saing dari tahun ke tahun. Produk Coated rods & cord wire of base metal for soldering, brazing/welding by flame, pada tahun 2014, memiliki indeks sebesar 20,45 padahal tahun-tahun sebelumnya produk ini berdaya saing sangat rendah. Sama halnya dengan produk Tin articles nes yang menunjukkan adanya peningkatan indeks daya saing yang signifikan. 5.6 Permasalahan Terkait Timah Indonesia Ekspor Timah Ilegal Permasalahan terkait ekspor timah adalah maraknya kegiatan penambangan timah ilegal yang ekspornya tidak melaui pencatatan resmi oleh kepabeanan atau bea cukai. Kegiatan illegal mining terhadap bahan baku timah masih kerap terjadi di Indonesia. Dikutip dari Jawapos.com (2016), pada tanggal 17 Maret 2016 lalu telah terjadi upaya penyelundupan timah dari Belitung ke luar negeri. Kemudian pada tanggal 8 April 2016, kembali terjadi upaya penyelundupan 14 ton pasir timah ke Singapura (Tribunnews.com, 2016). Pada tahun 2014, Indonesia Corruption Watch mencatat data ekspor ilegal yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu Gambar 5.11 menjelaskan kegiatan ekspor ilegal timah untuk kode HS 8001 (timah tidak ditempa) dengan membandingkan data negara eksportir dengan data negara importir. Selisih antara data eksportir dengan importir diasumsikan sebagai jumlah ekspor timah ilegal. Gambar 5.11 menunjukkan bahwa kegiatan ekspor timah ilegal untuk kode HS 8001 masih terus terjadi dari tahun ke tahun. Angka 88

99 Perdagangan Timah di Luar Negeri ekspor tertinggi tercatat pada tahun 2004 dan 2006, yaitu masing-masing sebesar MT (Metrik Ton) dan MT. Pada tahun 2013, ekspor ilegal tercatat menurun yakni MT. Secara total, dari kurun waktu , tercatat ekspor ilegal sebesar MT. 200, , ,000 50,000 - (50,000) ,000) Data Resmi Pemerintah RI Data Resmi Negara Pembeli Selisih (Ilegal) Gambar 5.11 Perbandingan Ekspor Timah Tidak Ditempa HS 8001 (MTon), Data Negara Eksportir vs Data Negara Importir. Sumber: Indonesia Corruption Watch (2014) Besarnya ekspor timah ilegal tentunya menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, terutama pada sisi pendapatan royalti serta pajak penghasilan badan (PPh badan). Jika dihitung dari jumlah pendapatan royalti dan pajak yang hilang, maka diperkirakan dalam kurun waktu , jumlah kerugian yang dialami Indonesia adalah sebesar USD 362,750 juta atau setara dengan Rp 4,171 triliun (dengan asumsi kurs USD 1 adalah Rp ). Peran BKDI (Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia) Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) berdiri sejak tahun 2009 melalui keputusan Kepala Bappebti No.26/BAPPEBTI/KP/6/2009. Dengan kehadiran BKDI sebagai bursa berjangka yang baru, maka hingga saat ini di Indonesia telah terbentuk 2 Bursa Berjangka yaitu PT. Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) yang sudah beroperasi sejak Desember 2000 dan PT. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia. Kehadiran BKDI tersebut, diharapkan akan memberikan dampak positif bagi pengembangan industri Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) di Indonesia, di mana akan terjadi persaingan yang sehat di antara BBJ dan BKDI. Dengan demikian, para pelaku usaha mempunyai pilihan dalam melakukan kegiatan lindung nilai, investasi, dan mendapatkan referensi harga yang sangat dibutuhkannya dalam meningkatkan daya saing di pasar global. 89

100 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Salah satu fungsi keberadaan BKDI pada komoditas timah adalah untuk mencegah terjadinya perdagangan timah ilegal. Semua perdagangan timah kini harus melalui BKDI dengan harapan harga timah dalam negeri akan terbentuk melalui bursa tersebut sehingga bisa digunakan sebagai acuan untuk harga nasional dan global. Namun, keberadaan BKDI belum sepenuhnya dirasakan manfaatnya bagi perusahaan-perusahaan timah di Indonesia karena sejumlah aturan dan mekanisme yang tidak sesuai dengan harapan. Salah satu yang dikeluhkan adalah perbedaan harga timah antara PT. BKDI dengan LME (London Metal Exchange). Mengutip berita dari Kontan. co.id (2015),harga terendah timah jenis TINPB300 pada bulan September 2015 sebesar USD /MTon. Harga ini lebih mahal dibandingkan kontrak pengiriman timah tiga bulan di LME yang merupakan bursa acuan internasional, yakni USD /MTon. Terdapat selisih harga yang cukup jauh, yakni mencapai USD 265/MTon. Tingginya Biaya Penerbitan Laporan Surveyor dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 33 Tahun 2015 Terbitnya Permendag No.33 tahun 2015 merupakan revisi atas peraturan sebelumnya yaitu Permendag No. 44 tahun 2014 yang mengatur tentang Ekspor Timah. Tujuan penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan No. 33 Tahun 2015 pada dasarnya adalah: 1. Dalam rangka menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup, mendorong peningkatan nilai tambah dan kegiatan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan upaya untuk mengoptimalkan manfaat ekspor timah; 2. Dalam rangka meningkatkan nilai ekspor dan peran Indonesia dalam penentuan harga timah dunia, perlu mengatur mekanisme perdagangan timah Indonesia. Sayangnya, kedua tujuan tersebut masih banyak yang belum dirasakan manfaatnya oleh pelaku usaha timah, justru sebaliknya mereka sering kali merasa dibebani oleh biaya penerbitan Laporan Surveyor (LS) yang diwajibkan dalam Permendag No.33 Tahun 2015 ini. Dikutip dari Bangkanews.co.id (2015), salah satu pasal yang dianggap merugikan adalah Pasal 23 yang menyebutkan bahwa surveyor adalah perusahaan survei yang mendapat otoritas untuk melakukan verifikasi atau penelusuran teknis, serta surveyor merupakan pihak yang berhak untuk mengeluarakan LS. Hal ini dinilai menghambat pelaku usaha untuk mengekspor produk timah, karena selama ini yang mengeluarkan LS adalah pemerintah daerah. 90

101 Perdagangan Timah di Luar Negeri Tingginya biaya penerbitan LS juga dikeluhkan oleh Asosiasi Solder Indonesia. Menurut asosiasi tersebut, biaya LS sangat membebani kegiatan ekspor solder semenjak diberlakukan Permendag No.33 Tahun Meskipun fungsi surveyor diantaranya adalah menghimpun keterangan mengenai kandungan logam timah (Stannum/Sn); dimensi ukuran, berat, bentuk, pengemasan; dan jumlah, jenis timah, dan nomor pos tariff/ HS, seharusnya keterangan yg dibutuhkan oleh surveyor sudah ter-cover di dalam bukti (receipt) pembelian dari BKDI. Selain itu, kepemilikan sertifikat Clear and Clean (CnC) dari pelaku usaha seharusnya sudah cukup mewakili asal usul bijih timah maupun rekam jejak perusahaan timah tersebut. Untuk mendapatkan hasil laporan surveyor, para pelaku usaha harus mengeluarkan biaya yang cukup besar (Rp 1,5 juta/sampling; Rp 500 ribu/ analisa; Rp 3,3 juta/verifikasi). Biaya ini dikeluhkan oleh Asosiasi Solder Indonesia yang menjadi salah satu faktor penghambat untuk ekspor timah ke luar negeri, berhubung biaya ini harus dikeluarkan per pengiriman. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah mengevaluasi kembali biaya surveyor tersebut agar tidak membebani para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya, serta untuk mendukung hilirisasi timah nasional. 5.7 Penutup Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan timah terbesar di dunia. Letak geografis Indonesia di jalur timah asia, membuat Indonesia sangat diuntungkan untuk mengembangkan produk hulu maupun hilir timah. Sayangnya, produk timah Indonesia yang masih diunggulkan untuk ekspor dan berdaya saing adalah timah jenis timah murni batangan semata. Masih banyak produk turunan timah yang memiliki tingkat competitiveness rendah. Hilirisasi produk timah sejatinya menjadi prioritas pemerintah Indonesia agar produk timah mendapatkan nilai tambah (value added) yang besar. Cita-cita para pelaku usaha timah untuk mengembangkan bahkan untuk ekspansi produk hilir timah ke luar negeri masih kesulitan karena dibebani oleh biaya, aturan dan regulasi yang berlaku. Salah satunya adalah biaya Laporan Surveyor, yang diwajibkan dalam Permendag No. 33 Tahun Peraturan yang awalnya dibentuk untuk mengendalikan ekspor timah Indonesia sehingga dapat ikut mendongkrak harga timah dunia, dinilai menambah beban para pelaku usaha. Tata niaga perdagangan yang mengatur jenis, ukuran, hingga bentuk timah yang diperbolehkan untuk diekspor, semakin membatasi pelaku usaha untuk melakukan ekspor. Sementara, penyerapan timah dalam negeri sangat sedikit dibandingkan kebutuhan dunia. 91

102 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Sebagai tindak lanjut, ada baiknya biaya untuk memperoleh LS yang diwajibkan dalam Permendag No.33 Tahun 2015 dikaji ulang sebagai upaya untuk mendukung hilirisasi produk timah, serta meningkatkan surplus perdagangan Indonesia melalui ekspor timah yang sustainable. Berbagai hambatan mulai dari regulasi hingga kegiatan ekspor timah ilegal perlu segera diselesaikan, agar niat pemerintah untuk mempengaruhi harga timah dunia dapat segera terwujud. DAFTAR PUSTAKA Antaranews.com. (2007). Kendala Bahan Baku Paksa Singapura Revisi Target ProduksiTimah. Diakses pada 17 Februari 2016 dari Beritasatu.com. (2015). Industri Smelter Butuh Tax Holiday. Diakses tanggal 12 Februari 2016 dari industri-smelter-butuh-tax-holiday.html. BPPKP. (2014). Analisis Dampak Kebijakan Ekspor Timah Terhadap Kinerja Timah Indonesia.Laporan Penelitian dari Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdaagangan (BPPKP), Kementerian Perdagangan. BPPKP. (2015). Pemetaan Produk Timah Terkait Unsur Komersial Maupun Unsur Teknis.Laporan Penelitian dari Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdaagangan (BPPKP), Kementerian Perdagangan. BPS. (2016). Realisasi Ekspor Impor Timah Indonesia ke Dunia. Laporan Statistik, BPS Jakarta. Detik Finance. (2014). RI Jadi Eksportir Timah Terbesar Kalahkan Tiongkok. Diakses tanggal 16 Februari 2016 dari ad/2014/10/17/122450/ /4/ri-jadi-eksportir-timah-terbesarkalahkan-tiongkok. Dwiarto, D Potensi dan Tantangan Pertambangan di Indonesia. Makalah Ilmiah, Asosiasi Pertambangan Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW). (2014). Membongkar Mafia Ekspor Timah Ilegal Indonesia.Kajian Ekspor Timah Ilegal ICW. Indonesia Corruption Watch, 2 Mei Jakarta. 92

103 Perdagangan Timah di Luar Negeri Jawapos.com. (2016). 4 Ton Timah Ilegal gagal Masuk Singapura, 2 Warga Bangka Tersangka. Diakses tanggal 27 April 2016 dari jawapos.com/read/2016/03/19/21454/4-ton-timah-ilegal-gagalmasuk-singapura-2-warga-bangka-tersangka. Kontan.co.id. (2014). Harga Timah BKDI Memicu Polemik. Diakses tanggal 9 Mei 2016 dari Manfaat.co.id. (2015). Manfaat Timah Dalam Kehidupan Sehari Hari. Diakses tanggal 8 April 2016 dari Mongabay.co.id. (2016). Nasib Keindahan Puau Bangka Belitung Kala Tertimpa Kutukan Timah. Diakses tanggal 15 Februari 2016 dari Neraca.co.id. (2016). Pendapatan PT Timah Terkoreksi 8,5% Harga Timah Anjlok. Diakses tanggal 19 April 2016 dari article/66529/pendapatan-pt-timah-terkoreksi-85-harga-timahanjlok. Okezone.com. (2015). Tak Punya Tambang Malaysia & Singapura Malah Ekspor Timah. Diakses tanggal 12 Februari 2016 dari economy.okezone.com/read/2015/06/26/320/ /tak-punyatambang-malaysia-singapura-malah-ekspor-timah. PT Timah (Persero) Tbk. (2011). Go Offshore, Go Deeper. Laporan Tahunan PT Timah Tahun PT Timah (persero) Tbk. Jakarta. Roddy, Peter. (1995). The International Tin Trade. Woodhead Publishing Limited, Cambridge England. Schwartz, M. O. dan Rajah, S.S. (1995). Southeast Asian Tin Belt. Earth Science Reviews, Volume 38, Issue 2, p Sindonews.com. (2015). Ini Instruksi Jokowi Berantas Tambang Ilegal. Diakses tanggal 17 Februari 2016 dari read/ /34/ini-instruksi-jokowi-berantas-tambang-timahilegal Trade Map. (2016). Data Ekspor Impor Timah Indonesia Periode Diakses tanggal 16 Februari dari Map.org. Tribunnews.com. (2015). Harga Anjlok Dua Smelter Timah Bertahan. Diakses tanggal 7 Maret 2016 dari com/2015/07/14/harga-anjlok-dua-smelter-timah-bertahan. 93

104 Ridho Meyrandoyo Hastjarjo Tribunnews.com. (2016). Modus Ekspor Arang Ternyata PT. WPS Bawa Pasir Timah Ilegal Asal Bangka. Diakses tanggal 27 April 2016 dari bangka.tribunnews.com/2016/04/12/modus-ekspor-arang-ternyatapt-wps-bawa-pasir-timah-ilegal-asal-bangka. World Bank. (2015). Commodity Price Data. Diakses tanggal 16 Februari dari 94

105 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan BAB VI PROSPEK PASAR DAN PERDAGANGAN TIMAH: PELUANG DAN TANTANGAN Kumara Jati 6.1 Pendahuluan Komoditas timah di Indonesia sudah mendunia sejak abad ke tujuh di zaman kejayaan Kerajaan Sriwijaya (Bappebti, 2013). Hingga saat ini, timah merupakan salah satu produk potensial pertambangan dan ekspor di Indonesia. Adanya peningkatan permintaan atas produk timah dan olahannya di pasar domestik maupun internasional menjadikan timah sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan bisa diandalkan sebagai komoditas ekspor unggulan. Disamping kondisi pasar yang bersifat dinamis, ada beberapa tantangan yang didapat oleh pebisnis komoditas timah. Tantangan utamanya yaitu relatif rendahnya kualitas timah yang ditambang dan diolah di Indonesia sehingga sulit untuk memenuhi ketentuan negara tujuan ekspor. Tantangan lain adalah masalah pertambangan, pemberian nilai tambah, relatif sulitnya mendapat bahan baku, dan permintaan industri dalam negeri yang masih rendah. Semakin berkurangnya cadangan timah di Indonesia merupakan salah satu konsekuensi dari eksploitasi tambang timah yang berlebihan berakibat pada produksi timah yang berkelanjutan sulit untuk dicapai. Dalam mengatasi hal ini, pemerintah pusat, pemerintah daerah, penambang serta pengusaha timah dapat berkoordinasi dan berupaya menyusun rancangan dan perencanaan yang matang dalam rangka mengelola komoditas timah sehingga dapat memberikan pasokan bahan baku kepada industri dalam negeri dan tetap dapat meraih serta mempertahankan pangsa pasar timah di luar negeri. Bagian ini membahas tentang prospek perdagangan dalam negeri dan prospek perdagangan luar negeri yang terdiri dari prospek produksi, konsumsi, tantangan, peluang serta strategi komoditas timah. Pembahasan mengenai prospek timah di masa depan akan sangat penting untuk memprediksi potensi yang bisa dikembangkan oleh stakeholder supaya bisa berguna bagi bangsa dan negara. 95

106 Kumara Jati 6.2 Prospek Perdagangan Timah Dalam Negeri Produksi Timah di Dalam Negeri Perkembangan produksi timah di Indonesia relatif menurun dari tahun 2002 ke tahun 2012 lalu meningkat drastis di tahun 2013, tetapi turun lagi di tahun Tren penurunan produksi dari tahun 2002 ke 2014 hanya sebesar 2,31%, penurunan lebih besar terjadi dari tahun 2002 ke 2012 sebesar 7,61%, dan penurunan produksi terbesar terjadi tahun 2013 ke 2014 sebesar 11,76%. Kondisi produksi timah tahun 2013 dan tahun 2014 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan peningkatan harga timah dunia. Apabila harga timah dunia tinggi maka ada insentif bagi produksi timah dunia untuk meningkat karena mayoritas produksi timah Indonesia merupakan produk ekspor. Tren produksi timah di Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2014 menunjukkan penurunan sebesar 0,02%. Dengan angka ini maka bisa diprediksi produksi timah di Indonesia pada tahun diperkirakan akan menurun berturut-turut menjadi sebesar metrik ton, metrik ton, metrik ton, metrik ton, metrik ton, dan metrik ton. Meskipun demikian, ternyata tren perkembangan harga timah dunia dalam periode menunjukkan tren yang meningkat. Prediksi harga timah dunia pada tahun 2017 akan meningkat berdasarkan prediksi Bank Dunia dan EIU Economic and Commodity Forecast (2015). Apabila regulasi, penegakan hukum, pelaku usaha, konsumsi timah dalam negeri naik dan permintaan timah dunia meningkat maka bisa saja prediksi produksi timah hingga tahun 2020 yang menurun ternyata dapat meningkat seiring dengan peningkatan harga timah dunia. 96

107 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan Ton Produksi Timah Indonesia Harga Timah Dunia (RHS) USD/Ton Gambar 6.1 Produksi Timah Indonesia, dan Prediksi Produksi Timah tahun dibandingkan harga Timah Dunia. Sumber: USGS (2014) dan LME (2015), diolah f 2016f 2017f 2018f 2019f 2020f Strategi Mengatasi Hambatan Sekaligus Meraih Peluang Berdasarkan beberapa peraturan seperti UU No.4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Permen ESDM No.8 tahun 2015 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, serta Permendag No.33 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permendag No.44 Tahun 2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah terlihat bahwa rencana jangka panjang pemerintah yaitu ingin memberikan nilai tambah terhadap timah yang diekspor dan membangun industri hilir timah. Ada beberapa hambatan dalam mensukseskan rencana besar pemerintah ini diantaranya yaitu: belum siapnya teknologi dan infrastruktur di dalam negeri, investasi yang dibutuhkan untuk membangun industri hilir timah cukup besar, dan proporsi ekspor timah terhadap PDRB Propinsi Bangka Belitung cukup tinggi yaitu 49% (BPS, 2015). Hambatan ini sebenarnya apabila dapat ditangkap oleh pelaku usaha serta investor dalam atau luar negeri bisa menjadi peluang dan prospek bisnis yang luar biasa

108 Kumara Jati 6.3 Prospek Perdagangan Luar Negeri Harga timah internasional yang terbentuk merupakan hasil interaksi dari penawaran dan permintaan timah. Harga ini dipengaruhi oleh jumlah timah yang ditransaksikan. Dari posisi pembeli/demand, semakin banyak timah yang ingin dibeli maka dapat meningkatkan harga timah. Sementara dari sisi penjual/supply, semakin banyak timah yang ingin dijual maka dapat menurunkan harga timah. Faktor-faktor yang mempengaruhi sisi supply komoditas timah relatif sulit untuk dikendalikan. Ada banyak penelitian yang sudah dilakukan tentang faktor yang mempengaruhi pembentukan harga komoditas timah, yaitu: permintaan timah, penawaran timah, kondisi ekonomi dunia, persediaan timah dan industri timah di Indonesia (Adeyanju, 2014). USD/Ton Nov-85 Oct-86 Sep-87 Aug-88 Jul-89 Jun-90 May-91 Apr-92 Mar-93 Feb-94 Jan-95 Dec-95 Nov-96 Oct-97 Sep-98 Aug-99 Jul-00 Jun-01 May-02 Apr-03 Mar-04 Feb-05 Jan-06 Dec-06 Nov-07 Oct-08 Sep-09 Aug-10 Jul-11 Jun-12 May-13 Apr-14 Mar-15 Gambar 6.2 Harga Timah Internasional, (MTon). Sumber: World Bank (2015) Berdasarkan penelitian dari Shanghai Futures Exchange (SHFE, 2014), ada lima faktor utama yang mempengaruhi harga timah, yaitu: hubungan pasokan dan permintaan, perkembangan ekonomi domestik dan global, kebijakan impor dan ekspor, biaya produksi dan nilai tukar. Penelitian ini bisa menjelaskan secara sederhana apa yang menyebabkan harga timah seperti Gambar 6.2. Pada tahun 2008, terdapat kasus krisis finansial global sehingga pertumbuhan ekonomi dunia menurun. Turunnya pertumbuhan ekonomi ini 98

109 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan menyebabkan daya beli dan permintaan akan timah menurun sehingga harga timah juga turun pada tahun Hal yang sama terjadi pada tahun 2015, dimana perekonomian dunia melambat sehingga menyebabkan permintaan industri yang biasa membeli timah berkurang sehingga harga timah di tahun 2015 cenderung menurun. Tabel 6.1 Harga Timah dan Minyak Mentah Internasional serta Prediksinya, Harga Perub. 19/ 15 (%) Tren (%) Timah (000 USD/MTon) 19,2 20,2 19,8 14,6 15,2 17,0 18,0 17,8 21,9-0,02 Minyak Mentah (USD/barrel) ,1 96,2 50,8 29,9 35,8 39,7 43,1-15,2-0,16 Sumber: Prediksi harga timah dari EIU (2015) dan prediksi harga minyak dari Commodity Price Forecasts IMF (2016), diolah Harga timah internasional selama kurun waktu sebesar rata-rata USD /MTon. Berdasarkan prediksi Economist Intelligence Unit and Commodity Forecast (EIU, 2015) harga timah internasional ratarata untuk tahun akan turun menjadi USD /MTon. Dengan demikian secara rata-rata harga timah internasional antara tahun akan menjadi USD /MTon. Prediksi harga timah ini sebenarnya memberikan secercah harapan karena harga timah pada tahun 2015 sebesar USD /MTon merupakan yang terendah sejak tahun 2009 dimana harga timah hanya USD /MTon. Pada tahun 2016, diharapkan harga timah akan mencapai USD /MTon atau diperkirakan akan terjadi kenaikan sebesar 4,1% dibandingkan tahun Peningkatan harga timah juga diperkirakan terjadi pada tahun 2017 dan Namun pada tahun 2019 diperkirakan harga timah akan turun 1,1% menjadi USD /MTon dibandingkan Apabila dilihat dalam kurun waktu 8 tahun dari , terjadi tren penurunan harga timah sebesar 0,02. Hal yang hampir sama terjadi pada harga minyak mentah, dimana dalam kurun waktu 8 tahun juga terjadi tren penurunan harga sebesar 0,16. 99

110 Kumara Jati Tabel 6.2 Prediksi Harga Internasional Timah dan Komoditas Logam Lain, (ribu USD/metrik ton) Harga Perub. 23/ 16 Tren (%) (%) Timah 18,8 19,2 19,6 20,1 20,5 21,0 21,5 21,9 16,5 0,02 Nikel 14,5 14,8 15,2 15,6 15,9 16,3 16,7 17,1 17,9 0,02 Tembaga 5,9 6 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 11,9 0,02 Timbal 1,8 1,9 1,96 2,02 2,07 2,13 2,2 2,26 25,6 0,03 Seng 2,05 2,1 2,14 2,19 2,24 2,29 2,34 2,39 16,6 0,02 Sumber: World Bank (2015), diolah Selain EIU (2015) dan IMF (2016), World Bank (2015) juga mengeluarkan prediksi harga internasional timah dan komoditi logam lainnya termasuk nikel, tembaga, timbal dan seng. Harga timah termasuk paling mahal jika dibandingkan dengan komoditas logam lainnya (kategori bukan logam berharga) seperti nikel, tembaga, timbal dan seng. Prediksi dari Bank Dunia ini sedikit berbeda dengan prediksi EIU dan IMF karena tren harga timah diperkirakan memiliki tren meningkat dari tahun 2016 sampai dengan tahun Peningkatan harga timah selama kurun waktu 8 tahun ke depan ternyata seiring dengan peningkatan harga komoditi logam lainnya dengan tren relatif sama sekitar 0,02-0,03%. Prediksi harga timah dari Bank Dunia relatif lebih tinggi (optimis) dibandingkan dengan prediksi harga timah dari EIU dan IMF dengan perbedaan harga sekitar USD 3.600/MTon di tahun 2016, USD 2.200/MTon di tahun 2017, USD 1.600/MTon di tahun 2018, dan USD 2.300/MTon di tahun Ekspektasi harga timah tahun oleh Bank Dunia relatif lebih tinggi dari EIU dan IMF diperkirakan salah satunya karena pertumbuhan konsumsi metal dunia dan konsumsi metal olahan RRT memiliki tren yang terus meningkat. Perkiraan peningkatan harga komoditas timah dari tahun 2016 ke 2023 relatif lebih rendah dibandingkan peningkatan harga timbal, nikel dan seng. Harga timbal diharapkan naik sebesar 25,6%, harga nikel naik 17,9%, harga seng naik 16,6% dan harga timah naik sebesar 16,5%. Apabila harga timah tahun 2023 sebesar USD /MTon ini benar terjadi maka harga ini merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2014 sebesar USD /MTon. Namun, harga timah sepanjang sejarah tetap tertinggi pada bulan April 2011 yaitu sebesar USD /MTon. 100

111 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan Produksi dan Konsumsi Timah di Pasar Internasional TON Total: Total: Negara Negara Lainnya Lainnya Peru Peru Peru Peru Negara Negara Negara Negara Lainnya Lainnya Lainnya Lainnya Peru Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia RRT RRT Negara Lainnya RRT Total: Total: Total: Total: Negara Lainnya RRT RRT Peru Peru Indonesia Indonesia RRT Total: RRT Total: Peru Indonesia RRT f 2016f 2017f 2018f 2019f 2020f Gambar 6.3 Produksi Negara Utama Penghasil Tambang Timah, (MTon). Sumber: USGS (2015) dan Roskill (2015), diolah Gambar 6.3 memperlihatkan produksi tiga negara utama penghasil tambang timah tahun Produksi timah dunia riil paling tinggi tahun 2014 sebesar metrik ton dimana kontribusi RRT merupakan terbesar yaitu metrik ton atau 42,2% produksi dunia dan Indonesia diurutan kedua yaitu metrik ton atau 28,4%. Namun, produksi timah dunia ini diperkirakan akan turun 5,7% menjadi hanya metrik ton di tahun 2015 jika dibandingkan tahun Penurunan produksi timah dunia ini salah satu penyebabnya diperkirakan terjadi karena turunnya produksi timah di RRT dan Indonesia sebesar 22,4% dan 16,7%. Selanjutnya, seiring dengan harapan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia, maka prediksi produksi timah dunia juga meningkat sebesar 1,1% menjadi metrik ton di tahun 2016 jika dibandingkan tahun Produksi timah dunia paling tinggi diperkirakan tahun 2020 sebesar metrik ton dimana kontribusi RRT merupakan yang terbesar yaitu metrik ton atau 42,2% produksi dunia dan Indonesia diurutan kedua yaitu metrik ton atau 28,4%. Data ini cukup menarik karena seiring dengan waktu terlihat bahwa proporsi produksi timah di RRT, Indonesia 101

112 Kumara Jati dan Peru turun sedangkan proporsi produksi negara lain penghasil timah meningkat. Jika produksi timah dunia ini dibagi berdasarkan benua maka ada 3 besar benua yang mendominasinya yaitu: Asia (83%), Amerika (14%) dan Eropa (3%). Meskipun Eropa hanya menguasai minoritas dari produksi dunia, tetapi bursa timah di London Exchange Market (LME) masih menentukan harga timah dipasar internasional. Padahal Asia menguasai mayoritas dari produksi timah dunia. Berdasarkan penelitian BPPKP (2014), harga timah di bursa LME hari ini akan mempengaruhi harga timah di bursa BKDI keesokan harinya atau harga timah di bursa BKDI dipengaruhi oleh harga timah di LME kemarin.dengan Direktur Utama PT. Timah Tbk, ada optimisme bahwa Indonesia harus bisa menjadi negara penentu harga timah internasional. 400 (ribu ton) 390 Konsumsi Timah Olahan Harga Timah (RHS) Ribu USD/MTon f 2017f 2018f 2019f 2020f 0 Gambar 6.4 Prediksi Konsumsi Timah Olahan dan Harga Timah Dunia. Sumber: Statista (2015) dan EIU (2015), diolah Berdasarkan gambar 6.4 terlihat prediksi konsumsi timah olahan dunia tertinggi terjadi pada tahun 2020 sebesar USD 394 ribu metrik ton. Rata-rata dalam waktu 9 tahun, konsumsi timah olahan dunia sebesar USD metrik ton. Terjadi peningkatan tren konsumsi timah olahan sebesar 0,014 dari tahun Angka ini berbanding terbalik dengan tren harga timah dunia yang turun sebesar 0,04 untuk periode waktu yang sama. Terjadi peningkatan konsumsi timah olahan tahun 2017 sebesar 7,1% jika dibandingkan tahun Keadaan ini berbanding terbalik dengan harga timah dunia yang pada tahun 2017 diperkirakan turun sebesar 11,5% jika dibandingkan dengan tahun Demikian juga terjadi peningkatan konsumsi timah olahan pada tahun 2020 sebesar 11,7% jika dibandingkan tahun

113 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan Keadaan ini ternyata berbanding lurus dengan harga timah dunia yang pada tahun 2020 diperkirakan naik sebesar 7,3% jika dibandingkan dengan tahun Secara sekilas terlihat bahwa pada tahun 2017 harga timah yang turun akan berakibat pada konsumsi timah olahan yang meningkat, tetapi seiring dengan perkembangan waktu ternyata pada tahun 2020 harga timah naik lagi dan salah satu faktor penariknya diperkirakan yaitu konsumsi timah. Konsumsi timah olahan dunia ini dapat dibagi dalam 6 sektor penggunaan timah (ITRI, 2011) yaitu: solder (52%), pelat timah (17%), bahan kimia (15%), kuningan dan perunggu (5%), industri kaca (2%), serta industri lainnya (10%) Ekspor Timah di Pasar Dunia Gambar 6.5 memperlihatkan enam negara utama pengekspor timah tahun Berdasarkan data terlihat bahwa ekspor timah dunia paling tinggi terjadi tahun 2011 sebesar USD juta dimana kontribusi Indonesia merupakan yang terbesar yaitu USD juta atau 26% ekspor timah dunia dan Singapura diurutan kedua yaitu USD juta dengan kontribusi 13% ekspor timah dunia. Data ini sangat menarik karena berdasarkan data US Geological Survey Mineral Resources Program (USGS, 2014) negara Singapura tidak tercatat sebagai salah satu produsen timah. Jadi ada indikasi bahwa Singapura hanya melakukan re-ekspor atau ilegal ekspor dari negara lain. Juta US$ Lainnya Thailand Bolivia Peru Malaysia Singapura Indonesia f 2016f 2017f 2018f 2019f 2020f Gambar 6.5 Perkembangan dan Proyeksi Ekspor Timah dari Negara Utama dan Dunia, Ket: HS= timah HS 8001,8002, 8003,8007, f=forecast. Sumber: Trade Map (2016), diolah 103

114 Kumara Jati Rata-rata dalam waktu 10 tahun, ekspor timah Indonesia, Singapura dan Malaysia berturut-turut sebesar USD juta, USD 900 juta dan USD 480 juta. Terjadi penurunan tren ekspor untuk semua negara sebesar rata-rata 0,07% dari tahun Penurunan ekspor terbesar terjadi pada negara Thailand sebesar 0,14% dan penurunan ekspor terkecil terjadi pada negara Bolivia sebesar 0,025%. Penurunan ekspor ini kemungkinan merupakan salah satu implikasi dari penurunan pertumbuhan ekonomi dunia Kebijakan Pemerintah di RRT Tambang timah di RRT terkonsentrasi di Propinsi Guangxi, Yunnan, Hunan, Jiangxi dan Mongolia. Proses produksi smelter terdiri dari 4 langkah utama yaitu: treatment awal timah konsentrat, smelting, refining dan treatment ash and slag (SHFE, 2014). Sejak tahun 2012 sampai dengan 2015 serta prediksi 2016, produksi timah yang telah diolah di RRT menunjukkan tren yang meningkat. Peningkatan ini tidak terlepas dari stabilnya produksi tambang timah di RRT dan kebijakan mengimpor konsentrat timah sebagai bahan produksi dari negara lain untuk industri timah di RRT (Roskill, 2015). Salah satu negara yang mensuplai konsentrat timah ke RRT yaitu Indonesia. Berdasarkan penelitian Erman (2007), timah yang diproduksi di Bangka juga diambil dan dipasarkan di Canton RRT. Konsumsi timah di RRT sebagian besar terkonsentrasi untuk solder, bahan kimia timah, lempengan timah, campuran timah (perunggu) serta float glass (SHFE, 2014). Meskipun demikian permintaan timah dunia yang tidak stabil beberapa tahun belakangan ini mempengaruhi permintaan untuk mengolah timah di RRT (Roskill, 2015). Jika dihubungkan dengan kebijakan timah di Indonesia, sejak diberlakukan Permendag No.44 tahun 2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah diperkirakan turut mempengaruhi penurunan ekspor timah ke RRT. Berdasarkan data Sucden (2015) terlihat bahwa ekspor timah Indonesia secara total tahun 2014 turun sekitar 17,1% jika dibandingkan tahun Hal ini merupakan salah satu hal yang menyebabkan RRT mencari alternatif negara pengekspor timah lainnya seperti Myanmar. 104

115 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan Peluang, Hambatan dan Strategi Tabel 6.3 Peluang, Hambatan dan Strategi Perdagangan Timah No. Peluang Hambatan Strategi 1. Terbukanya kesempatan melakukan hilirisasi karena meningkatnya produksi timah 2. Prediksi harga timah tahun 2017 akan naik 3. Pembuatan regulasi SNI timah solder untuk melindungi pelaku usaha/ importir timah solder supaya mendapatkan kualitas timah solder yang bagus. Sumber: Konsep Penulis (2016) Harga Timah Dunia dan Domestik Saat ini Turun Harga timah dunia mengacu pada pasar bursa LME Indikasi ekspor ilegal dari Babel Hilirisasi timah dan pengembangan industri turunannya seperti elektronik dan lampu -Ekspansi usaha untuk PT Timah dan perusahaan lainnya. - Meningkatkan perdagangan timah di BKDI sehingga dapat menjadi acuan harga timah internasional. -Pembuatan standardisasi dan Permendag terkait peningkatan kualitas timah solder dan barang lainnya dari timah. - Sosialisasi Permendag No 33 Tahun 2015, penegakan hukum dan pembinaan penambangan rakyat timah di Babel. Peluang pertama dalam industri timah adalah terbukanya kesempatan untuk melakukan hilirisasi karena meningkatnya produksi timah. Semangat hilirisasi dan penciptaan nilai tambah produk tambang termasuk timah sudah ada sejak pemerintah dan DPR memberlakukan UU No.4 tahun 1999 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Peraturan ini mengatur bahwa mineral pertambangan di Indonesia merupakan kekayaan alam yang tidak terbarukan yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga pengelolaannya harus dikuasai oleh negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian. Meskipun Propinsi Bangka Belitung merupakan daerah yang memiliki dan memproduksi timah terbesar dibandingkan daerah lain di Indonesia, pemerintah pusat berhak mengatur perdagangan timah ke luar negeri serta bagaimana supaya timah tersebut memberikan manfaat lebih besar bagi rakyat Indonesia. Peluang kedua yaitu adanya prediksi dari Bank Dunia bahwa harga timah diperkirakan akan naik menjadi sekitar USD /MTon di tahun 2017 dan akan terus meningkat harganya mencapai USD /MTon di tahun Peningkatan ini seiring dengan meningkatnya perekonomian dunia dengan salah satu indikatornya naiknya prediksi harga minyak mentah dunia. Prediksi peningkatan harga timah ini juga perlu diantisipasi dengan pembuatan regulasi 105

116 Kumara Jati seperti pajak ekspor progresif yang telah diterapkan untuk produk kelapa sawit. Regulasi ini bisa disiapkan konsepnya dari sekarang supaya kita tidak hanya mengekspor barang setengah jadi seperti timah murni batangan tetapi bisa mengekspor lebih banyak lagi produk-produk turunan dari timah serta mengurangi impor timah solder dari negara lain, khususnya dari RRT. Adanya usulan dari Asosiasi Solder Indonesia untuk membatasi impor timah solder dari timah perlu ditanggapi serius oleh pemerintah. Apabila secara terus-menerus Indonesia harus ekspor timah murni batangan saja dan mengimpor timah solder dari negara lain maka yang menerima value added hanya negara lain. Alasan industri manufaktur mengimpor timah solder dari negara lain adalah harga yang lebih murah, tetapi hal ini dapat disikapi dengan membuat industri solder dalam negeri menjadi lebih efisien. Pemerintah juga perlu mempertimbangkan pembuatan regulasi terkait SNI timah solder atau standardisasi solder sehingga pelaku usaha dan konsumen mendapatkan kualitas timah solder yang bagus. Hambatan pertama yang terjadi terkait industri timah saat ini yaitu harga timah domestik dan dunia yang sedang turun. Penurunan harga timah ini terjadi di tahun 2015 sebesar 27,7% menjadi USD /MTon dari sebelumnya sebesar USD /MTon di tahun Pelaku usaha yang memiliki modal besar seperti PT. Timah Tbk dapat menerapkan strategi peningkatan stok pada waktu harga rendah dan menjual lagi pada saat harga sudah bagus. Selain itu pelaku usaha juga bisa memberikan nilai tambah pada timah murni batangan dengan cara mengolahnya lagi menjadi timah solder sehingga harganya dapat meningkat. Hambatan yang kedua yaitu harga timah dunia mengacu pada pasar bursa LME di London dan bukan mengacu pada PT. BKDI yang menjadi pedagang bursa timah di Indonesia. Hal ini dimungkinkan terjadi karena timah diperdagangkan di PT. BKDI baru mulai tahun 2013 sedangkan LME didirikan tahun 1877 dan sudah berumur 139 tahun. Jadi sistem perdagangan, manajerial, fasilitas, data dan informasi relatif lebih lengkap dibandingkan dengan bursa timah yang relatif baru berdiri. Meskipun demikian, pelaku timah di Indonesia yang menguasai pangsa pasar dunia sekitar 80% ikut berperan menentukan harga timah dunia. Hambatan yang ketiga yaitu indikasi ekspor ilegal timah dari Babel ke negara tetangga Indonesia seperti Malaysia, Thailand dan Singapura. Perlu adanya sosialisasi peraturan perundang-undangan yang berlaku terutama Permendag No. 33 tahun Kalau memang sudah disosialisasikan tetap melakukan pelanggaran dan mengirim timah ke luar negeri secara ilegal maka perlu penegakan hukum supaya jera. Selain itu juga perlu adanya pembinaan bagi penambang rakyat timah di Babel dalam hal pelatihan dan 106

117 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan pendidikan bekerja sama dengan PT. Timah Tbk supaya penambang rakyat ini bisa menjual timahnya kepada perusahaan di Indonesia untuk diperjualbelikan secara resmi melalui BKDI. 6.4 Indikasi Ekspor Timah Ilegal Berdasarkan penelitian BPPKP (2014), Propinsi Bangka Belitung merupakan tempat yang mampu memproduksi timah Indonesia sebesar 68,5% dari industri smelter. Namun di propinsi ini juga terdapat masalah ekspor timah ilegal. Dari penelitian Kementerian ESDM (2013), perdagangan timah dari Bangka Belitung ke luar negeri yang tidak tercatat di Bea Cukai ini semakin meresahkan. Ada sejumlah royalti dari ekspor timah sebesar 3% yang seharusnya dibayarkan oleh pelaku usaha kepada negara menjadi hilang. Selain itu ada juga kerugian negara dari kewajiban pembayaran pajak perusahaan menjadi tidak dibayarkan (ICW, 2014). Kondisi geografis Propinsi Bangka Belitung yang strategis bisa menjadi peluang dalam perdagangan timah tetapi juga bisa menjadi tantangan untuk mencegah ekspor timah ilegal. Relatif dekatnya jarak antara Bangka Belitung dengan negara Singapura dan Penang di Malaysia membuat aktifitas perdagangan timah ilegal semakin mudah terjadi. Kondisi Propinsi Bangka Belitung dengan Propinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari ribuan pulau kecil semakin mempersulit patroli pengawasan laut untuk menangkap penyelundupan timah yang terjadi. Biasanya penyelundupan ini memanfaatkan pulau-pulau kecil di Kepri seperti Pulau Lingga sebelum berangkat ke negara Singapura atau Malaysia (Erman, 2007). Tabel 6.4 Perbandingan Data Ekspor Timah di BPS dan BKDI (MTon) Periode Ekspor Timah Timah Diperdagangkan di BKDI Selisih Timah diekspor dan di BKDI Januari-Desember Januari-Oktober Sumber: Bappebti (2016) dan BPS (2016), diolah Berdasarkan Tabel 6.4 terlihat bahwa ada perbedaan antara data ekspor timah dengan timah yang diperdagangkan di BKDI. Ternyata pada periode Januari-Desember 2014, terjadi perbedaan sebesar metrik ton ekspor timah lebih besar dibandingkan timah yang diperdagangkan di BKDI. Padahal, mayoritas timah yang diperdagangkan di BKDI merupakan timah untuk ekspor. 107

118 Kumara Jati Tabel 6.5 Perdagangan Timah Indonesia ke Malaysia dan Thailand Perdagangan Timah (ribu USD) Tren 11-14(%) 2015 f 2016 f Malaysia Impor dari Indonesia (0,2) Indonesia Ekspor ke Malaysia (0,3) Selisih Indonesia & Malaysia (0,1) Thailand Impor dari Indonesia (0,2) Indonesia Ekspor ke Thailand , Selisih Indonesia & Thailand (0,2) Jumlah Selisih Perdagangan (0,2) Ket: untuk timah HS 8001,8002, 8003,8007,f=forecast Sumber: Trade Map (2016), diolah Tabel 6.5 menunjukkan perdagangan timah Indonesia ke negara Malaysia dan Thailand dari tahun serta prediksi tahun 2015 dan Berdasarkan data Trade Map (2016) tersebut terlihat ada selisih antara data impor timah Malaysia dari Indonesia dengan data ekspor timah Indonesia ke Malaysia di tahun sebesar USD Selain itu juga terdapat selisih antara data impor timah Thailand dari Indonesia dengan data ekspor timah Indonesia ke Thailand di tahun sebesar USD Jadi apabila dijumlahkan maka terlihat bahwa data perdagangan timah Indonesia ke Malaysia dan Thailand dari Trade Map di tahun terdapat selisih sebesar USD Angka ini diduga merupakan indikasi dari ekspor timah ilegal. Apabila data perhitungan dari Trade Map ini dibandingkan dengan penelitian dari Indonesia Corruption Watch (2014) maka menunjukkan angka yang mendekati sama. Di tahun , terdapat data indikasi ekspor timah ilegal berturut-turut sebesar , , metrik ton timah. Dari perhitungan data Trade Map (2016), maka terdapat indikasi ekspor ilegal timah di tahun berturut-turut sebesar metrik ton, metrik ton, metrik ton dan metrik ton (dengan asumsi harga timah di tahun 2011 sebesar USD /MTon, tahun 2012 sebesar USD /MTon, tahun 2013 sebesar USD /MTon). Jadi apabila data Trade Map ini disandingkan dengan temuan ICW maka hasil yang didapat ada persamaan temuan yaitu pada tahun 2011 dengan jumlah indikasi ekspor ilegal sebesar metrik ton timah. 108

119 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan Secara umum perdagangan timah dari Indonesia ke negara Malaysia dan Thailand menunjukkan tren penurunan antara 0,1-0,3%, kecuali data ekspor timah Indonesia ke Thailand menunjukkan tren peningkatan sebesar 0,02%. Anomali peningkatan data ekspor Indonesia ke Thailand ini terutama diakibatkan peningkatan ekspor timah di tahun 2013 sebesar 450% dibandingkan tahun 2012, meskipun data ini tidak berlangsung lama karena pada tahun 2014 ekspor timah turun lagi sebesar 91% dibandingkan Salah satu penyebab turunnya ekspor timah dari Indonesia yaitu diberlakukannya Permendag No.44 tahun 2014 yang telah diubah menjadi Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah yang mengatur tentang pemenuhan kebutuhan bahan baku timah untuk industri dalam negeri serta peningkatan nilai tambah timah. 6.5 Hubungan Harga Timah dengan Harga Komoditi Minyak Mentah dan Emas Gambar 6.6 terlihat bahwa harga minyak di tahun 1980 menyentuh puncak harga tertinggi pada waktu itu. Peneliti memprediksi bahwa peningkatan harga ini akan terus terjadi seiring dengan peningkatan permintaan dan berkurangnya cadangan sumber daya alam. Sebaliknya, ada grup ekonom yang berargumen bahwa dalam jangka panjang, teknologi dapat meningkatkan pasokan dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diakses sebelumnya, maka harga komoditas akan jatuh (ATKearney, 2015). Para ekonom ini ternyata benar karena pada tahun 1990an, beberapa harga komoditas seperti timah turun cukup signifikan. Siklus yang menyerupai juga terjadi pada tahun dimana harga tiga komoditas ini bergerak naik lalu kemudian turun lagi. Begitu juga tahun terjadi siklus harga komoditas naik kemudian turun lagi. Ada yang menyebut siklus ini sebagai commodity super cycle. Ada beberapa penjelasan mengenai konsep commodity super cycle ini, yaitu (Heap, 2005): (1) Menurut Alan Heap dari Citigroup bahwa super cycle disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang intensif di RRT. (2) Super cycle adalah peningkatan tren jangka panjang (selama satu dekade) dari harga komoditi riil yang disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi dari perekonomian. (3) Super cycle disebabkan oleh tarikan permintaan. (4) Ada dua super cycle dalam 150 tahun terakhir yaitu akhir tahun awal 1990an yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, serta dari tahun sebagai akibat dari rekonstruksi pasca perang di Eropa dan karena kebangkitan ekonomi Jepang. Berdasarkan penelitian Erten dan Ocampo (2012), penting untuk 109

120 Kumara Jati mempelajari super-cycles dari harga komoditas karena sangat menentukan kebijakan pemerintah dan pelaku usaha dalam membuat keputusan produksi, diantaranya: (1) Tren dari harga komoditas telah dipertimbangkan sejak waktu yang lama sebagai salah satu isu sentral mengambil kebijakan negara berkembang yang tergantung pada komoditas (seperti di Indonesia), (2) Keputusan untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan investasi modal baru juga sangat berpengaruh pada harga saat ini dibandingkan dengan ekspektasi tren harga dimasa yang akan datang. Bahkan diperlukan waktu sampai 20 tahun bagi investasi baru untuk berhasil dan menghasilkan realisasi pendapatan (Davis dan Samis, 2006). Arah penelitian terbaru mengenai super cycle memberikan sudut pandang yang berbeda. Baffes, dkk (2015) menyebutkan bahwa ada sinyal super cycle telah berakhir karena turunnya harga minyak mentah secara tajam di tengah tahun kedua 2014 setelah harga minyak mentah stabil selama 4 tahun di atas USD105 per barel. Implikasi dari turunnya harga minyak mentah ini yaitu biaya input turun sehingga harga komoditas lain termasuk timah juga turun Emas (USD/troy ounce) Timah (Ribu USD/ton, RHS) Minyak Mentah (USD/barrel, RHS) M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M M0 6 - Gambar 6.6 Harga Timah, Emas dan Harga Minyak Mentah Dunia. Sumber: World Bank (2016), diolah Berdasarkan penelitian Harvey (2007), komoditas emas dan komoditas metal (termasuk timah) terindikasi memiliki hubungan jangka panjang meskipun sepertinya hubungan ini akan lebih lemah dibandingkan hubungan minyak mentah dan emas. Pada saat fase ekspansi siklus bisnis, ada peningkatan harga timah dan minyak mentah karena naiknya permintaan keduanya. Meskipun demikian, harga minyak mentah yang 110

121 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan aktivitas ekonomi terhambat sehingga mengakibatkan resesi. Arah dari naik atau turunnya harga komoditas energi dan metal sulit diprediksi (Canuto, 2014). Berdasarkan penjabaran diatas maka terlihat bahwa harga timah selain dipengaruhi oleh keadaan ekonomi global, juga dipengaruhi oleh harga komoditas lainnya seperti harga minyak mentah dan emas. 6.6 Penutup Prediksi produksi timah di Indonesia akan relatif menurun dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 dikarenakan masih rendahnya permintaan timah di dalam negeri dan luar negeri. Banyak potensi penggunaan timah di dalam negeri yang masih dapat dikembangkan termasuk dalam industri otomotif karena pertumbuhan permintaan timah dalam negeri sangat pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Prediksi harga timah dunia pada tahun 2017 yang akan meningkat berdasarkan prediksi Bank Dunia dan Economic and Commodity Forecast EIU (2015) dapat memberikan harapan bagi pelaku usaha di bidang pertambangan, industri serta perdagangan timah. Diperkirakan setelah tahun 2017 adanya peningkatan permintaan timah karena pulihnya pertumbuhan ekonomi dunia setelah mengalami penurunan growth. Naiknya demand ini merupakan salah satu faktor yang membuat prediksi harga timah akan meningkat dibandingkan dengan tahun RRT merupakan negara penting dalam industri timah dunia. Negara ini memproduksi metrik ton timah atau 42,2% produksi dunia sedangkan Indonesia ada di nomor kedua dengan metrik ton atau 28,4%. Meskipun demikian, ternyata RRT bukan merupakan salah satu negara pengekspor timah terbesar. Strategi industrialisasi timah di RRT telah berjalan dengan relatif lancar dimana sejak tahun 2012 sampai dengan 2016, produksi timah yang telah diolah di RRT menunjukkan tren yang meningkat. Ada tiga hambatan dan tiga peluang yang bisa dirangkum dalam industri timah di Indonesia. Hambatan yang perlu diatasi yaitu: (1) Rendahnya harga timah dunia dan domestik, (2) Harga timah dunia mengacu pada pasar bursa LME dan bukan pada BKDI, (3) Adanya indikasi ekspor ilegal dari Babel. Selain itu peluang yang perlu ditangkap oleh pemerintah dan pelaku usaha terkait timah yaitu: (1) Terbukanya kesempatan melakukan hilirisasi karena meningkatnya produksi timah, (2) Prediksi harga timah tahun 2017 akan naik, dan (3) Pembuatan regulasi SNI timah solder untuk melindungi pelaku usaha/ importir supaya mendapatkan barang yang berkualitas. 111

122 Kumara Jati DAFTAR PUSTAKA: Adeyanju, Craig. (2014). The Top Factors that Move the Price of Tin. Laporan dari futuresknowledge, diakses pada 18 Februari 2016 dari ATKearney. (2015). Beware the Oil Price Super Cycle. Laporan dari A.T. Kearney, Global Management Consulting Firm. Baffes, J., Kose, A., Ohnsorge, F., dan Stocker, M. (2015). Understanding the Plunge in Oil Prices: Sources and Implications. Laporan penelitian dari Global Economic Prospects Januari Bappebti. (2012). INATIN Acuan Harga Timah Dunia. Bulletin Bappebti/ Mjl/131/XI/2012/Edisi Februari, Kementerian Perdagangan. Bappebti. (2013). Bursa Timah Rujukan Dunia. Bulletin Bappebti/Mjl/148/ XII/2013/Edisi Juli. Bappebti. (2014a). Bursa Timah BKDI: Guaranted Supply & Guaranted Quality. Buletin Bappebti/Mjil/155/III/2014/ Edisi Maret 2014, Kementerian Perdagangan. Bappebti. (2014b). Era Baru Perdagangan Timah. Buletin Bappebti/Mjil/158/ VI/2014/ Edisi Juni 2014, Kementerian Perdagangan. Bappebti. (2016). Data Ekspor Timah di BKDI. Laporan dari Bappebti, Jakarta. BPPKP. (2014). Analisis Dampak Kebijakan Ekspor Timah Terhadap Kinerja Timah Indonesia. Laporan Penelitian Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdaagangan (BPPKP), Kementerian Perdagangan. BPS. (2015). Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I Tahun Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, No.34/05/19/Th.IX, 5 Mei Canuto, Otaviano. (2014). The Commodity Super Cycle: Is This Time Different?. Laporan penelitian dari World Bank, June 2014, Number 150. Davis, Graham dan Samis, Michael. (2006). Using Real Options to Manage and Value Exploration, Society of Economic Geologists Special Publication, 12 (14): EIU. (2015). Global Forecasting Service. Report of Economist Intelligence Unit (EIU), diakses pada 8 Maret 2016 dari aspx?articletype=cfh&commodity=tin. 112

123 Prospek Pasar dan Perdagangan Timah: Peluang dan Tantangan Erman, Erwiza. (2007). Rethinking Legal and Ilegal Economy: A Case Study of Tin Mining in Bangka Island. Research Paper dari Institute of International Studies, University of California Berkeley, USA, diakses pada 8 Maret 2016 dari GreenGovernance/papers/Erman2007. pdf Erten, B., dan Ocampo, J.A. (2012). Super-cycles of commodity prices since the mid-nineteenth century. DESA Working Paper No.110, ST/ ESA/2012?DWP/110, February European Union. (2015). Trade in Commodities Obstacles to Trade and Ilegal Trade. Laporan dari Directorate-General for External Policies, Policy Department European Parlement, European Union. Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics: Fourth Edition International Edition. McGraw-Hill Higher Education. Singapore Harvey, J. (2007). Metals-Gold Dips as Dollar Rallies, Oil, Metals Ease. Laporan dari London South East, 25 Juli Diakses pada 9 April 2016 dari =v2hftahdi039ybi&articleheadline=metals Gold_dips_as_dollar_ rallies_oil_metals_ease Heap, A. (2005). RRT-the Engine of a Commodities Super Cycle. Laporan Penelitian Citrigroup Global Markets/Smith Barney, Sydney, Australia. ICW. (2014). Membongkar Mafia Ekspor Timah Ilegal Indonesia. Kajian Ekspor Timah Ilegal ICW. Indonesia Corruption Watch (ICW), 2 Mei Jakarta. IMF. (2016). Commodity Price Forecasts. Report from International Monetary Fund (IMF) Primary Commodity Prices Forecasts, diakses pada 9 April 2016 dari aspx. ITRI. (2012). Tin for Tomorrow: Contributing to Global Sustainable Development. Report of ITRI (International Tin Research Institute). Kementerian ESDM. (2013). Kajian Supply Demand Mineral. Laporan penelitian dari Pusat Data dan Teknologi Informasi, Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM. LME. (2015). LME Tin. Report from London Metal Exchange, diakses pada 29 Maret 2016 dari Resources. (2013). Indonesia Must Become Determiner of International Tin Price Laporan Interview dari majalah Resources, edition 09, First Year, October

124 Kumara Jati Roskill. (2015). Roskill Market Outlook Reports Tin th Edition. Laporan penelitian dari Roskill. SHFE. (2014). Tin in RRT. Laporan Penelitian dari Shanghai Futures Exchange of RRT, diakses pada 10 Maret 2016 dari shfe.com.cn/content/ni-sn-en/gitt.pdf. Statista. (2015). Projected Worldwide Consumption of Refined Tin from 2011 to Report from Statista, diakses pada 29 Maret 2016 dari Sucden. (2015). Quarterly Metals Report: January Laporan penelitian dari Sucden Financial, diakses pada 29 Maret 2016 dari bulliondesk.com/wp-content/uploads/2015/08/sucden_financial _Quarterly_Metals_Report_July_2015.pdf. Trademap. (2016). Trade Statistics for International Business Development. Report of Trademap, diakses pada 29 Maret 2016 dari trademap.org/index.aspx. USGS. (2013). Conflict Minerals from the Democratic Republic of the the Congo-Tin Processing Plants, a Critical Part of the Tins Supply Chain. Report of United States Geological Survey (USGS), diakses pada 29 Maret 2016 dari fs pdf. USGS. (2014). Tin Statistics and Information. Report of Mineral Information United States Geological Survey (USGS), diakses pada 18 Februari 2016 dari USGS. (2015). Tin Statistics and Information. Report of Mineral Information United States Geological Survey (USGS), diakses pada 9 April 2016 dari World Bank. (2015). Commodity Market Outlook: April A World Bank Quarterly Report, World Bank Group, diakses pada 28 Maret 2016 dari GEPcommodities/GEP2015b_commodity_Apr2015.pdf. World Bank. (2016). Commodity Prices Data. Report of World Bank, diakses pada 27 Maret 2016 dari commodity-markets. 114

125 Produksi yang Berkelanjutan dan Hilirisasi Timah Sebuah Harapan BAB VII PRODUKSI YANG BERKELANJUTAN DAN HILIRISASI TIMAH SEBUAH HARAPAN Zamroni Salim 7.1 Pendahuluan Sebagai bagian yang merupakan perangkai (benang merah) dari babbab sebelumnya, Bab VII ini berusaha memotret beberapa isu-isu strategis yang ada dalam industri dan perdagangan timah Indonesia. Timah merupakan komoditas penting yang menjadi andalan ekspor Indonesia, namun sebagian besar (94%) komoditas timah masih diekspor dalam bentuk timah batangan. Sebagai timah batangan, komoditas ini bisa dijadikan bahan baku untuk industri turunannya. Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab II, timah bisa digunakan untuk memproduksi berbagai produk turunan seperti solder, kaleng dan lainnya. Dalam Bab III dijelaskan bahwa kegunaan timah bisa dipakai salah satunya sebagai logam paduan (alloy), khususnya dengan logam tembaga, baja dan juga timbal. Lalu mengapa timah belum banyak diproses di Indonesia menjadi produk turunan yang lebih beragam, dengan nilai tambah yang lebih besar, sesuai dengan kebutuhan industri penggunanya? Selama ini, memang selalu banyak alasan untuk mengatakan bahwa Indonesia belum siap untuk mengolah. Kapan Indonesia siap untuk mengolahnya sendiri? Tidak ada yang tahu jawabannya secara pasti. Pemerintah, sebagai pihak yang mempunyai kewenangan mengatur dan mengeluarkan kebijakan harusnya memahami karakteristik, tantangan dan dinamika yang ada pada industri timah. Dilihat dari konteks lokal/regional, komoditas timah ini banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil timah di Indonesia, terutama Propinsi Bangka Belitung. Propinsi Bangka Belitung selama beberapa dekade, memperoleh manfaat dari keberadaaan penambangan timah di daerahnya, namun komoditas ini nyaris tidak memberikan nilai tambah (value added) yang lebih besar lanjutan bagi perekonomian Bangka Belitung. Nilai tambah lanjutan yang dimaksudkan adalah nilai tambah yang bisa diperoleh dalam proses produksi lanjutan timah batangan. 7.2 Ironi Produksi Timah Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar timah dunia (bersama dengan RRT, total nilai produksinya adalah sebesar 65% dari total produksi 115

126 Zamroni Salim dunia). Indonesia sendiri menyumbang sekitar 30% yaitu sebesar metrik ton timah dunia tahun 2014 (seperti diuraikan dalam Bab II). Namun ada beberapa hal yang ironis, yaitu (1) sebagai pelaku utama, Indonesia bukanlah penentu harga timah di pasar dunia, (2) sebagai negara produsen sejak lama, Indonesia belum mampu menghidupkan sektor hilir dari produk timah/pengolahan produk timah; hanya sekitar 6% produk timah yang dipakai oleh industri di dalam negeri. Dilihat dari sisi pelaku usaha yang melakukan produksi, terlihat bahwa PT. Timah menguasai sekitar 92% dan swasta (termasuk yang berasal dari penambangan oleh rakyat) sekitar 8% total timah Indonesia (PT. Timah, 2015). PT. Timah memang menghasilkan produk timah lain selain timah batangan, yaitu tin alloy, tin solder dan tin chemical yang diproduksi oleh anak perusahaan PT. Timah, namun produk utamanya adalah timah batangan yang nilai tambahnya relatif kecil. Keterlibatan rakyat dan swasta lainya (selain PT. Timah) juga ikut memberikan warna tersendiri bagi industri timah di Indonesia. Aktifitas penambangan timah oleh rakyat yang dilakukan secara konvensional, sporadis ikut memperburuk citra industri timah, khususnya terkait dengan perusakan lingkungan. Tambang rakyat marak terjadi terutama setelah krisis ekonomi 1997/1998. Keberadaan tambang rakyat memperoleh legitimasi dari pemerintah daerah Propinsi Bangka Belitung. Sebagai kegiatan penambangan yang bersifat tambang rumahan, maka nyaris tidak ada kontrol megenai metode/cara penambangan, batasan daerah dan waktu penambangan. Kondisi ini tentu menciptakan kerusakan lingkungan yang masif dan sporadis di berbagai wilayah di Pulau Bangka Belitung. Masyarakat melihat bahwa jika secara tidak sengaja menemukan bijih timah di dalam areal pekarangannya (termasuk area produktif pertanian), maka secara serta merta tanah tersebut akan langsung ditambang. Tanah produktif tersebut termasuk areal pertanian lada, yang memang menjadi salah satu unggulan produk pertanian di Pulau Bangka. Dalam waktu singkat tanaman lada tersebut hilang dan diganti dengan lubang-ubang bekas tambang. Komoditas timah ini, yang sebentar lagi diperkirakan habis jangan sampai hanya menyisakan lubang-lubang tambang yang menunjukkan adanya kerusakan alam yang dilakukan oleh penambang, baik penambang swasta nasional/lokal maupun penambang rakyat. Semoga penambangan secara masif baik oleh perusahaan PT. Timah, perusahaan swasta lainnya dan masyarakat tidak menciptakan semacam kutukan sumber daya alam (natural resource-curse) bagi rakyat Bangka Belitung khususnya, juga masyarakat Indonesia pada umumnya. 116

127 Produksi yang Berkelanjutan dan Hilirisasi Timah Sebuah Harapan 7.3 Perdagangan Timah dan Tantangannya Perdagangan timah di Indonesia diharuskan melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Kebijakan tentang perdagangan timah melalui BKDI ini dilakukan sejak Agustus 2013 yang didasarkan pada Peraturan Menteri Perdagangan No. 32 Tahun Ada beberapa harapan dengan didirikannya BKDI (seperti dituliskan dalam Bab IV) salah satunya adalah harapan untuk bisa mengatasi perdagangan timah ilegal yang terjadi, khususnya bijih timah ke beberapa negara tetangga. Harapan berikutnya adalah bahwa Indonesia bisa menjadi penentu harga referensi timah dunia. Harapan lain, terkait dengan perdagangan internasional, BKDI diharapkan bisa meningkatkan harga dan daya saing timah Indonesia di pasar Internasional. Sebenarnya, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Permendag Nomor 44 Tahun 2014 yang mengatur spesifikasi teknis dan bentuk timah yang bisa diekspor, namun demikian kebijakan tersebut belum mampu sepenuhnya mendukung kebijakan hilirisasi produk timah di dalam negeri yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut pengusaha pengolah produk turunan timah, tidak ada perbedaan antara harga timah batangan yang ditetapkan oleh PT. Timah dengan harga timah oleh BKDI, sehingga kebijakan perdagangan timah melalui BKDI belum memberikan insentif mengingat dari segi administrasi kebijakan ini prosesnya menjadi panjang. Belum lagi yang sering terjadi adalah harga timah di BKDI lebih tinggi dibandingkan London Metal Exchange (LME). Harga BKDI yang cenderung lebih mahal dibandingkan LME tentu saja mempengaruhi daya saing industri pengolah di dalam negeri. Kendala lain adalah adanya Permendag No. 33 Tahun 2015 terkait dengan rekomendasi ekspor dan verifikasi/penelusuran teknis yang dilakukan oleh Surveyor pada produk yang diperdagangkan. Menurut pengusaha, verifikasi yang dilakukan oleh Surveyor pada bahan baku yang sudah dinyatakan Clean and Clear (CNC) oleh PT. Timah dan BKDI tidak diperlukan lagi. Survei ini justru menambah beban (biaya dan waktu) bagi perusahaan. Dalam Bab V telah diuraikan bahwa pada sisi ekspor, selain masih dominannya timah batangan sebagai komoditas ekspor, komoditas timah juga menghadapi permasalahan yaitu perdagangan timah ilegal lintas batas. Ekspor timah ilegal ini salah satunya berasal dari penambangan timah ilegal dan tambang rakyat (seperti diuraikan dalam Bab V). Ekspor ilegal/ penyelundupan ini ditujukan untuk sejumlah negara tetangga termasuk Singapura dan Malaysia (Jawapos.com, 2016; Tribunnews.com, 2016). Timah Indonesia tahun 2014 sebagian besar (sekitar 35% dari total ekspor Indonesia ke dunia) diekspor ke Singapura. Di sisi lain, Singapura 117

128 Zamroni Salim juga mempunyai nilai ekspor yang tinggi. Singapura bukanlah negara Industri tetapi mampu melakukan ekspor produk timah, maka bisa diduga apa yang dilakukan oleh Singapura adalah re-ekspor timah yang diimpor dari sejumlah negara termasuk dari Indonesia. 7.4 Hilirisasi Produk Timah di Indonesia: Sebuah Harapan Gambar 7.1 menunjukkan bahwa hilirisasi produk timah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan (hilirisasi ini diulas di beberapa bab dan menjadi isu sentral produk timah dan olahannya di Indonesia). Sangat tingginya porsi produksi timah yang diekspor mempengaruhi produksi produk timah olahan. Berkembang tidaknya industri pengolahan timah, secara langsung ataupun tidak langsung dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pasokan bahan baku timah (timah batangan di dalam negeri). Kondisi yang ada adalah bahwa industri pengolah timah di Indonesia masih sangat tergantung pada bahan baku impor, yang sampai saat ini belum bisa dipenuhi dari dalam negeri. Posisi Indonesia di pasar dunia dan proses hilirisasi produk timah di Indonesia disarikan dalam Gambar

Pendapatan PT Timah (Persero) Tbk 2012 Sebesar Rp 7,822.6 Milyar

Pendapatan PT Timah (Persero) Tbk 2012 Sebesar Rp 7,822.6 Milyar UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan telepon : +62 (21) 2352 8000 faksimili : +62 (21) 344 4012 e-mail : corsec@pttimah.co.id website : www.timah.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai provinsi baru sesuai Undang - Undang No. 27 tahun 2000 tanggal 4 Desember 2000. Wilayah provinsi ini meliputi Pulau Bangka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral, seperti batubara, timah, minyak bumi, nikel, dan lainnya. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batubara menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Penambangan batubara memiliki peran yang besar sebagai sumber penerimaan negara, sumber energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia 2.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI) Pasar modal merupakan sarana pembiayaan usaha melalui penerbitan saham dan obligasi. Perusahaan dapat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1300, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Timah. Pemanfaatan. Pemenuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78/M-DAG/PER/12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No.21/04/Th.XIV, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$14,40 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,40

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.903, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Timah. Pemanfaatan. Pemenuhan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/M-DAG/PER/6/2013 TENTANG

Lebih terperinci

KONTROVERSI TI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN BABEL

KONTROVERSI TI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN BABEL KONTROVERSI TI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN BABEL Keberadaan tambang timah inkonvesional yang lebih dikenal dengan sebutan TI, baru dimulai tahun 1998 pasca kerusuhan Mei 1998 di Jakarta dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah sumber daya mineralnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

BAB III SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN PENAMBANGAN TIMAH DIKAWASAN LEPAS PANTAI DAN KEADAAN LINGKUNGAN LAUT

BAB III SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN PENAMBANGAN TIMAH DIKAWASAN LEPAS PANTAI DAN KEADAAN LINGKUNGAN LAUT BAB III SEJARAH DAN PROFIL PERUSAHAAN PENAMBANGAN TIMAH DIKAWASAN LEPAS PANTAI DAN KEADAAN LINGKUNGAN LAUT DIKAWASAN TOBOALI BANGKA SELATAN SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA PENAMBANGAN TIMAH A. Sejarah Penambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel, timah hitam,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa Jawa Barat memiliki endapan pasir besi yang berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas merupakan salah satu subyek yang kerap digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas merupakan salah satu subyek yang kerap digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komoditas merupakan salah satu subyek yang kerap digunakan dalam perekonomian dan juga dalam perdagangan kontrak berjangka di bursa berjangka (Baer & Saxon,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN BANGKA

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN BANGKA PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN BANGKA *) **) *) **) BUPATI BANGKA DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN DENGAN GERMAN FEDERAL INSTITUTE FOR GEOSCIENCES AND NATURAL RESOURCES (BGR) SEJARAH PERTAMBANGAN TIMAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

4*, 44n0300 MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

4*, 44n0300 MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 4*, 44n0300 MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 44/M-DAG/ PER/7/2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena

Lebih terperinci

Efisiensi dan Strategi yang Tepat Berbuah Kinerja Positif pada Semester I-2015

Efisiensi dan Strategi yang Tepat Berbuah Kinerja Positif pada Semester I-2015 UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan telepon : +62 (21) 23528000 faksimili : +62 (21) 3444012 e-mail : corporatesecretary@pttimah.co.id website

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di Bangka Belitung, lebih baik dibanding tahun sebelumnya, terutama

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di Bangka Belitung, lebih baik dibanding tahun sebelumnya, terutama BAB I PENDAHULUAN Secara umum situasi lingkungan usaha pertambangan timah di Indonesia, khusunya di Bangka Belitung, lebih baik dibanding tahun sebelumnya, terutama akibat dari penegakan hokum dan penertiban

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016 No. 25/05/36/Th.X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 13,14 PERSEN MENJADI US$757,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 13,14 persen dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau

Lebih terperinci

Pendapatan PT Timah (Persero) Tbk 2011 Sebesar 8.749,6 Milyar

Pendapatan PT Timah (Persero) Tbk 2011 Sebesar 8.749,6 Milyar UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Abrun Abubakar, Sekretaris Korporat Telepon : +62 (21) 2352 8000 Faksimili : +62 (21) 344 4012 e-mail Website : corsec@pttimah.co.id : www.timah.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya menjaga image dan reputasi perusahaan dimata masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya menjaga image dan reputasi perusahaan dimata masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini Public Relations (PR) tidak dapat dipandang sebelah mata. Kehadiranya sebagai bridge communication/jembatan komunikasi antara organisasi/perusahaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016 No. 44/08/36/Th.X, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI NAIK 12,20 PERSEN MENJADI US$889,48 JUTA Nilai ekspor Banten pada Juni naik 12,20 persen dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 300 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan bijih

BAB I PENDAHULUAN. dari 300 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan bijih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas penambangan bijih timah di Indonesia telah berlangsung lebih dari 300 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan bijih timah, tersebar dalam

Lebih terperinci

REKLAMASI HUTAN BEKAS PERTAMBANGAN TIMAH DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

REKLAMASI HUTAN BEKAS PERTAMBANGAN TIMAH DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas REKLAMASI HUTAN BEKAS PERTAMBANGAN TIMAH DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Lingkungan Dosen Dr.Tien Aminatun Ricky Romadhoni NIM:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017 No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG KEYNOTE SPEECH BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Yogyakarta, 19 Juni 2012 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN SUBSEKTOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa mineral dan batubara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 56/10/72/Th.XVIII, 01 Oktober 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Agustus 2015, Nilai Ekspor US$ 42,49 Juta dan Impor US$ 53,06 Juta Selama Agustus 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014 No. 06/02/36/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2014 NAIK 11,44 PERSEN MENJADI US$888,21 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016 No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA No. 4959 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015 No.08/02/36/Th. X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER NAIK 0,11 PERSEN MENJADI US$733,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 0,11 persen

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS 2 tentu

BAB I PENDAHULUAN. 95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS 2 tentu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dibandingkan dengan negara lainnya di dunia. Sebagai negara kepulauan

Lebih terperinci

Labaa TINS Meningkat

Labaa TINS Meningkat UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan telepon faksimili e mail website : +62 (21) 2352 8000 : +62 (21) 344 4012 : corporatesecretary@ @pttimah.co.id

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang

Lebih terperinci

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 33 telah

Lebih terperinci

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN PENDAHULUAN Menurut Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam bidang pertambangan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan baja yang masih terus tumbuh didukung oleh pembangunan sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate/CAGR (2003 2012)

Lebih terperinci

V E R S I P U B L I K

V E R S I P U B L I K PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14111 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT GUNUNG KENDAIK OLEH PT MEGA CITRA UTAMA LATAR BELAKANG 1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun

Lebih terperinci

Laba Bersih PT Timah (Persero) Tbk 2010 Sebesar 947,9 Milyar

Laba Bersih PT Timah (Persero) Tbk 2010 Sebesar 947,9 Milyar UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Abrun Abubakar, Sekretaris Korporat Telepon : +62 (21) 2352 8000 Faksimili : +62 (21) 344 4012 e-mail : corsec@pttimah.co.id Website : www.timah.com

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 51/09/72/Th.XVIII, 01 September 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2015, Nilai Ekspor US$ 21,82 Juta dan Impor US$ 82,70 Juta Selama Juli 2015, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017 No. 44/08/36/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI TURUN 23,51 PERSEN MENJADI US$766,22 JUTA Nilai ekspor Banten turun 23,51 persen dibanding ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ;

Jakarta, 15 Desember 2015 YANG SAYA HORMATI ; Sambutan Menteri Perindustrian Pada Acara Pengukuhan Pengurus Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) & Talkshow Realita dan Arah Keberlanjutan Industri Pengolahan dan Pemurnian

Lebih terperinci

MEMBONGKAR MAFIA EKSPOR TIMAH ILEGAL INDONESIA. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 2 Mei 2014

MEMBONGKAR MAFIA EKSPOR TIMAH ILEGAL INDONESIA. Indonesia Corruption Watch (ICW)  Jakarta, 2 Mei 2014 MEMBONGKAR MAFIA EKSPOR TIMAH ILEGAL INDONESIA Indonesia Corruption Watch (ICW) www.atikorupsi.org Jakarta, 2 Mei 2014 LATAR BELAKANG Beberapa waktu lalu (8 Maret 2014) TNI AL dikatakan berhasil menggagalkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015 No. 50/11/36/Th. IX, 2 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,85 PERSEN MENJADI US$706,27 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 5,85 persen

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur A. Perkembangan Ekspor Ekspor Jawa Timur Sebesar USD 1,73 Miliar, Turun 11,39 persen Nilai Ekspor Jawa Timur mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dalam berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016 No. 61/11/36/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,17 PERSEN MENJADI US$729,59 JUTA Nilai ekspor Banten pada September turun 5,17

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengusahaan mineral

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memang diberi karunia oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan sumberdaya alam yang kaya raya. Namun penyebaran sumberdaya alam di Indonesia tidak merata, hal ini sesuai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017 No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,

Lebih terperinci

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara sedang berkembang yang menganut perekonomian terbuka, Indonesia berperan serta dalam perdaganagan internasional. Indonesia kian giat

Lebih terperinci

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 121/BAPPEBTI/PER/04/2015

Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 121/BAPPEBTI/PER/04/2015 7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan

Lebih terperinci

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Mardiah Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Penelitian tentang

Lebih terperinci

LAPORAN SEMESTER I Jakarta, 30 Agustus 2010, PT Timah (Persero) Tbk hari ini melaporkan kinerja Perseroan pada semester pertama 2010

LAPORAN SEMESTER I Jakarta, 30 Agustus 2010, PT Timah (Persero) Tbk hari ini melaporkan kinerja Perseroan pada semester pertama 2010 Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Abrun Abubakar, Sekretaris Korporat tel : +62 21 2352 8000 fax : + 62 21 344 4012 email: corsec@pttimah.co.id www.timah.com PT Timah (Persero) Tbk Membukukan Laba

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 No. 36/08/36/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2014 NAIK 2,68 PERSEN MENJADI US$904,57 JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 2,68

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

Kinerja Operasional TINS Lebih Baik

Kinerja Operasional TINS Lebih Baik UNTUK SEGERA DISIARKAN Untuk keterangan lebih lanjut hubungi: Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan telepon : +62 (21) 2352 8000 faksimili : +62 (21) 344 4012 e mail : corporatesecretary@pttimah.co.id website

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luas areal kebun karet Indonesia terluas di dunia (+ 3,4 juta hektar pada tahun 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016 No. 21/04/36/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI TURUN 2,06 PERSEN MENJADI US$669,68 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 2,06 persen dibanding

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit, bijih besi dan pasir besi serta mangan) sebagian besar dijual ke luar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci