PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) MARIA AZIZAH A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) MARIA AZIZAH A"

Transkripsi

1 i PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) MARIA AZIZAH A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 i RINGKASAN MARIA AZIZAH. Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp terhadap Pertumbuhan dan Daya Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.). (Dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan SELLY SALMA). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi isolat Methylobacterium spp terhadap pertumbuhan dan daya hasil tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Unit Kebun Percobaan Cikabayan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Desember Penelitian dilaksanakan berdasarkan model Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama yaitu frekuensi aplikasi isolat Methylobacterium spp yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: (1) rendam air dan tanpa penyemprotan isolat Methylobacterium spp, (2) perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap dua bulan sekali sampai berumur 4 bulan, (3) perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap satu bulan sampai tanaman berumur 4 bulan. Faktor kedua adalah dosis pemupukan yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: (1) tanpa pemupukan, (2) pemupukan 7.5 g Urea, 13 g SP-18, dan 6 g KCl per 5 kg media, (3) pemupukan 15 g Urea, 27 g SP-18, dan 12 g KCl per 5 kg media. Isolat yang digunakan adalah Methylobacterium spp strain TD-J7 yang diisolasi dari daun jagung dan TD-TPB3 yang diisolasi dari terong bulat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang pada pengamatan mingguan. Perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh lebih baik pada pertumbuhan tanaman cabai yang ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman 15.4% pada 2 MST dan 12.5% pada 13 MST, meningkatnya jumlah daun 40.9% pada 7 MST, dan meningkatnya jumlah cabang 25.4% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol.

3 ii Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan secara nyata meningkatkan jumlah bunga pada 14 dan 17 MST, bobot buah pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST, serta meningkatkan total jumlah bunga dan total bobot buah cabai. Total bobot buah meningkat dari gram menjadi gram pada perlakuan tanpa pemupukan, meningkat dari gram menjadi gram pada pemupukan setengah dosis dan meningkat dari gram menjadi gram pada pemupukan satu dosis rekomendasi. Pemupukan setengah dosis tidak menunjukkan beda nyata dengan satu dosis rekomendasi pemupukan.

4 iii PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MARIA AZIZAH A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 iv Judul : PENGARUH APLIKASI ISOLAT Methylobacterium spp TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.) Nama : MARIA AZIZAH NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Eny Widajati, MS Dra. Selly Salma, MSi. NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP Tanggal Pengesahan :

6 v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 10 Februari Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Tego Siyo dan Ibu Robiatul Adadiyah. Penulis lulus dari SDN 05 Purwoharjo pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Cluring. Penulis menyelesaikan sekolah menengah umum di SMU Negeri 1 Genteng, Banyuwangi dan lulus pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun Selanjutnya pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Ilmu dan Teknologi Benih, asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi, dan menjadi pengurus Organisasi Mahasiswa Daerah Lare Blambangan-Banyuwangi.

7 vi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan baik. Skripsi ini merupakan laporan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp terhadap Pertumbuhan dan Daya Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Eny Widajati, MS dan Dra. Selly Salma, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Anas D. Susila MS selaku dosen pembimbing akademik. 4. Segenap staf Laboratorium Mikrobiologi BB-Biogen dan staf Kebun Percobaan Cikabayan yang telah membantu selama proses penelitian. 5. Ayah, Ibu dan Adik di rumah atas doa dan dukungannya. 6. Ita, Dina, Sabti, Yulitha, Kiki, Vivi, Puput, Lina, Lastri, Sri, dan teman-teman AGH 43 atas dukungan dan kebersamaannya. Penulis berharap semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Maret 2011 Penulis

8 vii DAFTAR ISI DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... viii Halaman DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Cabai... 4 Budidaya Cabai... 5 Methylobacterium spp... 6 Zat Pengatur Tumbuh... 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Metode Penelitian Pelaksanaan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Tumbuh Tinggi Tanaman Jumlah Daun Jumlah Cabang Jumlah Bunga Bobot Buah KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 36

9 viii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium sppdan Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Cabai Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Tinggi Tanaman Cabai Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Aplikasi Pemupukan terhadap Jumlah Daun Cabai Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Daun Cabai Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Cabang Cabai Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Cabang Cabai Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Bunga Cabai Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Bunga Cabai yang terbentuk setiap MST Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Total Jumlah Bunga Cabai (11-18 MST) Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah Cabai Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah Cabai setiap MST Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Total Bobot Buah Cabai (15-23 MST)... 29

10 ix DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Jumlah bunga yang terbentuk setiap minggu pada MST Bobot buah yang dipanen setiap minggu pada MST... 28

11 x DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai Buah yang dipanen pada 20 MST Komposisi media Amonium Mineral Salt (AMS) per 1 Liter Komposisi Trace Element per 100 ml Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Cabai pada 13 MST Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Daun pada 7 MST Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Cabang pada 10 MST Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Bunga pada 15 MST Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Total Jumlah Bunga Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah pada 19 MST Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Total Bobot Buah

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi sebagai jenis sayuran buah untuk dikembangkan karena cukup penting peranannya baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional maupun komoditas ekspor. Kandungan buah cabai meliputi vitamin A, vitamin C, air, protein, lemak, karbohidrat, serat mineral dan minyak esensial (Ashari, 2006). Produk hortikultura merupakan produk yang rentan terhadap kerusakan dan dipasarkan dalam kondisi yang segar. Oleh karena itu dibutuhkan produk dalam jumlah besar setiap tahun. Produksi nasional cabai pada tahun 2009 sebesar ton dengan produktivitas 5.89 ton per ha (BPS, 2011). Permintaan cabai akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia. Selain untuk konsumsi rumah tangga, cabai juga digunakan sebagai bahan dasar industri makanan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dilakukan usaha perbaikan pada budidaya cabai. Cara yang dilakukan antara lain penggunaan benih bermutu, cara budidaya tanaman yang baik dan penanganan pasca panen yang baik sehingga produk yang diterima konsumen memiliki mutu yang baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengoptimalkan produksi tanaman cabai adalah dengan melakukan aplikasi bakteri yang dapat memacu pertumbuhan tanaman. Bakteri Pink Pigmented Facultative Methylotroph (PPFM) merupakan bakteri methylotrof dari kelompok Methylobacterium yang banyak ditemukan di alam. Bakteri filosofer PPFM berinteraksi dengan tanaman dan memanfaatkan substrat senyawa karbon tunggal (C 1 ) seperti metanol dan metilamida. Methylobacterium sp dapat ditemukan pada permukaan daun berbagai jenis tanaman, lumut dan paku-pakuan. Menurut Ismail (2002) bakteri PPFM dapat ditemukan pada permukaan daun tanaman nangka, rambutan, belimbing dan sawo. Bakteri PPFM juga ditemukan pada tanaman sayuran lalapan seperti pohpohan, selada, kemangi,dan kecambah kacang hijau (Riupassa, 2003). Salma et al. (2005) menambahkan bahwa bakteri ini dapat ditemukan pada daun kantong semar, anggrek hitam, durian lai dan ulap doyo.

13 2 Lidstrom dan Christoserdova (2002) menyatakan bahwa Methylobacterium sp. dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman dan perkecambahan benih, merangsang pertumbuhan akar, menstimulasi terbentuknya IAA, protein quinon dan vitamin B12. Widajati et al. (2008) menambahkan bahwa isolat tipe TD-TPB3 juga mampu memproduksi giberelin sebesar ppm. Menurut penelitian Afifah (2009) penggunaan Methylobacterium spp tipe TD-J10 dapat berpengaruh terhadap invigorasi benih cabai rawit dengan meningkatkan K CT sebesar 9.24% KN/etmal dan meningkatkan bobot kering kecambah normal (BKKN) pada benih sebesar 64% dengan viabilitas awal rendah. Aplikasi Methylobacterium spp tipe TD-J2 dapat meningkatkan DB benih sebesar 38% dan Indeks vigor benih sebesar 1.5 kali pada benih dengan viablitas rendah dan 1.1 kali ada benih dengan viabilitas sedang. Selain itu Goni (2010) menyatakan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan cara rendam+semprot pada tanaman cabai dapat meningkatkan jumlah daun, bobot kering bibit dan persentase bibit berbunga sebesar 2.4 helai, g, dan 10.9 % pada benih dengan viabilitas awal 62%. Sedangkan pada benih dengan viabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun 4.3 helai, dan persentase bibit berbunga 30.5%. Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan aplikasi isolat Methylobacterium spp kombinasi strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan perendaman dan penyemprotan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Peningkatan pertumbuhan tanaman cabai diketahui karena adanya koordinasi dari auksin, sitokinin dan giberelin yang seimbang pada sistem pertumbuhan tanaman. Auksin berperan dalam mendorong pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukan akar. Sitokinin berperan dalam morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, pembentukan umbi pada kentang, pemecahan dormansi, dan pembukaan stomata (Wattimena et al., 1992). Giberelin berperan dalam mengontrol proses-proses perkembangan tanaman yang meliputi perkecambahan, pemanjangan sel, dan perkembangan bunga dan benih (Lakitan, 1996). Holland dan Pollaco (1992) menyatakan bahwa beberapa jenis Methylobacterium berhubungan dengan metabolisme nitrogen pada tanaman

14 3 dengan menggunakan urease bakteri. Selain itu Sy et al. (2001) menyatakan bahwa beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan. Fiksasi nitrogen (pengikatan nitrogen atmosfer menjadi ammonium) tersebut dapat terjadi karena adanya aktivitas enzim nitrogenase yang dihasilkan oleh bakteri. Berdasarkan penelitian tersebut isolat Methylobacterium spp diduga akan berdampak pada pertumbuhan dan daya hasil tanaman. Aplikasi Methylobacterium spp diharapkan dapat mengurangi jumlah pupuk anorganik yang diberikan pada tanaman karena Methylobacterium spp dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh dan enzim nitrogenase. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi isolat bakteri Methylobacterium spp terhadap pertumbuhan dan daya hasil tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Frekuensi aplikasi isolat Methylobacterium spp dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. 2. Aplikasi isolat Methylobacterium spp dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik. 3. Terdapat interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan aplikasi pemupukan.

15 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk dalam famili Solanaceae genus Capsicum dan spesies Capsicum annuum L. Cabai merupakan tanaman asli dari benua Amerika. Cabai adalah tanaman herba yang sebagian besar menjadi berkayu pada pangkal dan batangnya. Buah cabai adalah buah tidak pecah, menggantung atau tegak, merupakan buah buni (beri) yang berbiji banyak (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Kandungan gizi 100 gram buah cabai merah meliputi 90% air, 32 kal energi, 0.5 gram protein, 0.3 gram lemak, 7.8 gram karbohidrat, 1.6 gram serat, 0.5 gram abu, 29.0 mg kalsium, 45 mg fosfor, 0.5 mg besi, 470 IU vitamin A, 0.05 mg tiamin, riboflavin 0.06 mg, niasin 0.9 mg, 18.0 mg asam askorbat (Ashari, 2006). Selain itu cabai mengandung Capsicin (C 18 H 27 NO 3 ) dan Capsantin (C 40 H 58 O 3 ). Buah cabai merah mengandung vitamin A dan vitamin C yang lebih banyak dibandingkan cabai hijau (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Walaupun banyak varietas pada tanaman cabai namun umumnya mempunyai ciri yang hampir sama. Tanaman cabai umumnya mempunyai tinggi tanaman cm. Tangkai daunnya horizontal dengan panjang cm. panjang daun sekitar 4-10 cm dan lebar cm. Akar berupa akar tunggang yang terdiri atas akar utama dan akar lateral. Akar lateral merupakan akar serabut dan dekat di permukaan tanah menyebar horizontal cm dan dapat menembus tanah cm (Setiadi, 2008). Posisi bunga menggantung dengan mahkota berwarna putih. Mahkota bunga terdiri dari 5-6 helai dengan panjang cm dan lebar 0.5 cm. Panjang tangkai bunga 1-2 cm. Tangkai putik berwarna putih dengan panjang berkisar 0.5 cm. Kepala putik berwarna kuning kehijauan sedangkan tangkai sari putih dan yang dekat kepala sari ada bercak kecoklatan. Panjang tangkai sari sekitar 0.5 cm. Kepala sari berwarna ungu dengan warna serbuk sari kuning kecoklatan (Setiadi, 2008).

16 5 Budidaya Cabai Tanaman cabai dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Syarat tumbuh tanaman cabai meliputi suhu C dengan suhu optimum C. Struktur tanah yang cocok adalah yang remah dan kaya bahan organik dengn ph berkisar antara (Ashari, 2006). Budidaya cabai diawali dengan pengolahan lahan. Persemaian dilakukan selama kurang lebih empat minggu selama dilakukan pengolahan lahan. Benih ditanam dalam kantong plastik kecil-kecil atau dapat pula digunakan tray. Setiap lubang tray ditanam satu butir benih untuk memudahkan pemindahan ke lapang. Media tanam yang digunakan dalam persemaian adalah campuran tanah, pasir dan pupuk kandang (Setiadi, 2008). Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah bibit dipindahkan meliputi penyulaman, pemangkasan tunas air, pemupukan, penyiraman, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman yaitu mengganti bibit yang rusak atau mati karena berbagai sebab di lapangan. Jumlah bibit persediaan untuk cadangan berkisar antara 5-10% dari jumlah total kebutuhan. Pemangkasan tunas air yaitu kegiatan membuang tunas-tunas baru yang tumbuh pada batang utama. Kegiatan ini dilakukan saat tanaman berumur hari setelah tanam. Selain itu juga dilakukan pengajiran. Ajir merupakan alat bantu yang terbuat dari belahan bambu yang berfungsi membantu tegaknya tanaman cabai merah. Ajir dibuat dengan ukuran panjang cm, lebar 4 cm dan tebal 2 cm. Pemupukan biasanya dilakukan dua sampai tiga kali. Umumnya pupuk yang digunakan kg Urea/ha, kg SP-36/ha dan 200 kg KCl /ha. Penyiraman sangat penting terutama setelah bibit ditanam di lapang yang dilakukan secara intensif hingga tanaman berumur hari (Setiadi, 2008). Pada umumnya pengendalian hama yang dilakukan belum sesuai dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dalam konsep ini bila serangan belum mengekibatkan kerugian secara ekonomi maka tidak dilakukan pengendalian secara kimia. Hama yang menyerang tanaman cabai antara lain lalat buah, ulat grayak (Spodoptera litura), kutu daun (Aphis gossypii), thrips, tungau dan ulat tanah. Penyakit yang menyerang cabai antara lain Antraknosa (Colletotrichum sp), bercak daun (Cercospora capsici), layu bakteri

17 6 (Pseudomonas sp), busuk daun (Phytopthora capsici), layu fusarium (Fusarium sp), dan penyakit mosaik daun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Methylobacterium spp Bakteri dari genus Methylobacterium sudah banyak diteliti sebagai salah satu contoh bakteri fakultatif methylotrof. Bakteri ini diklasifikasikan sebagai α- proteo bacteria dan dapat tumbuh pada senyawa C 1 seperti methanol dan metilalamin sebaik pada senyawa C 2, C 3, dan C 4 (Lidstrom dan Christoserdova, 2002). Methylobacterium banyak terdapat di alam. Ismail (2002) menyatakan bahwa Methylobacterium spp dapat ditemukan pada permukaan daun tanaman nangka, rambutan, belimbing, sawo. Selain itu dapat ditemukan pada tanaman sayuran lalapan seperti pohpohan, selada, kemangi, dan kecambah kacang hijau (Riupassa, 2003). Isolasi dari beberapa daun clover merah dan gandum menunjukkan kelimpahan populasi PPFM menurun dari musim semi ke musim panas, namun meningkat lagi saat akhir musim panen (Omer, 2004). Methylobacterium spp juga dapat ditemukan pada daun kantong semar (Nephentes), anggrek hitam (Coelogyne pandurata), durian lai (Durio kutejensis) dan ulap doyo (Curculigo latofolia) dengan kelimpahan yang tinggi (Salma et al., 2005). Holland dan Pollaco (1992) menyatakan bahwa beberapa jenis Methylobacterium berhubungan dengan metabolisme nitrogen pada tanaman dengan menggunakan urease bakteri. Selain itu Sy et al. (2001) menyatakan bahwa beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan. Koenig et al. (2002) menyatakan bahwa banyak strain bakteri Methylobacterium sp. dapat menghasilkan sitokinin trans-zeatin yang disekresikan pada media kultur yang dapat menstimulasi perkecambahan benih kedelai. Hasil penelitian Ryu et al. (2006) menunjukkan bahwa dengan perlakuan Methylobacterium pada tanaman cabai yang telah diekstrak terlihat adanya akumulasi hormon indole acetic acid (IAA) sebesar pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan pmol/g bobot basah pada bakteri tipe

18 7 CBMB110, sitokinin yaitu trans zeatin (t-zr) sebesar pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB110 dan dihidrozeatin ribosid (DHZR) sebesar pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan pada bakteri tipe CBMB110 sebesar pmol/g bobot basah. Sedangkan pada tanaman tomat hanya ditemukan konsentrasi sitokinin t-zr sebesar pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB110 dan DHZR sebesar pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB20 dan pmol/g bobot basah pada bakteri tipe CBMB110 tanpa adanya IAA. Widajati et al. (2008) menyatakan bahwa Methylobacterium spp strain TD-J7 dapat menghasilkan hormon auksin 9.13 ppm, trans-zeatin ppm dan gibrelin ppm dan pada isolat strain TD-TPB3 menghasilkan IAA ppm, trans zeatin ppm dan giberelin ppm. Menurut Fitriarini (2008) isolat bakteri Methylobacterium spp dapat digunakan untuk invigorasi benih padi dengan viabilitas awal 70% dengan meningkatkan kecepatan tumbuh pada perlakuan menggunakan isolat TD-G3 sebesar 9.98 %. Pada benih dengan viabilitas awal 82% dengan isolat TD-J7, TD-G3, TD-J10, TD-TPB3, dan TD-L2 dapat meningkatkan kecepatan tumbuh masing masing sebesar 11.14%, 11.31%, 11.75%, 12.45%, dan 13.13%. Menurut Amin (2008) isolat Methylobacterium spp dapat mematahkan dormansi benih padi varietas Ciherang pada pada after ripening 5 minggu dengan nilai DB > 85% dan mempersingkat persistensi dormansi. Safariyah (2009) menyatakan bahwa aplikasi Methylobacterium spp dapat mematahkan dormansi benih padi pada minggu ke-2 after ripening. Aplikasi Methylobacterium spp pada tahap persemaian dapat meningkatkan daya tumbuh bibit dan keserempakan tumbuh secara nyata, juga dapat meningkatkan jumlah gabah bernas per malai dan bobot gabah bernas per rumpun (Safariyah, 2009). Selain itu isolat TD-TPB3 dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih padi pada parameter K CT sebesar 13.55% KN/etmal menjadi 18.66% KN/etmal dan Indeks Vigor 22.67% menjadi 70.67% pada benih dengan viabilitas awal sedang (Kurniati, 2009).

19 8 Inokulasi isolat bakteri Methylobacterium yang dikombinasikan dengan Bradyrhizobium japonicum strain SB120 mempunyai dampak yang signifikan pada parameter pertumbuhan, penyerapan nutrisi dan daya hasil kedelai dengan peningkatan panjang dan lebar tajuk sebesar cm dan cm dan peningkatan panjang dan lebar akar sebesar cm dan cm (Radha et al., 2009). Meenakashi dan Savalgi (2009) menyatakan bahwa terdapat peningkatan jumlah bintil akar pada 45 dan 60 hari pada perlakuan dengan aplikasi pada benih dan penyemprotan dibandingkan dengan perlakuan inokulasi benih menggunakan Bradyrhizobium japonicum saja. Total bobot kering kedelai meningkat 41.67% pada perlakuan inokulasi Methylobacterium sp. dan B. japonicum dengan penyemprotan pada 20, 30 dan 45 hari dibandingkan dengan kontrol. Penelitian Radha et al. (2009) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium sp. dan Bradyrhizobium japonicum strain SB 120 pada benih secara signifikan dapat meningkatkan parameter pertumbuhan tanaman kedelai meliputi bobot tanaman, jumlah daun dan berat kering akar dengan penanaman dalam pot pada kondisi rumah kaca. Total bobot kering kedelai meningkat 41.67% pada perlakuan inokulasi Methylobacterium sp. dan B. japonicum dengan penyemprotan pada 20, 30 dan 45 hari dibandingkan dengan kontrol (Meenakashi dan Savalgi, 2009). Menurut Yim et al. (2009) inokulasi Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29 dengan cara penyemprotan saat tanaman berumur 1, 15, 40, 70, 90, 120 dan 140 hari dapat meningkatkan tinggi tanaman 0.96% sampai 24.76% dan bobot kering biomassa cabai 2.98% sampai 40.82%. Hasil penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3 dan kombinasi TD-J7+TD-TPB3 dapat meningkatkan vigor benih dan bibit cabai besar. Aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan cara rendam+semprot setiap dua minggu dapat meningkatkan jumlah daun, bobot kering bibit dan persentase bibit berbunga sebesar 2.4 helai, gram, dan 10.9% pada benih dengan viabilitas awal 62%. Sedangkan pada benih dengan viabilitas awal 90% aplikasi tersebut dapat meningkatkan jumlah daun 4.3 helai dan persentase bibit berbunga 30.5%.

20 9 Menurut Yim et al. (2010) perlakuan benih dengan Methylobacterium oryzae strains CBMB20 dan CBMB110 menunjukkan peningkatan panjang akar dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan dengan Methylobacterium oryzae strains CBMB20 dan CBMB110 secara signifikan menunjukkan peningkatan akumulasi sitokinin t-zr dan DHZR pada ekstrak tanaman cabai dan tomat. Percobaan di rumah kaca menunjukkan peningkatan biomassa cabai dan kolonisasi bakteri filosfer. Chauhan et al. (2010) menyatakan bahwa efek pemacu pertumbuhan dari Methylobacterium oryzae CBMB20 signifikan pada perlakuan pemupukan yang lebih rendah dan pertumbuhan tanaman tidak berbeda nyata pada perlakuan pemupukan antara 100% dan 300% pada tanaman yang diberi perlakuan Methylobacterium oryzae CBMB20 dan penyemprotan 1% methanol. Dengan aplikasi Methylobacterium oryzae CBMB20 dan penyemprotan methanol maka aplikasi pemupukan dapat dikurangi tanpa adanya pengurangan yang nyata pada akumulasi biomassa dan daya hasil tanaman. Hasil penelitian Deka Boruah et al. (2010) pada kondisi rumah kaca inokulasi Methylobacterium sp dengan aktivitas 1-aminocyclopropane-1- carboxylate Deaminase (ACCD)+IAA atau tanpa IAA meningkatkan ketegaran bibit cabai dan tomat yang terlihat dari rata-rata panjang nodul dan bobot spesifik daun, namun pengaruh ini setara dengan aplikasi IAA dengan konsentrasi yang rendah. Zat Pengatur Tumbuh Indole Acetic Acid (IAA) merupakan salah satu bentuk dari auksin yang berperan dalam mendorong pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukan akar, pembungaan pada Bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pada tanaman diocious, dominasi apical, respon tropisme, serta menghambat pengguguran daun, bunga dan buah (Wattimena et al., 1992). Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa pemberian auksin dapat memacu pemanjangan potongan akar atau akar utuh pada banyak spesies dengan konsentrasi yang sangat rendah ( tergantung

21 10 jenis dan umur akar) dan pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pemanjangan akar. Pemberian auksin dapat memacu pembentukan dan pemanjangan akar pada stek tanaman Makadamia. Menurut Sianturi (1996) pemberian auksin dengan jenis dan konsentrasi yang berbeda memberikan respon yang berbeda terhadap keberhasilan stek Makadamia. Perlakuan Rhizopon AA 1% menunjukkan kualitas akar yang terbaik dengan jumlah stek berakar 25%, jumlah akar 17.4 buah dan rata rata panjang akar 11.4 cm. Sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel, morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, pembentukan umbi pada kentang, pemecahan dormansi, pembukaan stomata, pembungaan dan pembentukan buah partenokarpi, serta dapat menghambat senescens dan absisi (Wattimena et al., 1992). Sitokinin dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan pertunasan tanaman nanas. Perlakuan sitokinin sangat berpengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun nenas saat pembibitan. Tinggi tanaman nanas tertinggi adalah pada perlakuan kontrol sebesar cm dan terendah pada perlakuan TDZ 0.05 ppm yaitu cm. jumlah daun terbanyak pada perlakuan TDZ 0.1 ppm sebesar helai dan terendah pada perlakuan BAP 2 ppm sebesar helai (Sari, 2008). Giberelin berperan dalam mengontrol proses-proses perkembangan tanaman yang meliputi perkecambahan, pemanjangan sel, dan perkembangan bunga dan benih. Dalam perkecambahan, giberelin memacu sintesis dan sekresi jumlah enzim hidrolitik yang berperan dalam proses penguraian protein, pati, lemak, dinding sel, dan asam asam nukleat dalam endosperm (Lakitan, 1996). Menurut penelitian Sari (2005) pemberian giberelin dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. Perlakuan giberelin dengan konsentrasi 2 ppm nyata mempercepat umur berbunga dan mendorong keserempakan berbunga yang ditandai dari jumlah hari yang lebih sedikit untuk populasi tanaman mencapai berbunga 75%. Aplikasi giberelin 2 ppm juga meningkatkan hasil gabah ubinan maupun hasil gabah/ ha sebesar 16.4%. Waktu aplikasi di awal pertumbuhan (saat perendaman benih, menganak dan inisiasi malai) nyata meningkatkan indeks luas daun sedangkan aplikasi di akhir masa

22 11 pertumbuhan (inisiasi malai dan heading) nyata meningkatkan panjang malai dan jumlah gabah per malai. Menurut Haryantini dan Santoso dalam Sari (2010) pemberian 100 ppm GA 3 dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai. Selain itu, menurut Sari (2010) aplikasi GA ppm dan 200 ppm belum dapat mengurangi kerontokan buah cabai dalam pot. Hal ini terjadi karena pemberian GA 3 dapat menghambat pertumbuhan generatif tanaman dan pada aplikasi 100 ppm GA 3 menunjukkan persentase kerontokan buah sebesar 37.22%.

23 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Cimanggu Bogor dan Rumah Kaca Unit Kebun Percobaan Cikabayan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Desember Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai merah varietas Prabu, isolat bakteri Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB-3, dan media kultur cair Amonium Mineral Salt (AMS). Bahan lain yang digunakan antara lain akuades, metanol, alkohol 95%, alkohol 70%, isolatip, tisu, kertas label, media persemaian benih, polybag, tray, pestisida, fungisida, pupuk kandang, pupuk Urea, SP-18 dan KCl. Peralatan yang digunakan meliputi cawan petri, pinset, ose, bunsen, hand sprayer, labu erlenmeyer, tabung reaksi, rak tabung, autoklaf, phmeter, gunting, timbangan analitik, laminar air flow, alat tulis, ember, dan cangkul. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan berdasarkan model Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama yaitu frekuensi aplikasi isolat bakteri Methylobacterium spp yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: benih direndam air, dan tidak disemprot isolat Methylobacterium spp (m0), perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap dua bulan sekali sampai umur empat bulan (m1), perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp dan penyemprotan setiap satu bulan sampai tanaman berumur empat bulan (m2). Faktor kedua adalah dosis pemupukan yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: tanpa pemupukan (p0), pemupukan setengah dosis rekomendasi (p1), dan pemupukan satu dosis rekomendasi pemupukan cabai (p2).

24 13 Masing-masing percobaan terdiri dari 3 ulangan dengan 9 kombinasi perlakuan sehingga diperoleh 27 satuan percobaan. Dalam setiap satuan percobaan diamati 5 tanaman contoh. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah Y ijk = µ + α i + F j + P k + (FP) jk + ε ijk dimana : Y ijk : Nilai pengamatan pada satuan percobaan dari ulangan ke-i pada faktor frekuensi aplikasi ke-j dan dosis pemupukan ke k µ : nilai rata-rata umum α i : ulangan ke-i, dimana i= 1, 2, dan 3 F j : Pengaruh frekuensi aplikasi isolat bakteri pada taraf ke-j = 1, 2, dan 3 P k : Pengaruh dosis pemupukan pada taraf ke-k = 1, 2, dan 3 (FP) jk : Interaksi antara frekuensi aplikasi isolat bakteri pada taraf ke-j = 1, 2, dan 3 dengan dosis pemupukan taraf ke-k = 1, 2, dan 3 ε ijk : Pengaruh galat percobaan Data yang diperoleh diuji dengan uji F, apabila menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan pengujian lanjut dengan menggunakan uji wilayah berganda duncan (DMRT) pada taraf 5%. Pelaksanaan Perbanyakan isolat bakteri Perbanyakan bakteri Methylobacterium spp dilakukan di laboratorium Mikrobiologi BB-Biogen. Isolat bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah TD-J7 yang diisolasi dari daun jagung dan TD-TPB-3 yang diisolasi dari daun terong bulat. Kegiatan perbanyakan isolat Methylobacterium spp diawali dengan pembuatan media kultur yaitu media Amonium Mineral Salt (AMS) dengan komposisi seperti yang tercantum dalam Lampiran 2. Untuk perendaman benih dibuat media sejumlah 50 ml. Selanjutnya ditambahkan 50 µl Triptofan, diukur tingkat keasaman (ph) = 7 menggunakan phmeter. Media yang sudah siap dituang dalam 2 erlenmeyer 100 ml masing masing sebanyak 25 ml, selanjutnya disterilisasi dalam autoclave pada tekanan 1 atm dan suhu 121 o C selama 2 jam.

25 14 Inokulasi bakteri dilakukan setelah media dingin yang sebelumnya telah ditambahkan dengan 0.5 ml methanol. Sebanyak 1 ose bakteri diinokulasikan pada media secara aseptik pada laminar air flow. Selanjutnya kultur diinkubasi menggunakan shaker selama tujuh hari. Setelah tujuh hari, media cair siap digunakan untuk perendaman benih cabai. Jumlah kultur bakteri yang dibuat untuk penyemprotan cabai di rumah kaca disesuaikan dengan kebutuhan. Perendaman dan Penyemaian Benih Benih disiapkan pada wadah yang steril. Benih direndam dengan isolat Methylobacterium spp selama 24 jam dan pada perlakuan m0 benih direndam dengan air. Sebelum dikecambahkan, benih yang sudah direndam dikeringanginkan selama satu jam. Pengecambahan benih dilakukan di tray dengan media campuran tanah, kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Persemaian diupayakan dalam tempat yang teduh dan selalu dalam kondisi lembab dengan melakukan penyiraman setiap hari. Penyemaian dilakukan selama 42 hari (6 minggu). Penanaman Bibit yang sudah siap tanam dilakukan pemindahan dari persemaian ke polybag yang lebih besar (diameter 30 cm). Bibit diambil dari tray dengan cara menekan bagian bawah tray hingga tanah muncul secara hati-hati. Selanjutnya bibit ditanam pada polybag. Setiap satu polybag ditanam satu bibit. Penyulaman dilakukan pada satu minggu setelah tanam (1MST) dengan bahan tanam yang berumur sama. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pemangkasan tunas air, pemupukan, pengajiran, pengandalian hama dan penyakit. Pengajiran dilakukan pada 5 MST. Pemupukan dilakukan empat kali yaitu pada tanaman berumur 2, 8, 14 dan 18 MST. Dosis pemupukan yang disarankan Deptan adalah 300 kg Urea/ha, 250 kg SP-36/ha dan 250 kg KCl/ha. Pemupukan pada dosis

26 15 penuh (15 g Urea, 27 g SP-18, dan 12 g KCl per 5 kg media) dan pada setengah dosis adalah (7.5 g Urea, 13 g SP-18, dan 6 g KCl per 5 kg media). Pemupukan diberikan secara bertahap. Pemupukan pertama pada 2 MST penuh diaplikasikan 2 g Urea, 2 g SP-18 dan 1 g KCl pada dosis penuh dan setengah dosis sebanyak 1 g Urea, 2 g SP-18 dan 1 g KCl. Pemupukan kedua (8MST), ketiga (14 MST) dan keempat (18MST) diaplikasikan sebanyak 4.3 g Urea, 8.3 g SP-18 dan 3.6 g KCl (dosis penuh) dan 2.2 g Urea, 3.6 g SP-18 dan 1.6 g KCl (setengah dosis). Penyemprotan kultur Methylobacterium spp pada tanaman dilakukan menggunakan hand sprayer. Aplikasi Methylobacterium spp dilakukan pada saat tanaman berumur 1, 2, 3, dan 4 bulan untuk tanaman dengan perlakuan penyemprotan setiap satu bulan dan saat tanaman berumur dua dan empat bulan untuk perlakuan penyemprotan setiap dua bulan. Jumlah kultur bakteri yang digunakan untuk merendam adalah 50 ml untuk 400 butir benih. Jumlah kultur yang disemprotkan; 22 ml untuk 70 bibit pada 4 MST. Pada 8 MST diperlukan 100 ml untuk 70 tanaman, pada 12 MST diperlukan 220 ml untuk 36 tanaman, dan 480 ml untuk 70 tanaman pada 16 MST. Pengendalian hama kutu daun (Aphis gossypii) dan thrips menggunakan pestisida bahan dengan aktif Abamextrin dengan konsentrasi 1ml/L atau 2 ml/l air tergantung tingkat serangan. Pengendalian penyakit embun jelaga (Capnodium sp) menggunakan fungisida dengan bahan aktif Klorotalonil 75% dengan konsentrasi 1 gram/l air atau 2 gram/l air tergantung tingkat serangan. Frekuensi penyemprotan 1-2 kali seminggu sesuai kondisi serangan. Pemanenan Pemanenan dilakukan saat buah sudah masak (90% berwarna merah). Panen dilakukan pada pagi hari. Pada panen terakhir semua buah dipanen dan ditimbang bobotnya.

27 16 Pengamatan Pengamatan yang dilakukan meliputi : a) Daya Tumbuh Daya tumbuh dihitung berdasarkan jumlah benih yang tumbuh pada pengamatan dengan menggunakan rumus : Daya Tumbuh = Σ benih yang tumbuh x 100% Σ benih yang ditanam b) Tinggi tanaman Pengukuran tinggi tanaman dilakukan mulai dari pangkal batang sampai ujung tajuk. Pengamatan dilakukan sampai 13 MST. c) Jumlah daun Seluruh daun dihitung. Kriteria daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna dan diamati sampai tanaman berumur 13 MST. d) Jumlah cabang Dilakukan penghitungan jumlah cabang sampai mencapai fase generatif. Jumlah cabang dihitung sampai tanaman berumur 12 MST. e) Jumlah bunga Diamati waktu tanaman mulai berbunga dan dihitung jumlah bunga yang terbentuk tiap minggu. Bunga yang dihitung adalah bunga yang mekar dan yang masih kuncup yang sudah muncul kelopak berwarna putih. Jumlah bunga diamati sampai tanaman berumur 18 MST. f) Bobot buah Bobot buah dihitung saat buah dipanen setiap MST. Pada panen terakhir semua buah baik yang masih muda (berwarna hijau) maupun yang telah matang (berwarna merah) dipanen dan dihitung bobotnya.

28 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Tumbuh Benih cabai diuji viabilitasnya menggunakan Uji diatas Kertas (UAK) pada cawan petri sebelum ditanam. Dari pengujian didapatkan Daya Berkecambah (DB) benih sebesar 77% dan K CT 1.716% KN/etmal pada kondisi tanpa perendaman Methylobacterium spp. Daya tumbuh tanaman yang disemai sebesar 74.35% untuk benih yang direndam air dan 75.35% pada benih yang direndam bakteri Methylobacterium spp. Daya tumbuh bibit cabai yang diaplikasikan Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan cara perendaman tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih dengan isolat Methylobacterium spp strain TD-J7, TD-TPB3 dan kombinasi TD-J7 dan TD- TPB3 dapat meningkatkan vigor benih cabai sebesar 1.9%, 3.4% dan 2.1% pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62%. Selain itu perlakuan tersebut dapat meningkatkan indeks vigor benih sebesar 4.5%, 4.3% dan 5% pada benih dengan viabilitas awal 90%. Rendahnya daya berkecambah benih yang ditanam menunjukkan mutu benih yang kurang baik karena benih sudah mengalami kemunduran. Justice (2002) menyatakan bahwa vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedakan, terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Kemunduran benih adalah jatuhnya mutu benih yang perubahan secara menyeluruh di dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih. Kemunduran benih dapat dilihat dari indikasi biokimia dan fisiologis. Indikasi fisiologis yang terjadi antara lain menurunnya aktivitas enzim, menurunnya respirasi, kebocoran metabolit meningkat, kandungan asam lemak bebas meningkat. Sutopo (2002) menyatakan bahwa kemunduran benih berjalan seiring dengan pertambahan umur benih dalam penyimpanan.

29 18 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman saat mulai dipindahkan ke polybag rata-rata 2.4 cm. Pengaruh aplikasi Methylobacterium spp pada tinggi tanaman mulai terlihat saat tanaman mulai berumur 2 MST. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada 1 MST, nyata pada 2 MST dan sangat nyata pada 3 sampai 13 MST. Sedangkan aplikasi pemupukan dan interaksi antara aplikasi Methylabacterium spp dengan pemupukan tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman cabai. Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Tinggi Tanaman Cabai. Umur Methylobacterium (M) Pupuk (P) MxP kk (%) 1 MST 3.41 tn 0.41 tn 0.92 tn MST 4.25* 0.05 tn 0.32 tn MST 8.85** 0.64 tn 0.96 tn MST 15.15** 0.86 tn 0.95 tn MST 18.25** 1.2 tn 0.93 tn MST 19.47** 1.77 tn 1.05 tn MST 19.02** 2.57 tn 1.02 tn MST 16.16** 0.22 tn 0.26 tn MST 17.45** 0.16 tn 0.28 tn MST 25.42** 0.21 tn 0.79 tn MST 19.1** 0.46 tn 0.69 tn MST 15.75** 0.66 tn 1.16 tn MST 14.96** 0.96 tn 1.55 tn Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan. Berdasarkan hasil uji DMRT pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman cabai. Pada perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan terjadi peningkatan tinggi tanaman cabai sebesar 15.44% pada 2 MST dan 12.46% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD-TPB3 dengan cara merendam benih dan penyemprotan pada bibit

30 19 setiap 2 minggu dapat meningkatkan tinggi bibit cabai paling baik yaitu sebesar 5.1 cm daripada perlakuan perendaman benih. Hal ini menunjukkan bahwa dalam aplikasi Methylobacterium spp tidak cukup hanya denga perendaman benih saja namun perlu dilakukan penyemprotan secara rutin pada tanaman. Hasil penelitian Deka Boruah (2009) menunjukkan aplikasi Methylobacterium dapat meningkatkan panjang akar cabai sebesar 18-45% dan panjang tajuk 14-90%. Peningkatan ini dipengatruhi oleh adanya enzim 1-aminocyclopropane-1- carboxylate Deaminase (ACCD) yang dihasilkan oleh Methylobacterium sp. Data Tabel 2 pada 11 MST menunjukkan adanya penurunan tinggi tanaman terjadi serangan hama kutu daun dan serangan penyakit embun jelaga cendawan (Capnodium sp) yang dikendalikan menggunakan pestisida dengan bahan aktif aktif Abamextrin dan pengendalian penyakit menggunakan fungisida dengan bahan aktif Klorotalonil 75%. Tabel 2. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Tinggi Tanaman Cabai. Umur Perlakuan Persentase rendam+semprot rendam+semprot kontrol Peningkatan* 2 bulan 1 bulan cm MST 2.52a 1.91a 2.48a - 2 MST 3.56 ab 2.38 b 4.11 a % 3 MST 5.57a 2.72b 5.95a 6.82 % 4 MST 8.84a 3.25b 8.74a - 5 MST 12.74a 4.62b 12.37a - 6 MST 15.93a 5.98b 15.38a - 7 MST 28.51a 12.73b 27.53a - 8 MST 32.82a 15.71b 32.23a - 9 MST 32.82a 15.71b 32.23a - 10 MST 35.76a 17.86b 38.22a 6.88 % 11 MST 31.97a 19.06b 33.59a 5.07 % 12 MST 33.62a 20.90b 36.46a 8.45 % 13 MST 36.35a 23.74b 40.88a % Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 2 dapat dikatakan bahwa aplikasi isolat Methylobacterium spp dengan frekuensi yang lebih sering lebih baik daripada tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hasil penelitian Yim et al. (2009)

31 20 menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29 dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai dari 0.96% sampai 24.76%. peningkatan ini didapatkan dari aplikasi M. suomiense saat tanaman berumur 1, 15, 40, 70, 90, 120 dan 140 hari. Selain itu, Yim et al. (2010) menyatakan bahwa perlakuan benih dengan Methylobacterium oryzae strains CBMB20 dan CBMB110 menunjukkan peningkatan panjang akar dibandingkan dengan kontrol. Jumlah Daun Jumlah daun saat tanaman dipindahkan dari persemaian rata-rata 3-4 helai. Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun cabai pada 1 dan 3 MST. Aplikasi pemupukan menunjukkan pengaruh nyata pada 12 MST. Sedangkan interaksi antara aplikasi Methylabacterium spp dengan pemupukan tidak menunjukkan pengaruh nyata pada semua umur tanaman. Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Daun Cabai Umur Methylobacterium (M) Pupuk (P) MxP kk (%) 1 MST 2.88 tn 0.37 tn 0.93 tn MST 7.68** 0.08 tn 0.32 tn MST 3.07 tn 0.16 tn 0.27 tn MST 4.45* 0.03 tn 0.13 tn MST 8.37** 0.44 tn 0.24 tn MST 8.06** 0.09 tn 0.22 tn MST 7.12** 0.06 tn 0.24 tn MST 7.12** 0.06 tn 0.24 tn MST 8.76** 1.19 tn 0.41 tn MST 11.3** 1.49 tn 0.53 tn MST 10.78** 2.81 tn 0.71 tn MST 13.12** 4.08* 0.86 tn Keterangan : ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, *= berpengaruh nyata pada taraf 5% tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan. Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman dan penyemprotan setiap satu bulan tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun cabai. Perlakuan perendaman dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan terjadi peningkatan

32 21 jumlah daun sebesar 40.88% pada 7 MST dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan frekuensi yang lebih sering dapat meningkatkan pembentukan daun. Menurut penelitian Goni (2010) aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7+TD- TPB3 dengan cara perendaman benih dan penyemprotan pada 2 dan 4 MST dapat meningkatkan jumlah daun sebesar 2.4 helai pada benih dengan viabilitas awal 62% dan 4.3 helai pada benih dengan viabilitas awal 90%. Hasil penelitian Deka Boruah et al. (2010) menunjukkan bahwa inokulasi Methylobacterium sp. dapat meningkatkan jumlah nodul, ukuran daun dan berat daun. Peningkatan ini terjadi karena Methylobacterium sp dapat menghasilkan enzim 1-aminocyclopropane-1-carboxylate Deaminase (ACCD). Enzim dapat berfungsi mengurangi etilen dengan cara memisahkan dan menghidrolisis ACC menjadi α-ketobutirat dan amonia. Inokulasi Methylobacterium sp. dengan auksin (IAA) atau tanpa IAA dapat meningkatkan ketegaran bibit cabai dan tomat berdasarkan rata-rata panjang nodul dan bobot spesifik daun. Tabel 4. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Daun Cabai. Umur Perlakuan Persentase kontrol rendam+semprot rendam+semprot peningkatan* 2 bulan 1 bulan helai MST 2.67tn 2.11tn 2.78tn 4.12 % 2 MST 4.11a 3.22b 4.44a 8.03 % 3 MST 5.22tn 4.44tn 5.56tn 6.51 % 4 MST 5.78ab 4.78b 6.22a 7.61 % 5 MST 6.44a 5.22b 7.22a % 6 MST 8.11ab 6.44b 9.67a % 7 MST 13.33ab 8.67b 18.78a % 8 MST 30.22a 12.00b 35.33a % 9 MST 39.67a 13.89b 46.89a 18.2 % 10 MST 50.56a 17.44b 66.33a % 11 MST 63.00a 26.56b 79.44a % 12 MST 85.56a 32.78b 95.22a % Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol.

33 22 Jumlah Cabang Cabang pada tanaman cabai mulai terbentuk saat tanaman berumur 5 MST. Pengamatan jumlah cabang dilakukan mulai dari 7 MST karena pada umur tersebut sebagian besar tanaman sudah membentuk cabang. Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp berpengaruh nyata dan sangat nyata pada tolok ukur jumlah cabang cabai. Sedangkan aplikasi pemupukan dan interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan aplikasi pemupukan tidak berpengaruh nyata pada 7-13 MST. Tabel 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Cabang Cabai Umur Methylobacterium (M) Pupuk ( P ) MxP kk (%) 7 MST 9.34** 3.3 tn 0.52 tn MST 5.93* 0.83 tn 0.66 tn MST 14.86** 0.3 tn 0.36 tn MST 14.37** 1.9 tn 0.82 tn MST 11.58** 2.71 tn 1.08 tn MST 9.54** 3.11 tn 1.09 tn MST 8.88** 2.99 tn 1.07 tn Keterangan : *= berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan, Tabel 6 menunjukkan aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah cabang pada perlakuan dengan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan yaitu sebesar 25.44% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol. Jumlah cabang berpengaruh terhadap pembentukan bunga dan buah cabai. Semakin banyak jumlah cabang maka kemungkinan bunga yang terbentuk juga banyak. Hal ini disebabkan oleh bunga dan buah cabai tumbuh diantara cabang cabai (Setiadi, 2008). Peningkatan jumlah cabang cabai dapat terjadi karena bakteri Methylobacterium spp dapat menghasilkan sitokinin. Sitokinin adalah hormon yang berfungsi sebagai pemacu perkembangan sel dan pembentukan organ tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995).

34 23 Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Cabang Cabai. umur kontrol perlakuan rendam+semprot 2 bulan rendam+semprot 1 bulan Persentase peningkatan* 7 MST 2.56a 1.33b 3.00a MST 3.44a 1.56b 3.89a MST 4.89a 1.78b 4.89a - 10 MST 32.00b 8.78c 48.33a MST 40.67a 11.56b 57.33a MST 55.00a 18.22b 74.44a MST 59.78a 25.00b 85.22a Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol. Aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah sitokinin pada tanaman. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ryu et al. (2006) yang menunjukkan adanya akumulasi sitokinin yaitu trans zeatin (t-zr) pada bakteri tipe CBMB20 sebesar pmol/g bobot basah dan bakteri tipe CBMB110 sebesar pmol/g bobot basah pada ekstrak tanaman cabai yang diberi isolate Methylobacterium sp. Menurut Widajati et al. (2008) sitokinin (trans-zeatin) yang dihasilkan oleh isolat TD-J7 tergolong tinggi yaitu sebesar ppm sedangkan isolat TD-TPB3 tergolong rendah yaitu sebesar ppm. Jumlah Bunga Tanaman cabai yang diberi perlakuan perendaman dan penyemprotan Methylobacterium spp tiap satu bulan mulai berbunga pada 7 MST, yaitu lebih cepat 2 minggu daripada kontrol. Tanaman pada perlakuan kontrol mulai berbunga pada 9 MST dan tanaman dengan perlakuan perendaman dan penyemprotan setiap dua bulan mulai berbunga pada 10 MST. Hasil penelitian Goni (2010) mennunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp TD-J7 dan TD-TPB3 dengan cara perendaman benih dan penyemprotan pada 2 dan 4 MST dapat mempercepat pembungaan bibit cabai pada benih dengan tingkat viabilitas awal 62% dan 90% pada tanaman yang berumur 6 minggu setelah sebar.

35 24 Tabel 7. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Jumlah Bunga Cabai umur Methylobacterium (M) Pupuk ( P ) MxP kk (%) 11 MST 4.34* 1.69 tn 0.25 tn # 12 MST 3.41 tn 1.5 tn 0.51 tn # 13 MST 1.48 tn 0.49 tn 0.87 tn # 14 MST 8.94* 2.13 tn 1.15 tn # 15 MST 8.01* 2.04 tn 1.04 tn # 16 MST 16.13** 3.3 tn 1.69 tn # 17 MST 22.46** 2.77 tn 1.69 tn # 18 MST 0.03 tn 0.03 tn 1.17 tn # Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium spp dan pemupukan, # = transformasi x+0.5 Tanaman pada semua perlakuan sudah berbunga saat berumur 11 MST sehingga data disajikan pada umur tersebut. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada 12, 13, dan 18 MST. Aplikasi pemupukan dan interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan pemupukan tidak menunjukkan pengaruh nyata pada tolok ukur jumlah bunga. Tabel 8. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Jumlah Bunga Cabai yang terbentuk setiap MST. umur perlakuan Persentase rendam+semprot rendam+semprot kontrol peningkatan* 2 bulan 1 bulan 11 MST 8a 2b 10a 25% 12 MST 5ab 1b 9a 80% 13 MST 9a 3a 7a - 14 MST 17b 7b 35a 105% 15 MST 24a 8b 32a 33% 16 MST 22a 5b 29a 32% 17 MST 7b 2c 11a 57% 18 MST 5a 6a 7a 40% Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT. * = Persentase peningkatan dihitung dari perlakuan rendam+semprot 1 bulan dibandingkan dengan kontrol. Tabel 8 menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan berbeda nyata dengan

36 25 kontrol pada 14 dan 17 MST. Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methyloacterium spp meningkatkan jumlah bunga yang terbentuk sebesar 105% dibandingkan dengan kontrol pada 14 MST. Hasil penelitian Goni (2010) menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 yang diaplikasikan pada benih cabai dengan cara direndam+disemprot secara nyata dapat meningkatkan persentase bibit berbunga sebesar 29.3%. Pada benih dengan tingkat viabilitas awal 90% aplikasi tersebut secara nyata dapat meningkatkan persentase bibit berbunga sebesar 33.9% jumlah bunga M0 M1 M Pengamatan ke Keterangan : M0 = Kontrol M1 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap dua bulan M2 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan Gambar 1. Jumlah bunga yang terbentuk setiap minggu pada MST Frekuensi aplikasi Methylobacterium spp yang lebih sering dapat mempercapat pembungaan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 yang menunjukkan bahwa perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan memiliki jumlah bunga yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Jumlah bunga pada perlakuan Methylobacterium spp dengan perendaman dan penyemprotan setiap satu bulan semakin meningkat dan puncak pembungaan terjadi pada pengamatan keempat (14 MST) sedangkan pada perlakuan kontrol puncak pembungaan terjadi pada pengamatan kelima (15 MST). Banyaknya bunga yang terbentuk berpotensi pada pembentukan buah.

37 26 Tabel 9. Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Total Jumlah Bunga Cabai (11-18 MST) Methylobacterium Pemupukan kontrol 1/2 dosis pupuk 1 dosis pupuk kontrol bc b bc rendam+semprot 2 bulan bc 61.00c c rendam+semprot 1 bulan bc a a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan satu dosis rekomendasi tidak berbeda nyata dengan perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan setengah dosis rekomendasi pada total jumlah bunga yang terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi frekuensi aplikasi Methylobacterium spp maka jumlah bunga yang terbentuk semakin banyak dan aplikasi pemupukan dapat dikurangi. Aplikasi Methylobacterium spp dapat meningkatkan jumlah bunga pada tanaman cabai karena Methylobacterium spp dapat menghasilkan giberelin yang dapat memacu pembentukan bunga. Menurut Widajati et al. (2008) kandungan hormon gibrelin yang dihasilkan Methylobacterium spp strain TD-J7 adalah sebesar ppm dan TD-TPB3 sebesar ppm. Bobot Buah Panen dapat dilakukan saat tanaman memenuhi kriteria panen buah cabai yaitu buah berwarna merah sempurna. Bobot buah diamati saat cabai dipanen setiap minggu mulai dari 15 MST. Selain itu dilakukan penghitungan total buah yang dipanen. Berdasarkan rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa aplikasi Methylobacterium spp berpengaruh nyata pada bobot buah yang dipanen saat 22 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 18, 19, 20 dan 21 MST. Aplikasi pemupukan berpengaruh nyata pada 20 MST dan berpengaruh sangat nyata pada 19 MST. Interaksi antara aplikasi Methylobacterium spp dengan pemupukan berpengaruh sangat nyata pada bobot buah cabai saat panen pada 19 MST.

38 27 Tabel 10. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah Cabai Umur Methylobacterium (M) Pupuk ( P ) MxP kk (%) 15 MST 2.93 tn 2.93 tn 2.93 tn # 16 MST 0.39 tn 0.92 tn 0.68 tn # 17 MST 0.57 tn 1.10 tn 0.71 tn # 18 MST 9.10 ** 3.05 tn 2.50 tn # 19 MST ** 8.41 ** 7.92 ** # 20 MST ** 4.35 * 2.17 tn # 21 MST ** 1.35 tn 2.42 tn # 22 MST 4.14 * 0.33 tn 1.46 tn # 23 MST 3.28 tn 2.43 tn 1.28 tn # Keterangan : * = berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berpengaruh nyata, MxP = pengaruh interaksi aplikasi Methylobacterium dan pemupukan, # = transformasi x+0.5 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh nyata pada bobot tanaman cabai pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST dibandingkan dengan tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Methylobacterium spp strain TD-J7 dan TD-TPB3 dengan frekuensi yang lebih sering dapat meningkatkan bobot buah cabai yang dipanen setiap minggu. Deka Boruah et al. (2010) menyatakan bahwa perlakuan Mehylobacterium strain CBMB20, CBMB12, CBMB15, dan KACC dengan aplikasi IAA< 10.0µgram/L secara nyata dapat meningkatkan biomassa bibit tomat dan cabai. Tabel 11. Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp dan Pemupukan terhadap Bobot Buah Cabai setiap MST Perlakuan Umur Tanaman (MST) ` gram Kontrol 0.00a 2.22a 4.44a 1.74b 11.29b 19.57b 29.14b 8.78ab 32.88b Rendam+Semprot 2 bulan 0.00a 1.35a 2.69a 0.00b 2.40b 4.11c 8.64c 4.80b 44.01ab Rendam+Semprot 1 bulan 2.89a 3.25a 8.07a 30.33a 30.03a 53.72a 56.70a 24.98a 48.44a Kontrol 0.00a 1.60a 3.61a 0.00a 2.87b 7.65b 17.98a 9.54a 49.56a ½ dosis pupuk 3.25a 3.37a 8.04a 17.83a 27.71a 42.15a 38.01a 18.55a 37.96a 1 dosis pupuk 0.00a 1.46a 2.93a 16.22a 14.77ab 29.74ab 40.67a 11.74a 39.78a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

39 28 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa aplikasi pemupukan antara setengah dosis dan satu dosis rekomendasi tidak menunjukkan pengaruh nyata pada bobot buah cabai yang dipanen setiap MST. Perlakuan pemupukan yang tidak nyata menunjukkan perlakuan dengan jumlah pupuk yang lebih banyak penggunaan pupuk oleh tanaman tidak efisien. Prasatwi (2009) menyatakan bahwa efisiensi produktivitas cabai terhadap nitrogen, fosfor dan kalium pada perlakuan pemupukan NPK sesuai rekomendasi Deptan (150 kg Urea/ha,250 kg SP-36/ha, 200 kg KCl/ha) dan Balitsa (300 kg Urea/ha, 275 kg SP-36/ha, 250 kg KCl/ha) memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pupuk organik-npk Bobot Buah (gram) M0 M1 M Panen ke- Keterangan : M0 = Kontrol M1 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap dua bulan M2 = Perlakuan perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan Gambar 2. Bobot buah yang dipanen setiap minggu pada MST Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan dapat mempercepat pemanenan dan meningkatkan bobot buah yang dipanen dibandingkan dengan kontrol. Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan sudah mulai dipanen pada 15 MST sedangkan buah pada perlakuan kontrol belum dapat dipanen. Panen pada perlakuan tersebut semakin meningkat dengan puncak panen pada panen ketujuh (21 MST) kemudian semakin menurun.

40 29 Pada akhir panen (23 MST) terjadi peningkatan karena semua buah baik yang merah maupun yang masih hijau dipanen dan dihitung bobot buahnya. Berdasarkan Tabel 11 dan Gambar 2 dapat dikatakan bahwa semakin sering aplikasi Methylobacterium spp menunjukkan pengaruh yang lebih baik pada bobot buah cabai yang dipanen daripada tanpa aplikasi Methylobacterium spp. Hasil penelitian Yim et al. (2010) menunjukkan bahwa inokulasi Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29 dapat meningkatkan bobot kering biomassa cabai sebesar 2.98% sampai 40.82% dengan cara penyemprotan saat tanaman berumur 1, 15, 40, 70, 90, 120 dan 140 hari. Tabel 12. Interaksi Aplikasi Methylobacterium spp dan Pupuk terhadap Total Bobot Buah Cabai (15-23 MST) Methylobacterium Pemupukan kontrol 1/2 dosis pupuk 1 dosis pupuk gram kontrol 63.25b b b rendam+semprot 2 bulan 80.99b 62.98b 60.02b rendam+semprot 1 bulan b a a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT Interaksi Methylobacterium spp dengan pemupukan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan satu dosis rekomendasi tidak berpengaruh nyata dengan perlakuan aplikasi Methylobacterium spp setiap satu bulan dan pemupukan setengah dosis rekomendasi. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Chauhan et al. (2010) yang menyatakan bahwa efek pemacu pertumbuhan dari Methylobacterium oryzae CBMB20 lebih signifikan pada perlakuan pemupukan yang lebih rendah. Pertumbuhan tanaman tanaman cabai yang diberi perlakuan Methylobacterium oryzae CBMB20 dan penyemprotan methanol dengan konsentrasi 1%tidak berbeda nyata antara perlakuan pemupukan 100% dan 300%. Aplikasi Methylobacterium spp dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik karena Methylobacterium spp diketahui dapat menghasilkan zat pengatur tumbuh auksin, sitokinin dan giberelin juga enzim nitrogenase yang digunakan dalam fiksasi nitrogen. Hasil penelitian Sy et al. (2001) menunjukkan

41 30 bahwa beberapa strain Methylobacterium dapat mengefisienkan fiksasi nitrogen dengan membentuk bintil pada simbiosis dengan tanaman kacang-kacangan. Hasil penelitian Kim et al (2010) menunjukkan bahwa kombinasi Methylobacterium oryzae (strain CBMB20 dan CBMB110) dan cendawan Arbuskula Mikorhiza secara signifikan menghasilkan akumulasi nitrogen (N) yang lebih besar pada akar dan tajuk tanaman cabai dibandingkan dengan tanpa inokulasi. Selain itu kombinasi Methylobacterium oryzae strain CBMB110 dan cendawan Arbuskula Mikorhiza juga meningkatkan jumlah Fosfor (P) sampai 23.3% dibandingkan dengan perlakuan tanpa inokulasi. Simbiosis mutualisme terbaik dari Methylobacterium oryzae strain CBMB110 dan cendawan Arbuskula Mikorhiza ditandai dengan peningkatan penyerapan unsur makro dan mikro serta kandungan klorofil yang tinggi pada tanaman cabai merah.

42 31 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Aplikasi Methylobacterium spp tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang pada pengamatan mingguan. Perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh lebih baik pada pertumbuhan tanaman cabai yang ditunjukkan dengan meningkatnya tinggi tanaman 15.4% pada 2 MST dan 12.5% pada 13 MST, meningkatnya jumlah daun 40.9% pada 7 MST, dan meningkatnya jumlah cabang 25.4% pada 13 MST dibandingkan dengan kontrol. Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman benih dan penyemprotan setiap satu bulan secara nyata meningkatkan jumlah bunga pada 14 dan 17 MST, bobot buah pada 18, 19, 20, 21, dan 23 MST, serta meningkatkan total jumlah bunga dan total bobot buah cabai. Total bobot buah meningkat dari gram menjadi gram pada perlakuan tanpa pemupukan, meningkat dari gram menjadi gram pada pemupukan setengah dosis dan meningkat dari gram menjadi gram pada pemupukan satu dosis rekomendasi. Aplikasi pemupukan setengah dosis tidak menunjukkan beda nyata dengan satu dosis rekomendasi pemupukan. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut aplikasi isolat Methylobacterium spp pada tanaman cabai dengan skala yang lebih besar pada kondisi lapang karena penelitian ini adalah percobaan pada rumah kaca.

43 32 DAFTAR PUSTAKA Afifah, N Pengguaan Methylobacterium spp untuk Invigorasi Benih Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.). Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 33 hal. Amin, N Pengaruh Methylobacterium spp terhadap Pematahan Dormansi Benih Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 30 hal. Ashari, S Hortikultura, Aspek Budidaya. Edisi revisi. UI Press. Jakarta. 490 hal. BPS Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai, [13 Januari 2011]. Chauhan, P.S., G.S. Lee, M.K. Lee, W.J. Yim, G.Y. Lee, Y.S. Kim, J.B. Chung and T.M. Sa Effect of Methylobacterium oryzae CBMB20 inoculation and methanol spray on growth of red pepper (Capsicum annuum L.) at different fertilizer levels. Korean J. Soil Sci. Fert. 43(4): Deka Boruah, H.P., P.S. Chauhan, W.J. Yim, I.S. Hong, P. Palaniappan, M.K. Lee and T.M. Sa Effect of phytohormone and 1-aminocyclopropane-1- carboxylate deaminase producing Methylobacterium sp. on root growth and early seedling development of non-host crops red pepper. The 9 th International Conference of The East and Southeast Asia Federation of Soil Science Societies Deka Boruah, H.P., P.S. Chauhan, W.J. Yim, G.H. Han and T.M. Sa Comparison of Plant Growth Promoting Methylobacterium sp. and Exogenous Indole-3-Acetic Acid Application on Red Pepper and Tomato Seedling Development. Korean J. Soil Sci. Fert. 43(1): Departemen Pertanian Budidaya cabe merah di luar musim. Leaflet. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Direktorat Sayuran, dan Aneka Tanaman Hias. [19 Januari 2010]. Fitriarini, D Penggunaan Methylobacterium spp untuk Invigorasi Benih Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 29 hal. Goni Pengaruh Aplikasi Methylobacterium spp terhadap Vigor Benih dan Bibit Cabai Besar (Capsicum annuum L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hal. Holland, M.A. and J.C. Polacco. (1992). Urease-null and hydrogenase-null phenotypes of a phylloplane bacterium reveal altered nickel metabolism in two soybean mutants. Plant Physiol 98:

44 33 Ismail, Y.A Kelimpahan dan Keragaman Genetik Bateri Pink Pigmented Facultative Methylotroph dari Sejumlah Daun Tanaman Tropis. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 hal. Justice, O. L. dan L. N. Bass Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Rennie Roesli (Penerjemah). Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 hal. Terjemahan dari: Principles and Practices of Seed Storage. Koenig, R. L., R. O. Morris, and J. C. Polacco trna is the source of lowlevel trans-zeatin production in Methylobacterium spp. J. Bacteriol. 184: Kim, K., W.J. Yim, P. Trivedi, M. Madhaiyan, HP. Deka Boruah, M. Islam, and TM. Sa Synergistic effects of inoculating Arbuscular Mycorrhizal fungi and Methylobacterium oryzae strains on growth and nutrient uptake of Capsicum annuum. Plant and Soil. 327: Kurniati, E Aplikasi Methylobacterium spp untuk Meningkatkan Viabilitas Benih dan Pertumbuhan Bibit Padi (Oryza Sativa L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 54 hal. Lakitan, B Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 218 hal. Lidstrom, M.E. and Christoserdova, L Plants in the pink: cytokinin production by Methylobacterium. Journal of Bacteriology. 184(7):1818. Meenakashi, B.C and V.P Savalgi Effect of co-inoculation of Methylobacterium and B. japonicum on plant growth and dry matter content and enzyme activities in soybean. Karnataka J. Agric. Sci. 22(2): Omer, Z.R., R.Tombolini, and B. Gerhardson Plant colonization by pinkpigmented facultative methylotrophic bacteria (PPFMs). FEMS Microbiology Ecology. 47: Prasatwi, D Uji Efektifitas Penggunaan Pupuk Organik-NPK terhadap Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.) Varietas Hot Beauty. Skripsi. Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hal. Radha, T.K., V.P. Savalgi and A.R. Alagawadi Effect of methylotrophs on growth and yield of soybean (Glycine max L. Merrill). Karnataka J. Agric. Sci. 22 (1): Riupassa, P.A Kelimpahan dan Keragaman Genetik Bateri Pink Pigmented Facultative Methylotroph dari Beberapa Daun Sayuran Lalapan. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 32 hal. Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi dan Gizi. terjemahan dari: World Vegetables : Principles, Production and Nutritive Values 2 nd Edition. Penerbit ITB. Bandung. 320 hal.

45 34 Ryu, J., M. Madhaiyan, S. Poonguzhali, W. Yim, P. Indiragandhi, K. Kim, R. Anandham, J. Yun, K.H. Kim, and T.M. Sa Plant growth substances produced by Methylobacterium spp and their effect on tomato (Lycopersicon esculentum L.) and red pepper (Capsicum annuum L.) growth. Journal of Microbiology and Biotechnology 16: Sadikin, I Pengaruh Methylobacterium spp terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao). Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 36 hal. Safariyah, R Efektivitas Isolat Methylobacterium spp untuk Mematahkan Dormansi Benih, Meningkatkan Pertumbuhan Bibit dan Hasil Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 hal. Salisbury, F.B. dan C.W. Ross Fisiologi Tumbuhan jilid 3. D.R. Lukman dan Sumaryono (penerjemah). Terjemahan dari Plant Physiology 4 th Edition. Penerbit ITB. Bandung. 343 hal. Salma, S., A. Suwanto, A. Tjahjoleksono dan A. Meryandini Keanekaragaman bakteri filosfer dari beberapa tanaman asal Kalimantan Timur. Forum Pascasarjana 28(1):1-10. Sari, F.R Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Aplikasi Giberelin Terhadap Bibit, Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 hal. Sari, R Pengaruh Perlakuan Sitokinin pada Fase In Vitro Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.) cv Smooth Cayenne terhadap Pertumbuhan Vegetativ di Lapang. Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 39 hal. Sari, Y Pengaruh Konsentrasi GA3 dan Pemupukan NPK terhadap Keragaan Tanaman Cabai Sebagai Tanaman Hias Pot. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 46 hal. Setiadi Bertanam Cabai. Edisi revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 184 hal. Sianturi, S Pengaruh Jenis Media Tumbuh Dan Auksin Terhadap Keberhasilan Stek Makadamia (Macadamia integrifolia). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 63 hal. Sutopo, L Teknologi Benih. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 238 hal. Sy, A., E. Giraud, P. Jourand, N. Garcia, A. Willems, P. de Lajudie, Y. Prin, M. Neyra, M. Gillis, C. Boivin-Masson, and B. Dreyfus Methylotrophic Methylobacterium Bacteria Nodulate and Fix Nitrogen in Symbiosis with Legumes. J. Bacteriol. 183 (1):

46 35 Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik, E. Syamsudin, N.M.A. Wiendi, dan A. Ernawati Bioteknologi Tanaman. Pusat Antar Universitas Bioteknologi Istitut Pertanian Bogor. Widajati, E., S. Salma, M. Kosmiatin, E. Pratiwi, dan S. Rahayu Potensi Methylobacterium spp Asal Kalimantan Timur untuk Meningkatkan Mutu Benih dan Kultur In Vitro Tanaman serta Analisis Keragamannya. LPPM IPB. Bogor. Yim, W.J., M.K. Lee, H.P. Deka Boruah, S.M. Woo, M. Madhaiyan, and T.M. Sa Inoculation effect Methylobacterium suomiense CBMB120-gfp29 on growth of red pepper grown in different level of compost and lime. The 9 th International Conference of The East and Southeast Asia Federation of Soil Science Societies Yim, W.J., P.S. Chauhan, M. Madhaiyan, S. C. Tipayno and T.M. Sa Plant growth promontory attributes by 1-aminocyclopropane-1-carboxylate (ACC) deaminase producing Methylobacterium oryzae strains isolated from rice. 19 th World Congress of Soil Science, Soil Solutions for a Changing World

47 LAMPIRAN 36

48 37 A B C Lampiran 1. Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai Keterangan: A. Semut hitam sebagai vector kutu daun B. Kutu daun (Aphis gossypii) C. Penyakit embun jelaga (cendawan Capnodium sp)

49 38 A B A B A B Lampiran 2. Buah yang dipanen pada 20 MST Keterangan : (A) Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman dan penyemprotan setiap bulan dengan pemupukan setengah dosis rekomendasi. (B) Aplikasi Methylobacterium spp dengan perendaman dan penyemprotan setiap bulan dengan pemupukan satu dosis rekomendasi.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk dalam famili Solanaceae genus Capsicum dan spesies Capsicum annuum L. Cabai merupakan tanaman asli dari benua Amerika.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pengaruh Perendaman Benih dengan Isolat spp. terhadap Viabilitas Benih Kedelai. Aplikasi isolat TD-J7 dan TD-TPB3 pada benih kedelai diharapkan dapat meningkatkan perkecambahan

Lebih terperinci

Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp terhadap Pertumbuhan dan Daya. Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)

Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp terhadap Pertumbuhan dan Daya. Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Pengaruh Aplikasi Isolat Methylobacterium spp terhadap Pertumbuhan dan Daya Hasil Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Effect Application Methylobacterium spp isolate on Growth and Yield of Red Pepper (Capsicum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat penting dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat. Kandungan gizi dalam

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Desa Tamantirto,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pisang Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Sudah lama buah pisang menjadi komoditas buah tropis yang sangat populer

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Buncis Sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

komersial, pupuk SP 36, pupuk KCl, NaCl, Mannitol, K 2 HPO 4, MgSO 4.7H 2 O,

komersial, pupuk SP 36, pupuk KCl, NaCl, Mannitol, K 2 HPO 4, MgSO 4.7H 2 O, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Februari 31 Juni 2011 di Laboratorium Mikrobiologi, Bioteknologi, Kultur Jaringan dan Rumah Kaca Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 - Oktober 2014 di Laboratorium Hama Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan 1717 III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 01 Februari 31 Juni 2011 di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang paling dikenal. Walaupun tidak menghasilkan jumlah protein dan kalori setinggi buncis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan iradiasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan September 2015 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green house Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Benih Kedelai Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci