LEVERAGE DAN OPINI AUDIT GOING CONCERN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEVERAGE DAN OPINI AUDIT GOING CONCERN"

Transkripsi

1 LEVERAGE DAN OPINI AUDIT GOING CONCERN Kaihatu Bryan Petrus Christine Novita Dewi Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-25 Yogyakarta ABSTRACT The purpose of this research is to examine and analyse the impact of leverage towards acceptance of audit opinion going concern. Population of this research is manufacturing company listing in Indonesia Stock Exchange (BEI) during From total 125 manufacturing companies, there are only 31 companies that fulfill criteria of research sample. This research is using audited financial report to determine whether company received going concern opinion or not. The result shows that leverage has significantly positive impact to audit report-going concern. The increase of debt to equity ratio, the more potential company receives audit going concern opinion. This result becomes stronger when the company is audited by bigfour. Keywords: Leverage, Audit Opinion, Going Concern, Big Four ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Leverage terhadap penerimaan Opini Audit Going Concern yang dimoderasi oleh Reputasi Kantor Akuntan Publik. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun Dari total 125 perusahaan manufaktur, hanya 31 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan laporan auditor yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan sebagai penentuan Opini Audit Going Concern. Pengujian hipotesis menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Opini Audit Going Concern (GCO) diperkuat ketika diaudit oleh Big Four. Kata kunci: Leverage, Opini Audit, Going Concern, Big Four, PENDAHULUAN Berangkat dari kasus-kasus hukum yang dipicu oleh manipulasi akuntansi yang terjadi pada beberapa entitas bisnis, salah satunya adalah perusahaan energi besar yang berkantor pusat di Houston Amerika Serikat yaitu Enron yang pada tahun 2000 menerima opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion), namun ironisnya justru runtuh pada tahun Kasus runtuhnya Enron berdampak bagi dunia bisnis internasional sehingga pada tahun 2002 muncullah undang-undang baru yaitu Sarbanes Oxley Act yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada investor. Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena melakukan mark up pendapatan dan menyembunyikan hutang lewat business partnership. Fakta ini memunculkan pertanyaan mengapa perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) dapat berhenti beroperasi?, sehingga menimbulkan keraguan mengenai reputasi dan independensi sebuah kantor akuntan publik atas opini wajar tanpa pengecualian yang merupakan jaminan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Berdasarkan kasus tersebut maka penelitian ini akan melihat apakah setelah terjadi kasus Enron The Big4 masih dapat 157

2 JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016 dipercaya dan independensinya masih dapat dipertanggungjawabkan, sehingga opini yang dikeluarkan oleh The Big4 dapat memberikan assurance bagi para pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan bertujuan umum disusun atas suatu basis kelangsungan usaha, kecuali manajemen bermaksud untuk melikuidasi entitas atau menghentikan operasinya, atau tidak memiliki alternatif yang realistis selain melakukan tindakan tersebut di atas (SPAP, 2013). Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen dan investor sebagai salah satu pemangku kepentingan. Investor dan para pemangku kepentingan lainya menggunakan laporan keuangan sebagai cerminan untuk melihat kondisi perusahaan, oleh karena itu dibutuhkan pihak independen yakni auditor yang bertindak untuk menilai kewajaran dan keandalan dari laporan keuangan perusahaan.standar Auditing Seksi 570 menyatakan bahwa, tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya (SPAP, 2013). Auditor yang independen akan memberikan opini sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya, jika dalam proses identifikasi informasi mengenai kondisi perusahaan auditor tidak menemukan adanya kesangsian besar terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka auditor akan memberikan opini audit non going concern (NGCO) sebaliknya apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam menjaga keberlangsungan usahanya maka auditor akan mengeluarkan opini audit going concern (GCO). Opini audit going concern (GCO) merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2011). Standar Auditing Seksi 341 paragraf 06 menyatakan bahwa, auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang di audit). Auditor melakukan evaluasi terhadap perusahaan sebelum menentukan apakah terdapat kesangsian atas kelangsungan usaha suatu perusahaan. Auditor memerlukan berbagai informasi mengenai kondisi perusahaan dalam penilaian atas ada atau tidaknya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian atas kelangsungan hidup entitas, maka auditor perlu mencari informasi mengenai rencana manajemen dalam mengurangi dampak dari ketidakmampuan entitas tersebut. Jika auditor tidak menemukan kesangsian atas kondisi perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor akan memberikan opini non going concern (NGCO). O Reilly (2010) menyatakan asumsi dasar bahwa opini audit going concern (GCO) haruslah berguna bagi investor sebagai sinyal negatif tentang kelangsungan hidup perusahaan sehingga seringkali opini ini dikatakan bad news bagi pemakai laporan keuangan. Diterbitkanya opini audit going concern adalah hal yang tidak diharapkan oleh perusahaan karena dapat berdampak cukup signifikan pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditor, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi, pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya dan bukan demi kepentingan pemilik perusahaan. Perilaku manajemen ini tentu saja dapat mepengaruhi kualitas dari laporan keuangan yang disajikan dan peluang bagi perusahaan untuk menerima opini audit going concern tinggi. Oleh karena itu, diharapkan pihak manajemen dapat transparan dalam mengungkapkan informasi pada laporan keuangan, sehingga peluang perusahaan menerima opini audit going concern kecil. Sejumlah penelitian telah mengungkapkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap 158

3 penerimaan opini audit going concern pada perusahaan diantaranya Januarti dan Fitrianasari (2008), Rudyawan dan Badera (2009), Januarti (2009), Junaidi dan Hartono (2010), Rahman dan Siregar (2011) telah berhasil meneliti tentang faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern yang terdiri dari faktor keuangan dan faktor non keuangan. Standar Auditing Seksi 570 paragraf A2 menyatakan peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan tentang asumsi kelangsungan usaha salah satunya adalah rasio keuangan utama yang buruk. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja, serta ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah. Rasio leverage dapat digunakan untuk mengetahui kapasitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio leverage umumnya diukur dengan menggunakan deb to equity ratio yaitu membandingkan total kewajiban dengan total ekuitas. Jumlah utang yang melebihi total ekuitas menyebabkan perusahaan mengalami defisiensi modal atau saldo ekuitas bernilai negatif. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen et al., 1992). Namun penelitian Rudyawan dan Badera (2008) menyatakan bahwa rasio leverage tidak berpengaruh signifikan pada kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Rahman dan Siregar (2011) dalam penelitiannya membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) besar dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan KAP yang kecil. Selain itu, KAP besar memiliki insentif yang lebih besar untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan KAP skala kecil. KAP skala besar lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Namun penelitian Rudyawan dan Badera (2009), Januarti dan Fitrianasari (2008) menyatakan bahwa reputasi KAP tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Junaidi dan Hartono (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa reputasi KAP memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap opini audit going concern yang diberikan auditor. Berdasarkan kasus Enron dengan melibatkan KAP ternama Arthur Anderson yang dituduh telah mengeluarkan opini yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan, sehingga membuat kerugian bagi beberapa pihak bahkan dunia. Pasca kasus Enron tersebut banyak investor yang ragu akan jasa KAP besar, sehingga jatuhlah kepercayaan dan munculnya keraguan investor terhadap kinerja dari KAP besar. Setahun setelah kasus Enron tersebut yaitu pada tahun 2002 dikeluarkan undang-undang yang mengatur tentang Kantor Akuntan Publik yaitu Sarbanes Oxley Act. Undang-undang ini dibuat oleh para pembuat regulasi untuk mencegah kasus seperti Enron terulang kembali. Penelitian ini ingin melihat apakah KAP besar atau The Big Four masih dapat dipercaya dan independensinya dapat dipertanggungjawabkan, dengan begitu diharapkan hasil penelitian ini ingin memberikan bukti kepada investor agar keraguan investor terhadap independensi KAP setalah kasus Enron dapat terjawab, dengan begitu investor akan lebih hati-hati dan cermat untuk melakukan investasi pada perusahaan. Diharapkan juga penelitian ini dapat menambah referensi terhadap pembuat regulasi untuk terus mengkaji undang-undang yang ada, agar semakin kecil peluang KAP besar maupun kecil untuk melakukan kecurangan dan semua proses auditnya dilakukan sesuai prosedur dan undang-undang yang ada. TINJAUAN LITERATUR Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) 159

4 JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016 meminta pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Jika kedua pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut berusaha untuk memaksimalkan utilitas mereka maka ada kemungkinan bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Dengan tujuan memotivasi agen maka prinsipal merancang kontrak sedemikan rupa sehingga mampu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien merupakan kontrak yang memenuhi dua asumsi, yaitu sebagai berikut ini: (1) Agen dan prinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri. (2) Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya. Namun, pada kenyataannya agen sebagai pengelola perusahaan umumnya memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dibandingkan dengan prinsipal sebagai pemilik perusahaan sehingga menimbulkan terjadinya asimetri informasi. Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori keagenan, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manager akan cenderung bertindak oportunis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi dan hal ini memicu terjadinya konflik keagenan sehingga diperlukan peran pihak ketiga yaitu auditor independen untuk mengevaluasi pertanggungjawaban keuangan manajemen dan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Rahman dan Siregar (2012) menyatakan bahwa auditor dipandang sebagai pihak yang independen dianggap mampu menjembatani kepentingan prinsipal dan agen dalam melakukan monitoring terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal melalui sebuah sarana yaitu laporan keuangan. Auditor bertugas memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan dan mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya serta mengungkapkannya pada laporan audit (SPAP, 2011). Laporan audit memberikan peringatan awal mengenai kondisi keuangan perusahaan bagi prinsipal (Rahman dan Siregar, 2012). Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya, apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Laporan keuangan auditan tersebut dapat dipakai oleh pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan yang tepat atas perusahaan. Opini Audit Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya (Rahman dan Siregar, 2012). Auditor independen harus menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama dalam menentukan prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup sebagai basis memadai dalam merumuskan pendapatnya. Pernyataan pendapat atas kewajaran laporan keuangan 160

5 perusahaan diungkapkan dalam laporan audit yang mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada pemakai laporan auditnya. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yakni laporan audit bentuk baku. Laporan auditor bentuk baku terdiri dari tiga paragraph menurut (Mulyadi,2002) yakni: a. Paragraf pengantar (introduction paragraph). Paragraf pengantar dicantumkan pada paragraf pertama laporan audit bentuk baku. Auditor mengungkapkan tiga fakta pada paragraf pengantar. Fakta pertama adalah pengungkapan tipe jasa yang diberikan auditor. Fakta kedua tentang objek yang diaudit. Selanjutnya, pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil auditnya. b. Paragraf lingkup audit (scope paragraph). Paragraf lingkup audit berisikan pernyataan ringkas auditor mengenai lingkup audit yang dilaksanaakan auditor. Selain itu, paragraf lingkup audit juga menjelaskan bahwa pelaksanaan audit telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan publik. Pelaksanaan audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. c. Paragraf pendapat (opinion paragraph). Paragraf ketiga dalam laporan keuangan bentuk baku yakni paragraf pendapat yang digunakan auditor untuk menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan auditan. Dalam paragraf pendapat, auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Opini audit terdapat pada paragraf pendapat yang merupakan informasi utama dari laporan audit. Menurut SPAP SA Seksi 508 opini audit terdiri atas lima jenis salah satunya adalah Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language) adalah saat keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau bahasa penjelas lain) dalam laporan audit. Opini Audit Going Concern (GCO) Opini audit going concern merupakan opini audit yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2011). Dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan saja tetapi juga harus lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup suatu perusahaan. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa auditor turut bertanggungjawab atas kelangsungan hidup suatu satuan usaha. Standar Audit (SA) Seksi 341 paragraf 15 memberikan contoh paragraf penjelasan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya yang dicantumkan pada laporan auditor jika auditor memberikan opini audit going concern kepada auditee, seperti berikut ini (SPAP, 2011): Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan Perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, Perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negatif serta pada tanggal 31 Desember 20X2, jumlah liabilitas lancar perusahaan melebihi jumlah aset sebesar Rp YYY. Rencana manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam Catatan X. Laporan keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari masalah tersebut. SA Seksi 341 paragraf 06 menyatakan bahwa auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas (tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan 161

6 JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016 yang sedang diaudit). Contoh kondisi dan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut ini: 1) Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. 2) Petunjuk lain tentang kemungkinan financial distress, sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aset. 3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atau sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. 4)Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai. Leverage Untuk mengukur sejauh mana pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang salah satunya dapat dilihat melalui debt to equity ratio (Rahman dan Siregar, 2012). Leverage diukur dengan menggunakan debt to equity ratio yaitu membandingkan antara total kewajiban dengan total aset. Rasio ini mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aset yang dimiliki atau seberapa besar tingkat persentase total aset dibiayai dengan utang. Semakin besar tingkat rasio leverage menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan karena sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih menyukai debt ratio dengan angka rasionya yang rendah. Semakin kecil debt ratio, maka semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Semakin besar debt ratio maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern. Reputasi KAP Reputasi KAP dapat diproksikan dengan KAP yang termasuk dalam Big4 dan NonBig4. Empat KAP lokal yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors, yaitu: (1) KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst & Young, (2) KAP Osman Bing Satrio dan Rekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu, (3) KAP Siddharta dan Widjaja berafiliasi dengan KPMG, (4) KAP Tanudireja Wibisana & Rekan berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers. Auditor bertanggungjawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi berdasarkan hasil pelaksanaan audit yang dilakukannya, karena informasi tersebut menjadi basis para pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan yang tepat terhadap perusahaan. Auditee dan pemakai laporan keuangan biasa mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan berafiliasi dengan KAP internasional yang menyediakan jasa audit dengan kualitas yang lebih tinggi. Auditor pada KAP besar berskala internasional memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas seperti pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review (Rahman dan Siregar, 2012). Auditor yang memiliki reputasi baik akan cenderung untuk mempertahankan kualitas auditnya agar reputasinya terjaga dan tidak kehilangan klien (Januarti, 2009), serta lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going concern apabila klien terdapat masalah mengenai keberlangsungan usahanya (Santosa dan Wedari, 2007). Pengembangan Hipotesis Penelitian 162

7 Chen et al. (1992) menyatakan bahwa, perusahaan yang memiliki aset lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Debt to equity ratio yang diproksikan dengan Leverage diukur dengan membandingkan antara total kewajiban dengan total equity. Rasio ini mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total modal yang dimiliki, semakin besar tingkat debt to equity ratio menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, karena sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih menyukai debt to equity ratio yang rendah angka rasionya, karena akan semakin besar kemungkinan dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Perusahaan yang memiliki debt to equity ratio yang tinggi maka kemungkinan besar perusahaan akan menerima opini audit going concern, sebaliknya apabila perusahaan memiliki debt to equity ratio yang rendah maka perusahaan berkemungkinan tidak menerima opini audit going concern. Pada penelitian Rahman dan Siregar (2012) meneliti tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur dan salah satu variablenya adalah debt to equity ratio yang berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern. Kantor Akuntan Publik (KAP) big four dan non big four menjadi salah satu faktor perusahaan menerima opini audit going concern dan opini audit non going concern, melihat bahwa opini audit dikeluarkan oleh auditor yang bekerja pada KAP big four atau non big four. Penelitian sebelumnya oleh Januarti (2009) tentang Analisis pengaruh faktor perusahaan, kualitas auditor, kepemilikan perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern dengan salah satu variablenya big four dan non big four yang diproksikan kualitas auditor berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern. Junaidi dan Jogiyanto (2010) meneliti tentang Faktor Non Keuangan pada Opini Going Concern dengan variable yang diteliti Tenure, reputasi auditor, disclosure, dan size, hasil dari penelitian Tenure, reputasi auditor dan disclosure berpengaruh secara signifikan sedangkan size tidak berpengaruh secara signifikan. Penelitian-penelitian terdahulu telah menguji pengaruh langsung reputasi KAP terhadap penerimaan opini audit going concern dan menemukan hubungan positif signifikan di antara keduanya. Dengan begitu penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tidak langsung reputasi KAP dalam memoderasi hubungan antara leverage dan opini audit going concern. Pada kenyataannya perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi ketika diaudit oleh big four maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern, sebaliknya apabila perusahaan memiliki leverage yang tinggi dan diaudit oleh non big four maka ada kemungkinan perusahaan tidak akan mendapat opini audit going concern oleh auditor, melihat bahwa KAP yang besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan KAP kecil. KAP skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah yang dialami klien karena mereka lebih kuat untuk menghadapi proses pengadilan (DeAngelo, 1981). Elizabeth dan Fitriany (2013) menyatakan : 1. KAP besar memiliki dan mampu menghimpun sumber daya yang lebih besar dari segi kuantitas dan kualitas sehingga dapat melakukan proses audit yang lebih efektif untuk mendeteksi dan melaporkan kecurangan yang terjadi pada perusahaan. 2. KAP besar memiliki concern untuk menjaga reputasi dan nama baiknya di mata klien sehingga mereka akan memastikan bahwa proses audit dilakukan dengan baik untuk menjamin kualitas. 3. KAP besar memiliki kemampuan untuk berinvestasi lebih besar untuk menjadi spesialis di suatu industri dibandingkan KAP yang lebih kecil. Akan tetapi, ketika terjadi kasus Enron yang sempat menggemparkan dunia dan membuat banyak masyarakat bertanya-tanya tentang keindependensian KAP besar. Pasca kasus Enron terjadi jatuhlah kepercayaan perusahaan untuk menggunakan jasa KAP besar yang ada pada saat itu. Kasus Enron terjadi ketika opini audit yang diterima oleh 163

8 JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016 perusahaan adalah wajar tanpa pengecualian dan dalam jangka waktu setahun kemudian perusahaan bangkrut. Dapat dilihat bahwa KAP besar tidak independen dengan perusahaan yang diaudit dikarenakan fee yang didapatkan lebih besar dari KAP kecil sehingga kebanyakan perusahaan rela untuk membayar fee yang tinggi kepada KAP besar hanya untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian sekalipun perusahaan mengalami defisit atau kondisi keuangan yang buruk. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H 1 : Leverage berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern dimoderasi dengan reputasi KAP. Leverage (+) Opini Audit Going Concern Reputasi KAP METODA PENELITIAN Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Opini Audit Going Concern (GCO) Opini audit going concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2011). Menurut SA Seksi 341, SPAP (2011), opini audit yang termasuk opini going concern adalah sebagai berikut: 1) Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory laguage). 2) Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion report). 3) Opini going concern adverse (tidak wajar). 4) Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion report). Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Opini audit going concern diberi kode 1, sedangkan yang termasuk dalam opini audit non going concern yaitu opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) diberi kode 0. Leverage (LEV) Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to equity ratio. Untuk mengukur sejauh mana pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang salah satunya dapat dilihat melalui debt to equity ratio. Debt to equity ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total utang) dengan total shareholder s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan (Rahman dan Siregar, 2012). Rasio ini dihitung sebagai berikut: 164

9 Reputasi KAP (KAP) KAP big four yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Price Water House Coopers (PWC) dengan Partnernya yang berafiliasi di Indonesia Tanudireja, Wibisana & Rekan. 2) Deloitte Touche Tohmatsu Dengan Partnernya yang berafiliasi di Indonesia Osman Bing Satrio & Rekan. 3) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) international dengan partnernya yang berafiliasi di Indonesia Siddharta, dan Widjaja. 4) Ernst & Young dengan Partnernya yang berafiliasi di Indonesia Purwantono, Sarwoko & Sandjaja. 5) Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Dalam penelitian ini reputasi KAP diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik (KAP). Jika KAP termasuk dalam kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 1, sedangkan jika tidak termasuk kategori The Big Four Auditors, akan diberi kode 0. Sampel Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public atau terdaftar di BEI selama tahun yang termuat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Perusahaan manufaktur dipilih untuk menghindari adanya industrial effect. Sampel perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling dari seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun Proses pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dari penelitian ini didasarkan pada beberapa kriteria yaitu: 1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian ) Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah yang telah diaudit oleh auditor independen dari tahun ) Mengalami kerugian dua periode laporan keuangan selama periode pengamatan antara tahun (Januarti, 2008). Kriteria ini digunakan untuk menunjukkan trend kondisi keuangan yang bermasalah. Kondisi ini menimbulkan kesangsian auditor tentang kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya. Auditor akan cenderung memberikan opini going concern apabila perusahaan mengalami kondisi keuangan yang tidak baik dan dianggap tidak mampu mempertahankan usahanya tersebut. Kriteria Pemilihan Sampel No Keterangan Jumlah Perusahaan 1 Perusahaan manufaktur 125 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 sampai dengan Perusahaan yang laporan (35) keuangannya tidak lengkap 3 Perusahaan yang tidak (2) menggunakan mata uang Rupiah 3 Perusahaan yang tidak mengalami laba negatif setidaknya 2 (dua) kali dalam periode penelitian (57) Jumlah sampel akhir 31 Tahun pengamatan 10 Jumlah observasi 310 Data outliers (66) Jumlah data yang diolah 244 Jumlah sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini setiap tahunnya memiliki perbedaan dikarenakan metode yang digunakan adalah cross section. Perusahaanperusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ditunjukkan pada lampiran dari penelitian. Jenis dan Sumber Data Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara. Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan auditan dan laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI tahun Data yang digunakan diperoleh dari Pojok BEI UKDW, website BEI 165

10 JRAK, Volume 12, No 2 Agustus dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Metode Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan auditan dan laporan keuangan tahunan perusahaan yang dipublikasikan oleh BEI melalui dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory). Metode Analisis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression) dan analisis moderasi sub kelompok. Regresi logistik adalah bentuk khusus analisis regresi dengan variabel dependen bersifat kategori dan variabel independennya bersifat kategori dan gabungan antara metric dan non metric (nominal). Analisis sub kelompok dilakukan dengan memecah sampel menjadi dua sub-kelompok atas dasar variabel ketiga yaitu variabel yang dihipotesiskan sebagai moderator (Ghozali, 2011). Model regresi logistik dengan moderasi sub kelompok yang digunakan untuk menguji hipotesis terdapat 3 regresi sebagai berikut: GCO = α 1 + α 2 LEV + ε 1 (untuk total sampel Big4 dan NonBig4) GCO = β 1 + β 2 LEV + ε 2 (untuk sampel Big4) GCO = λ 1 + λ 2 LEV + ε 3 (untuk sampel NonBig4) Keterangan: GCO = Opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika opini non going concern) LEV = Leverage Α 1, β 1, λ 1 = Konstanta Α 2, β 2, λ 2 = Koefisien Regresi ε 1, ε 2, ε 3 = error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria sampel diperoleh 31 perusahaan dengan 244 data dari tahun Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan auditor independen dan laporan keuangan perusahaan. Statistik deskriptif masing-masing variabel disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. S tatistik Deskriptif N Min Max Mean Std. Dev GCO KAP LEV Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan hasil sebagai berikut ini. Nilai rata-rata opini audit (GCO) sebesar 0,27 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit dengan kode 1, yakni opini audit going concern lebih sedikit muncul dari 244 perusahaan sampel yang diteliti. Dari 244 perusahaan sampel, 66 atau 27 % perusahaan sampel menerima opini audit going concern, dan 178 atau 73 % perusahaan sampel menerima opini audit non going concern. Variabel reputasi KAP (KAP) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,20 yang lebih kecil dari 0,50 menunjukkan bahwa reputasi KAP dengan kode 1, yakni KAP yang berafiliasi dengan Big 4 lebih sedikit muncul dari 244 perusahaan sampel. Dari 244 perusahaan sampel, 48 atau 19,6 % perusahaan sampel diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big 4, dan 196 atau 80,4 % perusahaan sampel diaudit oleh KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Nilai rata-rata debt to equity ratio (LEV) sampel yang diteliti sebesar dengan minimum 0,04 dan maksimum Rasio tersebut memberikan gambaran ada perusahaan sampel yang memiliki jumlah kewajiban yang kecil sehingga angka rasio menunjukkan 0,04. Namun, ada pula perusahaan sampel yang memiliki rasio melebihi 1, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki ekuitas yang kecil atau terdapat indikasi adanya risiko yang 166

11 cukup besar bagi kreditor. Secara keseluruhan rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai rasio diatas dari 1 itu berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki ekuitas yang kecil dibandingan dengan jumlah kewajiban atau utang, hal ini harus menjadi perhatian bagi perusahaan karena ekuitas atau modal dari perusahaan tidak dapat menutupi kewajiban atau utang perusahaan dan ini memungkinkan auditor untuk memberikan opini going concern. Analisis Regresi Logistik. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik. Ghozali (2011:333) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2011:333), dan mengabaikan heteroskedastisitas (Gujarati 2004). Menilai kelayakan model regresi. Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Nilai statistik Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test untuk regresi total observasi adalah dengan probabilitas signifikansi 0,052, regresi observasi big four adalah dengan signifikansi 0,589, dan untuk regresi observasi non big four adalah 9,331 dengan signifikansi 0,315. Dengan demikian semua nilai signifikansinya diatas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Tabel 2. Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test Regresi total observasi (big four dan non big four) Regresi untuk observasi big four Regresi untuk observasi non big four Chisquare df Sig Menilai keseluruhan model (overall model fit). Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Untuk observasi big four dan non big four nilai -2LL awal adalah sebesar dan setelah dimasukkan variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi sebesar , untuk observasi big four nilai -2LL awal adalah sebesar dan nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi sebesar , untuk observasi non big four nilai -2LL awal adalah sebesar dan nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi sebesar Penurunan nilai -2LL ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. Tabel 3. Overall Model Fit (-2LL) pada awal (Block Number = 0) (-2LL) pada akhir (Block Number = 1) Regresi total observasi (big four dan non big four) Regresi untuk observasi big four Regresi untuk observasi non big four

12 JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016 Koefisien determinasi (Nagelkerke R square). Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R square. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan nilai Nagelkerke R square untuk observasi big four dan non big four sebesar 0,089 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 8,9 persen, sedangkan sisanya sebesar 91,1 persen dijelaskan oleh variabelvariabel lain di luar model penelitian. Dengan membandingkan nilai R Square untuk regresi observasi big four sebesar 0,121 dan R Square regresi observasi non big four sebesar 0,082, maka dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi KAP merupakan variabel moderator. Pengaruh leverage terhadap penerimaan opini going concern ketika diaudit oleh big four lebih kuat dibandingkan dengan non big four. Tabel 4. Nagelkerke R square Nagelkerke R Square Regresi total observasi (big four dan non big.089 four) Regresi untuk observasi.121 big four Regresi untuk observasi.082 non big four Tabel klasifikasi. Tabel klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi probabilitas penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam persen. Hasil tabel klasifikasi ditampilkan dalam Tabel 5. Tabel 5. Tabel Klasifikasi Predicted Observed GCO Percentage 0 1 Correct GCO Overall Percentage 73.8 Tampilan dalam Tabel 5 tersebut menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern adalah sebesar 9,1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 6 perusahaan (9,1%) yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 66 perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit non going concern adalah 97,8 persen. Hal ini berarti bahwa dengan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 174 perusahaan (97,8%) yang diprediksi menerima opini audit non going concern dari total 178 perusahaan yang menerima opini audit non going concern. Tabel 6. Variables in The Equation Regresi total observasi (big four dan non big four) B S.E Wald df Sig. Exp(B) LEV Constant Regresi untuk observasi big four B S.E Wald df Sig. Exp(B) LEV Constant Regresi untuk observasi non big four B S.E Wald df Sig. Exp(B) LEV Constant

13 Model regresi logistik yang terbentuk dan pengujian hipotesis Model regresi logistik dapat dibentuk dengan melihat pada nilai estimasi paramater dalam Variables in The Equation. Estimasi parameter dari model dan tingkat signifikansinya dapat dilihat pada tabel 6. Adapun model regresi yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi parameter dalam Variables in The Equation adalah: GCO = α 1 + α 1 LEV + ε 1 (untuk total sampel big four dan non big four) GCO = LEV + ε 1 GCO = β 1 + β 2 LEV + ε 2 (untuk sampel big four) GCO = LEV + ε 2 GCO = λ 1 + λ 2 LEV + ε 3 (untuk sampel non big four) GCO = LEV + ε 3 Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (Sig.) dengan tingkat kesalahan (α) = 5%. Berdasarkan Tabel 6 dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut ini. Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern dimoderasi dengan reputasi KAP. Hasil pengujian untuk regresi total observasi big four dan non big four menunjukkan variabel leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,186 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang lebih kecil dari α (5% = 0,05). Hasil pengujian untuk regresi observasi big four menunjukkan variabel Leverage memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,247 dengan tingkat signifikansi 0,044 yang lebih kecil dari α (5% = 0,05). Hasil pengujian yang terakhir untuk regresi observasi non big four menunjukkan variable leverage memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,169 dengan tingkat signifikansi 0,004 yang lebih kecil dari α (5% = 0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa big four dan non big four yang diproksikan dengan reputasi KAP memperkuat pengaruh leverage terhadap penerimaan opini going concern, dengan begitu hipotesis diterima. PEMBAHASAN Leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan debt to equity ratio yaitu membandingkan total kewajiban dengan total ekuitas. Rasio ini mengukur tingkat persentase utang perusahaan terhadap total aset yang dimiliki, semakin besar tingkat debt to equity ratio menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, karena sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Semakin besar debt ratio maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk memberikan opini audit going concern. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitriasari (2008), serta Januarti (2009) menemukan bahwa rasio debt default berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian terdahulu Januarti (2009), Junaidi dan Jogiyanto (2010) meneliti tentang reputasi KAP yang berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. Berdasarkan penelitian terdahulu dijadikanlah reputasi KAP menjadi pemoderasi antara leverage dengan opini going concern untuk melihat apakah reputasi KAP ini merupakan variabel moderasi dan melihat apakah reputasi KAP memperlemah atau memperkuat pengaruh leverage terhadap opini going concern. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa leverage berpengaruh terhadap opini going concern dan reputasi KAP merupakan variabel moderasi, sehingga hipotesis penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar debt to equity ratio perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima opini audit going concer dengan reputasi KAP sebagai variabel moderasi. Ketika dihubungkan dengan kasus Enron yang telah menjatuhkan kepercayaan masyarakat, perusahaan, investor, dan beberapa pihak lainya atas independensi Kantor Akuntan Publik, sampai pada waktu itu dikeluarkanlah undang-undang baru yaitu Sarbanes Oxley untuk mengantisipasi kasus seperti Enron terjadi kembali. Berangkat dari 169

14 JRAK, Volume 12, No 2 Agustus 2016 kasus tersebut penelitian ini ingin menguji apakah KAP yang berafiliasi dengan big four maupun tidak berafiliasi dengan big four telah menerapkan aturan atau undang-undang yang telah dibuat sehingga kasus seperti Enron tidak akan terjadi lagi. Dari penelitian akan sedikit menjawab pertanyaan tersebut bahwa big four maupun non big four telah menerapkan aturan atau undang-undang yang telah dibuat sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi kembali kasus seperti Enron, berdasarkan dari hasil uji regresi logistik dengan moderasi subkelompok yang membuktikan bahwa hipotesis penelitian diterima yaitu leverage berpengaruh positif terhadap penerimaan opini going concern ketika diaudit oleh big four dan non big four. Dengan membandingkan nilai R Square untuk regresi big four sebesar 12,1 % dan untuk regresi non big four sebesar 8,2 %, hal ini ingin menunjukan bahwa pengaruh leverage terhadap opini going concern lebih kuat ketika diaudit oleh big four dibandingkan dengan non big four dengan selisih 3,9 %, sesuai dengan yang dikatakan oleh DeAngelo (1981) bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar dapat menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil. Hasil dari penelitian ini juga dapat memberikan rasa aman untuk para investor, calon investor, perusahaan, masyarakat, dan pihak lainya bahwa pasca kasus Enron KAP besar maupun KAP kecil telah melakukan auditnya sesuai dengan prosedur dan aturan atau undang-undang yang ada sehingga kinerja big four dan non big four sudah lebih baik setelah kasus Enron terjadi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis, dan hasil pengujian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan beberpa hal. Pertama, dari 125 jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, hanya 31 perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dengan 310 data yang ada setelah di outliers tersisa 244 data yang diolah dalam penelitian ini. Kedua, dari 244 perusahaan sampel yang diteliti, terdapat 66 perusahaan sampel menerima opini audit going concern (GCO), dan 178 perusahaan sampel menerima opini audit non going concern (NGCO). Jadi dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan, mayoritas perusahaan sampel (73% dari keseluruhan perusahaan sampel yang diteliti) memperoleh opini audit non going concern (NGCO) yang berarti mempunyai kondisi keuangan yang baik sehingga mampu mempertahankan kegiatan usahanya (going concern) atau dapat dikatakan jauh dari arah likuidasi. Ketiga, dari 244 perusahaan sampel yang diteliti, terdapat 48 atau 19,6 % perusahaan sampel yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan big four dan 196 atau 80,4 % perusahaan sampel yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan non big four. Keempat, hipotesis dalam penelitian ini diterima hal ini menunjukkan bahwa semakin besar debt to equity ratio (leverage) perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima opini audit going concern diperkuat ketika diaudit oleh big four. Kelima, hasil dari penelitian ini sedikit membuktikan bahwa big four dan non big four telah menerapkan undang-undang yang dikeluarkan pasca Enron dan melakukan semua proses auditnya sesuai prosedur sehingga bagi para investor dan calon investor yang dulunya kepercayaan akan independensi KAP berkurang, sekarang dengan hasil penelitian ini dapat memberikan rasa aman untuk para investor dan calon investor yang ingin melakukan investasi. Akan tetapi kehatihatian dan cermat dalam memilih perusahaan harus dimiliki dan sebaiknya tidak berinvestasi pada perusahaan yang mendapat opini audit going concern. Keenam, Undang-undang yang dikeluarkan pasca kasus Enron sudah tepat. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa undangundang tersebut sudah diterapkan oleh big four dan non big four. Tetapi akan lebih baik lagi apabila para pembuat regulasi terus mengkaji aturan-aturan yang sudah dibuat sehingga aturan-aturan tersebut dapat diperbaharui seiring berkembangnya zaman dan bahkan melakukan penambahan undang-undang untuk 170

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berangkat dari kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi yang terjadi pada beberapa entitas bisnis, salah satunya adalah perusahaan energi besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Laporan audit adalah hasil akhir dari pemeriksaan seorang auditor laporan keuangan kliennya. Di dalam laporan tersebut biasanya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan hidup usaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis terhadap pengaruh variabel independen yaitu reputasi auditor, disclosure,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan manufaktur yang telah go public berjenis miscellaneous industry dan data diperoleh dari Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Bagian ini akan menjelaskan variabel-variabel yang digunakan, pengukuran dari tiap-tiap variabel, populasi dan sampel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan pustaka. Pada bab ini terdiri dari landasan teori yang menguraikan teori-teori yang relevan dengan penelitian, telaah penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan bagaimana pengujian dilaksanakan. Maka dari itu bab ini akan menjabarkan mengenai variabel-variabel yang digunakan yang terdiri atas variabel dependen dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sekaran dan Bougie (2013: 240) menjelaskan definisi populasi sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Sekaran dan Bougie (2013: 240) menjelaskan definisi populasi sebagai 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Sekaran dan Bougie (2013: 240) menjelaskan definisi populasi sebagai keseluruhan orang, kejadian, atau benda yang berada dalam suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Model Penelitian Penelitian ini menggunakan model dummy pada variabel dependennya sehinnga metode analisa data yang tepat adalah menggunakan regresi logistik (Ghozali,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selama 3 tahun dari tahun Perusahaan manufaktur dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. selama 3 tahun dari tahun Perusahaan manufaktur dipilih dengan A. Objek / Subjek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama 3 tahun dari tahun 2013 2015. Perusahaan manufaktur dipilih dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan kontrak antara agen (manajer) dengan prinsipal (pemilik). Prinsipal dalam teori agensi ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahanperusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahanperusahaan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahanperusahaan manufakur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2008-2012. Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Opini Audit Proses akhir dari pekerjaan audit yang dilaksanakan oleh seorang auditor adalah mengkomunikasikan penilaiannya tentang tingkat kewajaran penyajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Januarti (2009) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut materialitas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan kira-kira selama 4 (bulan) dengan menggunakan data dari perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laporan auditan perusahaan jasa sub sektor property dan real estate yang

BAB III METODE PENELITIAN. laporan auditan perusahaan jasa sub sektor property dan real estate yang BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder atau data yang diambil dari pihak kedua.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian Populasi adalah kumpulan darimana sampel yang dipilih (Cochran : 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan

Lebih terperinci

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 9 BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN 2.1 Going Concern Going concern adalah dalil yang menyatakan bahwa suatu entitas akan menjalankan terus operasinya dalam jangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis perusahaan seluruh sektor manufaktur. Data yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis perusahaan seluruh sektor manufaktur. Data yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis memakai data laporan keuangan audit perusahaan yang masuk dalam Bursa Efek Indonesia yang tergolong kedalam jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan Govindarajan (2008:175)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Menurut Jansen dan Meckling (1976) yang dikemukakan oleh januarti (2008:8) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor 39 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melalui metode purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria. tahun penelitian ( )

BAB III METODE PENELITIAN. melalui metode purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria. tahun penelitian ( ) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang diambil yaitu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu dengan karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002). Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan tentang variabel penelitian, masing-masing definisi dari objek penelitian, dan model penelitian yang terdiri atas jenis dan sumber data, populasi dan sampel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun Perusahaan yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun Perusahaan yang menjadi 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2014. Perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia. Pertumbuhan ini ditandai dengan semakin banyak dan berkembangnya perusahaan yang go public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia pasar modal mengalami perkembangan yang pesat. Pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan memiliki suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Opini Audit Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001: SA Seksi 110,paragraf 01: Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Djarwanto, 2012: 93). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

BAB III METODE PENELITIAN. Djarwanto, 2012: 93). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 POPULASI DAN SAMPEL Populasi atau universe adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuansatuan)/individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Subagyo dan Djarwanto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Dalam menentukan sampel dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Dalam ilmu akuntansi perusahaan merupakan suatu entitas unit usaha yang berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan akan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AUDIT, DEBT DEFAULT DAN KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN

PENGARUH KUALITAS AUDIT, DEBT DEFAULT DAN KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 9 No. 2, halaman: 197-207, Juli 2008 PENGARUH KUALITAS AUDIT, DEBT DEFAULT DAN KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI GOING CONCERN Alex Murtin & Choirul

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. publik tahun yang diperoleh dengan cara mendownload melalui

BAB III. Metode Penelitian. publik tahun yang diperoleh dengan cara mendownload melalui BAB III Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini meggunakan data sekunder berupa laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar sebagai perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu Negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga, jika entitas mengalamai kondisi yang

Lebih terperinci

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern. Judul Nama : : Analisis Pengaruh Disclosure, Debt default, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya pada Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan obligasi yang diperingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah emiten aktif di Bursa Efek Indonesia (BEI) bidang manufaktur, yang pada tahun 2010 berjumlah 172 perusahaan. Industri

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang

BAB III METODA PENELITIAN. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang 27 BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data penelitian yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian

BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN. IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN IV.1 Gambaran Umum Objek Penelitian IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah 100 perusahaan kecil yang terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No. 1 revisi 2009, 2012). Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia bisnis di negara tersebut. Dunia bisnis dapat menjadi indikator apakah negara tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Adanya hubungan kontrak antara pihak manajemen (agen) dengan pemilik entitas (prinsipal) telah digambarkan oleh Jensen dan Meckling (1976)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan adalah asumsi going concern yaitu asumsi yang beranggapan bahwa perusahaan akan terus berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu Negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha menjalankan bisnisnya dengan sebaik mungkin, dengan harapan bisnis tersebut dapat memiliki keberlangsungan hidup usaha dimasa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan pasti akan melaporkan dan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perusahaan go public, laporan keuangan merupakan sebuah hasil evaluasi kinerja yang menjadi acuan untuk proses operasi tahun berikutnya. Sedangkan bagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010 yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dalam skripsi ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dalam skripsi ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian dalam skripsi ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Lebih terperinci

Judul: Pengaruh Opinion Shopping, Disclosure dan Reputasi KAP pada Opini Audit Going Concern

Judul: Pengaruh Opinion Shopping, Disclosure dan Reputasi KAP pada Opini Audit Going Concern Judul: Pengaruh Opinion Shopping, Disclosure dan Reputasi KAP pada Opini Audit Going Concern (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015) Nama: Ni Putu Evi Kusumayanti NIM:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) merupakan proses kontrak antara dua orang atau lebih dan masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini BAB I PENDAHULUAAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008 lalu telah memberikan dampak buruk bagi perekonomian dunia. Krisis yang berasal dari Amerika Serikat ini membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern)

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. akan diteliti dan menentukan langkah-langkah penelitian agar penelitian yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. akan diteliti dan menentukan langkah-langkah penelitian agar penelitian yang 37 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam melakukan penelitian setiap peneliti harus mempelajari objek yang akan diteliti dan menentukan langkah-langkah penelitian agar penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang termasuk dalam BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2013-2015 yang laporan keuangannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PENELITIAN VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN KUALITAS AUDIT (X1) OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA (X2) OPINI AUDITOR TENTANG GOING CONCERN (Y) PREDIKSI KEBANGKRUTAN

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang melibatkan manipulasi atas data keuangan perusahaan besar. Pada tahun 2011 publik dibuat terkejut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh entitas. Laporan keuangan merupakan bagian dari siklus akuntansi yang menggambarkan kondisi

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR DALAM MEMBERIKAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun )

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR DALAM MEMBERIKAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun ) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR DALAM MEMBERIKAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2013-2015) Uun Kumalasari, Arief Rahman, Tri Lestari Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit dari perusahaan manufaktur yang terdaftar

Lebih terperinci

Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016):

Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016): Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016): 84-105 84 Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Rencana Manajemen terhadap Opini Audit Going Concern (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan daya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DEBT DEFAULT

ANALISIS PENGARUH DEBT DEFAULT ANALISIS PENGARUH DEBT DEFAULT, AUDITOR CLIENT TENURE, KUALITAS KAP, DISCLOSURE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Selain itu, juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Audit Pengauditan adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014. 3.1.2 Sampel Sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pertumbuhan klien, financial distress, audit tenure, dan opini audit, audit terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pertumbuhan klien, financial distress, audit tenure, dan opini audit, audit terhadap BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelititan ini berupa studi empiris yang melakukan pengujian hipotesis mengenai pengaruh ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan yaitu laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana data yang digunakan sebanyak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDITOR, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN

ANALISIS PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDITOR, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN ANALISIS PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, KUALITAS AUDITOR, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Jenis Opini Auditor Independen Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR DALAM MEMBERIKAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR DALAM MEMBERIKAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDITOR DALAM MEMBERIKAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis dalam menjalankan usahanya tidak semata menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi bertujuan menjaga kelangsungan hidup (going

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit yang tinggi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Going concern

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010- BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2010-2015. Data yang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Worlcom, Xerox dan lain-lain yang pada akhirnya bangkrut, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. 1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. 1. Variabel Dependen (Variabel Terikat) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan global pada saat ini mengharuskan perusahaan berfikir tidak hanya bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Suriani Ginting 1), Linda Suryana 2) Program Studi Akuntansi STIE Mikroskil Jl Thamrin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory (Teory Keagenan) menurut Jensen dan Meckling (1979) dalam Mirna dan Indira (2007), menggambarkan adanya hubungan suatu kontrak antara

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta 7 II. LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015 agar dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya perusahaan.

Lebih terperinci

MARGARETHA MEI EVITA SARI

MARGARETHA MEI EVITA SARI Pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP dan Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013. SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori harapan sebagai teori pendukung (supporting theory). Disamping itu bab ini juga menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini dilakukan di perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013 yang dapat diakses melalui www.idx.co.id

Lebih terperinci