SEROPREVALENSI VIRUS JAPANESE B ENCHEPALITIS PADA BABI ARDIYANTO CHANDRA WIJAYA, A. A. AYU MIRAH ADI, I MADE KARDENA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEROPREVALENSI VIRUS JAPANESE B ENCHEPALITIS PADA BABI ARDIYANTO CHANDRA WIJAYA, A. A. AYU MIRAH ADI, I MADE KARDENA"

Transkripsi

1 SEROPREVALENSI VIRUS JAPANESE B ENCHEPALITIS PADA BABI ARDIYANTO CHANDRA WIJAYA, A. A. AYU MIRAH ADI, I MADE KARDENA Lab Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Jl. P.B.Sudirman Denpasar Bali tlp, ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai Seroprevalensi Virus Japanese B Enchepalitis Pada Babi, yang bertujuan untuk mengetahui titer antibody terhadap virus JE di daerah Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung) seta mengetahui pengaruh umur babi terhadap infeksi virus JE Serumberasal dari babi yang dipelihara peternak sekala rumah tangga di daerah sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung). Teknik pengambilan sample berdasarkan metode Purposive Sampling. Sample yang didapat sebanyak 62 sampel dengan rentang umur 1-2 bulan, diatas 2-5 bulan dan diatas 5 bulan. Uji indirect ELISA dilakukan untuk menditeksi antibody virus JE pada serum babi tersebut. Sampel dinyatakan positif, jika nilai OD lebih tinggi dibandingkan nilai cut off value. Nilai cut off value dihitung dari reratan nilai Optical Density (OD Value) kontrol negatife ditambahkan 5 kali standar deviasi. Seroprevalensi dihitung dengan cara membagi jumlah sampel positif dengan seluruh sampel yang diuji dan dengan menggunakan Mann-whitney test. Uji Chi Square (X2) digunakan untuk mengetahui tingkat resiko infeksi virus JE dari kedua daerah tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa babi di daerah Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung) memiliki antibodi terhadap virus JE yaitu sebesar 61,3 % dari total sampel yang diambil. Secara uji Statistik mann-whitney tes didapatkan nilai p < 0.01 yang berarti terdapat perbedaan seroprevalensi antibody terhadap 687

2 virus JE antara daerah Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung) dimana bai di daerah Sedang (Badung) 10,8 kali lebih beresiko terinveksi virus JE dari pada babi di daerah Sesetan (Denpasar). Hasil penelitian ini juga menunjukan umur babi berpengaruh terhadap infeksi virus JE. Kata kunci : Japanese B Enchepalitis, Seroprevalensi Virus, Babi PENDAHULUAN Latar Belakang Japanese encephalitis (JE) merupakan penyakit radang otak menular yang bersifat zoonosis, yakni dapat menyebar dari hewan ke manusia. Penyakit JE tidak dapat ditularkan secara langsung oleh hewan penderita, namun harus melalui vektor. Selain dapat menyerang manusia virus JE juga dapat menyerang berbagai jenis hewan seperti kuda, sapi, bagal, kerbau, kambing dan domba (Miyata dkk, 1982, Pandey dkk,1982), selain itu penyakit ini juga dapat menyerang jenis unggas seperti ayam dan itik serta jenis burung khususnya burung liar. Manusia merupakan host akhir (dead end reservoir) dari siklus penularan penyakit JE (Imran Lubis, 1990). Virus JE berpredileksi dalam darah inang. Babi telah diketahui sebagai reservoir yang potensial dan merupakan amplifier virus JE yang efektif (Wei, 2005). Dalam uji sentinel ditemukan tingkat seroprevalesi JE yang tinggi pada babi (Santhia dkk, 2003), pada babi akan mengalami viremia setelah terinfeksi virus JE secara alami selama 2-4 hari melalui gigitan nyamuk Culex tritaeniorhynchus, anak-anak babi termaksuk hewan yang sangat peka terhadap infeksi penyakit JE. Namun dilain pihak, anak-anak babi juga memiliki peran sebagai amplifier virus JE setiap tahunnya, sehingga anak babi memiliki kontribusi terhadap perbanyakan jumlah virus JE. Virus JE teridentifikasi di Bali, karena pada tahun 1990 terdapat laporan bahwa seorang anak berkebangsaan Ausralia yang tertular saat di Bali. Bulan April 1995 juga berkembang isu bahwa di Bali terjadi wabah penyakit JE. Pada survei Japanese encephalitis tahun 1996/1997 dari 15 spesimen yang diperiksa ditemukan 9 positif (60%). Pada penelitian yang lain di daerah Badung di 688

3 temukan sebanyak 30% dari anak usia 1-17 tahun telah terinfeksi oleh virus JE. Pada babi ditemukan 106 positif terinfeksi virus JE dari 132 sampel yang di ambil atau 80 % terinfeksi virus JE ( Lubis dan Suharyono, 1982 ). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidak antibodi terhadap virus JE pada babi yang ada di daerah Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung); buntuk mengetahui ada tidaknya perbedaan seroprevalensi antibodi virus JE pada babi didaerah Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung); Untuk mengetahui pengaruh umur babi terhadap infeksi virus JE. METODE PENELITIAN Sampel Penelitian Darah yang digunakan pada penelitian ini diambil dari peternakan babi skala rumah tangga di daerah Sesetan dan Sidakarya (Denpasar) dan daerah Sedang (Badung). Metode pengambilan sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dimana sebelumnya telah dilakukan survei dengan menyebarkan kuisoner ke beberapa peternakan babi untuk mengetahui tingkat populasi peternakan babi yang ada di daerah pengambilan sampel. Sampel babi yang diambil darahnya berumur antara 1-2 bulan, 2-5 bulan dan umur diatas 5 bulan (indukan). Jumlah sampel yang diambil minimal 30 sample setiap daerah Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan diantaranya adalah larutan Phospate Buffer Saline (PBS) ph 10, Blocking Solution (susu skim 3 % dalam PBS), Elisa Washing Buffer (0,1 % Triton dalam PBS), stop solution (H 2 SO 4 2N), vaksin virus JE inaktif (produksi Kaketsuken-Japan), Conjugate (goat anti-porcine IgG(H+L)- HRP (Horse-Radish Peroxidase) produksi SouthernBiotech), Substrate Solution (TMB 1ml/), dan serum babi normal. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu spuit 3cc, mikroplate elisa, gelas kaca, tabung reaksi, Elisa Plate Reader (Multiscan 689

4 Spectrofotometer), inkubator, tempat serum 1 ml, sterofom, mesin sentrifuge, falcon tube, freezer, aluminium foil, pipete single dan pipet multichannel. Penyiapan Serum Serum diambil dari babi yang dipelihara dalam sekala rumah tangga di daerah Sesetan (Denpasar) dan daerah Sedang (Badung). Darah yang diambil sebanyak ml dari vena aurikularis untuk babi dewasa dan vena cava anterior untuk babi umur 1-3 bulan. Pada pengambilan darah pada vena aurikularis menggunakan tube serum dan needle sedangakan unutk pengambilan sampel peda vena cava anterior menggunakan disposible syringe. Kemudian serum dipisahkan dari darah dan disimpan pada suhu -20 C, sampai saatnya dilakukan pengujian ELISA. Uji indirect ELISA Plate mikro ELISA96 sumuran di coating selama jam pada suhu 4 0 C dengan antigen JE (produksi Kaketsuken-Japan) yang diencerkan dalam larutan penyangga karbonat-bikarbonat. Antigen virus JE yang digunakan berasal dari vaksin yang mengandung virus JE inaktif (produksi Kaketsukan Japan), dengan pengenceran 1:100 (0.1ml vaksin + 10ml buffer). Setelah penyimpanan selama jam pada suhu 4 0 C, kemudian plate mikro dicuci 2-3 kali dengan menggunakan ELISA washing buffer (556ml aquabides µl triton). Semua sumur plate mikro selanjutnya diblok dengan campuran 150ml PBS + 4,5 gr skim milk yang nantinya akan membentuk larutan skim milk 3% ( range skim milk terbaik 2% - 3% ). Setelahnya Plate mikro diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37 0 C, buang skim milk dalam plate mikro. Pada tahap selanjutnya setiap sumuran ditambahkan serum babi yang akan diuji. Serum yang akan diuji sebelumnya sudah diencerkan dengan skim milk 1:1000 ( 1µl serum babi uji + 1ml skim milk). Inkubasi selama 1 jam pada suhu 37 0 C. Sebagai kontrol positif dan negatif digunakan serum babi yang telah positif memiliki antibodi JE dan serum babi yang negatif antibodi JE yang dibawa 690

5 dari Universitas Tokyo yang sebelumnya serum tersebut telah mengalami beberapa pengujian untuk mengetahui hasil positif dan negatif antibodi JE. Setelah inkubasi selama 1 jam pada suhu 37 0 C dan pencucian sebanyak 3 kali ke dalam sumuran plate mikro, ditambahkan Conjugate (goat anti-porcine IgG(H+L)-HRP (Horse-Radish Peroxidase) produksi SouthernBiotech) dengan pengenceran 1 : 4000 (5µl antibodi ke ml skim milk PBS, 100µl/sumuran). Selanjutnya plate mikro diinkubasi kembali selama 1 jam pada suhu 37 0 C, kemudian dicuci sebanyak tiga kali seperti diatas. Kedalam sumuran ditambahkan 2.5 ml substrate solution dengan 2.5 ml TMB proxidase substrat, tutup dengan kertas alumunium dan diinkubasikan pada suhu kamar selama 30 menit. Pada proses terakhir masing-masing sumuran ditambahkan 50 µl stop solution (H2So4 2N). Perubahan warna menjadi coklat kekunigan menandakan sampel tersebut positif. Hasil dibaca pada Elisa Plate Reader dengan panjang gelombang 490 nm. Nilai Optical Density (OD) yang didapat kemudian ditabulasi, semakin tinggi nilai OD yang didapat menandakan antibodi yang mengikat substrat semakin banyak dan warna juga menjadi lebih pekat. Dan sebaliknya semakin rendah nilai OD kandungan antibodinya rendah dan warnanya juga semakin pudar. Penghitungan Cut off value Nilai Cut Off (Cut Off Value) dihitung dari rerata nilai Optical Density (OD value) kontrol negatif ditambah 5 kali standar deviasi, dapat dirumuskan sebagai berikut: Cut off value = rerata OD negative control + 5 x SD Variabel yang Diamati Nilai OD Substrat dan Perubahan Warna Untuk mengetahui ada atau tidaknya antibodi terhadap virus JE pada serum babi yang diuji, dapat diketahui melalui 2 tahap yaitu dengan pengamatan dari perubahan warna akhir pada plate mikro serta dilanjutkan menggunakan ELISA Plate Reader. Perubahan warna hasil positif antibodi JE ditunjukan dengan 691

6 perubahan warna menjadi kuning kecoklatan dan pada hasil negatif antibodi JE warna jernih, yang selanjutnya dilakukan penghitungan menggunaan ELISA plate reader, hasil positif antibody JE ditunjukan dengan nilai hasil lebih besar dari nilai cut off value dan hasil negative antibody JE ditunjukan dengan nilai hasil lebih kecil atau dibawah nilai cut off value. Analisis Data Nilai Optical Density (OD Value) sampel yang melebihi nilai cut off (cut off value) dinyatakan positif. Data yang di dapat berupa nilai OD kemudian ditabulasi dan dihitung seroprevalensinya dengan jalan membagi jumlah sampel yang positf dengan jumlah total sampel dikalikan seratus persen, begitu juga dalam perhitungan hasil yang negatif. Untuk mengolah data hasil wilayah Sampling, perbandingan seroprevalensi antara babi di Denpasar dan Badung serta pengaruh umur babi terhadap infeksi virus JE mengunakan uji Chi Square (X 2 ) dan uji Mann-Whitney Test. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan bulan Januari-Maret Di Laboratorium Biomedik dan Biologi Molekuler Hewan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari gambar 1. dapat dilihat grafik sebaran nilai OD (Optical Density) sampel serum (n=62) terhadap virus JE di Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung). 692

7 Nilai OD Indonesia Medicus Veterinus (5) : Sebaran antibodi JE pada babi di Sesetan, Denpasar dan Sedang, Badung 2,5 2 1,5 1 Sesetan, Denpasar Sedang, Badung 0, Jumlah Sampel Gambar 1. sebaran Nilai OD sampel Serum (n=62) Tabel 1. Hasil pemeriksaan serum babi menggunakan uji ELISA di daerah Sesetan (Denpasar) dan babi di daerah Sedang (Badung). Wilayah NEGATIF (%) POSITIF (%) Jumlah (%) Sesetan, Denpasar 20 (62.5%) 12 (37,5%) 32 (100%) Sedang, Badung 4 (13,3%) 26 (86,7%) 30 (100%) Total 24 (38,7%) 38 (61,3%) 62 (100%) Pada Gambar 3. dapat dilihat grafik pengaruh umur terhadap nilai OD (Optical Density) sampel serum (n=62) di sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung) 693

8 Nilai OD Indonesia Medicus Veterinus (5) : ,5 Grafik umur terhadap nilai OD 2 1,5 1 0,5 Sesetan, Denpasar Sedang, Badung >2-5 > Umur (Bulan) Gambar 2. grafik pengaruh umur terhadap nilai OD (Optical Density) sampel serum (n=62) di Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung) Tabel 2. Hasil pemeriksaan serum babi menggunakan uji ELISA berdasarkan perbedaan umur Umur Negatif (%) Positif (%) Jumlah 1-2 bulan 0 (0%) 20 (100%) 20 (100%) 2-5 bulan 16 (69.6%) 7 (30.4%) 23 (100%) >5 bulan 8 (42.1%) 11 (57.9%) 19 (100%) Total 24 (38.7) 38 (61.3%) 62 (100%) 694

9 Pembahasan Berdasarkan hasil pemeriksaan antibodi terhadap virus JE seperti dimuat pada Tabel 1., menunjukkan bahwa hasil positif ditemukan pada sebagian besar sampel yaitu 38 sampel dari 62 jumlah sampel keseluruhan yang diperiksa atau 61,3 % dan 24 sampel menunjukan hasil negatif atau 38,7%. Tabel 1., yang menunjukkan serum babi yang diambil dari daerah Sesetan (Denpasar) ditemukan positif mengandung antibodi terhadap virus JE sebesar 12 sampel atau 37,5 % dari 32 total sampel yang diambil, sedangkan 20 sample atau 62,5% sampel negatif. Table 1. juga menunjukkan jumlah sampel positif pada daerah Sedang (Badung) sebesar 26 sampel atau 86,7% dari 30 jumlah sampel yang diambil dan sebanyak 4 sampel atau 13,3% menunjukan hasil sampel negatif mengandung antibodi terhadap virus JE. Hasil positif terinfeksi virus ditandai dengan perubahan substrat TMB proxidase substrat dari bening kekuningan menjadi coklat kekuningan. Hasil positif ditandai dengan semakin tingginya nilai OD yang didapat yang menandakan antibodi yang mengikat substrat semakin banyak dan warna serum akan menjadi pekat. Sebaliknya, semakin rendah nilai OD, kandungan antibodinya rendah dan warnanya juga semakin pudar. Perubahan warna muncul karena pada plate mikro yang berisi serum yang mengandung antibodi JE. Reaksi ikatan antigen-antibodi terjadi yang kemudian terlacak dengan goat anti-porcine IgG(H+L) yang dilabel dengan HRP (Horse Radish Peroxidase). Enzim inilah yang merubah TMB dari bening kekuningan menjadi coklat kekuningan. Tingkat kepekatan warna coklat dibaca dengan multiscan spectrophotometer/ ELISA Plate Reader dan dinyatakan dalam kerapatan optis (Optical Density/ OD). Makin pekat intensitas warna coklat, makin tinggi nilai OD-nya dan makin tinggi pula titer antibodi JE dalam serum yang diperiksa. Perbedaan seroprevalensi antara daerah Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung) dapat ditujukan pada Table 1., di daerah Sesetan (Denpasar) didapatkan positif antibodi JE pada uji ELISA sebesar 12 sampel atau setara dengan 37,5% dan pada daerah Sedang (Badung) didapatkan hasil positif antibodi JE pada uji 695

10 ELISA sebesar 26 sampel atau setara dengan 86,67%. Ada kecenderungan babi di daerah Sedang (Badung) memiliki resiko terinfeksi virus JE lebih besar dari babi di daerah Sesetan (Denpasar). Wilayah Sedang (Badung) termasuk dalam wilayah pedesaan dimana sampel serum yang diambil berasal dari babi yang kandangnya terletak berdekatan dengan tempat irigasi sawah sedangkan pada sampel serum yang diambil dari daerah Sesetan (Denpasar) temasuk dalam wilayah perkotaan yang umumnya kandang babi berada pada pemukiman warga yang padat dan relatife jauh dari persawahan. Kedekatan kandang babi terhadap sistem perairan atau sawah merupakan salah satu faktor resiko terhadap tingginya tingkat kejadian infeksi virus JE pada babi. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan vector virus JE yaitu nyamuk Culex. Sp. Dimana tingginya jumlah populasi nyamuk Culex. Sp. Akan lebih sering terjadi pada daerah dekat perairan yang tergenang sawah dan umumnya daerah pedesaan tersebut terletak disekitar persawahan, oleh karena itu babi-babi yang terletak di peternakan daerah pedesaan cenderung memiliki tingkat kejadian terhadap infeksi virus JE lebih inggi dibanding dengan babi yang diternakan di daerah perkotaan. (Somboon dkk., 1989). Hasil analisis menggunakan uji chi square SPSS menunjukan bahwa babi di Sedang (Badung) 10,8 kali lebih beresiko terinfeksi Virus JE dari pada Babi di daerah Sesetan (Denpasar). Setelah kemudian diuji menggunakan uji Mann- Whitney Test didapatkan nilai p < 0.01 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan seroprevalensi nilai OD antara serum babi di Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung). Pada tabel 2. dan gambar 2. dapat dilihat bahwa umur babi berpengaruh terhadap infeksi virus JE. Pada umur babi 1-2 bulan didapatkan nilai yang sangat tinggi mencapai 100% disertai dengan tingkat titer antibody yang tinggi. Hal ini terjadi karena ada kemungkinan babi yang berumur 1-2 bulan masih memiliki antibodi bawaan dari induknya (maternal antibodies). Jangka waktu dari maternal antibodies pada anak babi rata-rata hingga umur 2 bulan (Scherer dkk,. 1959; Wada 1972). Pada umur babi 3-5 bulan didapatkan nilai positif titer antibody virus JE yang rendah hanya 30,4% dan negative antibody JE sebesar 69,6%. Nilai 696

11 tersebut menunjukan terjadinya penurunan titer antibody setelah umur diatas 2 bulan, nilai positif menandakan adanya infeksi pada babi usia antara 3-5 bulan. Pada umur diatas 5 bulan ditemukan nilai positif yang tinggi sebesar 57,9% dan nilai negative sebesar 42,1% hal ini menunjukan bahwa tingkat infeksi pada umur diatas 5 bulan (induk) tinggi menandakan babi diatas usia 5 bulan kemungkinan terinfeksi virus JE. Data di atas di perkuat dengan laporan oleh sendow (2003) yang mengungkapkan bahwa pada babi dewasa, yang rata-rata berumur 6 bulan keatas memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu 94% - 95% terhadap infeksi virus JE, sedangkan untuk babi umur 4-6 bulan memiliki prevalensi sebesar 60% - 80% dan untuk prevalensi terendah terdapat pada umur 2-4 bulan sebesar 24% - 41%. SIMPULAN Pada babi di daerah Sesetan (Denpasar) dan Sedang (Badung) ditemukan adanya titer antibody terhadap virus JE sebesar 38 sampel atau 61.3%. Ada perbedaan seroprevalensi virus JE di daerah Sesetan (Denpasar) sebesar 12 sampel atau 37,5 % dan Sedang (Badung) sebesar 26 sampel atau 86,7%. Babi di Sedang (Badung) 10.8 kali lebih beresiko terinfeksi virus JE dari babi yang ada di daerah Sesetan (Denpasar) Babi umur diatas 3 bulan akan sangat rentan terhadap infeksi virus JE. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan IgM, untuk mengetahui lebih jelas apakah babi yang positif memiliki antibodi JE dafeksi alami atau hanya merupakan antibodi turunan. DAFTAR PUSTAKA Lubis, 1. dan Suharyono, W Gambaran Epidemiologik virus J.E di Dua Kecamatan Dalam Kotamadya Denpasar pada tahun Buletin Penelitian Kesehatan, vol. XI. No

12 Lubis, Masalah penyakit JE di Indonesia. Cermin dunia kedokteran. 61 : Miyata, K, M. Ueda, and N. Hashimoto (1982) Antibody assay for Japanese encephalitis virus in bovine serum by ELISA. Jap.J.Vet. Res. 30(3/4): Santhia, K.A.P, N. Dibia, K. P. Daniels dan R.luth Surveilans Terhadap Japanese Encephalitis Pada Hewan Sentinel. BPPH VI Denpasar. Scherer, M. F, J. T. Moyer, T. Izumi, I. Gresser, and J. McCown (1959c) Ecological studies of Japanese encephalitis virus in Japan. VI Swine infection. Am.J.Trop. Med.Hyg 8: Somboon, P., W. Choochote, C. Kham Boonrwang, P. Keha, P. Swanphanit, K. Sukontasan, and P. Chaivong Studies on the Japanese encephalitis vectors in Amphoe Muang, Chiang Mai, Northerrn Thailand. Southeast Asian J. Trop. Med. Pub. Hlth. 20(1): Wada, Y Theoretical Model For Japanese Encepalitis Endemic. Trop. Med.,13, Wei, L Disease burden of Japanese encephalitis: epidemiologic perspectives. Workshop and training surveilans JE di rumah sakit, Jakarta, Februari, hlm. 698

Deteksi Antibodi terhadap Virus Japanese Encephalitis pada Ternak Babi Di Wilayah Jembrana dan Klungkung

Deteksi Antibodi terhadap Virus Japanese Encephalitis pada Ternak Babi Di Wilayah Jembrana dan Klungkung Deteksi Antibodi terhadap Virus Japanese Encephalitis pada Ternak Babi Di Wilayah Jembrana dan Klungkung Made bagus andryan quentinus kumara 1, Anak agung ayu mirah adi 2, I gusti ngurah kade mahardika

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium BKP Kelas II Cilegon untuk metode pengujian RBT. Metode pengujian CFT dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang 11 MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian dilakukan di kandang FKH-IPB. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metodologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metodologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada periode waktu Juni 007 sampai dengan Juni 008 di Instalasi Karantina Hewan (IKH) Balai Besar Karantina Hewan Soekarno Hatta dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya 10 MATERI DAN METODA Waktu Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu FKH-IPB, Departemen Ilmu Penyakit Hewan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Veteriner dan Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2009 hingga Februari 2010. Penelitian dilakukan di kandang pemeliharaan hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Lebih terperinci

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92 Darmawan, Dyah Estikoma dan Rosmalina Sari Dewi D Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK Untuk mendapatkan gambaran antibodi hasil vaksinasi Rabivet Supra

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Sampel yang akan diuji kemudian dimasukkan ke dalam sumuran-sumuran cawan ELISA sesuai dengan pola yang telah ditentukan. Setiap sumuran cawan berisi sebanyak 100 μl sampel. Cawan ELISA kemudian diinkubasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Uji serologi ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian serta pembacaan nilai absorban

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Survei dan Identifikasi Virus yang Menginfeksi Mentimun Pengambilan Sampel 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan sejak Februari 2011 sampai Agustus 2011. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Institut Pertanian Bogor di Cikabayan, Dramaga dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode post test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai belahan dunia

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 17 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner FKH IPB, kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Immunologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kandang Terpadu, Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi terhadap Virus Classical Swine Fever dengan Teknik Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

Deteksi Antibodi terhadap Virus Classical Swine Fever dengan Teknik Enzyme-Linked Immunosorbent Assay Deteksi Antibodi terhadap Virus Classical Swine Fever dengan Teknik Enzyme-Linked Immunosorbent Assay EKA MAHARDHIKA RATUNDIMA 1, I NYOMAN SUARTHA 2, I GUSTI NGURAH KADE MAHARDHIKA 1 1 Lab Virologi, 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Brucellosis Penyakit keguguran / keluron menular pada hewan ternak kemungkinan telah ada sejak berabad-abad lalu seperti deskripsi dari Hippocrates dan mewabah pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wabah berkala termasuk Vietnam, Cambodia, Myanmar, Nepal, dan. Anopheles sp. Reservoir utama dari virusnya adalah babi.

BAB I PENDAHULUAN. wabah berkala termasuk Vietnam, Cambodia, Myanmar, Nepal, dan. Anopheles sp. Reservoir utama dari virusnya adalah babi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ensefalitis selain menjadi masalah di China juga merupakan penyakit yang menjadi masalah dibeberapa negara Asia lainnya, seperti: Jepang, Korea, Thailand, Taiwan, India.

Lebih terperinci

Pemberian Ivermectin Sebelum Vaksinasi Hog Cholera Menekan Pembentukan Antibodi

Pemberian Ivermectin Sebelum Vaksinasi Hog Cholera Menekan Pembentukan Antibodi Pemberian Ivermectin Sebelum Vaksinasi Hog Cholera Menekan Pembentukan Antibodi (IVERMECTIN INJECTION BEFORE HOG CHOLERA VACCINATION DECREASE ANTIBODY PRODUCTION) Tri Suci Galingging 1, I Nyoman Suartha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized 20 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized Controlled Trial Double Blind pada pasien yang menjalani operasi elektif sebagai subyek

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. Pemeliharaan ayam penelitian, aplikasi ekstrak temulawak dan vaksinasi AI dilakukan di kandang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDERS REARED IN THE SOBANGAN VILLAGE, MENGWI

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental 4.2. Tempat Penelitian 1. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

Kadar IgG RESA (Ring-infected Erythrocyte Surface Antigen) pada Penderita Malaria di Daerah Holoendemik Malaria

Kadar IgG RESA (Ring-infected Erythrocyte Surface Antigen) pada Penderita Malaria di Daerah Holoendemik Malaria Laporan Penelitian Kadar IgG RESA (Ring-infected Erythrocyte Surface Antigen) pada Penderita Malaria di Daerah Holoendemik Malaria Lily Kartika Surya Staf Pengajar Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit peradangan hati akut atau menahun disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuh seperti saliva, ASI, cairan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 21 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai Maret sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Mikrobiologi Medis, laboratorium Terpadu unit pelayanan mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris in-vitro dengan rancangan penelitian post test control group only design. 4.2 Sampel

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KUANTITATIF MANNAN-BINDING LECTIN (MBL) PADA PLASMA DARAH DENGAN TEKNIK ELISA

LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KUANTITATIF MANNAN-BINDING LECTIN (MBL) PADA PLASMA DARAH DENGAN TEKNIK ELISA LAPORAN PRAKTIKUM PEMERIKSAAN KUANTITATIF MANNAN-BINDING LECTIN (MBL) PADA PLASMA DARAH DENGAN TEKNIK ELISA Ade Sinaga Seri Rayani Bangun Kamis 9 Januari 2014, pukul 09.00-16.00 1. TUJUAN PRAKTIKUM Agar

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. (True experiment-post test only control group design). Dalam penelitian yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. (True experiment-post test only control group design). Dalam penelitian yang ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan desain eksperimental (True experiment-post test only control group

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Penanaman Tanaman Uji 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan Kunak, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sampel diuji di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini berupa penelitian analitik eksperimental. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Laboratorium Biomedik Fakultas kedokteran Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel Nyamuk untuk bahan uji dalam penelitian ini berasal dari telur Aedes aegypti yang diperoleh dari wilayah Jakarta Timur yang memiliki kasus demam berdarah tertinggi.

Lebih terperinci

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005)

Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) 36 LAMPIRAN 37 Lampiran 1. DATA SHEET : RIBAVIRIN (Bertrand 2000 dalam McEvoy 2005) Nilai toksisitas Non-Manusia : Rat LD50 oral 5,3 g / kg; Mouse LD50 oral 2 g / kg; Ip Mouse LD50 0,9-1,3 g / kg; LD50

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

3 SEROPREVALENSI TRICHINELLOSIS PADA BABI DI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN OEBA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

3 SEROPREVALENSI TRICHINELLOSIS PADA BABI DI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN OEBA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 15 3 SEROPREVALENSI TRICHINELLOSIS PADA BABI DI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN OEBA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Abstract Trichinellosis is zoonosis caused by worm infection, Trichinella spp. nematode

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan/Subjek Penelitian 3.1.1 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan : - Sarung tangan - Sonde lambung (gavage) - Alat penindik telinga mencit - Neraca

Lebih terperinci

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( ) Pendahuluan : NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin (078114032) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Newcastle Disease (ND) juga di kenal

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

RPMI 1640 medium. Kanamisin 250 µg. Coomassie brilliant blue G-250

RPMI 1640 medium. Kanamisin 250 µg. Coomassie brilliant blue G-250 86 Lampiran 1. Larutan yang digunakan pada medium RPMI 1640 RPMI 1640 medium 10,4 g Penisilin G 100.000 IU Streptomisin 100 mg Gentamisin 5 mg Kanamisin 250 µg Semua bahan tersebut dilarutkan kedalam 1000

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi, 29 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu : Anestesiologi, Farmakologi dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

SURVEILANS PENYAKIT JEMBRANA DI PROVINSI BALI TAHUN (Jembrana diseasae surveilance in Bali Year 2013)

SURVEILANS PENYAKIT JEMBRANA DI PROVINSI BALI TAHUN (Jembrana diseasae surveilance in Bali Year 2013) SURVEILANS PENYAKIT JEMBRANA DI PROVINSI BALI TAHUN 2013 (Jembrana diseasae surveilance in Bali Year 2013) Ni Luh Putu Agustini, I Nyoman Dibia, dan Diana Mustikawati. Balai Besar Veteriner Denpasar ABSTRAK

Lebih terperinci

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDING CENTER SOBANGAN VILLAGE, DISTRICT MENGWI, BADUNG

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 5 Dokumen nomor : 0301501 Tanggal : Mengganti nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross sectional untuk mengetahui kadar MMP 9 dan TNF α pada ketuban pecah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu pediatri dan ilmu Genetika Dasar.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu pediatri dan ilmu Genetika Dasar. 27 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian ini mencakup bidang ilmu pediatri dan ilmu Genetika Dasar. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Pusat Penelitian Biomedik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Reaksi Antiserum terhadap TICV pada Jaringan Tanaman Tomat

HASIL DAN PEMBAHASAN Reaksi Antiserum terhadap TICV pada Jaringan Tanaman Tomat 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Reaksi Antiserum terhadap TICV pada Jaringan Tanaman Tomat Reaksi antiserum TICV terhadap partikel virus yang terdapat di dalam jaringan tanaman tomat telah berhasil diamati melalui

Lebih terperinci

3 METODE. Bahan. Alat

3 METODE. Bahan. Alat 9 3 METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 14 bulan, yaitu dari April 2013 sampai Mei 2014 di Laboratorium Biokimia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Seafast Center, Pusat Studi Satwa Primata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan hasil pemeriksaan asam urat metode test strip dengan metode enzymatic colorimetric. B.

Lebih terperinci

Epidemiologi veteriner PKH-UB 2013

Epidemiologi veteriner PKH-UB 2013 Epidemiologi veteriner PKH-UB 2013 Quiss.. Jelaskan secara singkat istilah-istilah dalam epidemiologi berikut ini Incubation period Prevalensi Insidensi Endemic Epidemic Sporadic Vector Eradication Tuliskan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KOMPOSISI PREMIX DAN KOMPOSISI PAKAN NORMAL BR 1. Premix (PT. Eka Farma, Medan)

LAMPIRAN A KOMPOSISI PREMIX DAN KOMPOSISI PAKAN NORMAL BR 1. Premix (PT. Eka Farma, Medan) LAMPIRAN A KOMPOSISI PREMIX DAN KOMPOSISI PAKAN NORMAL BR 1 Premix (PT. Eka Farma, Medan) Kandungan Premix Kalsium Fosfor Ferrum Cupprum Manganese Iodin Sodium Chlorida Magnesium Zink Cyanocobalamine Komposisi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, 18 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maternal Antibodi pada Anak Babi (Piglet) Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau kekebalan turunan dari induk pada anak babi yang induknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test and controlled group design terhadap hewan uji. Postest untuk menganalisis

Lebih terperinci

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II (COMPARISON OF NEWCASTLE DISEASE ANTIBODIES TITRE IN LAYER PHASE I AND II) Saiful Akbar 1, Ida Bagus Komang Ardana 2,

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Unair

ADLN - Perpustakaan Unair BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan populasi kuda di Indonesia belum mencapai keadaan yang menggembirakan bahkan Di Jawa Timur pada tahun 2001 terjadi penurunan populasi ternak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp,

BAB III METODE PENELITIAN. dan dilanjutkan dengan identifikasi jenis bakteri Escherichia coli, Salmonella sp, 48 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Dimana penelitian ini tertuju pada

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME) Halaman 1 dari 5 FARMASI UGM Dokumen nomor : CCRC0201500 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan yang digunakan adalah daun tapak liman (E. scaber) diperoleh dari lapangan Dukuhwaluh, Purwokerto; untuk uji aktivitas anti virus digunakan telur

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatits B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang termasuk virus DNA, yang menyebakan nekrosis hepatoseluler dan peradangan (WHO, 2015). Penyakit Hepatitis B

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM COMPARISON OF HI TEST AND ELISA FOR DETECTING ANTIBODY MATERNAL ND ON DAY OLD CHICK Oleh : Rahaju Ernawati* ABSTRACT This

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Virus Terbawa Benih Uji serologi menggunakan teknik deteksi I-ELISA terhadap delapan varietas benih kacang panjang yang telah berumur 4 MST menunjukkan bahwa tujuh varietas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Dipilihnya desa Tanjung, Jati, Pada Mulya, Parigi Mulya dan Wanasari di Kecamatan Cipunegara pada penelitian ini karena daerah ini memiliki banyak peternakan unggas sektor 1 dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimental analitik dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimental analitik dengan desain BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah non eksperimental analitik dengan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan resistensi Aedes aegypti terhadap malathion

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201200 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari

Lebih terperinci

Lampiran 1a Gambar alat presto. Lampiran 1b Gambar alat oven. Lampiran 1c Gambar alat timbangan analitik

Lampiran 1a Gambar alat presto. Lampiran 1b Gambar alat oven. Lampiran 1c Gambar alat timbangan analitik 79 Lampiran 1a Gambar alat presto Lampiran 1b Gambar alat oven Lampiran 1c Gambar alat timbangan analitik 80 Lampiran 1d Gambar alat grinder Lampiran 2 Gambar kandang metabolik Lampiran 3 Gambar mencit

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA

ABSTRAK. Kata kunci: Cysticercus cellulosae, crude antigen, ELISA ABSTRAK Sistiserkosis merupakan penyakit parasitik yang disebabkan oleh larva stadium metacestoda cacing pita yang disebut Cysticercus. Cysticercus yang ditemukan pada babi adalah Cysticercus cellulosae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Transfusi darah Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti darah yang hilang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK ELISA PEMERIKSAAN KUANTITATIF MANNAN BINDING LECTIN PADA PLASMA DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK ELISA PEMERIKSAAN KUANTITATIF MANNAN BINDING LECTIN PADA PLASMA DARAH LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK ELISA PEMERIKSAAN KUANTITATIF MANNAN BINDING LECTIN PADA PLASMA DARAH NAMA PRAKTIKAN : Amirul Hadi KELOMPOK : I HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kamis, 9 Januari 2014 I. TUJUAN PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel air diambil dari air sumur gali yang berada di Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang yang selanjutnya sampel air dianalisa di

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015. 13 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode eksperimental karena adanya manipulasi terhadap objek penelitian dan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang menyebabkan dampak merugikan terhadap hewan dan manusia diseluruh dunia. Toxoplasma gondii

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencangkup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut serta Ilmu Mikrobiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Ruang lingkup tempat

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. : Laboratorium Budidaya Perairan

HALAMAN PENGESAHAN. : Laboratorium Budidaya Perairan HALAMAN PENGESAHAN Nama Mahasiswa : Melinda Oktafiani No. Pokok Mhs : 1114111034 Fakultas Judul Praktikum Tempat : Pertanian : Penghitungan Jumlah Bekteri : Laboratorium Budidaya Perairan Waktu Praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April November 2011 di laboratorium Biokimia Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, laboratorium Bioteknologi

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : -

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : - Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC Paraf Nama Sendy Junedi Adam Hermawan Muthi Ikawati Edy Meiyanto Tanggal

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data Sampel dalam penelitian ini adalah usapan (swab) dari lesi mukosa mulut subyek

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl DIAGNOSA PENYAKIT BRUCELLOSIS PADA SAP] DENGAN TEKNIK UJI PENGIKATAN KOMPLEMEN Yusuf Mukmin Balai Penelitian Veteriner, Jalan R.E. Martadinata 30, Bogor 11614 PENDAHULUAN Brucellosis adalah penyakit bakterial

Lebih terperinci