(TIGA SIFAT ALAM MATERIAL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(TIGA SIFAT ALAM MATERIAL)"

Transkripsi

1 TRI GUNA (TIGA SIFAT ALAM MATERIAL) I. ARTI TRI GUNA 1. Tri Guna brasal dari kata Tri = tiga, dan Guna = tali. Jadi Tri Guna berarti tiga tali pengikat yaitu sattvam, rajas dan tamas. Ke-tiga tali ini mengikat segala makhluk sehingga mereka betah tinggal di alam material. 2 Secara umum, guna berarti sifat,ciri, keadaan atau suasana alam material. Karena itu, Tri Guna berarti tiga sifat, suasana atau keadaan alam material yang meng-ikat segala makhluk sehingga mereka merasa enak dan senang tinggal di dunia fana. 3. Dalam hubungan ini, Tuhan Krishna berkata, Sattvam rajas tama iti guna prakrti-sambhavah nibadhnanti maha-baho dehe dehinam avyayam, alam material diselimuti oleh sifat sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan). Begitu sang makhluk hidup (jiva) ber-hubungan dengan alam material, dia di-ikat kuat oleh ketiga sifat alam tersebut (Bg.14.5). 4. Disini kata mengikat berarti mengkhayalkan, menggelapkan, menyebabkan lupa, menyesatkan, membingungkan dan menipu. Sebab, dengan diikat oleh Tri Guna: (a) Sang makhluk hidup lupa pada hakekat dirinya sebagai jiva rohani-abadi dan menganggap badan jasmani yang dihuni/dipakai/dikendarainya sebagai dirinya sendiri.

2 (b) Sang makhluk hidup (jiva) menganggap dirinya produk alam material dan alam material adalah tempat tinggalnya sejati. II. PONDASI PENGETAHUAN VEDA Dalam Bhagavad-Gita, Tuhan Krishna berkata, Pengetahuan (tentang Tri Guna) ini adalah jnanam jnananam uttamam, paling utama dari semua pengetahuan (Veda). Yaj jnatva munayah sarve param siddhim ito gatah, dengan meng insyafi dan mempraktekkan pengetahuan ini, para Muni (orang suci) dimasa la lu mencapai kesempurnaan hidup (Bg.14.1). 1. Mengapa dikatakan bahwa pengetahuan tentang TrI Guna ini adalah pondasi pengetahuan Veda? Sebab, (a) Penderitaan saya dan anda di dunia fana ini ada lah karena kita di-ikat oleh ke-tiga sifat alam tersebut. (b) Dengan lepas dari ika tan Tri Guna, kita bisa kembali pada kedudukan dasar sebagai abdi/pelayan Tuhan di dunia rohani dan tinggal disa na dalam hubungan bhakti (cinta-kasih) timbal-balik yang selamanya membahagiakan dengan Beliau. 2. Karena itu, Tuhan Krishna berkata lebih lanjut, Idam jnanam upasritya, dengan mantap dalam pengetahuan spiritual ini, mama sadharmyamagatah,se seorang kembali pada hakekat dirinya yang spiritual seperti hakekat diriku. Dan, sarge pi nopajayante pralaye na vyathanti ca, dia tidak akan lahir lagi

3 III. PENJELASAN UMUM UNSUR-UNSUR TRI-GUNA (BG ) 1. Sifat alam sattvam (kebaikan) mensucikan diri seseorang (dengan berbagai perbuatan bajik), melahirkan pengetahuan dan kesenangan, tetapi pengetaan dan kesenangan itu mengikat pula sang makhluk hidup di alam fana. 2. Sifat alam rajas (kenafsuan) melahirkan bermacam-macam keinginan, memaksa sang makhluk hidup bekerja secara pamerih dan menyebabkan diri nya amat terikat pada hasil kerja (yang pasti mengakibatkan lahir lagi di du nia fana). 3. Sifat alam tamas (kegelapan) menyebabkan sang makhluk hidup mengkhayal, ber-pikir tidak waras, malas dan banyak tidur(sehingga dia bisa merosot kedalam kehidupan yang le bih rendah dalam kelahiran berikutnya). 4. Dikatakan bahwa ke-tiga unsur Tri Guna tersebut selalu bergejolak dan berusaha mengatasi satu dengan yang lain agar menjadi yang paling dominan (Bg.14.10). IV. SANG MAKHLUK HIDUP (JIVA) TIDAK BERDAYA DI-IKAT TRI GUNA 1. Dalam hubungan ini, Veda menyatakan, Karyate hy avasan karma sarva pra krti-jair gunah, semua makhluk tak berdaya dipaksa berbuat sesuai dengan dorongan sifat-sifat alam material (Tri Guna) yang menyelimui badan jasma

4 ninya (Bg.3.5). Mengapa dikatakan demikian? Sebab, Guna bhavyena karmanah, kegiatan terjadi karena interaksi Tri Guna didalam badan jasmani (Bhag ). Gunaih karmani sarvasah, segala kegiatan badan jasmani timbul karena interaksi Tri Guna (Bg.3.27). 2. Para Deva pun tidak berdaya di-ikat oleh Tri Guna. Sebab dikatakan, Na tad asti prthivyam va divi devesu va punah sattvam prakrtir-jair muktam yad ebhih syat tribhir gunaih, tidak ada makhluk apapun disini (di Bhumi) ataupun yang hidup sebagai Deva di susunan planet bagian atas alam semesta, bebas dari ikatan Tri Guna, tiga sifat alam material (Bg.18.40). V. AKIBAT-AKIBAT IKATAN TRI GUNA TERHADAP SANG MAKHLUK HIDUP (JIVA) 1. Akibat pertama: SANG JIVA MENGEMBANGKAN JENIS SRADDHA (KEPERCAYAAN) TERTENTU SELAIN KEPADA TUHAN KRISHNA Dikatakan, Tri vidha bhavati sraddha dehinam sa svabhavaja sattviki rajasi caiva tamasi ceti, sesuai dengan unsur-unsur Tri Guna yang menyelimuti diri seseorang, maka sraddha kepercayaan) kepada Tuhan dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: (a) Sraddha dalam sifat sattvam (kebaikan). (b) Sraddha dalam sifat rajas (kenafsuan), dan (c) Sraddha dalam sifat tamas (kegelapan).

5 2. Selanjutnya dikatakan, Yajante sattvika devan, mereka yang di-ikat oleh sifat alam sattvam, menyembah para Deva. Yaksa raksamsi rajasah, mereka yang di-ikat oleh sifat alam rajas, memuja Yaksha dan Rakshasa (ya ng tergolong Demon atau Asura). Dan, pretan bhuta ganams canye yajan te tamasa janah, mereka yang di-ikat oleh sifat alam tamas, memuja hantu dan roh-roh halus (Bg.17.4). 3. Akibat kedua; SANG JIVA SECARA KELIRU MENGANGGAP DIRINYA SENDIRI SEBAGAI PELAKU ATAS SEGALA KEGIATAN YANG DILAKUKANNYA Dikatakan, Prakrteh kriyamanani gunaih karmani sarvasah ahankara vimudhatma kartaham iti manyate, karena di-ikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup jadi terkhayalkan dan menganggap dirinyalah menjadi pelaku atas segala kegiatan yang dila kukannya, padahal kegiatan-kegiatannya itu terlak sana oleh alam material (Bg.3.27). 4. Akibat ketiga: SANG JIVA JADI SIBUK DALAM KEGIATAN MATERIAL MEMUAS- KAN INDRIYA JASMANI DI ALAM MATERIAL Dikatakan, Prakrteh guna sammudhah sajjante guna karmasu, di-ikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup (jiva) menjadi sibuk dalam berbagai

6 kegiatan pamerih dan menjadi terikat pada hasil kegiatannya itu (Bg.3.29). 5. Akibat ke-empat: SANG JIVA DIPAKSA BERPINDAH-PINDAH DARI SATU BADAN JASMANI KE BADAN JASMANI LAIN DAN HANYUT DALAM SAMUDRA KEHIDUPAN MATERIAL DUNIA FANA Dikatakan, Purusah prakrti-stho hi bhunkte prakrti jan gunan, begitulah sang makhluk hidup (jiva) yang tinggal di alam fana, berusaha menikmati kesenangan material dalam ikatan Tri Guna. Karanam guna sango sya sad asad yoni janmasu,karena di-ikat oleh Tri Guna,ma ka ia merasakan suka dan duka dalam berbagai jenis kehidupan material yang dialaminya (Bg.13.22). 6. Akibat ke-lima: SANG JIVA TIDAK TAHU BAHWA SRI KRISHNA ADALAH BHAGAVAN, KEPRIBADIAN TUHAN YANG MAHA ESA Dikatakan, Tribhir gunamayair bhavaih ebhih sarvam idam jagat mohitam nabhijanati mam ebhyah param avyayam, dikhayalkan oleh Tri Guna, seluruh dunia tidak mengenal diriku (sebagai Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan YME) yang mengatasi ke-tiga sifat alam material itu dan kekal abadi (Bg.7.13).

7 VI. MELEPASKAN DIRI DARI IKATAN TRI GUNA : PELAYANAN BHAKTI 1. Guna sangam vinirdhuya mam bhajanti vicaksanah, orang cerdas dapat melepaskan diri dari ikatan Tri-Guna dengan melakukan pelayanan bhakti kepadaku (Bhag ). 2. Mam ca yo vyabhicarena bhakti yogena sevate sa gunan samatityaitan, orang yang tekun dalam pelayanan bhakti kepadaku dan tak pernah gagal dalam keadaan apapun, seketika mengatasi Tri Guna (Bg.14.26). 2. Daivi hi esa gunamayi mama maya duratyaya, tenaga materialku maya nan halus ini yang terdiri dari unsur-unsur Tri Guna, sungguh sulit diaatasi. Tetapi, mam eva ye prapadyante mayam etam taranti te, orang yang berserah diri kepadaku, akan dengan mudah mengatasinya (Bg.7.14). VII. MANFAAT LEPAS DARI IKATAN TRI GUNA 1. Manfaat pertama: SANG JIVA MENGERTI BAHWA SRI KRISHNA ADALAH BHAGAVAN, KEPRIBADIAN TUHAN YME Dikatakan, Nanyam gunebhyah kartaram yada drstanupasyati gunebhyas ca para vetti mad bhavam so digacchati, bila anda melihat bahwa segala peristiwa yang terjadi adalah tidak lain dari pada interaksi unsur-unsur Tri Guna, dan bahwa Tuhan mengatasi ketiga sifat alam material ini, maka barulah anda mengerti hakekat spiritual diriku (Bg.14.19).

8 2. Manfaat kedua: 3. Manfaat ke-tiga: SANG JIVA MENCAPAI TINGKAT SPIRITUAL BRAHMA-BHUTA YANG MENJADI PRASYARAT UNTUK KEMBALI KE DUNIA ROHANI Dikatakan, Sa gunan samatityaitan brahma bhuyaya kalpate, jika seseorang telah bebas dari ikatan Tri Guna, ma ka dia mencapai kedudukan spiritual brahma-bhuta (Bg ). Brahma-bhuta prasannatma, pada tingkat spiritual brahma-bhuta, seseorang senantiasa berbahagia (Bg. (18.54). SANG JIVA MENCAPAI KEBAHAGIAAN ABADI DI DUNIA ROHANI VAIKUNTHALOKA Dikatakan, Gunan etan atitya trin dehi deha samudbhavan janma mrtyu jara duhkhair vimukto mrtam asnute, kalau seseorang bebas dari ikatan Tri Guna, maka dia bebas dari kelahiran, kematian, usia-tua dan kesengsaraan (penyakit) dan mencapai kebahagiaan sejati bahkan dalam masa hidup nya ini juga (Bg.14.20). IKATAN TRI GUNA PELAYANAN BHAKTI BERSERAH DIRI KEPADA TUHAN KRISHNA LEPAS DARI IKATAN TRI GUNA KEBAHAGIAAN ABADI

9 VIII. CIRI-CIRI ORANG YANG LEPAS DARI IKATAN TRI GUNA Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut, Dia tidak membenci pencerahan spiritual, kemelekatan (pada hal-hal material) ataupun khayalan bilamana hal-hal itu datang. Juga dia tidak menginginkan nya jika hal-hal itu lenyap. Dia tetap tenang tanpa rasa keprihatinan apapun, sebab dia berada diluar pengaruh unsur-unsur Tri Guna. Dia hidup mantap (dalam keadaan apapun), sebab dia sadar bahwa hanya unsur-unsur Tri Guna itu saja ya ng aktip. Dia merasakan suasana senang dan susah sama sa ma saja, menerima cacian dan pujian dengan sikap sama, me melihat segumpal tanah, sebiji batu dan sekeping emas dengan pandangan (dan perasaan) sama. Dia tidak pernah merasa terganggu meski dihina atau pun disanjung. Dia memperlakukan sahabat ataupun musuh dengan cara sama, dan bebas dari segala kegiatan pamerih apapun (Bg ). IX. TUHAN KRISHNA SELAMANYA BEBAS DARI PENGA- RUH TRI GUNA 1. Beliau berkata, Ye caiva sattvika bhava rajasas tama sas ca ye matta eveti tan viddhi na tu aham tesu te mayi, jenis kehidupan apapun, baik dalam sifat alam sattvam, rajas ataupun tamas, itu semua terwujud da ri tenagaku. Dalam satu pengertian, Saya adalah segala sesuatu, namun Saya bebas merdeka dan Saya

10 tidak pernah dipengaruhi oleh sifat-sifat alam material tersebut (Bg.7.12). 2. Selanjutnya Tuhan Krishna berkata, Nirguna guna bhoktr ca, Saya (dalam aspekku sebagai Paramatma) selalu mengatasi Tri Guna dan pada saat ya ng sama menjadi pengendalinya (Bg.13.15). 3. Sloka-sloka Gita yang telah di kutip yaitu Bg , dan mem buktikan pula bahwa Tuhan Krishna selama nya bebas dari pengaruh Tri- Guna. 4. Beliau juga berkata, Sattvam rajas tamah iti guna jivasya naiva me, ke-tiga sifat alam material sattvam, rajas dan tamas ini meng-ikat sang jiva di dunia fana, tetapi tidak mengikat diriku (Bhag ). X. RINGKASAN TRI GUNA, TIGA SIFAT ALAM MATERIAL Berikut disajikan ringkasan tentang unsur-unsur Tri Guna yang bahannya dikutip dari kitab suci Bhagavad-Gita dan Srimad Bhagavatam. PENUTUP Demikianlah saya telah uraikan secara ringkas tentang Tri-Guna. Semoga bermanfaat. Haribol! Tangerang, 12 Desember 2006.

11 RINGKASAN TRI GUNA, TIGA SIFAT ALAM MATERIAL NO. URAIAN (KEBAIKAN) RAJAS (KENAFSUAN) TAMAS (KEGELAPAN) VISUDHA 1. Ciri-ciri pada Umumnya Relatip suci, cerah, tenang, bebas dari dosa, me-lahirkan pengetahuan dan kesenangan duniawi (Bg.14.6, 9, dan 11). Banyak keinginan dan tidak terkendali, kerja keras secara pame rih dan melekat pada hasil kerja (Bg.14.7,9 dan 12). Mengkhayal, tidak waras, lengah, suka tidur, lamban dan bodoh (Bg.14.8, 9 dan 13). Bhakti murni Kepada Tuhan Krishna, suci, cerah, pengetahuan mutlak, senang dan bahagia. 2. Tujuan yang dicapai sete lah ajal Planet sorgwi dan planet-planet lebih tinggi lainnya (Bg dan 18). Lahir dan hidup diantara orangorang pamerih di planet-planet seperti Bhumi (Bg dan 18). Planet neraka atau dunia para hewan/binatang (Bg dan 18). Dunia rohani Vaikunthaloka. 3. Obyek pemu jaan/persem bahyangan Para Deva (dan aspek Tuhan im personal sebagai Brahman (Bg.17.4). Yaksha dan Rakshasa yang ter golong A sura atau Demon (Bg. 17.4). Hantu dan para makhluk halus lainnya(bg.17.4). Krishna, Kepri badian Tuhan YME. 4. Akibat yang ditimbulkan Kesucian dan pengetahuan (Bg dan 17). Kedukaan dan kesengsaraan (Bg dan 17). Kebodohan, khayalan dan ketidak warasan (Bg dan 17). Menempatkan orang pada tingkat rohani.

12 NO. URAIAN (KEBAIKAN) RAJAS (KENAFSUAN) TAMAS (KEGELAPAN) VISUDHA 5. Makanan Memperpanjang umur, mensuci kan, memberi tenaga, sehat, memuaskan dan me nyenangkan, me nyuburkan, berair, manis, enak dan lembut (Bg. 17.8). Terlalu pahit, pedas, asam, asin, berbagai macam, kering, panas, me nyebabkan sakit, derita dan penyakit (Bg.17.9). Tidak enak, basi, busuk, berbau tidak sedap dan kotor. Dimasak lebih dari 3 jam sebelum di-makan (Bg.17.10). Membebaskan dari reaksi dosa, membangkitkan kesadaran kepada Tu han, dimasak sesuai aturan Sastra. 6. Kurban/yajna Dilaksanakan semata-maka sebagai kewajiban se suai aturan Sastra tanpa mengharapkan phala atau hasil(bg ). Dilaksanakan dengan rasa bangga secara mewah un tuk memperoleh balasan dan keun tungan material (Bg.17.12). Dilaksanakan tidak sesuai aturan Sastra, tidak ada mantra pujian, tidak ada makanan dibagikan, tidak ada daksina untuk Pandita pelaksana, dan tanpa srddha kepada Tuhan (Bg ). Dilaksanakan sesuai aturan Sastra untuk menyenang kan Kepribadian Tuhan YME 7. Keteguhan hati Tidak pernah goyah, ditopang de ngan kekuatan yoga mengendalikan pikiran, jiwa dan indriya2 (Bg.18.33). Amat terikat pada hasil pelaksanaan dharma, melekat pada artha (kekayaan) dan kama kenikmatan indriya (Bg.18.34). Tidak pernah me lampaui keadaan mimpi, cemas,se dih, murung dan mengkhayal (Bg ). Mantap dalam kesadaran, pelayanan dan ingatan kepada Tuhan.

13 NO URAIAN (KEBAIKAN) RAJAS (KENAFSUAN) TAMAS (KEGELAPAN) VISUDHA 8. Pekerja/orang/manusia Bebas dari kemele katan material dan ke-akuan palsu,se mangat, teguh hati dan tidak goyah oleh keberhasilan atau kegagalan (Bg.18.26). Amat melekat pada hasil kerja, sangat bernafsu menikmati hasil kerja nya, rakus,dengki, berhati kotor, dan hanyut dalam suka-duka kehidupan (Bg.18.27). Sibuk dalam kegiatan tidak se suai aturan Sastra, amat meterialistik, keras kepala, suka menipu dan akhli menghina, malas, murung dan berlambat-lambat dalam bekerja (Bg.18.28). Hanya sibuk dalam pelaya nan bhakti kepada Tuhan sesuai aturan Sastra dan me rasa bahagia dengan pelayanan demikian. 9. Pengertian Dapat mem-bedakan antara yang boleh dan tidak bo leh dilakukan, yang patut ditakuti dan tidak patut ditakuti, dan antara kegiatan mengikat dan tidak mengikat (Bg.18.30). Tidak bisa membe dakan dengan benar antara prinsip dharmadan bukan dharma, antara kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan(bg.18.31). Meng-anggap ya ng bukan dharma sebagai dhar ma dan sebaliknya, diliputi khayalan dan kebodohan, dan selalu mengarah sesat (Bg.18.32). Selalu ingat Tuhan Krishna melalui keinsyafan diri sesuai penjelasan Sastra. 10. Pertapaan Dilaksanakan sesuai aturan Sastra tanpa keinginan memperoleh keun tungan material untuk menginsyafi Tuhan (Bg dan 16.17). Dilaksanakan secara mewah agar dapat pujian, sanjungan dan kehormatan, bersifat sementara dan tidak stabil (Bg.17.18). Dilaksanakan se cara bodoh dengan menyiksa badan atau dengan menyengsarakan makh luk lain (Bg ). Dilaksanakan dengn penuh sraddha untuk menyena- Ngkan Tuhan.

14 NO URAIAN (KEBAIKAN) RAJAS (KENAFSUAN) TAMAS (KEGELAPAN) VISUDHA 11. Kebahagiaan Pada mulanya terasa bagaikan racun (pahit) tetapi pada akhirnya terasa seperti amrita (manis) dan membangkitkan keinsyafan diri (Bg.18.37). Timbul dari hubungan antara indriya jasmani dengan obyeknya. Pada awalnya terasa seperti amrita(ma nis) tetapi pada akhirnya terasa seperti racun (pahit) (Bg.18.38). Buta terhadap ke insyafan diri, berupa khayalan dari awal sampai akhir, dan timbul dari kemalasan, angan-angan dan kesukaan tidur (Bg.19.39). Timbul dari pelayanan bhakti kepada Tuhan dengan kebahagiaan bertam bah-tambah terus. 12. Amal/derma/ dana-punia Diberikan semata mata sebagai kewajiban pada wak tu dan tempat yang tepat ke-pada orang yang pantas menerima tanpa mengharapkan imbalan (Bg ). Diberikan dengan maksud men-dapat imbalan atau memperoleh hasil dan diberikan secara tidak ikhlas (Bg.17.21). Diberikan pada waktu dan tempat yang tidak tepat kepada orang yang tak patut menerima dengan sikap menghina (Bg ). Diberikan hanya dengan tujuan untuk menyenangkan Tuhan Krishna. 13. Ketidak-terikatan Didasari prinsip bahwa kerja itu adalah tugas yang harus dilaksanakan dan si pelaku tidak terikat pada hasilnya (Bg.18.9). Meninggalkan tugas pekerjaan karena rasa takut atau karena kerja itu dirasa menyusahkan (Bg.18.8). Meninggalkan tu gas pekerjaan ya ng wajib dilaksanakan karena khayalan (yang menyesatkan) (Bg.18.7). Melaksanakan tugas pekerjaan dalam kesadaran ke pada Tuhan untuk kesena ngannya.

15 NO. URAIAN (KEBAIKAN) RAJAS (KENAFSUAN) TAMAS (KEGELAPAN) VISUDHA 14. Pengetahuan Mengerti bahwa roh (jiva) spiritual yang sama ada dalam badan jasmani setiap makhluk (Bg.18.20). Mengerti adanya roh (jiva) berbedan dalam setiap badan jasmani yang ber-beda (Bg.18.21). Pengetahuannya amat sedikit dan tidak terkait dengan Tuhan,dan menimbulkan ke melekatan pada satu macam kegiatan sebagai segala-galanya (Bg.18.22). Mengerti bahwa semua ma khluk hidup adalaj jiva rohani-abadi,pe layan kekal Tuhan Krishna. 15. Kegiatan/per- Buatan Dilaksanakan sesuai tugas semata tanpa kemelekatan atau tanpa rasa cinta ataupun benci, dan tanpa keterikatan pada hasil (Bg.18 23). Dilaksanakan de ngan ke-akuan palsu dan ikhtiar keras untuk memenuhi keinginan pribadi (Bg ). Dilaksanakan da lam kebodohan serta khayalan tanpa sadar pada akibat dan ikatan yang timbul, tidak praktis dan menyebabkan derita (Bg ). Dilaksanakan semata-mata untuk memuaskan Tuhan Krishna sesuai petunjuk Sastra. 16. Kitab Purana Vishnu-Purana, Naradiya-Purana, Garuda-Purana, Padma-Purana dan Varaha-Purana. Brahmanda-Purana, Brahma-vai varta-purana, Va mana-purana, Markandeya-Purana, Bhavisya- Purana dan Brah ma-purana. Matsya-Purana, Kurma-Purana, Linga-Purana, Si va-purana, Skan da-purana, dan Agni-Purana. Bhagavata-Pu rana atau Sri mad-bhagava tam.

16 NO. URAIAN (KEBAIKAN) RAJAS (KENAFSUAN) TAMAS (KEGELAPAN) VISUDHA 17. Tempat Hutan Kota, Metropolitan, Desa dan Ke lurahan. Tempat judian, Rumah pelacuran, Rumah potong hewan. Kuil dimana dilakukan pelayanan bhakti kepada Tu han Krishna. 18. Waktu dalam hari Pagi hari Siang hari Malam hari Kapan saja dilakukan pelayanan bhakti kepada Tu han Krishna. 19. Warna Putih Merah Hitam Warna badan Tu han Krishna 20. Binatang Sapi Harimau Monyet Garuda 21. Pohon dan tanaman Mangga, pisang, apel Bawang merah, bawang putih Pohon per, cendawan Tulasi, Kalpa vrksa Berikut adalah ringkasan Tri-Guna berdasarkan kitab Srimad Bhagavatam.

17 No. URAIAN (KEBAIKAN) RAJAS (KENAFSUAN) TAMAS (KEGELAPAN) VISUDHA 1. Ciri pada umumnya (Bhag ). Damai (samah), terkendali diri (damah), toleran (titiksa), mampu membedakan (ik sa), pertapaan (tapah), kejujuran (satyam), kasih-sayang (daya), ingatan baik (smrtih), berpuas hati (tustih), murah hati (tyaga), tanpa kemelekatan (asprha), percaya pada Ve dan dan guru kerohanian (sraddha), sopan-santun (hrih), sederhana, dermawan, rendah hati (daya-adih), dan ber bahagia di dalam hati (sva-nirvrtih). Penuh ke-inginan material (kamah), Ikhtiar keras (iha) lancang (madah), tak pernah puas atas hasil pekerja an (trsna), ke-aku -an palsu (stambhah), menyembah para deva un tuk memperoleh berkah material (asih), menganggap diri lebih baik dari orang lain (bheda), bersukacita dalam kepuasan indriya (sukkham), berani karena mabuk (mada-utsahah), senang pujian (yasah-pritih), suka mengolok orang lain (hasyam), pa mer kekuatan (vir yam), bertindak berdasarkan kekuatan sendiri (bala-adyamah). Pemarah (krodhah), rakus (lobhah), bicara bohong (anrtam), pendengki (himsa), suka mintaminta (yacna), munafik (dambhah), tidak bersemangat (klamah) suka bertengkar (kalih), sering se dih dan mengkhayal (soka-mohan), murung dan berpura-pura rendah diri (vi sada-arti), penakut (bhih) dan tidak mau ber-ikhtiar(anudyamah).

18 No. URAIAN RAJAS TAMAS VISUDHA 2. Suasana hati (Bhag ). Tenang, damai. Penuh ke-inginan. Pemarah, pendengki. 3. Persembahyangan. Tidak mengharap kan hasil/balasan. Mengharapkan hasil/balasan. Bertujuan mencelakakan orang lain. 4. Bila sifat-sifat tsb. dominan (Bhag Merasa senang, jadi bijak dan berpengetahuan. Bekerja keras agar dapat prestasi dan keuntungan. Jadi bodoh dan malas. diliputi khayalan dan ke sedihan, banyak tidur, khusuk de ngan harapanharapan palsu dan kejam pada makhluk lain. 5. Keinsyafan kepada Tuhan (Bhag ). Tat sattvam viddhi mat padam, hanya dengan sifat sattvam seseorang bisa meng insyafi Tuhan. Tidak bisa meng insyafi Tuhan. Sama sekali tidak bisa menginsyafi Tuhan.

19 No. URAIAN RAJAS TAMAS VISUDHA 6. Deva, demon dan raksasa (Bhag ). Edhamane gune sattve devanam balam, bila sifat sattvam dominan, maka watak dewani berkembang. Asuranam ca ra jasi, bila sifat rajas dominan, ma ka berkembang watak asura. Tamasy caiva raksasam, bila sifat tamas dominan, maka wa tak raksasa berkembang. 7. Akibat-akibat dari tiga sifat alam (Bhag ). Upary upari gacchanti sattvena, sifat sattvam me nuntun menuju kelahiran yang le bih tinggi. Rajasantara carinah, sifat rajas menyebabkan te rus lahir di masyarakat manusia. Tamasadho dha amukhyad, sifat tamas menyebabkan merosot dalam kelahiran rendah. 8. Terjaga, tidur dan tidur nyenyak. Keadaan terjaga. Keadaan tidur de ngan berbagai mimpi. Keadaan tidur nyenyak. 9. Kematian (Bhag ). Sattve pralinah svar yanti, meninggal dalam sifat sattvam mencapai Svargaloka. Nara lokam rajo layah, meninggal dalam sifat rajas lahir di masyarakat manusia. Tamo layas tu nirayam, meninggal dalam sifat tamas jatuh ke neraka. Yanti mam eva nirgunah, meninggal dengan bebas da ri ikatan Tri-gu na, mencapai tempat Tuhan

20 No. URAIAN RAJAS TAMAS VISUDHA 10. Pekerjaan (Bhag ). Mad arpanam nisphalam va sat tvikam nijakarma tat, kerja yang di lakukan sebagai persembahan ke pada Tuhan = pe kerjaan dalam sifat sattvam. Rajasam phala sankalpam, kerja yang dilakukan dengan motip dapat hasil = kerja dalam sifat rajas. Himsa prayadi tamasam, kerja dengan tindak kekerasan dan iri-hati = pekerjaan dalam sifat tamas. 11. Pengetahuan (Bhag ). Kaivalyam sattvi kam jnanam, pengtehuan mutlak = pengetahuan dalam sifat sattvam. Rajo vaikalpikam ca yat, pengetahuan yang berdasar pada dualitas = peng tahuan dalam sifat rajas. Prakrtim tamasam jnanam, pe ngetahuan materialistik = pengetahuan dalam sifat alam tamas. Man nistham nirgunam smr tam, pengetahuan tentang ke-tuhan-an = pengetahuan spiritual ya ng berada di luar Triguna. 12. Tempat tinggal (Bhag ). Vanam tu sattvi ka vaso, hutan = tempat tinggal dalam sifat sattvam. Gramo rajasa ucyate, kota = tempat tinggal dalam sifat rajas. Tamasam dyuta sadanam, rumah/tempat judi = tempat dalam sifat alam tamasa. 13. Pekerja (Bhag ). Sattvikah... Ragandho... Tamasah...

21 No. URAIAN RAJAS TAMAS VISUDHA 13. Pekerja (Bhag ). Sattvikah karako sangi, pekerja yang bebas da ri kemelekatan pada hasil kerja = pekerja dalam sifat sattvam. Ragandho rajasah smrtah, pekerja yang dilipu ti keinginan men dapat hasil = pekerja dalam sifat rajas. Tamasah smrti vibhraste, peker ja yang tak bisa membedakan kerja benar dan kerja salah = pe kerja dalam sifat tamas. Nirgunomad apasrayah, ia yanberserah kepadtuhan = pekerja mengatasi Triguna. 14. Kepercayaan /keyakinan (Bhag ). Sattviky adhyat miki sraddha, ke yakinan yang diarahkan pada ke hidupan spiritual = keyakinan dalam sifat alam sa ttvam. Karma sraddha tu rajasi, keyakinan bermotip pa da hasil/balasan = keyakinan dalam sifat rajas. Tamasy adharme ya sraddha, keyakinan bersarkan kegiatan adharma = keya kinan dalam sifat alam tamas. Matsevayam tu nirguna,ke yakinan dalam pelayanan bhakti kepada Tuhan, sepenuhnya spiritual. 15. Makanan (Bhag ). Pathyam putam anayastam aharyam sattvikam smrtam, makannan sehat dan murni yang diperoleh secara mudah = makanan sattvam. Rajasam cendri ya prestham, ma kanan yang seke tika memberikan kenikmatan indri ya = makanan rajas. Tamasam carti dasuci, makanan kotor dan menye babkan sakit = makanan dalam sifat tamas.

22 NO. URAIAN RAJAS TAMAS VISUDHA 16. Kebahagiaan (Bhag ). Sattvikam sukham atmottham kebahagiaan yang timbul dari ke insyafan diri = ke bahagiaan dalam sifat sattvam. Visayottham tu rajasam, kebahagiaan dari kepuasan indriya = kebahagiaan rajas. Tamasam moha dainyottham, kebahagiaan dilandasi khayalan = kebahagiaan dalam sifat tamas. Nirgunam mad apasrayam, kebahagiaan dari keinsyafan kepada Tuhan = kebahagiaan pa da tingkat spiritual Tangerang, 12 Desember 2007.

Tanggung Jawab Bersama

Tanggung Jawab Bersama Tanggung Jawab Bersama Ven. Sri Paññāvaro Mahāthera Ven. Dr. K. Sri Dhammananda Daftar Isi Tanggung Jawab Bersama 5 Engkau Bertanggung Jawab 14 Tanggung Jawabmu Menciptakan Saling Pengertian 17 Jangan

Lebih terperinci

Tidak Ada. Ajahn Chah

Tidak Ada. Ajahn Chah Dhamma Citta Tidak Ada Ajahn Chah No Ajahn Chah P E R E N U N G A N Suatu ketika ada seorang umat biasa datang untuk bertemu Ajahn Chah untuk bertanya. Ajahn Chah melihat perkembangan spiritualnya belum

Lebih terperinci

1. Hindu - Studi dan Pengajaran I. Judul II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

1. Hindu - Studi dan Pengajaran I. Judul II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hak Cipta 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka

Lebih terperinci

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (14) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 16 Juni 2005 s.d. tanggal 04 Agustus 2005

KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (14) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 16 Juni 2005 s.d. tanggal 04 Agustus 2005 KUMPULAN 50 TANYA JAWAB (14) Di Website Buddhis Samaggi Phala Oleh Bhikkhu Uttamo Online sejak tanggal 16 Juni 2005 s.d. tanggal 04 Agustus 2005 01. Dari: Sam Adhiputera, Jakarta Namo Buddhaya, Bhante,

Lebih terperinci

DhammaCitta. Hidup Sesuai Dhamma PANDUAN HIDUP DALAM BERKESADARAN

DhammaCitta. Hidup Sesuai Dhamma PANDUAN HIDUP DALAM BERKESADARAN Hidup Sesuai Dhamma PANDUAN HIDUP DALAM BERKESADARAN Bongkahan daging segar yang melapuk (decline) ini adalah suatu kenyataan. Sang Buddha mengajarkan kita untuk menrenungkan proses perubahan (melapuknya)

Lebih terperinci

Menuju Kehidupan yang Tinggi. Aryavamsa Frengky, MA.

Menuju Kehidupan yang Tinggi. Aryavamsa Frengky, MA. Menuju Kehidupan yang Tinggi Aryavamsa Frengky, MA. Menuju Kehidupan yang Tinggi Oleh : Aryavamsa Frengky, MA. Editor: Upa. Sasanasena Seng Hansen Proofreader: Upa. Surya Dharma Edward Satya Surya Desain

Lebih terperinci

BERBUAT BAIK ITU MUDAH

BERBUAT BAIK ITU MUDAH 1 SERI DHARMAPUTRA INDONESIA 5 BERBUAT BAIK ITU MUDAH EHIPASSIKO COLLECTION www.ehipassiko.net oleh: Chuang Daftar Isi Kata Pengantar 3 Bagian Pertama Kebajikan: Harta Kita yang Sejati 4 Apakah Kebajikan

Lebih terperinci

Jalan Menuju Pencapaian Arahat

Jalan Menuju Pencapaian Arahat Jalan Menuju Pencapaian Arahat Kumpulan Ceramah Dhamma Yang Mulia Âcariya Maha Boowa tentang Tata Cara Latihan Yang Beliau Jalankan Di terjemahkan dari bahasa Thailand (kedalam bahasa Inggris) Oleh Bhikkhu

Lebih terperinci

Mengembangkan Kepribadian Kita

Mengembangkan Kepribadian Kita Mengembangkan Kepribadian Kita Ingatkah saudara bahwa dalam pelajaran terdahulu saudara mempelajari bahwa maksud Allah ialah memulihkan citra-nya di dalam hidup kita? Betapa indahnya maksud itu! Dan pemulihan

Lebih terperinci

Edisi 38 / November - Desember 2003. Tidakkah Kamu Baca? Mencari Kedamaian. Pengkhotbah 2 : Prestasi Hidup. Artikel Utama

Edisi 38 / November - Desember 2003. Tidakkah Kamu Baca? Mencari Kedamaian. Pengkhotbah 2 : Prestasi Hidup. Artikel Utama Edisi 38 / November - Desember 2003 Tidakkah Kamu Baca? Mencari Kedamaian Pengkhotbah 2 : Prestasi Hidup Artikel Utama Satu Roh Pengajaran tentang Roh Kudus telah menjadi subjek yang secara luas diinterpretasikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh SITI AMILATUL FADLILAH 11408151

SKRIPSI. Oleh SITI AMILATUL FADLILAH 11408151 PENGARUH KESIBUKAN KERJA ORANG TUA TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN FIQIH PADA SISWA KELAS II MI KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh SITI AMILATUL FADLILAH

Lebih terperinci

KAPAN SAJA SAYA MATI SAYA PASTI MASUK SURGA

KAPAN SAJA SAYA MATI SAYA PASTI MASUK SURGA KAPAN SAJA SAYA MATI SAYA PASTI MASUK SURGA PENDAHULUAN Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut, Ams 14:12. Ayat ini merupakan sebuah peringatan dan sekaligus nasehat. Di dalamnya

Lebih terperinci

Perjalanan hidup seseorang tidak terlepas

Perjalanan hidup seseorang tidak terlepas Perjalanan hidup seseorang tidak terlepas dari orang-orang yang telah lahir sebelumnya. Tiada sesuatu yang berdiri sendiri, semua terangkai dalam suatu sebab dan akibat yang saling bergantungan. Kita dapat

Lebih terperinci

AGAMA DALAM MASYARAKAT YANG MULTI RELIGIUS

AGAMA DALAM MASYARAKAT YANG MULTI RELIGIUS AGAMA DALAM MASYARAKAT YANG MULTI RELIGIUS Oleh: Bikkhu K. Sri Dhammananda Judul asli : Religion in a multi Religious Society Diterbitkan oleh :Buddhist Missionary Society Kualalumpur-Malaysia. Diterjemahkan

Lebih terperinci

1 1-2 Kepada yang kekasih anak saya Timotius:

1 1-2 Kepada yang kekasih anak saya Timotius: Surat Paulus yang kedua kepada Timotius 1 1-2 Kepada yang kekasih anak saya Timotius: Salam dari Paulus, rasul Kristus Yesus. Saya sudah diutus sebagai rasul karena kehendak Allah, untuk memberitakan tentang

Lebih terperinci

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun

PANDANGAN BENAR : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun PANDANGAN BENAR Penulis : Upa. Jayagandho Willy Yandi Wijaya Proof Reader : Upa. Sasanasanto Seng Hansun Ukuran Buku : 80 x 120 mm Kertas sampul : Art Cartoon 210 gsm Kertas isi : HVS 70 gsm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Pertanyaan Baik Jawaban Baik Good Question Good Answer

Pertanyaan Baik Jawaban Baik Good Question Good Answer Pertanyaan Baik Jawaban Baik Good Question Good Answer Bhikkhu Shravasti Dhammika DhammaCitta Press DhammaCitta Press Pertanyaan Baik Jawaban Baik Bhikkhu Shravasti Dhammika Judul asli: Good Question Good

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG PENGARANG

SEKILAS TENTANG PENGARANG SEKILAS TENTANG PENGARANG Nyonya Ulfat Aziz-us-Samad dilahirkan pada tanggal 2 November 1932 dari keluarga Qazi yang terkenal di Peshawar. Ia memperoleh pendidikan di St. Xavier s College (Peshawar), kemudian

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Abhidhamma. Bhikkhu Sikkhānanda

Dasar-Dasar Abhidhamma. Bhikkhu Sikkhānanda Dasar-Dasar Abhidhamma Citta dan Cetasika (Kesadaran dan faktor mental) Oleh Bhikkhu Sikkhānanda Dipersembahkan sebagai Dana Dhamma Oleh Keluarga Besar Amir Sujono & Rima Sulastri Ungkapan Terima Kasih

Lebih terperinci

HAK CIPTA 2009, PELITAHIDUP.COM

HAK CIPTA 2009, PELITAHIDUP.COM HAK CIPTA 2009, PELITAHIDUP.COM Ebook ini merupakan karya dan memiliki hak cipta dari PelitaHidup.com. Setiap bentuk distribusi, penyaluran dan pengkopian baik keseluruhan atau sebagian dari ebook ini

Lebih terperinci

Saran-saran dan Pertanyaan- pertanyaan buat Austra l i a

Saran-saran dan Pertanyaan- pertanyaan buat Austra l i a Saran-saran dan Pertanyaan- pertanyaan buat Austra l i a 1. Dengarkanlah, Para Sahabat terkasih, akan bisikan kasih dan kebenaran dalam hatimu. Percayalah akan suara dan kebenaran dalam hatimu, karena

Lebih terperinci

MAKNA DAN FUNGSI SANGGAH DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus dalam Masyarakat Hindu Jawa)

MAKNA DAN FUNGSI SANGGAH DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus dalam Masyarakat Hindu Jawa) 1 MAKNA DAN FUNGSI SANGGAH DALAM AGAMA HINDU (Studi Kasus dalam Masyarakat Hindu Jawa) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Theologi

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Masyarakat DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL DASAR Konsultan dan Pemda 04 Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Pemberdayaan Sejati 1 Kegiatan 1 Diskusi Keberdayaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI

HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh FITRIA NURMANISA NIM 111

Lebih terperinci

PROSEDUR MASUK ISLAM DI MASJID NASIONAL AL-AKBAR SURABAYA

PROSEDUR MASUK ISLAM DI MASJID NASIONAL AL-AKBAR SURABAYA PROSEDUR MASUK ISLAM DI MASJID NASIONAL AL-AKBAR SURABAYA ------------------------------------------------------------ Serkalipun memeluk agama Islam itu sangat mudah, namun ada baiknya ditempuh prosedur

Lebih terperinci

LEMBAGA KURSUS TERTULIS INTERNASIONAL DI INDONESIA

LEMBAGA KURSUS TERTULIS INTERNASIONAL DI INDONESIA Hidup Dalam Kristus SUATU PELAJARAN MENGENAI KESELAMATAN oleh David D. Duncan BUKU PEGANGAN UNTUK BELAJAR SENDIRI Disusun dengan kerjasama oleh Staf Kantor lcl Pusat LEMBAGA KURSUS TERTULIS INTERNASIONAL

Lebih terperinci

PENGARUH HUKUMAN TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA

PENGARUH HUKUMAN TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA PENGARUH HUKUMAN TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA Studi Kasus di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Lebih terperinci

MASA AWAL KANAK-KANAK

MASA AWAL KANAK-KANAK MASA AWAL KANAK-KANAK Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kirakira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 2006/2007

HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 2006/2007 HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 006/007 Skripsi Oleh AGUS P. ANDI W. NIM. K5103003 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci