PENGARUH HUKUMAN TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH HUKUMAN TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA"

Transkripsi

1 PENGARUH HUKUMAN TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA Studi Kasus di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : Asep Ahmad Yani JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

2 i

3 ii

4 iii

5 ABSTRAK Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat. Kata Kunci : Hukuman, Proses Penerapan, Tingkah Laku Siswa Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah: (1) bagaimana proses pembelajaran yang dialami siswa dapat berjalan dan berhasil dengan baik sehingga sesuai dengan tujuan pendidikan, (2) bagaimana dampak psikologis siswa atas penerapan suatu hukuman sebagai salah satu alat pendidikan di sekolah, dan (3) bagaimana konsistensi sekolah menggunakan hukuman dalam meningkatkan disiplin siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara penerapan hukuman di sekolah terhadap tingkah laku siswa, dan seberapa besar pengaruh itu terhadap tingkah laku siswa, serta apakah hal tersebut memiliki signifikansi atau tidak. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Nopember 2011 di SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan berganda. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penhelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh hukuman dengan terhadap tingkah laku siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung sebesar 0,450 dan termasuk dalam kategori sedang atau cukup (nilai r hitung pada rentang 0,40 0,70).Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup dan signifikan antara hukuman dengan pembentukan tingkah laku siswa di SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat. ASEP AHMAD YANI (FITK.PAI) iv

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla, yang telah memberi rahmat dan karunia-nya, serta atas iradah-nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu juga salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw., keluarga, dan para pengukut setianya hingga akhir jaman. Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan program studi dan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari sinilah, penulis mendapatkan pengalaman berharga pertama kalinya dalam penulisan karya ilmiah,yang secara jujur, penulis akui bahwa pekerjaan ini tidak akan dapat selesai sesuai aturan yang ada tanpa bantuan pihak-pihak terkait.oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan untaian kalimat syukur dan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakata, Bapak Prof. Dr. H. Syauqi Rif at Nawawi, M.A. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Bahrissalim, M.Ag. dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. sekaligus selaku pembimbing skripsi penulis yang dengan kewsabaran dan ketelitiannya. 3. Segenap dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ide dan pemahamannya, serta berbagai pelayanan selama melaksanakan studi. 4. Seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam merekomendasikan dan menyediakan sumber-sumber bacaan. v

7 5. Kedua orang tua, yang dengan keridhoannya menghantarkan kami hingga saat ini. 6. Isteri tercinta dan buah hati tersayang Ahmad Kemal yang telah memberikan motivasi dan semangat terhadap penulis untuk terus belajar. 7. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala jenis bantuannya yang sangat berharga dan berkesan bagi penulis, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Atas segala kontribusinya yang telah diberikan kepada penulis, semoga semua itu akan bernilai ibadah yang Allah swt. akan lipatgandakan ganjaran kebaikannya, amin. Jakarta, Juni 2012 Penulis, ASEP AHMAD YANI NIM: vi

8 DAFTAR ISI Hal Halaman Judul.. Surat Pernyataan Keaslian Skripsi. Lembar Pengesahan.. Abstrak. Kata Pengantar. Daftar Isi.. i ii iii v vi viii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Identifikasi Masalah.. 5 C. Pembatasan Masalah. 6 D. Rumusan Masalah. 6 E. Tujuan Penelitian 6 F. Manfaat Penelitian. 6 BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 7 1. Hukuman.. 7 a. Pengertian Hukuman 7 vii

9 b. Dasar Al-Qur an dan Al-Hadits Tentang Hukuman. 8 c. Tujuan, Teori, dan Fungsi Hukuman. 10 d. Prinsip dan Syarat-syarat Hukuman 12 e. Macam-macam Hukuman dalam Pendidikan Tingkah Laku.. 17 a. Pengertian Tingkah Laku 17 b. Macam-macam Tingkah Laku 19 c. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Tingkah Laku. 20 B. Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa 23 C. Kerangka Berfikir 26 D. Hipotesis Penelitian 27 BAB III : METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 28 B. Metode Penelitian 28 C. Populasi dan Sampel 28 D. Teknik Pengumpulan Data.. 29 E. Tehnik Analisis 29 F. Hipotesis Statistik 31 viii

10 BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat Sejarah Berdirinya SDIT Meranti Jakarta Pusat Profil SDIT Meranti Keadaan Siswa, Guru, dan Karyawan Sarana dan Prasarana Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Tata Tertib SDIT Meranti Struktur organisasi 46 B. Analisis Data.. 47 C. Pengujian Hipotesisi Penelitian 68 D. Pembahasan Hasil Penelitian. 71 E. Keterbatasan Penelitian 73 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan.. 74 B. Implikasi 74 C. Saran. 75 DAFTAR PUSTAKA 77 LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Tabel 1 Populasi dan sampel siswa yang mengikuti pembelajaran pada SDIT Meranti Senen Jakarta Pusat... Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian... Tabel 3 Tabel Interprestasi Nilai r... Tabel 4 Keadaan Guru SDIT Meranti, Senen, Jakarta Pusat... Tabel 5 Keadaan Siswa... Tabel 6 Sarana dan Prasana SDIT Meranti, Senen Jakarta Pusat... Tabel 7 Tentang Rukun Iman Itu Ada 6... Tabel 8 Rukun iman yang pertama percaya kepada Allah SWT... Tabel 9 Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari... Tabel 10 Shalat wajib lima waktu dalam sehari semalam... Tabel 11 Ajaran Islam tentang anjuran bershodaqoh... Tabel 12 Selalu mengingat Allah SWT dalam hidup sehari-hari... Tabel 13 Hormat kepada orang tua... Tabel 14 Sikap berbakti kepada orang tua dan guru... Tabel 15 Hormat kepada orang tua... Tabel 16 Pengetahuan tentang nilai-nilai membaca Al-Qur an... x

12 Tabel 17 Sikap dan kepribadian dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru... Tabel 18 Sikap dan kepribadian dalam hal kebersihan dan kerapihan di rumah... Tabel 19 Sikap dan tindakan siswa ketika melihat perselisihan diantara temannya... Tabel 20 Sikap dan perasaan jika mendapat rezeki dari Allah SWT... Tabel 21 Kebiasaan membaca doa setelah selesai shalat... Tabel 22 Kegiatan kerja bakti (Kebersihan missal) di sekolah... Tabel 23 Partisipasi Dalam Pengumpulan Infak Rutin Setiap Hari Jum at... Tabel 24 Menghormati tamu yang datang ke rumah... Tabel 25 Menjaga ketertiban di kelas dalam proses belajar mengajar... Tabel 26 Partisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah... Tabel 27 Partisipasi dalam acara hari-hari besar Islam di sekolah... Tabel 28 Perhitungan untuk Data Variabel Y dari hasil Penyebaran Angket... Tabel 29 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara Variabel X (Kontribusi pendidikan akidah akhlak) dan Variabel Y (pembentukan kepribadian siswa)... xi

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu pada umumnya membutuhkan pendidikan, karena dengan pendidikan kehidupan manusia akan dapat mengalami kemajuan. Dengan pendidikan pula seseorang bisa mulia dan diterima oleh masyarakat. Makin tinggi pendidikan seseorang makin baik masa depannya. Bahkan setiap warga negara dituntut menjalani pendidikan seumur hidup (life long education). Dalam dunia yang dinamis, setiap masyarakat selalu mengalami perubahan, bila tidak turut berubah dan tidak turut mengikuti pertukaran zaman, masyarakat tersebut dapat mengalami ketertinggalan dalam segala seginya. Suatu bangsa yang maju adalah bangsa yang mengutamakan pendidikan, maka bangsa Indonesia pun sejak kemerdekaan sangat memperhatikan pendidikan sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia seperti yang tercantum pada alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen, Pemerintah Negara Indonesia antara lain, berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka, pada pasal 31 Ayat (1) UUD 1945 menetapkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan Pasal 31 Ayat (2) yang berbunyi bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Untuk maksud itu, UUD 1945 Pasal 31 Ayat (3) mewajibkan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur melalui UU No.20 Th 2003, Pasal 3.Tentang Sistem Pendidikan Nasional 1 Pada prinsipnya belajar bukan hanya sekedar menghafalkan fakta-fakta atau mengerjakan tugas. Belajar juga bukan sekedar mencari pengalaman, belajar adalah suatu proses dan berlangsung secara aktif dan integratif dengan 1 UUD 1945 Setelah Ammdemen Keempat Tahun 2002, (Bandung : Pustaka Setia, 2004) hal. 45 1

14 2 menggunakan berbagai macam bentuk aktifitas untuk mencapai tujuan. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam arti faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal dalam arti faktor yang berasal dari luar diri siswa. 2 Belajar, seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Sebagian orang beranggapan belajar itu adalah sematamata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang berasumsi demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan dari sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh gurunya. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok yaitu berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung kepada proses belajar yang dialami siswa. Pendidikan di sekolah memerlukan kerja sama antar berbagai pihak, yaitu antara orang tua, guru, administrator dan konselor sekolah, lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan dan pemerintah. Kerja sama itu meliputi berbagai kegiatan misalnya penentuan tujuan pengajaran, bahan pengajaran, proses pengajaran, sarana pengajaran, pengadaan alat pendidikan dan lain-lain. Hukuman merupakan salah satu dari sekian banyak alat pendidikan yang dapat menunjang kelancaran proses pelaksanaan pendidikan. Muhammad Qutb menyatakan: "Apabila teladan tidak mampu dan begitupun nasehat, maka harus diadakan tindakan tegas, tindakan tegas itu adalah hukuman". 3 Secara umum tujuan hukuman adalah untuk memperbaiki tabiat dan tingkah laku siswa ke arah kebaikan dan yang bersangkutan menyesali serta menyadari perbuatan salah yang telah dilakukannya, kendatipun pada dasarnya hukuman 2 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. Ke-l,h.59 3 M. Qutb, Sistem Pendidikan Islam, Alih Bahasa, Salman Harun, (Bandung: Al-Ma'arif, 1993). Cet.ke- 3, h. 34

15 3 tersebut kurang disenangi oleh siswa, karena dampak yang ditimbulkannya pun bisa positif dan bisa pula negatif. Seorang guru apabila memberikan hukuman dengan sewenang-wenang tanpa memperhatikan kejiwaan siswa dan kesesuaian antara berat dan ringannya pelanggaran dengan hukuman yang diberikan, besar kemungkinan akibat yang ditimbulkannya pun akan negatif. Begitu juga halnya apabila guru tersebut tidak memiliki sifat sabar, adil dan pemaaf dalam memberikan hukuman. Charles Schaefer mengemukakan bahwa " Penggunaan hukuman yang terlalu sering, apabila hukuman itu keras bisa menimbulkan resiko yang berbahaya, yaitu merendahkan harga diri siswa, menyebabkan yang bersangkutan timbulnya rasa takut, kecemasan, perasaan salah, dan bermusuhan terhadap yang menimpakan hukuman. 4 Hukuman akan berpengaruh positif apabila hukuman itu bermakna mendidik untuk mencapai ke arah kedewasaan dan dapat dipertanggung jawabkan, seperti pendapat Langeveld sebagai berikut "Supaya suatu hukuman dapat dipertanggung jawabkan dan penderitaan yang ditimbulkannya mempunyai nilai paedagogis, maka hukuman itu harus membantu anak menjadi dewasa dan dapat berdiri sendiri". Dampak yang ditimbulkan oleh hukuman kepada siswa yang menerima adalah sebagai ganjaran atas perbuatannya yang salah dan keliru, dan ia berusaha untuk memperbaiki dan memperkuat keinginan untuk berbuat kebaikan. Melihat anak berbuat salah, orang tua di rumah ataupun guru sering tak kuasa untuk tidak memberikan hukuman badan kepadanya. Padahal, hukuman fisik atau badan dilarang, karena sering berdampak buruk. Ada cara lain yang lebih baik dan patut dianut oleh setiap guru. Sekitar tahun 1960-an atau 1970-an, masih banyak orang tua yang menghukum anak dengan sebilah rotan atau sapu, hanya gara-gara anak memecahkan piring murahan, tidak mau disuruh ke warung atau mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Atau kalau di sekolah, ada guru yang menghukum siswa push up sampai pucat pasi lantaran terlambat datang. Mereka pikir, siswa akan 4Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih Bahasa, Turmun Sirait, (Jakarta: Mitra Utama, 1999), Cet. ke-6, h.5

16 4 bakal jera melakukan kesalahan yang sama. Kini hukuman badan justru sering digugat efektivitasnya oleh kalangan orang tua, para pendidik, maupun psikolog. Hukuman badan ada kalanya memang berdampak positif. Namun terbuka pula peluang untuk melahirkan dampak negatif. Secara filosofis, orang tua merasa bertanggung jawab untuk mendisiplinkan dan menghukum anaknya demi kebaikan anak yang bersangkutan sekarang dan kelak. Bahkan, secara tradisional pun hukuman badan telah diterima sebagai salah satu metode sangat efektif untuk mengendalikan dan mendisiplinkan siswa di sekolah. Hal ini didukung oleh masyarakat yang percaya bahwa hukuman badan penting untuk mencegah degradasi moral, baik dalam kalangan rumah tangga maupun masyarakat. Di sekolah, hukuman badan masih sering digunakan. Banyak guru berpendapat, ketakutan siswa pada hukuman fisik akan menambah kekuatan atau kewibawaan guru. Dengan demikian siswa akan lebih mudah dikendalikan. Namun, ini bukanlah satu-satunya cara untuk mengendalikan tingkah laku siswa. Ada banyak metode yang bisa dipilih untuk menumbuhkan kepatuhan dan kedisiplinan. Namun, jika semua metode tersebut sudah tidak mempan, hukuman badan bisa dijadikan jalan terakhir untuk menumbuhkan kepatuhan. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk siswanya, tidak terkecuali orang tua. Sama halnya dengan alat-alat pendidikan yang lain. Berhasil dengan baik atau tidaknya suatu hukuman tergantung kepada pribadi guru yang bersangkutan dan siswa tersebut, bahan dan cara yang dipakai untuk menghukum siswa. Selain itu, juga dipengaruhi oleh hubungan antara guru dan siswa serta suasana atau situasi ketika hukuman itu diberikan. Oleh sebab itu, belum tentu dan bahkan tidak mungkin hukuman yang sama dilakukan oleh seorang terhadap beberapa orang lainnya menghasilkan akibat yang sama pula. Oleh karena itu, dalam upaya menegakkan disiplin sekolah yang konsisten dan berkesinambungan kepada siswanya agar berperilaku sesuai dengan yang diharapkan semua pihak, perlu kiranya menerapkan suatu hukuman yang adil dan bijaksana bilamana terjadi pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan

17 5 siswanya. Berdasarkan penelitian awal di sekolah ini, maka penulis tertarik untuk menelitinya melalui skripsi dengan judul: "Pengaruh Hukuman Terhadap Tingkah Laku Siswa Studi Kasus Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti Senen Jakarta Pusat B. Identifikasi Masalah Tingkah laku siswa di sekolah memiliki mata rantai yang cukup dekat dengan penerapan hukuman. Dengan demikian, penerapan hukuman benar-benar harus mempertimbangkan berbagai aspek pada diri siswa, seperti, psikologis, psikis, lingkungan/situasi, dan waktu. Penerapan hukuman hendaknya harus memiliki tujuan yang luhur, yakni memperbaiki tingkah laku dan pada saat berikutnya, menjadikan siswa seorang yang senantiasa tertib, disiplin, dan patuh meski dalam keadaan seorang diri sekalipun. Kesadaran tentang arti penting sebuah hukuman menuntut pembinaan yang cukup lama. Sebab pembentukan pembiasaanpembiasaan positif, berarti secara tidak langsung merubah sikap siswa yang justru jika salah akan berdampak merugikan siswa itu sendiri. Berdasarkan latar belakang dan kajian teoretik, tingkah laku siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: 1. Faktor guru yang kurang memahami aspek kejiwaan siswa. 2. Faktor sifat guru yang tempramental dalam memberikan hukuman. 3. Faktor guru yang kurang memahami metode pemberian hukuman. 4. Faktor sikap siswa yang acuh tak acuh terhadap aturan dan hukum. 5. Faktor perkembangan informasi penegakkan hukum yang lemah dan kompleks. 6. Faktor kesiapan sikap mental siswa dalam menerima atau menolak hukuman sekolah.

18 6 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah yang diteliti yaitu pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu, Apakah terdapat pengaruh hukuman terhadap tingkah laku siswa di SDIT Meranti, Senen, Jakarta Pusat? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mengkaji hubungan antara penerapan hukuman di Sekolah Dasar Islam Terpadu Meranti terhadap perilaku siswa secara empirik berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. Secara teoritis kedua variabel di atas diduga memiliki hubungan positif. E. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan bagi kepala sekolah dan guru di SDIT Meranti dalam menerapkan hukuman sebagai salah satu alat pendidikan yang lebih efektiv agar terciptanya sekolah yang tertib, disiplin, dan berwibawa. 2. Bagi orang tua, hasil penelitian ini sebagai bahan pengetahuan dan wawasan, yang kemudian dapat dicoba aplikasikan terhadap anaknya di dalam keluarga. 3. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar awal latihan dalam penelitian ilmiah selanjutnya. 4. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program kebijakan terkait dengan pembinaan sekolah baik secara teknis edukasi maupun teknis administrasi.

19 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Hukuman a. Pengertian Hukuman Kata hukuman ditinjau dari segi bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar hukum dan mendapat akhiran an.dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa hukum adalah suatu sistem aturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui lembaga atau institusi hukum.undang-undang, peraturan dan sebagainya dibuat untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat 1.Menurut. P. Borst, hukum adalah "keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan 2. Menurut J.C.T Simorangkir hukum adalah "himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam masyarakat bersangkutan" 3 Menurut istilah ahli Ushul Fiqh, Abdul al Karim Zaidan, sebagaimana dikutip Firdaus dalam bukunya Ushul Fiqh, hukum adalah: Ketentuan Allah SWT yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf baik berupa tuntutan melakukan atau meninggalkan, atau pilihan, atau berupa ketentuan 4 Adapun kata hukuman bila ditinjau dari segi bahasa Arab merupakan terjemahan dari kata azab. Sedangkan dari segi istilah (terminologi), terdapat bebcrapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian hukuman, diantaranya: 1 Depdiknas,,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka2007),Ed.3.h R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta : Sinar Grafika, 1996) h J.T.C. Simorangkir, Pelajaran Hukum, (Jakarta, Aksara Baru,1980), Cet.III.H Firdaus, Ushul Fiqh, Metode mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara Komprehensif, (Jakarta: Zikrul Hakim,2004) Cet. I. h.236 7

20 8 1. Menurut Charles Schaefer hukuman ialah suatu bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada seseorang yang berbuat kesalahan Menurut M. Ngalim Purwanto, hukuman adalah: Penderitaan yang diberikan atau yang ditimbulkan dengan sengaja (orang tua, guru dan sebagainya), sesudah terjadi pclanggaran, kejahatan atau kesalahan Menurut Amir Daien Indrakusuma, hukuman adalah Tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sengaja dan sadar sehingga menimbulkan nestapa, dengan adanya nestapa ini anak menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya. 7 Dari beberapa definisi di atas terlihat adanya persamaan pandangan walaupun redaksinya berbeda-beda, namun pada prinsipnya mereka sepakat bahwa hukuman sebagai alat pendidikan. Di sini penulis menyimpulkan bahwa hukuman yang di maksud dari pendapat di atas adalah : a. Hukuman, sedikit banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan b. Selalu bertujuan ke arah perbaikan c. Dilakukan dengan sadar dan sengaja. b. Dasar Hukum dalam AI-Qur'an dan Hadist 1). Dasar Al-Qur'an: "...wanita-wanita yang kamu khawatir nusuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkan mereka dari tempat tidur, pukullah mereka, kemudian jika mereka mentaatimu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah MahaTinggi lagi Maha Besar... " (Q.S. An-Nisa 4 :34). 5 Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih Bahasa, R.Turmun 6 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-17, h Amir Daien Indrakusuna, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1973), h. 150

21 9 Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrahpun dia akan melihat balasannya.(q.s. Al-Zalzalah-99 : 8) Ayat-ayat di atas selain mengakui keberadaan hukuman dalam rangka perbaikan umat manusia, juga menunjukkan hukuman itu tidak diberlakukan kepada semua manusia, melainkan khusus kepada mereka yang melakukan pelanggaran-pelanggaran.pelanggaran dimaksud adalah perbuatan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tata nilai yang diberlakukan dalam lingkungan hidupnya. Kita mengetahui bahwa tiap kelompok kesatuan sosial sekecil apapun selalu mempunyai tata nilai atau peraturan-peraturan tertentu. Dan kewajiban anggota baru bagi kelompok sosial adalah menyesuaikan diri terhadap peraturan-peraturan tersebut dan setiap pelanggaran akan mengakibatkan gangguan bagi anggota kelompok bahkan kehidupan seluruh kelompok. Demikian pula dengan kehadiran anak di sekolah. Di sekolah ia menjadi anggota baru bagi masyarakat sekolah, yaitu menjadi siswa. Di sekolah terdapat peraturan dan tata tertib yang berlaku baginya, dan bila ia tidak dapat menyesuaikan diri ia akan menjadi pelanggar tata tertib, pelanggaran menyebabkan adanya hukuman dan hukuman itu akibat dari siswa yang bersangkutan. Tata tertib di sekolah selalu dilengkapi dengan sanksi-sanksi tertentu yung berpuncak kepada pemberian hukuman. Adanya hukuman itu tidak lain untuk menegakkan dan mengembangkan tata tertib sehingga tujuan pendidikan yang telah dirumuskan oleh suatu sekolah itu tercapai. 2). Dasar Al-Hadits Dari Amr bin Syu aib, dari ayahnya, dari kakeknya r.a berkata

22 10 :Rasulullah Saw bersabda : Suruhlah anak-anak kalian mengerjakan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika melalaikannya ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkan mereka dari tempat tidurnya. (H.R. Abu Daud) 8 Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak-anak harus disuruh menegakkan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan diberi hukuman apabila anak menolak perintah tersebut jika sudah sampai berusia sepuluh tahun, agar dengan hukuman pukul anak-anak sadar akan kesalahannya. c. Tujuan, Teori dan Fungsi Hukuman 1) Tujuan Hukuman Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, setidaknya ada dua tujuan yang terkandung dalam memberikan hukuman: a. Hukuman diberikan oleh karena adanya pelanggaran b. Hukuman diberikan dengau tujuan. 9 Menurut Charles Schaefer, bahwa "tujuan jangka pendek dari hukuman adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, dan tujuan jangka panjangnya ialah untuk mengajar dan mendorong anak-anak menghentikan sendiri tingkah laku mereka yang salah, agar dapat mengarahkan dirinya yaitu mematuhi aturan yang berlaku". 10 2) Teori-Teori Dalam Menghukum M. Ngalim Purwanto mengemukakan teori-teori tentang hukuman sebagai berikut: a) Teori Pembalasan Teori inilah yang tertua. Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap kelalaian dan pelanggaran yang telah dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam 8 Said Muhammad Allihham,Sunan Abi Daud,(Saudi Arabia: Daarul Fikri 1989), Jilid 1, Cet.1, h Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Rineka Cipta, 1991),Cet.I. h Charles Schaefer,Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, Alih Bahasa, R.Turmun Sirait, (Jakarta: Mitra Utama, 1996), Cet. VI, h 93

23 11 pendidikan di sekolah menurut kemauan guru, serta ada pertimbangan dari guru yang bersangkutan. b) Teori Perbaikan Menurut teori ini, hukuman itu diadakan untuk membasmi kejahatan.maksudnya ialah untuk memperbaiki tingkah laku yang melanggar hukum, agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi.teori inilah yang bersifat paedagogis karena bermaksud memperbaiki tingkah laku yang melanggar aturan, baik lahiriah maupun batiniah. c) Teori Perlindungan Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.dengan adanya hukuman ini masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan pelanggar. Di sekolah hukuman diadakan untuk perbaikan perilaku siswa yang tidak baik dan dapat menimbulkan rasa insaf bertanggung jawab atas perbuatannya. d) Teori Ganti Kerugian Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian-kerugian yang telah diderita dari kejahatan-kejahatan dari pelaku pelanggaran itu.hukuman ini banyak dilakukan dalam masyarakat maupun pemerintahan. Dalam proses pendidikan teori ini masih belum cukup, sebab dengan hukuman semacam itu siswa mungkin menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa, karena kesalahannya telah terbayar dengan hukuman. e) Teori Menakut-nakuti Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akibat perbuatannya yang melanggar itu, sehingga ia berupaya tidak melakukan perbuatan yang melanggar aturan, sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan tersebut dan mau meninggalkannya. Juga teori ini masih membutuhkan teori perbaikan. Sebab, dengan teori

24 12 ini besar kemungkinan siswa akan meninggalkan perbuatan jelek hanya karena takut, bukan karena keinsyafan bahwa perbuatannya memang terbentuk dari kata hatinya. 11 Berdasarkan beberapa pendapat yang di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan atau maksud dari hukuman ialah mencegah dan mengoreksi anak sekaligus memberi kesadaran bagi anak untukmengenal dan mengetahui kesalahannya dan mau memperbaiki tabi'at dan tingkah laku kesehariannya di sekolah. 3) Fungsi Hukuman Fungsi hukuman selain alat pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan, dapat pula menjadi alat motivasi bagi siswa, sebagaimana yang diungkapkan oleh Amir Daein Indrakusuma, sebagai berikut: "Hukuman walaupun alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun dapat pula menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk mempergiat belajar. Siswa yang pernah mendapat hukuman oleh karena kelalaian, karena tidak mengerjakan tugas, maka ia akan berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar terhindar dari hukuman. Hal ini berarti ia didorong untuk selalu belajar membiasakan dan bertingkah laku baik". 12 d. Prinsip dan Syarat-Syarat Hukuman 1) Prinsip-Prinsip Hukuman dalam Pendidikan a) Prinsip Psikologis (kejiwaan) Setiap guru berkewajiban mencermati tingkah laku siswanya, baik dari segi tabi'at, pembawaan, kesenangan, akhlak dan kejiwaannya. Guru yang bersangkutan bertugas mengenal semua siswanya lebih dekat agar dapat 11 M.Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007),Cet.18, h Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979), Cet.I, h. 165

25 13 melayani mereka dengan layanan yang sesuai, sehingga tidak terjadi pemberian hukuman kepada mereka Suatu hukuman mungkin cocok untuk seorang siswa, namun bukan berarti cocok pula buat siswa lainnya. Sebagaimana ungkapan Al-Ghazali: "Bila dokter mengobati seluruh pasiennya dengan satu macam obat saja, tentu banyak dari mereka yang akan mati. Begitu juga bila seorang guru membawakan satu macam metode, sistem dan latihan kepada seluruh siswa tentu banyak pula dari mereka yang akan rusak dan mati jiwanya serta tumpul semangat berfikirnya, seharusnya para guru lebih dulu meneliti sifat, watak, umur, dan lingkungan siswanya, barulah ditetapkan pola asuh, latihan dan metode yang harus dibawakan kepada tiap-tiap siswa". 13 b) Prinsip Kasih Sayang Salah satu syarat hukuman secara paedagogis ialah hukuman diberikan atas dasar cinta kasih sayang. 14 Ini berarti siswa kadangkala dihukum bukan atas dasar benci atau ingin menyakitinya, atau karena ingin balas dendam. Guru memberikan hukurman demi kebaikan siswa, demi kepentingan dan masa depan meraka. Oleh karena itu setelah hukuman diberikan, diupayakan terciptanya suasana kasih sayang antara guru dan siswa. c) Prinsip keadilan M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa, dalam menghukum hendaklah kita bersikap adil". 15 Hal yang sama dikemukan Charles Schaefer bahwa untuk kepentingan keadilan, tetaplah diingat untuk mempertimbangkan halhal sebagai berikut : pelanggaran pertama atau sudah beberapa kali, pelanggaran karena dorongan yang tiba-tiba, tingkah laku yang umum dan pelanggaran karena tekanan-tekanan atau situasi tertentu" Nasharuddin Thaha, Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam di Zaman Jaya, (Jakarta : Mutiara, 1997), h M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h Ibid, H Charles Schaeffer, loc.cit, h. 18

HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI

HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh FITRIA NURMANISA NIM 111

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR

SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR Oleh ESTI MUFIDATUL CHUSNA 05130029 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DAN LANDASAN KODE ETIK PESERTA DIDIK. Kode etik (ethical cade), adalah norma-norma yang mengatur tingkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DAN LANDASAN KODE ETIK PESERTA DIDIK. Kode etik (ethical cade), adalah norma-norma yang mengatur tingkah 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DAN LANDASAN KODE ETIK PESERTA DIDIK 1. Pengertian Kode Etik Peserta Peserta Didik Kode etik (ethical cade), adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh SITI AMILATUL FADLILAH 11408151

SKRIPSI. Oleh SITI AMILATUL FADLILAH 11408151 PENGARUH KESIBUKAN KERJA ORANG TUA TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN FIQIH PADA SISWA KELAS II MI KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh SITI AMILATUL FADLILAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS DI SD GUGUS 1 KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI

HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS DI SD GUGUS 1 KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS DI SD GUGUS 1 KABUPATEN KEPAHIANG SKRIPSI Oleh: RESSA ARSITA SARI NPM : A1G009038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Nama NIM PGPAUD

SKRIPSI. Oleh: Nama NIM PGPAUD SKRIPSI UPAYA PENINGKATANN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADAA KELOMPOK A TAMAN KANAK-KANAK PERTIWI JATIROKEH SONGGOM BREBES Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 2006/2007

HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 2006/2007 HUBUNGAN MOTIVASI ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA KELAS IV SD TANGGEL WINONG PATI TAHUN AJARAN 006/007 Skripsi Oleh AGUS P. ANDI W. NIM. K5103003 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Tingkat Pendidikan Orang Tua. terlebih dahulu akan dijelaskan tentang apa pengertian dari pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Tingkat Pendidikan Orang Tua. terlebih dahulu akan dijelaskan tentang apa pengertian dari pendidikan. BAB II KAJIAN TEORI A. TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA 1. Pengertian Tingkat Pendidikan Orang Tua Sebelum menjelaskan tentang pengertian tingkat pendidikan orang tua, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang

Lebih terperinci

METODE BIMBINGAN ISLAM BAGI LANJUT USIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR

METODE BIMBINGAN ISLAM BAGI LANJUT USIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR METODE BIMBINGAN ISLAM BAGI LANJUT USIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VI DI MI YASPI LOSARI 1 PAKIS MAGELANG TAHUN 2012 SKRIPSI

PENGARUH EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VI DI MI YASPI LOSARI 1 PAKIS MAGELANG TAHUN 2012 SKRIPSI PENGARUH EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VI DI MI YASPI LOSARI 1 PAKIS MAGELANG TAHUN 2012 SKRIPSI DiajukanuntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan Islam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam M. THOWIL NIM : 11410088. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam M. THOWIL NIM : 11410088. Oleh: UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKIDAH AKHLAK MELALUI METODE TANYA JAWAB (PENELITIAN PADA SISWA KELAS I SD NEGERI GIRIMULYO KECAMATAN WINDUSARI KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2011 2012) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSI SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN HUKUMAN EDUKATIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 74 KOTA BENGKULU SKRIPSI. Oleh : RANDITA MAYASARI A1G009108

HUBUNGAN HUKUMAN EDUKATIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 74 KOTA BENGKULU SKRIPSI. Oleh : RANDITA MAYASARI A1G009108 i HUBUNGAN HUKUMAN EDUKATIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 74 KOTA BENGKULU SKRIPSI Oleh : RANDITA MAYASARI A1G009108 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MOTIVASI GURU TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK DI SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA SKRIPSI

MOTIVASI GURU TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK DI SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA SKRIPSI MOTIVASI GURU TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK DI SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISTIK DI SEKOLAH INKLUSI SDN SUMBERSARI 1 MALANG SKRIPSI

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISTIK DI SEKOLAH INKLUSI SDN SUMBERSARI 1 MALANG SKRIPSI PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISTIK DI SEKOLAH INKLUSI SDN SUMBERSARI 1 MALANG SKRIPSI Oleh : DEWI IMROATUL AZIZAH 04120003 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS

Lebih terperinci

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA HUBUNGAN ANTARA MINAT STUDI LANJUT KE PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (PTAIN) DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MAN 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER TANGGUNG JAWAB DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK. DI MTsN SUMBERAGUNG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER TANGGUNG JAWAB DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK. DI MTsN SUMBERAGUNG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER TANGGUNG JAWAB DALAM PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PESERTA DIDIK DI MTsN SUMBERAGUNG BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Univesitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : Mohammad Agus Prayitno N I M. 0 5 4 4 0 0 2 3

SKRIPSI. Disusun Oleh : Mohammad Agus Prayitno N I M. 0 5 4 4 0 0 2 3 PENGARUH WAKTU PEMBELAJARAN DAN SUASANA KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SEMESTER I SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

KARAKTER PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

KARAKTER PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM 33 KARAKTER PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Salamet (Dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumenep) Abstrak Potensi manusia harus senantiasa ditumbuh-kembangkan

Lebih terperinci

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN PADA ANAK DIDIK DI SDN SIDOREJO 01 DOKO BLITAR SKRIPSI.

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN PADA ANAK DIDIK DI SDN SIDOREJO 01 DOKO BLITAR SKRIPSI. UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN PADA ANAK DIDIK DI SDN SIDOREJO 01 DOKO BLITAR SKRIPSI Oleh: Zulfa Rosyidah 04110163 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS

Lebih terperinci

MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR DENGAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL BERBASIS SELF-MANAGEMENT

MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR DENGAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL BERBASIS SELF-MANAGEMENT MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR DENGAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL BERBASIS SELF-MANAGEMENT PADA SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 1 PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI diajukan dalam rangka menyelesaikan

Lebih terperinci

Pola Pembinaan NAPI Anak sebagai Salah Satu Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Anak

Pola Pembinaan NAPI Anak sebagai Salah Satu Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pola Pembinaan NAPI Anak sebagai Salah Satu Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Gasti Ratnawati PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan SDM yang berkualitas, anak sebagai generasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar. Sarjana Pendidikan Islam. Oleh: Muhammad Ansori 11508045

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar. Sarjana Pendidikan Islam. Oleh: Muhammad Ansori 11508045 PENERAPAN MODEL MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MA ARIF KARANGASEM KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2012/2013

Lebih terperinci

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG KEDIRI

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG KEDIRI PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG KEDIRI SKRIPSI Oleh AYUK WAHDANFIARI ADIBAH NIM. 3223103015 JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MATERI SIFAT MUSTAHIL ALLAH

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MATERI SIFAT MUSTAHIL ALLAH PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MATERI SIFAT MUSTAHIL ALLAH MELALUI METODE TEKNIK MENGHAFAL PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 2 CANDIROTO TEMANGGUNG SKRIPSI

Lebih terperinci

STUDI TENTANG CARA BELAJAR SISWA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II DI SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN DIKLAT 2005/2006

STUDI TENTANG CARA BELAJAR SISWA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II DI SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN DIKLAT 2005/2006 1 STUDI TENTANG CARA BELAJAR SISWA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS II DI SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN DIKLAT 2005/2006 SKRIPSI OLEH: PUTRI ARUMINGTYAS NIM : K 2402529 Skripsi

Lebih terperinci

UNAAN MULTIMEDIA DASAR PENDIDIKAN. Skripsi. gelar. oleh

UNAAN MULTIMEDIA DASAR PENDIDIKAN. Skripsi. gelar. oleh KEEFEKTIFAN PENGGU UNAAN MULTIMEDIA MICROSOFT POWERP POINT TERHADAP HASIL BELAJAR IPS MATERI PERKEMBANGANTEKNOLOGI TRANSPORTASI PADA SISWA KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI PESAYANGAN 01 KABUPATEN TEGAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pola Asuh Orang Tua a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Secara epistimologi kata pola diartikan sebagai cara kerja, dan kata asuh berarti menjaga (merawat dan

Lebih terperinci

UPAYA MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI MIM MACANMATI PANGGANG GUNUNGKIDUL

UPAYA MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI MIM MACANMATI PANGGANG GUNUNGKIDUL UPAYA MENGEMBANGKAN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI MIM MACANMATI PANGGANG GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Universitas

Lebih terperinci