BAB I PEMBORAN AIR TANAH DAN ANALISIS INTI BOR (CORING)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PEMBORAN AIR TANAH DAN ANALISIS INTI BOR (CORING)"

Transkripsi

1 BAB I PEMBORAN AIR TANAH DAN ANALISIS INTI BOR (CORING) 1.1 Pendahuluan Latar belakang Banyak orang secara umum menganggap airtanah itu sebagai suatu danau atau sungai yang mengalir di bawah tanah. Padahal, hanya dalam kasus dimana suatu daerah yang memiliki gua dibawah tanahlah kondisi ini adalah benar. Secara umum airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan. Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan airtanah ini kita sebut dengan akuifer. Airtanahpun akan bergerak dari tekanan tinggi menuju tekanan yang rendah. Perbedaan tekanan ini secara umum diakibatkan oleh gaya gravitasi (perbedaan ketinggian antara daerah pegunungan dengan permukaan laut), adanya lapisan penutup yang impermeabel diatas lapisan akuifer, gaya lainnya yang diakibatkan oleh pola struktur batuan atau fenomena lainnya yang ada dibawah permukaan tanah. Pergerakan ini secara umum disebut gradien aliran airtanah (potentiometrik). Secara alamiah pada gradien ini dapat ditentukan dengan menarik kesamaan muka airtanah yang berada dalam satu sistem aliran airtanah yang sama Maksud dan tujuan Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui pola kedalaman keterdapatan air tanah dan jenis akuifer. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui geologi bawah permukaan, untuk mengetahui geohidrologi, serta mengetahui air bawah tanah dengan cara menganalisa warna, porositas, permeabilitas, tingkat kekompakan, komposisi, dan kekerasan. 1 pelapukan,

2 Lokasi dan waktu pengamatan Adapun lokasi dan waktu pengamatan sebagai berikut: Hari/ Tanggal : Rabu, 1 Oktober 2014 Waktu : Selesai Lokasi : Laboratorium Pusat Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Jln.I Dewa Nyoman Oka No.32, Kotabaru, D.I.Yogyakarta 1.2 Landasan Teori Pemboran adalah pembuatan lubang silindris dalam tanah atau batuan dengan menggunakan pahat bor. Cara pemboran dengan penumbukan dan pemutaran pahat disertai tekanan, atau dengan memadukan kedua gerakan tersebut. Pemboran yang menguntungkan yaitu dengan kecepatan tinggi,waktu pendek, biaya murah, dan dapat mencapai kedalaman yang besar Macam pemboran Jenis metoda pemboran dibedakan berdasarkan: 1. Berdasarkan mekanisme pemboran, metode pemboran dapat dibagi lagi, yaitu: a. Pemboran Tumbuk (Percussive Drilling) Dioperasikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat secara berulang-ulang kedalam lubang bor sehingga lubang bor terbentuk akibat mekanisme tumbukan dan beban rangkaian bor.

3 3 Gambar.1 Bor Tumbuk (Australia Drilling Industry, 1996) b. Pemboran Putar (Rotary Drilling) Lubang bor dibentuk dari pemboran dengan mekanisme putar dan disertai pembebanan. Gambar.2 Bor Putar (Australia Drilling Industry, 1996) c. Bor Putar Hidraulik (Hidraulic Rotar)

4 4 Dimana lubang bor dibentuk dari kombinasi antara mekanisme putar, kombinasi antara mekanisme putar, tekanan hidraulik, dan beban setang bor. Gambar.3 Bor Hidraulik (Australia Drilling Industry, 1996) Kelebihan mesin bor tumbuk dibandingkan mesin bor putar antara lain a. Ekonomis (murah, biaya operasi rendah biaya transportasi murah, b. c. d. e. persiapan rig cepat). Menghasilkan contoh pemboran yang lebih baik Lebih mempermudah pengenalan lokasi Tanpa sistem sirkulasi Kemungkinan kontaminasi karena pemboran relatif kecil Kekurangan mesin bor tumbuk dibandingkan mesin bor putar antara lain: a. Kecepatan laju pemboran rendah b. Sering terjadi putusnya sling

5 5 2. Berdasarkan sirkulasi fluida, metode pemboran dapat dibagi lagi, yaitu: a. Sirkulasi Langsung (Direct Circulation) Fluida bor dipompakan dari mudpit ke mata bor melalui bagian dalam stang bor kemudian kembali melalui bagian dalam stang bor kemudian kembali lagi ke permukaan akibat tekanan pompa melalui rongga anulus. b. Sirkulasi Terbalik (Reverse Circulation) Fluida bor dari mudpit bergerak melalui rongga anulus, kemudian kembali lagi ke permukaan akibat gaya hisap pompa melalui bagian dalam stang bor. 3. Berdasarkan jenis fluida yang digunakan, metode pemboran dapat dibagi lagi, yaitu: a. Pemboran menggunakan cairan / lumpur (Mud Flush). b. Pemboran menggunakan udara Jika menggunakan udara sebagai fluida bor (Air Flush) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu sumur bor 1. Diameter Sumur a. Besaran diameter casing pipa yang digunakan sesuai dengan keperluan b. Jenis casing yang digunakan biasanya PVC atau Low Carbon yang disesuaikan dengan kualitas airtanah. 2. Kedalaman Sumur a. Tergantung pada berapa lapisan akifer yang akan digunakan dan jenis akifernya b. Penentuan Jenis Akifer (Tertekan atau tidak) borberdasarkan data log bor Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu sumur bor 1. Pompa Alat untuk menghisap air dari lubang bor ke atas permukaan tanah. Pada pemboran airtanah dalam pompa yang lazim digunakan adalah pompa selam (submersible pump). 2. Piezometer Adalah sebuah alat pengukur muka airtanah yang ditempatkandi dalam sumur pantau. Sumur pantau ditempatkan disekitar sumur pemompaan. 3. Grouting

6 6 Suatu lapisan buatan (berupa lapisan semen) yang berfungsi untuk menahan konstruksi lubang bor Pencatatan dan pengamatan inti bor Dalam pemboran perlu diadakan pengamatan dan pencatatan selama pelaksanaan pemboran untuk menentukan dan penilaian lubang bor.diantaranya: 1. Laporan pemboran Pencatatan kegiatan pemboran dari awal sampai akhir, yaitu : a. Tanggal b. Kedalaman pemboran c. Pemakaian mata bor d. Jenis dan diameter mata bor e. Kecepatan pemboran rata-rata f. Tinggi kenaikan air sebelum dan sesudah pemboran g. Permasalhan casing, persiapan pemompaan dan kegiatan uji pompa. 2. Log pemboran Merupakan catatan pemboran yang terdiri dari : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Tanggal Nomer Panjang dan jumlah pipa bor Kedalaman yang diamati dan diambil contoh serbuk bor. Jam mulai dan jam selesai Kecepatan pemboran. Debit air yang keluar Keterangan mengenai muka airtanah sebelum dan sudah pemboran. Warna air pemboran dan perubahannya Pemakaian mata bor. Pemasangan pipa pelindung/casing dan semua perubahan selama waktu pemboran 3. Log litologi Merupakan catatan litologi berdasarkan serbuk bor, terdiri dari : a. b. c. d. e. f. g. Kedalaman Ketebalan lapisan Jenis batuan Warna Kekompakan Kekerasan Sortasi

7 7 h. Porositas i. Tekstur dan keadaan litologi untuk penilain air yang dikandungnya. 4. Laporan pompa uji Untuk mendapatkan data zona pembawa air dari lapisan pembawa air atau akuifer. 5. Pengamatan lubang bor (logging) Pada pemboran putar sering terjadi pengotoran atau pencampuran serbuk bor, sehingga dalam log litologi sering terjadi kekeliruan. Biasanya untuk meyakinkan log litologi dilakukan bore hole geophysical logging dengan alat-alat log listrik atau dikenal sebagai log SP (spontaneous potential) dan log resistivity. Kadang-kadang juga dilakukan metode seismik, yang digunakan untuk mendapatkan gambaran yang berpengaruh dari data log tersebut. 6. Pengamatan lapangan Yang diselidiki dilapangan adalah : a. b. c. d. Singkapan Jenis litologi Kemiringan dan jurus perlapisan Struktur geologi Langkah-langkah perencanaan pemboran Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pemboran, yaitu: 1. Dari log sumur yang lama didapatkan penampang geologi pada daerah yang bersangkutan, dengan demikian perlu diperhatikan keadaan lapangan yang berada pada zona bertekanan tinggi atau rendah dan kekerasan batuan. 2. Pipa pelindung/casing perlu disiapkan untuk menahan tekanan maupun runtuhnya tekanan lubang bor. 3. Grafik pemboran lama maka dapat diadakan persiapan mengenai jenis dan berat dari pahat yang diperlukan hidrolika dan penyimpangannya, diaman hal ini menyangkut biaya dan waktu.

8 8 4. Persiapan lain yang diperlukan mengenai mesin bor, mesin pencampur lumpur bor, mesin pompa serta perlengkapan lain yang diperlukan. 5. Operator dan regu bor perlu diberi penjelasan mengenai pemboran tersebut sesuai data yang ada, sehingga tidak meninggalkan sikap hati-hati dalam pekerjaan pemboran tersebut. Berikut ini diberi catatan mengenai standar kekerasan, kekompakan dan tingkat pelapukan. A. Standar kekerasan 1. Sangat lunak 2. Lunak (bisa digores dengan kuku) 3. Agak keras (digores dengan pisau) 4. Keras (tidak dapat digores dengan pisau) 5. Sangat keras. B. Standar kekompakan 1. Lepas (bisa dipegang, fragmen/butiran terurai) 2. Agak lepas (ditekan dengan tangan, fragmen terurai) 3. Agak kompak (bila dipukul dengan palu fragmen terurai) 4. Kompak (dipukul dengan palu fragmen sukar terurai) C. Tingkat pelapukan 1. Segar (bila tidak ada tanda-tanda pelapukan) 2. Lapuk sedikit (bila memperlihatkan sedikit tanda pelapukan, pelunturan warna) 3. Lapuk menengah (tanda-tanda pelapukan cukup terlihat)yaitu perubahan warna dan pengurangan kekuatan batuan cukup berarti 4. Lapuk tinggi (memperlihatkan tanda pelapukan cukup tinggi hingga batuan menjadi lemah dan tidak mudah terurai bila kemasukan air) 5. Lapuk sangat tinggi, bila seluruh batuan telah lapuk tapi tekstur batuan masih terlihat dan akan terurai bila direndam dalam air dan digoyang sedikit. I.3. Analisis Data (Terlampir) 1.4 Kesimpulan

9 9 Pada praktikum ini dapat diketahui data bor, mulai dari sampel hingga analisis data, sehingga didapat kesimpulan pada data sumur bor jenis akuifer yaitu Akuifer Tidak Tertekan tau disebut Akuifer Bebas pada litologi Batupasir. Dilihat dari analisis data bor (coreing) yang ada, selanjutnya dilakukan deskripsi dari batuan yang dianalisa dari perlapisan bawah permukaan yang kami lakukan. Maka disimpulkan pada kedalaman kurang lebih cm airtanah lebih berpotensi untuk didapatkan. Karena jenis batuanya memiliki porusitas yang tinggi dan juga permeable. BAB II PENGUKURAN DEBIT 2.1. Pendahuluan Latar Belakang Masalah Geohidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah sumber air bawah tanah yang berhubungan dengan cara terdapat, penyebaran, pengaliran, sifat kimia, dan potensi sumber air bawah tanah dalam hubungannya dengan lingkungan geologi. Sungai adalah suatu tubuh Running Water yang terkumpul pada suatu saluran dan bergarak menuju Base Level Of Erosion akibat pengaruh gaya gravitasi. Debit (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai per satuan waktu dan satuanya meter kubik per detik (m3/det). Aliran adalah pergerakan air di dalam alur sungai. Pengukuran debit yang dilaksanakan di suatu pos duga air tujuannya terutama adalah untuk membuat lengkung debit dari pos duga air yang bersangkutan. Lengkung debit dapat merupakan hubungan yang sederhana antara tinggi muka air dan debit, dapat pula

10 10 merupakan hubungan yang komplek apabila debit disamping fungsi dari tinggi muka air juga merupakan fungsi dari kemiringan muka air, tingkat perubahan muka air dan fungsi dari faktor lainnya. Pada dasarnya pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah, kecepatan aliran dan tinggi muka air. Pengukuran debit adalah proses pengukuran dan perhitungan kecepatan aliran kedalaman, lebar aliran serta perhitungan luas penampang basah untuk menghitung debit dan pengukuran tinggi muka airnya Maksud dan Tujuan Maksud dari pembuatan laporan ini adalah Menentukan kedalaman sungai, Menentukan kecepatan aliran sungai, dan Menentukan jenis sungai. Tujuannya adalah untuk Mengetahui besarnya volume air yang mengalir dalam suatu satuan waktu dan mengetahui jenis sungai tersebut apakah Influent atau Effluent Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah Perjalanan dimulai dari laboratorium IST AKPRIND sekitar pukul WIB, Setelah memeriksa perlengkapan masing-masing kelompok kecil, kemudian menuju kearah Imogiri dan sampai ditempat sekitar pukul WIB. Jarak tempuh antara laboratorium ketempat Imogiri sekitar 18 kilometer (km). Hari/tanggal : Minggu, 12 Oktober 2014 Waktu : WIB - selesai Lokasi : Sekitar jembatan gantung Imogiri Cuaca : Cerah Morfologi : Fluvial-Aluvial Vegetasi : Lebat ( pohon bambu, pisang dan pepohonan lainya) Daerah ini merupakan daerah yang dialiri sungai dengan stadia DewasaTua dan litologi penyusun batuan didaerah ini adalah batuan sedimen. Analisis laboratorium dilakukan pada:

11 11 Hari/tanggal : Rabu, 15 Oktober 2014 Waktu : WIB - selesai Lokasi : Laboratorium Pusat IST AKPRIND Yogyakarta, Jln. I Dewa Nyoman Oka No. 32, Kotabaru, D.I.Yogyakarta 2.2. Landasan Teori Dasar Teori Sungai adalah suatu tubuh Running Water yang terkumpul pada suatu saluran dan bergerak menuju Base Level of Erosion akibat pengaruh gaya gravitasi. Debit adalah besarnya volume suatu fluida dari suatu media persatuan waktu. Sungai selain memiliki kecepatan aliran juga mempunyai debit bervariasi pada setiap sungai, bahkan dalam satu sungai pada hilir dan hulu mempunyai debit yang berbeda. Pengukuran debit dengan menggunakan metode pelampung adalah metode yang digunakan untuk pengukuran debit pada sungai. Sungai selain mempunyai kecepatan aliran juga mempunyai debit bervariasi pada tiap sungai, bahkan dalam satu sungai pada hilir dan hulu mempunyai debit yang berbeda. Perbedaan debit disebabkan antara lain oleh: 1. Adanya penambahan air dari air limbah atau dari rembesan-rembesan yang ada di sekitar sungai. 2. Sungai tersebut disuplai airtanah di sekitarnya. 3. Sungai tersebut menyuplai artanah di sekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi debit antara lain: 1. Luas media. 2. Tenaga fluida, dipengaruhi oleh: a. Kemiringan lereng (landai hidrolika) b. Kekasaran dasar permukaan sungai. Syarat-syarat sungai yang memenuhi standar: Sungai lurus atau relatif lurus. Kecepatan air seragam. Aliran sungai laminar. Gradien sungai kecil. Bagian sungai yang tidak ada aliran masuk.

12 12 6. Tidak ada tumbuhan. Debit sungai dapat dihitung dengan rumus : Q AxV V s t Keterangan: A = Luas penampang sungai V = Kecepatan pelampung s = Jarak t = waktu Alat dan Bahan Alat yang dipergunakan antara lain: Pelampung. Stop Watch / alat ukur waktu. Roll meter / tali ukur. Penggaris panjang. Alat tulis. Kertas millimeter Cara Kerja Cara kerja dalam perhitungan debit sungai adalah: 1. Pilih bagian sungai yang memenuhi syarat. 2. Rentangkan roll meter/tali ukur sepanjang 20 meter, selanjutnya 50 sampai 100 meter. 3. Lepaskan pelampung dari titik awal ke titik selanjutnya dan catat waktunya pada tepi kiri, kanan dan tengah. Ulangi sampai 3-5 kali. 4. Ukur penampang sungai dari tepi kiri ke tepi kanan dengan interval 50 cm, kemudian ukur kedalamannya. 5. Hitung debit sungai dengan rumus di atas, Q = A x V Perhitungan Debit Data Lapangan Bagian Hulu Data Lebar Sungai Dari hasil pengukuran dilapangan diperoleh data sebagai berikut :

13 13 a. b. c. d. Lebar sungai Jumlah interval Jarak antar interval Panjang : 34 m (3400 cm) : 68 : 50 cm : 25 m Data Waktu Pelampung Untuk data waktu pelampung disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam menentukan dan menjumlahkan waktu dan melihat bagianbagiannya, dan datanya sebagai berikut: Tabel 1. Data waktu pelampung hulu ke hilir Bagian t1 Kiri Tengah Kanan t , , , , , ,61 t , , ,10 Sumber: Data Olah Primer Data Kedalaman Sungai Bagian Hulu Untuk data kedalaman sungai bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam mengetahui kedalaman dan interval berapa data tersebut didapatkan. Tabel 2. Data kedalaman sungai bagian hulu N Interval Ketebalan (cm) N Interval Ketebalan (cm)

14 Sumber: Data Olah Primer Gambar Penampang Sungai (Terlampir) Perhitungan Luas Penampang Sungai Bagian Hulu Bentuk penampang sungai bagian hulu (untuk menghitung luasnya) adalah sebagai berikut:

15 15 Rumus yang digunakan dalam perhitungan luas penampang adalah : L a. Segitigs 1 1 xaxt xbxt 2 2 b. Trapesium L= 1 2 x Jumlah Sisi Sejajar x Tinggi = 1 2 x (a+b) x t Keterangan: a dan b : Kedalaman t : Interval (jarak pengukuran kedalaman) a. Dalam bentuk perhitungan A1 = ½ x (a+b) x t A4 = ½ x (a+b) x t = ½ x (0+70) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 3500 = ½ x 235 x 50 = 1750 cm2 = 5875 cm2 A2 = ½ x (a+b) x t A5 = ½ x (a+b) x t = ½ x (70+90) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 160 x 50 = ½ x 250 x 50 = 4000 cm2 = 6250 cm2 A3 = ½ x (a+b) x t A6 = ½ x (a+b) x t = ½ x (90+110) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 200 x 50 = ½ x 245 x 50 = 5000 cm2 = 6125 cm2

16 16 A7 = ½ x (a+b) x t = ½ x (95+95) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 190 x 50 = ½ x 140 x 50 = 4750 cm2 = 6000 cm2 A15 = ½ x (a+b) x t A8 = ½ x (a+b) x t = ½ x (95+100) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 195 x 50 = ½ x 230 x 50 = 4875 cm2 = 5750 cm2 A9 = ½ x (a+b) x t A16 = ½ x (a+b) x t = ½ x (100+90) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 190 x 50 = ½ x 215 x 50 = 4750 cm2 = 5375 cm2 A10 = ½ x (a+b) x t A17 = ½ x (a+b) x t = ½ x (90+90) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 180 x 50 = ½ x 205 x 50 = 4500 cm2 = 5125 cm2 A11 = ½ x (a+b) x t A18 = ½ x (a+b) x t = ½ x (90+75) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 165 x 50 = ½ x 205 x 50 = 4125 cm2 = 5125 cm2 A12 = ½ x (a+b) x t A19 = ½ x (a+b) x t = ½ x (75+45) x 50 = ½ x (105+90) x 50 = ½ x 120 x 50 = ½ x 195 x 50 = 3000 cm2 = 4875 cm2 A13 = ½ x (a+b) x t A20 = ½ x (a+b) x t = ½ x (45+45) x 50 = ½ x (90+95) x 50 = ½ x 90 x 50 = ½ x 185 x 50 = 2250 cm2 = 4625 cm2 A14 = ½ x (a+b) x t A21 = ½ x (a+b) x t = ½ x (45+50) x 50

17 17 = ½ x 95 x 50 = ½ x 180 x 50 = 2375 cm2 = 4500 cm2 A22 = ½ x (a+b) x t A29 = ½ x (a+b) x t = ½ x (50+70) x 50 = ½ x (70+70) x 50 = ½ x 120 x 50 = ½ x 140 x 50 = 3000 cm2 = 3500 cm2 A23 = ½ x (a+b) x t A30 = ½ x (a+b) x t = ½ x (70+80) x 50 = ½ x (70+70) x 50 = ½ x 150 x 50 = ½ x 140 x 50 = 3750 cm2 = 3500 cm2 A24 = ½ x (a+b) x t A31 = ½ x (a+b) x t = ½ x (80+90) x 50 = ½ x (70+70) x 50 = ½ x 110 x 50 = ½ x 140 x 50 = 4250 cm2 = 3500 cm2 A25 = ½ x (a+b) x t A32 = ½ x (a+b) x t = ½ x (90+115) x 50 = ½ x (70+65) x 50 = ½ x 205 x 50 = ½ x 135 x 50 = 5125 cm2 = 3375 cm2 A26 = ½ x (a+b) x t A33 = ½ x (a+b) x t = ½ x ( ) x 50 = ½ x (65+70) x 50 = ½ x 225 x 50 = ½ x 135 x 50 = 5625 cm2 = 3375 cm2 A27 = ½ x (a+b) x t A34 = ½ x (a+b) x t = ½ x ( ) x 50 = ½ x (70+70) x 50 = ½ x 220 x 50 = ½ x 140 x 50 = 5500 cm2 = 3500 cm2 A28 = ½ x (a+b) x t A35 = ½ x (a+b) x t = ½ x (110+70) x 50 = ½ x (70+65) x 50

18 18 = ½ x 135 x 50 = ½ x 136 x 50 = 3375 cm2 = 3400 cm2 A36 = ½ x (a+b) x t A43 = ½ x (a+b) x t = ½ x (65+70) x 50 = ½ x (68+60) x 50 = ½ x 135 x 50 = ½ x 128 x 50 = 3375 cm2 = 3200 cm2 A37 = ½ x (a+b) x t A44 = ½ x (a+b) x t = ½ x (70+65) x 50 = ½ x (60+40) x 50 = ½ x 135 x 50 = ½ x 100 x 50 = 3375 cm2 = 2500 cm2 A38 = ½ x (a+b) x t A45 = ½ x (a+b) x t = ½ x (65+70) x 50 = ½ x (40+50) x 50 = ½ x 135 x 50 = ½ x 90 x 50 = 3375 cm2 = 2250 cm2 A39 = ½ x (a+b) x t A46 = ½ x (a+b) x t = ½ x (70+65) x 50 = ½ x (50+40) x 50 = ½ x 135 x 50 = ½ x 90 x 50 = 3375 cm2 = 2250 cm2 A40 = ½ x (a+b) x t A47 = ½ x (a+b) x t = ½ x (65+65) x 50 = ½ x (40+43) x 50 = ½ x 130 x 50 = ½ x 83 x 50 = 3250 cm2 = 2075 cm2 A41 = ½ x (a+b) x t A48 = ½ x (a+b) x t = ½ x (65+68) x 50 = ½ x (43+44) x 50 = ½ x 133 x 50 = ½ x 87 x 50 = 3325 cm2 = 2175 cm2 A42 = ½ x (a+b) x t A49 = ½ x (a+b) x t = ½ x (68+68) x 50 = ½ x (44+46) x 50

19 19 = ½ x 90 x 50 = ½ x 198 x 50 = 2250 cm2 = 4950 cm2 A50 = ½ x (a+b) x t A57 = ½ x (a+b) x t = ½ x (46+70) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 116 x 50 = ½ x 223 x 50 = 2900 cm2 = 5575 cm2 A51 = ½ x (a+b) x t A58 = ½ x (a+b) x t = ½ x (70+85) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 155 x 50 = ½ x 237 x 50 = 3875 cm2 = 5925 cm2 A52 = ½ x (a+b) x t A59 = ½ x (a+b) x t = ½ x (85+95) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 180 x 50 = ½ x 248 x 50 = 4500 cm2 = 6200 cm2 A53 = ½ x (a+b) x t A60 = ½ x (a+b) x t = ½ x (95+88) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 183 x 50 = ½ x 255 x 50 = 4575 cm2 = 6375 cm2 A54 = ½ x (a+b) x t A61 = ½ x (a+b) x t = ½ x (88+90) x 50 = ½ x ( ) x 50 = ½ x 178 x 50 = ½ x 225 x 50 = 4450 cm2 = 5625 cm2 A55 = ½ x (a+b) x t A62 = ½ x (a+b) x t = ½ x (90+94) x 50 = ½ x (100+75) x 50 = ½ x 184 x 50 = ½ x 175 x 50 = 4600 cm2 = 4375 cm2 A56 = ½ x (a+b) x t A63 = ½ x (a+b) x t = ½ x (94+104) x 50 = ½ x (75+55) x 50

20 20 = ½ x 130 x 50 = ½ x (39+30) x 50 = 3250 cm2 = ½ x 69 x 50 = 1725 cm2 A64 = ½ x (a+b) x t = ½ x (55+45) x 50 A67 = ½ x (a+b) x t = ½ x 100 x 50 = ½ x (30+10) x 50 = 2500 cm2 = ½ x 40 x 50 = 1000 cm2 A65 = ½ x (a+b) x t = ½ x (45+39) x 50 A68 = ½ x (a+b) x t = ½ x 84 x 50 = ½ x (10+0) x 50 = 2100 cm2 = ½ x 10 x 50 = 250 cm2 A66 = ½ x (a+b) x t b. Data perhitungan luas penampang Untuk data perhitungan luas bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel agar mudah dalam penjumlahan serta mengetahui kedalaman dan luas penampangnya. Tabel 3. Data perhitungan luas penampang bagian hulu No Interval Kedalaman (cm) Luas Penampang (cm2)

21

22 cm2 26,73 m2 (Atotal) Sumber : Data Olahan Primer Perhitungan kecepatan Untuk data perhitungan kecepatan bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel dan datanya sebagai berikut: Tabel 4. Perhitungan Kecepatan Bagian Kiri Tengah Kanan (ttotal) Rata-Rata t1 t 2 t 3 T 3 t , , , ,98 591,98 detik 197,33 detik t2 t , , , ,35 560,35 detik 186,78 detik 03 32, , , ,5 565,5 detik 188,5 detik 197,33 186,78 188,5 3 = 190,82 detik Perhitungan debit Untuk perhitungan debit digunakan rumus sebagai berikut: S V Q AxV T Keterangan : A = Luas Penampang V = Kecepatan Pelampung S = Jarak T = Waktu Perhitungan:

23 23 V S T 25m 190,82s = 0, m/s Q =Ax V = 26,73 m2 x 0, m/s = 3, m3/s Data Lapangan Bagian Hilir Data lebar sungai Dari hasil pengukuran dilapangan diperoleh data sebagai berikut : e. f. g. h. Lebar sungai Jumlah interval Jarak antar interval Panjang : 36,5 m (3650 cm) : 73 : 50 cm : 25 m Data waktu pelampung Untuk data waktu pelampung disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam menentukan dan menjumlahkan waktu dan melihat bagian- bagiannya, dan datanya sebagai berikut: Tabel 5. Data waktu pelampung hulu ke hilir Bagian t1 Kiri Tengah Kanan 03 59, , ,80 t , , ,61 t , , ,10 Sumber: Data Olah Primer Data kedalaman sungai bagian hulu Untuk data kedalaman sungai bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam mengetahui kedalaman dan interval berapa data tersebut didapatkan. Tabel 6. Data kedalaman sungai bagian hilir

24 24 No Interval Ketebalan (cm) No Interval Sumber: Data Olah Primer Gambar penampang sungai (Terlampir) Perhitungan luas penampang sungai bagian hilir Ketebalan (cm)

25 25 Bentuk penampang sungai bagian hulu (untuk menghitung luasnya) adalah sebagai berikut: Rumus yang digunakan dalam perhitungan luas penampang adalah : L a. Segitigs 1 1 xaxt xbxt b. Trapesium L= x Jumlah Sisi Sejajar x Tinggi = 1 2 x (a+b) x t Keterangan: a dan b : Kedalaman t : Interval (jarak Pengukuran Kedalaman a. Dalam bentuk perhitungan A1 = ½ x (a+b) x t = ½ x (78+68) x 50 = ½ x (0+72) x 50 = ½ x 146 x 50 = 1800 cm2 = 3650 cm2 A2 = ½ x (a+b) x t A5 = ½ x (a+b) x t = ½ x (72+80) x 50 = ½ x (68+63) x 50 = ½ x 152 x 50 = ½ x 131 x 50 = 3800 cm2 = 3275 cm2 A3 = ½ x (a+b) x t A6 = ½ x (a+b) x t = ½ x (80+78) x 50 = ½ x (63+28) x 50 = ½ x 158 x 50 = ½ x 91 x 50 = 3950 cm2 = 2275 cm2 A4 = ½ x (a+b) x t A7 = ½ x (a+b) x t

26 26 = ½ x (28+9) x 50 = ½ x 37 x 50 = 925 cm2 A8 = ½ x (a+b) x t = ½ x (9+5) x 50 = ½ x 14 x 50 = 350 cm2 A9 = ½ x (a+b) x t = ½ x (5+10) x 50 = ½ x 15 x 50 = 375 cm2 A10 = ½ x (a+b) x t = ½ x (10+17) x 50 = ½ x 27 x 50 = 675 cm2 A11 = ½ x (a+b) x t = ½ x (17+21) x 50 = ½ x 38 x 50 = 950 cm2 A12 = ½ x (a+b) x t = ½ x (21+27) x 50 = 1700 cm2 A15 = ½ x (a+b) x t = ½ x (39+33) x 50 = ½ x 72 x 50 = 1800 cm2 A16 = ½ x (a+b) x t = ½ x (33+25) x 50 = ½ x 58 x 50 = 1450 cm2 A17 = ½ x (a+b) x t = ½ x (25+8) x 50 = ½ x 33 x 50 = 825 cm2 A18 = ½ x (a+b) x t = ½ x (8+9,5) x 50 = ½ x 17,5 x 50 = 437,5 cm2 A19 = ½ x (a+b) x t = ½ x (9,5+30) x 50 = ½ x 39 x 50 = 987,5 cm2 = ½ x 48 x 50 = 1200 cm2 A13 = ½ x (a+b) x t A20 = ½ x (a+b) x t = ½ x (30+41) x 50 = ½ x (27+29) x 50 = ½ x 71 x 50 = ½ x 185 x 50 = 1775 cm2 = 1400 cm2 A14 = ½ x (a+b) x t A21 = ½ x (a+b) x t = ½ x (41+66,5) x 50 = ½ x (29+39) x 50 = ½ x 107,5 x 50 = ½ x 68 x 50 = 2687,5 cm2

27 27 A22 = ½ x (a+b) x t A29 = ½ x (a+b) x t = ½ x (66,5+67) x 50 = ½ x (72,5+69) x 50 = ½ x 133,5 x 50 = ½ x 141,5 x 50 = 3337,5 cm2 = 3537,5 cm2 A23 = ½ x (a+b) x t A30 = ½ x (a+b) x t = ½ x (67+80) x 50 = ½ x (69+64) x 50 = ½ x 147 x 50 = ½ x 133 x 50 = 3675 cm2 = 3325 cm2 A24 = ½ x (a+b) x t A31 = ½ x (a+b) x t = ½ x (80+82) x 50 = ½ x (64+63) x 50 = ½ x 162 x 50 = ½ x 127 x 50 = 4050 cm2 = 3175 cm2 A25 = ½ x (a+b) x t A32 = ½ x (a+b) x t = ½ x (82+81) x 50 = ½ x (63+66) x 50 = ½ x 163 x 50 = ½ x 129 x 50 = 4075 cm2 = 3225 cm2 A26 = ½ x (a+b) x t A33 = ½ x (a+b) x t = ½ x (81+77) x 50 = ½ x (66+63) x 50 = ½ x 158 x 50 = ½ x 129 x 50 = 3950 cm2 = 3225 cm2 A27 = ½ x (a+b) x t A34 = ½ x (a+b) x t = ½ x (77+72) x 50 = ½ x (63+64) x 50 = ½ x 149 x 50 = ½ x 127 x 50 = 3725 cm2 = 3175 cm2 A28 = ½ x (a+b) x t A35 = ½ x (a+b) x t = ½ x (72+72,5) x 50 = ½ x (64+62) x 50 = ½ x 144 x 50 = ½ x 127 x 50 = 3612,5 cm2 = 3175 cm2

28 28 A36 = ½ x (a+b) x t A43 = ½ x (a+b) x t = ½ x (63+62) x 50 = ½ x (68+71) x 50 = ½ x 125 x 50 = ½ x 139 x 50 = 3125 cm2 = 3475 cm2 A37 = ½ x (a+b) x t A44 = ½ x (a+b) x t = ½ x (62+60) x 50 = ½ x (71+68) x 50 = ½ x 122 x 50 = ½ x 139 x 50 = 3050 cm2 = 3475 cm2 A38 = ½ x (a+b) x t A45 = ½ x (a+b) x t = ½ x (60+62) x 50 = ½ x (68+69) x 50 = ½ x 122 x 50 = ½ x 137 x 50 = 3050 cm2 = 3425 cm2 A39 = ½ x (a+b) x t A46 = ½ x (a+b) x t = ½ x (62+77) x 50 = ½ x (69+69) x 50 = ½ x 139 x 50 = ½ x 138 x 50 = 3475 cm2 = 3425 cm2 A40 = ½ x (a+b) x t A47 = ½ x (a+b) x t = ½ x (77+62) x 50 = ½ x (69+68) x 50 = ½ x 139 x 50 = ½ x 137 x 50 = 3475 cm2 = 3425 cm2 A41 = ½ x (a+b) x t A48 = ½ x (a+b) x t = ½ x (62+66) x 50 = ½ x (68+82) x 50 = ½ x 128 x 50 = ½ x 170 x 50 = 3200 cm2 = 3750 cm2 A42 = ½ x (a+b) x t A49 = ½ x (a+b) x t = ½ x (66+66) x 50 = ½ x (82+94) x 50 = ½ x 134 x 50 = ½ x 176 x 50 = 3350 cm2 = 4400 cm2

29 29 A50 = ½ x (a+b) x t A57 = ½ x (a+b) x t = ½ x (94+90) x 50 = ½ x (58+71) x 50 = ½ x 184 x 50 = ½ x 129 x 50 = 4600 cm2 = 3225 cm2 A51 = ½ x (a+b) x t A58 = ½ x (a+b) x t = ½ x (90+92) x 50 = ½ x (71+81) x 50 = ½ x 182 x 50 = ½ x 152 x 50 = 4550 cm2 = 3800 cm2 A52 = ½ x (a+b) x t A59 = ½ x (a+b) x t = ½ x (92+86) x 50 = ½ x (81+83) x 50 = ½ x 178 x 50 = ½ x 164 x 50 = 4450 cm2 = 4100 cm2 A53 = ½ x (a+b) x t A60 = ½ x (a+b) x t = ½ x (86+64) x 50 = ½ x (83+85) x 50 = ½ x 150 x 50 = ½ x 168 x 50 = 3750 cm2 = 4200 cm2 A54 = ½ x (a+b) x t A61 = ½ x (a+b) x t = ½ x (64+54) x 50 = ½ x (85+88) x 50 = ½ x 118 x 50 = ½ x 173 x 50 = 2950 cm2 = 4325 cm2 A55 = ½ x (a+b) x t A62 = ½ x (a+b) x t = ½ x (54+48) x 50 = ½ x (88+88) x 50 = ½ x 102 x 50 = ½ x 173 x 50 = 2550 cm2 = 4400 cm2 A56 = ½ x (a+b) x t A63 = ½ x (a+b) x t = ½ x (48+58) x 50 = ½ x (88+89) x 50 = ½ x 106 x 50 = ½ x 177 x 50 = 2650 cm2 = 4425 cm2

30 30 A64 = ½ x (a+b) x t = ½ x (89+84) x 50 A69 = ½ x (a+b) x t = ½ x 173 x 50 = ½ x (60+61) x 50 = 4325 cm2 = ½ x 121 x 50 = 3025 cm2 A65 = ½ x (a+b) x t = ½ x (84+79) x 50 A70 = ½ x (a+b) x t = ½ x 163 x 50 = ½ x (61+54) x 50 = 4075 cm2 = ½ x 115 x 50 = 2875 cm2 A66 = ½ x (a+b) x t = ½ x (79+59) x 50 A71 = ½ x (a+b) x t = ½ x 168 x 50 = ½ x (54+44) x 50 = 3450 cm2 = ½ x 98 x 50 = 2450 cm2 A67 = ½ x (a+b) x t = ½ x (59+60) x 50 A72 = ½ x (a+b) x t = ½ x 119 x 50 = ½ x (44+21) x 50 = 2975 cm2 = ½ x 65 x 50 = 1625 cm2 A68 = ½ x (a+b) x t = ½ x (60+60) x 50 A73 = ½ x (a+b) x t = ½ x 120 x 50 = ½ x (21+0) x 50 = 3000 cm2 = 525 cm2 b. Data perhitungan luas penampang Untuk data perhitungan luas bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel agar mudah dalam penjumlahan serta mengetahui kedalaman dan luas penampangnya. Tabel 7. Data perhitungan luas penampang bagian hilir No Interval Ketebalan (cm) Luas Penampang (cm2)

31

32 (Atotal) cm2 21,5975 m2 Sumber : Data Olahan Primer Perhitungan Kecepatan Untuk data perhitungan kecepatan bagian hulu disajikan dalam bentuk tabel dan datanya sebagai berikut:

33 33 Tabel 8. Perhitungan Kecepatan Bagian Kiri Tengah Kanan (ttotal) Rata-Rata t , , , ,98 591,98 detik 197,33 detik t2 t , , , ,35 560,35 detik 186,78 detik 03 32, , , ,5 565,5 detik 188,5 detik Sumber : Data Olahan Primer T t1 t 2 t ,33 186,78 188,5 3 = 190,82 detik Perhitungan Debit Untuk perhitungan debit digunakan rumus sebagai berikut: S V Q AxV T Keterangan : A = Luas Penampang V = Kecepatan Pelampung S = Jarak T = Waktu Perhitungan: S V T V 25m 190,82s = 0, m/s Q =Ax V = 21,5975 m2 x 0, m/s = 2, m3/s

34 Kesimpulan Geohidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah sumber air bawah tanah yang berhubungan dengan cara terdapat, penyebaran, pengaliran, sifat kimia, dan potensi sumber air bawah tanah dalam hubungannya dengan lingkungan geologi. Sungai adalah suatu tubuh Running Water yang terkumpul pada suatu saluran dan bergarak menuju Base Level Of Erosion akibat pengaruh gaya gravitasi. Debit (discharge) atau besarnya aliran sungai (stream flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai per satuan waktu dan satuanya meter kubik per detik (m3/det). Dari hasil perhitungan dihalaman sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sungai didaerah Jembatan Gantung Imogiri adalah influen, dimana Qhulu > Qhilir. BAB III PUMPING TEST METODE THEIS 3.1. Tujuan dan Persyaratan Tujuan Untuk menentukan harga koefisien keterusan air (T) dan daya simpan air (koefisien storage/s). Harga tersebut berguna untuk mengevaluasi potensi sumur Persyaratan dasar uji pemompaan Persyaratan untuk sebagai dasar uji pemompaan yaitu : 1. Akuifer dianggap meluas tak terhingga dan datar 2. Akuifer homogen dan isotropis dalam yang dipengaruhi pemompaan dan tebalnya seragam. 3. Air mengalir dalam akuifer laminar. 4. Drawdown yang disebabkan oleh aliran vertical kecil, sehingga dapat diabaikan. 5. Akuifer dapat dipompa dengan debit tetap Persyaratan Metode Theis

35 35 Persyaratan untuk melakukan analisis Metode Theis yaitu : 1. Akuifer tertekan. 2. Berupa aliran tak langsung. S dan t dapat diabaikan, juga gradient hidrolik konstan. 3. Diameter sumur kecil Alat dan Bahan Alat dan bahan dalam analisis Metode Theis yaitu : Data hasil pemompaan dilapangan. Grafik Theis Type Curve. Kertas double logaritma. Kertas kalkir. Kalkulator atau alat hitung. Alat tulis Cara Kerja Langkah-langkah dalam analisis pumping test Metode Theis sebagai berikut : 1. Diplotkan harga drawdown (s) dan waktu pemompaan (t) pada kertas kalkir yang ditempelkan pada kertas double logaritma. Bila pengamatan s (oo) pada sumur pengamat yang diplotkan s dengan t/r2. s sebagai ordinat dan t t 2 r sebagai absis. 2. Titik-titik yang didapat dilekatkan pada grafik standar Theis digeser-geser sehingga absis dan ordinat sejajar, sehingga didapat grafik yang sesuai. 3. Dipilih macth point sembarang dan dilihat hasil pada absis, t t 2 r dan 1/u. Pada ordinat W (u) dan s. Catatan : Macth Point tidak harus diletakan pada kurva. Untuk lebih mudah dalam perhitungan diambil W (u) = 1 dan 1/u 10 (krusemen dan De Ridder, 1970). Dicari :

36 36 T= S= Q.W ( ) 4 s 4Tt t 4T 2 2 r r t 2 r 1/ u 4T S= Keterangan : T : koefisien keterusan air (m2/jam atau m2/hari) S : daya simpan air s : drawdown dalam meter t : waktu sejak pemompaan (menit, jam atau hari ) r : jarak sumur uji dengan sumur pengamatan. Q : debit pemompaan air. 4. Bila Q > 1 dicari rata-rata dengan grafik Hasil Uji Pemompaan Tabel 9. Data analisis pumping test metode theis Waktu (t) menit Penurunan m.a.t (S) meter 0 9,75 10,2 10,6 10,8 10,9 11,12 11,20 11,27 11,33 t/r2 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,20 0,24 0,28 0,32 0,36

37 ,40 11,45 11,58 11,69 11,78 11,84 11,90 12,02 12,15 12,22 12,34 12,42 12,52 12,60 12,68 12,79 12,91 13,15 13,25 13,31 13,38 13,44 13,48 13,52 13,58 13,64 13,67 13,69 0,40 0,48 0,56 0,64 0,72 0,80 1 1,20 1,40 1,60 2 2,20 2,40 2,80 3,20 3,60 4 4,80 5,40 6 6,60 7,20 8 8,80 9,60 10, ,40 Sumber : Data Olahan Primer Hasil Uji Pemompaan dari Metode Theis sebagai berikut : Dik : Q = 25 W (u) = 1 R = 5 cm Didapat : l/u = 10 s = 12,5 t 2 r = 1,40 Di cari : Koefisien keterusan air (T) dan daya simpan air/koefisien storage (S)?

38 38 a. T = Q.W ( ) 4 s ,14.12,5 = = = 0,159 m2/hari 4Tt t 4T 2 2 r r b. S = t 4T 2 r 1/ u = 4.0,159.1,40 10 = = 0, Kesimpulan Dari data hasil analisis Metode Pumping Test Theis didapatkan hasil : Koefisien keterusan air (T) yaitu : 0,159 m2/hari Daya simpan air koefisien storage (S) yaitu : 0,08904 (leavy/semi confined) BAB IV PUMPING TEST METODE PAPADOPOULUS 4.1. Tujuan dan Dasar Teori Tujuan Untuk menentukan koefisien keterusan air (T) dan menetukan koefisien daya simpan air (S) Dasar Teori

39 39 Berlaku untuk sumur dengan diameter besar, dengan asumsi: Akuifer tertekan, homogen dan menerus. Aliran tak langsung. Diameter sumur >> Debit pemompaan (Q) konstan. Sumur menembus sumur akuifer Alat dan Bahan Alat dan bahan dalam analisis Metode Papadopoulus yaitu: Data hasil pemompaan dilapangan. Grafik Theis Type Curve. Kertas double logaritma. Kertas kalkir. Kalkulator dan alat tulis Cara Kerja Langkah-langkah dalam analisis pumping test Metode Papadopoulus sebagai berikut : 1. Diplotkan harga drawdown (s) dan waktu pemompaan (t) pada kertas kalkir yang ditempelkan pada kertas double logaritma. Bila pengamatan s (oo) pada sumur pengamat yang diplotkan s dengan t/r2. s sebagai ordinat dan t t 2 r sebagai absis. 2. Hasil pengeplotan dibuat garis kurva, kemudian dihimpitkan dengan kurva standar papadopoulus hingga sesuai (sumbu ordinat kedua kurva sejajar). 3. Dipilih macth point sembarang dan dilihat hasil pada absis, t ordinat W (µ) dan s. 4. Masukan rumus : T= Q.W ( ) 4 s t 2 r dan 1/u. Pada

40 40 S= 4Tt t 4T 2 2 r r t 2 r 1/ u 4T S= Keterangan : T : koefisien keterusan air (m2/jam atau m2/hari) S : daya simpan air s : drawdown dalam meter t : waktu sejak pemompaan (menit, jam atau hari ) r : jarak sumur uji dengan sumur pengamatan. Q : debit pemompaan air Hasil Uji Pemompaan Tabel 10. Data analisis pumping test metode papadopoulus Waktu (t) menit Penurunan m.a.t (s) meter t/r ,75 10,2 10,6 10,8 10,9 11,12 11,20 11,

41 ,33 11,40 11,45 11,58 11,69 11,78 11,84 11,90 12,02 12,15 12,32 12,34 12,42 12,52 12,60 12,68 12,79 12,91 13,51 13,25 13, Sumber : Data Olahan Primer Hasil Uji Pemompaan dari Metode Theis sebagai berikut : Dik : Q = 25 W (u) = 1 R = 5 cm Didapat : l/u = 10 s = 9,75 t 2 r = 0,0156 Di cari : Koefisien keterusan air (T) dan daya simpan air/koefisien storage (S)? T= = Q.W ( ) 4 s ,14.9,75

42 ,46 = = 0,20415 m2/hari S 4Tt t 4 T 2 r2 r t 2 r 1/ u 4T 4.0, , = 0, Kesimpulan Dari data hasil analisis Metode Papadopoulus didapatkan hasil: Koefisien keterusan air (T) yaitu : 0,20415 m2/hari. Daya simpan air koefisien storage (S) yaitu : 0, (leavy/semi confined) BAB V KUALITAS AIR TANAH

43 Pendahuluan Latar Belakang Air (badan air) merupakan suatu kebutuhan pokok bagi makhluk hidup agar dapat melangsungkan kehidupannya. Bagi manusia air diperlukan untuk sumber air (minum, mandi, mencuci), pengairan dalam bidang pertanian, perikanan, pariwisata, dll. Selain itu, air juga sangat diperlukan dalam kegiatan industri dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup manusia. Namun dibalik manfaat-manfaat tersebut, aktivitas manusia dibidang pertanian, industri dan kegiatan rumah dapat dan telah terbukti menyebabkan menurunnya kualitas air. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Efendi, 2003). Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Kualitas air secara umum mengacu pada kandungan polutan yang terkandung dalam air dan kaitannya untuk menunjang kehidupan ekosistem dan kehidupan yang ada didalamnya Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat melakukan pengamatan, melakukan dan mengetahui kualitas air tanah. Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat melakukan pengukuran parameter, serta untuk menentukan kualitas air tanah Landasan Teori Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Airtanah Secara kuantitas airtanah di bumi sangat melimpah, namun kualitasnya relatif menurun.air yang dikonsumsi manusia sehari-hari harus memenuhi standar kualitas kesehatan menurut WHO dan Departemen Kesehatan

44 44 Republik Indonesia (DepKes). Menurut Todd (1980), tipe dan kadar airtanah dipengaruhi oleh asal airtanah, gerakan dan lingkungan. Pada umumnya airtanah mempunyai konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi dari air permukaan, sebagai akibat banyaknya dijumpai material yang mudah larut pada lapisan (formasi) geologi. Faktor yang mempengaruhi kualitas airtanah, antara lain adalah: 1. Asal airtanah: a. Batuan volkanik, yang mengandung Fe,S b. Batuan karbonat, yang mengandung Ca 2. Aerakan/aliran 3. Lingkungan: a. Macam tanah b. Batuan Kualitas airtanah dipandang sebagai sistem yang terdiri dari 3 komponen atau subsistem (Angelen 1981): 1. Material yang dilewati airtanah(macam tanah atau batuan), tergantung pada pola atau pori, komposisi kimia, dan keisotropisan. 2. Aliran, yang meliputi aliran laminer, turbulen, konveksi, dispersi, dan difusi. 3. Perubahan secara fisik, kimia dan biologi. Perubahan kualitas airtanah tergantung pada: a. Densitas b. Lokasi c. Ruang dan waktu d. Ragam pengaliran e. Perubahan proses fisik, kimia dan biologis Sifat Fisis, Kimia dan Biologis Airtanah Sifat fisik airtanah antara lain sebagai berikut: 1. Warna: disebabkan oleh zat terlarut dalam air maupun yang tidak terlarut dalam air. Tes warna menggunakan skala Pt/Co. 2. Bau dan rasa: bau disebabkan oleh gas-gas yang terlarut, sedangkan rasa disebabkan oleh garam terlarut. 3. Kekeruhan: disebabkan oleh kandungan zat yang tidak terlarut (koloid). Terdiri dari lanau lempung, zat organik, atau mikroorgan-isme. Alat ukurnya: Turbidimeter dalam satuan NTU (Number Turbidimeter Unit).

45 45 4. Kekentalan: dipengaruhi oleh partikel-partikel yang terkandung di dalamnya, semakin banyak akan semakin kental. Faktor yang mempengaruhi tingkat kekentalan adalah cuaca, suhu, jumlah partikel terlarut, dan kadar garam. Sifat kimia meliputi kegaraman, ph, kesadahan, dan pertukaran ion. Kegaraman/jumlah garam terlarut (Total Disolved Solid) adalah jumlah konsentrasi garam yang terkandung di dalam air. Keasaman (ph) ditentukan dengan alat ph meter. Air yang asam mempunyai ph melarutkan besi. Air yang basa mempunyai nilai ph < 7, bersifat mudah >7, air yang mengandung garam Ca dan Mg karbonat, bikarbonat tinggi mempunyai ph 7,5 8. Air yang netral mempunyai ph 7. Kandungan ion, baik kation maupun anion (ion logam) diketahui dengan Volumetri, calametri flamefotometri, spektrom fotometri. Ionnya adalah K, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, SO4,CO2, CO3, HCO3, H2S, NO3, NO2, KMnO4, SiO2, dan Boron. Kesadahan atau kekerasan (total hardness)-hr jumlah Ca dan Mg disebut kesadahan karbonat dan kesadahan nonkarbonat. Sifat biologis (bakteriologis), bakteri yang biasanya berkembang pada air adalah bakteri E. Colly dan ditentukan dengan daftar MPN dari Hoskins Interpretasi dari Data Kualitas Airtanah Untuk keperluan interpretasi dari data kualitas airtanah, cukup berdasarkan ion-ion penyusun utama airtanah baik berupa kation maupun anion. Kation terdiri dari Ca, Mg, Na&K, Fe, Mn, sedangkan anion terdiri dari Cl, SO4, HCO3, CO3, NO3 dan kadang kadang F. Di samping itu sering ditambah pula dengan SiO2, TDS, EC, suhu dan ph. Satuan ion-ion terlebih dahulu harus diubah dari satu mg/l (ppm) menjadi epm (Equivalen per million) dengan : Epm ValensiXpp m BeratMolek ul Atau secara mudah satuan ppm dikalikan dengan faktor konfersi pada tabel 1

46 46 Tabel 11. Faktor konversi ppm ke epm (Walton, 1970) Ion Alumunium(Al3++) Barium (Ba+ +) Multiply by 0, ,01456 Bicarbonate (HCO3) 0,01639 Bromide (Br -) 0,01251 Calcium (Ca++) 0,04990 Carbonate (CO3) 0,03333 Chloride (Cl -) 0,02820 Chromium (Cr4-) 0,11536 Copper (Cu -) 0,03148 Flouride (F -) 0,05263 Hydrogen (H+) 0,99206 Hydroxide (OH-) 0,05880 Iodide (I-) 0,00788 Iron (Fe + +) 0,03581 Ion Iron (Fe3+) Lead (Pb --) Lithium (Li -) Magnesium (Mg--) Manganese (Mn3-) Nitrate (NO2-) Phosphate (PO43-) Potassium (K+) Sodium (Na+) Strontium (Sr--) Sulfate (SO4-) Sulfite (S-) Zing (Zn4-) Manganese(Mn3+) Multiply by 0, , , , , , , , , , , , , ,07281 Prinsip interpretasi data analisis kimia airtanah didasarkan atas hubungan ion-ion atau kelompok ion yang membentuk tipe kimia air. Hal tersebut diatas, didasarkan pada kenyataan suatu gambar atau grafik tunggal yang tidak dapat diterangkan secara keseluruhan. Untuk tujuan itu dikenal beberapa metode yang dapat digolongkan menjadi 4 golongan (Zaporozec. 1972) yaitu: Metode klasifikasi Dipergunakan sebagai dasar perincian komposisi kimia airtanah sehingga dapat dipakai untuk mengelompokkan atau membedakan tipe airtanah. Ada beberapa cara dalam metode ini antara lain yang praktis adalah klasifikasi tabel Korlov terutama sangat membantu dalam mengenal sifat-sifat utama komposisi kimia airtanah. Komposisi kimia dinyatakan dalam fraksi semu, dengan anion dan kation berturut-turut sebagai pembilang dan penyebut. Analisis ditunjukan dalam urutan kadar ion baik kation maupun anion, yang masing-masing berjumlah 100% epm. Selain anion dan kation, disertakan pula penyusun airtanah yang lain misal

47 47 adanya unsur langkah yang berkadar tinggi, juga ph dan suhu. Penamaan klas air ditentukan oleh kandungan ion yang mempunyai jumlah 25% Metode korelasi Dengan menggunakan diagram pola Stiff (1951), dalam Walton (1970), bertujuan untuk membandingkan analisis kimia airtanah agar didapat perbedaan, kesamaan atau perkembangan dalam komposisi kimia airtanah. Cara kerjanya adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan 4 sumbu mendatar yang sejajar dan sumbu tegak 2. Anion (Cl, HCO3, SO4, CO3) diplot pada keempat sumbu mendatar di 3. sebelah kanan sumbu tegak. Kation (Na+K, Mg, Ca, Fe) diplot pada keempat sumbu mendatar di sebelah kiri sumbu tegak 4. Kadar anion dan kation dalam epm 5. Setiap pola mewakili satu tipe air, sehingga setiap perbedaan pola menunjukkan tipe air yang berbeda pula 6. Lebar/luas yang terbentuk menunjukkan kandungan ion keseluruhan Metode analisis Dengan menggunakan diagram triliner piper (1953) dalam Walton (1970). Bertujuan untuk menentukan proses kimia airtanah/genetik airtanah, menentukan unsur penyusun larutan airtanah, dan perubahan sifat airtanah dan hubunganya serta masalah geokimia airtanah.

48 48 Gambar 4. Diagram piper Terdiri dari 2 segitiga disebelah kiri kanan dan 1 jajaran genjang ditengah atas, skala pembacaan 100, segita kiri untuk kation, segitiga kanan untuk anion dalam % epm. Cara kerjanya adalah sebagai berikut : 1. Data masing-masing ion dalam % epm diplot pada kedua segitiga. 2. Selanjutnya ditarik keatas pada jajaran genjang dan kedudukan dalam jajaran genjang ini dapat diketahui sifat airtanahnya. Gambar subsidi dari bentuk jajaran genjang. 3. Ploting jatuh pada subdivisi dari kelompok bentuk jajaran genjang dari diagram trilinier piper dan dibaca sifat airtanahnya Metode sintesis dan ilustrasi Dengan menggunakn metode Bar Collin (1932) dalam Walton (1970) dia paggramar (fence diagram). Dalam diagram ini dibagi menjadi 2 kolom tegak yang tingginya menyesuaikan dengan total kadar anion dan kation dalam satuan epm. Dibedakan dengan pola (corak) dan warna yang berbeda. Urutan dari bawah keatas pada kolom kanan adalah anion dan kolom sebekah kiri adalah kation.

49 Hasil Analisis Metode Analisis Airtanah No Tabel 12. Parameter analisis air tanah Parameter Sampel 1 Sampel 2 Temperatur ph DHL,mmhos/cm Ca2+ ppm Mg ppm Cl ppm SO ppm Na ppm K+ ppm NO ppm 4 6 HCO SiO Tabel 13. Konversi ppm ke epm pada sampel 1 Parameter ppm epm Ca Mg Na K NO Cl SO HCO Na + K , Tabel 14. Konversi ppm ke epm pada sampel 2 Parameter ppm epm 2+ Ca Mg Na K NO Cl SO HCO Na++ K+ 142,304 0, Tabel 15. Konversi ppm ke epm pada sampel 3 Sampel

50 50 Parameter Ca2+ Mg2+ Na+ K+ NO3 ClSO4HCO3Na++ K+ ppm ,304 Epm , Metode Klasifikasi Kurlov Tabel 16. Penentuan tipe air pada sampel 1 Analisis Kimia K Na++ K+ AT Mg2+ IO N Ca2+ A Cl NI NO3 O HCO3 N SO4 SiO2 ppm Temperatur (0C) ph Formula Kurlov Tipe Air Epm 0, , % Epm 11, , , , , , , , , , % 7, , , , % 30,2 29 7,4 HCO3ClNO3SO470, , , , Tipe air dengan kandungan bikarbonat (HCO3-) yang dominan yaitu 70, % dan kandungan klorida (Cl-) 7, %. Jadi tipe air pada sampel ini yaitu tergolong pada air tawar karena HCO3- > Cl-.

51 51 Analisis Kimia Na++ K+ KAT Mg2+ ION Ca2+ ClNO3ANI ON HCO3SO4 SiO2 ppm Temperatur (0C) ph Formula Kurlov Tipe Air Tabel 17. Penentuan tipe air pada sampel 2 Epm % Epm 0, , , , , , , % 0, , , , , , , , , % ,5 HCO3ClNO3SO476, , , , Tipe air dengan kandungan bikarbonat (HCO3-) yang dominan yaitu 76, % dan kandungan klorida (Cl-) 11, %. Jadi tipe air pada sampel ini yaitu tergolong pada air tawar karena HCO3- > Cl-. Tabel 18. Penentuan tipe air pada sampel 3 Analisis Epm % Epm Kimia + + K Na + K 0, , A Mg2+ 1, , T I Ca2+ 5, , O N 7, A Cl0, , N NO3 0, , I HCO35, , O SO40, , N 6, SiO2 ppm 31.8 Temperatur 29 ph 7,5 HCO3ClNO3 SO4Formula 78, , , ,90657 Kurlov

52 52 Tipe Air Tipe air dengan kandungan bikarbonat (HCO3-) yang dominan yaitu 78, % dan kandungan klorida (Cl-) 8, %. Jadi tipe air pada sampel ini yaitu tergolong pada air tawar karena HCO3- > Cl Metode Korelasi 1. Sampel 1 Gambar 5. Korelasi anion dan kation pada sampel 1 2. Sampel 2 Gambar 6. Korelasi anion dan kation pada sampel 2

53 53 3. Sampel 3 Gambar 7. Korelasi anion dan kation pada sampel Metode Analisis 1. Sampel 1

54 54 Gambar 8. Metode analisis pada sampel 1 2. Sampel 2 Gambar 9. Metode analisis pada sampel 2

55 55 3. Sampel 3 Gambar 10. Metode analisis pada sampel Metode Sintesis dan Ilustrasi 1. Sampel 1 Gambar 11. Diagram bar collin pada sampel 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Efendi, 2003). Dengan demikian, kualitas air

Lebih terperinci

Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan

Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan HIDROGEOLOGI UMUM (GL-3081 3081) MINGGU KE-8 TEKNOLOGI PEMBORAN DAN KONSTRUKSI SUMUR BOR Oleh: Prof.Dr.Ir.. Deny Juanda Puradimaja,

Lebih terperinci

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper Standar Nasional Indonesia Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper ICS 13.060.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beraneka ragam, diantaranya minyak bumi, gas bumi, batubara, gas alam, geotermal, dll.

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA 3.1 Data Geokimia Seperti yang telah dibahas pada bab 1, bahwa data kimia air panas, dan kimia tanah menjadi bahan pengolahan data geokimia untuk menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS 4.1 Tinjauan Umum. BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS Salah satu jenis manifestasi permukaan dari sistem panas bumi adalah mata air panas. Berdasarkan temperatur air panas di permukaan, mata air panas dapat dibedakan

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN Air adalah salah satu bahan pokok (komoditas) yang paling melimpah di alam tetapi juga salah satu yang paling sering disalahgunakan Definisi Water Treatment (Pengolahan Air) Suatu proses/bentuk pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk hidup yang ada di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Di dalam tubuh makhluk hidup baik

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA Pada Tahun 2008, tim dari kelompok penelitian Program Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, melakukan penyelidikan geokimia pada daerah lapangan panas bumi Tambu. Penyelidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui penggunaan pump (pompa) sudah begitu luas baik dikalangan masyarakat maupun pada industri-industri baik sekala kecil, menengah, maupun sekala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1 Struktur Hidrolika Sungai Perhitungan struktur hidrolika sungai pada segmen yang ditinjau serta wilayah hulu dan hilir segmen diselesaikan dengan menerapkan persamaanpersamaan

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT 4.1 Tinjauan Umum Manifestasi permukaan panas bumi adalah segala bentuk gejala sebagai hasil dari proses sistem panasbumi

Lebih terperinci

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut: Pengukuran Debit Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat pengukur

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya alam yang pokok dalam kehidupan adalah air. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri atas air. Metabolisme yang

Lebih terperinci

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON 4.1 Tinjauan Umum Pada metoda geokimia, data yang digunakan untuk mengetahui potensi panasbumi suatu daerah adalah data kimia

Lebih terperinci

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme : TANAH Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah Hubungan tanah dan organisme : Bagian atas lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan

Lebih terperinci

), bikarbonat (HCO 3- ), dan boron (B). Hal ini dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada sektor pertanian.

), bikarbonat (HCO 3- ), dan boron (B). Hal ini dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada sektor pertanian. 1. Apa yang dimaksud dengan gas metana batubara (Coal Bed Methane) Gas metana batubara (Coal Bed Methane) adalah suatu gas alam yang terperangkap di dalam lapisan batubara (coal seam). Gas metana ini bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah manifestasi panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. Penelitian dikhususkan kepada aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengambilan Data Adapun teknik pengambilan data yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode geolistrik,

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN

MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN MAKALAH TEKNIK PENGEBORAN DAN PENGGALIAN JENIS-JENIS PEMBORAN Oleh: EDI SETIAWAN NIM. 1102405 Dosen Mata Kuliah: Mulya Gusman, S.T, M.T PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Air atmosfer Air atmesfer adalah air hujan. Dalam keadaan murni, sangat bersih namun keadaan

Lebih terperinci

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Beberapa waktu lalu sudah dibahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan

Lebih terperinci

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH RENNY AIDATUL AZFAH Dosen Pembimbing: Ir. EDDY S. SOEDJONO, Dipl.SE, M,Sc, Ph.D 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

aptudika.web.ugm.ac.id

aptudika.web.ugm.ac.id aptudika.web.ugm.ac.id 41. Siklus hidrologi berperan serta dalam merubah bentuk permukaan bumi melalui proses: A. presipitasi dan evaporasi B. evaporasi dan transpirasi C. transpirasi dan infiltrasi D.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM IV.1. Umum Air baku adalah air yang memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Air Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1 KESIMPULAN 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian. - Kedalaman airtanah pada daerah penelitian berkisar antara 0-7 m dari permukaan. - Elevasi muka airtanah pada daerah

Lebih terperinci

BAB 4 Analisa dan Bahasan

BAB 4 Analisa dan Bahasan BAB 4 Analisa dan Bahasan 4.1. Penentuan Komposisi untuk Kolom Dari data yang telah didapatkan setelah melakukan percobaan seperti pada 3.5 maka selanjutnya di analisa untuk mendapatkan komposisi yang

Lebih terperinci

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk Standar Nasional Indonesia SNI 8061:2015 Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk tugas akhir ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder. 4.1.1 Data Primer Data primer adalah

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut Yohanna Lilis Handayani, Lita Darmayanti, Frengki Ashari A Program Studi Teknik Sipil S1, Fakultas Teknik Universitas Riau

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

ION EXCHANGE DASAR TEORI

ION EXCHANGE DASAR TEORI ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar 68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16.

DAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv SARI...vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiv BAB I. PENDAHULUAN...1 I.1. Latar belakang...1

Lebih terperinci

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II WELL LOG 1. Maksud dan Tujuan Maksud : agar praktikan mengetahui konsep dasar mengenai rekaman sumur pemboran Tujuan : agar praktikan mampu menginterpretasi geologi bawah permukaaan dengan metode rekaman

Lebih terperinci

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH

ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH ZONASI POTENSI AIRTANAH KOTA SURAKARTA, JAWA TENGAH Thomas Triadi Putranto 1* Dian Agus Widiarso 1 Muhammad Irfa Udin 1 1 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Jalan Prof.

Lebih terperinci

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya) Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA IV.1 TINJAUAN UMUM Manifestasi panas bumi adalah keluaran fluida panas bumi dari reservoar ke permukaan melalui rekahan atau melalui suatu unit batuan yang

Lebih terperinci

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum BAB V KIMIA AIR 5.1 Tinjauan Umum Analisa kimia air dapat dilakukan untuk mengetahui beberapa parameter baik untuk eksplorasi ataupun pengembangan di lapangan panas bumi. Parameter-parameter tersebut adalah:

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iii. UCAPAN TERIMAKASIH...iv. KATA PENGANTAR...vi. SARI...

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. HALAMAN PERSEMBAHAN...iii. UCAPAN TERIMAKASIH...iv. KATA PENGANTAR...vi. SARI... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERSEMBAHAN...iii UCAPAN TERIMAKASIH...iv KATA PENGANTAR...vi SARI...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR TABEL...xv BAB

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi Metode geologi yang dipergunakan adalah analisa peta geologi regional dan detail. Peta geologi regional menunjukkan tatanan geologi regional daerah tersebut, sedangkan

Lebih terperinci

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 BAB VI Air Tanah Air Tanah merupakan jumlah air yang memiliki kontribusi besar dalam penyelenggaraan kehidupan dan usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul, jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian geokimia airtanah merupakan salah satu penelitian yang penting untuk dilakukan, karena dari penelitian ini dapat diketahui kualitas airtanah.

Lebih terperinci

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda Ahli Hidrogeologi Muda Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda Sub Kompetensi 1. Mampu melakukan inventarisasi dan penyusunan data base air tanah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan kondisi geologi regional termasuk dalam Dataran Alluvial Jawa Bagian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Ion Exchange. Shinta Rosalia Dewi

Ion Exchange. Shinta Rosalia Dewi Ion Exchange Shinta Rosalia Dewi RESIN PARTICLE AND BEADS Pertukaran ion Adsorpsi, dan pertukaran ion adalah proses sorpsi, dimana komponen tertentu dari fase cairan, yang disebut zat terlarut, ditransfer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA) Dalam perencanaan dan perancangan istalasi penjernihan air (IPA) harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku guna mendapatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SUMUR BOR DI DAERAH RAWAN KERING DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan uraian tentang beberapa cara pengukuran data unsur aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi. Air digunakan hampir di setiap aktivitas makhluk hidup. Bagi manusia, air

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan Percobaan proses demineralisasi untuk menghilangkan ionion positif dan negatif air PDAM laboratorium TPA menggunakan tangki penukar ion dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air merupakan komponen utama makhluk hidup dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Dublin,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Air sebagai salah satu kebutuhan dasar semua mahluk hidup di dunia sama pentingnya dengan udara yang diperlukan untuk bernafas sangat erat dan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Perhitungan dan analisa sistem refrigerasi kompresi uap diambil pada menit terakhir yaitu menit ke-360 atau jam ke-6. Diambil pada menit terakhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. kondisi equilibrium adalah metode praktis untuk analisis dan hitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. kondisi equilibrium adalah metode praktis untuk analisis dan hitungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar-dasar Hodrolika Sumuran Dalam tinjauan praktis dan perhitungan hidrolika sumuran ini dibedakan menjadi dua hal yaitu: 1. kondisi equilibrium adalah metode praktis untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI 4. 1 Pengambilan dan Pengolahan Data Pengukuran laju infiltrasi di daerah penelitian menggunakan alat berupa infiltrometer single ring. Hasil pengujian

Lebih terperinci

SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR

SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR SUMBER AIR SESUATU YANG DAPAT MENGHASILKAN AIR (AIR HUJAN, AIR TANAH & AIR PERMUKAAN) SIKLUS AIR PEGUNUNGAN udara bersih, bebas polusi air hujan mengandung CO 2, O 2, N 2, debu & partikel dr atmosfer AIR

Lebih terperinci

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra LOGO I Made Indra Maha Putra 3308100041 Pembimbing : Alfan Purnomo, S.T.,M.T. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur Sidang Lisan Tugas Akhir

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sungai Menurut Maryono (2007) disebutkan bahwa sungai memiliki aliran yang kompleks untuk diprediksi, tetapi dengan pengamatan dan penelitian jangka waktu yang panjang, sungai

Lebih terperinci

07. Bentangalam Fluvial

07. Bentangalam Fluvial TKG 123 Geomorfologi untuk Teknik Geologi 07. Bentangalam Fluvial Salahuddin Husein Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2010 Pendahuluan Diantara planet-planet sekitarnya, Bumi

Lebih terperinci

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

Available online  Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Jurnal Einstein 2 (3) (2014): 33-40 Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sungai

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF 22 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Saringan kasar (Horizontal Roughing Filter - HRF) merupakan pengolahan pendahuluan untuk menurunkan kekeruhan atau memisahkan padatan dalam jumlah besar serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demineralisasi Proses demineralisasi adalah suatu proses penghilangan garam-garam mineral yang ada didalam air seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), sehingga air yang dihasilkan

Lebih terperinci

I. PENGUKURAN INFILTRASI

I. PENGUKURAN INFILTRASI I. PENGUKURAN INFILTRASI A. Proses Infiltrasi Presipitasi (hujan) yang jatuh dipermukaan tanah sebagian atau semuanya akan mengisi pori-pori tanah. Pergerakan air ke arah bawah ini disebabkan oleh gaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

WATER TREATMENT (Continued) Ramadoni Syahputra

WATER TREATMENT (Continued) Ramadoni Syahputra WATER TREATMENT (Continued) Ramadoni Syahputra Air adalah salah satu bahan pokok (komoditas) yang paling melimpah di alam tetapi juga salah satu yang paling sering disalahgunakan 2.3 JENIS-JENIS IMPURITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan utama setiap makhluk hidup, terutama air tanah. Kebutuhan manusia yang besar terhadap air tanah mendorong penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sungai Sungai adalah suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan dan senantiasa tersentuh air serta terbentuk secara alamiah (Sosrodarsono,

Lebih terperinci

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan klasifikasi Mendel (1980) sistem hidrogeologi daerah penelitian adalah sistem akifer volkanik. Pada sistem akifer volkanik ini batuan segar yang mempunyai

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman. No.190, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Cekungan. Air Tanah. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung dengan air demi mempertahankan hidupnya. Air yang

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 MATERI I KALIBRASI SEKAT UKUR

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

5- PEKERJAAN DEWATERING

5- PEKERJAAN DEWATERING 5- PEKERJAAN DEWATERING Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan

Lebih terperinci