BAB I PENDAHULUAN. maupun rohani (Tarigan, 1984:118). Artinya, karya fiksi semisal novel, satu di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. maupun rohani (Tarigan, 1984:118). Artinya, karya fiksi semisal novel, satu di"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai sebuah rangkaian cerita, karya sastra termasuk kategori fiksi. Fiksi menceritakan atau melukiskan kehidupan, baik fisik maupun psikis, jasmani maupun rohani (Tarigan, 1984:118). Artinya, karya fiksi semisal novel, satu di antara banyak faktor terciptanya ialah karena ada manifestasi pengalaman kemanusiaan di dalamnya. Karya seni sebagai manifestasi pengalaman estetis sekaligus juga merupakan manifestasi pengalaman kemanusiaan (Pu jiharto, 2012:19). Manifestasi pengalaman kemanusiaan tersebut dibangun oleh unsurunsur yang ada dalam karya sastra. Semakin komplet unsurnya, maka semakin banyak ditemukan hubungan antar-unsur yang menjadikan sebuah karya sastra bisa dinikmati oleh pembaca. Novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa rumit yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail (Stanton, 2012:90). Semuanya itu menjadi unsur-unsur pembangun novel yang dalam teori sastra dirincikan menjadi fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra. Fakta cerita terdiri dari alur, karakter, dan latar. Sarana sastra terdiri dari judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, serta ironi. Unsur-unsur tersebut juga dipengaruhi oleh adanya pengarang sebagai pencipta suatu karya. Pengarang sebagai pencipta suatu karya sastra merupakan

2 2 bagian dari masyarakat sehingga tidak dimungkinkan seorang sastrawan dapat melepaskan diri begitu saja dari perubahan suatu masyarakat (Faruk, 1988:20). Perubahan-perubahan tersebut yang juga sangat berpengaruh dalam dunia-dunia yang dimunculkan pengarang lewat karyanya. Dunia dalam novel sangat memadai, bahkan saat digunakan untuk menampung berbagai jenis pengalaman (Stanton, 2012:98). Pengalaman-pengalaman memengaruhi pergerakan setiap unsur menjadi kesatuan cerita utuh sehingga menarik atau tidaknya pengalaman yang dituliskan pengarang dalam karyanya akan berdampak pada bertahannya suatu karya. Alur, karakter, dan latar dirangkum sebagai fakta-fakta cerita, sementara itu juga ada sarana-sarana sastra seperti judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi sehingga membentuk kesatuan cerita. Fakta-fakta cerita serta sarana-sarana sastra tersebut akan membantu menunjukkan tema dari suatu karya. Semua unsur tersebut menjadi sebuah kesatuan mucul dalam karya Mardhiyan Novita M.Z berjudul Mahar Cinta Gandoriah (2013). Mardhiyan Novita M.Z mengungkapkan rumitnya kisah Sahara menuju pernikahan sebab keluarga Uda Dinul meminta uang jemputan dengan harga puluhan juta rupiah. Uang jemputan ini tidak di semua daerah Minangkabau yang menerapkannya, tetapi hanya di Pariaman. Bajapuik atau japuiktan dipandang sebagai kewajiban pihak keluarga perempuan memberi sejumlah barang atau uang kepada laki-laki (calon suami) sebelum akad nikah dilakukan (Azwar, 2001:51). Sebagai sebuah tradisi unik di Pariaman, sebagian besar masyarakat masih menerapkannya meskipun harus berhutang. Tradisi memperlihatkan bagaimana

3 3 anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib atau keagamaan (Esten, 1993:11). Novel Mahar Cinta Gandoriah diterbitkan tahun Pengarangnya ialah perempuan yang lahir di Pariaman. Dalam novel tersebut, tokoh utama Sahara dimunculkan sebagai gambaran perempuan asli Pariaman yang berpendidikan dan sukses di Jawa, kemudian dihadapkan dengan perjodohan yang berbelit dari sang paman yang disebut mamak. Sahara menuruti kehendak sang mamak untuk berkenalan dengan Uda Dinul, seorang arsitek. Sahara tetap kukuh pendirian bahwa dalam proses pernikahannya tidak akan menerapkan tradisi uang jemputan. Hal tersebutlah yang membuat mamaknya geram dan mengutuki Sahara sebagai gadis Minang yang tidak tahu adat dan percuma telah memiliki dua gelar sebagai lulusan mahasiswa Ilmu Budaya. Namun, sebelum dikenalkan dengan Uda Dinul, Sahara sudah terlibat dalam cinta masa lalunya bersama Tanjung, seorang pemuda Pariaman yang tidak tegas dalam menyikapi perasaannya pada Sahara sehingga tidak tampak apakah Tanjung pro atau kontra terhadap tradisi uang jemputan karena mereka tidak sampai pada tahap pernikahan. Tidak dilihat dari pertentangan yang dimunculkan Sahara saja mengenai uang jemputan, tokoh Uda Dinul sebagai perantau yang jauh lebih sukses dihadirkan sebagai pihak yang pro terhadap adanya uang jemputan. Hal ini dibuktikan dari tidak ada tindakan protes oleh Uda Dinul saat keluarganya menetapkan total rupiah uang jemputan dan uang hilang yang harus dibayar oleh pihak keluarga Sahara. Tentu dari kedua tokoh yang sama-sama

4 4 perantau sukses, tetapi memiliki dua pandangan yang berbeda mengenai masih diterapkannya uang jemputan atau tidak dalam perencanaan pernikahan keduanya. Hal itu menjadi konflik dalam sebuah karya sastra hingga akhir cerita Sahara justru menerima lamaran Fauzi, seorang pemuda Betawi yang menempuh tahap pernikahannya dengan Sahara secara sederhana, tidak berbelit, dan diambil berdasarkan sikap tegas Fauzi. Berdasarkan uraian di atas, novel Mahar Cinta Gandoriah layak diteliti untuk mengetahui kesatuan cerita dalam novel Mahar Cinta Gandoriah. Ada empat alasan utama yang akan mengarahkan penelitian ini. Pertama, di banding karya pengarang yang lainnya, alur, karakter, dan latar dalam novel Mahar Cinta Gandoriah lebih menarik karena ada unsur tradisi lokal Pariaman. Kedua, judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, serta ironi dalam novel Mahar Cinta Gandoriah juga menarik dan semua unsur tersebut ada di dalamnya. Ketiga, temanya berkaitan dengan nilai-nilai lokal adat pernikahan daerah Pariaman. Keempat, hubungan antarunsur tampak membentuk kesatuan novel Mahar Cinta Gandoriah. Selain keempat alasan tersebut, penelitian ini menarik sekaligus berbeda dengan penelitian sastra lainnya karena peneliti akan mengkaji, menganalisis, sekaligus mengkritisi karyanya sendiri, tetapi tetap akan ada pemisahan posisi antara peneliti dengan pengarang. Sebelumnya, hal serupa juga pernah dilakukan oleh pengarang-pengarang lain, seperti beberapa pengarang yang menganalisis karya-karya mereka sebagai bentuk pertanggungjawaban dari apa yang telah

5 5 diciptakannya. Misalnya, A.A Navis yang mengulas tentang proses penciptaan novel Kemarau. Cerita novel itu terpengaruh oleh iklim pada masa itu. Musim kemarau sangatlah panjang (A.A Navis, 1983:67). Selain A.A Navis, juga ada pengarang lain seperti Subagio Sastrowardoyo yang menjelaskan caranya menciptakan karya berjudul Simphoni (1983). Akan tetapi, analisis berupa peneliti yang meneliti karyanya sendiri sebagai skripsi, belum pernah dilakukan, khususnya oleh mahasiswa S1 Sastra Indonesia FIB UGM. Oleh karena itu, peneliti juga tertarik menganalisis karya sendiri sebagai bentuk pertanggungjawaban hasil karya secara ilmiah. Penelitian ini terfokus kepada struktur yang membangun novel agar terhindar dari penilaian subjektif peneliti yang juga seorang pengarang. Berdasarkan uraian tersebut, novel Mahar Cinta Gandoriah perlu diteliti menggunakan teori analisis struktur Robert Stanton sehingga unsur-unsur dalam novel bisa diketahui pergerakannya dalam membentuk kesatuan cerita. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana fakta-fakta cerita dalam novel Mahar Cinta Gandoriah? 2. Seperti apakah sarana-sarana sastra dalam novel Mahar Cinta Gandoriah? 3. Apakah tema novel Mahar Cinta Gandoriah?

6 6 4. Bagaimana kesatuan organis dan kesatuan dunia dalam novel Mahar Cinta Gandoriah? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan praktis dan tujuan teoretis. Tujuan praktisnya ada dua. Pertama, membantu peneliti melakukan analisis terhadap hasil karyanya sendiri sehingga menjadi pembelajaran untuk menulis karya-karya berikutnya. Kedua, membantu pembaca untuk mengetahui ada hubungan pokok dalam pergerakan konflik cerita yaitu adanya fakta-fakta cerita, sarana-sarana sastra, serta tema sehingga dapat ditemukan kesatuan dalam novel Mahar Cinta Gandoriah. Selain tujuan praktis, berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menunjukkan fakta-fakta cerita dalam novel Mahar Cinta Gandoriah. 2. Mengungkap sarana-sarana sastra dalam novel Mahar Cinta Gandoriah. 3. Menemukan tema novel Mahar Cinta Gandoriah. 4. Menganalisis kesatuan dalam novel Mahar Cinta Gandoriah. 1.4 Tinjauan Pustaka Sebelum Mahar Cinta Gandoriah dipublikasikan, novel pertama Mardhiyan Novita M.Z berjudul Penyair Merah Putih terlebih dulu telah dijadikan objek skripsi oleh Miki Yuliandri (2012), mahasiswa Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Padang dengan judul Refleksi Kekerasan dalam Penyair Merah Putih karya Mardhiyan Novita M.Z. Dalam skripsinya, Miki menemukan sekaligus menganalisis bentuk kekerasan yang dimunculkan pengarang dalam

7 7 novel Penyair Merah Putih. Masih dengan novel pertama, Penyair Merah Putih juga pernah dipresentasikan kepada Dewan Bahasa Malaysia dalam acara Kembara Sastra Mardhiyan Novita M.Z dengan Prof.Dr.Siti Zainon Ismail pada tahun Novel Penyair Merah Putih juga menjadi objek penelitian dalam sebuah lomba Karya Tulis Ilmiah siswa SMA sederajat tingkat provinsi Sumatera Barat yang ditulis oleh Aziati Ridha Khairi (2012) dengan judul Penokohan dalam Novel Penyair Merah Putih karya Mardhiyan Novita M.Z dan mendapat peringkat pertama dalam kategori humaniora. Lain dengan nasib Penyair Merah Putih, penelitian terhadap novel Mahar Cinta Gandoriah sudah ditulis oleh Eka Damayanti, mahasiswa Sastra Indonesia UGM dengan judul Novel Mahar Cinta Gandoriah Karya Mardhiyan Novita M.Z: Analisis Sosiologi Sastra Ian Watt (2014). Hasilnya, Eka Damayanti mengungkap dan menjabarkan konteks sosial pengarang, cerminan masyarakat Pariaman, dan fungsi sosial yang terdapat dalam novel Mahar Cinta Gandoriah. Namun, novel Mahar Cinta Gandoriah belum pernah dianalisis dengan teori Robert Stanton. Selain telah dijadikan objek skripsi, tahun 2015 ini novel Mahar Cinta Gandoriah sedang digarap menjadi sebuah film oleh produksi film Santano Art. Sebagai pendukung, di sampul belakang novel dilengkapi dengan empat testimoni. Novel ini mengajak kita berpikir sejenak: haruskah setiap tradisi diikuti atas nama kepatuhan adat? Ada begitu banyak tradisi yang tak lagi sesuai perkembangan zaman. Adat dan budaya harus tetap dilestarikan dengan hati sukarela para penerusnya. Kearifan zaman semestinya menjadi benang merah

8 8 untuk menjaga marwah keelokan tradisi ( Ari Kinoysan Wulandari; penulis dan Founder owner kampus online Griya Kinoysan University). Sejak menjadi siswa Sanggar Sastra Rumah Puisi Taufiq Ismail -dan saya merupakan salah seorang intrukturnya- bakat menulis Mardhiyan Novita M.Z saya cermati seringkali di luar dugaan. Dia punya kemampuan menulis yang baik dari teman-temannya yang lain. Dia bukan sekadar menulis, tetapi juga berdakwah lewat tulisan-tulisannya. Dakwah dengan caranya itu juga dapat Anda selami di setiap bab novel ini ( Muhammad Subhan; penulis dan pegiat Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia). Syarat sebuah novel adalah adanya konflik. Pengarang mampu membangun konflik yang kuat bahkan mendobrak kebiasaan lama atau tradisi klasik yang ada di daerah asal tokoh dengan bahasa yang sederhana. Tokoh utama, Sahara, mampu melalui tekanan dan hambatan untuk bisa kemudian berusaha membuktikan bahwa kebiasaan atau tradisi lama itu ternyata bisa diubah bahkan lebih baik dan sempurna. Satu lagi yang memperkuat novel ini adalah setting dan tradisi budayanya (Muhammad Syukron; Ketua KMM, Mesir). Novel ini mengungkap adat-istiadat lamaran yang oleh sebagian orang sekarang mulai dipertentangkan. Selain itu, novel ini memuat keteladanan yang bisa dijadikan contoh bagi pergaulan anak-anak muda zaman sekarang; kegigihan berusaha, keteguhan dalam prinsip, kebaikan akhlak dan perilaku. Buat Mardhiyan Novita M.Z, teruslah berkarya dan berdakwah lewat pena. Life will be more rewarding if you do (Mahyouhandrie Kamil; Penikmat sastra di tengah belantara Queensland, Australia). Mahar Cinta Gandoriah akan diteliti dengan teori struktur Robert Stanton. Sebelumnya, teori tersebut sudah digunakan oleh mahasiswa dengan menggunakan objek lain, seperti yang ditulis oleh Yogi Sutopo (2012) dalam skripsinya yang berjudul Dunia-Dunia dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi: Analisis Struktur Robert Stanton. Dalam skripsinya tersebut, Yogi Sutopo mengulas tentang fakta cerita, tema, sarana sastra, serta hubungan antarunsur dan dunia dalam novel Ranah 3 Warna.

9 9 Teori yang sama juga digunakan Mohammad Arif Amrullah dalam skripsinya yang berjudul Novel Lelaki Terindah Karya Andrei Aksana: Kajian Alur menurut Teori Robert Stanton (2013). Arif menilai bahwa alur yang digunakan Anderi Aksana dalam karyanya tersebut menarik yaitu dengan penceritaan dan penggabungan peristiwa masa lampau dan masa kini seorang homoseksual. Selain itu, Mohammad Sholahuddin menganalisis Kesatuan dalam Cerpen Dodolitdodolitdodolibret Karya Seno Gumira Ajidarma: Analisis Strukturan Robert Stanton (2014). Sholahuddin menganalisis kesatuan yang terdapat dalam sebuah cerpen tentang Guru Kiplik yang percaya bahwa doa akan dikabulkan apabila diucapkan dengan pelafalan yang benar. Berdasarkan studi pustaka di atas, novel Mahar Cinta Gandoriah belum pernah diteliti menggunakan teori struktur Robert Stanton. 1.5 Landasan Teori Struktur cerita terdiri dari fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan struktur faktual atau tingkatan faktual cerita (Stanton, 2012:22). Fakta-fakta cerita tersebut terdiri dari alur, karakter, dan latar. Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja (Stanton, 2012:26). Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu karakter utama yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita

10 10 (Stanton, 2012:33). Sementara itu, latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwaperistiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2012:35). Selain alur, karakter, dan latar, penelitian ini juga tidak terlepas dari analisis tema, yaitu aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat (Stanton, 2012:36). Tema dapat diibaratkan maksud dalam sebuah gurauan, tetapi tetap mengalami kesulitan ketika diminta untuk menjelaskannya (Stanton, 2012:39). Selanjutnya, penelitian ini juga menganalisis hal-hal yang menjadi sarana sastra dalam terciptanya novel Mahar Cinta Gandoriah. Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang) memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna (Stanton, 2012:46). Beberapa sarana dapat ditemukan dalam setiap cerita seperti judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, serta ironi. Judul dan tema berbeda. Sebuah judul juga kerap memiliki beberapa tingkatan makna (Stanton, 2012:52). Mengenai sudut pandang, dari sisi tujuan, sudut pandang terbagi menjadi empat tipe utama, yaitu orang pertama-utama, orang pertama-sampingan, orang ketiga-terbatas, dan orang ketiga-tidak terbatas (Stanton, 2012:53 54). Selain judul dan sudut pandang, sarana sastra berikutnya ialah gaya dan tone. Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa (Stanton, 2012:61), sedangkan tone ialah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Tone bisa

11 11 menampak dalam berbagai wujud, baik ringan, romantis, ironis, misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan (Stanton, 2012:63). Sarana sastra berikutnya ialah simbolisme. Dalam fiksi, simbolisme dapat memunculkan tiga efek yang masing-masing bergantung pada bagaimana simbol bersangkutan digunakan (Stanton, 2012:64). Tiga efek itu ialah; sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut, satu simbol yang ditampilkan berulang-ulang mengingatkan akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita, dan sebuah simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan membantu untuk menemukan tema (Stanton, 2012:64 65). Terakhir, ironi, yaitu dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Bila dimanfaatkan dengan benar, ironi dapat memperkaya cerita seperti menjadikannya menarik, menghadirkan efek-efek tertentu, humor atau pathos, memperdalam karakter, merekatkan struktur alur, menggambarkan sikap pengarang, dan menguatkan tema (Stanton, 2012:71). Setelah diketahui fakta cerita, tema, dan sarana sastra, maka semua unsur tersebut akan dianalisi untuk mengungkap kesatuan dalam novel Mahar Cinta Gandoriah. Fokusnya lagi, kesatuan cerita melekat sebagai pembangun cerita. Pengarang meleburkan fakta dan tema dengan bantuan sarana-sarana sastra seperti konflik, sudut pandang, simbolisme, ironi, dan sebagainya (Stanton, 2012:9). Hasilnya, akan tampak bagaimana suatu karya fiksi dihadirkan juga

12 12 sebagai hasil dari perenungan pengarang terhadap dunianya sehingga terbentuklah suatu pengalaman kemanusiaan sebagaimana yang dijelaskan bahwa arti dari sebuah pengalaman tergambar lewat fakta-fakta yang terjadi selayaknya warna yang menempel pada sebuah benda yang dicerap secara bersamaan, bukan terpisah-pisah satu sama lain ( Stanton, 2012:9). Lewat penelitian ini akan diketahui alasan unsur-unsur pembangun cerita yang digunakan sehingga berhasil membentuk kesatuan, yaitu yang terangkum dalam fakta cerita, tema, dan sarana sastra. 1.6 Metode Penelitian Pengamatan studi pustaka dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati hubungan antar-unsur berupa fakta cerita, tema, dan sarana sastra untuk menemukan kesatuan dalam novel Mahar Cinta Gandoriah karya Mardhiyan Novita M.Z. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 1995:3). Dalam penelitian ini, peneliti menempuh lima tahap cara penelitian sebagai berikut. 1. Menentukan sumber data yang akan dijadikan objek penelitian, yaitu novel Mahar Cinta Gandoriah karya Mardhiyan Novita M.Z. 2. Merumuskan permasalahan yang akan menentukan arah penelitian.

13 13 3. Melakukan studi pustaka dengan mencari sumber-sumber bahan dan data yang menunjang objek penelitian. Dalam penelitian ini, studi pustaka yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan studi. 4. Menganalisis novel Mahar Cinta Gandoriah berdasarkan struktur teori fiksi Robert Stanton. Pertama, peneliti akan menentukan fakta cerita dalam novel Mahar Cinta Gandoriah sehingga mengarahkan pengarang untuk mengetahui pergerakan alur, karakter, dan latar cerita. Kedua, peneliti juga akan menganalisis sarana-sarana sastra dalam novel Mahar Cinta Gandoriah sehingga menemukan kekuatan alasan pengarang dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, serta ironi dalam novel Mahar Cinta Gandoriah. Ketiga, peneliti menentukan tema cerita. Setelah menganalisis tiga hal itu, maka peneliti akan menemukan hubungan antarunsur sebagai kesatuan cerita. 5. Menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Laporan hasil penelitian ini terdiri atas enam bab. Adapun pembagian masing-masing bab tersebut sebagai berikut. Bab pertama memuat pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian.

14 14 Bab kedua penelitian ini berisi analisis fakta-fakta cerita dalam novel Mahar Cinta Gandoriah, maksudnya ialah analisis peneliti terhadap alur, karakter, dan latar cerita. Bab ketiga berisi analisis sarana-sarana sastra dalam novel Mahar Cinta Gandoriah, yaitu berupa analisis peneliti terhadap judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, serta ironi dalam novel. Bab keempat berisi analisis tema novel Mahar Cinta Gandoriah, baik tema mayor ataupun tema minor. Bab kelima memuat kesatuan cerita dalam novel Mahar Cinta Gandoriah, yaitu peneliti menganalisis hubungan antar-unsur yang membentuk kesatuan cerita tersebut. Bab keenam adalah kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian terhadap novel Mahar Cinta Gandoriah.

BAB VI KESIMPULAN. Karya sastra seperti novel memiliki unsur-unsur yang membentuk

BAB VI KESIMPULAN. Karya sastra seperti novel memiliki unsur-unsur yang membentuk 116 BAB VI KESIMPULAN Karya sastra seperti novel memiliki unsur-unsur yang membentuk kesatuan antara satu unsur dengan unsur yang lain sehingga mewujudkan sebuah dunia di dalamnya. Novel Mahar Cinta Gandoriah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan manifestasi kehidupan, baik kehidupan personal

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan manifestasi kehidupan, baik kehidupan personal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan manifestasi kehidupan, baik kehidupan personal ataupun kehidupan sosial. Dalam proses penulisan karya sastra, pengarang telah melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Manusia adalah makhluk dengan daya kreativitas dan daya imajinasi yang

BAB I PENGANTAR. Manusia adalah makhluk dengan daya kreativitas dan daya imajinasi yang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk dengan daya kreativitas dan daya imajinasi yang tinggi. Manusia diberi kemampuan untuk mencipta apa yang mereka butuhkan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis menggunakan pendekatan struturalisme yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai cerpen Dodolitdodolitdodolibret karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata krama yaitu jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah,

BAB I PENDAHULUAN. tata krama yaitu jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar, dalam aturan adat istiadat, tata cara perkawinan dapat dibagi atas dua bagian, yakni: perkawinan menurut syarak (agama) dan perkawinan menurut adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). Suatu karya sastra menampilkan pelbagai permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan material adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71).

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan. dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman, 1990: 71). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak definisi yang menjelaskan tentang pengertian sebuah sastra. Sastra bukanlah sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama dengan alasan tertentu diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra berusaha mengkongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep dan sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu daerah dalam karya sastra. Warna lokal yang dibangun dengan istilah atau ungkapan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini telah berkembang searah dengan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Perkembangan ini tentunya mempengaruhi berbagai disiplin ilmu yang telah ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara

BAB I PENDAHULUAN. mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra menurut Junus (1986: 11) dianggap sebagai dokumen yang mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara langsung sosio-budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam batin seseorang (Damono, 2002: 1). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah seni yang banyak memanfaatkan simbol atau tanda untuk mengungkapkan dunia bawah sadar agar kelihatan nyata dan lebih jelas, pengarang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya sastra berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini memberikan penilaian berupa baik atau buruknya fabel Kompas melalui hubungan antarstruktur dan kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia dan segala macam kehidupannya. Di samping berfungsi sebagai media untuk menampung teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep, dan sebagainya, dengan katakata

BAB I PENDAHULUAN. mengongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep, dan sebagainya, dengan katakata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah karya imajinatif bermedium bahasa baik tulis maupun lisan yang memiliki unsur estetik yang dominan. Karya sastra berusaha mengongkretkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK 3. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah imitasi (Luxemburg, 1984: 1). Sastra, tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidaklah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial karena manusia tidak akan bisa hidup sendiri. Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan pun merupakan salah satu unsur intrinsik penting yang membangun jalannya cerita.

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK) KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah hasil ciptaan manusia yang mengandung nilai keindahan yang estetik. Sebuah karya sastra menjadi cermin kehidupan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna atau pesan yang terkandung di dalamnya. Tema dan ide cerita dalam novel juga sangat beragam, misalnya, yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna atau pesan yang terkandung di dalamnya. Tema dan ide cerita dalam novel juga sangat beragam, misalnya, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel merupakan salah satu karya sastra yang tidak asing bagi pembaca. Novel hadir sebagai alat untuk merepresentasikan kehidupan manusia. Pengalaman kemanusiaan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMA SMA Negeri 1 Wonogiri Mata Pelajaran/Tema : Bahasa Indonesia/ Kelas/Semester Waktu : XI / Ganjil : 1 x Pertemuan (2 x 45 menit) Hari : Kamis, 23 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kehidupan di dalam masyarakat. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kehidupan di dalam masyarakat. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra dapat digunakan untuk menyampaikan ide dan menggambarkan suatu kehidupan di dalam masyarakat. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Hal itu, terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi, cerpen, dan drama. Semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut panjang dan pendeknya, karya sastra dapat dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut panjang dan pendeknya, karya sastra dapat dibagi menjadi dua, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai salah satu wujud kebudayaan, merupakan hasil kreativitas pengarang yang diperuntukan bagi peminat sastra (Damono, 1984:1). Karya satra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan nyata maupun di luar alam nyata. Sastra merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan nyata maupun di luar alam nyata. Sastra merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra dan kehidupan tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana dalam perkembangannya sastra selalu menghadirkan hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Peristiwa yang digambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan sebagai karya kreatif, sastra mampu melahirkan suatu kreasi yang indah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil karya imajinasi, dan seni kreatif manusia. Sehingga karya sastra mampu menimbulkan imajinasi tertentu pada benak penikmatnya. Sedangkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari- I. PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian dari penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bidang sastra tidak terlepas dengan kajian-kajian serta peroses terbentuknya suatu karya sastra. Karya sastra yang dikaji biasanya berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang. Karya sastra dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu prosa (cerpen,

BAB I PENDAHULUAN. pengarang. Karya sastra dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu prosa (cerpen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan struktur yang otonom. Karya sastra berusaha menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan pengarang. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu ungkapan diri pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam,

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Untuk menemukan struktur dan aspek sosiologi sastra novel Galaksi Kinanthi karya Tasaro GK, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu zaman. Artinya, melalui karya sastra, kita dapat mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Kukuh Iman Ujianto Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara ke dalam film Pintu Terlarang disutradarai oleh Sheila Thimoty belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang

BAB I PENDAHULUAN. tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel adalah jenis sastra imajinatif yang berupa fiksi. Novel memiliki cerita berbentuk prosa dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumardja dan Saini (1988: 3) menjabarkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pujangga besar Yunani, Horatius dalam bukunya Ars Poetica (dalam A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pujangga besar Yunani, Horatius dalam bukunya Ars Poetica (dalam A. digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pujangga besar Yunani, Horatius dalam bukunya Ars Poetica (dalam A. Teeuw, 1988:183) menyatakan bahwa tujuan penyair menulis sajak adalah memberi nikmat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari pengekspresian endapan pengalaman yang telah ada dalam jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA Oleh Fatmawati Nurul Ayu R Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya satra merupakan sebuah karya seni yang diciptakan seorang sastrawan yang mengandung unsur keindahan untuk dinikmati masyarakat, bukan hanya sekedar dibaca akan

Lebih terperinci