BAB I PENDAHULUAN. pengarang. Karya sastra dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu prosa (cerpen,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pengarang. Karya sastra dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu prosa (cerpen,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan struktur yang otonom. Karya sastra berusaha menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan pengarang. Karya sastra dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu prosa (cerpen, novelet, novela, novel), puisi, dan drama. Dari ketiga jenis karya sastra tersebut, novel merupakan karya sastra yang memiliki peluang yang cukup untuk mengeksplorasi karakter tokohnya dalam rentang waktu yang cukup panjang dan kronologi cerita yang bervariasi. Novel adalah cerita rekaan yang panjang, yang menonjolkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa secara berstruktur (Noor, 2005:26 27). Selain itu, permasalahan yang diangkat menjadi tema-tema novel pada umumnya jauh lebih kompleks dan rumit bila dibandingkan dengan jenis prosa yang lain. Terdapat dua kategori novel, yaitu novel serius dan novel populer. Keduanya berusaha menyajikan pengalaman kemanusiaan jika dilihat dari segi persamaannya. Namun demikian, ketika seorang pembaca melakukan pembacaan, terdapat kesulitan yang berbeda dalam upaya memahami keduanya. Novel serius lebih sulit dibaca daripada novel populer. Untuk memahami novel serius dengan baik, seorang pembaca biasanya membaca dua tiga kali atau lebih, sedangkan untuk memahami novel populer seorang pembaca cukup membaca satu kali saja (Pujiharto, 2012:9 10). Perbedaan tingkat kesulitan itu terjadi karena 1

2 2 karakteristik dua jenis novel tersebut berbeda. Perbedaan itu tampak pada beberapa hal berikut. Pertama, novel populer hanya sebatas menceritakan sesuatu, sedangkan novel serius menggunakan fakta-fakta cerita dan sarana-sarana sastra yang lebih rumit sehingga untuk memahami strukturnya pun harus melewati langkah-langkah analisis yang serius. Kedua, novel populer menggambarkan tokoh yang stereotip (pada umumnya), sedangkan novel serius menggambarkan tipe tokoh (Pujiharto, 2012:10). Menurut Stanton (1965:11 12), karya sastra terdiri atas unsur fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra. Fakta-fakta cerita terdiri dari tiga unsur, yaitu tokoh, plot, dan latar. Unsur-unsur ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Oleh karena itu, tokoh, plot, dan latar sering pula disebut Stanton sebagai struktur faktual sebuah cerita. Struktur faktual bukan merupakan bagian terpisah dari sebuah cerita. Struktur faktual merupakan satu jalan sederhana yang detailnya teratur dan membentuk pola yang menyampaikan tema. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia. Tema dapat menjadi faktor yag menjadikan cerita terfokus dan saling memiliki keterkaitan antara satu unsur dengan unsur yang lain. Selanjutnya, menurut Stanton (1965:23) sarana-sarana sastra merupakan cara pengarang untuk menyeleksi dan menyusun bagian-bagian cerita sehingga tercipta karya yang bermakna. Cara semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang dan memahami apa maksud fakta-fakta tersebut sehingga pengalaman pun dapat dibagi. Salah seorang penulis novel serius ialah Eka Kurniawan. Ia lahir di Tasikmalaya, Ia menyelesaikan studi dari Fakultas Filsafat, Universitas

3 3 Gadjah Mada, Yogyakarta pada tahun Karya-karyanya, antara lain, adalah kumpulan cerpen Corat-Coret di Toilet (2000), novel Cantik Itu Luka (2002), novel Lelaki Harimau (2004), kumpulan cerpen Cinta Tak Ada Mati dan Cerita- Cerita Lainnya (2005), kumpulan cerpen Gelak Sedih dan Cerita-Cerita Lainnya (2005), novel Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014), kumpulan cerpen Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi (2015), dan novel O (2016). Dalam penelitian ini, novel yang dijadikan objek material ialah novel yang berjudul Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. Novel Lelaki Harimau berkisah tentang kasus pembunuhan di sebuah desa. Sang pelaku pembunuhan, yaitu Margio, membantah dirinya membunuh tetangganya dengan menggigit urat leher tetangganya itu hingga putus. Ia mengaku bahwa harimau di dalam tubuhnyalah yang membunuh tetangganya itu. Novel Lelaki Harimau mempunyai sisi yang menarik dalam menggambarkan tokoh. Dalam menggambarkan tokohnya, pengarang menonjolkan berbagai macam konflik, terutama konflik batin yang dialami oleh tokoh utama. Konflik batin itulah yang menggerakkan tokoh bertemu dengan tokoh lain, memunculkan konflik lainnya, dan menentukan sikap tokoh-tokoh yang lain. Peran para tokoh yang digambarkan pengarang sebagai subjek yang menggerakkan peristiwa-peristiwa dalam cerita seringkali memberikan efek kejutan bagi pembaca. Dari segi latar, novel Lelaki Harimau mempunyai teknik penggambaran latar waktu, tempat, dan sosial-budaya yang jelas dan rinci. Penggambaran latar

4 4 tersebut dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman cerita sehingga didapatkan kesatuan cerita yang bermakna. Selain tokoh dan latar, novel Lelaki Harimau juga mengangkat tema yang menarik. Tema novel Lelaki Harimau mengangkat permasalahan manusia dan cara bagaimana manusia menyelesaikan masalah tersebut. Seluruh kekecewaan, kesadisan, kesedihan, kesengsaraan, dan hawa nafsu seperti dicampuradukkan menjadi satu rentetan kisah yang mengejutkan. Berbagai alasan kemenarikan unsur-unsur pembentuk novel yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa hubungan antarunsur di dalam novel Lelaki Harimau diduga sangat kuat. Hubungan antarunsur digambarkan secara rinci oleh pengarang. Hubungan antarunsur itu ialah hubungan antara tokoh dengan latar, hubungan antara tema dengan tokoh, dan hubungan antara tema dengan latar. Hubungan antarunsur itu membentuk satu kesatuan cerita yang utuh. Novel Lelaki Harimau merupakan struktur karya sastra yang otonom karena dibangun dari unsur fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra. Di antara ketiga unsur tersebut, penokohan, latar, dan tema merupakan unsur yang terlihat dominan. Dominannya unsur-unsur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, tokoh-tokoh dalam novel Lelaki Harimau merupakan subjek yang dapat menggerakkan cerita secara dinamis karena tokoh-tokoh dapat menciptakan konflik atau membuat cerita seolah-olah tampak hidup. Kedua, latar novel Lelaki Harimau memberikan efek nyata sehingga pembaca seolah-olah ikut ke dalam tempat terjadinya peristiwa. Ketiga, tema yang diangkat oleh novel Lelaki

5 5 Harimau adalah hubungan masyarakat desa yang sering terjadi perselingkuhan hingga berujung kepada suatu peristiwa pembunuhan. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan ialah teori struktur novel Robert Stanton. Adapun alasan pemilihan teori ini ialah teori tersebut dapat menjawab berbagai permasalahan dari alasan-alasan yang telah dikemukakan. Menurut Stanton (1965:11 12), karya sastra terdiri atas unsur fakta-fakta cerita, tema, dan sarana-sarana sastra. Fakta-fakta cerita terdiri dari penokohan, latar, dan alur. Ketiga unsur tersebut merupakan struktur faktual cerita karena peristiwa yang ada dapat dibayangkan oleh pembaca. Selanjutnya, unsur tema berhubungan dengan pengalaman manusia dalam kehidupan. Unsur yang terakhir adalah sarana-sarana sastra. Sarana-sarana sastra adalah cara pandang dalam menyusun bagian-bagian cerita sehingga tercipta karya sastra yang bermakna. Akan tetapi, penelitian ini terbatas pada penokohan, latar, dan tema. Tidak dianalisisnya alur karena bersamaan ditulisnya penelitian ini ada peneliti lain bernama Bagus Kurnianto, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada yang menganalisis alur novel Lelaki Harimau. Selain itu, sarana-sarana cerita karena dibatasinya topik penelitian ini. Alasan dibatasinya topik penelitian menjadikan skripsi ini hanya menganalisis unsur-unsur yang dominan. Hal ini tidak berarti bahwa saranasarana sastra untuk sementara dapat dikesampingkan begitu saja. Dengan belum dianalisisnya sarana-sarana sastra, topik penelitian ini masih memungkinkan peneliti lain untuk menelitinya.

6 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Penokohan dan latar yang terdapat dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. 2. Tema novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. 3. Hubungan antarunsur (penokohan, latar, dan tema) novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini terdiri dari tujuan teoretis dan tujuan praktis. Terdapat dua tujuan teoretis dalam penelitian ini. Pertama, untuk menerapkan teori struktur novel Robert Stanton dalam memaknai penokohan, latar, tema, dan hubungan antarunsur yang terkandung dalam novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. Kedua, tujuan analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan secermat mungkin keterkaitan dan keterjalinan beberapa unsur dan aspek karya sastra yang menghasilkan makna menyeluruh. Adapun tujuan praktis penelitian ini terdiri dari tiga hal. Pertama, untuk mengetahui penokohan, latar, tema, dan hubungan antarunsur novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan dengan teori struktur novel Robert Stanton. Kedua, untuk menambah referensi hasil penelitian terhadap novel Lelaki Harimau dengan menggunakan teori struktur novel. Ketiga, penelitian ini diharapkan dapat

7 7 meningkatkan apresiasi pembaca dalam memahami karya sastra, khususnya novel serius. 1.4 Tinjauan Pustaka Fungsi tinjauan pustaka adalah untuk memberikan pengetahuan tambahan terhadap penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang pernah dilalukan, baik itu dalam bentuk buku, skripsi, tesis, disertasi, makalah, resensi, maupun opini. Penelitian terhadap novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan, khususnya dengan menggunakan teori struktur novel Robert Stanton dengan memfokuskan analisis penokohan, latar, dan tema belum pernah dilakukan. Penelitian ini menggunakan teori struktur novel Robert Stanton dan peneliti menemukan sejumlah penelitian dengan data yang berbeda yang menggunakan teori struktur novel Robert Stanton. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Pada tahun 2006, Intan Permatasari, mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada menulis skripsi dengan judul Novel Toenggoel Karya Eer Asura: Analisis Tema dan Fakta-Fakta Cerita. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengungkapkan unsur-unsur pembangun cerita dalam novel Toenggoel. Pada tahun 2007, Yudhistira Adi Prasetya, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada menulis skripsi dengan menganalisis struktur novel yang berjudul Novel Biola Tak Berdawai Karya Seno Gumira Ajidarma. Penelitian tersebut menitikberatkan unsur-unsur

8 8 intrinsik dan fungsinya serta kesatuan unsur-unsur dalam membentuk suatu kesatuan organik yang bulat dan utuh. Pada tahun 2008, Anwari Eka Putra, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada menulis skripsi dengan judul Analisis Fakta Cerita dan Tema Cerpen Filosofi Kopi Karya Dewi Lestari Menurut Stanton. Penelitian terhadap cerpen Filosofi Kopi karya Dewi Lestari bertujuan untuk memahami unsur alur dalam cerpen tersebut dan hubungannya dengan unsur-unsur pembangun cerita lainnya, yaitu tokoh, latar, dan tema. Pada tahun 2012, Yogi Sutopo, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, menulis skripsi berjudul Dunia-Dunia dalam Novel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi: Analisis Struktur Robert Stanton. Dalam skripsinya, Yogi Sutopo menitikberatkan pada unsur struktural dalam novel terutama penokohan. Pada tahun 2015, Disma Ajeng Rasiti, mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada menulis skripsi dengan judul Fakta-Fakta Cerita dan Tema Novel Nagabonar Jadi 2 Karya Akmal Nasery Basral: Analisis Struktur Novel Model Stantonian. Penelitian tersebut menggunakan teori struktur novel Robert Stanton untuk mengetahui unsur pembangun cerita. Penelitian terhadap unsur pembangun novel tersebut lebih terfokus pada fakta-fakta cerita dan tema. Penelitian yang menggunakan teori serupa juga telah dilakukan oleh Hikmah Aprilia Rahmawati, pada tahun 2016, mahasiswi Jurusan Sastra

9 9 Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada menulis skripsi dengan judul Fakta-Fakta Cerita dan Tema dalam Novel Kapak Karya Dewi Linggasari: Analisis Struktur Novel Model Robert Stanton. Penelitian tersebut bertujuan untuk menjawab kualitas fakta-fakta cerita yang ada dalam novel Kapak dan menjawab tema dan hubungan antarunsur yang mendasari cerita dalam novel Kapak. Adapun skripsi yang menjadikan novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan sebagai objek material dengan teori berbeda adalah skripsi yang ditulis oleh Novri Wendi Bahar, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Andalas dengan skripsi berjudul Pandangan Dunia dalam Novel Lelaki Harimau Karya Eka Kurniawan: Analisis Strukturalisme Genetik pada tahun Pada tahun 2006, Charis Rachmawati, mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret menulis skripsi berjudul Mitos dan Enkulturasi dalam Novel Lelaki Harimau Karya Eka Kurniawan: Pendekatan Antropologi Sastra. Dalam skripsinya, Charis menganalisis makna cerita kombinasi dan analisis miteme atau ceriteme dan pola penelaahan nalar manusia pada mitos ilmu harimau. Pada tahun 2016, Mega Surya Gemilang, mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga menulis skripsi berjudul Psikologis Tokoh Margio dalam Novel Lelaki Harimau Karya Eka Kurniawan. Dalam skripsinya, Mega menganalisis psikologis tokoh yang membawa bentuk

10 10 konsekuensi pada peristiwa-peristiwa ganjil yang dipaparkan dalam novel Lelaki Harimau dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas, novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan belum pernah dianalisis menggunakan teori Robert Stanton dengan memfokuskan analisis pada penokohan, latar, tema, dan hubungan antarunsur sehingga novel ini layak dikaji dengan teori struktur novel Robert Stanton dengan memfokuskan pada penokohan, latar, tema, dan hubungan antarunsur. 1.5 Landasan Teori Penelitian ini memfokuskan pada teori struktur novel Robert Stanton. Akan tetapi, ada beberapa teori yang tidak termuat dalam buku Stanton. Untuk melengkapi kekurangan itu, digunakan pula pendukung teori struktural lain seperti yang dikemukakan dalam buku Nurgiyantoro, Pujiharto, Sugihastuti, Minderop, dan Aminuddin. Stanton (1965:12) menjelaskan bahwa karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan struktur faktual atau tingkatan faktual. Semakin jelasnya struktur faktual sebuah cerita, pembaca akan semakin sulit menemukan hal-hal lain di dalamnya. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, penokohan, latar, sudut

11 11 pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Kesemuanya itu walau bersifat noneksistensial karena dengan sengaja dikreasikan oleh pengarang, dibuat mirip, diimitasikan, dan atau dianalogikan dengan kehidupan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya sehingga tampak seperti sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2015:5). Setiap detail dalam cerita berpengaruh pada keseluruhan cerita (Stanton, 1965:11). Jika membaca cerita fiksi, pembaca akan bertemu dengan sejumlah tokoh, berbagai peristiwa yang dilakukan atau dikenakan kepada para tokoh, tempat, waktu, dan latar belakang sosial budaya di tempat cerita itu terjadi, dan lain-lain. Kesemuanya akan tampak berjalan serempak dan saling mendukung dalam sebuah cerita. Misalnya, bagaimana tokoh saling berhubungan, berbagai peristiwa saling terkait walaupun penceritaannya berjauhan, bagaimana latar sosial budaya memfasilitasi dan membentuk karakter tokoh, dan lain-lain Penokohan dan Latar Tokoh, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan struktur faktual atau tingkatan faktual cerita. Ketiganya bukan elemen terpisah, namun tetap saling berkaitan membentuk pola struktur tertentu yang terorganisasi dengan baik (Stanton, 1965:12).

12 Tokoh dan Penokohan Kata karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam. Konteks yang kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral. Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu karakter utama yaitu karakter yang terkait dengan peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Biasanya, peritiwa-peristiwa ini menimbulkan perubahan pada diri sang karakter tersebut (Stanton, 1965:19). Setiap pengarang ingin agar pembaca memahami setiap karakter dan motivasi dalam karyanya dengan benar. Akan tetapi, tidak ada satu pun pengarang yang dapat melakukan hal ini dalam sekali rengkuh. Stanton (1965:17) mengatakan bahwa kesan pertama terhadap seorang karakter biasanya timpang atau meleset. Pembaca cenderung untuk mereduksi karakter tersebut ke dalam stereotipe-stereotipe tertentu yang sudah dikenal. Karakter seseorang pada sebuah cerita dapat diidentifikasi dengan beberapa macam bukti. Dalam membicarakan sebuah karya fiksi, digunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Menurut Nurgiyantoro (2015:247) istilah tokoh menunjuk pada orangnya, yaitu pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.

13 13 Penokohan dan karakterisasi juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan yang menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watakwatak tertentu dalam sebuah cerita. Karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan. Sebagaimana dikemukakan Nurgiyantoro (2015:247), tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan pada peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita fiksi secara keseluruhan, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan alur cerita secara keseluruhan (Nurgiyantoro, 2015:259). Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Di pihak lain, pemunculan tokoh-tokoh bawahan biasanya diabaikan, atau paling tidak, kurang mendapat perhatian. Tokoh utama adalah yang dibuat sinopsisnya, yaitu dalam kegiatan pembuatan sinopsis, sedangkan tokoh bawahan

14 14 biasanya diabaikan karena sinopsis hanya berisi intisari cerita (Nurgiyantoro, 2015:259). Dalam menentukan tokoh utama dan tokoh bawahan dalam suatu cerita, pembaca dapat menentukannya dengan melihat keseringan pemunculannya dalam suatu cerita (Aminuddin, 2014:80). Keseringan pemunculan yang dimaksud adalah bahwa tokoh utama terlibat pada sebagian besar peristiwa dalam cerita. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dan tokoh bawahan dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Petunjuk yang diberikan pengarang mengacu pada ciri-ciri khusus kepada tokoh satu dengan tokoh yang lain. Pada umumnya, tokoh utama merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya, sedangkan tokoh bawahan hanya dibicarakan seperlunya. Selain itu, judul cerita juga dapat menentukan siapa tokoh utamanya. Tokoh-tokoh cerita dalam teks naratif memerlukan sarana yang memungkinkan kehadirannya. Sarana itu berupa teknik pelukisan tokoh. Teknik pelukisan tokoh terbagi menjadi dua jenis, yaitu teknik ekspositori dan teknik dramatik. a. Teknik Ekspositori Teknik ekspositori adalah teknik pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya

15 15 yang mungkin berupa sikap, sifat watak, tingkah laku atau bahkan ciri fisiknya (Nurgiyantoro, 2015: ). Selain menampilkan deskripsi kedirian tokoh secara langsung lewat ciri fisik dan tuturan langsung dari pengarang, nama tokoh dalam suatu karya sering digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan tokoh (Minderop, 2013:8). Para tokoh diberikan nama yang melukiskan kualitas karakteristik yang membedakannya dengan tokoh lain. Nama tersebut mengacu pada karakteristik dominan si tokoh. Kelebihan teknik ekspositori adalah sederhana dan cenderung ekonomis. Pengarang dengan cepat dan singkat dapat mendeskripsikan jati diri tokoh ceritanya. Dengan demikian, tugas yang berhubungan dengan penokohan dapat cepat diselesaikan sehingga perhatiannya dapat lebih difokuskan pada masalahmasalah lain. Namun demikian, pengarang haruslah tetap mempertahankan konsistensi jati diri tokoh. Pemertahanan pola kedirian tokoh dapat terletak pada konsistensi pemberian sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan kata-kata yang keluar dari tokoh yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2015:281). Menurut Nurgiyantoro (2015:282), deskripsi kedirian tokoh yang dilakukan secara langsung oleh pengarang akan berwujud penuturan yang bersifat deskriptif. Artinya, ia tidak akan berwujud penuturan yang berbentuk dialog walau bukan merupakan suatu pantangan atau pelanggaran jika dalam dialog pun tercermin watak para tokoh yang terlibat. Hal inilah yang menyebabkan pembaca akan dengan mudah memahami ciri-ciri kedirian tokoh tanpa harus menafsirkannya sendiri dengan kemungkinan kurang tepat.

16 16 b. Teknik Dramatik Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik mirip dengan yang ditampilkan dalam drama, yaitu dilakukan secara tidak langsung. Pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap para tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan (Nurgiyantoro, 2015:283). Penampilan tokoh secara dramatik dapat dilakukan lewat sejumlah teknik. Dalam sebuah cerita fiksi, biasanya pengarang menggunakan berbagai teknik itu secara bergantian dan saling mengisi walau ada perbedaan frekuensi penggunaan masing-masing teknik. Teknik-teknik itu, misalnya, teknik tingkah laku, teknik reaksi tokoh, dan teknik reaksi tokoh lain. Teknik tingkah laku mengarah pada tindakan yang bersifat fisik. Segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang tokoh dalam wujud tingkah laku dapat dipandang sebagai cara untuk menunjukkan reaksi tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa rangsangan dari luar diri tokoh yang bersangkutan. Teknik reaksi tokoh lain berkaitan dengan reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama. Dalam cerita, tokoh pasti melakukan tindakan tertentu. Tindakan yang dilakukannya pasti didasari oleh alasan tertentu yang sesuai dengan tindakannya

17 17 itu. Alasan tokoh melakukan tindakan itu disebut dengan motivasi (Pujiharto, 2012:46). Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motivasi spesifik dan motivasi dasar. Motivasi spesifik adalah alasan atau reaksi spontan yang mungkin tidak disadari yang ditunjukkan oleh adegan atau dialog tertentu. Motivasi dasar adalah suatu aspek umum dari satu tokoh atau dengan kata lain hasrat dan maksud yang memandu tokoh dalam melewati keseluruhan cerita. Motivasi dasar adalah arah tempat seluruh motivasi spesifik bermuara Latar Menurut Stanton (1965:18) latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor seperti sebuah kafe di Paris, pegunungan di California, sebuah jalan buntu di kota Dublin, dan sebagainya. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu seperti hari, bulan, tahun, cuaca, atau satu periode sejarah. Latar terkadang dapat berpengaruh pada karakterkarakter dan menjadi contoh representasi tema. Dalam berbagai cerita dapat dilihat bahwa latar memiliki daya untuk memunculkan tone dan mood emosional yang melingkupi karakter. Tahap awal karya fiksi pada umumnya berisi penyituasian, pengenalan terhadap berbagai hal yang akan diceritakan, misalnya, pengenalan tokoh, pelukisan keadaan alam, lingkungan, suasana, tempat, mungkin juga hubungan waktu, dan lain-lain yang dapat mengajak pembaca secara emosional kepada situasi cerita (Nurgiyantoro, 2015:303).

18 18 Menurut Nurgiyantoro (2015:303), latar memberikan pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Dengan demikian, pembaca merasa difasilitasi dan dipermudah untuk menjalankan daya imajinasinya, di samping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang latar. Latar memiliki beberapa unsur yang saling berkaitan dan saling memenuhi satu sama lain. Unsur latar tersebut dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu waktu, tempat, dan sosial-budaya (Nurgiyantoro, 2015:314). Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak, tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis penting untuk mengesani pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguhsungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 2015: ). Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan tersebut dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 2015:318). Nurgiyantoro (2015:322) menjelaskan bahwa latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat

19 19 mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Latar sosialbudaya dapat berupa kebiasaan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial-budaya juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya status sosial rendah, menengah, atau atas. Latar sosial budaya berperan menentukan apakah sebuah latar, khususnya latar tempat menjadi khas, tipikal, dan fungsional, atau sebaliknya bersifat netral. Untuk menjadi tipikal atau lebih fungsional, deskripsi latar tempat harus sekaligus disertai deskripsi latar sosial-budaya, tingkah laku kehidupan sosial masyarakat di tempat yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2015:322). Atmosfer berupa deskripsi kondisi latar yang mampu menciptakan suasana tertentu, misalnya suasana ceria, romantis, sedih, muram, maut, misteri, dan sebagainya. Suasana tertentu yang tercipta itu tidak dideskripsikan secara langsung, melainkan merupakan sesuatu yang tersarankan. Namun demikian, pembaca umumnya mampu menangkap pesan suasana yang ingin diciptakan pengarang dengan kemampuan imajinasi dan kepekaan emosionalnya Tema Karya fiksi merupakan manifestasi pengalaman kemanusiaan. Pengalaman ini tertuang dalam fakta-fakta cerita. Fakta-fakta cerita itu mengandung makna atau tema. Karena pengarang menuliskan pengalamannya itu dalam bentuk ceria, tema ini tidak dikemukakan secara eksplisit (Pujiharto, 2012:75). Menurut Stanton (1965:19), tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia, yaitu sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat. Sama seperti makna pengalaman manusia, tema

20 20 menyorot dan mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya akan ada nilai-nilai tertentu yang melingkupi cerita. Sekali lagi, sama seperti makna pengalaman manusia, tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas, sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema. Tema juga merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita (Stanton, 1965:19). Stanton (1965:4) menjelaskan bahwa tema memberikan kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadian-kejadian yang sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang paling umum. Sebuah keberadaan tema tetap diperlukan karena tema menjadi salah satu bagian penting yang tidak terpisahkan dengan fakta-fakta cerita. Tema dapat berwujud satu fakta dari pengalaman kemanusian yang digambarkan atau dieksplorasi oleh cerita seperti keberanian, ilusi, dan masa tua. Bahkan, tema dapat berupa gambaran kepribadian salah satu tokoh. Satu-satunya generalisasi yang paling memungkinkan darinya adalah bahwa tema membentuk kebersatuan pada cerita dan memberi makna pada setiap peristiwa. Setiap aspek cerita turut mendukung kehadiran tema. Oleh karena itu, pengamatan harus dilakukan pada semua hal seperti peristiwa-peristiwa, tokohtokoh, atau bahkan objek-objek yang sekilas tampak tidak relevan dengan alur utama. Jika relevansi hal-hal tersebut dengan alur dapat dikenali, keseluruhan cerita akan terlihat jelas (Pujiharto, 2012:77).

21 21 Cara paling efektif untuk mengenali tema sebuah karya adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya. Setiap aspek cerita turut dalam mendukung kehadiran sebuah tema. Oleh karena itu, pengamatan harus dilakukan pada semua hal seperti peristiwa-peristiwa, karakter-karakter, atau bahkan objek-objek yang sekilas tampak tidak relevan dengan alur utama. Jika relevansi hal-hal tersebut dengan alur dapat dikenali, keseluruhan cerita akan terbentang jelas (Stanton, 1965:21). Nurgiyantoro (2015: ) mengatakan bahwa tema terbagi dua, yaitu tema utama (mayor) dan tema tambahan (minor). Tema utama (mayor) adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. Pada hakikatnya, menentukan tema utama sebuah cerita merupakan aktivitas mengidentifikasi, memilih, mempertimbangkan, dan menilai di antara sejumlah makna yang ditafsirkan dalam sebuah karya yang bersangkutan. Tema tambahan (minor) adalah makna tambahan yang banyak atau sedikitnya tergantung pada banyak atau sedikitnya makna tambahan yang dapat ditafsirkan dari sebuah cerita novel. Penafsiran makna itu pun haruslah dibatasi pada makna-makna yang terlihat menonjol, di samping mempunyai bukti-bukti konkret yang terdapat pada karya itu yang dapat dijadikan dasar untuk mempertanggungjawabkannya. Makna-makna tambahan bukan merupakan sesuatu yang berdiri sendiri, terpisah dari makna pokok cerita yang bersangkutan berhubung sebuah novel yang jadi merupakan satu kesatuan. Makna pokok cerita bersifat merangkum berbagai makna khusus, makna-makna tambahan itu bersifat mendukung atau mencerminkan makna utama keseluruhan cerita. Tema utama dan tambahan tidak

22 22 dapat berdiri sendiri karena keduanya saling berhubungan dan mendukung atau mencerminkan kesatuan dalam cerita. Menurut Stanton (1965:22 23), dalam usaha untuk menemukan dan menafsirkan tema dalam secara lebih rinci digunakan sejumlah kriteria yang dilakukan seperti berikut. Pertama, penafsiran tema sebaiknya memperhatikan dan mempertimbangkan tiap detail yang menonjol dalam sebuah cerita. Detail cerita berada di sekitar persoalan utama yang menyebabkan adanya konflik yang sedang dihadapi tokoh utama. Adanya tokoh, masalah, dan konflik utama merupakan tempat yang tepat untuk mengungkapkan tema. Kedua, penafsiran tema yang dilakukan sebaiknya tidak bertentangan dengan detail cerita. Ketiga, penafsian tema sebuah novel sebaiknya tidak berdasar pada sebuah bukti yang hanya tersirat dalam cerita. Tema tidak hanya dapat ditafsirkan melalui perkiraan pemikiran, sesuatu yang dibayangkan, atau informasi lain yang belum tentu dapat dipercaya. Keempat, penafsiran terhadap tema harus berdasar pada bukti-bukti yang secara langsung terdapat dalam cerita. Tema sebuah cerita harus dapat dibuktikan dengan adanya data-data atau detail-detail cerita yang terdapat dalam novel. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2015:53). Melalui metode ini dihasilkan data-data deskriptif yang tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan selanjutnya. Data yang

23 23 dideskripsikan berupa data verbal yang mengungkapkan penokohan, latar, tema, dan hubungan antarunsur. Data verbal tersebut berupa baik kalimat-kalimat, dialog, maupun monolog dan karakterisasi dari pengarang dengan karakter tokoh dalam novel Lelaki Harimau. Analisis terhadap novel Lelaki Harimau adalah analisis unsur-unsur yang membangun novel yaitu penokohan, latar, tema, dan hubungan antarunsur. Secara keseluruhan dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menentukan objek material penelitian, yaitu novel Lelaki Harimau. 2. Menentukan objek formal penelitian, yaitu teori struktur novel Robert Stanton. 3. Menentukan masalah pokok penelitian. 4. Menganalisis penokohan, latar, tema, dan hubungan antarunsur novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan. 5. Menyimpulkan dan melaporkannya dalam bentuk skripsi. 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Laporan penelitian ini disusun dalam beberapa bab. Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi uraian tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab II Penokohan dan Latar. Bab ini berisi uraian tentang tokoh dan penokohan, serta latar. Bab III Tema. Bab ini berisi uraian tentang tema. Bab IV Hubungan Antarunsur. Bab ini berisi uraian hubungan antara tema dengan tokoh, hubungan antara tema dengan latar, hubungan antara tokoh dengan latar,

24 24 hubungan tema, tokoh, dan latar. Bab V Kesimpulan. Bab ini berisi uraian kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan material adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena adanya realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Realitas

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena adanya realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Realitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan struktur yang otonom. Pada awalnya, karya sastra muncul karena adanya realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Realitas sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang. Wujud formal karya sastra itu berupa kata-kata. Karya sastra, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang. Wujud formal karya sastra itu berupa kata-kata. Karya sastra, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah bangunan cerita yang menampilkan kreasi pengarang. Wujud formal karya sastra itu berupa kata-kata. Karya sastra, dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dua jenis fiksi tersebut terdapat fakta-fakta cerita, tema dan sarana-sarana

BAB I PENDAHULUAN. dalam dua jenis fiksi tersebut terdapat fakta-fakta cerita, tema dan sarana-sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pujiharto (2010:9) mengemukakan bahwa, dari segi maksudnya baik fiksi serius maupun fiksi populer berusaha menyajikan pengalaman kemanusian. Di dalam dua

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan umat manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan nonmaterial. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Sedangkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep, dan sebagainya, dengan katakata

BAB I PENDAHULUAN. mengongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep, dan sebagainya, dengan katakata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah karya imajinatif bermedium bahasa baik tulis maupun lisan yang memiliki unsur estetik yang dominan. Karya sastra berusaha mengongkretkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan manusia serta wadah penyampaian gagasan, ide, dan pikiran pengarang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan manusia serta wadah penyampaian gagasan, ide, dan pikiran pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sarana yang menarik untuk mengungkapkan perasaan manusia serta wadah penyampaian gagasan, ide, dan pikiran pengarang terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara ke dalam film Pintu Terlarang disutradarai oleh Sheila Thimoty belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra berusaha mengkongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep dan sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra (sansekerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata BAB II LANDASAN TEORI Seperti yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Novel Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika belum pernah dijadikan objek penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penulis memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut panjang dan pendeknya, karya sastra dapat dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut panjang dan pendeknya, karya sastra dapat dibagi menjadi dua, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai salah satu wujud kebudayaan, merupakan hasil kreativitas pengarang yang diperuntukan bagi peminat sastra (Damono, 1984:1). Karya satra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh

BAB I PENDAHULUAN. yang berupa tulisan yaitu novel yang menceritakan tentang kehidupan tokohtokoh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman. Ungkapan-ungkapan tersebut di dalam sastra dapat berwujud lisan maupun tulisan. Tulisan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam,

BAB I PENDAHULUAN. ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam, bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, tra artinya alat atau sarana sehingga dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen adalah karangan pendek. novel, cerpen tidak dapat menjelaskan secara rinci unsur-unsur pembangun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Cerpen atau cerita pendek termasuk salah satu karya sastra fiksi yang berbentuk prosa naratif. Menurut Untoro (2010: 217), cerpen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Menurut Moeliono (2002:701) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Selanjutnya Menurut Moenir (2001:16) kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang jika

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Manusia adalah makhluk dengan daya kreativitas dan daya imajinasi yang

BAB I PENGANTAR. Manusia adalah makhluk dengan daya kreativitas dan daya imajinasi yang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk dengan daya kreativitas dan daya imajinasi yang tinggi. Manusia diberi kemampuan untuk mencipta apa yang mereka butuhkan guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku Fiksi Populer: Teori dan Metode Kajian, sastra dalam bahasa Inggris literature sehingga popular literature dapat diterjemahkan sebagai sastra populer. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia di dunia ini tidak bisa lepas dari problematika kehidupan. Bisa dikatakan manusia hidup berdampingan dengan problematika tersebut. Demikian juga dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang pendidikan setingkat sekolah menengah atas (SMA), semakin memprihatinkan. Misalnya, penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosial budaya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur

BAB I PENDAHULUAN. intrinsik merupakan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsurunsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam novel terdapat unsur dari dalam yang membangun terciptanya novel, atau biasa disebut unsur intrinsik. Nurgiyantoro (2007:23) berpendapat bahwa unsur intrinsik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Haruki Murakami adalah seorang penulis, novelis, sastrawan, dan penerjemah yang berasal dari negara Jepang. Haruki Murakami, lahir 12 Januari 1949, dan menghabiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan 1. Beberapa pengertian sastra menurut Wellek dan Austin Warren dapat dilihat pada pernyataan di bawah ini, kecuali: a. sebuah ciptaan, kreasi, bukan hanya imitasi b. menghadirkan sintesa antara hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang

BAB 1 PENDAHULUAN. imajinasi antara pengarang dengan karya sastra. Salah satu bentuk karya sastra yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra banyak terlahir karya yang menarik untuk dipelajari maupun dikaji. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1989:3).

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang mengambil kehidupan

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci