ANALISIS STRUKTUR PUSAT-PUSAT PELAYANAN DAN ALIRAN TATANIAGA KOMODITAS-KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY. Oleh: RAHMI FAJARINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STRUKTUR PUSAT-PUSAT PELAYANAN DAN ALIRAN TATANIAGA KOMODITAS-KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY. Oleh: RAHMI FAJARINI"

Transkripsi

1 ANALISIS STRUKTUR PUSAT-PUSAT PELAYANAN DAN ALIRAN TATANIAGA KOMODITAS-KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY Oleh: RAHMI FAJARINI A DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agropolitan Agropolitan (agro=pertanian, politan=kota) adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik dan menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Departemen Pertanian, 2003). Kota pertanian (agropolitan) berada dalam kawasan sentra produksi pertanian yang memberikan kontribusi besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan tersebut disebut sebagai kawasan agropolitan yang terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya. Batasan Kawasan Agropolitan tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintahan tetapi lebih ditentukan oleh skala ekonomi yang ada. Dengan kata lain Kawasan Agropolitan adalah kawasan agribisnis yang memiliki fasilitas perkotaan (Departemen Pertanian, 2003). Konsep agropolitan di Indonesia diadaptasi dari konsep Agropolitan Distric yang dirumuskan oleh Friedmann dan Douglass pada tahun Agropolitan Distric merupakan suatu daerah perdesaan yang mempunyai kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 200 jiwa per km 2. Di dalam distrik biasanya akan dijumpai kota berpenduduk antara jiwa. Batas-batas wilayah district adalah commuting radius (lingkar pulang-pergi) antara 5-10 km. Ukuran-ukuran tersebut menjadikan penduduk suatu district umumnya berkisar jiwa dan pada mulanya sebagian penduduk bekerja di bidang pertanian.

3 Menurut Nasution (1999) dalam Hastuti (2001), paradigma konsep agropolitan adalah (1) hubungan perdesaan dengan kota-kota dapat mencapai suatu tingkat sinergisme sepanjang hubungan fungsional dari sub-wilayah tersebut menghasilkan nilai tambah yang dapat diredistribusikan melalui pengembangan suatu tatanan institusional yang secara benar menggambarkan status kelangkaan suatu sumberdaya atau komoditas, (2) apabila terjadi akumulasi modal, terdapat mekanisme pasar yang dapat mengalirkan modal kepada penggunaan yang dapat memberikan manfaat sosial terbesar, dan (3) perkembangan pusat pertumbuhan (kota) pada suatu tingkat akan mengalami diminishing return sehingga harus dibatasi melalui mekanisme pasar. Rivai (2003) menyatakan bahwa pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah perdesaan. Konsep pengembangan agropolitan tidak semata-mata ditujukan kepada pembangunan fisik material, tetapi juga sekaligus harus dikaitkan dengan pembangunan masyarakat (sumberdaya manusia) secara langsung. Titik berat pembangunan masyarakat, khususnya masyarakat setempat memerlukan pendekatan yang bersifat integral dan terpadu, artinya pembangunan yang akan dilaksanakan tidak hanya menyangkut pembangunan struktur fisik, tetapi sekaligus pembangunan manusia dengan pendekatan yang berimbang. Pengembangan kawasan agropolitan harus mempunyai keterkaitan yang harmonis dengan kombinasi antara pendekatan yang top down dengan pendekatan bottom up yang bertujuan untuk mencapai efek ganda (multiplier effect). Prakarsa-prakarsa dari bawah tidak dapat diabaikan, karena merupakan invisible hand dalam menggerakkan sumberdaya- 5

4 sumberdaya yang ada sebagai kekuatan utama untuk mewujudkan pengembangan kawasan agropolitan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan upaya untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi berbasis pertanian dengan memperkuat keterkaitan sektoral antara pertanian, non pertanian dan jasa penunjangnya serta keterkaitan spasial antara wilayah perdesaan dan perkotaan Interaksi Spasial Konsep pengembangan wilayah memandang penting aspek keterpaduan sektoral, spasial serta keterpaduan antar pelaku-pelaku pembangunan di dalam dan antar wilayah. Keberadaan potensi sumberdaya alam serta aktivitas-aktivitas sosial-ekonomi yang tersebar secara tidak merata dan tidak seragam menyebabkan perlu adanya mekanisme interaksi antar dan inter wilayah secara optimal. Akibat keterbatasan sumberdaya yang tersedia, dalam suatu perencanaan pembangunan selalu diperlukan adanya skala prioritas pembangunan. Dari sudut dimensi sektor pembangunan, skala prioritas didasarkan atas suatu pemahaman bahwa setiap sektor memiliki sumbangan langsung yang berbeda terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan (penyerapan tenaga kerja, pendapatan regional dan sebagainya), dimana setiap sektor memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dengan karakteristik yang berbeda-beda. Pada kenyataannya, aktivitas sektoral tersebar secara tidak merata dan spesifik, beberapa sektor cenderung memiliki aktivitas yang terpusat dan terkait dengan sebaran sumberdaya alam, buatan (infrastruktur) dan sosial yang ada pada wilayah tersebut (Rustiadi, 2005). 6

5 Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergis antar sektor-sektor pembangunan. Keterpaduan spasial membutuhkan adanya interaksi spasial yang optimal dalam arti terjadinya struktur keterkaitan antar wilayah yang dinamis. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), interaksi (interaction) adalah hal saling melakukan aksi, berhubungan atau saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi wilayah itu sendiri merupakan hubungan yang dinamis antara satu wilayah dengan wilayah lain, baik hubungan sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan lain sebagainya. Interaksi antar dua wilayah dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan masyarakat di dua wilayah tersebut, jarak wilayah dan besarnya pengaruh jarak antara kedua wilayah tersebut. Menurut Richardson (1991) dalam Maulana (2006), faktor penentu besarnya interaksi antara dua daerah atau lebih ditentukan berdasarkan pada: (1) jarak antar daerah yang berinteraksi dan (2) jumlah penduduk pada daerah yang berinteraksi. Semakin dekat jarak dan semakin besar jumlah penduduk antar daerah yang berinteraksi, maka interaksi yang terjadi akan semakin besar. Adapun pergerakan yang dilakukan oleh penduduk sedikitnya dipengaruhi oleh dua motivasi yaitu: (1) pergerakan dengan motivasi ekonomi dan (2) pergerakan dengan motivasi pemenuhan kebutuhan pelayanan Komoditas/Sektor Unggulan Arah dan tujuan pembangunan pertanian di suatu kawasan haruslah selaras dengan spesifikasi wilayah sasaran berdasarkan kondisi agroekosistem setempat, sifat komoditas yang dikembangkan, kondisi infrastruktur, dan situasi sosial budaya kelompok sasaran. Untuk menunjang hal tersebut di atas, maka penentuan komoditas unggulan di suatu wilayah kabupaten/kota merupakan suatu keharusan 7

6 agar sumberdaya pembangunan pertanian dapat dimanfaatkan secara efisien dan dan terfokus pada pengembangan komoditas unggulan wilayah tersebut. Komoditas unggulan wilayah adalah komoditas andalan suatu daerah/wilayah yang tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan kondisi biofisik yang spesifik di daerah tersebut (Ernawanto, 2007). Menurut Master Plan Kabupaten Paser (2007), komoditas unggulan mempunyai kriteria:(1) diminati masyarakat dan sesuai dengan potensinya, (2) bersifat khas dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat, (3) permintaan pasar yang tinggi dan kontinyu serta mempunyai manfaat ekonomi yang tinggi (B/C ratio dan land rent tinggi) dan (4) dari segi teknik budidaya, petani sudah berpengalaman Aliran Komoditas/Tataniaga Komoditas Pertanian Menurut Akhmad (2007), dalam struktur ekonomi kita, petani produsen dengan jumlah mayoritas memiliki posisi tawar yang rendah dibandingkan dengan aktor lain, yaitu pemodal, pedagang, distributor, dan penikmat rente lainnya. Tata niaga produk pertanian kita sangat tidak adil terhadap petani. Nilai tukar produk pertanian sangat rendah dan jauh dari kelayakan, sementara marjin harga produsen dan harga konsumen akhir yang besar banyak dinikmati oleh pelaku distribusi. Bila terjadi kenaikan biaya distribusi, misalnya kenaikan harga BBM, maka distributor akan menaikkan harga konsumen, tetapi menekan harga produsen, maka marjin keuntungan distributor relatif stabil. Kondisi ini terjadi karena tidak efisiennya pola distribusi produk pertanian selain memang tidak ada aturan yang membatasi ekspansi dan eskploitasi modal terhadap petani. 8

7 Upaya menaikkan daya tawar petani produsen dilakukan dengan konsolidasi petani produsen dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran. Konsolidasi tersebut pertama dilakukan dengan kolektifikasi semua proses dalam rantai pertanian, meliputi kolektifikasi modal, kolektifikasi produksi, dan kolektifikasi pemasaran. Kolektifikasi modal adalah upaya membangun modal secara kolektif dan swadaya, misalnya dengan gerakan simpan-pinjam produktif yang mewajibkan anggota kolekte menyimpan tabungan dan meminjamnya sebagai modal produksi, bukan kebutuhan konsumsi. Hal ini dilakukan agar pemenuhan modal kerja pada awal masa tanam dapat dipenuhi sendiri, dan mengurangi ketergantungan kredit serta jeratan hutang tengkulak. Kedua, kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif. Hal ini perlu dilakukan agar dapat dicapai efisiensi produksi dengan skala produksi yang besar dari banyak produsen. Efisisensi dapat dicapai karena dengan skala yang lebih besar dan terkoordinasi maka akan dapat dilakukan penghematan biaya dalam pemenuhan faktor produksi, dan kemudahan dalam pengelolaan produksi, misalnya dalam penanganan hama dan penyakit. Langkah ini juga dapat menghindari kompetisi yang tidak sehat di antara produsen yang justru akan merugikan, misalnya dalam irigasi dan jadwal tanam. Ketiga, kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian. Hal ini dilakukan untuk mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan menaikkan posisi tawar produsen dalam perdagangan produk pertanian. Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk mengkikis jaring-jaring tengkulak yang 9

8 dalam menekan posisi tawar petani dalam penentuan harga secara individual. Upaya kolektifikasi tersebut tidak berarti menghapus peran dan posisi pedagang distributor dalam rantai pemasaran, namun tujuan utamanya adalah merubah pola relasi yang merugikan petani produsen dan membuat pola distribusi lebih efisien dengan pemangkasan rantai yang tidak menguntungkan (Akhmad, 2007) Hirarki Wilayah Struktur interaksi dapat memiliki tingkatan strata/hirarki. Strata/hirarki interaksi terwujud dalam bentuk strata/hirarki (1) antar unsur pusat-pusat (noda), (2) antara linkage dan (3) bentuk/jenis interaksi. Hirarki pusat-pusat adalah hirarki yang menggambarkan strata pusat-pusat konsentrasi (central places) seperti hirarki pusat-pusat pemukiman, hirarki kotakota, hirarki pasar, dan lain-lain. Hirarki pusat (noda) pada dasarnya ditentukan oleh kapasitas pelayanan, kapasitas/potensi berinteraksi dan tingkat aksesibilitas (locational rent) pusat-pusat. Kapasitas pelayanan pusat-pusat dapat diidentifikasikan dengan metode skalogram yang dapat diukur dari ketersediaan dan kapasitas pelayanan fasilitas-fasilitas fisik, kelembagaan, besaran pasar, lapangan pekerjaan, ekonomi hingga ke daya dukung lingkungannya. Namun dalam penelitian variabel yang digunakan adalah ketersediaan dan kapasitas pelayanan fasilitas-fasilitas fisik Pasar Pasar merupakan salah satu fasilitas penting bagi masyarakat perdesaan. Di samping berperan sebagai pusat pemasaran produk perdesaan yang sebagian besar terkait dengan aktivitas pertanian dalam arti luas, pasar juga merupakan 10

9 pusat pemenuhan sarana usaha perdesaan. Sementara itu, saat ini pengertian pasar sudah berkembang sangat luas. Bentuk-bentuk pasar moderen yang marak berkembang sampai ke kota kecil antara lain toserba, pasar swalayan dan bahkan hipermarket. Namun bagi masyarakat perdesaan posisi pasar dalam pengertian yang telah berkembang sebelumnya terkait dengan pasar tradisional masih sangat penting ( Kinerja pemasaran memegang peranan sentral dalam pengembangan komoditas pertanian. Perumusan strategi dan program pengembangan pemasaran yang mampu menciptakan kinerja pemasaran yang kondusif dan efisien akan memberikan kontribusi positif terhadap beberapa aspek, yaitu: (a) Mendorong adopsi teknologi, peningkatan produktivitas dan efisiensi, serta daya saing komoditas pertanian; (b) Meningkatkan kinerja dan efektifitas kebijakan pengembangan pengembangan produksi, khususnya kebijakan yang terkait dengan program stabilisasi harga keluaran; dan (c) Perbaikan perumusan kebijakan perdagangan domestik dan internasional (ekspor dan impor) secara lebih efektif dan optimal ( Agribisnis Banyak pendapat tentang batasan dan ruang lingkup agribisnis, tergantung pada unit dan tujuan analisis. Secara tradisional, oleh Biere (1988) agribisnis diartikan sebagai aktivitas-aktivitas di luar pintu gerbang usahatani (beyond the farm gate, off-farm) yang meliputi kegiatan industri dan perdagangan sarana produksi usahatani, kegiatan industri yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan beserta perdagangannya, dan kegiatan yang menyediakan 11

10 jasa yang dibutuhkan seperti misalnya perbankan, angkutan, asuransi atau penyimpanan. Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir, dan penunjang. Menurut Saragih dalam Pasaribu (1999), batasan agribisnis adalah sistem yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, susbistem jasa penunjang agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian. Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan: (1) pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan (4) pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik secara nasional Agropolitan di Indonesia Di Indonesia masa kini, konsep agropolitan ini mendapat banyak perhatian. Hal ini terlihat dalam berbagai buku Pedoman Pembentukan Agropolitan yang dikeluarkan Departemen Pertanian pada tahun , maupun konsep-konsep yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Akan tetapi, dalam konsep tersebut terlihat masih adanya kerancuan antara konsep agropolitan yang merupakan bagian dari perkembangan dari bawah dengan beberapa unsur dari perkembangan dari atas. Selain itu, kebijaksanaan- 12

11 kebijaksanaan pengembangan agropolitan ini masih terlihat bergantung pada pemerintah pusat. Padahal seharusnya, masyarakatlah yang didorong untuk memiliki kebijaksanaan-kebijaksanaan sendiri yang cocok dengan wilayahnya. Salah satu wilayah agropolitan yang berhasil, yaitu Provinsi Gorontalo (sudah mulai dengan konsep agropolitan sebelum adanya pedoman dari Deptan). Provinsi ini menerapkan prinsip limited government intervention dalam kebijaksanaannya. Jadi, dengan mengingat rawannya keadaan pangan di Indonesia, walaupun merupakan konsep lama, konsep agropolitan dalam pengembangan wilayah, patut untuk dipikirkan kembali. Pedomannya bisa menggunakan pedoman agropolitan yang sekarang sudah dimiliki Deptan dan Dep. PU dengan sedikit perbaikan di sana-sini (Nurzaman, 2008). 13

12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung. Sedangkan analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan serta di Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB pada bulan Februari 2008 hingga bulan Mei Wilayah lokasi studi tertera pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Lokasi Studi

13 3.2. Jenis, Sumber Data dan Alat Penelitian Data yang digunakan untuk kegiatan penelitian berupa data peta administrasi desa, peta jaringan jalan, peta penggunaan lahan, data PODES Kabupaten Bandung tahun 2006, PDRB tahun Kabupaten Bandung, dan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara. Adapun alat yang digunakan untuk penunjang penelitian adalah seperangkat komputer dan beberapa perangkat lunak (software) seperti ArcView 3.1, Corel Draw 12, Microsoft Visio 2003, Microsoft Excel 2003 dan Microsoft Word Metode Penelitian Analisis Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Analisis Skalogram Analisis untuk mengetahui hirarki pusat-pusat pengembangan dan saranaprasarana pembangunan yang ada di suatu wilayah. Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan tersebut didasarkan pada jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan atau fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang tersedia. Metode ini memberikan hirarki atau peringkat yang lebih tinggi pada pusat pertumbuhan yang memiliki jumlah jenis dan jumlah unit sarana-prasarana pembangunan yang lebih banyak. Metode ini lebih menekankan kriteria kuantitatif dibandingkan kriteria kualitatif yang menyangkut derajat fungsi saranaprasarana pembangunan, distribusi penduduk dan luas jangkauan pelayanan sarana-prasarana pembangunan secara spasial tidak dipertimbangkan secara spesifik. 15

14 Untuk menutupi keterbatasan metode skalogram, Rustiadi et al.(2003), mengembangkan metode skalogram berbobot sebagai penyempurnaan atas metode skalogram yang dikembangkan oleh Patil (1977). Tahapan dalam penyusunan analisis skalogram adalah sebagai berikut: (1) menginventarisasi fasilitas dan indikator-indikator pembangunan sesuai dengan penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam unit-unit wilayah; (2) menyusun invers untuk variabel yang menandakan jarak terhadap fasilitas dan tingkat ketertinggalan wilayah. Pembuatan invers dari jarak terhadap fasilitas ini dimaksudkan agar nilai dari invers jarak berkorelasi positif dengan fasilitas yang lain; (3) semua nilai distandarisasi sehingga nilai tersebut memiliki satuan yang sama; (4) menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal untuk menentukan indeks perkembangan suatu wilayah; (5) menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh unit wilayah. Selain itu juga ditentukan rata-rata unit fasilitas tersebut, simpangan baku, total terisi, sehingga fasilitas yang bernilai nol tidak akan dihitung), bobot (rasio antara total terisi dengan jumlah desa), nilai maksimum dan nilai minimum. Model untuk menentukan nilai Indeks Perkembangan atau Pelayanan Desa (Rustiadi et al., 2003): IPD j = n i I ' i j dimana : I ' ij = I ij SD I i min i Keterangan : IPDj = Indeks Perkembangan Desa ke-j Iij = Nilai (skor) sarana prasarana (PODES 2006) ke-i desa ke-j I ij = Nilai (skor) sarana prasarana (PODES 2006) ke-i terkoreksi desa ke-j I i min = Nilai (skor) sarana prasarana (PODES 2006) ke-i terkecil (minimum) SDi = Simpangan baku sarana prasarana (PODES 2006) ke-i 16

15 Dengan asumsi data menyebar normal, penentuan tingkat perkembangan wilayah dibagi menjadi tiga yaitu: Hirarki I, jika indeks perkembangan (rata-rata x simpangan baku) Hirarki II, jika rata-rata < indeks perkembangan < (rata-rata x simpangan baku) Hirarki III, jika indeks perkembangan < rata-rata Hirarki III < rataan Hirarki II < {rataan + (1.5 x standar deviasi)} Hirarki I Data-data yang digunakan dalam analisis skalogram ini adalah data jumlah jenis fasilitas pelayanan, jumlah unit fasilitas dan invers dari jarak atau akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan tertentu. Jumlah desa yang dianalisis adalah 22 desa. Sedangkan jenis fasilitas yang dianalisis antara lain adalah (1) kelompok fasilitas pendidikan, (2) kelompok fasilitas kesehatan, (3) kelompok fasilitas peribadatan dan (4) kelompok fasilitas ekonomi dan jasa. Keempat kelompok besar tersebut dipilih berdasarkan kebutuhan dasar di suatu kawasan. Adapun variabel-variabel yang digunakan secara rinci terlampir dalam Lampiran 1. Hasil yang diharapkan dari analisis ini adalah hirarki pelayanan desa yang didasarkan atas nilai IPD dari masing-masing desa Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah dan kepadatan penduduk dalam analisis hirarki pusat-pusat pelayanan berfungsi untuk melihat seberapa besar implikasi dari kepadatan penduduk di suatu wilayah terhadap perkembangan wilayah (hirarki) tersebut. Biasanya dalam suatu wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi akan diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang tinggi pula. Pemenuhan kebutuhan tersebut berupa pengadaan fasilitas-fasilitas pelayanan 17

16 bagi masyarakat mulai dari fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan serta perekonomian dan perdagangan serta infrastruktur sebagai alat penunjang kegiatan pertanian. Namun kepadatan penduduk yang tinggi di suatu wilayah tidak selalu diikuti dengan perkembangan wilayah yang tinggi pula (dari pengadaan fasilitasfasilitas umum). Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, misalnya letak geografi dari wilayah tersebut yang tidak menunjang/sulit untuk pengadaan fasilitas, namun karena wilayah tersebut berfungsi sebagai kawasan wisata maka banyak warga yang pindah dan mencari nafkah di sana, sehingga kepadatannya pun akan semakin tinggi Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan Analisis LQ (Location Quotient) Location Quotient merupakan analisis yang digunakan untuk menunjukkan tingkat pemusatan atau basis aktivitas. Selain itu, LQ juga bisa digunakan untuk mengetahui kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta tingkat kecukupan barang atau jasa dari produksi lokal suatu wilayah. Analisis LQ yang dilakukan terbagi menjadi tiga, yakni anlisis LQ berdasarkan (1) sektor kegiatan (ekonomi), (2) luas tanam (pertanian tanaman bahan makanan) dan (3) luas panen (pertanian tanaman bahan makanan). Untuk analisis LQ berdasarkan sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2006, sementara untuk analisis LQ aktivitas pertanian tanaman bahan makanan menggunakan data luas tanam dan luas panen tahun Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut 18

17 dalam total aktivitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktivitas bersifat seragam dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Adapun persamaan dari LQ ini adalah: Dimana: IJ I LQ X / X. = IJ /. J.. X X X ij = nilai sektor kegiatan (*) ke-j pada kecamatan ke-i X i. = jumlah seluruh sektor kegiatan (*) di kecamatan ke-i X.j = jumlah sektor kegiatan (*) ke-j di Kabupaten Bandung X.. = besaran sektor kegiatan (*) total di Kabupaten Bandung Keterangan (*) :Pemusatan aktivitas sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2006, sedangkan pemusatan aktivitas pertanian Tanaman Bahan Makanan menggunakan data Luas Tanam dan Luas Panen tahun 2006 Interpretasi hasil analisis LQ adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai LQ > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktivitas di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan aktivitas di sub wilayah ke-i. 2. Jika nilai LQ = 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa aktivitas setara dengan pangsa total. 3. Jika LQ < 1, maka sub wilayah ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas yang secara umum ditemukan diseluruh wilayah. Analisis LQ lebih bersifat statis karena dilakukan untuk data dalam satu titik waktu, namun keterbatasan metode ini hanya melihat pemusatan aktivitas dari sisi konteks/lingkup wilayah Kabupaten Bandung saja. 19

18 Analisis SSA (Shift-Share Analysis) Shift-Share Analysis merupakan salah satu dari teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi (dengan cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Pemahaman struktur aktivitas dari hasil analisis shift-share juga menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktivitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas. Analisis SSA yang dilakukan terbagi menjadi tiga, yakni analisis SSA berdasarkan (1) sektor kegiatan (ekonomi), (2) luas tanam (pertanian tanaman bahan makanan) dan (3) luas panen (pertanian tanaman bahan makanan). Untuk analisis SSA berdasarkan sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun 2005 dan tahun 2006, sementara untuk analisis LQ aktivitas pertanian tanaman bahan makanan menggunakan data luas tanam dan luas panen tahun 2004 dan tahun Hasil analisis shift-share menjelaskan kinerja (performance) suatu aktivitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah total. Analisis shift-share mampu memberikan gambaran sebabsebab terjadinya pertumbuhan suatu aktivitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga komponen, yaitu: (1) komponen laju pertumbuhan total (Share), menyatakan petumbuhan total wilayah pada dua titik waktu; (2) komponen pergeseran proporsional (Proportional Shift), menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah; (3) komponen pergeseran diferensial (Differential Shift), menyatakan tingkat kompetisi (competitiveness) 20

19 suatu aktivitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total aktivitas tersebut dalam wilayah. Dari ketiga komponen tersebut, fokus pembahasan hanya dilakukan pada komponen Differential Shift, meskipun ketiga perhitungan dilakukan. Persamaan analisis shift-share ini adalah sebagai berikut: SSA = X.. 1 X.. X X.. X ( t1) i( t1) ( t1) + + ij( t1) ( t0) X i( t0) X.. ( t0) X ij( t0) a b c X X i( t1) i( t0) dimana : a = komponen share b = komponen proportional shift c = komponen differential shift X.. = Nilai total sektor kegiatan (*) tiga kecamatan di Kabupaten Bandung X.i = Nilai total sektor kegiatan (*) tertentu di Kabupaten Bandung Xij = Nilai sektor kegiatan (*) tertentu dalam unit kecamatan tertentu t1 = tahun akhir t0 = tahun awal Keterangan (*) :Analisis SSA sektor kegiatan menggunakan data PDRB tahun , sedangkan untuk aktivitas pertanian Tanaman Bahan Makanan menggunakan data Luas Tanam dan Luas Panen tahun Analisis Sistem Pemasaran dan Aliran Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan Survei Pasar/Komoditas yang Diperdagangkan Survei di setiap pasar mengenai komoditas utama apa saja yang diperdagangkan. Selain komoditas unggulan lokal, ada juga komoditas/barang konsumsi produksi luar kawasan, namun tujuan penelitian lebih tertuju pada ketersediaan komoditas unggulan lokal di pasar-pasar tersebut. 21

20 Survei pasar dilakukan dengan mencatat dan menganalisis pusat-pusat pasar berdasarkan enam kelompok informasi/karakteristik sebuah pasar. Adapun kelompok informasi tersebut meliputi: 1. Sifat periodik pasar, dibedakan menjadi dua kelompok yakni: (a) pasar permanen dan (b) pasar non-permanen. 2. Ukuran (size) pasar, bisa dibedakan berdasarkan beberapa kriteria yakni: (a) luas lantai (m 2 ); (b) jumlah kios; (c) jumlah pedagang dan (d) omset. 3. Barang utama yang diperdagangkan, meliputi 3-6 tipe barang paling penting yang diperdagangkan. Hal ini dapat diketahui dari jumlah pedagang atau omset dari suatu barang yang diperdagangkan di pasar tersebut. 4. Asal barang yang diperdagangkan, serta alat transportasi angkutan barang yang diperdagangkan dan frekuensi pengangkutan barang ke pasar tersebut. 5. Tujuan setelah pasar oleh barang utama yang diperdagangkan. 6. Penjual dan pembeli, meliputi identitas dari para penjual dan pembeli di pasar tersebut yakni nama, asal dan status/kedudukan mereka di pasar tersebut apakah sebagai penjual saja atau merangkap sebagai produsen, apakah pembeli membeli barang untuk dikonsumsi langsung atau untuk dijual lagi atau untuk bahan baku dari produk yang berbeda dan lain sebagainya. Survei Perkiraan Omset Pasar Setelah menentukan titik-titik pasar yang ada di Kawasan Agropolitan Ciwidey, dilakukan survei pusat pasar berdasarkan perhitungan perkiraan omset setiap pasar. Survei dilakukan terhadap para pedagang di setiap pasar yang ada di kawasan agropolitan. Dalam pengambilan contoh pedagang digunakan metode rancangan percobaan stratified purposive sampling, yaitu metode memilih dengan 22

21 sengaja untuk alasan tujuan tertentu. Pertama, komoditas-komoditas utama yang dijual di setiap pasar ditentukan dengan mengambil responden sebanyak 3-5 orang pedagang untuk setiap komoditasnya. Dalam metode purposive ini harus dapat ditentukan tingkat keragaman atas jawaban para pedagang. Jika tingkat keragaman tinggi maka sebaiknya jumlah responden ditingkatkan. Misalnya jika dari lima orang pedagang memiliki jawaban yang berbeda atas pertanyaan yang sama, maka jumlah responden harus ditambah hingga terdapat kesamaan/kemiripan jawaban dengan beberapa responden sebelumnya sehingga jawaban tersebut dirasa cukup dan mewakili (representatif). Contoh kuesioner dalam survei perkiraan omset pasar tertera pada Lampiran 5. Survei Jalur Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) dalam studi kasus Master Plan Kawasan Agropolitan Ciwidey (2007) yang dilaksanakan oleh P4W IPB dan diikuti oleh instansi terkait (PPL), tokoh masyarakat, tokoh tani, aparat desa dan lembaga swadaya masyarakat, telah teridentifikasi beberapa komoditas unggulan Kawasan Agropolitan Ciwidey. Setelah menentukan pusat pasar, dapat dilihat pergerakan/aliran barang (komoditas unggulan kawasan) terhadap pusat pasar tersebut. Survei dilakukan terhadap para pedagang dan pembeli yang ada di pasar. Hal-hal yang ditanyakan terhadap para pedagang adalah asal barang yang diperdagangkan, alat transportasi barang yang digunakan serta frekuensi kedatangan barang. Sementara hal yang ditanyakan terhadap pembeli adalah tujuan komoditas yang dibeli tersebut, apakah akan dijual kembali atau untuk dikonsumsi sendiri ataupun sebagai bahan baku produk selanjutnya. Matriks metode penelitian dan hasil yang diharapkan tertera pada Tabel 1 dan Gambar 2. 23

22 Tabel 1. Metode Analisis Berdasarkan Tujuan Penelitian No. Tujuan Metode Analisis Data yang Digunakan dan Sumbernya Hasil yang Diharapkan 1 Analisis Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan 1. Skalogram PODES 2006 Kabupaten Bandung 2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk PODES 2006 Kabupaten Bandung Teridentifikasikannya kecenderungankecenderungan orientasi masyarakat terhadap pusat-pusat kegiatan Melihat implikasi kepadatan penduduk terhadap perkembangan suatu wilayah 2 Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan 1. LQ PDRB 2006 Kabupaten Bandung 2. SSA PDRB 2005 dan 2006 Kabupaten Bndung Teridentifikasikannya sektor/komoditas unggulan komparatif kawasan agropolitan Teridentifikasikannya tingkat kompetitif sektor/komoditas unggulan di masing-masing kecamatan 1. Survey Pasar/Komoditas yang Diperdagangkan Hasil Wawancara Pedagang dan UPTD Teridentifikasikannya pusat pasar kawasan agropolitan berdasarkan nilai omset komoditas yang diperdagangkan 3 Analisis Orientasi Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan 2. Perkiraan Omset Pasar Hasil Wawancara Pedagang dan UPTD Teridentifikasikannya kapasitas pelayanan pasar berdasarkan omset pasar di wilayah tersebut 3. Survey Pasar dan Jalur Tataniaga Komoditas Utama Hasil Wawancara Mengetahui struktur/jalur tataniaga produk/komoditas unggulan kawasan agropolitan 24

23 ANALISIS STRUKTUR TATA RUANG KAWASAN AGROPOLITAN Analisis Hirarki Pusat- Pusat Pelayanan Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan A nalisis P ola A liran Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan Skalogram Jumlah & Kepadatan Penduduk LQ SSA Survey Pasar/ Komoditas yg Diperdagangkan Perkembangan W ilayah Sektor/ Komoditas Unggulan Perkiraan Omset Pasar Penentuan Pusat Pasar Mengetahui Struktur Tata Ruang Kawasan Agropolitan Ciwidey Jalur Tataniaga Komoditas Unggulan Gambar 2. Bagan Alir Penelitian 25

24 IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI 4.1. Letak Geografis Posisi geografis Wilayah Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey menurut Peta Rupa Bumi Bakorsurtanal adalah antara BB BT dan LU LS (Gambar 3). Adapun batas-batas wilayah Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah : Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Barat Sebelah Timur : Kabupaten Bandung Sebelah Selatan : Kabupaten Cianjur Sebelah Barat : Kabupaten Cianjur Gambar 3. Peta Administrasi Kawasan Agropolitan Ciwidey Wilayah Pengembangan Agropolitan Ciwidey mempunyai luas wilayah ,67 Ha, yang terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Ciwidey,

25 Kecamatan Rancabali, dan Kecamatan Pasirjambu, dimana terbagi dalam 22 desa. Rincian nama-nama desa beserta luasnya tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Nama desa dan Luas Wilayah per Desa Luas No Nama Kecamatan Nama Desa (ha) (%) 1 Ciwidey 211,71 0,49 2 Lebakmuncang 1.672,58 3,83 3 Nengkelan 442,85 1,01 Ciwidey 4 Panundaan 314,98 0,72 5 Panyocokan 408,07 0,94 6 Rawabogo 1.056,79 2,42 7 Sukawening 739,96 1,70 8 Cibodas 878,91 2,01 9 Cikoneng 370,66 0,85 10 Cisondari 2.295,58 5,26 11 Cukanggenteng 489,91 1,12 12 Margamulya 740,21 1,70 13 Pasirjambu Mekarmaju 165,77 0,38 14 Mekarsari 1.822,71 4,18 15 Pasirjambu 246,06 0,56 16 Sugihmukti ,26 23,09 17 Tenjolaya 6.870,58 15,74 18 Alam Endah 1.296,94 2,97 19 Cipelah 4.434,92 10,16 20 Rancabali Indragiri 2.484,28 5,69 21 Patengan 4.640,67 10,63 22 Sukaresmi 1.980,17 4,54 Total ,55 100,00 Sumber : Hasil Analisis Peta Rupa Bumi Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa Desa Sugihmukti memiliki luas wilayah yang paling besar yaitu ,26 ha, sedangkan untuk luas wilayah yang paling kecil adalah Desa Mekarmaju yaitu sebesar 165,77 ha. 27

26 4.2. Topografi Topografi wilayah Ciwidey merupakan daerah dengan topografi relatif bergelombang dan sedikit datar. Daerah ini terletak pada ketinggian kurang lebih meter di atas permukaan air laut. Bentuk wilayah yang terdapat di ketiga kecamatan tersebut adalah berbukit (15-25 %), bergelombang (8-15 %), berombak (3-8 %), dan datar (0-3 %). Sebagian besar Kawasan Agropolitan Ciwidey memiliki bentuk wilayah bergelombang (8-15 %) dan berombak (3-8 %) terutama di Kecamatan Pasirjambu. Untuk melihat lebih jelas kondisi bentuk wilayah di Kawasan Agropolitan Ciwidey dapat dilihat pada Gambar 4 berikut: Gambar 4. Peta Bentuk Wilayah Kawasan Agropolitan Ciwidey 4.3. Tanah Tanah-tanah di Kawasan Agropolitan Ciwidey berkembang dari batuan lava andesit dan basalts, penyebarannya cukup luas dan dijumpai pada relief berombak, bergelombang sampai berbukit. Tanah bervariasi dari agak dalam 28

27 sampai sangat dalam, berdrainase baik, dan reaksi tanah masam sampai agak masam. Diklasifikasikan sebagai tanah Ultisols, Alfisols, Inceptisols, Andisols dan Mollisol. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sebaran Landform Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 No. Landform Ciwidey Pasir Jambu Rancabali Total 1 Dataran aluvial - 149,9-149,9 2 Dataran bekas danau 108,4 230,2 92,3 430,9 3 Dataran Tektonik 34, , , ,2 4 Dataran Volkan 490, , ,0 5 Jalur aliran 787,4 272,1 297,6 1357,1 6 Kaki Pegunungan Volkan 800, , , ,3 7 Perbukitan Tektonik 1.066, ,4 3406, ,2 8 Perbukitan Volkan Tua 607,5 274,4 260, ,1 9 (blank) 690,2 741,4 576, ,7 Total 4.585, , , ,4 Sumber : Masteplan Kawasan Agropolitan Ciwidey Tanah-tanah yang berkembang dari bahan alluvium dan koluvium umumnya di daerah dataran, jalur aliran sungai, dataran bekas danau dan koluvium volkan yang umumnya disawahkan dan sebagian ditanami palawija dan tanaman sayuran. Kedalaman tanah umumnya dalam sampai sangat dalam, drainase agak terhambat sampai sangat terhambat, reaksi tanah sedikit masam sampai netral. Tanah-tanah tersebut diklasifikasikan sebagai tanah Inceptisols dan Andisols (Aquands), penyebarannya terdapat di sekitar Kecamatan Ciwidey, Pasir Jambu dan Rancabali Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di wilayah Ciwidey ini didominasi oleh penggunaan lahan untuk kebun teh, yaitu seluas ,1 ha atau sebesar 31,4 % dari total luas penggunaan lahan. Kawasan ruang terbangun sebesar 4,79 % yang digunakan untuk permukiman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. 29

28 Tabel 4. Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%) Badan Air 67,1 0,16 Hutan Damar 126,4 0,31 Hutan Eucalyptus 1.929,4 4,74 Hutan Lebat (Primer) ,3 29,83 Hutan Sekunder/Belukar 908,4 2,23 Kebun Campuran ,3 4,37 Kebun Campuran-2 56,8 0,14 Kebun Teh ,1 31,40 Pemukiman 1.946,9 4,79 Rumput 16,0 0,04 Sawah Irigasi Sederhana 1.653,0 4,06 Sawah Irigasi Semi Teknis 769,7 1,89 Sawah Tadah Hujan 1.488,2 3,66 Semak Belukar 3.293,7 8,10 Tegalan (palawija) 0,3 0,00 Tegalan (Sayuran Dataran Tinggi) 1.738,3 4,27 Total ,7 100,00 Sumber : Masteplan Kawasan Agropolitan Ciwidey Secara alami faktor yang mempengaruhi penggunaan lahan di Kawasan Agropolitan Ciwidey antara lain kemiringan tanah, jenis tanah, curah hujan, kandungan air tanah dan sebagainya, sedangkan faktor non alami yang mempengaruhi penggunaan lahan yaitu aktivitas yang terjadi di masyarakat, mata pencaharian, jumlah penduduk dan sebaran penduduk Kependudukan Kepadatan penduduk Kawasan Agropolitan Ciwidey rata-rata 6,7 jiwa/ha. Pada tahun 2006, desa yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Desa Sukaresmi Kecamatan Rancabali dengan tingkat kepadatan 77,5 jiwa/ha, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Desa Sugihmukti Kecamatan Pasirjambu dengan tingkat kepadatan 1,2 jiwa/ha (Tabel 5). 30

29 Tabel 5. Kepadatan Penduduk Rata-Rata per Desa Kawasan Agropolitan Ciwidey Tahun 2006 Jumlah Penduduk Rata-rata Kepadatan Kecamatan Desa Luas (ha) (jiwa) (jiwa/ha) 1. Panundaan 321, ,8 2. Ciwidey 218, ,9 3. Panyocokan 389, ,2 4. Lebakmuncang ,1 5. Rawabogo 759, ,8 6. Nengkelan 346, ,4 Ciwidey 7. Sukawening 700, ,0 8. Cipelah 606, ,8 9. Sukaresmi 113, ,5 10. Indragiri ,9 11. Patengan 2.538, ,1 Rancabali 12. Alamendah 226, ,6 13. Sugihmukti ,2 14. Margamulya 386, ,0 15. Tenjolaya 3.661, ,1 16. Cisondari ,3 17. Mekarsari ,1 18. Cibodas ,7 19. Cukanggenteng ,9 20. Pasirjambu 145, ,6 21. Mekarmaju ,7 Pasirjambu 22. Cikoneng 472, ,5 Jumlah ,7 Sumber: Potensi Desa Jawa Barat Tahun 2006 Secara keseluruhan penyebaran penduduk di Kawasan Agropolitan Ciwidey sudah cukup merata, namun bila dilihat berdasarkan rata-rata kepadatan penduduk yang ada, masih terdapat penumpukan penduduk di beberapa desa, yakni Desa Sukaresmi dan Desa Alam Endah yang terletak di Kecamatan Rancabali Struktur Mata Pencaharian Penduduk Penduduk merupakan salah satu indikator perkembangan dan pembangunan wilayah sehingga laju pertumbuhan penduduk perlu diperhatikan dengan baik. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah 31

30 adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi dan sumberdaya manusia yang handal di wilayah tersebut. Dalam pembangunan ekonomi, sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Kelompok penduduk dapat dilihat dari penduduk yang bekerja dan penduduk yang sedang mencari kerja. Lapangan usaha yang terdapat di wilayah Ciwidey terdiri dari pertanian, industri, perdagangan, dan jasa. Sebagian besar penduduk di ketiga kecamatan bekerja pada lapangan usaha pertanian seperti yang ditunjukkan Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Penduduk per Lapangan Usaha Ciwidey Rancabali Pasirjambu Kecamatan (jiwa) (%) (jiwa) (%) (jiwa) (%) Pertanian , , ,54 Industri , , ,82 Perdagangan , , ,79 Jasa , , ,83 Lainnya , , ,02 Total , , ,00 Sumber: Master Plan Kawasan Agropolitan Ciwidey 4.7. Transportasi Tabel 7 di bawah menunjukkan seberapa jauh dan seberapa lama sebuah desa dapat mengakses ibukota kecamatan masing-masing. Untuk Kecamatan Ciwidey, Desa Sukawening dan Panyocokan adalah desa terjauh dari ibukota Kecamatan Ciwidey; adapun Desa Lebakmuncang adalah desa terdekat. Untuk Kecamatan Rancabali, Desa Cipelah adalah desa terjauh; adapun Desa Patengan adalah desa terdekat. Untuk Kecamatan Pasirjambu, Desa Mekarsari adalah desa terjauh; adapun Desa Pasirjambu adalah desa terdekat. 32

31 Tabel 7. Jarak dan Waktu Tempuh Desa-Ibukota Kecamatan Kecamatan Desa Jarak Desa- Ibukota Kecamatan (km) Waktu Tempuh Desa-Ibukota Kecamatan (menit) Panundaan Ciwidey 3 10 Panyocokan 7 15 Ciwidey Lebakmuncang Rawabogo 3 15 Nengkelan Sukawening 7 15 Cipelah Sukaresmi Rancabali Indragiri 5 15 Patengan Alamendah Sugihmukti 7 20 Margamulya Tenjolaya 3 17 Cisondari Pasirjambu Mekarsari 8 37 Cibodas 2 30 Cukanggenteng 1 10 Pasirjambu Mekarmaju 2 16 Cikoneng Sumber: Master Plan Kawasan Agropolitan Ciwidey Sementara untuk ketersediaan fisik jalan di Kawasan Agropolitan Ciwidey meliputi jalan negara yang hanya ada di Kecamatan Rancabali dengan panjang 23 km. Adapun panjang jalan provinsi dan jalan kabupaten yang melalui Kecamatan Rancabali proporsinya cukup besar mengingat Kecamatan Rancabali adalah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur. Ketersediaan aksesibilitas jalan di Kawasan Ciwidey dapat dilihat pada Gambar 5. 33

32 Rawabogo Nengk elan Cikoneng KETERSEDIAAN JALAN KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY Sukawening N Kecamatan Ciwidey Ciwidey Lebakmuncang Panundaan Mek armaju Pasirjambu Panyocokan Cukanggenteng Cibodas W E S Skala 1: Km Indragiri Alam Endah Margamulya Cisondari Cipelah Kecamatan Rancabali Sukaresmi Patengan Kecamatan Pasirjambu Mek arsari Sugihmukti Tenjolaya KETERANGAN Jalan Kabupaten Jalan Propinsi Batas Desa Batas Kecamatan Gambar 5. Peta Ketersediaan Jalan di Kawasan Agropolitan Ciwidey 4.8. Pertanian Pengembangan kawasan agropolitan tentunya perlu mengetahui gambaran umum kondisi pertanian khususnya menyangkut komoditas-komoditas pertanian. Ada 16 ragam rata-rata produksi komoditas pertanian (di luar buah-buahan) yang ada di Kawasan Agropolitan Ciwidey di tahun 2004 dan Secara lebih jelas, gambaran rata-rata produksi per komoditas pertanian dapat dilihat pada Tabel 8. 34

33 Tabel 8. Rata-Rata Produksi Komoditas Pertanian (kw/ha) di Kawasan Agropolitan Ciwidey Ciwidey Rancabali Pasirjambu No Komoditas Padi Sawah 53,17 52,97 52,14 53,52 53,82 53,84 2 Padi Ladang 30,00 32,47 27,20 35,26 31,98 39,92 3 Ubi Kayu 138,02 155,78 132,31 148,42 132,82 159,66 4 Ubi Jalar 98,32 101,86 95,69 99,12 98,71 103,65 5 Jagung 45,47 45,36 42,42 43,23 42,10 45,23 6 Kacang Tanah ,93 13,86 14,21 14,21 7 Kacang Merah 99,25 97,54 74,73 100,59 87,28 8 Bawang Daun 121,37 132,01 156,86 160,86 122,88 140,10 9 Bawang Merah 105,20-187,94 178,08 103,78 88,11 10 Bawang Putih 102,33-173,29 195,33 102,60 103,57 11 Kubis 273,78 373,80 297,86 373,15 272,57 366,06 12 Tomat 238,83 235,56 240,42 211,05 241,09 224,63 13 Cabe Besar 64,33 103,67 71,73 75,86 78,87 80,18 14 Kentang 194,28 194,94 226,99 218,96 190,60 188,12 15 Petsai/Sawi 231,71 232,16 209,29 224,30 198,96 185,40 16 Wortel ,62 228, Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka,

34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan Kawasan Agropolitan Berdasarkan analisis perkembangan wilayah (skalogram) yang dilakukan, dapat diketahui nilai Indeks Perkembangan Desa (IPD) Kawasan Agropolitan Ciwidey terdistribusi menjadi tiga strata atau hirarki. Hirarki ini menunjukkan tingkat perkembangan masing-masing wilayah (desa). Dari 22 desa yang ada di Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali, hanya dua desa yang tergolong Hirarki I dan memiliki nilai IPD tinggi (140,88 dan 104,89), yakni Desa Ciwidey dan Desa Pasirjambu. Hasil analisis skalogram tertera pada Tabel 9 dan Gambar 6. Tabel 9. Analisis Perkembangan Wilayah Kawasan Agropolitan No. Nama Kecamatan Nama Desa Kepadatan (Jiwa/Ha) Jumlah Unit Fasilitas Jumlah Jenis Fasilitas IPD Hirarki 1 Ciwidey Ciwidey ,88 Hirarki I 2 Pasirjambu Pasirjambu ,89 Hirarki I 3 Rancabali Indragiri ,66 Hirarki II 4 Ciwidey Sukawening ,20 Hirarki II 5 Ciwidey Nengkelan ,01 Hirarki II 6 Ciwidey Panyocokan ,68 Hirarki II 7 Rancabali Patengan ,79 Hirarki II 8 Pasirjambu Cisondari ,55 Hirarki II 9 Ciwidey Rawabogo ,23 Hirarki III 10 Pasirjambu Mekarmaju ,31 Hirarki III 11 Pasirjambu Margamulya ,75 Hirarki III 12 Ciwidey Panundaan ,99 Hirarki III 13 Rancabali Alam Endah ,87 Hirarki III 14 Ciwidey Lebakmuncang ,83 Hirarki III 15 Rancabali Cipelah ,36 Hirarki III 16 Pasirjambu Cibodas ,31 Hirarki III 17 Pasirjambu Cukanggenteng ,81 Hirarki III 18 Pasirjambu Tenjolaya ,43 Hirarki III 19 Rancabali Sukaresmi ,85 Hirarki III 20 Pasirjambu Sugihmukti ,17 Hirarki III 21 Pasirjambu Cikoneng ,93 Hirarki III 22 Pasirjambu Mekarsari ,51 Hirarki III Sumber: Hasil Analisis

35 Ra wa bo go Ne ngk elan Suka we ning Cikoneng INDEKS PERKEMBANGAN DESA KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY Kecamatan Ciwidey Ciwidey Leb akm un can g Pan und aa n Mek arma ju Pasirjambu Panyocokan Cu kan gge nte ng Cibo da s W N E Indragiri Alam En dah Margamulya Cisondari S Km Skala 1: Cipe lah Kecamatan Rancabali Pate ng an Sukaresmi Kecamatan Pasirjambu Te njola ya Sugihmukti Mek arsari KETERANGAN Jalan Nilai IPD Standarisasi = 50 Batas Kecamatan Batas Desa Gambar 6. Indeks Perkembangan Desa di Kawasan Agropolitan Ciwidey 37

36 Selain karena menjadi ibukota kecamatan, Desa Ciwidey (ibukota Kecamatan Ciwidey) dan Desa Pasirjambu (ibukota Kecamatan Pasirjambu) merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan kabupaten dan provinsi sehingga aksesibilitas kedua desa sangat baik. Oleh karena itu pusat-pusat pelayanan masyarakat khususnya pemerintahan dan perdagangan berkembang pesat disini. Sementara jumlah desa yang tergolong ke dalam hirarki II sebanyak enam desa, yakni Desa Indragiri, Sukawening, Nengkelan, Panyocokan, Patengan dan Cisondari. Sisanya 14 desa masuk ke dalam hirarki III, meliputi Desa Rawabogo, Mekarmaju, Margamulya, Panundaan, Alam Endah, Lebak Muncang, Cipelah, Cibodas, Cukanggenteng, Tenjolaya, Sukaresmi, Sugihmukti, Cikoneng dan Mekarsari. Sebaran hirarki Kawasan Agroplitan Ciwidey tertera pada Gambar 7. Gambar 7. Peta Sebaran Hirarki Kawasan Agropolitan Ciwidey Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa persebaran perkembangan wilayah di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Selain karena perbedaan sarana prasarana (khususnya aksesibilitas) di setiap desa, alokasi penggunaan lahan di 38

37 Kawasan Agropolitan Ciwidey yang sudah ditetapkan sejak lama (zaman Belanda) juga sangat mempengaruhi kepadatan dan jumlah penduduk, sehingga juga mempengaruhi tingkat perkembangan setiap desa. Untuk desa-desa dimana alokasi penggunaan lahannya (lihat Peta Pola Pemanfaatan Ruang, Gambar 9) sebagian besar adalah perkebunan teh, hutan lindung dan cagar alam akan memiliki kepadatan penduduk yang kecil sehingga pembangunan sarana prasarana pelayanan umum pun jauh lebih kecil dibandingkan dengan wilayah di mana alokasi penggunaan lahannya didominasi oleh pertanian lahan basah dan sawah (memiliki kepadatan penduduk lebih tinggi). Oleh karena itu, dalam analisis perkembangan wilayah dimana variabel-variabel penentunya adalah jumlah unit dan jumlah jenis fasilitas, wilayah/desa tersebut tergolong dalam hirarki rendah (Hirarki III). Tabel lengkap hasil analisis skalogram tertera pada Lampiran Analisis Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan Untuk analisis sektor/komoditas unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey dilakukan dua tahapan analisis, yakni Analisis LQ (pemusatan aktivitas) dan Analisis SSA (tingkat kompetitif aktivitas) Analisis LQ (Pemusatan Aktivitas) di Kawasan Agropolitan Pemusatan aktivitas di Kawasan Agropolitan Ciwidey terbagi menjadi dua, yakni pemusatan aktivitas sektor kegiatan dan pemusatan aktivitas pertanian tanaman bahan makanan. Data yang digunakan untuk pemusatan aktivitas sektor kegiatan adalah data PDRB tahun 2006, sedangkan pemusatan aktivitas pertanian tanaman bahan makanan menggunakan data luas tanam dan luas panen tahun

38 Pemusatan Aktivitas Sektor Kegiatan Lokasi pusat sektor kegiatan didasarkan pada nilai Location Quotient (LQ) maksimal, yaitu diambil sebaran nilai LQ terbesar. Dari Tabel 10 terlihat pola pemusatan di Kecamatan Pasirjambu dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi pemusatan sektor kegiatan perkebunan (7.87), tanaman bahan makanan (3.02), kehutanan (2.02), angkutan jalan raya (1.92), sosial kemasyarakatan (1.69), hotel (1.60), lembaga keuangan bukan bank (1.40), bangunan/konstruksi (1.30), perdagangan besar dan eceran (1.20), peternakan (1.14), sewa bangunan (1.13), perikanan (1.12) dan sektor kegiatan komunikasi (1.01). Tabel 10. Analisis Pemusatan Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Pasirjambu Ciwidey Rancabali Sektor Kegiatan LQ Sektor Kegiatan LQ Sektor Kegiatan LQ Perkebunan 7,87 Perkebunan 4,14 Hiburan dan rekreasi 9,62 Tanaman Bahan Makanan 3,02 Angkutan jalan raya 3,11 Perkebunan 7,11 Kehutanan 2,02 Tanaman Bahan Makanan 2,97 Kehutanan 1,9 Angkutan jalan raya 1,92 Kehutanan 2,87 Bangunan / Konstruksi 1,19 Sosial kemasyarakatan 1,69 Lembaga keuangan bukan bank 2,48 Sewa bangunan 1,18 Hotel 1,6 Bank 2,3 Sosial kemasyarakatan 1,16 Lembaga keuangan bukan bank 1,4 Perdagangan besar dan eceran 2,08 Tanaman Bahan Makanan 1,15 Bangunan / Konstruksi 1,29 Sosial kemasyarakatan 1,96 Air bersih 1,14 Perdagangan besar dan eceran 1,2 Bangunan / Konstruksi 1,74 Industri tanpa gas 1,09 Peternakan 1,14 Sewa bangunan 1,74 Angkutan jalan raya 1,07 Sewa bangunan 1,13 Perikanan 1,35 Perikanan 1,12 Air bersih 1,27 Komunikasi 1,01 Peternakan 1,25 Jasa penunjang angkutan 1,03 Sumber: Hasil Analisis Kecamatan Ciwidey dari yang tertinggi hingga terendah meliputi pemusatan sektor kegiatan perkebunan (4,14), angkutan jalan raya (3,11), tanaman bahan makanan (2,97), Kehutanan (2,87), lembaga keuangan bukan bank (2,48), bank (2,30), perdagangan besar dan eceran (2,08), sosial kemasyarakatan (1,955), bangunan/konstruksi (1,744), sewa bangunan (1,742), perikanan (1,35), air bersih (1,27), peternakan (1,25) dan sektor kegiatan jasa penunjang angkutan (1,03). 40

39 Pola pemusatan sektor kegiatan di Kecamatan Rancabali dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi pemusatan sektor kegiatan hiburan dan rekreasi (9,62), perkebunan (7,11), kehutanan (1,90), bangunan/konstruksi (1,19), sewa bangunan (1,18), sosial kemasyarakatan (1,16), tanaman bahan makanan (1,15), air bersih (1,14), industri tanpa gas (1,09) dan sektor kegiatan angkutan jalan raya (1,07). Dari hasil pemusatan sektor kegiatan di atas, diketahui bahwa sektor kegiatan pertanian secara luas unggul (memiliki tingkat komparatif yang tinggi) di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hal ini dibuktikan dengan terpusatnya sebagaian besar kegiatan pertanian di setiap kecamatan (Gambar 8). Hal tersebut juga dapat dilihat dari Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Ciwidey (Gambar 9) dimana penggunaan lahan di wilayah tersebut sebagian besar adalah hutan lindung, cagar alam dan perkebunan. Gambar 8. Peta Pemusatan Sektor Kegiatan Unggulan Kawasan Agropolitan Ciwidey 41

40 Gambar 9. Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Ciwidey 42

41 Pemusatan Aktivitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan Luas Tanam Pola pemusatan komoditas seledri mendominasi pola pemusatan tanaman bahan makanan di Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu, dimana nilai LQ komoditas seledri di Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu paling tinggi dibandingkan dengan nilai LQ komoditas lain yang terdapat di kedua kecamatan tersebut. Di Kecamatan Rancabali selain komoditas seledri juga terjadi pola pemusatan komoditas bawang putih. Nilai LQ komoditas bawang putih di Kecamatan Rancabali paling tinggi dibandingkan nilai LQ komoditas lainnya di Kecamatan Rancabali dan Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hasil analisis LQ terhadap luas tanam komoditas pertanian tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11.Analisis Pemusatan Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Tanam Pasirjambu Ciwidey Rancabali Komoditas LQ Komoditas LQ Komoditas LQ Seledri 7,47 Seledri 14,92 Bawang putih 35,10 Cabe Rawit 4,71 Kembang Kol 5,86 Seledri 15,94 Buncis 4,48 Bawang daun 4,96 Kacang Tanah 8,95 Bawang daun 3,49 Buncis 3,85 Ubi Jalar 5,55 Petsai/sawi/sosin 2,37 Tomat 1,77 Cabe Rawit 4,86 Kacang merah 2,12 Petsai/sawi/sosin 1,58 Bawang daun 4,78 Kacang Tanah 1,81 Cabe Besar 1,54 Ubi Kayu 3,06 Tomat 1,80 Padi Sawah 1,28 Kembang Kol 2,37 Cabe Besar 1,48 Jagung 2,02 Padi Gogo 1,27 Padi Gogo 1,80 Padi Sawah 1,10 Cabe Besar 1,62 Kacang merah 1,30 Buncis 1,38 Tomat 1,10 Wortel 1,06 Bawang merah 1,05 Sumber: Hasil Analisis 43

42 Dari Tabel 11 diketahui bahwa di Kecamatan Pasirjambu terjadi pola pemusatan komoditas pertanian dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi komoditas seledri (7,47), cabe rawit (4,71), buncis (4,47), bawang daun (3,49), petsai/sawi (2,37), kacang merah (2,12), kacang tanah (1,81), tomat (1,80), cabe besar (1,48), padi gogo (1,27) dan komoditas padi sawah (1,10). Pola pemusatan komoditas pertanian tanaman bahan makanan yang terjadi di Kecamatan Ciwidey dari yang tertinggi hingga yang terendah berdasarkan luas tanam meliputi komoditas seledri (14,92), kembang kol (5,86), bawang daun (4,96), buncis (3,85), tomat (1,77), petsai/sawi (1,58), cabe besar (1,54) dan komoditas padi sawah (1,28). Sedangkan pola pemusatan komoditas pertanian tanaman bahan makanan yang terjadi di Kecamatan Rancabali dari yang tertinggi hingga yang terendah berdasarkan luas tanam meliputi komoditas bawang putih (35,10), seledri (15,94), kacang tanah (8,95), ubi jalar (5,55), cabe rawit (4,86), bawang daun (4,78), ubi kayu (3,06), kembang kol (2,37), jagung (2,02), padi gogo (1,80), cabe besar (1,62), kacang merah (1,43), buncis (1,38), tomat (1,10), wortel (1,06) dan komoditas bawang merah (1,05). Dari hasil analisis pemusatan kegiatan pertanian tanaman bahan makanan berdasarkan data luas tanam tahun 2006, diketahui bahwa komoditas unggulan tanaman bahan makanan paling banyak terdapat di Kecamatan Rancabali dengan 16 jenis komoditas. 44

43 Pemusatan Aktivitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan Luas Panen Untuk melihat pola pemusatan aktivitas pertanian tanaman bahan makanan, analisis pemusatan juga dilakukan dengan menggunakan data luas panen dari masing-masing jenis komoditas tanaman hortikultura dan palawija. Dilihat dari nilai LQ luas panen terbesar komoditas tanaman bahan makanan (hortikultura dan tanaman palawija) di Kawasan Agropolitan Ciwidey, maka Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Pasirjambu menjadi sentra komoditas seledri dengan nilai LQ luas panen terbesar dibandingkan komoditas lainnya yang ada di masing-masing kecamatan, sedangkan Kecamatan Rancabali menjadi sentra komoditas bawang putih selain sentra komoditas seledri. Nilai LQ komoditas bawang putih dan seledri di Kecamatan Rancabali paling tinggi dibandingkan komoditas lainnya di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hasil perhitungan nilai LQ dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Analisis Pemusatan Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Panen Pasirjambu Ciwidey Rancabali Komoditas LQ Komoditas LQ Komoditas LQ Seledri 9,63 Seledri 15,32 Bawang putih 31,73 Cabe Rawit 4,80 Kembang Kol 4,73 Seledri 20,38 Buncis 4,08 Bawang daun 4,60 Kacang Tanah 11,68 Bawang daun 3,70 Buncis 3,51 Ubi Jalar 8,30 Petsai/sawi/sosin 2,180 Tomat 2,130 Bawang daun 4,81 Tomat 2,07 Cabe Besar 1,97 Cabe Rawit 4,13 Kacang merah 1,50 Petsai/sawi/sosin 1,66 Padi Gogo 2,53 Cabe Besar 1,37 Padi sawah 1,30 Kembang Kol 2,02 Kacang Tanah 1,26 Jagung 1,89 Padi sawah 1,15 Cabe Besar 1,52 Ubi Jalar 1,15 Ubi Kayu 1,49 Buncis 1,47 Bawang merah 1,29 Tomat 1,14 Sumber: Hasil Analisis 45

44 Dengan demikian komoditas pertanian tanaman bahan makanan yang memusat di Kecamatan Pasirjambu dengan nilai pemusatan yang tertinggi hingga terendah adalah komoditas seledri (9,36), cabe rawit (4,80), buncis (4,08), bawang daun (3,70), petsai/sawi (2,18), tomat (2,07), kacang merah (1,50), cabe besar (1,37), kacang tanah (1,26), padi sawah (1,15) dan komoditas ubi jalar (1,15). Pemusatan komoditas pertanian tanaman bahan makanan di Kecamatan Ciwidey berdasarkan luas panen dari yang tertinggi hingga terendah meliputi komoditas seledri (15,32), kembang kol (4,73), bawang daun (4,60), buncis (3,51), tomat (2,13), cabe besar (1,97), petsai/sawi (1,66) dan komoditas padi sawah (1,30). Sementara di Kecamatan Ciwidey pola pemusatan komoditas pertanian tanaman bahan makanan berdasarkan luas panen dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi bawang putih (31,73), seledri (20,38), kacang tanah (11,68), ubi jalar (8,30), bawang daun (4,81), cabe rawit (4,13), padi gogo (2,53), kembang kol (2,02), jagung (1,90), cabe besar (1,52), ubi kayu (1,49), buncis (1,47), bawang merah (1,29) dan tomat (1,14). Pola pemusatan dari masing-masing komoditas tersebut menunjukkan bahwa wilayah-wilayah tersebut memiliki tingkat keunggulan komparatif untuk pengembangan komoditas tertentu. Desa-desa tertentu memiliki keunggulan komparatif untuk pengembangan luas panen untuk jenis komoditas tertentu dibandingkan terhadap agregat wilayah pengembangan. Hasil dari analisis LQ aktivitas pertanian tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Gambar 10. Semua hasil perhitungan LQ dapat dilihat pada Lampiran 3. 46

45 Gambar 10. Peta Pemusatan Aktivitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey Analisis SSA (Tingkat Kompetitif Aktivitas) di Kawasan Agropolitan Tingkat Kompetitif Aktivitas Sektor Kegiatan Analisis kompetitif (SSA) sektor kegiatan dilakukan untuk melihat perbandingan laju petumbuhan perekonomian di Kawasan Agropolitan Ciwidey dengan laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Bandung, sehingga dapat diketahui sektor kegiatan yang memiliki keunggulan bersaing (kompetitif) di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Analisis ini berdasarkan data PDRB Kabupaten Bandung tahun Selain itu, analisis shift share juga digunakan dalam menentukan besarnya aktivitas suatu sektor pada ketiga kecamatan di Kawasan Agropolitan Ciwidey, sehingga pertumbuhan wilayah ketiga kecamatan pun dapat dibandingkan. Berdasarkan hasil analisis differential shift (DS) di Kecamatan Pasirjambu, sektor kegiatan bank memiliki tingkat kompetitif paling tinggi (0,020), kemudian 47

46 restoran (0,020), komunikasi (0,020), hiburan dan rekreasi (0,009), tanaman bahan makanan (0,008), angkutan jalan raya (0,004), kehutanan (0,003), bangunan/konstruksi (0,002), jasa perorangan dan rumah tangga (0,002) dan penggalian (0,001) (Tabel 13). Tabel 13. Analisis Kompetitif Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Pasirjmbu Ciwidey Rancabali Sektor Kegiatan DS Sektor Kegiatan DS Sektor Kegiatan DS Bank 0,020 Komunikasi 0,027 Bank 0,025 Restoran 0,020 Pemerintahan Umum 0,026 Restoran 0,022 Komunikasi 0,020 Restoran 0,025 Komunikasi 0,021 Hiburan dan rekreasi 0,009 Penggalian 0,021 Air bersih 0,011 Tanaman Bahan Makanan 0,008 Air bersih 0,018 Bangunan / Konstruksi 0,009 Angkutan jalan raya 0,004 Kehutanan 0,015 Penggalian 0,009 Kehutanan 0,003 Bangunan / Konstruksi 0,013 Kehutanan 0,007 Bangunan / Konstruksi 0,002 Hiburan dan rekreasi 0,012 Hiburan dan rekreasi 0,006 Perorangan dan rumah tangga 0,002 Angkutan jalan raya 0,011 Tanaman Bahan Makanan 0,005 Penggalian 0,001 Tanaman Bahan Makanan 0,009 Perorangan dan rumah tangga 0,004 Perorangan dan rumah tangga 0,007 Angkutan jalan raya 0,003 Listrik 0,007 Perdagangan besar dan eceran 0,001 Sumber: Hasil Analisis Nilai differential shift untuk Kecamatan Ciwidey menunjukkan bahwa sektor yang memiliki tingkat kompetitif dari yang tertinggi hingga yang terendah meliputi sektor kegiatan komunikasi (0,027), pemerintahan umum (0,026), restoran (0,025), penggalian (0,021), air bersih (0,018), kehutanan (0,015), bangunan/konstruksi (0,013), hiburan dan rekreasi (0,012), angkutan jalan raya (0,011), tanaman bahan makanan (0,009), jasa perirangan dan rumah tangga (0,007), listrik (0,007) serta sektor kegiatan perdagangan besar dan eceran (0,001). Sementara nilai kompetitif sektor kegiatan untuk Kecamatan Rancabali dari yang tertinggi hingga terendah meliputi sektor kegiatan bank (0,025), restoran (0,022), komunikasi (0,021), air bersih (0,011), bangunan/konstruksi (0,009), penggalian (0,009), kehutanan (0,007), hiburan dan rekreasi (0,006), tanaman 48

47 bahan makanan (0,005), jasa perorangan dan rumah tangga (0,004), serta sektor kegiatan angkutan jalan raya (0,003). Dari hasil analisis competitiveness (SSA), sektor kegiatan pertanian secara luas masih terdistribusi merata di setiap kecamatan. Hal ini membuktikan bahwa secara kompetitif kegiatan pertanian merupakan sektor unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hasil analisis SSA sektor kegiatan dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Peta Tingkat Kompetitif Sektor Kegiatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Tingkat Kompetitif Aktivitas Kegiatan Pertanian Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan Luas Tanam Untuk mengetahui perbandingan laju pertumbuhan komoditas pertanian tanaman bahan makanan di Kawasan Agropolitan Ciwidey dengan laju pertumbuhan komoditas tanaman bahan makanan di seluruh Kabupaten Bandung dapat menggunakan metode analisis shift share berdasarkan data luas tanam dan 49

48 luas panen tanaman bahan makanan. Dengan demikian dapat diketahui luas tanam dan luas panen dari komoditas tanaman bahan makanan yang memiliki keunggulan bersaing (competitiveness) di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Berdasarkan hasil analisis, nilai Differential Shift tertinggi di Kecamatan Ciwidey adalah komoditas kembang kol (2,170). Hal ini berarti laju pertambahan luas tanam komoditas kembang kol adalah 2,170 lebih tinggi dibandingkan tingkat pertambahan luas tanam komoditas kembang kol secara umum di Kawasan Agropolitan Ciwidey (Tabel 14). Tabel 14.Analisis Kompetitif Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Tanam Pasirjambu Ciwidey Rancabali Komoditas DS Komoditas DS Komoditas DS Kentang 1,226 Kembang Kol 2,170 Kacang Merah 1,216 Kacang Merah 0,731 Bawang Daun 1,771 Bawang Daun 1,125 Cabe 0,667 Petsai 0,757 Cabe 0,586 Bawang Daun 0,633 Tomat 0,571 Wortel 0,277 Petsai 0,499 Kentang 0,548 Tomat 0,256 Tomat 0,421 Kubis 0,41 Cabe Rawit 0,227 Kubis 0,408 Buncis 0,37 Bawang Putih 0,193 Cabe Rawit 0,25 Cabe 0,216 Petsai 0,172 Buncis 0,214 Kentang 0,137 Bawang Merah 0,029 Sumber: Hasil Analisis Di Kecamatan Pasirjambu, komoditas kentang menjadi komoditas yang paling tinggi nilai differential shift nya (1,226). Hal ini berarti laju pertambahan luas tanam komoditas kentang 1,226 lebih tinggi dibandingkan tingkat pertambahan luas tanam komoditas kentang secara umum di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Untuk Kecamatan Rancabali komoditas yang memiliki nilai differential shift paling tinggi adalah komoditas kacang merah (1,216). Hal ini berarti laju pertambahan luas tanam komoditas kacang merah di Kecamatan Rancabali 1,216 50

49 lebih tinggi dibandingkan dengan luas tanam komoditas kacang merah di Kawasan Agropolitan Ciwidey secara umum. Tingkat Kompetitif Aktivitas Kegiatan Pertanian Tanaman Bahan Makanan Berdasarkan Luas Panen Berdasarkan data luas panen tahun 2006, komoditas yang memiliki nilai differential shift paling tinggi di Kecamatan Pasirjambu adalah komoditas bayam (1,852). Hal ini menunjukkan bahwa komoditas bayam di Kecamatan Pasirjambu 1,852 lebih tinggi laju pertambahan luas panennya dibandingkan dengan dua kecamatan lainnya (Ciwidey dan Rancabali). Untuk Kecamatan Ciwidey adalah komoditas bawang putih (0,606). Hal ini berarti laju pertambahan luas panen komoditas bawang putih 0,606 lebih tinggi dari laju pertambahan luas panen komoditas bawang putih secara umum di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Begitu juga halnya dengan komoditas lainnya yang memiliki keunggulan kompetitif di Kecamatan Ciwidey (Tabel 15). Tabel 15. Analisis Kompetitif Komoditas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey berdasarkan Luas Panen Pasirjambu Ciwidey Rancabali Komoditas DS Komoditas DS Komoditas DS Bayam 1,852 Bawang Putih 0,606 Bawang Putih 1,256 Kacang Merah 1,174 Terung 0,389 Jamur 0,704 Bawang Putih 0,577 Kacang panjang 0,212 Kacang Merah 0,66 Cabe 0,37 Buncis 0,197 Kacang panjang 0,387 Kacang panjang 0,343 Bayam 0,191 Cabe Rawit 0,233 Buncis 0,335 Cabe 0,114 Cabe 0,218 Jamur 0,25 Bawang Daun 0,144 Kentang 0,203 Bawang Merah 0,071 Bayam 0,035 Kentang 0,033 Sumber: Hasil Analisis Sementara untuk Kecamatan Rancabali komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif paling tinggi adalah komoditas bawang putih (1,256). Hal ini berarti laju pertambahan luas panen di Kecamatan Rancabali 1,256 lebih tinggi 51

50 dibandingkan dengan laju pertambahan luas panen secara keseluruhan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Untuk komoditas yang sama, seperti bawang putih dimana merupakan komoditas yang sama-sama diunggulkan laju pertambahan luas panennya di Kecamatan Ciwidey dan Rancabali, maka bawang putih akan lebih menguntungkan jika ditanam di Kecamatan Rancabali karena nilai kompetitifnya lebih tinggi (1,256) dari nilai kompetitif di Kecamatan Ciwidey (0,606). Hasil analisis SSA aktivitas pertanian dapat dilihat pada Gambar 12. Semua hasil perhitungan SSA tertera pada Lampiran 4. Gambar 12. Peta Tingkat Kompetitif Aktivitas Pertanian Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey Sektor-Sektor Basis Unggulan di Tiga Kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Sektor-sektor kegiatan di suatu wilayah terbagi menjadi dua, yakni sektor basis dan sektor servis. Adapun yang termasuk sektor basis merupakan sektorsektor yang dapat memberikan kontribusi (keuntungan) lebih pada suatu wilayah 52

51 secara ekonomi. Sementara yang termasuk sektor servis merupakan sektor-sektor yang harus tersedia di setiap wilayah untuk melayani kebutuhan setiap penduduk. Dalam penelitian akan dibahas mengenai sektor-sektor basis yang unggul di Kawasan Agropolitan Ciwidey baik secara komparatif maupun secara kompetitif. Dari hasil analisis LQ dan SSA, didapat sektor-sektor basis unggulan secara komparatif (nilai LQ tinggi) yang tertera pada Tabel 16. Tabel 16. Sektor Basis Unggulan Komparatif Kawasan Agropolitan No Sektor Basis Pasirjambu Ciwidey Rancabali 1 Perkebunan Tanaman Bahan Makanan Kehutanan Peternakan Perikanan Hiburan dan Rekreasi Keterangan: 1 = ada; 0 = tidak ada Sementara sektor-sektor basis unggulan secara kompetitif yang ditunjukkan dari nilai Differential Shift yang tinggi pada analisis SSA adalah tertera pada Tabel 17. Tabel 17. Sektor Basis Unggulan Kompetitif Kawasan Agropolitan No Sektor Basis Pasirjambu Ciwidey Rancabali 1 Restoran Tanaman Bahan Makanan Kehutanan Hiburan dan Rekreasi Keterangan: 1 = ada; 0 = tidak ada Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahawa sektor-sektor basis yang unggul secara komparatif dan kompetitif di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah sektor tanaman bahan makanan dan sektor kehutanan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tanaman bahan makanan dan sektor kehutanan terpusat dan tumbuh di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey. 53

52 Komoditas-Komoditas Tanaman Bahan Makanan Unggulan di Tiga Kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey Untuk sektor tanaman bahan makanan secara rinci terdiri dari komoditaskomoditas unggulan secara komparatif yang ditunjukkan dengan nilai LQ tinggi tertera pada Tabel 18. Tabel 18. Komoditas Unggulan Komparatif Kawasan Agropolitan No Komoditas Pasirjambu Ciwidey Rancabali 1 Seledri Cabe Rawit Buncis Bawang Daun Petsai Kacang Merah Tomat Kembang Kol Bawang Putih Keterangan: 1 = ada; 0 = tidak ada Sementara untuk komoditas unggulan secara kompetitif yang ditunjukkan dengan nilai differential shift tinggi pada analisis SSA tertera pada Tabel 19. Tabel 19. Komoditas Unggulan Kompetitif Kawasan Agropolitan No Komoditas Pasirjambu Ciwidey Rancabali 1 Kacang Merah Bawang Daun Petsai Tomat Cabe Rawit Buncis Kembang Kol Keterangan: 1 = ada; 0 = tidak ada Dari Tabel 18 dan 19 dapat dilihat bahwa komoditas yang unggul secara komparatif dan kompetitif di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah bawang daun dan tomat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pertanian komoditas bawang daun dan tomat terpusat dan tumbuh di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan Ciwidey. 54

53 Hasil analisis diatas dapat dibuktikan dengan melihat laju pertumbuhan produktivitas komoditas tanaman bahan makanan berdasarkan data produktivitas komoditas pertanian. Data produktivitas komoditas-komoditas di tiga kecamatan Kawasan Agropolitan tertera pada Tabel 20. Tebel 20. Data Produktivitas Tanaman Bahan Makanan Kawasan Agropolitan Ciwidey Pasirjambu Rancabali Komoditas 2004 (Ha) 2006 (Ha) 2004 (Ha) 2006 (Ha) 2004 (Ha) 2006 (Ha) Bawang Merah Bawang Putih Bawang Daun Kentang Kubis Petsai Wortel Kacang Merah Cabe Besar Tomat Kacang Panjang Terung Buncis Ketimun Kang-Kung Bayam Lobak Labu Siam Seledri Kembang Kol Cabe Rawit Jamur Jumlah Dari data produktivitas tersebut, membuktikan bahwa penetapan komoditas unggulan berdasarkan luas tanam berbanding lurus dengan tingkat pertumbuhan komoditas berdasarkan data produktivitas Analisis Pola Aliran Tataniaga Komoditas Unggulan Kawasan Survey Pasar/Komoditas yang diperdagangkan Analisis pusat pasar (Market Center Analysis) yang dilakukan meliputi tiga pasar yang terdapat di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Ketiga pasar tersebut 55

54 adalah Pasar Cibiru (Desa Ciwidey, Kecamatan Ciwidey), Pasar Baru Tunggul (Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali) dan Pasar Hanura (Desa Cipelah, Kecamatan Rancabali). Pasar Cibiru (Desa Ciwidey, Kecamatan Ciwidey) Dari survei yang dilakukan atas ketiga pasar tersebut dapat diketahui bahwa Pasar Cibiru menjadi pusat pasar bagi masyarakat Kawasan Agropolitan Ciwidey. Dibandingkan dengan kedua pasar lainnya (Pasar Baru Tunggul dan Pasar Hanura), Pasar Cibiru relatif paling lengkap baik dari barang-barang kebutuhan masyarakat hingga fasilitas dan prasarana. Disamping itu Pasar Cibiru juga sekaligus menjadi terminal bagi angkutan umum seperti bis, angkot, ojek dan delman sehingga sudah pasti dipadati pengunjung setiap harinya. Dari survei yang dilakukan diperoleh data-data seperti tertera pada Tabel 21. Tabel 21. Perkiraan Omset Harian Pasar Cibiru per Komoditas Rata-rata omset/hari Omset Total/hari Keterangan No Jenis Dagangan Jumlah Pedagang (Rp) (%) (Rp) (%) (Sektor) 1 Sayuran , ,64 Pertanian 2 Daging/ayam , ,67 Pertanian 3 Pakaian , ,39 Non-Pertanian 4 Ratekan * , ,01 Non-Pertanian 5 Kue , ,51 Non-Pertanian 6 Kelontongan , ,53 Non-Pertanian 7 Emas , ,81 Non-Pertanian 8 Buah-buahan , ,25 Pertanian 9 Ikan Asin , ,71 Non-Pertanian 10 Plastik , ,62 Non-Pertanian 11 Makanan/nasi , ,44 Non-Pertanian 12 Hasil Bumi , ,41 Pertanian Total Sumber: PT. Primatama Cipta Sarana (Pengembang Pasar Cibiru, Ciwidey) * : campuran antara kelontongan dan sayuran dalam jumlah yang sedikit Dilihat dari jenis barang yang tersedia di Pasar Cibiru Ciwidey dapat dikelompokkan menjadi dua macam berdasarkan sumber/asal barang tersebut, yaitu barang produksi lokal dan barang konsumsi produksi luar kawasan. Barang 56

55 produksi lokal meliputi barang-barang/komoditas-komoditas yang berasal dari dalam Kawasan Agropolitan Ciwidey seperti dari Sugihmukti, Tenjolaya, Cibodas, Margamulya, Cukanggenteng, Sukawening, Rawabogo dan dari desa lainnya. Adapun komoditas yang berasal dari dalam kawasan tersebut meliputi sayuran, daging/ayam, buah-buahan dan hasil bumi. Sementara barang konsumsi produksi luar kawasan merupakan barang-barang yang berasal dari luar kawasan agropolitan ciwidey seperti dari Pasar Induk Caringin (sebagian besar), Pangalengan, Bandung dan luar kawasan lainnya. Produk-produk luar kawasan ini meliputi barang-barang kelontongan, ratekan, kue, ikan asin, plastik, emas dan pakaian (Gambar 13). Omset Total (Rp/hari) Pasar Cibiru Ciwidey Jutaan (Rp) Sayuran Pakaian Daging/ayam Ratekan * Kue Kelontongan Emas Ikan Asin Plastik * : campuran antara kelontongan dan sayuran dalam jumlah yang sedikit Buah-buahan Makanan/nasi Hasil Bumi Gambar 13. Perkiraan Omset Harian Pasar Cibiru Dari data omset rata-rata per hari yang didapat, aliran uang di Pasar Cibiru paling tinggi, yakni sekitar Rp ,-/hari. Hal ini membuktikan bahwa Pasar Cibiru merupakan pusat pasar sekaligus pusat kegiatan ekonomi di Kawasan 57

56 Agropolitan Ciwidey. Data perhitungan perkiraan omset Pasar Cibiru tertera pada Lampiran 6. Pasar Baru Tunggul (Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali) Omset penjualan di Pasar Baru Tunggul terbilang rendah, karena pasar ini termasuk ke dalam pasar wisata dimana barang utama yang diperjualbelikan di pasar ini adalah produk-produk jajanan/oleh-oleh sebagai buah tangan untuk para turis/wisatawan yang sedang berkunjung ke Kawasan Agropolitan Ciwidey khususnya ke tempat-tempat wisata yang terdapat disana seperti Kawah Putih, Siti Patengan, Bumi Perkemahan Ranca Upas, Pemandian Air Panas Cimanggu dsb. Harusnya pasar ini dapat berkembang seiring dengan berkembangnya kegiatan pariwisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey, namun akibat kesalahan dalam pengelolaan, pasar wisata tersebut seperti mati. Dari sekitar 50 kios yang terdapat disana, hanya 26 kios yang masih bertahan itupun tidak buka setiap hari. Mereka hanya buka pada hari-hari tertentu seperti akhir pekan dan hari-hari libur dimana jumlah wisatawan cukup banyak. Selain kesalahan dalam pengelolaan, pasar wisata ini juga mendapat saingan hebat dari kawasan oleh-oleh, dimana tempat ini menjadi sentra oleh-oleh bagi para pengunjung. Selain letaknya yang di pinggir jalan sehingga memudahkan para wisatawan untuk singgah, harga yang ditawarkan di tempat ini juga cukup kompetitif dengan harga di Pasar Wisata Baru Tunggul. Tidak heran jika para wisatawan lebih memilih untuk singgah di kawasan oleh-oleh dari pada di Pasar Wisata Baru Tunggul. Adapun data perkiraan omset harian Pasar Wisata Baru Tunggul dapat dilihat pada Tabel

57 Tabel 22. Perkiraan Omset Harian Pasar Baru Tunggul per Komoditas No Jenis Dagangan Jumlah Pedagang Rata-rata omset/hari Omset Total/hari 1 Oleh-oleh Makanan/nasi Jamu Total Sumber: Sekretaris Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Tabel 22 menunjukkan data omset harian di Pasar wisata Baru Tunggul, Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali. Rata-rata aliran uang per hari sangat kecil, hanya sekitar Rp ,-/hari. Angka tersebut bisa lebih tinggi apabila hari-hari libur seperti akhir pekan dan libur sekolah, namun untuk hariannya sangat rendah (Gambar 14). Omset Total (Rp/hari) Pasar Baru Tunggul Alam Endah Jutaan (Rp) Oleh-oleh Makanan/nasi Jamu Gambar 14. Perkiraan Omset Harian Pasar Baru Tunggul Adapun jenis dagangan oleh-oleh yang terdapat di Pasar Wisata Baru Tunggul Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali ini meliputi berbagai hasil olahan stroberi dimana stroberi menjadi komoditas unggulan di beberapa daerah di Kecamatan Rancabali seperti dodol, sirup, manisan dan karamel. Selain itu, oleh-oleh lain yang menjadi khas daerah ini adalah kalua jeruk, bandrek, kerupuk kulit dan lain sebagainya. 59

58 Pasar Hanura (Desa Cipelah, Kecamatan Rancabali) Pasar Hanura merupakan pasar yang paling jauh letaknya di Kawasan Agropolitan Ciwidey, maka pengunjung pasar inipun tentunya hanya terbatas dari warga Cipelah dan sekitarnya (sebagian warga Kabupaten Cianjur, karena Desa Cipelah berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur). Pasar ini hanya ramai setiap hari minggu saja, selebihnya tidak begitu ramai namun masih ada kegiatan jual beli yang dilakukan. Hal ini dikarenakan sebagian besar warga Cipelah bekerja sebagai buruh petik teh yang hanya libur pada akhir pekan. Oleh karena itu, pasar ini terlihat hidup hanya pada hari minggu, dan dapat dikategorikan sebagai pasar mingguan. Data omset harian Pasar Hanura tertera pada Tabel 23. Tabel 23. Perkiraan Omset Harian Pasar Hanura per Komoditas No Jenis Dagangan Jumlah Pedagang Rata-rata omset/hari Omset Total/hari 1 Kelontongan Sayuran Pakaian Makanan Kering Emas Gula Aren Obat Total Sumber: Sekretaris Desa Cipelah Kecamatan Rancabali Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa omset rata-rata harian Pasar Hanura adalah sebesar Rp ,-. Adapun komoditas yang diperjualbelikan meliputi kelontongan, sayuran, pakaian, makanan kering, emas, gula aren dan obat-obatan (Gambar 15). 60

59 Omset Total (Rp/hari) Pasar Hanura Cipelah Jutaan (Rp) Kelontongan Sayuran Pakaian Makanan Kering Emas Gula Aren Obat Gambar 15. Perkiraan Omset Harian Pasar Hanura Komoditas yang berasal dari wilayah Cipelah yang juga menjadi khas wilayah tersebut adalah komoditas gula aren. Jika hari minggu, pedagang gula aren bisa mencapai pedagang. Sementara untuk komoditas lainnya seperti sayuran dan kelontongan berasal dari wilayah lain bahkan sebagian besar para pedagang berbelanja di Pasar Cibiru, Ciwidey. Dari ketiga pasar yang ada di Kawasan Agropolitan Ciwidey, dapat dilihat perbandingan perkiraan omset per hari setiap pasar. Perbandingan omset ketiga pasar tersebut tertera pada Gambar 16. Perkiraan Omset Jutaan (Rp/hari) Perkiraan Omset Pasar Cibiru Pasar Baru Tunggul Pasar Hanura Gambar 16. Perbandingan Perkiraan Omset Pasar di Kawasan Agropolitan Ciwidey 61

60 Survei Pasar dan Jalur Tataniaga Komoditas Utama Sebagian besar (41.64%) pemasukan atau aliran uang ke Pusat Pasar Cibiru Kecamatan Ciwidey berasal dari komoditas lokal unggulan yakni sayuran. Adapun komoditas lokal unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey meliputi bawang daun, tomat, buncis, padi, stroberi, kopi, teh rakyat dan susu sapi perah. Namun tidak semua komoditas unggulan tersebut mengalir ke pusat pasar seperti stroberi yang memiliki pasar langsung ke konsumen melalui tempat-tempat wisata tanpa melewati pusat pasar terlebih dahulu, serta komoditas kopi dan teh rakyat yang langsung dialirkan ke pabrik-pabrik pengolahan lokal kemudian ke pabrik-pabrik besar untuk dilabeli tanpa melalui pusat pasar. Begitu juga dengan komoditas susu sapi perah yang terkenal di Ciwidey, pengelolaan susu sapi perah di kawasan ini dilakukan oleh KUD setempat dimana para petani mengumpulkan hasil susu sapi perah mereka ke KUD. Sebagai pengumpul, kemudian KUD membawa hasil susu sapi perah yang terkumpul untuk dipasok ke pabrik-pabrik besar di Bandung. Untuk mengetahui aliran komoditas unggulan apa saja yang melalui pusat Pasar Cibiru Kecamatan Ciwidey dapat dilihat pada Gambar

61 Pasar Baru Tunggul Ra wa bo go # # # Ciko nen g Ne ngk elan Sukawening # Cu kan gge nte ng â # # â Mek arma ju 2 #Y â # # 3 â Leb akm un can g Panyocokan # # Cibo da s Ciw idey # # # #Y â Pasar Cibiru Panundaan Kecamatan Ciwidey â # â Alam En dah # â # Marg am ulya â â # Ciso nda ri PERGERAKAN LOKASI KOMODITAS KOMODITAS UNGGULAN UNGGULAN KE PUSAT PASAR TEH RAKYAT DI KAWASAN AGROPOLITAN AGOPOLITAN CIWIDEY CIW IDEY N Km Skala 1: Pasar Hanura # Ind ra giri # Kecamatan Rancabali #Y # Pate ng an Cipe lah # # Sukaresmi Pasar Hanura Sugihm ukti â Kecamatan Pasirjambu # # â Te njola ya # Mek arsari KETER ANG AN #Y Pu sat Kecamatan # Pusat Desa Jalan Batas Kecamatan Batas Desa Omset Pasar/hari # Standarisasi = Rp 50 Jt Bawa ng Da un Buncis Gula Merah Padi Seledri To m at Kom od itas U n ggu lan â 1,2,3,... Peringkat Komoditas Unggulan Gambar 17. Aliran Komoditas Unggulan terhadap Pusat Pasar di Kawasan Agropolitan Ciwidey 63

62 Bawang Daun. Bawang daun merupakan salah satu komoditas unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Pada umumnya bawang daun lebih cocok ditanam di daerah-daerah yang lebih tinggi seperti Kecamatan Rancabali. Adapun penghasil bawang daun terbesar di Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah Desa Alam Endah yang menjadikan tanaman bawang daun sebagai komoditas unggulan utama daerah tersebut, kemudian Desa Sgihmukti di Kecamatan Pasirjambu serta Desa Panundaan di Kecamatan Ciwidey yang menjadikan bawang daun sebagai komoditas unggulan ketiga di daerah masing-masing (Gambar 18). Gambar 18. Pergerakan Komoditas Bawang Daun terhadap Pusat Pasar Buncis. Pertanian buncis banyak dijumpai di Kecamatan Ciwidey, tidak heran jika tiga dari empat pemasok buncis terbanyak di Kawasan Agropolitan Ciwidey berasal dari desa-desa di Kecamatan Ciwidey, yaitu Desa Rawabogo, Desa Nengkelan dan Desa Panyocokan, bahkan tanaman buncis di Desa Rawabogo dan Desa Nengkelan menjadi komoditas unggulan utama. Sementara 64

63 daerah penghasil buncis lainnya terdapat di Desa Tenjolaya Kecamatan Pasirjambu yang menjadikan buncis sebagai komoditas unggulan ke tujuh (Gambar 19). Gambar 19. Pergerakan Komoditas Buncis terhadap Pusat Pasar Padi. Tanaman padi sebenarnya lebih cocok masuk ke dalam kategori komoditas strategis, karena padi di Kawasan Agopolitan Ciwidey ini ditanam hanya berorientasikan konsumsi sendiri/rumah tangga. Meskipun dengan lahan yang tidak terlalu luas, namun komoditas padi masih menjadi pilihan masyarakat untuk bercocok tanam selain hortikultura, terbukti dari persebaran komoditas padi yang dominan di daerah-daerah rendah meliputi Kecamatan Pasirjambu dan Kecamatan Ciwidey. Untuk Kecamatan Pasirjambu, desa-desa yang menjadi sentra komoditas padi adalah Desa Pasirjambu, Desa Cikoneng, Desa Cukanggenteng, Desa Cibodas, Desa Margamulya, Desa Sugihmukti, Desa Tenolaya dan Desa Cisondari. Sementara sentra komoditas padi di Kecamatan 65

64 Ciwidey adalah Desa Panyocokan, Desa Mekarmaju, Desa Sukawening, Desa Ciwidey, Desa Nengkelan dan Desa Rawabogo (Gambar 20). Gambar 20. Pergerakan Komoditas Padi terhadap Pusat Pasar Tomat. Komoditas tomat tampaknya menjdi komoditas unggulan yang dominan di Kecamatan Pasirjambu, karena tiga dari lima daerah penghasil tomat terbanyak di Kawasan Agropolitan Ciwidey berasal dari Kecamatan Pasirjambu yaitu meliputi Desa Tenjolaya debagai komoditas unggulan pertama, Desa Margamulya sebagai komoditas unggulan ketiga dan Desa Cibodas sebagai komoditas unggulan keempat. Sementara untuk Kecamatan Ciwidey sentra komoditas tomat terdapat di Desa Panyocokan sebagai komoditas unggulan ketiga dan Desa Rawabogo sebagai komoditas unggulan keempat (Gambar 21). 66

65 # Rawabogo # Nengk elan # # Cikoneng Sukawening # Cukanggenteng # Kecamatan Ciwidey Mek armaju # Pasirjambu ##Y # Panyocokan â3 â4 Lebakmuncang # # Cibodas Ciwidey # # # #Y PASAR CIBIRU Panundaan # # # Cisondari Alam Endah â 3 PASAR BARU TUNGGUL # Margamulya # Indragiri Mek arsari # Kecamatan Rancabali #Y # Patengan # Cipelah # Sukaresmi Kecamatan Pasirjambu PASAR HANURA # Sugihmukti â 4 # â 1 Tenjolaya PERGERAKAN KOMODITAS UNGGULAN TOMAT KE PUSAT PASAR KAWASAN AGOPOLITAN CIWIDEY N Skala 1: Km KETERANGAN #Y Pusat Kecamatan # Pusat Desa # Omset Pasar/hari Standarisasi = Rp 50 Jt Jalan Pergerakan Tomat Batas Kecamatan Batas Desa â Komoditas Unggulan 1,2,3,... Peringkat Komoditas Unggulan Gambar 21. Pergerakan Komoditas Tomat terhadap Pusat Pasar Meskipun sebagian besar omset pusat pasar Kawasan Agropolitan Ciwidey berasal dari komoditas lokal unggulan kawasan yakni sayuran, namun aliran komoditas lokal unggulan yang masuk ke Pusat Pasar Ciwidey hanya sekitar 15-20% dari produksi total kawasan. Sisanya atau sebagian besar produksi oleh pengumpul/tengkulak langsung didistribusikan ke Pasar Induk Caringin yang berada di Bandung. 67

66 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Analisis perkembangan wilayah (skalogram) menghasilkan tiga hirarki (tingkat perkembangan wilayah), yakni Hirarki I (2 desa), Hirarki II (6 desa) dan Hirarki III (14 desa). Hirarki I merupakan desa dengan tingkat perkembangan tinggi, yakni Desa Pasirjambu dan Desa Ciwidey. Di samping menjadi ibukota dari masing-masing kecamatan (Kecamatan Pasirjambu dan Kecamatan Ciwidey), kedua desa ini juga dilalui oleh Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten, sehingga memiliki aksesibilitas yang baik. Oleh karena itu kedua desa tersebut menjadi sentra permukiman, perekonomian/perdagangan dan pemerintahan. Berdasarkan hasil analisis LQ dan SSA, sektor unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah sektor kehutanan dan sektor tanaman bahan makanan. Kedua sektor tersebut unggul baik secara komparatif maupun secara kompetitif. Untuk tanaman bahan makanan sendiri, komoditas yang unggul baik secara komparatif maupun kompetitif adalah komoditas bawang daun dan tomat. Sektor/komoditas yang unggul baik secara komparatif maupun kompetitif berarti sektor/komoditas tersebut mengalami pemusatan dan pertumbuhan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Dari tiga pasar yang terdapat di Kawasan Agropolitan Ciwidey, Pasar Cibiru (Desa Ciwidey) diindikasikan sebagai pusat distribusi sekaligus sentra perdagangan khususnya bagi produk pertanian kawasan setempat. Pasar terbesar kedua adalah pasar Hanura (Desa Cipelah) dan yang ketiga adalah Pasar Baru Tunggul (Desa Alam Endah). Dari analisis pusat pasar ini, dapat diketahui pula struktur aliran tataniaga beberapa komoditas unggulan kawasan. Komoditas-

67 komoditas unggulan (basis pertanian) Kawasan Agropolitan Ciwidey umumnya tertuju pada pusat Pasar Cibiru yang memiliki karakteristik sebagai pasar grosir, dimana sebagian besar transaksi pembelian komoditas pertanian unggulan dimaksudkan untuk didistribusikan kembali dalam perdagangan eceran Saran Pengembangan secara fisik maupun fungsional pusat agribisnis di Kawasan agropolitan sebaiknya mengutamakan potensi Pasar Cibiru sebagai pusat pasar pertanian di aawasan agropolitan saat ini. Pengembangan ini diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan volume produksi dan agribisnis produk pertanian unggulan di masa yang akan datang. Kegiatan agrowisata di Kawasan Agropolitan Ciwidey sebaiknya lebih dipusatkan dan dikembangkan di Kecamatan Rancabali, karena kecamatan tersebut memiliki banyak sumberdaya alam lokal yang belum dikembangkan secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan pembangunan pusat agrowisata agar pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey berfungsi penuh sebagai Kawasan Pertanian Moderen. Hasil analisis dari penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan untuk menyusun/membuat perencanaan struktur ruang khususnya dalam pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey. 69

68 DAFTAR PUSTAKA Akhmad, S Membangun Ekonomi Kolektif dalam Pertanian Berkelanjutan; Perlawanan terhadap Liberalisasi dan Oligopoli Pasar Produk Pertanian. BAPEDA [ Badan Prencanaan Daerah] Kabupaten Bandung kerjasama dengan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah (Kawasan Agropolitan Ciwidey). Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Bandung dengan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB. Bogor. BAPEDA [ Badan Prencanaan Daerah] Kabupaten Paser kerjasama dengan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB Penyusunan Masterplan Pembangunan Ekonomi Daerah (Kawasan Agropolitan Paser). Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kabupaten Paser dengan Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB. Bogor. Hastuti, H. I Model Pengembangan Wilayah dengan Pngembangan Agropolitan. Tesis S2. Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan IPB. Bogor. Maulana, H Analisis Pola Aliran Penduduk di Kawasan Agropolitan. Skripsi S1. Departemen Tanah IPB. Bogor. Mubyarto dan A. Santosa Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Ekonomi Rakyat 3: Nurzaman, S Agropolitan dan Krisis Pangan &Itemid=93 Ernawanto, G. Kartono dan B. Irianto Penentuan Komoditas Unggulan di Propinsi Jawa Timur. Buletin Informasi dan Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Rivai, D. E Pengembangan Kawasan Agropolitan Sebagai Pendekatan Wilayah dan Pemberdayaan Masyarakat Pertanian. Makalah Pengentar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana S-3 IPB.

69 Rustiadi, E., R. S. Saefulhakim dan D. R. Panuju Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rustiadi, E., S. Hadi dan W. M. Ahmad Kawasan Agropolitan Konsep Pembangunan Desa-Kota Berimbang. Cetakan Pertama. Crestpent Press. Bogor. Rustiadi, E. dan S. Pranoto Agropolitan Membangun Ekonomi Perdesaan. Cetakan Pertama. Crestpent Press. Bogor. Tarigan, R Perencanaan Pembangunan Wilayah. Dirjen Dikti. Medan. 71

70 LAMPIRAN

71 Lampiran 1. Variabel-Variabel dalam Analisis Skalogram No Variabel No Variabel 1 Jumlah TK 34 Warung internet (Warnet) (unit) 2 Jumlah SD 35 Kios sarana produksi pertanian milik KUD (unit) 3 Jumlah SLTP 36 Kios sarana produksi pertanian milik Non KUD (unit) 4 Jumlah SMU 37 Jumlah industri besar ( 100 Pekerja) (unit) 5 Jumlah SMK 38 Jumlah industri sedang (20-99 pekerja) (unit) 6 Jumlah Akademi/PT 39 Jumlah Industri kecil (5-19 pekerja) (unit) 7 Jumlah SLB 40 Perusahaan listrik Non PLN (unit) 8 Jumlah Pondok Pesantren/Madrasah Diniyah Swasta (unit) 41 Pasar tanpa bangunan permanen (unit) 9 Jumlah Seminari/ sejenisnya Swasta (unit) 42 Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market (unit) 10 Jumlah Lembaga Pendidikan & Keterampilan 43 Restoran/rumah makan (unit) 11 Jumlah Rumah Sakit (Unit) 44 Warung/ kedai makanan minuman (unit) 12 Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit) 45 Toko/Warung kelontong (unit) 13 Jumlah Poliklinik/ Balai Pengobatan (Unit) 46 Hotel (unit) 14 Jumlah Puskesmas (Unit) 47 Penginapan(hostel/motel/losmen/wisma) (unit) 15 Jumlah Puskesmas Pembantu (Unit) 48 Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/Capem) (unit) Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT. Bank Pasar/ Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit) PT. Bank Desa/dsj) (unit) 17 Jumlah Tempat Praktek Bidan (Unit) 50 Jumlah Koperasi (unit) 18 Jumlah Posyandu(Unit) 51 Jumlah KUD (unit) 19 Jumlah Polindes (Unit) 52 Jumlah Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra) (unit) 20 Jumlah Apotik (Unit) 53 Jumlah Koperasi Simpan Pinjam (unit) 21 Jumlah Toko Khusus Obat/Jamu (Unit) 54 Jumlah Koperasi Non KUD lainnya (unit) 22 Jumlah Dokter 55 Bengkel/reparasi kendaraan bermotor (mobil/motor) (unit) 23 Mantri Kesehatan yang tinggal di Desa/Kelurahan ini (Orang) 56 Bengkel/reparasi alat-alat elektronik (Radio/Tape/TV/Kulkas/AC dll) (unit) 24 Bidan yang tinggal di Desa/Kelurahan ini (Orang) 57 Usaha foto kopi (photo copy) (unit) 25 Jumlah Dukun Bayi 58 Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit) 26 Jumlah Masjid (unit) 59 Tempat pangkas rambut (barber shop) (unit) 27 Jumlah Surau/langgar (unit) 60 Salon kecantikan/tata rias wajah/pengantin (unit) 28 Jumlah Gereja Kristen (unit) 61 Bengkel las (membuat pagar besi, tralis dll) (unit) 29 Jumlah Gereja Katholik (unit) 62 Persewaan alat-alat pesta (unit) 30 Jumlah Pura (unit) 63 Jumlah anggota hansip/linmas di desa/kelurahan ini (orang) 31 Jumlah Vihara/Klenteng (unit) 32 Jumlah Terminal Penumpang Kendaraana Bermotor Roda 4 atau Lebih (unit) 33 Wartel/Kiospon/Warpostel/ Warparpostel (unit) 73

72 Lampiran 2. Analisis Skalogram No. Nama Kecamata n Nama Desa Jarak Dari desa ke Ibu Kota Kabupate n (km) Jarak Dari desa keibu Kota Kabupat en/kota lain terdekat (km) Jarak terdekat ke Pos Polisi (Km) Jika Kantor Pos/Pos Pembant u/rumah Pos Tidak ada, maka jarak ke Kantor Pos terdekat (km) Jika Jumlah TK Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km) Jika Jumlah SD dan yang sederajat Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km) Jika Jumlah SLTP dan yang sederaj at Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km) Jika Jumlah SMU dan yang sederajat Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km) Jika Jumlah SMK Negeri dan Swasta tidak ada, maka jarak ke sekolah terdekat (Km) Jika Rumah Sakit Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kel urahan ke Sarana Kesehata n (Km) Jika Rumah Sakit Bersalin Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kelur ahan ke Sarana Kesehatan (Km) Jika Poliklinik/B alai Pengobata n Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kelur ahan ke Sarana Kesehatan (Km) Jika Puskesmas Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kelur ahan ke Sarana Kesehatan (Km) Jika Puskes mas Pemban tu Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Ke lurahan ke Sarana Kesehat an (Km) Jika Tempat Prakter Dokter Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kel urahan ke Sarana Kesehata n (Km) Jika Tempat Prakter Bidan Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/K eluraha n ke Sarana Kesehat an (Km) Jika Posyandu Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kel urahan ke Sarana Kesehata n (Km) Jika Polinde s Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/K eluraha n ke Sarana Kesehat an (Km) Jika Apotik Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/K eluraha n ke Sarana Keseha tan (Km) Jika Toko Khusus Obat/Jamu Tidak Ada, maka Jarak dari Desa/Kelura han ke Sarana Kesehatan (Km) 1 CIWIDEY PANUNDAA N 1,66 1,27 0,04 0,04 0,04 0,00 2,11 0,01 0,00 2,65 0,03 0,03 0,03 2,04 0,02 2,26 0,00 1,98 0,02 2,11 2 CIWIDEY CIWIDEY 1,40 0,00 4,73 4,72 2,35 0,00 2,11 2,10 4,71 2,15 4,70 0,02 2,36 0,09 2,11 2,26 0,00 0,03 2,86 2,11 3 CIWIDEY PANYOCOK AN 1,28 1,27 0,06 0,06 0,12 0,00 2,11 2,10 0,09 1,77 0,00 2,05 0,05 0,02 0,02 2,26 0,00 1,98 0,03 0,03 4 CIWIDEY LEBAKMUN CANG 1,69 1,40 0,04 0,04 2,35 0,00 0,03 0,01 0,03 2,15 0,00 0,05 0,03 2,04 0,02 2,26 0,00 1,98 0,02 2,11 5 CIWIDEY RAWABOG O 0,84 1,11 0,01 0,01 0,36 0,00 2,11 0,00 0,01 1,03 0,09 2,05 2,36 0,04 0,01 0,34 0,00 0,05 0,01 2,11 6 CIWIDEY NENGKELA N 0,91 1,11 0,02 0,02 2,35 0,00 2,11 2,10 0,02 1,35 0,02 2,05 0,05 0,04 0,01 2,26 0,00 1,98 0,01 0,01 7 CIWIDEY SUKAWENI NG 1,28 2,31 0,03 0,03 2,35 0,00 2,11 2,10 0,02 2,96 0,01 2,05 0,02 2,04 0,01 2,26 0,00 1,98 0,02 0,01 8 RANCA BALI CIPELAH 0,00 0,22 0,00 0,00 2,35 0,00 2,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,04 0,00 2,26 0,00 1,98 0,00 2,11 9 RANCA BALI SUKARESM I 0,07 0,18 0,00 0,00 2,35 0,00 2,11 2,10 0,00 0,05 0,00 2,05 0,01 2,04 0,00 2,26 0,00 0,00 0,00 0,00 10 RANCA BALI INDRAGIRI 0,46 0,71 0,00 0,00 2,35 0,00 2,11 2,10 0,00 0,31 0,00 2,05 0,02 0,02 0,00 2,26 0,00 0,00 0,00 0,00 11 RANCA BALI PATENGAN 0,38 0,57 0,00 0,00 2,35 0,00 2,11 0,00 0,00 0,72 0,00 2,05 2,36 0,02 0,01 0,03 0,00 1,98 0,00 0,00 12 RANCA BALI ALAMENDA H 0,71 0,78 0,01 0,01 2,35 0,00 2,11 0,00 0,01 1,03 0,01 0,01 0,01 2,04 2,11 2,26 0,00 1,98 0,01 2,11 13 PASIRJAM BU SUGIHMUK TI 1,17 1,40 0,04 0,06 2,35 0,00 2,11 0,01 0,02 2,39 0,00 2,05 2,36 0,04 0,02 2,26 0,00 0,03 0,03 0,03 14 PASIRJAM BU MARGAMU LYA 1,97 5,04 0,03 0,00 0,12 0,00 0,01 0,00 0,02 2,51 0,02 2,05 0,03 2,04 2,11 2,26 0,00 0,03 2,86 0,03 15 PASIRJAM BU TENJOLAY A 2,07 1,40 0,12 0,11 2,35 0,00 0,00 0,00 0,00 1,77 0,01 2,05 0,02 2,04 2,11 2,26 0,00 0,02 0,02 0,01 16 PASIRJAM BU CISONDARI 2,31 1,40 0,08 0,06 2,35 0,00 2,11 0,01 0,00 2,39 0,01 2,05 0,05 2,04 2,11 2,26 0,00 1,98 0,02 0,01 17 PASIRJAM BU MEKARSAR I 0,99 0,57 0,01 0,01 2,35 0,00 0,00 0,00 0,01 1,35 0,00 2,05 0,00 2,04 0,00 0,00 0,00 1,98 0,00 0,00 18 PASIRJAM BU CIBODAS 3,33 1,22 0,12 0,06 2,35 0,00 2,11 0,00 0,01 1,62 0,01 0,01 0,02 2,04 0,02 0,04 0,00 0,03 0,01 0,01 19 PASIRJAM BU CUKANGG ENTENG 3,85 1,40 0,06 0,06 2,35 0,00 0,00 0,00 0,00 1,35 0,00 2,05 0,00 2,04 0,00 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 20 PASIRJAM BU PASIRJAMB U 2,92 1,40 0,06 0,06 2,35 0,00 2,11 2,10 0,03 3,77 0,01 2,05 2,36 0,00 2,11 2,26 0,00 0,01 2,86 2,11 21 PASIRJAM BU MEKARMAJ U 0,84 1,40 0,12 0,06 0,36 0,00 0,03 0,03 0,09 2,96 0,01 0,00 0,11 0,25 2,11 2,26 0,00 0,01 0,07 0,06 22 PASIRJAM BU CIKONENG 1,40 0,97 0,01 0,04 0,00 0,00 0,01 0,01 0,02 2,65 0,00 0,01 0,02 2,04 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 Jumlah 31,53 27,14 5,55 5,42 38,67 0,00 31,71 14,81 5,10 38,94 4,93 28,79 12,29 27,05 14,89 36,59 0,00 19,99 8,88 15,01 Jumlah jenis 21,00 21,00 21,00 21,00 21,00 0,00 21,00 21,00 21,00 21,00 21,00 21,00 21,00 21,00 21,00 21,00 0,00 21,00 21,00 21,00 Rataan 1,43 1,23 0,25 0,25 1,76 0,00 1,44 0,67 0,23 1,77 0,22 1,31 0,56 1,23 0,68 1,66 0,00 0,91 0,40 0,68 74

73 Standar Deviasi 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,00 1,00 1,00 1,00 Jumlah TK (Unit) JUmlah SD (Unit) Jumlah SLTP (Unit) Jumlah SMU (Unit) Jumlah SMK (Unit) Jumlah Akademi/ PT (Unit) Jumlah SLB (Unit) Jumlah Pondok Pesantren /Madrasah Diniyah Swasta (unit) Jumlah Seminari/ sejenisny a Swasta (unit) Jumlah Lembag a Pendidi kan% Ketera mpilan (Unit) Jumlah Rumah Sakit (Unit) Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit) Jumlah Poliklinik/ Balai Pengobat an (Unit) Jumlah Puskesmas (Unit) Jumlah Puskesmas Pembantu (Unit) Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit) Jumlah Tempat Praktek Bidan (Unit) Jumlah Posyandu (Unit) Jumlah Polinde s (Unit) Jumlah Apotik (Unit) Jumlah Toko Khusus Obat/Ja mu (Unit) Jumlah Dokter (Orang ) Mantri Kesehatan yang tinggal di Desa/Kelura han ini (Orang) 0,00 0,05 0,86 0,00 0,00 0,00 0,00 1,88 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,27 0,00 1,30 2,14 1,26 0,00 1,25 0,00 0,99 2,02 0,31 2,04 1,53 4,69 0,00 0,00 1,11 0,00 2,58 0,00 4,69 0,00 1,24 0,00 3,09 1,55 3,13 0,00 3,57 0,99 0,68 0,00 0,00 0,10 0,95 2,14 0,00 0,00 0,00 2,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,55 0,00 0,00 0,00 0,72 3,19 1,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,66 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,97 0,00 0,85 0,00 0,00 0,00 0,00 1,32 0,00 0,68 3,73 1,31 0,00 1,30 0,00 0,51 0,00 0,48 1,40 0,00 0,00 0,00 0,00 1,53 0,00 0,00 0,00 0,00 1,63 2,56 0,00 0,00 0,00 2,14 0,00 0,00 2,04 0,00 1,61 1,39 0,58 1,88 2,11 0,00 0,00 0,00 3,07 0,00 0,00 0,00 0,00 1,09 0,00 0,00 0,00 1,42 2,48 2,76 0,00 0,00 0,00 1,08 0,76 0,24 1,02 1,15 0,00 0,00 0,00 1,12 0,00 0,00 0,00 0,00 1,19 0,00 1,51 0,00 0,78 3,54 1,50 0,00 0,00 0,00 0,59 2,31 0,36 1,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,57 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,53 0,00 0,79 0,00 1,53 0,00 1,51 0,00 0,00 2,35 0,59 1,06 1,19 0,00 0,00 0,00 1,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,61 0,00 1,56 0,00 0,80 0,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,16 0,71 2,13 2,40 0,00 0,00 0,00 1,16 0,00 0,00 0,00 0,00 2,47 0,00 0,00 0,00 1,62 2,02 0,00 0,00 0,00 0,00 3,68 2,57 0,68 1,73 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,01 3,16 0,00 0,00 0,00 1,77 2,55 0,00 0,00 0,00 2,99 0,40 0,16 1,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,29 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,79 0,61 0,41 2,30 0,79 0,00 0,78 0,00 0,62 1,16 0,09 1,56 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,45 1,43 0,00 0,00 0,59 0,74 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,28 0,00 0,00 0,78 0,00 1,99 1,53 2,04 3,24 0,00 2,36 0,00 0,00 0,00 0,62 0,38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,48 0,00 1,23 0,95 0,63 2,04 0,00 0,00 0,00 0,83 0,48 1,60 0,61 1,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,63 0,00 1,59 1,23 0,82 3,56 1,59 0,00 0,00 3,24 0,62 1,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,10 0,00 2,79 0,00 0,00 2,94 2,78 0,00 0,00 0,00 0,00 0,98 0,29 1,31 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,95 0,00 0,00 1,61 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,52 4,84 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,99 0,00 2,51 0,00 0,00 2,50 0,00 0,00 0,00 3,40 0,00 1,02 0,04 4,13 3,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,92 0,00 0,00 4,00 2,51 0,00 3,14 3,14 1,75 0,00 2,42 4,02 1,38 1,58 0,00 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,79 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,86 3,73 1,60 0,00 0,00 0,00 0,00 0,94 0,00 1,16 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,78 0,00 0,00 3,35 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24,91 12,15 23,26 13,60 4,69 0,00 0,00 19,81 0,00 8,62 0,00 4,69 17,98 10,89 22,84 12,41 21,01 50,54 17,48 8,35 11,89 9,54 15,69 16,00 21,00 15,00 7,00 1,00 0,00 0,00 13,00 0,00 4,00 0,00 1,00 14,00 5,00 13,00 7,00 16,00 21,00 10,00 3,00 7,00 5,00 12,00 1,13 0,55 1,06 0,62 0,21 0,00 0,00 0,90 0,00 0,39 0,00 0,21 0,82 0,50 1,04 0,56 0,96 2,30 0,79 0,38 0,54 0,43 0,71 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,00 0,00 1,00 0,00 1,00 0,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 75

74 Bidan yang tinggal di Desa/Kelur ahan ini (Orang) Jumlah Dukun Bayi Jumlah Masjid (unit) Jumla h Surau/ langga r (unit) Jumlah Gereja Kristen (unit) Jumlah Gereja Katholik (unit) Jumlah Pura (unit) Jumlah Vihara/Kle nteng (unit) Jumlah Terminal Penumpan g Kendaraan a Bermotor Roda 4 atau Lebih (unit) Wartel/Kio spon/warp ostel/ Warparpos tel (unit) Warung internet (Warnet) (unit) Kios sarana produksi pertania n milik KUD (unit) Kios sarana produk si pertani an milik Non KUD (unit) Jumlah industri besar ( 100 Pekerja) (unit) Jumlah industri sedang (20-99 pekerja) (unit) Jumlah Industri Kecil (15-19 pekerja) (unit) Perusa haan listrik Non PLN (unit) Pasar tanpa bangu nan perma nen (unit) Super market / pasar swalay an/tos erba/m ini market (unit) Restora n/rumah makan (unit) Warun g/ kedai makan an minum an (unit) Toko/ Warun g kelonto ng (unit) Hotel (unit) 0,64 0,75 2,54 0,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,64 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 2,14 0,00 0,38 1,51 0,27 0,00 1,00 4,69 0,00 0,00 0,00 1,19 2,41 0,00 0,00 2,98 0,00 0,00 0,18 0,00 0,00 4,69 0,15 1,69 4,68 0,30 0,70 0,49 0,65 1,74 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,36 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,90 0,00 0,00 0,00 0,00 2,37 0,00 0,00 0,66 0,62 1,06 1,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 1,36 0,16 0,00 0,00 0,00 0,08 2,22 0,18 0,00 0,00 1,69 4,26 3,17 0,00 0,00 0,00 0,00 2,46 0,52 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 3,50 0,00 0,00 1,39 2,73 2,69 3,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,14 0,00 0,00 0,00 0,00 2,10 0,00 0,00 0,76 0,95 0,53 2,60 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,57 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,65 0,00 0,00 0,00 0,00 2,55 0,00 0,00 0,77 0,76 2,34 0,48 0,00 0,00 0,00 0,00 1,82 0,19 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,37 0,00 2,09 0,00 0,18 0,81 0,10 0,00 1,56 1,84 2,43 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,96 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,87 0,00 0,00 1,58 1,85 0,84 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 3,74 0,00 0,00 0,00 0,00 3,88 0,00 0,02 0,00 4,30 0,00 0,09 1,44 0,07 0,00 2,56 4,22 0,82 0,66 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,32 0,00 0,00 0,00 1,58 0,00 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 2,25 0,06 0,00 0,40 1,12 0,87 0,46 0,00 0,00 0,00 0,00 0,94 0,70 0,00 0,00 3,77 0,00 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,02 1,34 0,04 0,00 0,58 0,04 0,64 0,20 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,32 0,00 0,00 0,00 2,14 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 1,87 0,00 0,00 0,00 1,99 0,26 1,01 0,16 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,32 0,00 0,00 0,00 0,00 0,42 0,18 0,00 1,23 0,22 0,98 0,44 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,67 0,00 0,00 0,00 0,76 0,00 0,26 0,00 0,00 0,00 0,04 1,04 0,08 0,00 0,80 0,16 1,06 0,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,80 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,43 0,00 0,13 0,00 0,00 0,86 0,79 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,35 0,00 0,00 0,00 1,72 0,00 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,31 0,00 1,95 0,51 1,16 1,30 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,49 0,00 0,00 0,00 0,00 2,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,09 4,70 0,00 0,40 0,75 1,97 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,32 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 2,87 0,00 0,00 3,06 0,00 1,80 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,03 0,00 4,69 0,00 0,00 4,21 0,07 0,00 0,00 0,00 0,06 1,36 0,28 0,00 3,63 1,03 0,64 1,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,61 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,13 4,69 0,00 0,00 0,00 1,11 0,05 0,00 0,00 0,48 2,37 1,96 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,35 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,47 0,00 0,00 0,00 0,00 1,03 0,00 0,00 25,76 21,24 30,23 22,75 4,69 0,00 0,00 0,00 10,16 17,96 0,00 4,69 6,75 11,03 7,58 11,01 4,69 6,39 4,69 6,91 32,10 7,26 5,39 18,00 21,00 21,00 21,00 1,00 0,00 0,00 0,00 5,00 20,00 0,00 1,00 2,00 6,00 3,00 19,00 1,00 2,00 1,00 9,00 18,00 13,00 3,00 1,17 0,97 1,37 1,03 0,21 0,00 0,00 0,00 0,46 0,82 0,00 0,21 0,31 0,50 0,34 0,50 0,21 0,29 0,21 0,31 1,46 0,33 0,24 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 1,00 1,00 0,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 76

75 Penginapan(hostel/ motel/losmen/wisma) (unit) Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/C apem) (unit) Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT. Bank Pasar/ PT. Bank Desa/dsj) (unit) Jumlah Koperasi (unit) Jumlah KUD (unit) Jumlah Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra) (unit) Jumlah Koperasi Simpan Pinjam (unit) Jumlah Koperasi Non KUD lainnya (unit) Bengkel/rep arasi kendaraan bermotor (mobil/motor ) (unit) Bengkel/reparas i alat-alat elektronik (Radio/Tape/TV/ Kulkas/AC dll) (unit) Usaha foto kopi (photo copy) (unit) Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit) Tempat pangkas rambut (barber shop) (unit) Salon kecantikan/t ata rias wajah/peng antin (unit) Bengkel las (membuat pagar besi, tralis dll) (unit) Persewaan alat-alat pesta (unit) Jumlah anggota hansip/linmas di desa/kelurahan ini (orang) IPD Jumlah Jenis Hirarki 0,00 0,00 0,00 0,99 0,00 0,00 1,45 0,00 2,23 2,29 0,00 0,00 0,00 0,97 0,93 0,68 0,82 44,99 43,00 Hirarki III 0,06 4,69 3,97 2,34 2,11 0,00 2,88 0,00 4,41 3,18 3,89 0,00 4,48 3,08 1,85 3,79 0,38 140,88 59,00 Hirarki I 0,00 0,00 0,00 3,83 0,00 0,00 0,81 3,79 2,06 1,91 0,78 0,00 0,52 0,54 3,62 2,27 0,90 54,68 44,00 Hirarki II 0,00 0,00 0,00 1,54 0,00 0,00 2,26 0,00 1,16 0,60 0,00 0,00 0,98 0,51 0,00 0,71 0,04 43,83 46,00 Hirarki III 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,21 1,87 0,00 0,00 1,54 2,39 0,00 0,00 2,57 51,23 38,00 Hirarki III 0,00 0,00 0,00 2,16 0,00 0,00 3,18 0,00 1,62 0,00 0,00 0,00 0,00 1,06 2,04 0,00 3,55 61,01 41,00 Hirarki II 0,00 0,00 0,00 1,18 0,00 0,00 0,87 0,68 0,88 2,05 0,84 0,00 0,56 3,48 1,67 1,63 1,78 62,20 47,00 Hirarki II 0,00 0,00 0,00 1,19 0,00 0,00 1,76 0,00 1,80 0,69 0,85 0,00 1,14 0,59 1,69 0,00 1,01 43,36 39,00 Hirarki III 0,00 0,00 0,00 0,61 0,00 0,00 0,89 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,58 0,00 0,00 1,68 1,83 37,85 35,00 Hirarki III 0,00 0,00 0,00 2,45 0,00 0,00 0,00 2,83 1,84 0,00 1,74 0,00 1,17 0,00 0,00 0,00 3,94 63,66 44,00 Hirarki II 0,77 0,00 0,00 1,99 0,00 0,00 2,93 0,00 1,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,88 1,38 0,76 53,79 42,00 Hirarki II 0,07 0,00 0,00 1,54 0,00 0,00 2,27 0,00 1,63 1,80 0,00 0,00 0,59 0,00 0,29 0,43 0,77 44,87 49,00 Hirarki III 0,00 0,00 0,00 0,90 0,00 0,00 0,66 0,52 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,85 0,00 1,04 33,17 38,00 Hirarki III 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,75 1,80 0,00 0,00 0,00 1,53 0,73 1,07 1,13 47,75 40,00 Hirarki III 0,04 0,00 0,00 0,48 0,00 0,00 0,71 0,00 0,72 1,11 0,00 0,00 0,46 0,47 0,00 0,00 0,71 38,43 42,00 Hirarki III 0,00 0,00 0,00 1,86 0,00 1,02 1,83 0,00 0,47 0,00 0,88 0,00 0,00 0,61 0,00 0,86 0,75 53,55 44,00 Hirarki II 0,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,82 0,00 1,54 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,62 29,51 32,00 Hirarki III 4,68 0,00 0,00 0,76 0,00 0,00 1,11 0,00 0,57 0,00 0,00 0,00 0,00 0,75 0,00 2,10 0,00 42,31 37,00 Hirarki III 0,08 0,00 0,00 0,98 0,00 0,00 1,44 0,00 0,74 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,35 0,95 41,81 36,00 Hirarki III 0,06 0,00 2,69 2,38 4,29 0,00 1,17 0,92 2,38 0,92 2,25 4,69 0,00 0,78 0,00 0,00 0,94 104,89 53,00 Hirarki I 0,00 0,00 0,00 2,82 0,00 4,63 0,00 0,00 0,71 0,00 0,00 0,00 0,00 0,93 1,78 1,30 1,28 50,31 39,00 Hirarki III 0,00 0,00 0,00 2,16 0,00 0,00 1,59 1,25 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,02 0,00 0,65 31,93 32,00 Hirarki III 5,84 4,69 6,66 32,15 6,40 5,64 27,81 9,99 28,48 18,22 12,77 4,69 12,03 17,68 18,37 19,25 26, ,01 920,00 8,00 1,00 2,00 19,00 2,00 2,00 17,00 6,00 19,00 11,00 8,00 1,00 10,00 14,00 12,00 13,00 21,00 22,00 22,00 0,27 0,21 0,30 1,46 0,29 0,26 1,26 0,45 1,29 0,83 0,58 0,21 0,55 0,80 0,83 0,88 1,20 53,46 41,82 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 24,97 6,46 77

76 Lampiran 3. Analisis LQ Sektor Kegiatan LQ No Sektor Kegiatan CIWIDEY RANCABALI PASIRJAMBU CIWIDEY RANCABALI PASIRJAMBU 1. Pertanian : Tanaman Bahan Makanan 2,97 1,15 3,02 2,88 1,12 2,94 Perekebunan 4,14 7,11 7,87 4,11 7,00 7,78 Peternakan 1,25 0,17 1,14 1,23 0,17 1,12 Kehutanan 2,87 1,90 2,02 2,64 1,73 1,85 Perikanan 1,34 0,86 1,12 1,41 0,90 1,17 2. Pertambangan dan Penggalian : Minyak dan gas bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Pertambangan tanpa gas Penggalian 0,90 0,03 0,67 0,88 0,03 0,64 3. Industri Pengolahan : Industri migas Industri tanpa gas 0,27 1,09 0,59 0,27 1,06 0,57 4. Listrik Gas Dan Air : Listrik 0,53 0,36 0,34 0,37 0,25 0,24 Gas Kota Air bersih 1,27 1,14 0,95 1,15 1,02 0,86 5. Bangunan / Konstruksi 1,74 1,19 1,29 1,71 1,15 1,26 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran : Perdagangan besar dan eceran 2,08 0,88 1,20 2,03 0,86 1,17 Hotel 0,10 0,08 1,60 0,10 0,08 1,54 Restoran 0,32 0,19 0,51 0,67 0,41 1,07 7. Pengangkutan Dan komunikasi : 1. Pengangkutan Angkutan rel Angkutan jalan raya 3,11 1,07 1,92 3,07 1,04 1,90 Angkutan laut Angkutan sungai & penyebrangan Angkutan udara Jasa penunjang angkutan 1,03 0,37 0,67 1,01 0,36 0,66 2. Komunikasi 0,90 0,33 1,01 0,91 0,33 1,02 Keuangan, 8. Persewaan, Dan Jasa Perusahaan : Bank 2,30 0,00 0,42 2,22 0,00 0,41 Lembaga keuangan bukan bank 2,48 0,61 1,40 2,42 0,60 1,36 Sewa bangunan 1,74 1,18 1,13 1,71 1,15 1,11 Jasa perusahaan 0,74 0,18 0,54 0,72 0,18 0,52 9. Jasa Jasa : a. Pemerintahan Umum 0,79 0,46 0,52 0,78 0,43 0,51 b. Swasta 2,34 1,45 1,51 2,28 1,41 1,46 Sosial kemasyarakatan 1,96 1,16 1,69 1,91 1,13 1,65 Hiburan dan rekreasi 0,58 9,62 0,31 0,57 9,34 0,31 Perorangan dan rumah tangga 0,96 0,45 0,50 0,94 0,44 0,49 78

77 Kegiatan Pertanian Luas Tanam Luas Panen No Komoditas Pasirjambu Ciwidey Komoditas Pasirjambu Ciwidey Rancabali 1 Padi Sawah 1,105 1,278 Padi sawah 1,153 1,297 0,260 2 Padi Gogo 1,267 0,188 Padi Gogo 0,918 0,162 2,534 3 Jagung 0,478 0,340 Jagung 0,359 0,235 1,893 4 Kedelai 0,000 0,000 Kedelai Berhasil 0,000 0,000 0,000 5 Kacang Tanah 1,813 0,000 Kacang Tanah 1,257 0,000 11,676 6 Kacang Hijau 0,000 0,000 Ubi Kayu 0,417 0,195 1,491 7 Ubi Kayu 0,509 0,353 Jagung Muda 0,000 0,000 0,000 8 Ubi Jalar 0,902 0,815 Kedelai Muda 0,000 0,000 0,000 9 Bawang merah 0,000 0,000 Kacang Hijau 0,000 0,000 0, Bawang daun 3,490 4,964 Ubi Jalar 1,147 0,683 8, Kubis 0,944 0,539 Bawang merah 0,000 0,000 1, Wortel 0,000 0,000 Bawang daun 3,697 4,597 4, Cabe Besar 1,477 1,538 Kubis 0,896 0,642 0, Kacang panjang 0,000 0,000 Wortel 0,000 0,000 0, Buncis 4,471 3,854 Cabe Besar 1,365 1,974 1, Kangkung 0,000 0,000 Kacang panjang 0,000 0,000 0, Lobak 0,000 0,000 Buncis 4,076 3,514 1, Seledri 7,469 14,923 Kangkung 0,000 0,000 0, Cabe Rawit 4,705 0,000 Lobak 0,000 0,000 0, Bawang putih 0,000 0,000 Seledri 9,630 15,315 20, Kentang 0,711 0,343 Cabe Rawit 4,795 0,000 4, Petsai/sawi/sosin 2,365 1,581 Bawang putih 0,000 0,000 31, Kacang merah 2,121 0,000 Kentang 0,655 0,352 0, Tomat 1,803 1,773 Petsai/sawi/sosin 2,178 1,662 0, Terung 0,000 0,000 Kacang merah 1,501 0,000 0, Ketimun 0,000 0,000 Tomat 2,070 2,129 1, Bawang 0,000 0,000 Terung 0,000 0,000 0, Labu siam 0,000 0,000 Ketimun 0,000 0,000 0, Kembang Kol 0,000 5,857 Bawang 0,000 0,000 0, Jamur 0,000 0,000 Labu siam 0,000 0,000 0,000 Kembang Kol 0,000 4,732 2,017 Jamur 0,000 0,000 0,000 79

78 Lampiran 4. Analisis SSA Sektor Kegiatan DIFFERENTIAL SHIFT No Sektor Kegiatan PASIRJAMBU CIWIDEY RANCABALI 1. Pertanian : Tanaman Bahan Makanan 0,008 0,009 0,005 Perekebunan -0,012-0,004-0,009 Peternakan -0,009-0,011-0,008 Kehutanan 0,003 0,015 0,007 Perikanan -0,009-0,008-0, Pertambangan dan Penggalian : Minyak dan gas bumi 0,000 0,000 0,000 Pertambangan tanpa gas 0,000 0,000 0,000 Penggalian 0,001 0,021 0, Industri Pengolahan : Industri migas 0,000 0,000 0,000 Industri tanpa gas -0,007-0,004-0, Listrik Gas Dan Air : Listrik -0,001 0,007-0,003 Gas Kota 0,000 0,000 0,000 Air bersih 0,008 0,018 0, Bangunan / Konstruksi 0,002 0,013 0, Perdagangan, Hotel, dan Restoran : Perdagangan besar dan eceran -0,003 0,001-0,001 Hotel 0,000 0,000 0,000 Restoran 0,020 0,025 0, Pengangkutan Dan komunikasi : 1. Pengangkutan Angkutan rel 0,000 0,000 0,000 Angkutan jalan raya 0,004 0,011 0,003 Angkutan laut 0,000 0,000 0,000 Angkutan sungai & penyebrangan 0,000 0,000 0,000 Angkutan udara 0,000 0,000 0,000 Jasa penunjang angkutan -0,002-0,009-0, Komunikasi 0,020 0,027 0, Keuangan, Persewaan, Dan Jasa Perusahaan : Bank 0,020 0,000 0,025 Lembaga keuangan bukan bank -0,038-0,040-0,039 Sewa bangunan -0,012-0,007-0,010 Jasa perusahaan -0,013-0,008-0, Jasa Jasa : a. Pemerintahan Umum -0,016 0,026-0,014 b. Swasta 0,000 0,000 0,000 Sosial kemasyarakatan 0,042 0,047 0,043 Hiburan dan rekreasi 0,009 0,012 0,006 Perorangan dan rumah tangga 0,002 0,007 0,004 80

79 Kegiatan Pertanian Luas Tanam No. Komoditas Ciwidey Pasirjambu Rancabali Prop. Shift 1 Bawang Daun 1,771 0,633 1,125-0,191 2 Bawang Merah -0,610-0,610 0,029-0,015 3 Bawang Putih -0,786-0,786 0,193 0,207 4 Bayam 0,000 0,000 0,000-0,074 5 Buncis 0,370 0,214-0,014-0,003 6 Cabe 0,216 0,667 0,586 0,027 7 Cabe Rawit 0,000 0,250 0,227-0,163 8 Jamur 0,000 0,000 0,000-0,155 9 Kacang Merah -0,646 0,731 1,216-0, Kacang panjang 0,000 0,000 0,000-0, Kangkung 0,000 0,000 0,000 0, Kembang Kol 2,170 0,000-0,078 0, Kentang 0,548 1,226 0,137 0, Ketimun 0,000 0,000 0,000 0, Kubis 0,410 0,408-0,310 0, Labu Siam 0,000 0,000 0,000 0, Lobak 0,000 0,000 0,000-0, Petsai 0,757 0,499 0,172 0, Seledri 0,000 0,000 0,000 0, Terung 0,000 0,000 0,000 0, Tomat 0,571 0,421 0,256 0, Wortel 0,000 0,000 0,277 0,163 Luas Panen No. Komoditas Ciwidey Pasirjambu Rancabali Prop. Shift 1 Bawang Daun -0,568-0,568 0,144-0,230 2 Bawang Merah -0,684-0,684 0,071-0,114 3 Bawang Putih 0,606 0,577 1,256 0,303 4 Bayam 0,191 1,852 0,035 0,078 5 Buncis 0,197 0,335-0,197-0,036 6 Cabe 0,114 0,370 0,218 0,088 7 Cabe Rawit -0,898-0,898 0,233 0,101 8 Jamur -1,189 0,250 0,704 0,391 9 Kacang Merah -0,107 1,174 0,660 0, Kacang panjang 0,212 0,343 0,387-0, Kangkung 0,000 0,000 0,000 0, Kembang Kol 0,000 0,000 0,000 0, Kentang -0,113 0,203 0,033 0, Ketimun 0,000 0,000 0,000 0, Kubis 0,000 0,000 0,000 0, Labu Siam 0,000 0,000 0,000 0, Lobak 0,000 0,000 0,000-0, Petsai 0,000 0,000 0,000-0, Seledri 0,000 0,000 0,000 0, Terung 0,389 0,000-0,827 0, Tomat 0,000-0,246-0,270 0, Wortel 0,000 0,000 0,000-0,235 81

80 Lampiran 5. Kuesioner Analisis Pusat Pasar Untuk Pedagang Jenis Pendidikan Pekerjaan Jumlah & Usia Kelamin Terakhir selain Asal Frekwensi Harga/unit Total/frek No. Nama (Tahun) (L/P) Alamat berdagang Jenis Barang Barang.../... (Rp/...) (Rp/...) Lanjutan Biaya angkut/ Biaya Kios (Rp/...) Alat angkut ongkos Milik Biaya Lain-lain Total Barang Penjual Barang Penjual sendiri Sewa Lainnya Retribusi Kebersihan Keamanan Lainnya Biaya 82

81 Untuk Pembeli No. Jenis Barang Keperluan Jika untuk dijual lagi, Frekwensi membeli barang dijual ke.../... Jumlah& Harga Total/f Biaya angkut/ Biaya /unit rek Alat angkut ongkos Lain- Total (Rp/... ) (Rp/... ) Barang Pembeli Baran g Pembeli Lain- Biaya 83

82 Lampiran 6. Data Perhitungan Perkiraan Omset Pusat Pasar Cibiru, Ciwidey Jenis Jenis Dagangan Pendapatan Kelamin Usia Omset Modal Kotor No Nama (L/P) (Tahun) Alamat Rp/Hari Rp/Hari (Rp/Hari) 1 Ibu Nining P 58 Pager Sari Ciwidey Ayam Ibu Una Maemunah P 63 Pager Sari Ciwidey Ayam Bapak H. Ata L 65 Gombong Panyocokan Buah-buahan Ibu Siti P 17 Cibodas Daging Bapak Bambang L 29 Cibeureum Daging Bapak Ari L 33 Jl. Raya Soreang 34 Bandung Emas Bapak H. Dudung L 51 Pamekarsari Ciwidey Emas Ibu Ai P 40 Hegarsari Ciwidey Kelontongan Ibu Hj. Anih P 48 Ciwidey Kelontongan Bapak Usep L 45 Cisondari Kelontongan Ibu Hj. Ela P 56 Ciwidey Kelontongan Ibu Juariah P 53 Ciwidey Kue Bapak Dayat L 50 Ciwidey Kue Bapak Iyan L 30 Ciranjang Ciwidey Kue Bapak Poi L 38 Sukamaju Pakaian Bapak Rahmat L 41 Perum Sukarasa Ciwidey Pakaian Bapak Eman L 58 Perum Cibeureum Permai Ciwidey Pakaian Bapak Aji L 43 Kampung Cihanjawan Cisondari Sayuran Bapak Ajo/ Grosir L 59 Tonjong Sumetir Sayuran Bapak Tatang L 43 Kampung Ciloa Panyocokan Sayuran Ibu Euis P 38 Ciwidey Sayuran Bapak Lili L 58 Soreang Sayuran Bapak Rudi L 54 Ciwidey Sembako Bapak Deden L 26 Ciwidey Sembako Bapak H. Usep L 48 Sukarame Mekarmaju Sendal/sepatu Bapak Hidayatno L 35 Kampung Sukasari Ciwidey Sendal/sepatu Bapak H. Ena L 52 Ciwidey Sendal/sepatu Bapak Engkos L 48 Ciwidey Ikan Asin Ibu Anah P 43 Panyocokan Ikan Asin Ibu Rosi P 32 Ciwidey Hasil Bumi Ibu Ina P 37 Ciwidey Hasil Bumi Ibu Ayu P 28 Cibeureum Makanan/nasi Ibu Nana P 34 Sukamaju Makanan/nasi Bapak H. Suhana L 56 Ciwidey Plastik

83 Lanjutan Lampiran 6 Biaya Pendapatan Rata- Tenaga Kerja Sewa Tempat Angkut Retribusi+listrik Lain-lain Total Bersih rata Jumlah (Rp/Hari) (Rp/Hari) (Rp/Hari) (Rp/Hari) (Rp/Hari) (Rp/Hari) (Rp/Hari) (Rp/Hari)

84 RINGKASAN RAHMI FAJARINI. Analisis Struktur Pusat-Pusat Pelayanan dan Aliran Tataniaga Komoditas-Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey, Kabupaten Bandung. (Di bawah bimbingan ERNAN RUSTIADI dan MOENTOHA SELARI). Perkembangan struktur ruang suatu kawasan agropolitan dipengaruhi oleh pusat-pusat pelayanan dan infrastruktur yang tersedia, pemusatan dan tingkat kompetitif (competitiveness) sektor-sektor/komoditas unggulan, serta aliran tataniaga komoditas unggulan. Kawasan Ciwidey yang terdiri dari tiga kecamatan (Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali) sejak tahun 2005 telah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan dimana tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan daya saing produk pertanian, industri dan pariwisata. Analisis struktur pusat-pusat pelayanan dan aliran tataniaga komoditaskomoditas unggulan diidentifikasi dengan (1) perkembangan wilayah berdasarkan hirarki pusat-pusat pelayanan dengan teknik skalogram, (2) sektor/komoditas unggulan kawasan dengan teknik Location Quotient dan Shift Share Analisis, serta (3) pola aliran tataniaga komoditas unggulan kawasan dengan survei aliran tataniaga komoditas unggulan dan pusat pasar. Anlisis skalogram menunjukkan dari 22 desa di Kawasan Agropolitan Ciwidey dapat dikelompokkan menjadi tiga hirarki, yakni hirarki I dengan tingkat perkembangan tinggi (2 desa), hirarki II dengan tingkat perkembangan sedang (6 desa) dan hirarki III dengan tingkat perkembangan rendah (14 desa). Desa dengan hirarki I merupakan sentra permukiman, perdagangan dan pemerintahan, sehingga

85 menjadi pusat-pusat pelayanan bagi masyarakat setempat. Desa dengan hirarki I tersebut adalah Desa Ciwidey dan Desa Pasirjambu. Sektor unggulan suatu kawasan harus unggul baik secara komparatif maupun kompetitif. Dari hasil analisis LQ dan SSA dapat diketahui bahwa sektor tanaman bahan makanan dan kehutanan menjadi sektor unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Hal ini dikarenakan sektor-sektor tersebut tidak hanya unggul secara komparatif, tapi juga unggul secara kompetitif. Untuk komoditas tanaman bahan makanan unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey adalah bawang daun dan tomat. Hal ini menunjukkan bahwa sektor/komoditas unggulan tersebut mengalami pemusatan dan pertumbuhan di Kawasan Agropolitan Ciwidey. Dalam aliran tataniaga komoditas unggulan, diperlukan suatu sentra perdagangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kawasan setempat. Sentra perdagangan Kawasan Agropolitan Ciwidey terdapat di Pasar Cibiru yang ada di Desa Ciwidey. Pasar ini diindikasikan sebagai pusat distribusi bagi produk pertanian kawasan setempat, karena sebagian besar komoditas-komoditas unggulan (basis pertanian) Kawasan Agropolitan Ciwidey umumya tertuju pada pusat Pasar Cibiru.

86 SUMMARY RAHMI FAJARINI. Analysis of Service Centers Structure and Trade-Flow of Strategic Commodities in Ciwidey Agropolitan Area, Bandung Regency. (Under Academic Supervision of ERNAN RUSTIADI and MOENTOHA SELARI). Development of agropolitan spatial structure was determined by the availability of infrastructures and service centers, centralization and competitiveness of strategic commodities and sectors, and trade-flow of strategic commodities. Ciwidey area which comprised three subdistricts (subdistricts of Pasirjambu, Ciwidey, and Rancabali) has been formally chosen as agropolitan area since the year 2005, where the aim was increasing productivity and competitiveness of agricultural, industrial and tourism products. The spatial structure were identified with (1) analyzing village s development based on hierarchy of service centers and technique of skalogram, (2) strategic commodities / sectors of the area with employing technique of Location Quotient and Shift Share Analysis, and (3) pattern of trade-flow of strategic commodities in the area. There was also survey on trade-flow of strategic commodities and market center. Skalogram analysis showed that the 22 villages in Agropolitan area of Ciwidey could be categorized into three hierarchies, namely Hierarchy I with high level of development (2 villages), Hierarchy II with moderate development (6 villages) and Hierarchy III with low level development (14 villages). Villages with Hierarchy I constituted the center for residence, trade and government, so

87 that they become service centers for local community. Those villages with Hierarchy I were Ciwidey village and Pasirjambu village. Strategic sector of an area should be superior comparatively and competitively. From the results of LQ and SSA analysis, it was known that food crop sector and forestry sector constituted the strategic sectors in Agropolitan Area of Ciwidey. This was due to the phenomenon that the sectors were not only superior comparatively, but also superior competitively. Commodities of strategic food crops in the Agropolitan area of Ciwidey were scallion and tomatoes. This indicated that such strategic commodities / sectors underwent centralization and growth in Agropolitan Area of Ciwidey. In the trade-flow of strategic commodities, there is a need for trade center to fulfill the need of the community in the local area. Trade center of Ciwidey Agropolitan Area was situated in Cibiru market which existed in Ciwidey village. It was indicated that this market served as distribution center for agricultural products of the local area because most strategic commodities (agricultural base) of Ciwidey Agropolitan Area were generally directed toward the center of Cibiru market.

88 ANALISIS STRUKTUR PUSAT-PUSAT PELAYANAN DAN ALIRAN TATANIAGA KOMODITAS-KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY Oleh: RAHMI FAJARINI A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

89 LEMBAR PENGESAHAN Judul : Analisis Struktur Pusat-Pusat Pelayanan dan Aliran Tataniaga Komoditas-Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Ciwidey Nama : Rahmi Fajarini NRP : A Menyetujui Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr Ir Moentoha Selari, MS NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr Ir Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus :

90 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 16 Januari 1987, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Dr Ir E. Kusnadi, MS dan Tety Rubaeti. Selama dua belas tahun penulis menimba pendidikan dasar di SDN 48 Kuranji Padang ( ), SDN Bantarjati III Bogor ( ), SMPN 2 Bogor ( ) dan SMAN 9 Bogor ( ) hingga kemudian diterima sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) dan tergabung dalam kegiatan Paduan Suara Agria Swara IPB. Dalam bidang akademis penulis berperan aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Perencanaan dan Pengembangan Wilayah serta turut membantu dalam beberapa kegiatan studi Perencanaan Tata Ruang yang diadakan oleh Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM IPB.

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Ciwidey yang meliputi Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI

IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI 4.1. Letak Geografis Posisi geografis Wilayah Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey menurut Peta Rupa Bumi Bakorsurtanal adalah antara 107 0 31 30 BB 107 0 31 30 BT dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PUSAT-PUSAT PELAYANAN DAN ALIRAN TATANIAGA KOMODITAS-KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY. Oleh: RAHMI FAJARINI

ANALISIS STRUKTUR PUSAT-PUSAT PELAYANAN DAN ALIRAN TATANIAGA KOMODITAS-KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY. Oleh: RAHMI FAJARINI ANALISIS STRUKTUR PUSAT-PUSAT PELAYANAN DAN ALIRAN TATANIAGA KOMODITAS-KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN CIWIDEY Oleh: RAHMI FAJARINI A24104068 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 54 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Karakteristik Umum Wilayah 3.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Secara geografis wilayah studi terletak diantara 107 o 14 53 BT sampai dengan 107 o

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah

2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah 7 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sub-sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENENTUAN TINGKAT LAHAN KRITIS

BAB IV ANALISIS PENENTUAN TINGKAT LAHAN KRITIS 87 BAB IV ANALISIS PENENTUAN TINGKAT LAHAN KRITIS Penentuan tingkat lahan kritis Sub DAS Ciwidey dilakukan dengan menggabungkan beberapa aspek, yaitu aspek biofisik untuk menentukan tingkat bahaya erosi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA

III. METODOLOGI PENELITIAN GUNUNG DEPOK SINDUR PARUNG RUMPIN CISEENG CIBINONG BOJONG GEDE KEMANG RANCA BUNGUR KOTA BOGOR CIBUNGBULANG CIAMPEA DRAMAGA 13 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Cendawasari yang terletak di, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Sedangkan, analisis spasial

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Sukaraja tahun 2006-2009 disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 8. Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim ABSTRAK Pembangunan Wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sektor Unggulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sektor unggulan adalah sektor yang keberadaannya pada saat ini telah berperan besar kepada perkembangan perekonomian suatu wilayah, karena mempunyai keunggulan-keunggulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Komoditas Basis Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Secara komparatif, tingkat keunggulan ditentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN berikut : FAO dalam Arsyad (2012:206) mengemukakan pengertian lahan sebagai Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sektor produksi primer seperti kegiatan sektor pertanian di negara negara yang sedang berkembang merupakan sektor yang masih cukup dominan. Secara logis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) Analisis dengan indeks perkembangan wilayah merupakan modifikasi dari analisis skalogram. Analisis skalogram untuk menentukan hirarki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 25 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 26 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur Tahun 2015 2019

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian diartikan sebagai rangkaian berbagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan

Lebih terperinci

Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung

Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung 1 Pengembangan Kawasan Perkebunan Teh di Kabupaten Bandung Dimas Darmawansyah dan Sardjito Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada komoditas unggulan, keragaman (diversitas), tingkat konsentrasi, dan tingkat spesialisasi komoditas tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Peningkatan perekonomian daerah dapat di lakukan melalui integrasi berbagai sektor yang ada di dalam wilayah. Hal tersebut berarti bahwa peningkatan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. 3.2 Jenis, Sumber dan Metode Analisis Data 13 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi wilayah Kabupaten yang mencakup 10 kecamatan. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai Oktober

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 Letak Geografis Letak Geografis Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung terletak pada koordinat 107 0 14 107 0 56 bujur timur dan 6 0 49 7 0 18 lintang selatan. Kecamatan Pasirjambu

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : NURUL KAMILIA L2D 098 455 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2003 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Pengembangan Wilayah Wilayah (region) adalah unit geografis dimana komponen-komponennya memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional berupa perencanaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai dasar pertimbangan yang kuat untuk memberikan prioritas pada pembangunan sektor pertanian, karena sektor pertanian di Indonesia sampai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Palawija dan hortikultura merupakan bagian dari tanaman pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Palawija dan hortikultura merupakan bagian dari tanaman pertanian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palawija dan hortikultura merupakan bagian dari tanaman pertanian yang memegang peranan penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat dan khususnya para petani. Pada

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 32 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi di seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1 Oleh: Almasdi Syahza 2 Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.staff.unri.ac.id Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi komoditas pertanian pangan di kawasan budiddaya di Kecamatan Pasirjambu, analisis evaluasi RTRW Kabupaten Bandung terhadap sebaran jenis pertanian

Lebih terperinci