RELASI SEMANTIK KATA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SEKADAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RELASI SEMANTIK KATA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SEKADAU"

Transkripsi

1 RELASI SEMANTIK KATA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SEKADAU Tiurmina Br Tambunan, Sisiliya Saman dan Hotma Simanjuntak Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, PBS, FKIP Untan Pontianak Abstract: This study aimed to describe the semantic relationships in a Malay word Sekadau in Sei Ringgin. The method used in this research is descriptive qualitative research forms. The data in this study are the words that contain the semantic relationships in the. Sources of data in this study is spoken by the people in the village of Sei Ringgin, Sekadau Hilir District. The techniques are used in this study is interviewing techniques, fishing techniques, and documentary studies. The data procedure analysis technique transcription stage, classification, analyzing data, and conclusions. Based on the analysis of existing data, it can be concluded that the are synonyms, antonyms, homonyms, hiponyms, and polysemy. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi semantik kata dalam bahasa Melayu Sekadau di Desa Sei Ringgin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung relasi semantik dalam. Sumber data dalam penelitian ini adalah yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Sei Ringgin, Kecamatan Sekadau Hilir. Teknik yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, teknik pancing, dan studi dokumenter. Teknik analisis data dilakukan melalui tahap transkripsi, klasifikasi, menganalisis data, dan simpulan. Berdasarkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam terdapat sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi. Kata Kunci : Relasi Semantik, Relasi, Semantik B eragamnya suku yang ada di Indonesia membuat Indonesia dikenal dengan negeri yang kaya budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki bahasa daerah yang beragam, yang merupakan warisan turun-temurun oleh nenek moyang kita. Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia mor 24 Tahun 2009 pada Bab I, pasal 1, ayat 6 yang berbunyi Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun temurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa daerah juga merupakan satu di antara warisan kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Hal tersebut termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia mor 24 Tahun 2009 pada Bab III, pasal 42, ayat 1 yang berbunyi Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi 1

2 bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Oleh karena itu, bahasa daerah dan kekayaan budaya harus dijaga dan dikembangkan agar tidak mengalami kepunahan. Sebagai warga negara yang baik dan mencintai budaya, kita perlu meningkatkan pengetahuan tentang bahasa daerah. Usaha untuk mengembangkan, menjaga, dan memelihara perlu dilakukan karena bahasa daerah adalah warisan budaya yang tidak ternilai harganya. Peneliti memilih semantik sebagai bidang lingustik yang akan diteliti dikarenakan bahasa adalah bidang kajian semantik yang terdiri dari bentuk dan makna. Makna dalam suatu bahasa adalah pengertian yang di tersimpan dalam struktur suatu bentuk bahasa. Berdasarkan hal tersebut, kita tidak akan bisa mengerti bahasa apabila hanya berupa bunyi dan bentuk tanpa makna yang terdapat dalam bahasa tersebut. Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian tentang semantik ini hanya pada relasi semantik. Relasi semantik atau yang sering disebut relasi makna. Relasi makna adalah hubungan antara makna kata yang satu dengan makna kata yang lain (Prawirasumantri, 1997:154). Relasi semantik mencakup sinonim, antonim, polisemi, homonim, dan hiponim. Dalam kegiatan ini peneliti mengembil tempat penelitian di Desa Sei Ringgin, Kecamatan Sekadau Hillir, Kabupaten Sekadau sebagai tempat penelitian. Hal tersebut dilakukan berdasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain: pertama, mayoritas penduduk Desa Sei Ringin adalah suku Melayu. Kedua, terdapat keunikan pada bahasa Melayu yang digunakan oleh penduduk Desa Sei Ringgin. Terdapat relasi makna seperti sinonim, antonim, polisemi, hiponim, dan homonim. Menurut Keraf (2009:35) Sinonim adalah suatu istilah yang dapat sebagai, (1) telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama, atau (2) keadaan dimana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama. Tiap kata memiliki nuansa makna yang berbeda, sehingga penggunaannya pun berbeda. Kesinoniman dapat diukur dari dua kriteria sebagai berikut. (1) Kedua kata itu harus saling bertukar dalam semua konteks; ini disebut sinonim total. (2) Kedua kata itu memiliki identitas makna kognitif dan emotif yang sama; hal ini disebut sinonim komplet. Berdasarkan kriteria tersebut dapat kita peroleh empat macam sinonim, yaitu (1) sinonim yang total dan komplet, yang dalam kenyataannya jarang ada (surat kabar dan Koran); dan inilah yang dijadikan landasan untuk menolak adanya sinonim; (2) sinonim yang tidak total tetapi komplet (meninggal dan gugur); (3) sinonim yang total tapi tidak komplet (hamil dan bunting); (4) sinonim yang tidak total dan tidak komplet (pembantu dan pengikut), semua tergantung dari sudut pemenuhan kedua kriteria di atas. Menurut Sudaryat (2009:40), macam-macam oposisi diuraikan sebagai berikut. 2

3 a. Oposisi Kembar Oposisi kembar atau mutlak menunjukan bahwa makna yang berlawanan terbatas pada dua kata saja. Biasanya, oposisi kembar terdapat batas yang mutlak dan prosesnya bergantian. Misalnya: gerak X diam hidup X mati b. Oposisi Relasional Oposisi hubungan, kebaikan, atau relasional menunjukan bahwa makna yang berlawanan itu saling melengkapi atau komplementer. Misalnya: menjual X membeli memberi X menerima maju X mundur c. Oposisi Kutup (Gradual) Oposisi kutup atau gradual menunjukan bahwa makna yang berlawanan itu menyatakan tingkatan. Misalnya: terependek X terpanjang pendek sekali X panjang sekali lebih pendek X lebih panjang d Oposisi Hierarkial Oposisi hierarkial menunjukan bahwa makna yang berlawanan itu menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Kata-kata yang beroposisi hierearkial ini berupa nama satuan ukuran ( berat, panjang, isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, dan nama jenjang kepangkatan. Misalnya: 1) mm, cm, dm, m, km, hm, dst. 2) satu, dua, tiga, empat, lima, dst. 3) prajurit, opsir, letnan, colonel, jendral, dst. e. Oposisi Majemuk Oposisi majemuk menunjukan bahwa makna yang berlawanan mengacu ke pada lebih dari satu kata. Misalnya: 1) merah, hijau, kuning, hitam, dst. 2) Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dst. 3) Januari, Februari, Maret, April, dst. Homonim adalah nama sama untuk benda atau hal lain (Sudaryat, 2009:41). Homofon merupakan homonim yang sama bunyinya tetapi beda tulisan dan maknanya, sedangkan homograf merupakan homonim yang sama tulisanya tetapi beda bunyi dan maknanya. Oleh karena itu, terdapat beberapa jenis homonim seperti dipaparkan berikut ini. 1. Homonim Homograf Homonim homograf adalah homonim yang sama tulisannya, tetapi berbeda ucapan dan maknanya. Misalnya: 3

4 a) teras I = bagian kayu yang keras, intisari teras II = lantai rumah di depannya b) mental I= terpelanting mental II = batin, jiwa, pikiran 2. Homonim yang Homofon Homonim yang homofon adalah homonim yang sama bunyinya tetapi berbeda tulisan dan makna. Misalnya: bang I = kakak bank II = tempat simpan pinjam uang 3. Homonim yang homograf dan homofon Homonim yang homograf dan homofon yakni homonim murni yang sama bunyinya dan tulisannya tetapi berbeda maknanya. Misalnya: a) buram I = rancangan, konsep buram II = tidak bercahaya, tidak bening b) beruang I = nama binatang beruang II = memiliki uang beruang III = memiliki ruang c) buku I = sendi bambu buku II = kitap d) kali I = sungai kali II = lipat e) baku I = standar baku II = saling f) pucuk I = akar tumbuhan yang dikeringkan untuk obat. pucuk II = daun muda g) wasiat I = pesan terakhir wasiat II = pusaka Secara harfiah hiponim berati nama yang termasuk di bawah nama lain (Chaer, 2009:98). Jika relasi makna sinonim, antonim, dan homonim bersifat dua arah maka relasi makna hiponim bersifat searah. Jika kata mujair merupakan berhiponim terhadap ikan, tetapi ikan tidak berhiponim terhadap kata mujair. Ikan disebut hipernim dan mujair disebut hiponim. Hiponim dan hipernim menandakan bahwa adanya kelas atas dan kelas bawah. Hipernim kelas atas dan hiponim kelas bawah. Menurut Aminuddin (2008:123) polisemi adalah sebuah bentuk kebahasaan dapat mengandung makna yang berbeda-beda. Polisemi dapat berakibat negatif dan pisitif. Dikatakan memberi berakibat negatif karena interpretasi seseorang itu berbeda seperti pada kesalahan penyampaian dan penerimaan informasi. Dikatakan berakibat positif karena memperkaya pengetahuan tentang kandungan makna sebuah bentuk kebahasaan sehingga dapat digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda. 4

5 Contoh: 1. berjalan = a. terlaksana b. berlangsung c. berjalan dengan kaki 2. orang tua = a. ayah dan ibu b. orang yang sudah tua c. orang yang dituakan atau orang yang dihormati METODE Metodologi dalam penelitian ini dibagi menjadi lima tahapan yaitu: (1) metode penelitian, (2) bentuk penelitian, (3) data dan sumber data, (4) teknik dan alat pengumpulan data, dan (5) langkah-langkah analisis data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sudaryanto (1988:62) mengemukakan Metode deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan sematamata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat varian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti apa adanya. Berdasarkan uraian tersebut, metode deskriptif ini bertujuan mendeskripsikan relasi semantik kata bahasa Melayu dialek Sekadau Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010:6). Penelitian kualitatif, memungkinkan data yang diperoleh adalah berupa kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data yang dikumpulkan didapatkan dari wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya. Data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung relasi semantik dalam yang digunakan oleh masyarakat Melayu di Desa Sei Ringin, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau. Sumber data dalam penelitian ini adalah yang dituturkan oleh masyarakat Melayu Kabupaten Sekadau. Beberapa penutur bahasa Melayu dialek Sekadau tersebut dijadikan informan dalam penelitian dan dokumen-dokumen lainnya yang mengandung relasi semantik. Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, teknik pancing, dan teknik dokumenter. Pelaksanaan teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang sesuai dengan daftar kalimat yang digunakan untuk menguji data, apakah kata-kata yang disebutkan oleh informan mengandung relasi 5

6 semantik atau tidak. Teknik pancing dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data penelitian. Peneliti pertama-tama harus dengan segenap kecerdikan dan kemauannya memancing informan agar berbicara. Teknik studi dokumenter dilakukan dengan mencari dokumen-dokumen yang menggunakan baik itu cerita rakyat maupun dokumen lainnya. Pada tahap analisis data dilakukan upaya pengelompokan, menyamakan data yang sama, dan membedakan data yang berbeda, serta menyisihkan pada kelompok lain data yang serupa, tetapi tak sama (Mahsun, 2007:253). Adapun langkah-langkah analisis data adalah transkripsi, klasifikasi, menganalisis data, dan simpulan. Pada tahap transkripsi peneliti melakukan pengubahan wicara dari bentuk tertulis; biasanya dengan menggambarkan tiap bunyi/fonem dengan satu lambang (Kridalaksana, 2008:246). Pada tahap ini, data yang diperoleh dari wawancara dan pemancingan dengan cara proses perekaman diterjemahkan dari bahasa lisan menjadi bahasa tulis. Pada tahap klasifikasi adalah pengelompokan dan memisah-misah kata. Data yang sudah ditranskripsikan ke dalam bahasa tulis, diklasifikasikan berdasarkan submasalah yang diteliti. Data dikelompokkan berdasarkan relasi makna sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi. Menganalisis data adalah penelaahan dan penguraian data sehingga menghasilkan simpulan. Data yang sudah diklasifikasikan dianalisis berdasarkan relasi makna sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Sinonim Bahasa Melayu dialek Sekadau. Sinonim merupakan relasi antara dua kata atau lebih yang berpadanan dalam hal makna. Ada empat macam sinonim yaitu; 1) sinonim yang total dan komplet, 2) sinonim yang total tetapi tidak komplet, 3) sinonim yang tidak total tetapi komplet, dan 4) sinonim yang tidak total dan tidak komplet. Keempat sinonim tersebut akan dianalisi berdasarkan data yang sudah diperoleh dalam. Sinonim yang Total dan Komplet Tabel 1 Sinonim yang Total dan Komplet dalam Kosakata dalam Sinonim dalam Kosakata dalam 1 lawa cante cantik 2 a a osba ranjang 3 jaja kue kue 4 utan ima hutan 5 atap bumbo atap 6

7 Kata-kata yang terdapat di dalam tabel di atas adalah sinonim yang total dan komplet karena kata-kata tersebut dapat bertukar dalam semua konteks dan memiliki makna kognitif dan emotif yang sama. Sinonim yang Total tetapi tidak Komplet Tabel 2 Sinonim Total tetapi tidak Komplet dalam Kosakata dalam Sinonim dalam Kosakata dalam 1 ikau di i kamu 2 ni al mati meninggal 3 ano bunti hamil 4 kojam bo is kejam 5 bodo tolol bodoh' Kata-kata yang terdapat dalam tabel di atas adalah sinonim yang total tetapi tidak komplet. Keduanya dapat bertukar dalam semua konteks tetapi tidak memiliki makna kognitif dan emotif yang sama. Sinonim yang tidak Total tetapi Komplet Tabel 3 Sinonim yang tidak Total tetapi Komplet dalam Kosakata dalam Kosakata dalam 1 ael najo mancing 2 begoyap pelesa jalan-jalan 3 dinun dia sana 4 tempele gocoh pukul 5 nyangka be ampah banyak Kata-kata di atas merupakan sinonim yang tidak total tetapi komplet. Meskipun kedua kata di atas memiliki nilai rasa yang sama tetapi kedua kata tersebut tidak dapat di pertukarkan dalam semua konteks. Sinonim yang tidak Total dan tidak Komplet 7

8 Tabel 4 Sinonim yang tidak Total tetapi Komplet dalam Kosakata dalam Sinonim dalam Kosakata Sinonim dalam 1 kosin mance kencing 2 pemantu pe ikut pembantu 3 kraton langkau rumah Kata-kata di atas merupakan sinonim yang tidak total dan tidak komplet. Kedua kata tersebut tidak dapat dipertukarkan dalam semua kalimat dan tidak memiliki makna kognitif dan nilai rasa yang sama Bahasa Melayu dialek Sekadau. Antonim Kembar Tabel 5 Antonim Kembar dalam Kosakata dalam Kosakata dalam 1 lelaki betina laki-laki perempuan 2 tu dolo sekarang dulu 3 idup mati idup mati 4 5 ili kanan ulu hilir hulu kiba kanan kiri Kata-kata pada tabel di di atas merupakan antonim kembar atau antonim mutlak. Antonim kembar adalah antonim yang menunjukan bahwa makna yang berlawanan terbatas pada dua kata saja. Antonim Relasional Kosakata dalam Tabel 6 Antonim Relasional dalam antonim dalam Kosakata dalam 1 laki bini suami istri 2 uma apa ibu ayah antonim dalam 8

9 3 gu u mu it guru murit 4 aja atu raja ratu 5 ual moli menjual membeli Kata-kata pada tabel di atas merupakan antonim relasional. Antonim relasional adalah antonim yang menunjukan hubungan antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan dan dua kata yang berlawanan itu saling melengkapi atau komplementer. Antonim Gradual Kosakata Tabel 7 Antonim Gradual dalam. DMDS Kosakata 1 kaya miskin kaya miskin 2 ti i onah tinggi rendah 3 bose kocit besar kecil 4 pa a pene panjang pendek 5 sompit luas sempit luas Kata-kata pada tabel di atas merupakan antonim gradual. Antonim gradual atau yang disebut juga antonim kutup merupakan dua kata yang berantonim namun kata yang berlawanan itu menyatakan tingkat. Antonim Majemuk Tabel 8 Antonim Majemuk dalam Kosakata 1 itam putih, ijau, me ah, kunin, bi u, ungu, dsb. 2 bedi i dudo, gu in, encakong. 3 malam lolam, siang, so e. Kosakata hitam putih, hijau, merah, kuning, biru, ungu, dsb. berdiri duduk, baring, jongkok. malam pagi, siang, sore. 9

10 4 manis pait, masam, masin. manis pahit, asam, asin. 5 munci kasih, cinta benci; sayang, cinta Kata-kata dalam tabel di atas merupakan antonim majemuk. Antonim majemuk merupakan antonim yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata. Satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih. Antonim Hierarkial Tabel 9 Antonim Hierarkial dalam Kosakata dalam 1 janua i feb uari, ma et, ap il, mei, juni, juli, agustus, septembe, novembe, desembe. 2 Senen selasa, abu, kamis, jumat, sabtu, mingu. Kosakata dalam Bi januari februari. maret, april, mei, juni, juli, agustus, september, november, desember. senin selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu. 3 desa kecamatan, desa kecamatan, kabupaten kabupaten. 4 kg ons, ton. kg ons, ton 5 km m, cm km m, cm Kata-kata pada tabel di atas adalah antonim hierarkial dalam bahasa Melayu dialek Sekadau. Kata-kata tersebut merupakan lawan kata namun memiliki deretan jenjang atau tingkat. Homonim dalam Bahasa Melayu dialek Sekadau Homonim adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya, tetapi mengandung makna yang berbeda. Tabel 10 Homonim dalam 10

11 Kosakata dalam Makna I 1 ko a ko a kerak Lapisan yang kering atau hangus. 2 masin masin pelit Tidak suka memberi. 3 jaja jajanan pasar Kue tradisional. 4 tama masuk Datang ke dalam ruangan. 5 kalo kalung perhiasan yang dipakai di leher. Makna II ko a binatang kera Binatang menyusui, bentuk tubuh mirip manusia. masin asin Satu di antara macam rasa (rasa garam). jual Kegiatan menawarkan barang. tamak Serakah, menginginkan hak orang lain. binatang kalong Binatang yang menyerupai kelelawar. Hiponim dalam Bahasa Melayu dialek Sekadau Hiponim adalah relasi antarakata yang berwujud kelas atas dan kelas bawah. Tabel 11 Hiponim dalam Kosakata dalam Hiponim dalam 1 buah kloto, kates, limau 2 engkayu ensawi, boto, to o, bayam 3 ja i jempol, telu u, tongah, manis, kelingking 4 bu o me pati, antu, ge eja 5 kayu te kawa, jelutu, atu Kosakata dalam buah sayur jari burung pohon Hiponim dalam rambutan, papaya, jeruk sawi, kecipir, terong, bayam jempol, telunjuk, tengah, manis, kelingking merpati, hantu, gereja tengkawang, jelutung, nyatuk. Polisemi dalam Bahasa Melayu dialek Sekadau 11

12 Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata yang memiliki makna yang berbeda namun masih dalam satu arti. Tabel 12 Polisemi dalam Kosakata Polisemi Kosakata Polisemi dalam dalam dalam dalam 1 kepala kepala omo, kepala paku kepala kepala rombongan, kepala paku 2 kaki kaki guno, kaki meja kaki kaki gunung, kaki meja 3 bola bola lampu bola bola mata, bola lampu 4 bangun bangun tidu, bangun umah. bangun bangun tidur, bangun rumah 5 Nait nait kelas, nait aji naik naik kelas naik haji Pembahasan Pembahasan penelitian ini berdasarkan hasil penelitian relasi semantik (sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi) dalam. Pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, dan tabel 4 merupakan tabel sinonim. Tabel 1 merupakan tabel sinonim yang total dan komplet. Sinonim tersebut dapat dipertukarkan dalam semua konteks dan nilai emotifnya sama sehingga kelima pasang sinonim pada tabel tersebut saling bertukar pada semua konteks kalimat dan nilai emotifnya sama. Tabel 2 merupakan sinonim yang total tetapi tidak komplet. Sinonim tersebut dapat dipertukarkan dalam semua konteks kalimat tetapi nilai emotifnya berbeda. Kelima kata yang bersinonim tersebut dapat saling menggantikan dalam semua konteks tetapi nilai emotifnya berbeda. Tabel 3 merupakan sinonim yang tidak total tetapi komplet. Sinonim tersebut tidak dapat bertukar dalam semua konteks tetapi nilai emotifnya sama sehingga kelima pasang sinonim pada tabel tersebut tidak dapat saling bertukar dalam semua konteks tetapi nilai emotifnya sama. Tabel 4 merupakan sinonim yang tidak total dan tidak komplet. Sinonim tersebut tidak dapat bertukar dalam semua konteks dan nilai emotifnya juga berbeda, sehingga kelima pasang sinonim pada tabel tersebut tidak dapat saling menggantikan dan nilai rasanya berbeda. Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai relasi semantik maka ditemukan antonim dalam, antonim tersebut terdiri dari antonim kembar, antonim relasional, antonim gradual, antonim majemuk, dan antonim hieralkial. Pada tabel 5 merupakan antonim kembar, antonim tersebut merupakan antonim yang menunjukan bahwa makna yang berlawanan terbatas pada dua kata saja. Ciri utama dari antonim kembar adalah penyangkalan terhadap yang satu berarti penegasan terhadap anggota yang lain dan sebaliknya. Pada tabel 6 merupakan antonim relasional, antonim tersebut merupakan antonim yang menunjukan 12

13 hubungan antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan dan dua kata yang berlawanan itu saling melengkapi atau komplementer. Pada tabel 7 merupakan antonim gradual, antonim tersebut menyatakan bahwa dua kata yang berantonim itu berlawanan itu menyatakan tingkat. Ciri utama antonim gradual adalah penyangkalan terhadap yang satu tidak mencakup penegasan terhadap yang lain, walaupun penegasan terhadap yang satu mencakup penyangkalan terhadap yang lain. Tabel 8 merupakan antonim majemuk, antonim tersebut merupakan antonim yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata. Satu kata memiliki dua lawan kata atau lebih. Ciri utama kelas antonim ini adalah penegasan terhadap suatu anggota akan mencakup penegasan mengenai kemungkinan anggota lain. Tabel 9 merupakan antonim hieralkial, antonim tersebut menunjukan makna yang berlawanan itu menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan. Antonim ini pada hakikatnya sama dengan antonim majemuk, namun dalam antonim hierarkial terdapat suatu kriteria tambahan yaitu tingkat. Selain sinonim dan antonim terdapat juga homonim, hiponim, dan polisemi. Homonim (tabel 10) adalah kata-kata yang sama bunyi dan bentuknya, tetapi mengandung makna yang berbeda. Seperti kata bisa I yang berarti boleh atau dapat, dan bisa II yang berarti zat beracun yang dapat membahayakan mahluk hidup. Kata bisa I dan kata bisa II merupakan homonim. Hiponim (tabel 11) adalah relasi antarakata yang berwujud kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, sedangkan kelas bawah merupakan komponen-komponen yang tercakup dalam kelas atas. Misalnya kata bulan hipernim dari kata-kata Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, vember, dan Desember. Polisemi (tabel 12) adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata yang memiliki makna yang berbeda namun masih dalam satu arti. Bila dibandingkan dengan homonim, polisemi dan homonim memang memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memiliki makna yang ganda. Namun dalam polisemi terdapat hanya satu kata saja sedangkan homonim dua kata atau lebih. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis data pada bab IV dapat disimpulkan bahwa pada terdapat relasi makna. Relasi makna tersebut adalah sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi. Terdapat empat jenis sinonim dalam yaitu, sinonim yang total dan komplet, sinonim yang total tapi tidak komplet, sinonim yang tidak total tetapi komplet, dan sinonim yang tidak total dan tidak komplet. Terdapat lima jenis antonim dalam, yaitu, antonim kembar, antonim relasional, antonim gradual,antonim majemuk, dan antonim hiralkial. Selain itu, dalam juga terdapat relasi makna homonim, hiponim, dan polisemi. Saran 13

14 Peneliti berharap bagi peneliti selanjutnya yang tertarik melanjutkan penelitian tentang relasi semantik kata dalam untuk meneliti data yang belum diperoleh dalam penelitian ini. Peneliti juga berharap adanya penelitian tindak lanjut tentang dari berbagai aspek bahasa, baik aspek fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Bagi mahasiswa yang berminat mengambil judul dari aspek semantik khususnya relasi makna, skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau acuan untuk menambah wawasan tentang relasi makna dan bahasa daerah yang ada di Kalimantan Barat. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algensindo Bandung. Badan Pengenbangan dan Pembinaan Bahasa Undang-Undang Republik Indonesia mor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan. Rawamangun: Kementrian Pendidikan Nasional. Chaer, Abdul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Keraf, Gorys Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Prawirasumantri, dkk Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sudaryanto Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press. Sudaryat, Yayat Makna dalam Wacana. Bandung: CV. Yrama Widya. Mahsun Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 14

15 15

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sangat berperan penting bagi kehidupan manusia. Bahasa dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala sesuatu. Satuan kebahasaan

Lebih terperinci

RELASI SEMANTIK BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG

RELASI SEMANTIK BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG RELASI SEMANTIK BAHASA MELAYU DIALEK KETAPANG Sumiati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email: sumisumi574@yahoo.com Abstrack This study deals with the linguistic

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA KELAS X Oleh: Dra. M.M. Lies Supriyantini

BAHASA INDONESIA KELAS X Oleh: Dra. M.M. Lies Supriyantini YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung 4214714 BAHASA INDONESIA KELAS X Oleh: Dra. M.M. Lies Supriyantini MODUL 5 KATA (PENGAYAAN KATA, PERTAUTAN KATA, & PERUBAHAN/PERGESERAN MAKNA

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama. Nama : Setyaningyan NIM : 1402408232 BAB 7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua

Lebih terperinci

RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK MELAWI

RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK MELAWI RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK MELAWI Icha Nurma Jamelia, Patriantoro, Agus Syahrani Prodi: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak E-mail: IchaJamellia@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Peningkatan Kosakata Bahasa Anak Usia 3 4 Tahun Sesuai Indikator Pembelajaran.

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Peningkatan Kosakata Bahasa Anak Usia 3 4 Tahun Sesuai Indikator Pembelajaran. LAMPIRAN Lampiran 2. Rubrik Penilaian Peningkatan Kosakata Bahasa Anak Usia 3 4 Tahun Sesuai Indikator Pembelajaran. Kriteria Indikator Kurang 1 Menirukan kembali 3 4 urutan kata, misalnya: Tidur, mandi,

Lebih terperinci

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa.

Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. SEMANTIK Pengantar Linguistik Umum 3 November 2014 APAKAH SEMANTIK ITU? 1 2 Bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Menurut Ogden & Richards (1923), makna tanda bahasa dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK

BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Nama : Hasan Triyakfi NIM : 1402408287 BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Dalam berbagai kepustakaan linguistik disebutkan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa juga merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh SURYA NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat menunjukan identitas budaya pemiliknya ialah folklor. Menurut Danandjaja (1984:2), folklor didefinisikan

Lebih terperinci

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS

MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS Endang Sri Maruti marutiendang@gmail.com Universitas PGRI Madiun Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan beberapa bentuk relasi makna

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang perlu dimiliki oleh siswa. Melalui menulis siswa bisa mengekspresikan kekayaan ilmu, pikiran,

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinonimi adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun, memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata atau padanan kata.

Lebih terperinci

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU

ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU ANALISIS REDUPLIKASI MORFOLOGIS BAHASA MELAYU SUB DIALEK MASYARAKAT SUNGAI GUNTUNG KECAMATAN KATEMAN KABUPATEN TEMBILAHAN RIAU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh SISCA REZEKI NIM 100388201063 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

KOMPOSISI DALAM NOVEL CATATAN HATI SEORANG ISTRI KARYA ASMA NADIA SKRIPSI

KOMPOSISI DALAM NOVEL CATATAN HATI SEORANG ISTRI KARYA ASMA NADIA SKRIPSI KOMPOSISI DALAM NOVEL CATATAN HATI SEORANG ISTRI KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

Kata dan Gagasan a) Adaptasi dari Gorys Keraff. Pilihan Kata

Kata dan Gagasan a) Adaptasi dari Gorys Keraff. Pilihan Kata Kata dan Gagasan a) Adaptasi dari Gorys Keraff. Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu (bisa fonologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk mengungkapkan persepsi pikirannya pada orang lain menggunakan kata atau kalimat. Kegiatan

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. suatu bahasa, (3) semua bahasa yang dimiliki oleh seorang penutur, (4) semua kata yang

II. KAJIAN PUSTAKA. suatu bahasa, (3) semua bahasa yang dimiliki oleh seorang penutur, (4) semua kata yang II. KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Kosakata Kosakata mempunyai pengertian sebagai berikut: (1) komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, (2) semua kata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Betapa

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

ANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG ANALISIS BENTUK-BENTUK DIKSI DIALEK MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ANANDA RIKANA NIM 120388201145 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

ANALISIS PENGHEMATAN KATA PADA KOLOM SURAT PEMBACA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI OKTOBER 2013

ANALISIS PENGHEMATAN KATA PADA KOLOM SURAT PEMBACA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI OKTOBER 2013 ANALISIS PENGHEMATAN KATA PADA KOLOM SURAT PEMBACA SURAT KABAR HARIAN SUARA MERDEKA EDISI OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) A. Pengertian Kosakata PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.) Guru Bahasa Indonesia SMAN 3 Parepare Kosakata menurut Kridalaksana (1993: 122) sama dengan leksikon. Leksikon adalah (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak dapat lepas dari pemakaian bahasa, apalagi dalam kehidupan masyarakat. Peranan bahasa dalam hidup bermasyarakat sangat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN SINONIMI DAN HIPONIMI PADA LAGU ANAK-ANAK KARYA IBU SUD

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN SINONIMI DAN HIPONIMI PADA LAGU ANAK-ANAK KARYA IBU SUD ANALISIS PENANDA HUBUNGAN SINONIMI DAN HIPONIMI PADA LAGU ANAK-ANAK KARYA IBU SUD NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S-I Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10

1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 Mari berhitung 1 sampai 10. Perhatikan jari tangan di bawah ini! 1 2 3 4 5 satu dua tiga empat lima

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI NOVIA ESTI NINGSIH A 310 070 021 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL MATEMATIKA WAKTU : 0 menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PETUNJUK UMUM 1. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum menjawab.. Jawaban dikerjakan pada lembar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian mengenai isoglos dialek bahasa Jawa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk dalam penelitian lapangan (field study) baik penelitian

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF. Modul ke: Fakultas Ekonomi. Drs. Sri Satata, MM. Program Studi Akutansi & Manajemen.

KALIMAT EFEKTIF. Modul ke: Fakultas Ekonomi. Drs. Sri Satata, MM. Program Studi Akutansi & Manajemen. KALIMAT EFEKTIF Modul ke: 1. Menjelaskan pengertian diksi 2. Menjelaskan syarat-syarat diksi 3. Menjelaskan proses pembentukan kata 4. Menjelaskan berbagai macam makna Fakultas Ekonomi Drs. Sri Satata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang dapat menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang dapat menggambarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang dapat menggambarkan hasil kebudayaan masyarakat penuturnya. Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa memiliki peran yang

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: 10 MATA KULIAH BAHASA INDONESIA DIKSI ATAU PILIHAN KATA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail:

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. 1. Variasi kedaerahan bahasa Jawa yang

Lebih terperinci

Pengenalan. Sinonim kata 2/28/2017. Kepelbagaian makna : Sinonim Antonim Homonim Polisemi Hiponim Homofon

Pengenalan. Sinonim kata 2/28/2017. Kepelbagaian makna : Sinonim Antonim Homonim Polisemi Hiponim Homofon Pengenalan Prof.Madya Dr. Zaitul Azma Zainon Hamzah Jabatan Bahasa Melayu Fakulti Bahasa Moden dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia Kepelbagaian makna : Sinonim Antonim Homonim Polisemi Hiponim Homofon

Lebih terperinci

Peta konsep. Geometri dan pengukuran. Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah. Alat Ukur.

Peta konsep. Geometri dan pengukuran. Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah. Alat Ukur. Peta konsep Geometri dan pengukuran Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah Alat Ukur Satuan Ukur Waktu Berat Waktu : Jam Berat : Neraca Jam Detik bulan Menit Hari tahun

Lebih terperinci

ANALISIS REDUPLIKASI BAHASA MELAYU DIALEK RESUN KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA

ANALISIS REDUPLIKASI BAHASA MELAYU DIALEK RESUN KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ANALISIS REDUPLIKASI BAHASA MELAYU DIALEK RESUN KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RAJA DEZRIANI NIM 090388201 240 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

BENTUK KATA DAN MAKNA

BENTUK KATA DAN MAKNA BENTUK DAN MAKNA BENTUK KATA DAN MAKNA 1. FONEM bunyi bahasa yang membedakan arti/ makna Contoh : /apēl/ dan /apəl/ /mental/ dan /məntal/ /s/ayur - /m/ayur /s/ : /m/ Fonem ada dua : Konsonan dan Vokal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

KATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU. Hetilaniar, M.Pd. Abstrak

KATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU. Hetilaniar, M.Pd. Abstrak KATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU Hetilaniar, M.Pd. FKIP, Universitas PGRI Palembang heti_ardesya@yahoo.co.id Abstrak Marga ranau memiliki stratifikasi sosial bahasa, yaitu kelas saibatin aja adat, kelas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

ANALISIS MORFEM BAHASA MELAYU SUB-DIALEK SEKANAK DESA TINJUL KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

ANALISIS MORFEM BAHASA MELAYU SUB-DIALEK SEKANAK DESA TINJUL KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ANALISIS MORFEM BAHASA MELAYU SUB-DIALEK SEKANAK DESA TINJUL KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar (S.Pd.) Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

MEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO

MEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO 1 MEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO Sry Inggriani Lakoro Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa adalah suatu simbol bunyi yang dihasilkan oleh indera pengucapan manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi sangat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenagwenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah suatu hal yang amat lazim diperankan di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri, kegiatan berbahasa lisan hingga kini masih dipilih

Lebih terperinci

PENGHILANGAN FONEM, PENAMBAHAN FONEM DAN PERUBAHAN MAKNA BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU DIALEK DESA NEREKEH KABUPATEN LINGGA

PENGHILANGAN FONEM, PENAMBAHAN FONEM DAN PERUBAHAN MAKNA BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU DIALEK DESA NEREKEH KABUPATEN LINGGA PENGHILANGAN FONEM, PENAMBAHAN FONEM DAN PERUBAHAN MAKNA BAHASA INDONESIA DARI BAHASA MELAYU DIALEK DESA NEREKEH KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mampu merujuk objek ke dalam dunia nyata, misalnya mampu menyebut nama,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mampu merujuk objek ke dalam dunia nyata, misalnya mampu menyebut nama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk memberikan informasi kepada orang lain. Bahasa pada prinsipnya digunakan untuk menyampaikan pesan

Lebih terperinci

VARIAN SEMANTIK PADA BENTUK DUPLET YANG TERSEBAR DI WILAYAH PEMAKAIAN KABUPATEN BREBES

VARIAN SEMANTIK PADA BENTUK DUPLET YANG TERSEBAR DI WILAYAH PEMAKAIAN KABUPATEN BREBES VARIAN SEMANTIK PADA BENTUK DUPLET YANG TERSEBAR DI WILAYAH PEMAKAIAN KABUPATEN BREBES Oleh: Nur Eka Wahyuni Program Studi Sastra Indonesia Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SYAIR LAGU CIPTAAN IWAN FALS ALBUM WAKIL RAKYAT SKRIPSI

ANALISIS GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SYAIR LAGU CIPTAAN IWAN FALS ALBUM WAKIL RAKYAT SKRIPSI ANALISIS GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SYAIR LAGU CIPTAAN IWAN FALS ALBUM WAKIL RAKYAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK

7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK 7. TATARAN LINGUISTIK (4) SEMANTIK Hocket, seorang tokoh strukturalis menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri dari lima sub sistem,

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA D I K S I. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas SISTEM INFORMASI. Program Studi SISTEM INFORMASI.

BAHASA INDONESIA D I K S I. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas SISTEM INFORMASI. Program Studi SISTEM INFORMASI. BAHASA INDONESIA Modul ke: D I K S I Fakultas SISTEM INFORMASI Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Pengertian Diksi Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh MURIYANI NIM

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh MURIYANI NIM ANALISIS KESALAHAN KATA BAKU DAN MAKNA KATA DALAM MENULIS KARANGAN PENGALAMAN PRIBADI PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 4 KOTA TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh MURIYANI NIM 090388201209

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Menurut Kridalaksana (2008:21) mengartikan bahasa sebagai sebuah sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Menurut Kridalaksana (2008:21) mengartikan bahasa sebagai sebuah sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Menurut Kridalaksana (2008:21) mengartikan bahasa sebagai sebuah sistem lambang

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL DALAM MAJALAH PATRIOTIK LPM UNIVERSITAS BATANGHARI EDISI XVI JULI-SEPTEMBER TAHUN 2016

ANALISIS KOHESI LEKSIKAL DALAM MAJALAH PATRIOTIK LPM UNIVERSITAS BATANGHARI EDISI XVI JULI-SEPTEMBER TAHUN 2016 ANALISIS KOHESI LEKSIKAL DALAM MAJALAH PATRIOTIK LPM UNIVERSITAS BATANGHARI EDISI XVI Erik Pernando, Ade Rahima FKIP Universitas Batanghari Jambi e-mail: pernandoerik35@yahoo.co.id The purpose of this

Lebih terperinci

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DESA PANTAI LABU BARU, KABUPATEN DELI SERDANG. Skripsi. Dikerjakan Oleh, NAMA : SATRIA SINAGA NIM :

RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DESA PANTAI LABU BARU, KABUPATEN DELI SERDANG. Skripsi. Dikerjakan Oleh, NAMA : SATRIA SINAGA NIM : RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DESA PANTAI LABU BARU, KABUPATEN DELI SERDANG Skripsi Dikerjakan Oleh, NAMA : SATRIA SINAGA NIM : 090702005 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat sekitar. Ada dua cara

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X 1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X Adani Hashifah, Syambasril, Djon Lasmono Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Ditulis Kepada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, diuraikan berbagai aspek yang berkaitan dengan penentuan dan penggunaan metode penelitian. Uraian yang dimaksud meliputi: lokasi penelitian, desain penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Pemerolehan Bahasa Melayu Jambi pada Sasha Anak Usia Tiga Tahun; Suatu Kajian Psikolinguistik menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

AMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA

AMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA AMBIGUITAS DALAM BAHASA INDONESIA Trismanto 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Jl. Seteran Dalam 9 Semarang, Jawa Tengah 50134 Email : trismanto_tris@yahoo.co.id

Lebih terperinci

SEMANTIK LEKSIKAL, SEMANTIK KALIMAT, MAKNA DAN

SEMANTIK LEKSIKAL, SEMANTIK KALIMAT, MAKNA DAN SEMANTIK LEKSIKAL, SEMANTIK KALIMAT, MAKNA DAN KONTEKS BAHASA ACEH BESAR Isda Pramuniati Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Hubungan Semantik dengan kehidupan manusia sangat dekat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudaryanto bahwa: Metode deskriptif dilakukan semata-mata hanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

RELASI MAKNA ANTONIM DALAM BAHSA MELAYU KEPULAUAN RIAU DESA KAMPUNG HILIR KECAMATAN SERASAN KABUPATEN NATUNA ARTIKEL E-JOURNAL

RELASI MAKNA ANTONIM DALAM BAHSA MELAYU KEPULAUAN RIAU DESA KAMPUNG HILIR KECAMATAN SERASAN KABUPATEN NATUNA ARTIKEL E-JOURNAL RELASI MAKNA ANTONIM DALAM BAHSA MELAYU KEPULAUAN RIAU DESA KAMPUNG HILIR KECAMATAN SERASAN KABUPATEN NATUNA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Oleh MERISA NIM 090388201200 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui berbagai tahap penelitian, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Istilah-Istilah dalam Register Fotografi pada Majalah Digital Camera ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara hidup manusia yang berkembang merupakan salah satu bukti adanya peradaban dan kebudayaan pada kehidupan masyarakatnya. Adanya peradaban dan kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M.

ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M. ANALISIS KATA KETERANGAN MODALITAS DALAM KOLOM OPINI HARIAN SERAMBI INDONESIA M. Jakfar Is Dosen Program Studi Bahasa Indonesia FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Kata Keterangan

Lebih terperinci

RETORIKA KH. ANWAR ZAID SAAT CERAMAH TENTANG KEAGAMAAN DI TUBAN ARTIKEL SKRIPSI

RETORIKA KH. ANWAR ZAID SAAT CERAMAH TENTANG KEAGAMAAN DI TUBAN ARTIKEL SKRIPSI RETORIKA KH. ANWAR ZAID SAAT CERAMAH TENTANG KEAGAMAAN DI TUBAN ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut: Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini saya akan memperkenalkan teori-teori yang akan digunakan untuk menganalisis bab 3. 2.1 Semantik 意味論 Dalam menganalisis lagu, tidak dapat terlepas dari semantik. Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki keanekaragaman yang unik dan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. Pada dasarnya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Bertolak dari rumusan persolan penelitian, hasil analisis dan hasil interpretasi data penelitian yang telah dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Adalah suatu kenyataan bahwa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pesan kepada orang lain. Dengan bahasa itu, kita dapat menyampaikan dan menerima informasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci