BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang dapat menggambarkan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang dapat menggambarkan hasil kebudayaan masyarakat penuturnya. Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa memiliki peran yang penting terhadap manusia karena fungsinya sebagai alat komunikasi yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Bahasa memiliki hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan dengan masyarakat karena bahasa adalah sistem lambang ekspresi berupa bunyi dan tulisan yang digunakan anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa sebagai bagian dari budaya dan utamanya bagi masyarakat, perlu dilestarikan terutama yang berkenaan dengan pemakaian bahasa daerah sebagai lambang identitas suatu daerah, masyarakat, keluarga, dan lingkungan. Bagi setiap etnis, bahasa daerah mempunyai peranan yang sangat penting selain sebagai alat komunikasi dalam masyarakat penuturnya juga sebagai lambang kebanggaan daerah dan lambang identitas daerah. Bahasa daerah mengikat penuturnya dalam satu kelompok yang membedakan mereka dari masyarakat lainnya. Ridwan (2003) menyatakan bahwa bahasa daerah masih dan terus memegang peranan penting dalam hubungan tindak berbahasa masyarakat Indonesia karena bahasa daerah merupakan puncak warisan budaya daerah. Bahasa Pesisir Sibolga (BPS) merupakan bahasa daerah yang ada di Sumatera Utara. Selain menjadi alat komunikasi, BPS juga berfungsi sebagai

2 identitas atau jatidiri bagi masyarakat penuturnya. Di samping itu, BPS juga merupakan bahasa pendukung budaya bagi masyarakat Sibolga yang digunakan dalam upacara-upacara atau pesta-pesta adat dan peristiwa-peristiwa lainnya. Penelitian BPS telah beberapa kali dilakukan, tetapi masih banyak aspek yang belum tergarap. Dari studi pustaka yang penulis lakukan ternyata penelitian tentang sinonim dan antonim dalam BPS belum pernah dilaksanakan, baik oleh kelompok peneliti maupun oleh peneliti perorangan. Sehubungan dengan itu, penelitian khusus yang menyangkut sinonim dan antonim dalam BPS perlu dilaksanakan untuk lebih melengkapi data tentang bahasa ini. Sinonim dan antonim merupakan bagian dari kajian semantik. Semantik atau studi tentang makna merupakan lahan penelitian yang masih terbuka. Artinya, masih banyak masalah tentang semantik yang belum dikaji. Salah satunya penelitian sinonim dan antonim dalam BPS ini. Penelitian ini penting dilaksanakan karena manfaatnya di antaranya dapat membantu penyusunan kamus, khususnya kamus BPS. Kata-kata yang digunakan dalam BPS dapat mengandung relasi makna berupa sinonim dan antonim. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya hubungan yang memperlihatkan kesamaan, dan pertentangan makna. Hubungan tersebut secara langsung atau tidak langsung menentukan terjadinya relasi makna kata dalam bentuk dan kategori semantik tertentu. Sinonim itu sendiri berkaitan dengan kesamaan makna yang terdapat antara dua buah kata atau lebih. Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda, namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga persamaan kata atau padanan kata. Misalnya, kata mangambik mengambil yang bersinonim dengan

3 kata mangumpu memungut. Kata mangambik dan kata mangumpu dapat digunakan ke dalam kalimat seperti berikut. (1) Inyo datang ka ruma ambo mangambik mangga. Dia datang ke rumah saya mengambil mangga. (2) Anak tu mangumpu kue di lante. Anak itu memungut kue di lantai. Contoh lain dari kata yang bersinonim dalam BPS, yaitu kata bajanji dan kata basumpah yang mengandung makna berjanji. Penggunaan dua kata tersebut dapat dilihat pada contoh kalimat berikut. (3) Laki ba bini tu ala bajanji sahidup samati Suami istri itu sudah berjanji sehidup semati (4) Ambo basumpah manjagonyo sampe mati Saya berjanji akan menjaganya sampai akhir hayat. Contoh lain ialah kata ban yang bersinonim dengan kata roda; kata ban bisa juga bersinonim dengan kata sabuk; juga bersinonim dengan kata pita. Namun, kata roda tidak bersinonim dengan kata sabuk atau kata pita. Hal ini menimbulkan masalah mengapa dua buah kata yang bersinonim tidak bisa saling disubstitusikan. Antonim merupakan relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan maknanya. Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata. Hubungan makna antara dua buah kata yang berantonim bersifat dua arah (Chaer, 2009 : 89). Dalam BPS, misalnya, kata rancak cantik berantonim dengan kata songe jelek ; kata gadang besar berantonim dengan kata ketek kecil ; dan kata mambali membeli berantonim

4 dengan kata manjual menjual. Jadi, kalau kata rancak bagus berantonim dengan kata songe jelek, kata songe jelek juga berantonim dengan kata rancak cantik ; kalau kata gadang besar berantonim dengan kata ketek kecil, kata ketek kecil pun berantonim dengan kata rancak cantik dan kalau kata mambali membeli berantonim dengan kata manjual menjual, kata manjual menjual pun berantonim dengan kata mambali membeli. Dalam BPS terdapat hubungan antonim antara satu kata yang berantonim dengan beberapa kata. Misalnya, kata kagum kagum yang dapat berantonim dengan kata banci benci, sirik sirik, dengki dengki, sentimen sentimen dan cemburu cemburu. Kata moderen modern yang dapat berantonim dengan kata kuno kuno, kolot kolot, klasik klasik, lamo lama dan usang usang. Fakta ini menunjukkan bahwa terdapat tipe-tipe keantoniman yang dapat menjadi masalah yang cukup layak dan penting untuk dikaji dalam BPS. Berdasarkan uraian di atas, penelitian mengenai sinonim dan antonim ini perlu dilakukan dengan harapan dapat menambah informasi yang bertalian dengan bidang kajian semantik dalam BPS. 1.2 Perumusan Masalah Sekaitan dengan latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. (1) Bagaimanakah perilaku sinonim dalam bahasa Pesisir Sibolga? (2) Bagaimanakah perilaku antonim dalam bahasa Pesisir Sibolga?

5 1.3 Tujuan Penelitian Berkenaan dengan masalah di atas, penelitian sinonim dan antonim dalam BPS ini bertujuan untuk memerikan hal-hal di bawah ini. (1) mendeskripsikan sinonim dalam bahasa Pesisir Sibolga, (2) mendeskripsikan antonim dalam bahasa Pesisir Sibolga. 1.4 Manfaat Penelitian Temuan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis manfaat temuan penelitian ini sebagai berikut. (1) Memberikan sumbangan pemikiran dalam kajian sinonim dan antonim BPS; (2) Memberikan kontribusi berupa acuan dan referensi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya sinonim dan antonim dengan ruang lingkup dan kajian bahasa yang berbeda. Secara praktis manfaat penelitian ini adalah : (3) Membantu penyusunan kamus BPS, khususnya kamus sinonim dan antonim BPS; (4) Memantapkan sistem pengajaran kosakata, khususnya kosakata yang berhubungan dengan sinonim dan antonim dalam BPS; dan (5) Menyumbangkan kemungkinan-kemungkinan padanan kata di bidang pembentukan istilah atau di bidang penerjemahan.