BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Tinjauan Umum Tentang Pajak Pajak merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam suatu masyarakat. Masyarakat yang dimaksud disini adalah masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sebagai masyarakat tetap, yang merupakan kesatuan yang kuat untuk jangka waktu panjang, yang anggota masyarakatnya satu sama lain mempunyai hubungan yang erat, mempunyai kepentingan yang sama, dan kepentingan bersama ini dilaksanakan secara gotong-royong. Tanpa ada masyarakat tidak mungkin ada suatu pajak (R.Soemitro,1988:47). Tujuan atau kepentingan bersama inilah yang mengakibatkan adanya pajak. Apabila masing-masing individu tidak berhubungan satu dengan yang lain dan tidak mempunyai kepentingan bersama, sehingga tidak ada upaya untuk memenuhi kebutuhan bersama, sehingga tidak ada pula pajak. Jadi, pajak hanya dapat dibenarkan apabila pajak tersebut bermanfaat bagi masyarakat. Baik masyarakat maupun individu-individu yang berada didalamnya, masing-masing mempunyai hak dan kewajiban terhadap individu. Sebaliknya, individu pun memiliki hak dan kewajiban terhadap masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu harus mendahului kepentingan umum, artinya kepentingan pribadi (hak asasi manusia) hanya dapat dibatasi oleh kepentingan bersama. Pajak adalah alat yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang merupakan tanggung jawab setiap individu, sehingga setiap individu yang tidak membayar pajak yang telah menjadi kewajibannya berarti melanggar hak asasi masyarakat dan akan ditindak oleh masyarakat itu sendiri melalui pemerintah, dalam hal ini pemerintah atau fiskus diartikan sebagai wakil masyarakat untuk melaksanakan seluruh hak dan kewajiban masyarakat.

2 2.1.2 Pengertian Pajak dan Unsur Pajak Dalam kehidupan bernegara yang layak, pajak merupakan sumber pendapatan yang utama untuk membiayai kegiatan pemerintahan dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang tidak dihasilkan oleh swasta. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang sangat berguna bagi kepentingan bersama. Apabila membahas pengertian pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Waluyo Wirawan B. Ilyas (2003 ; 5) menyatakan bahwa: a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaan yang sifatnya dipaksakan. b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment. e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter yaitu mengatur. Sekedar untuk perbandingan, berikut ini disajikan beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah Prof.Dr.P.J.A Andriani yang mewakili Eropa, Prof.DR.H Rochmat Soemitro, S.H yang mewakili Indonesia dan Sommerfeld dkk, yang mewakili Amerika Serikat (Moch.Zain, 2003 ; 10-11). Definisi pajak menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani berbunyi: Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah. Definisi pajak menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, S.H., menyatakan: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

3 Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Sommerfeld Ray M., Anderson Herscel M., dan Brock Horace R. pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dari proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintah. Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua hal penting yang terdapat pada pengertian pajak tersebut: 1. Iuran yang dapat dipaksakan, artinya iuran yang mau tidak mau harus dibayar oleh rakyat yang dikenakan kewajiban membayar iuran tersebut. Kalau rakyat atau badan hukum yang oleh pemerintah dikenakan kewajiban membayar iuran tersebut (lazim disebut wajib pajak) tidak melaksanakan pembayaran tersebut dapat dipaksa oleh pemerintah untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan menggunakan surat paksa dan sita. 2. Tanpa jasa timbal / kontraprestasi / imbalan langsung, yang dapat ditunjukkan mengandung arti bahwa wajib pajak yang membayar iuran kepada negara tidak ditunjukkan secara langsung imbalan apa yang diperolehnya dari pemerintah atas pembayaran iuran tersebut. Berbeda dengan pembayaran iuran kebersihan, kita akan langsung ditujukan atau diberikan imbalan berupa diangkutnya pada waktu-waktu tertentu sampah yang kita tempatkan pada tempat sampah didepan rumah kita atau ditempat pembuangan sampah umum pada suatu komplek perumahan. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu. Masyarakat terdiri dari individu. Individu mempunyai kehidupan sendiri, yang dapat dibedakan dari hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Namun individu tidak mungkin akan hidup tanpa adanya masyarakat.

4 Negara adalah masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat dan kepentingan masyarakat. Untuk kelangsungan hidup masing-masing diperlukan biaya. Biaya hidup individu menjadi beban dari individu yang bersangkutan dan berasal dari penghasilannya sendiri. Biaya hidup negara adalah untuk kelangsungan alat-alat negara, administrasi negara, lembaga negara, dan seterusnya yang harus dibiayai dari penghasilan negara. Penghasilan negara berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan/atau dari hasil kekayaan alam yang ada didalam negara itu (Natural Resources). Dua sumber itu merupakan sumber yang terpenting yang memberikan penghasilan bagi negara. Penghasilan itu membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kesehatan rakyat, pendidikan, kesejahteraan, dan sebagainya. Jadi dimana ada kepentingan masyarakat, disana timbul pungutan pajak, sehingga pajak adalah senyawa dengan kepentingan umum. Pungutan pajak mengurangi penghasilan / kekayaan individu, tetapi sebaliknya merupakan penghasilan masyarakat yang kemudian dikembalikan lagi kepada masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pengeluaranpengeluaran pembangunan yang pada akhirnya dikembalikan lagi kepada seluruh masyarakat, yang bermanfaat bagi rakyat, baik yang membayar maupun tidak. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsurunsur sebagai berikut: 1. Iuran rakyat kepada negara Yang berhak memungut pajak hanyalah negara, iuran tersebut berupa uang (bukan barang). 2. Berdasarkan Undang-Undang Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya. 3. Tanpa jasa timbal / kontraprestasi dari negara secara langsung dapat ditunjuk Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

5 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Sedangkan menurut Brotodiharjo (1998 ; 8) bahwa: "Pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas negara untuk membiayai biaya rutin surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment". Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pajak adalah iuran wajib yang sifatnya dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum Fungsi Pajak Menurut Muqodim (1990) fungsi pajak dibagi dua, yaitu: a. Fungsi Budgetair (Fungsi Finansial) Yaitu fungsi pajak untuk memasukkan uang ke kas negara atau dengan kata lain fungsi pajak sebagai penerimaan negara dan digunakan untuk pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. b. Fungsi Regulered (Fungsi Mengatur) Yaitu fungsi pajak untuk mengatur suatu keadaan dimasyarakat dalam bidang sosial, ekonomi dan politik, sesuai dengan kebijakan pemerintah. Menurut Waluyo Wirawan B. Ilyas (2003 ; 8) menyatakan bahwa: Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu : 1) Fungsi Penerimaan (Budgetair) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

6 2) Fungsi Mengatur (Regulered) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah. Dari kedua pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi budgetair atau fungsi penerimaan yaitu pajak yang berfungsi sebagai sumber dana untuk memasukkan uang ke kas negara yang digunakan untuk pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Contohnya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Selain itu fungsi regulered atau fungsi mengatur yaitu sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan suatu keadaan dibidang sosial, ekonomi, dan politik sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sebagai contoh : Pajak minuman dan barang mewah Pengelompokkan Pajak Menurut Mardiasmo (2002 ; 5) pengelompokkan pajak terdiri dari: 1. Menurut Golongannya: a. Pajak Langsung Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan b. Pajak Tidak Langsung Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai 2. Menurut Sifatnya: a. Pajak Subjektif Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan

7 b. Pajak Objektif Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajaknya. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 3. Menurut Lembaga Pemungutnya: a. Pajak Pusat Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. b. Pajak Daerah Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas : - Pajak Provinsi Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. - Pajak Kabupaten / Kota Contoh : Pajak Hotel dan Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C, Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, dan pajak parkir. Sedangkan menurut Hamdan Aini (1993 ; 13) bahwa pengelompokkan pajak terdiri dari: 1. Berdasarkan Sifat: a. Pajak Pribadi (Perorangan) Dalam hal ini pengenaan pajak lebih memperhatikan keadaan pribadi seseorang, seperti berapa istri, berapa anak, dan kewajiban finansial lainnya (PPH Pribadi). b. Pajak Kebendaan Yang diperhatikan adalah objeknya, pribadi wajib pajak dikesampingkan

8 (PPH Badan Hukum). c. Pajak Atas Kekayaan Yang menjadi objek pajak adalah kekayaan seseorang atau badan (PKK). d. Pajak Atas Bertambahnya Kekayaan Pengenaannya didasarkan atas seseorang yang mengalami kenaikan/ pertambahan kekayaan, biasanya hanya dikenakan satu kali. e. Pajak Atas Pemakaian (Konsumsi) Pajak atas kenikmatan seseorang. f. Pajak yang Menambah Biaya Produksi Yaitu pajak yang dipungut karena jasa negara yang secara langsung dapat dinikmati oleh para produsen. 2. Berdasarkan Ciri: a. Pajak Subyektif dan Obyektif - Pajak Subyektif Yaitu pajak yang memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan pajaknya, dicari alasan yang obyektif yang berhubungan erat dengan keadaan materil. - Pajak Obyektif Yaitu pertama melihat kepada obyeknya selain dari pada benda dapat juga berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, kemudian barulah dicari subjeknya. Tidak mempersoalkan apakah subyek berdiam didalam negeri atau diluar negeri. b. Pajak Langsung dan Tidak Langsung - Pajak Langsung Dalam arti administrasi (Yuridis) : Berkohir, dipungut secara periodik. - Pajak Tidak Langsung Dalam arti administrasi (Yuridis) : Tidak berkohir, tidak dipungut secara periodik Dalam arti ekonomis : Harus dipikul sendiri oleh subjek pajak, dapat dilimpahkan pada orang lain.

9 Maka dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis pajak adalah pajak langsung yaitu pajak yang harus dibebankan langsung kepada wajib pajak yang bersangkutan yang berkohir dan dipungut secara periodik. Contohnya Pajak Penghasilan. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain yang tidak berkohir dan tidak dipungut secara periodik. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai. Pajak subyektif yaitu pajak yang berdasarkan pada subyeknya yang memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak untuk menetapkan pajaknya yang berhubungan erat dengan keadaan materil. Contohnya : Pajak Penghasilan. Pajak Obyektif yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa mempersoalkan apakah subyeknya berdiam didalam negeri atau diluar negeri. Jenis pajak berdasarkan sifat yaitu pajak pribadi (Perorangan), pajak kebendaan, pajak atas bertambahnya kekayaan, pajak atas pemakaian (konsumsi), dan pajak yang menambah biaya produksi. Pajak menurut lembaga dan pemungutannya yaitu pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat, digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contohnya Pajak Penghasilan, PPN, Pajak penjualan atas barang mewah, PBB, dan bea materai. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contohnya Pajak Hotel dan restoran, pajak hiburan, Pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C, pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, dan pajak parkir Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2002 ; 7) adalah sebagai berikut: a. Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

10 Ciri-cirinya adalah: 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus 2) Wajib pajak bersifat pasif 3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. Menurut Erly Suandy (2002 ; 144), menurut sistem ini utang pajak timbul apabila telah ada ketetapan pajak dari fiskus. Dengan demikian, jika dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak maka official assessment system sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran formil, artinya utang pajak timbul apabila sudah ada ketetapan pajak dari fiskus. b. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya: 1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri. 2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. 3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. Wajib pajak menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Dokumen yang digunakannya adalah Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD adalah formulir untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajak yanag terutang. Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD, maka akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). c. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang pada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

11 Ciri-cirinya: Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak. Pihak ketiga yang dimaksud antara lain pemberi kerja, bendaharawan pemerintah. 2.2 Pengertian Kontribusi, dan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pengertian Kontribusi Kata "Kontribusi" menurut Kamus Bahasa Indonesia (2000 ; 592) berarti: "Iuran atau sumbangan" Sedangkan menurut Graham Mott (1996 ; 126) bahwa: Istilah "Kontribusi" mempunyai arti khusus dalam akuntansi dan dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai penjualan dengana biaya variabel. Definisi ini dapat diterapkan, baik untuk satu unit produksi atau lini produk dan jasa. Kontribusi adalah laba sebelum semua biaya tetap diperhitungkan, dan mungkin ada diantara laba kotor dan laba bersih pada kebanyakan perusahaan Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pajak Kendaraan Bermotor menurut Gubernur Jawa Barat tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Provinsi Jawa Barat No.7 Tahun 2001, bahwa: "Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan semua kendaraan bermotor roda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar dan berat".

12 2.2.3 Dasar Hukum dan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Dasar hukum pengenaan pajak kendaraan bermotor 1) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.7 Tahun 2001 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 2) Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 27 Thun 2007 Tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Tahun 2007 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: a. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat. b. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintah Daerah. c. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat. d. Dinas adalah Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat. e. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat. f. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak. g. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang dipergunakan untuk mengangkut orang atau barang dengan dipungut bayaran dan memiliki izin, antara lain izin usaha angkutan dan izin trayek. h. Pajak Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut PKB adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. i. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut BBNKB adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.

13 j. Kendaraan Bermotor Ubah Bentuk adalah kendaraan bermotor yang mengalami perubahan teknis dan / atau penggunaannya. k. Kendaraan Bermotor Ganti Mesin adalah kendaraan bermotor yang mengalami penggantian mesin penggerak berupa motor atau peralatan lainnya yang menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. l. Alat-alat Berat dan Alat-alat Besar yang Bergerak adalah alat-alat yang dapat bergerak / berpindah tempat dan tidak melekat secara permanen. m. Kereta Gandeng adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor. n. Nilai Jual Kendaraan Bermotor adalah nilai jual kendaraan bermotor yang ditetapkan berdasarkan harga pasaran umum minggu pertama bulan Desember tahun pajak tahun sebelumnya. o. Harga Pasaran Umum yang selanjutnya disebut HPU adalah harga ratarata yang diperoleh dari sumber data, antara lain Agen Tunggal Pemegang Merek dan Asosiasi Penjual Kendaraan Bermotor. p. Bobot adalah koefisien yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. q. Tahun Pembuatan adalah tahun perakitan kendaraan bermotor Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor adalah nilai jual kendaraan bermotor dan bobot yang mencerminkan kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor tersebut. Nilai jual kendaraan bermotor sesuai dengan harga pasar kendaraan bermotor, atau diperkirakan atas dasar isi silinder dan atau satuan daya, penggunaan kendaraan bermotor, jenis kendaraan bermotor, merek kendaraan bermotor, tahun pembuatan kendaraan bermotor, berat total kendaraan bermotor, serta dokumen impor untuk jenis kendaraan tertentu.

14 Bobot kendaraan yang mencerminkan kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan didasarkan pada tekanan gandar kendaraan, jenis bahan bakar kendaraan bermotor, dan jenis-jenis penggunaan, tahun pembuatan, serta ciri-ciri mesin kendaraan bermotor Objek, Subjek, Wajib Pajak, dan Masa Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) OBjek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Kepemilikan dan atau penguasaan: 1) Kendaraan bermotor yang ada di provinsi Jawa Barat 2) Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak Subjek Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan menguasai kendaraan bermotor Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 1) Wajib pajak adalah setiap orang atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor / kendaraan khusus / alat-alat berat / besar. 2) Yang bertanggung jawab terhadap pembayaran PKB adalah: a. Orang yang bersangkutan, yaitu sebagai pemilik sesuai dengan hak kepemilikannya. b. Orang atau badan yang memperoleh kuasa dari pemilik kendaraan. c. Ahli waris, yaitu orang atau badan yang ditunjuk dengan surat wasiat atau yang ditetapkan sebagai ahli waris berdasarkan kesepakatan dan atau putusan pengadilan. 3) Wajib pajak baik perorangan atau badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor yang jumlah pajaknya sebagian atau seluruhnya belum dilunasi oleh pemilik lama, maka pihak yang menerima penyerahan tersebut juga bertanggung jawab terhadap pelunasan pajaknya.

15 Masa Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) a. Masa pajak adalah 12 (dua belas) bulan berturut-turut yang merupakan tahun pajak terhitung sejak tanggal pendaftaran. b. Pajak kendaraan bermotor (PKB) yang karena sesuatu hal dan lain hal masa pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan, maka dapat dilakukan restitusi: 1) Terhadap kendaraan bermotor mutasi keluar daerah dalam Provinsi Jawa Barat dilakukan kompensasi. 2) Terhadap kendaraan bermotor mutasi keluar daerah diluar Provinsi Jawa Barat dilakukan restitusi. c. Bagian bulan yang melebihi 14 (empat belas) hari dihitung satu bulan penuh Mekanisme Kerja Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) a) Pendaftaran dan Penetapan 1. Penelitian dan Registrasi Identifikasi a. Uraian Tugas 1) Menerima, meneliti kelengkapan dan keabsahan berkas permohonan. 2) Melakukan penelitian pada daftar pencarian barang dan daftar pemblokiran. 3) Membubuhkan paraf pada resi formulir pendaftaran yang diterima, memotong dan memberikan resi tersebut kepada pemohon. 4) Menerima dan meneliti hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor untuk di cross check dengan dokumen kendaraan bermotor dan apabila ternyata di dalam penelitian pemeriksaan fisik ditemukan adanya perbedaan dan kejanggalan, ataupun tercantum dalam daftar pencarian dan pemblokiran berkas, maka permohonan tersebut diselesaikan secara khusus sesuai ketentuan yang berlaku. 5) Memberikan dan menetapkan Nomor Polisi dan Nomor BPKB serta menuliskannya pada formulir SPPKB yang juga formulir permohonan STNK, serta membubuhkan paraf pada formulir tersebut. 6) Meneruskan berkas permohonan kepada otorisasi data statis kendaraan.

16 7) Khusus untuk pendaftaran STCK dan TCKB, petugas Kepolisian Republik Indonesia dan Jasa Raharja melaksanakan tugas: Menerima biaya administrasi STCK, TCKB, BTCK dan SWDKLLJ Melaksanakan pengetikan STCK Verifikasi STCK Menyiapkan TCKB Menyerahkan berkas dan BTCK kepada petugas penyerahan b. Sarana 1) Buku register dan identifikasi kendaraan bermotor 2) Buku induk kendaraan bermotor yang berisi identifikasi, jenis, golongan, fungsi kendaraan bermotor 3) Buku induk TNKB c. Petugas Pelaksana 1 (satu) orang petugas kepolisian Republik Indonesia atau disesuaikan dengan potensi. 2. Otorisasi Data Statis Kendaraan a. Uraian Tugas 1) Membuat kartu induk kendaraan bermotor bagi kendaraan baru 2) Memberikan nomor kartu induk kendaraan secara sistematis 3) Menulis identifikasi kepemilikan jenis, golongan, fungsi kendaraan bermotor untuk kepentingan penetapan besarnya PKB dan SWDKLLJ 4) Membuat order TNKB untuk proses pencetakan TNKB bagi kendaraan baru, perpanjangan STNK, dan penggantian nomor kendaraan lainnya 5) Menyimpan dan menata kartu induk kendaraan sesuai dengan bulan dan tahun penerbitan kartu induk kendaraan 6) Meneruskan berkas permohonan kepada penetapan PKB dan SWDKLLJ b. Sarana 1) Kartu induk kendaraan bermotor 2) Buku order TNKB

17 3) Pemberkasan / file 4) Monitor komputer c. Petugas Pelaksana 2 (dua) orang petugas kepolisian Republik Indonesia atau disesuaikan dengan potensi. 3. Penetapan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan BBN-KB a. Uraian Tugas 1) Menetapkan besarnya PKB dan BBN-KB serta denda dalam SKPD 2) Memberikan nomor SKUM dan kohir SKPD 3) Membukukan dalam buku produksi pajak 4) Menyelesaikan secara khusus apabila terjadi kesalahan penetapan 5) Meneruskan berkas yang telah disahkan PKB dan dendanya kepada penetapan SWDKLLJ b. Sarana 1) Buku produksi 2) Buku kohir 3) Buku SKUM 4) Buku denda 5) Laporan produksi c. Petugas Pelaksana 2 (dua) orang petugas Dipenda atau disesuaikan dengan potensi. 4. Penetapan SWDKLLJ a. Uraian Tugas : 1) Menetapkan SWDKLLJ dan denda serta membubuhkan paraf pada SKPD 2) Membubuhkan penetapan 3) Meneruskan berkas yang telah ditetapkan SWDKLLJ dan dendanya kepada penetapan biaya administrasi STNK / TNKB b. Sarana 1) Buku penetapan 2) Buku denda

18 3) Laporan penetapan c. Petugas Pelaksana 1 (satu) orang petugas PT. Jasa Raharja (Persero) atau disesuaikan dengan potensi. 5. Penetapan Biaya Administrasi STNK / TNKB a. Uraian Tugas 1) Menetapkan biaya administrasi dan biaya TNKB serta membubuhkan paraf 2) Membukukan biaya administrasi 3) Menyerahkan berkas pendaftaran kepada korektor b. Sarana 1) Buku register 2) Buku laporan c. Petugas Pelaksana 1 (satu) orang petugas Kepolisian Republik Indonesia 6. Pelayanan Korektor a. Uraian Tugas 1) Mengkoreksi kebenaran besarnya penetapan pajak dan denda 2) Memberikan paraf pada SKPD 3) Meneliti berkas pendaftaran kendaraan bermotor 4) Menyerahkan KTP asli, BPKB asli, dan SKPD asli kepada pemohon 5) Meneruskan berkas ke unit pembayaran b. Sarana Buku register koreksi c. Petugas Pelaksana 1) 1 (satu) orang petugas Dipenda 2) 1 (satu) orang petugas kepolisian 3) 1 (satu) orang petugas PT. Jasa Raharja (Persero), atau disesuaikan dengan potensi

19 b) Pembayaran dan Penyerahan 1. Penerimaan Pembayaran a. Uraian Tugas 1) Menerima pembayaran dan membubuhkan validasi pada SKPD 2) Meneruskan berkas dan tindasan SKPD kepada petugas pencetak 3) Menyerahkan lembar asli SKPD yang telah divalidasi kepada pemohon 4) Mendistribusikan tindasan SKPD kepada DIPENDA 5) Menyetorkan uang penerimaan kepada instansi menerima paling lambat 1 kali 24 jam 6) Membukukan dalam buku kas umum dan penerimaan perjenis: PKB SWDKLLJ Administrasi STNK dan TNKB b. Sarana 1) Buku kas umum 2) Buku bantu 3) Buku setoran 4) Buku penerimaan perjenis 5) Buku laporan penerimaan c. Petugas Pelaksana 1) 1 (satu) orang bendaharawan khusus penerimaan 2) 1 (satu) orang kasir (DIPENDA) atau disesuaikan dengan potensi 3) 2 (dua) orang tenaga pembukuan 2. Validasi STNK / Pencetakan STNK dan Penyediaan TNKB / Penyediaan Peneng a. Uraian Tugas 1) Mencetak STNK baru / perpanjangan / pengesahan 2) Mencetak TNKB 3) Menerima berkas dan tindasan SKPD dari penerimaan pembayaran 4) Menyediakan peneng atas dasar SKPD yang telah divalidasi

20 5) Meneruskan berkas kepada unit penyerahan STNK, TNKB, dan Peneng b. Sarana 1) Buku register STNK dan TNKB 2) Buku produksi c. Petugas Pelaksana 1 (satu) petugas kepolisian Republik Indonesia atau 1 (satu) orang petugas DIPENDA atau disesuaikan dengan potensi 3. Penyerahan STNK, TNKB, dan Peneng a. Uraian Tugas Menyerahkan STNK, TNKB, SKPD, dan Peneng b. Sarana Buku register penyerahan c. Petugas Pelaksana 1 (satu) orang petugas POLRI atau DIPENDA dan 1 (satu) orang petugas PT. Jasa Raharja (Persero) atau disesuaikan dengan potensi. 2.3 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian Pendapatan Daerah Didalam keuangan daerah terdapat hak-hak yang dapat dinilai dengan uang yang tercermin dalam hal-hal penerimaan daerah realisasi pemasukan pendapatan daerah ini dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah yang telah dilaksanakan. Pemerintah daerah harus memiliki sumber keuangan yang cukup dan memadai, karena untuk pelaksanaan pembangunan daerah itu diperlukan biaya yang tidak sedikit. Sehubungan dengan keungan, Gade (1993 ; 120) menyatakan: Pendapatan merupakan penambahan kas pemerintah pusat yang berasal dari berbagai sumber antara lain mencakup penerimaan pajak dan cukai, penerimaan minyak, pendapatan yang berasal dari investasi, penerimaan bantuan luar negeri dan pinjaman dalam negeri, serta hibah.

21 Menurut Suparmoko (2001 ; 55) pendapatan daerah adalah: Pendapatan daerah dapat berasal dari pendapatan asli daerah itu sendiri, pendapatan asli daerah yang berasal dari pembagian pendapatan asli daerah, dana perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pinjaman daerah, dan pendapatan daerah lainnya yang sah. Sedangkan definisi pendapatan daerah berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 16 (2004 ; 6) adalah : Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pemerintah menyadari bahwa keuangan daerah sangat penting untuk penyelenggaraan otonomi daerah. Untuk memiliki keuangan yang memadai dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya, maka daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang No.33 Tahun 2004 pasal 5 ayat 2 (2004 ; 271): Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) bersumber dari: a. Pendapatan Asli Daerah b. Dana perimbangan, dan c. Lain-lain pendapatan. Dengan sumber-sumber pendapatan daerah yang memadai diharapkan daerah otonom akan mampu mengembangkan daerahnya masing-masing demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya Pengertian Pendapatan Asli Daerah Setelah penyelenggaraan pemerintah di daerah yang berprinsip pada otonomi daerah yang seluas-luasnya, nyata, dan bertanggung jawab, ideologi politik dan struktur pemerintahan akan lebih bersifat desentralisasi dibandingkan dengan struktur pemerintahan sebelumnya yang lebih bersifat sentralisasi.

22 Sehubungan dengan sistem pemerintahan berasaskan pada desentralisasi, Suparmoko (2001; 16) menyebutkan bahwa tujuan desentralisasi adalah: 1) Mewujudkan keadilan antara kemampuan dan hak daerah. 2) Meningkatkan pendapatan asli daerah dan pengurangan subsidi dari pemerintah pusat. 3) Mendorong pembangunan daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah. Dengan otonomi daerah, daerah berpeluang untuk menggali potensipotensi yang melekat pada daerahnya masing-masing untuk digunakan membiayai pembangunan dan perkembangan daerahnya masing-masing. Sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakatnya. Pendapatan asli daerah merupakan potensi-potensi yang berasal dari daerah itu sendiri, sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Undang-undang N0.25 Tahun 1999 pasal 3 huruf a (1999 ; 119): Yang dimaksud dengan pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. adala: Menurut Indra Bastian (2001 ; 201) pengertian Pendapatan asli daerah Pendapatan asli daerah merupakan akumulasi dari pos penerimaan pajak daerah dan pos retribusi daerah, pos pengelolaan investasi serta pengelolaan sumber alam. Sehubungan dengan pentingnya peran pendapatan asli daerah (PAD) dalam keuangan daerah, Indra Bastian (2001 ; 231) menyatakan bahwa: Adapun ciri utama yang menunjukan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber keuangan sendiri, sedangkan ketergantungan pada bantuan pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD harus menjadi bagian sumber keuangan besar yang didukung oleh kebijakan pembagian keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat dalam sistem pemerintahan negara.

23 Pendapatan asli daerah (PAD) bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumber pendapatan asli daerah (PAD) bermacam-macam, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang No.33 Tahun 2004 Pasal 6 (2004 ; 271): Pendapatan asli daerah bersumber dari: a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang terpisah; dan d. Lain-lain PAD yang sah Pajak Daerah Seperti dinyatakan dalam Undang-undang No.18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, bahwa pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting dan berguna untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Definisi pajak daerah berdasarkan Undang-undang No.34 Tahun 2000 Pasal 1 Ayat 6 (2002 ; 370): Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Sedangkan definisi pajak daerah menurut Mardiasmo (2003 ; 98) adalah: Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembanguan daerah. Dengan penerimaan daerah yang bersumber dari pajak daerah, daerah dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan secara langsung meningkatkan pendapatan daerahnya sehingga dapat memfasilitasi kegiatan pemerintah daerah.

24 Adapun jenis-jenis pajak daerah yang ditetapkan dalam Undang-undang No.34 Tahun 2000 Pasal 2 Ayat 1 dan 2 (2002 ; 473) adalah sebagai berikut: (1) Jenis pajak provinsi terdiri dari: a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan kendaraan diatas air b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan diatas air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Pengambilan & Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (2) Jenis Pajak Kabupaten / Kota terdiri dari: a. Pajak Hotel dan Restoran b. Pajak Hiburan c. Pajak Reklame d. Pajak Penerangan Jalan e. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C f. Pajak Parkir. Pajak daerah provinsi akan diuraikan satu persatu dibawah ini : a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan kendaraan diatas air Yang menjadi objek PKB adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor sebagai alat angkut orang atau barang. Pemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, perwakilan lembaga internasional, dikecualikan dari pengenaan PKB. Kemudian yang menjadi subjek PKB adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Tarif PKB ditetapkan sebesar 1,5% dari nilai jual kendaraan bermotor. b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan diatas air BBNKB adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat dari transaksi jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha. Jadi objek BBNKB adalah pergerakan kendaraan bermotor, kecuali pergerakan kendaraan bermotor kepada pemerintah pusat dan daerah, kedutaan dan konsulat asing. Sebagai subjek pajak BBNKB adalah orang pribadi atau badan yang menerima

25 penyerahan kendaraan bermotor. Tarif BBNKB adalah 10% dari nilai jual kendaraan bermotor, sedangkan untuk penyerahan hak dengan warisan ditetapkan tarif sebesar 0,1%. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Adalah pajak yang digunakan terhadap penggunaan bahan bakar (bensin, solar, dan gas) untuk menggerakkan kendaraan bermotor. Jadi yang menjadi objek pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah bahan bakar kendaraan bermotor yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor. Selanjutnya subjek pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah konsumen bahan bakar kendaraan bermotor, dan sebagai objek pajaknya adalah penyedia bahan bakar kendaraan bermotor. Tarifnya ditetapkan sebesar 5%. d. Pajak Pengambilan & Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Adalah pajak atas pengambilan air bawah tanah dan atau air permukaan untuk digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat. Sedangkan yang dimaksud air bawah tanah adalah air yang berada diperut bumi, termasuk air muncul secara alami diatas permukaan tanah. Selanjutnya yang dimaksud air permukaan adalah air yang berada diatas permukaan bumi, tetapi tidak termasuk air laut. Yang menjadi objek pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan adalah pengambilan air bawah tanah dan air permukaan. Yang dikecualikan dari pengenaan pajak atas pengambilan air bawah tanah dan air permukaan adalah: - Pengambilan air oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah - Pengambilan air permukaan oleh BUMN yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan usaha eksploitasi dan pemeliharaan pengairan serta mengusahakan air dan sumber daya air. - Pengambilan air bawah tanah dan air permukaan untuk keperluan dasar rumah tangga, dan pengambilan air lainnya yang diatur oleh PERDA.

26 - Besarnya tarif pajak ini adalah maksimum 20% dan harus ditetapkan oleh peraturan daerah. Pajak Daerah Kabupaten / Kota: a. Pajak Hotel dan Restoran Adalah pajak atas pelayanan hotel dan restoran. Objek pajak hotel dan restoran adalah pelayanan yang disediakan dengan pembayaran dihotel dan atau restoran. Yang termasuk dalam objek pajak hotel dan restoran adalah: 1) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek 2) Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang memberikan kemudahan dan kenyamanan 3) Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel 4) Jasa persewaaan maupun untuk kegiatan atau acara pertemuan hotel 5) Penjualan makanan dan atau minuman ditempat fasilitas penyantapan. Subjek pajak hotel dan restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atau pelayanan hotel dan atau restoran, sedangkan wajib pajak hotel dan restoran adalah orang atau badan yang mengusahakan hotel dan restoran. Tarif pajak ini paling tinggi adalah 10% dari nilai-nilai pembayaran tersebut. b. Pajak Hiburan Adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, dan atau keramaian yang ditandai atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk olah raga. Objek pajak hiburan adalah penyelenggara hiburan, dan subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menetap atau menikmati hiburan. Dan wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan tersebut. Tarif pajak ini ditetapkan paling tinggi adalah sebesar 35% dari jumlah nilai pembayaran (dasar pajak).

27 c. Pajak Reklame Adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang dipergunakan untuk memperkenalkan, menyampaikan, memuji suatu barang atau jasa agar menarik perhatian umum. Objek pajak reklame diluar televisi, radio dan media cetak. Yang menjadi subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau memesan reklame, demikian pula wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Kemudian sebagai dasar pengenaan pajaknya adalah nilai sewa reklame, dan tarifnya adalah 25%. d. Pajak Penerangan Jalan Adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Yang menjadi objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik di wilayah atau daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Adapun yang menjadi subjek penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik, sedangkan yang menjadi wajib pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik atau pengguna listrik. Tarif pajak penerangan jalan paling tinggi sebesar 10% dan ditetapkan oleh pemerintah daerah. e. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C Merupakan pajak atas kegiatan eksploitasi bahan galian golongan C. Yang merupakan objek pajak ini adalah kegiatan eksploitasi bahan galian golongan C yang meliputi : asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentomit, dalomit, feldfar, garam batu (halite), grafit, granit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit phospat, talk, tanah serap (fullersearth), tanah diatome, tanah liat, tawas, tras, yarosif, dan zeolit. Yang menjadi subjek pajak dan sekaligus wajib pajak dari pajak atas pengolahan bahan galian golongan C adalah orang pribadi yang

28 mengeksploitasi atau mengambil bahan galian golongan C. Tarif pajak ini paling tinggi adalah sebesar 20% dan harus ditetapkan dengan peraturan daerah. f. Pajak Parkir Adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Selain daerah dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah ditetapkan daerah kabupaten / kota juga dapat memungut jenis pajak daerah yang lain, yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dijelaskan dalam Undang-undang No.34 Tahun 2000 Pasal 2 Ayat 4 (2001 ; 372) yaitu: Dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis pajak kebupaten/ kota selain yang ditetapkan dalam ayat (2) yang memiliki Kriteria: a. Bersifat pajak dan bukan retribusi; b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten / kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah kabupaten / kota yang bersangkutan; c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum; d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan/atau objek pajak pusat; e. Potensinya memadai; f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif; g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; h. Menjaga kelestarian lingkungan. Pajak merupakan sumber umum penerimaan pemerintah yang hampir tidak berubah dan benar-benar dijaga oleh pemerintah pusat. Pembagian hasil penerimaan ini dengan cara penyerahan atau pembagian, adakalanya dicantumkan dalam undang-undang. Beberapa cara pemerintah regional dinegara kesatuan memperoleh penerimaan yang berasal dari pajak penghasilan, sebagian dimungkinkan oleh sistem pajak nasional dan lainnya. Karena perbedaan dasar

29 pajak yang ditetapkan pengaturan pembagian hasil pajak yang dimaksud antara lain dicantumkan pada Undang-undang No.25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yaitu pada pasal yang menerangkan tentang pembagian hasil pajak bumi dan bangunan dan perolehan hak atas bumi dan bangunan. Sistem pajak penghasilan nasional memiliki ciri umum tertentu yang membedakan antara pajak yang dikenal atas penghasilan orang pribadi dan laba yang diperoleh suatu perusahaan. Penetapan bagi pajak orang pribadi dengan cara mengenakan pajak atas pajak penghasilan seseorang dikurangi biaya-biaya dan potongan yang biasanya berbeda antara satu keluarga dengan yang lainnya. Pajak perusahaan dikenakan atas laba yang diperoleh suatu perusahaan setelah perhitungan dana untuk penyusutan. Pajak penghasilan orang pribadi biasanya bersifat progresif, sedangkan tingkat pajak yang berbeda dikenakan terhadap laba suatu perusahaan yang biasanya dimiliki dengan prosentase yang lebih tinggi. Tingkat pajak orang pribadi seringkali antara pendapatan dan penghasilan yang diperoleh seseorang, akan tetapi bukan merupakan suatu pendapatan dimana yang terakhir ini tingkat pajaknya dikenakan lebih tinggi. Tunjangan yang diberikan kepada perorangan adalah untuk meringankan golongan yang berpenghasilan rendah bagi negara-negara berkembang. Hal ini secara efektif memberikan keringanan untuk sebagian terbesar dengan jumlah penduduknya. Dalam hal ini administrasi pajak pendapatan nasional secara nyata memusatkan perhatian pada gaji disektor formal yang diterima oleh pegawai pemerintah swasta dan laba atas perusahaan. Untuk itu, pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan pemungutan jenis-jenis pajak tertentu oleh masingmasing daerah, dengan peraturan perundang-undangan tersebut pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan keleluasaan untuk mengelola sumber-sumber penerimaan pajak di daerah. Upaya peningkatan pajak dilakukan didalam kerangka perbaikan sistem perpajakan secara keseluruhan. Beberapa upaya yang dilakukan menurut Sitompul ( 1996 ; 278) antara lain:

30 1. Menghapus pajak daerah yang tidak memuaskan 2. Memperbaiki kinerja pajak daerah yang ada 3. Meningkatkan wewenang pemerintah daerah 4. Menciptakan pajak daerah yang baru konvensional 5. Menciptakan pajak daerah yang baru non konvensional Sementara itu, Bachrul Emil (2002 ; 46) mengungkapkan upaya yang ditempuh untuk meningkatkan penerimaan dari pos pajak daerah antara lain : 1. Upaya meningkatkan penerimaan pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap jenis-jenis pajak tertentu, yaitu dengan memberikan kemudahan lapangan usaha baru. 2. Peranan appraisal valuation terhadap asset-asset daerah. 3. Fungsi budgeter dari penerimaan pajak daerah, artinya meningkatkan efisiensi dengan cara mengalokasikan penerimaan pajak untuk membiayai kegiatan yang produktif Retribusi Daerah Disamping pajak daerah, sumber pendapatan asli daerah yang cukup besar peranannya dalam menyumbang pada terbentuknya pendapatan asli daerah (PAD) adalah retribusi daerah. Dibeberapa daerah pendapatan yang berasal dari retribusi daerah dapat lebih besar dari pada pendapatan dari pajak daerah. Yang dimaksud retribusi daerah menurut ketentuan Undang-undang No. 34 Tahun 2000 pasal 1 ayat 26 (2002 ; 372) adalah: Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang bersifat khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dalam kaitannya dengan usaha menata kembali beberapa sumber pendapatan asli daerah (PAD) agar lebih memberikan bobot otonomi yang lebih besar kepada pemerintah daerah, beberapa jenis retribusi yang pada hakekatnya bersifat pajak diubah statusnya menjadi pajak daerah dengan Undang-undang

31 No. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Banyak jenis retribusi, tetapi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam sesuai dengan objeknya. Objek retribusi adalah berbagai jenis pelayanan atau jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah kota Macam-macam Retribusi Daerah 1. Retribusi Jasa Umum Adalah retribusi atau jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan atau pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Dalam menetapkan jenis retribusi ke dalam kelompok retribusi jasa umum. Kriteria yang digunakan adalah bahwa: a. Jasa tersebut termasuk dalam kelompok urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam pelaksanaan asas desentralisasi. b. Selain melayani kepentingan umum, jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi. c. Jasa tersebut dianggap layak jika hanya disediakan kepada orang pribadi atau badan yang membayar retribusi, seperti pelayanan kesehatan untuk seseorang yang mampu (memiliki penghasilan yang cukup). d. Retribusi untuk pelayanan pemerintah daerah itu tidak bertentangan dengan kebijaksanaan nasional. e. Retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta dapat merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial. f. Pelayanan yang bersangkutan dapat disediakan secara baik dengan kualitas pelayanan yang memadai. Adapun yang termasuk dalam jasa pelayanan umum antara lain: a. Pelayanan kesehatan b. Pelayanan kebersihan dan persampahan c. Penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk (KTP) dan akta catatan sipil d. Pelayanan pemakaman dan penguburan mayat e. Pelayanan parkir ditepi jalan umum f. Pelayanan pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Umum Pajak Secara umum pengertian pajak adalah pemindahan harta atau hak milik kepada pemerintah dan digunakan oleh pemerintah untuk pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pajak berikut : Menurut Rochmat Sumitro (2005:1) pengertian pajak sebagai berikut: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 2 ayat (4), Pasal 3 ayat (2), Pasal 5 ayat (6)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dikemukakan oleh beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Definisi pajak oleh beberapa ahli: Prof. Dr. Rochmat Sumitro, S.H. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Pajak Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang sangat berguna untuk kepentingan bersama. Banyak para ahli dalam bidang perpajakan memberikan pengertian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (3), Pasal 3 ayat (2) dan Pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Di masa orde baru pengaturan pemerintahan daerah ditetapkan dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, tapi belum memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : 1. 2. 3. 4. 5. Menetapkan : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 19-1997::PP 21-1997 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 118, 2001 Keuangan.Pajak.Pemerintahan Daerah.Keuangan Daerah.Pajak Daerah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2006:1) definisi pajak dalam buku perpajakan edisi revisi, pajak adalah : Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (3), Pasal 3 ayat (2) dan Pasal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Andriani dalam bukunya Waluyo (2009: 2) menyatakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G Kembali P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6). BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak Pada Umumnya II.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Definisi Pajak Secara Umum Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diberlakukan oleh hampir seluruh negara di dunia. Masalah pajak merupakan masalah negara dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Untuk dapat memahami pentingnya pemungutan pajak dan alasan yang mendasari mengapa wajib pajak diharuskan membayar pajak terutang, tentunya perlu terlebih dahulu dipahami

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Teori Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Terdapat banyak pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Pengertian pajak menurut para ahli memberikan definisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka Pemerintah harus tetap meningkatkan penerimaan Negara. Selain

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk memperoleh dana dari rakyat. Hasil penerimaan pajak tersebut untuk mengisi anggaran Negara sekaligus membiayai keperluan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Dasar Perpajakan II.1.1. Pengertian pajak Terdapat banyak definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya adalah : Definisi pajak menurut Prof. Dr. P.J.A.

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Judul Penelitian :

Pedoman Wawancara Judul Penelitian : Pedoman Wawancara Judul Penelitian : Kebijakan Penetapan Tarif dan Pengelolaan Pajak Hiburan sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah ( Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ) I. Kepala Sub Dinas

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN DEFINISI PAJAK Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada kas negara.definisi pajak menurut beberapa ahli adalah : 1) Menurut Soemitro (Mardiasmo, 2011:1),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Dasar Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan yang umumnya selalu

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si PENGANTAR PERPAJAKAN 1 DASAR-DASAR PERPAJAKAN Pengertian Pajak Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan UU (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Pajak merupakan gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada dalam masyarakat. Masyarakat terdiri dari individu-individu yang mempunyai hidup sendiri dan kepentingan sendiri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Secara Umum Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang sangat berguna bagi kepentingan bersama. Apabila membahas pengertian pajak banyak ahli dalam bidang

Lebih terperinci

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Dasar-dasar Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Definisi Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pengertian Pajak Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH Waluyo

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pengertian Pajak Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH Waluyo BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diberlakukan oleh hampir seluruh negara di dunia ini. Permasalahan dalam pajak erat kaitannya dengan negara yang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN DASAR-DASAR PERPAJAKAN 1 PENGERTIAN PAJAK (2) Prof. Dr. P.J.A. Adriani: Pajak adalah iuran kepada negara (yg dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra Prestasi)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Penghasilan negara adalah berasal dari rakyatnya melalui pungutan pajak, dan/atau dari hasil kekayaan alam yang ada di dalam negara itu (natural resources). Dua sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Perpajakan Pada hakekatnya pajak merupakan pungutan yang dikenakan terhadap seluruh rakyat di suatu negara. Segala bentuk pungutan yang dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1) Perpajakan (Sesi 1) Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57 kuloaryo@gmail.com Definisi dan Unsur Perpajakan Definisi Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Hukum pajak disebut juga hukum fiskal yaitu keseluruhan dari peraturanperaturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis pajak, tata cara pemungutan pajak dan seterusnya yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara negara yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH - 1 - PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan teori 2.1.1. Pengertian Pajak Para ahli dibidang Perpajakan mendefinisikan pengertian pajak dengan pendapat yang berbeda antara lain : Menurut Rochmat Soemitro yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui potensi dan apa yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. DEFINISI PAJAK: menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi atau pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merusmuskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan Asli Daerah a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Menurut Mardiasmo (2002:132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dan sektor

Lebih terperinci

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM PERAN ADMINISTRASI NOTARIS/PPAT DALAM PEMENUHAN KEWAJIBAN BPHTB TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI STUDI KASUS PADA KANTOR NOTARIS DAN PPAT IS HARIYANTO IMAM SALWAWI, SH JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 2 ayat (4), Pasal 3 ayat (2), Pasal 5 ayat (6)

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda, tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda, tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Teori Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Terdapat banyak pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Pengertian pajak menurut para ahli memberikan definisi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pajak Secara Umum 2.1.1. Dasar Hukum Pajak Dasar hukum pajak adalah pasal 23 ayat ( 2 ) Undang - Undang Dasar 1945 yang berbunyi : segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Agar penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan dengan efektif, maka pemerintah perlu mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah.

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DASAR-DASAR PERPAJAKAN Materi: DASAR-DASAR PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau afifudin_aftariz@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Di negara Indonesia pajak sangatlah penting untuk menambah pemasukan. Warga masyarakat yang memiliki NPWP, yang memiliki kendaraan, yang memiliki usaha wajib

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Gaya Pikul Menurut Siti Resmi (2011) yang dimaksud dengan Teori gaya pikul adalah, menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perpajakan 2.1.1 Pengertian Hukum Pajak Menurut IAI (2012:1). Hukum Pajak (Hukum Fiskal) adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan. 6 BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. PROSEDUR Menurut Mulyadi (2001:5) prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Kata pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991;747) berarti : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. PAJAK Masalah Pajak adalah masalah Negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu Negara pasti berurusan dengan Pajak, oleh karena itu masalah Pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut P.J.A Andiani dalam Diana Sari (2013: 33), adalah sebagai berikut : Pajak adalah iuran masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan melancarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN.

TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN. TINJAUAN HUKUM MEKANISME PENGELOLAAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN www.inilah.com I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang melakukan berbagai pembangunan di segala bidang khususnya di bidang ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Teori Asuransi Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendapatan Asli Daerah 2.1.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan bagi

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH KEPADA INSTANSI PEMUNGUT DAN INSTANSI/PENUNJANG LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Pajak 1. Definisi Pajak Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada Penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK A. Defenisi Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Perpajakan 2.1.1.1 Pengertian pajak Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Perpajakan No 16 Tahun 2009, tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 61 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN A. Telaah Pustaka Telaah pustaka merupakan landasan teroritis terhadap permasalahan yang dipilih dalam sebuah penelitian. Telaah pustaka yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, 2 RANC ANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa pajak Daerah merupakan

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PERPAJAKAN Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian, unsur-unsur, fungsi dan peranan, pemungutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro dalam Erly Suandy (2011:7). Pajak adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rochmat Soemitro dalam Erly Suandy (2011:7). Pajak adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Menurut Rochmat Soemitro dalam Erly Suandy (2011:7). Pajak adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dalam kehidupan manusia di segala bidang khususnya bidang ekonomi dan perdagangan merupakan

Lebih terperinci