PENELITIAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2005

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENELITIAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2005"

Transkripsi

1 PENELITIAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 25 A. Sorot S, Ngatino, Titi Wismawati, Andung Nugroho, Sri Widarti *) ABSTRAK PENELITIAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 25. Aktivitas Penelitian Pertambangan bahan galian nuklir di Rirang dan Eko Remaja Kalan yang dimulai tahun 198/1981 menimbulkan dampak lingkungan. Untuk mengetahui adanya perubahan kualitas lingkungan yang mungkin terjadi akibat adanya kegiatan tersebut maka dilakukan pemantauan lingkungan di lokasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pemantauan komponen fisik kimia yaitu air, endapan sungai dan tanah serta paparan radiasi, selanjutnya mengevaluasi dan memberikan saran dalam pengelolaannya. Penelitian pemantauan dampak lingkungan dilakukan dengan cara menganalisis contoh air, endapan sungai dan tanah serta paparan radiasi lingkungan. Pengambilan contoh air dan endapan sungai dilakukan pada lokasi yang sama dengan penelitian sebelumnya. Analisis COD dan BOD dilakukan langsung di lapangan, sedangkan parameter U dan logam berat dilakukan di Jakarta. Analisis U pada contoh menggunakan UV VIS Spektrophotometer cecil 4, sedangkan logam logam berat menggunakan Atomic Absorbtion Spektrophotometer. Hasil analisis contoh air sungai untuk Ca, Mg, Fe, Ni, Zn, Cu, Pb, Mn dan Mo serta radioaktivitas unsur U dan Th di Eko Remaja, Lemajung dan Rirang terlihat lebih rendah dari pada tahun 24 Kriteria penilaian kualitas air sungai menurut parameter berdasarkan baku mutu air dan dievaluasi dengan metode EQAM, AMDAL tergolong baik untuk Eko Remaja dan Rirang dengan skala ( 4,8 4,7) artinya masih aman untuk lingkungan. Hasil analisis parameter untuk endapan sungai serta tanah untuk parameter Ca, Ni, Zn, Cu, Pb,Mn, Mo dan radioaktivitas U di Rirang dan Eko Remaja Kalan relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun 24,23 dan 22. Sedangkan pengukuran paparan radiasi di kawasan Eko Remaja, base camp EFKA Lemajung, Rirang dan Jeronang masih dibawah dosis yang diijinkan, yaitu sebesar 5 msv/tahun untuk masyarakat. Disimpulkan kualitas lingkungan Kalan pada tahun 25 masih aman untuk lingkungan. ABSTRACT RESEARCH AND MONITORING ON ENVIRONMENTAL IMPACT OF U EXPLORATION ACTIVITY AT KALAN AREA WEST KALIMANTAN 25. Exploration, mining and U extraction pilot research at Rirang and Eko Remaja, Lemajung Kalan area from 198/1981 until now will be arisen the environment impact. To obtain the environment impact of activities, research on environmental and monitoring at Kalan are has been carried out. COD and BOD parameter were analized the field, while the other parameter were analized at environment laboratory Jakarta. Samples were analyzed using spectrophotometer. The objective research is to obtain environment quality change environment laboratory. which it taken at the same place previously years. River water, stream sediment and soil analysis such as Ca, Mg, Fe, Ni, Zn, Cu, Pb, Mn, and Mo, radioactivity U have shown lower than previously years. River water criteria based on EQAM, AMDAL method indicated that river water quality at Eko Remaja, Lemajung, Rirang area are good (scale 4,8 4,7), it means safe environment. Meanwhile radiation exposure monitoring at Eko Remaja base camp Efka, Lemajung, Rirang and Jeronang are below limited dose value are 5 msv/ year. The summary indicated that environment quality at Kalan area in 25 is safe. *) Staf Bidang Keselamatan & Lingkungan PPGN BATAN 48

2 PENDAHULUAN Dampak lingkungan yang terjadi dari penelitian pengembangan penambangan U yang dilakukan sejak tahun 198/1981 (1) hingga sekarang diperkirakan akan menurunkan kualitas lingkungan pada lokasi penelitian. Untuk mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan akibat menurunnya kualitas lingkungan tersebut maka dilakukan pemantauan komponen fisik kimia dari contoh lingkungan berupa air, endapan sungai, tanah dan paparan radiasi. Laporan ini sebagai laporan USPEN No.Kode.P2BGGN/KL/P/1/25. Pemantauan lingkungan tersebut dilakukan di Eko Remaja Kalan, Rirang dan Jeronang dilakukan secara periodik pada lokasi yang telah ditentukan, hal ini mengacu pada keputusan SK. DIRJEN BATAN No.455/DJ/X/1994 tentang RPL pada Proyek Penelitian Teknik Eksplorasi dan Penambangan Bahan Nuklir. (2) Penelitian ini meliputi analisis dan evaluasi contoh komponen air dan endapan sungai serta tanah, juga paparan radiasi yang dipantau pada setiap titik lokasi yang ditentukan dan lokasi base camp di Efka dan Jeronang. Tujuan penelitian dan pemantauan dampak lingkungan kegiatan Eksplorasi U di Kalan Kalimantan Barat tahun 25 adalah untuk melakukan penelitian pemantauan komponen fisik kimia yaitu air, endapan sungai dan tanah serta paparan radiasi, selanjutnya mengevaluasi dan memberikan saran dalam pengelolaannya. Data yang diperoleh dalam pemantauan ini dapat dievaluasi kualitas lingkungan di Kalan apakah ada terjadi dampak atau tidak. Bila tidak terjadi dampak, kegiatan penelitian penambangan di kawasan tersebut dapat dilanjutkan. Selain itu juga dapat memberikan informasi kualitas lingkungan terutama air sungai kepada pemerintah daerah setempat, khususnya masyarakat yang tinggal di hilir sungai Kalan. PERALATAN, BAHAN DAN TATA KERJA Alat yang digunakan : Perangkat alat refluks dan titrasi, ph meter, SPP2NF, Spektrophotometer Cecil 4 dan Atomic Absorption Spektrophotmeter (AAS), Hot plate, timbangan analitik serta alatalat gelas laboratorium. Bahan yang digunakan : Bahan kimia yang digunakan adalah HNO 3, H 2 SO 4, CCl 4, KJ, NaN 3, asam salisilat, Na Thiosulfat, chloroform, AgSO 4, HgSO 4, Ferro Amonium sulfat, 1.1 phennonthrolin, K 2 Cr 2 O 7 dan aquades. 481

3 Tata kerja Pengambilan, preparasi dan analisis contoh : Contoh air sungai: Pengambilan contoh air sungai untuk analisis BOD dan COD menggunakan botol bertutup asah ( volume 5 ml). Lokasi pengambilan dipilih di bagian tengah sungai yang aliran airnya aktif dan pada setengah kedalaman air. Contoh air sungai yang diambil untuk diketahui kandungan logam berat dan radionuklida sebanyak ± 2 liter di setiap lokasi dengan menggunakan jerigen tempat air volume 2 liter (caranya yaitu dengan memasukkan jerigen tersebut kedalam air sungai dengan posisi lubang jerigen menghadap ke arah hulu ), analisis BOD dan COD dilakukan di lapangan. Analisis BOD dilakukan dengan menitrasi contoh air dengan larutan thio,25 N sedangkan COD dilakukan dengan memisahkan contoh air kedalam labu didih, selanjutnya dipanaskan pada suhu 1 derajat C kemudian ditambah K 2 Cr 2 O 7, HgSO 4 dan H 2 SO 4 untuk selanjutnya di refluk selama 2 jam. Setelah dingin kemudian dititrasi dengan larutan thio,25 N. Untuk analisis U dan logam berat pada contoh air sungai di lapangan dilakukan preparasi sebagai berikut. 1. Analisis U dibutuhkan 6 liter dikisatkan dengan cara pemanasan sampai ±15 cc diawetkan dengan menambahkan HNO 3 pekat hingga mencapai ph<2 2. Logam berat dibutuhkan contoh air sedikitnya ± 1 liter, kemudian dikisatkan dengan cara pemanasan sampai ± 15 cc. 3. Analisis Si dibutuhkan contoh air 5 cc tanpa pengkisatan dan pengawetan Contoh endapan sungai Pengambilan contoh endapan sungai dilakukan di lokasi yang sama dengan contoh air sungai. Contoh endapan sungai diambil pada dasar sungai dengan menggunakan sekop. Berat contoh ± 2 Kg, ukuran butir contoh bervariasi dari lempung sampai pasir halus, kemudian dikeringkan pada panas matahari. Selanjutnya diayak dengan ayakan 8 mesh, butiran < 8 mesh dipisahkan dari > 8 mesh. Kemudian butiran < 8 mesh dikuartering dan diambil 5 gram untuk dikirim ke laboratorium. Contoh tanah : Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan menggunakan linggis atau sekop pada kedalaman 2 s/d 3 cm dibawah permukaan tanah, contoh diambil di lokasi sekitar 482

4 penelitian penambangan Rirang serta terowongan Eko Remaja baik di bagian depan maupun belakang mulut terowongan dengan jarak antar lokasi contoh ± 1 m. Di Rirang diambil 3 contoh, di Eko Remaja 3 contoh tanah, di sekitar pengolahan bijih U di Lemajung diambil 2 contoh ( lihat Gambar 1 peta lokasi kerja pengambilan air dan endapan sungai dan tanah di Kalan ). Contoh tanah diambil sebanyak 2 kg di setiap lokasi. Kemudian dikeringkan dan diayak dengan ukuran 8 mesh yang < 8 mesh dipisahkan, selanjutnya dikuartering dan diambil 5 gram untuk dikirim ke Jakarta. Contoh tanah dimaksudkan untuk : a. Penentuan kandungan uranium (dengan mempergunakan UV VIS spektrofotometer Cecil 4 ) b. Penentuan kandungan logam berat dengan AAS (Atomic Absorbtion Spektrophotometer) Pengukuran radioaktivitas lingkungan dilakukan dengan menggunakan SPP2NF di tempat lokasi pengambilan contoh dan di tempat pemukiman personil di Efka HASIL DAN BAHASAN Air Sungai Kalan (ASK) Hasil analisis logam berat dan U contoh air sungai di ASK 1,2,3,4,5 & 6 di Eko Remaja & Lemajung seperti terlihat pada Gambar 2, 3. dan 4. Pada Gambar 2 terlihat bahwa kadar Ca,Mg, dan Zn pada semua titik lokasi kecuali pada pada lokasi ASK 2 pada tahun 25 umumnya relatif lebih rendah dari tahun 22, 23 dan 24 hal ini terjadi karena aktivitas di Eko Remaja dan Lemajung menurun. Sedangkan untuk Fe pada lokasi ASK 1 dan ASK 2 terjadi kenaikan tetapi tidak significant. Pada lokasi ASK 2 air sungai langsung dialiri dari air terowongan, sehingga pada lokasi tersebut ada kecenderungan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 22, 23 dan 24. Untuk logam berat Ni relatif lebih tinggi pada setiap lokasi di Eko Remaja Lemajung tetapi masih di bawah NBD yang diijinkan sehingga cukup aman untuk lingkungan. Sedangkan pada Gambar 3 terlihat Pb, Mo dan Cu juga relatif sama dari tahun 22, 23 dan 24 sedangkan untuk BOD di lokasi ASK 4 (camp EFKA ) terjadi kenaikan, hal ini disebabkan karena kamp EFKA yang selalu ditempati personil banyak memberikan sampah pada air sungai sehingga menyebabkan perubahan pada lokasi didekatnya. Untuk radioaktivitas unsur U pada Gambar 4 terlihat grafik relatif lebih rendah pada tahun 22, 23 dan 24 hanya pada lokasi ASK 1, ASK 5 dan ASK 6 terlihat sama untuk tahun 25 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnnya. Hal ini terjadi 483

5 karena aktivitas kegiatan menurun, sedangkan pada lokasi ASK 1, ASK 5 dan ASK 6 merupakan konsekwensi logis daerah mineralisasi uranium. Bila ditinjau lebih jauh bahwa contoh air yang terpengaruh langsung oleh kegiatan penelitian penambangan pada lokasi di ASK 2, sedangkan di lokasi ASK 1 dan ASK 3 tidak terpengaruh secara langsung, hal ini terlihat pada grafik kadar logam berat dan radioaktivitas unsur U terlihat menurun dari lokasi ASK 3 sampai ASK 6. Perlu diketahui bahwa contoh pada lokasi ASK 6 air sungai sudah terencerkan dengan air sungai Kalan, sehingga pada lokasi ASK 6 paling rendah dibanding dengan lokasi lainnya.,16,14,12 Konsentrasi logam berat ( mg/l),1,8,6,4,2 Ca(mg/l) Mg (mg/l) ASK 1 /22 ASK 1 /24 ASK 2 /23 ASK 2 /25 ASK 3 /22 ASK 3 /24 ASK 4/23 ASK 4/25 ASK 5/22 ASK 5/24 ASK 6/23 ASK 6/25 Fe (mg/l) Ni (mg/l) Zn ( mg/l) Gambar 2 : Grafik perbandingan kadar logam berat pada beberapa lokasi contoh air sungai di eko Remaja dan Lemajung tahun 22, 23,24 dan

6 ,35,3 Konsentrasi logam berat dan BOD (mg/l),25,2,15,1 Pb (mg/l),5 Mo (mg/l) Cu(mg/l) BOD(mg/l) ASK 1 /22 ASK 1 /24 ASK 2 /23 ASK 2/25 ASK 3 /22 ASK 3 /24 ASK 4/23 ASK 4/25 ASK 5/22 ASK 5/24 ASK 6/23 ASK 5/25 Gambar 3 : Grafik perbandingan kadar logam berat dan BOD pada beberapa lokasi contoh air sungai di Eko Remaja dan Lemajung tahun 22, 23,24 dan

7 Aktivitas U ( bq ASK 1/22 ASK 1/23 ASK 1/24 ASK 1/25 ASK 2 /22 ASK 2 /23 ASK 2 /24 ASK 2 /25 ASK 3 /22 ASK 3 /23 ASK 3 /24 ASK 3 /25 ASK 4/22 ASK 4/23 ASK 4/24 ASK 4/25 ASK 5/22 ASK 5/23 ASK 5/24 ASK 5/25 ASK 6/22 ASK 6/23 ASK 6/24 ASK 6/25 U ( x 1 3 Bq/l) Lokasi dan tahun pengambiln contoh Gambar 4 : Grafik perbandingan aktivitas U pada beberapa lokasi contoh air sungai di Eko Remaja dan Lemajung tahun 22, 23, 24 dan 25 Air sungai Rirang (ASR) Hasil analisis logam berat dan U pada contoh air sungai di ASR 1,2,3,4 & ASR 5 di Rirang seperti terlihat pada Gambar 5, 6 dan 7. Dari Gambar 5 terlihat bahwa kadar Ca, Mg, Ni dan Zn untuk tahun 25 relatif lebih rendah dibandingkan pada tahun 22,23 dan 24 hal ini disebabkan karena aktivitas di Rirang menurun sehingga logam berat lebih rendah pada tahun 25. Untuk Fe pada lokasi ASR 1,2 dan ASR 3 cenderung sama, sedangkan lokasi ASR 4, dan ASR 5 cenderung naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. hal ini diduga pada lokasi ASR 5 karena pengaruh dari air sungai yang mengalir dari penelitian penambangan di Rirang. Tetapi masih di bawah Nilai Ambang Batas yang diijinkan ( Baku Mutu air PP.29 tahun 199 dan Kep.Men.KLH tahun 1988) ( lihat pada tabel 3 ) Pada Gambar 6 terlihat pada grafik bahwa Pb, Mn, Mo, Cu serta BOD pada tahun 25 cenderung menurun dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24. Hal ini disebabkan karena aktivitas di Rirang menurun. Pada Gambar 7 terlihat grafik menurun untuk radioaktivitas U bila dibandingkan pada tahun 22, 23 dan 24. Hal ini terjadi karena pada tahun 25 aktivitas kegiatan menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perlu diketahui bahwa contoh pada lokasi ASR 1 lebih dekat dengan pusat penelitian penambangan di Rirang dibandingkan dengan lokasi lainnya, sehingga pada grafik terlihat dari lokasi ASR 1 menurun sampai pada lokasi ASR 5. Dimana pada lokasi ASR 5 air sungai Rirang sudah 486

8 terencerkan dengan sungai Kalan, sehingga lokasi ASR 5 dengan lokasi lainnya. lebih rendah dibanding.6.5 Konsenterasi logam berat (mgr/l) Ca(mg/l) ASR 1/22 ASR 1/23 ASR 1/24 ASR 1/25 ASR 2 /22 ASR 2 /23 ASR 2/24 ASR 2/25 ASR 3 /22 ASR 3 /23 ASR 3/24 ASR 3/25 ASR 4/22 ASR 4/23 ASR 4/24 ASR 4/25 ASR 5/22 ASR 5/23 ASR 5/24 ASR 5/25 Mg (mg/l) Fe (mg/l) Ni (mg/l) Zn ( mg/l) Gambar 5 : Grafik perbandingan kadar logam berat ( Ca,Mg,Fe, Ni dan Zn ) pada beberapa lokasi contoh air sungai di Rirang tahun 22, 23, 24 dan 25,4,35 Konsenterasi logam berat ( mgr/l),3,25,2,15,1,5 Pb (mg/l) Mn(mg/l) ASR 1/22 ASR 1/23 ASR 1/24 ASR 1/25 ASR2 /22 ASR2 /23 ASR2 /24 ASR2 /25 ASR 3 /22 ASR 3 /23 ASR 3 /24 ASR 3 /25 ASR 4/22 ASR 4/23 ASR 4/24 ASR 4/25 ASR 5/22 ASR 5/23 ASR 5/24 ASR 5/25 Mo (mg/l) Cu(mg/l) BOD(mg/l) Gambar 6 : Grafik perbandingan logam berat dan BOD pada beberapa lokasi contoh air sungai Rirang tahun 22, 23,24 dan

9 Radioaktivitas ( Bq/l) ASR 1/22 ASR 1/23 ASR 1/24 ASR 1/25 ASR 2 /22 ASR 2 /23 ASR 2 /24 ASR 2 /25 ASR 3 /22 ASR 3 /23 ASR 3 /24 ASR 3 /25 ASR 4/22 ASR 4/23 ASR 4/24 ASR 4/25 ASR 5/22 ASR 5/23 ASR 5/24 ASR 5/25 U ( x 1 3 Bq/l) Gambar 7: Grafik perbandingan kadar U pada beberapa lokasi contoh air sungai Rirang tahun 22, 23, 24 dan 25 Endapan sungai Kalan (ESK) Hasil analisis logam berat ( Ca, Ni, Zn, Cu, Pb, Mn dan Mo) dan U dari contoh endapan sungai di ESK 1,2,3,4,5 & ESK 6 di Eko Remaja & Lemajung seperti terlihat pada Gambar 8, 9 & 1. Dari Gambar 8 terlihat bahwa kadar Ca, Ni, Zn, dan Cu pada tahun 25 terlihat lebih rendah dibandingkan dengan tahun 22, 23 dan 24 kecuali Zn pada ESK 4 terlihat naik diduga adanya hujan yang turun terus menerus pada saat pengambilan contoh tahun 25 mengakibatkan terlarutnya logam logam berat pada tanah. Hal yang sama terjadi juga untuk Pb, Mn, dan Mo pada Gambar 9 kadarnya relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24 kecuali pada ESK 2 dan ESK 4. Hal ini terjadi karena aktivitas kegiatan di Eko Remaja dan Lemajung sudah menurun sejak tahun 1997/1998. tetapi masih di bawah NAB yang diijinkan ( lihat tabel 3 ). Hal yang sama berlaku juga pada radioaktivitas U pada Gambar 1 terlihat grafik relatif menurun bila dibandingkan antara tahun 25 dengan 22,23 dan 24. Hal ini terjadi karena aktivitas kegiatan Eko Remaja dan Lemajung pada tahun 25 terus berkurang dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24 Bila ditinjau lebih jauh bahwa contoh endapan sungai yang terpengaruh langsung oleh kegiatan penelitian penambangan terjadi pada pada lokasi di ESK 2, sedangkan di lokasi ESK 1 dan ESK 3 tidak terpengaruh secara langsung. Diduga terkait dengan 488

10 aktivitas lainnya misalnya perbaikan jalan atau penebangan hutan yang dilakukan oleh beberapa pemegang HPH di sekitar lokasi Eko Remaja Kalan. 8 Konsenterasi logam berat (mg/kg) Ca(mg/kg) ESK 1/22 ESK 1/24 ESK 2 /23 ESK 2 /25 ESK 3 /22 ESK 3 /24 ESK 4/23 ESK 4/25 ESK 5/22 ESK 5/24 ESK 6/23 ESK 6/25 Ni (mg/kg) Zn (m/kgl) Cu (mg/kg) Gambar 8 : Grafik perbandingan kadar logam berat pada beberapa lokasi contoh endapan sungai di Eko Remaja Lemajung Kalan tahun 22, 23,24 dan Konsenterasi logam berat (mg/kg) ESK 1/22 ESK 1/24 ESK 2 /23 ESK 2 /25 ESK 3 /22 ESK 3 /24 ESK 4/23 ESK 4/25 ESK 5/22 ESK 5/24 ESK 6/23 ESK 6/25 Pb ( mg/kg) Mn(mg/kg) Mo (mg/kg) Gambar 9 : Grafik perbandingan kadar logam berat pada beberapa lokasi contoh endapan sungai di Eko Remaja Lemajung Kalan tahun 22,23, 24 dan

11 .1.9 Radioaktivitas (x1 2 Bq/gr) ESK 1 /22 ESK 1 /23 ESK 1 /24 ESK 1 /25 ESK 2 /22 ESK 2 /23 ESK 2 /24 ESK 2 /25 ESK 3 /22 ESK 3 /23 ESK 3 /24 ESK 3 /25 ESK 4 /22 ESK 4 /23 ESK 4 /24 ESK 4 /25 ESK 5 /22 ESK 5 /23 ESK 5 /24 ESK 5 /25 ESK 6 /22 ESK 6 /23 ESK 6 /24 ESK 6 /25 U (x1 2 Bq/gr) Gambar 1 : Grafik perbandingan aktivitas unsur U pada beberapa lokasi contoh endapan sungai di Eko Remaja Lemajung Kalan tahun 22, 23,24 dan 25 Endapan sungai Rirang (ESR) Hasil analisis logam berat dan U dari contoh endapan sungai Rirang di lokasi ESR 1,2,3,4 & ESR 5 di Rirang seperti terlihat pada Gambar 11,12 dan 13. Pada Gambar 11 terlihat bahwa kadar Ni, Zn, Cu dan Pb pada tahun 25 terlihat lebih rendah dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24. Hal yang sama berlaku juga untuk Mn, Mo dan Ca pada Gambar 12 yang juga relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24. Sedangkan pada gambar 13 Radioaktivitas unsur U juga relatif menurun bila dibandingkan antara tahun 25 dengan 22,23 dan 24. Hal ini terjadi karena aktivitas kegiatan Rirang pada tahun 25 terus berkurang bila dibandingkan dengan tahun 22, 23 dan 24 Bila ditinjau lebih jauh bahwa contoh endapan sungai yang terpengaruh langsung oleh kegiatan penelitian penambangan terjadi pada lokasi di ESR 2, sedangkan di lokasi ESR 1 dan ESR 3 tidak terpengaruh secara langsung. Sehingga dapat dilihat pada grafik bahwa lokasi ESR 1 lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi ESR 2,3,4 dan ESR 5 Dapat disimpulkan bahwa lokasi yang dekat dengan pusat penelitian penambangan radioaktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal lain yang dapat mempengaruhi kenaikan radioaktivitas adalah terkait dengan aktivitas lainnya misalnya perbaikan jalan atau penebangan hutan yang dilakukan oleh beberapa pemegang HPH di sekitar lokasi Rirang Kalan. 49

12 5 Konsenterasi logam berat (mg/kg) ESR 1 /22 ESR 1 /24 ESR 2 /23 ESR 2 /25 ESR 3 /22 ESR 3 /24 ESR 4/23 ESR 4 /25 ESR 5/22 ESR 5 /24 Ca(mg/kg) Ni (mg/kg) Zn (mg/kg) Cu (mg/kg) Gambar 11 : Grafik perbandingan kadar logam berat pada beberapa lokasi contoh endapan sungai Rirang tahun 22, 23,24 dan Konsenterasi logam berat (mg/kg) Pb ( mg/kg) ESR 1 /22 ESR 1/23 ESR 1 /24 ESR 1/25 ESR 2 /22 ESR 2 /23 ESR 2 /24 ESR 2 /25 ESR 3 /22 ESR 3 /23 ESR 3 /24 ESR 3 /25 ESR 4/22 ESR 4/23 ESR 4/24 ESR 4/25 ESR 5/22 ESR 5/23 ESR 5/24 ESR 5/25 Mn(mg/kg) Mo (mg/kg) Gambar 12 : Grafik perbandingan kadar logam berat pada beberapa lokasi endapan sungai di Rirang tahun 22, 23,24 dan 25 contoh 491

13 ,2,18 Radioaktivitas U ( Bq/g),16,14,12,1,8,6,4,2, ESR 1 /22 ESR 1 /24 ESR 2 /23 ESR 2 /25 ESR 3 /22 ESR 3 /24 ESR 4 /23 ESR 4 /25 ESR 5 /22 ESR 5 /24 U ( x 1 2 Bq/g) Gambar 13 : Grafik perbandingan aktivitas U pada beberapa lokasi contoh endapan sungai di Rirang tahun 22, 23, 24 dan 25 Tanah di Kalan (TK) Hasil analisis logam berat ( Ca,Ni,Zn,Cu,Pb,Mn,Mo ) dan radioaktivitas U pada contoh tanah Kalan(TK) di lokasi TK 1,2,3,4,5, 6,9 & TK 1 di Kalan seperti terlihat pada gambar 14, 15 & 16. Pada Gambar 14 terlihat bahwa kadar Ca, Ni, Zn, dan Cu pada tahun 25 terlihat lebih rendah dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24. Hal yang sama berlaku untuk Pb, Mn dan Mo terlihat pada Gambar 15 terlihat juga lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24. Untuk radioaktivitas unsur U tahun 25 relatif menurun bila didandingkan dengan tahun 22,23 dan 24. Hal ini terjadi karena aktivitas kegiatan Eko Remaja dan Lemajung pada tahun 25 jauh berkurang bila dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24. Bila ditinjau lebih jauh bahwa contoh tanah yang terpengaruh langsung oleh kegiatan penelitian penambangan pada lokasi di TK 1 dan TK 4 sedangkan di lokasi TK 2 dantk 3 serta TK 5. tidak terpengaruh secara langsung. Sehingga dapat dilihat pada grafik bahwa lokasi TK 1dan TK 4 lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi TK 2,3,dan TK 5 Dapat disimpulkan bahwa lokasi yang dekat dengan pusat penelitian penambangan radioaktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal lain yang kemungkinan terjadi adalah di lokasi tersebut merupakan daerah mineralisasi uranium. 492

14 8 Konsenterasi logam berat (mg/kg) Ca(mg/l) TK 1 /22 TK 1/25 TK 2 /23 TK 3 /24 TK 4/22 TK 4/25 TK 5/23 TK 6/24 TK 9/22 TK 9/25 TK 1/23 Ni (mg/l) Zn (m/kgl) Cu (mg/l) Gambar 14 : Grafik perbandingan logam berat pada beberapa lokasi contoh tanah di Eko Remaja Lemajung Kalan tahun 22, 23 dan Konsenterasi logam berat (mg/kg) TK 1 /22 TK 1 /24 TK 2 /23 TK 2 /25 TK 3 /22 TK 3 /24 TK 4/23 TK 4/25 TK 5/22 TK 5/24 TK 6/23 TK 6/25 TK 9/22 TK 9/24 TK 1/23 TK 1/25 Pb ( mg/l) Mn(mg/l) Mo (mg/l) Gambar 15 : Grafik perbandingan logam berat pada beberapa lokasi contoh tanah di Eko Remaja dan Lemajung Kalan tahun 22, 23, 24 dan

15 ,18,16,14,12,1,8,6,4,2, TK 1 /22 TK 1 /24 TK 2 /23 TK 2 /25 TK 3 /22 TK 3 /24 TK 4 /23 TK 4 /25 TK 5 /22 TK 5 /24 TK 6 /23 TK 6 /25 TK 9 /22 TK 9 /24 TK 1 /23 TK 1 /25 Radioaktivitas ( 1 2 Bq/g) U ( x 1 2 Bq/l) Gambar 16 : Grafik perbandingan aktivitas U pada beberapa lokasi contoh tanah di Eko Remaja dan Lemajung Kalan tahun 22, 23, 24 dan 25 Tanah di Rirang (TR) Hasil analisis logam berat (Ca,Ni,Zn,Cu,Pb,Mn,Mo) dan radioaktivitas U dari contoh tanah di TR 1,2 & TR 3 di Rirang seperti terlihat pada Gambar 17, 18 dan 19. Dari Gambar 17 terlihat bahwa kadar Ca, Ni, Zn dan Cu pada tahun 25 terlihat lebih rendah dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24. Hal yang sama berlaku juga untuk Pb, Mn dan Mo terlihat lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24 (lihat Gambar 18). Untuk radioaktivitas U juga relatif menurun bila dibandingkan antara tahun 25 dengan 22,23 dan 24. Hal ini terjadi karena aktivitas kegiatan Rirang pada tahun 25 tidak ada bila dibandingkan dengan tahun 22,23 dan 24 Bila ditinjau lebih jauh bahwa contoh tanah yang terpengaruh langsung oleh kegiatan penelitian penambangan pada lokasi di TR 1 dan TR 2 sedangkan di lokasi TR 3 tidak terpengaruh secara langsung. Sehingga dapat dilihat pada grafik bahwa lokasi TR 1 dan TR 2 lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi TR 3, dapat disimpulkan bahwa lokasi yang dekat dengan pusat penelitian penambangan radioaktivitasnya lebih tinggi 494

16 dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal lain yang dapat mempengaruhi kenaikan radioaktivitas adalah terkait dengan aktivitas lainnya misalnya jalan atau aktivitas lainnya misalnya perbaikan jalan atau penebangan hutan yang dilakukan oleh beberapa pemegang HPH di sekitar lokasi Rirang Kalan. 6 Konsenterasi logam berat (mgr/kg) TR 1 /22 TR 1/23 TR 1 /24 TR 1/25 TR 2 /22 TR 2 /23 TR 2 /24 TR 2 /25 TR 3 /22 TR 3 /23 TR 3 /24 TR 3 /25 Ca(mg/kg) Ni (mg/kg) Zn (m/kgl) Cu (mg/kg) Gambar 17 : Grafik perbandingan logam berat pada beberapa lokasi contoh tanah di Rirang tahun 22, 23,24 dan Konsenterasi logam berat (mgr/kg) Pb ( mg/kg) Mn(mg/kg) Mo (mg/kg) TR 1/22 TR 1/23 TR 1/24 TR 1/25 TR 2 /22 TR 2 /23 TR 2 /24 TR 2 /25 TR 3 /22 TR 3 /23 TR 3 /24 TR 3 /25 Gambar 18 : Grafik perbandingan logam berat pada beberapa lokasi contoh tanah di Rirang tahun 22, 23, 24 dan

17 7. 6. Radioaktivitas ( x 1 2 Bq/l ) TR 1 /22 TR 1 /23 TR 1 /24 TR 1 /25 TR 2 /22 TR 2 /23 TR 2 /24 TR 2 /25 TR 3 /22 TR 3 /23 TR 3 /24 TR 3 /25 U (x1 2 Bq/l) Gambar 19 : Grafik perbandingan aktivitas U pada beberapa lokasi contoh tanah di Rirang tahun 22, 23, 24 dan 25 Pembahasan berdasarkan peraturan Pemerintah (PPRI dan keputusan MENKLH) Baku mutu air pada sumber air menurut menurut kegunaannya ditentukan berdasarkan kadar maksimum pencemaran yang diperbolehkan yakni : Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai air minum dengan terlebih dahulu diolah Golongan C, air yang dapat digunakan sebagai air minum dengan terlebih dahulu diolah Golongan D, air yang digunakan untuk keperluan pertanian dan dimanfaatkan untuk keperluan perkotaan, usaha industri, pembangkit listrik tenaga air Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa kadar logam berat berdasarkan kriteria penilaian kualitas air sungai relatif lebih rendah dari baku mutu air seperti yang tercantum pada P.P.R.I.(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia) No. 2 tahun 199 (3) dan Keputusan MENKLH (4) serta S.K. DIRJEN BATAN No.29/DJ/VII/1995 Tentang Baku, Mutu Kualitas air (5). Untuk kualitas air masih relatif lebih rendah dari nilai baku mutu air 496

18 sehingga dinyatakan aman untuk lingkungan dan termasuk golongan A, sehingga dapat diminum tanpa diolah terlebih dahulu seperti yang tercantum pada Keputusan MENKLH (4) Pembahasan di Eko Remaja, Lemajung dan Rirang berdasarkan EQAM (AMDAL) Untuk hasil analisis logam berat serta aktivitas U pada contoh air sungai di Eko Remaja, Lemajung dan Rirang (lihat Tabel 3 dan 4) masih lebih rendah dari Nilai baku mutu air yang tercantum pada Keputusan Kepala BAPETEN No.2/Ka.BAPETEN/V 99 Tentang Baku Tingkat radioaktivitas Lingkungan (6), sehingga dapat dinyatakan aman untuk kawasan Eko Remaja, Lemajung dan Rirang. Kriteria penilaian kualitas air dengan metode EQAM, AMDAL (7) sebagai berikut : kualitas air sungai menurut parameternya (Lihat Tabel 3), ditentukan berdasarkan baku kualitas air (lihat Tabel 1 dan 2). Contoh untuk ASK 1 di Eko Remaja Lemajung (Tabel 3) untuk Ca ( tahun 25 ).17 mg/l, kemudian dinilai pada tabel 1 adalah < 75 ( sangat baik ) selanjutnya dinilai kualitas lingkungannya (81 1) % dengan angka 5 (lihat Tabel 2). Demikian untuk unsur pada Tabel 3 dan data untuk air sungai di Rirang ( Tabel 4 ) dinilai seperti tersebut diatas, selanjutnya dibuat tabel seperti Tabel 5 ( Eko Remaja Lemajung) dan Tabel 6 (Rirang ). Dari hasil rata rata penilaian kualitas air sungai untuk Eko Remaja Lemajung ( 4.8 ) dan di Rirang (4.7). Sehingga kualitas lingkungan disekitar kawasan Eko Remaja Rirang adalah baik (4,8 dan 4,9) lihat Tabel 2. Pembahasan dosis radiasi di terowongan dan base camp efka Hasil pengukuran dosis radiasi Externa didalam terowongan tertinggi pada TU 179 (BM 179) yaitu sebesar 1,56 µsv/ J, sedangkan yang cukup tinggi lainnya yaitu pada TU 29 (BM 294) sebesar 1,39 µsv/ J. ( lihat pada Tabel 7). Pengukuran radiasi Eksterna di luar terowongan Remaja tertinggi pada lokasi tumpukan tailing ( sebelah timur rumah genset) sebesar (.9 3,15) µsv/ J ( lihat Tabel 8). Hasil pengukuran dosis radiasi externa di base camp Efka dapat dilihat pada Tabel 9 serta gambar 2 ( peta radioaktivitas lingkungan di camp Efka Kalan Kalimantan barat ) berkisar (,1,162) µsv/jam. Lokasi yang cukup tinggi disekitar core box ( tempat penyimpanan core hasil pemboran). Hal ini disebabkan karena pada core box masih tersimpan contoh yang aktivitasnya cukup tinggi. Pengukuran dosis radiasi di tempat hunian base camp efka tertinggi di gudang ( depan Kantor Efka) yaituberkisar ( 1,8 27,) µsv/jam dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai paparan radiasi hasil pengukuran diatas masih dibawah nilai batas dosis yang diijinkan, seperti yang tercantum pada Kep. Kepala BAPETEN 497

19 No.1/Ka.BAPETEN/V 99 (6). Batas maximum paparan radiasi yang diterima untuk pekerja radiasi adalah 5 msv/tahun, sedangkan untuk masyarakat umum adalah 5 msv/tahun. Sehingga dapat dinyatakan bahwabpaparan radiasi di Eko Remaja, Lemajung, Rirang dan Jeronang serta base camp EFKA cukup aman. KESIMPULAN 1. Hasil analisis Ca, Mg, Fe, Ni, Zn, Cu, Pb, Mn, Mo, Cu dan BOD pada air sungai di Kawasan Rirang dan Eko Remaja Lemajung untuk tahun 25 relatif lebih rendah dari pada tahun 22,23 dan 24. Demikian juga untuk radioaktivitas U tahun 25 lebih rendah dari pada tahun 22, 23 dan 24. Untuk penilaian Air sungai berdasarkan kriteria penilaian kualitas air sungai relatif lebih rendah dari baku mutu air seperti yang tercantum pada P.P.R.I. No. 2 tahun 199 (3) dan Keputusan MENKLH (4) serta S.K. DIRJEN BATAN No.29/DJ/VII/1995 Tentang Baku, Mutu Kualitas air (2). Untuk Kriteria penilaian kualitas air dengan metode EQAM, AMDAL (7) rata rata penilaian kualitas air sungai untuk Eko Remaja Lemajung ( 4.8 ) dan di Rirang (4.7). Sehingga kualitas lingkungan disekitar kawasan Eko Remaja Rirang adalah baik (4,8 dan 4,7), sehingga di kawasan tersebut diatas dapat dinyatakan aman untuk lingkungan. 2. Hasil analisis Ca, Ni, Zn, Cu, Pb, Mn serta Mo dan Radioaktivitas U pada endapan sungai Eko Remaja Lemajung, Rirang tahun 25 relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun 22,23 dan Hasil analisis Ca,Ni,Zn,Cu,Pb, Mn serta Mo dan Radioaktivitas U pada tanah Rirang, Eko Remaja dan Lemajung tahun 25 relatif rendah dibandingkan tahun 22, 23 dan 24. Hasil pengukuran dosis radiasi di terowongan dan base camp Efka masih di bawah rata rata dosis yang diijinkan sehingga dapat dinyatakan aman untuk lingkungan. 4. Pengelolaan aktivitas kegiatan penelitian Penambangan di Rirang, dan penelitian penambangan yang pernah dilakukan beberapa tahun yang lampau di Eko Remaja serta pengolahan Bijih uranium di Lemajung Kalan Kalimantan Barat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan dosis radiasi di kawasan Eko Remaja, Lemajung dan pemukiman base camp EFKA dan Jeronang juga dinyatakan cukup aman untuk personil yang bertugas di lapangan. 498

20 DAFTAR PUSTAKA 1. KOSIM AFFANDI, SUSYLANINGTYAS DAN SOEPRAPTO TJOKROKAR DONO; Laporan Status Pengolahan Bijih Uranium Eko Remaja Kalan (1999) 2. BATAN, KEPUTUSAN DIRJEN BATAN No.455/DJ/X/1994; Tentang Rencana Pemantauan Lingkungan Proyek Penelitian Teknik Eksplorasi dan Penambangan Bahan Galian Nuklir BATAN (1994) 3. P.P.R.I. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.2 tahun 199 Tentang Pengen dalian Pencemaran Air (199) 4. MENKLH; Keputusan Menteri Negara KLH No. KLH 2/ Men/KLH/6/1988 Tentang Pedoman Baku Mutu Lingkungan (1988) 5. BATAN; KEPUTUSAN DIRJEN BATAN No.293/DJ/VII/1995 Tentang Baku Mutu Kualitas Air..(1995) 6. BAPETEN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR (BAPETEN) No.1,2,3 /Ka/ BAPETEN/ V 99; Tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi (1999) 7. MOHAMMAD SOERYANI DR. IR. ; Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia Jakarta (1988) 8. ACHMAD SOROT SOEDIRO, TITI WISMAWATI, EEP DEDI, SRI WIDARTI; Penelitian Dampak Lingkungan di Kalan Rirang Kalimantan Barat ( 21). 9. ACHMAD SOROT SOEDIRO, TITI WISMAWATI, EEP DEDI, SRI WIDARTI; Penelitian Dampak Kegiatan Eksplorasi U Lingkungan di Kalan Rirang Kalimantan Barat ( 22). 1. ACHMAD SOROT SOEDIRO, AMIR DJUHARA, TITI WISMAWATI, EEP DEDI, SRI WIDARTI; Penelitian Dampak Kegiatan Eksplorasi U Lingkungan di Kalan Rirang Kalimantan Barat ( 23). 11. MOHAMAD NAJIB, TITI WISMAWATI, EEP DEDI, SRI WIDARTI; Penelitian Dampak Kegiatan Eksplorasi U Lingkungan di Kalan Rirang Kalimantan Barat (24). 499

21 DISKUSI DAN TANYA JAWAB Penanya: Arif Isnaeni ( P2 STPIBN BAPETEN ) Pertanyaan: a.kadar uranium dalam tambang tersebut? b.sudah dilakukan penambangan apa belum? c.dititik mana kadar logam berat dan uranium terbesar? Jawaban: a.kadar uranium masih dalam bentuk U38 adalah kurang lebih,1 % b.belum dilakukan penambangan masih dalam tingkat penelitian penambangan. c.kadar yang terbesar adalah ( Uranium dan logam berat ) didekat kegiatan penelitian penambangan ( misal padi terowongan ). Poorting ask 2 ( eko remaja kalam ) Penanya: Djarwanti ( PRR BATAN ) Pertanyaan: a.dampak lingkungan apa saja yang dievaluasi? Jawaban: a.dampak lingkungan yang dievaluasi adalah air sungai endapan sungai dan tanah serta paparan radiasi yang dilakukan pada Base Computer Efek ( tempat tinggal personil ). Penanya: Nur Tri Harjanto ( PTBN BATAN ) Pertanyaan: a.kegiatan Eksplorasi yang dilakukan oleh PPGN selama ini sampai sejauh mana? b.apakah penelitian dampak lingkungan yang dilakukan ( parameter yang dlihat ) akan menimbulkan dampak terhadap masyarakat? c.berapa erapa jarak dengan perumahan penduduk? Jawaban: a.kesulitan eksplorasi yang dilakukan oleh PPGN adalah dalam tingkat penelitian penambangan ( belum sampai pada kesulitan eksplorasi ). b.sampai saat ini tidak ada dampak lingkungan yang menimbulkan terapi masyarakat. Parameter yang dilihat: air sungai, endapan sungai, tanah serta paparan radiasi. 5

22 c.jarak dengan pemukiman penduduk kurang lebig 8 km dari pusat kegiatan penelitian penambangan. 51

PENELITIAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN KALIMANTAN BARA T T AHUN 2005

PENELITIAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN KALIMANTAN BARA T T AHUN 2005 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2005 ISBN.978-979-99141-2-S PENELITIAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN KALIMANTAN BARA T T AHUN 2005 (P2BGGN/KL/P 101/2005) Oleh

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN, KALIMANTAN BARA T TAHUN 2004

PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN, KALIMANTAN BARA T TAHUN 2004 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2004 ISBN. 978-979-99141-2-5 PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN EKSPLORASI U DI KALAN, KALIMANTAN BARA T TAHUN 2004 (P2BGGN/KL/K/O 1/2004) Oleh: M. Najib, Titi

Lebih terperinci

EKSPLORASI U DI KALAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2003 PENELITIAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN

EKSPLORASI U DI KALAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2003 PENELITIAN DAN PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN KUMPULA LAPORA HASL PEELTA TAHU 23 SB.978-979-99141-2-5 PEELTA DA PEMATAUA DAMPAK LGKUGA KEGATA EKSPLORAS U D KALA KALMATA BARAT TAHU 23 (PPBG/KUP/OO 1/23) Oleh: Soediro, Amir Djuhara, Andung. Titi Wismawati,

Lebih terperinci

KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN

KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN.978-979-99141-2-5 ANALISIS UNSUR KIMIA DALAM CONTOH AIR DAN ENDAP AN SUNGAI SERTA TANAH PADA PEMANTAUAN DAMPAK LINGKUNGAN KALAN, KALIMANTAN BARAT TAHUN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SEKITAR KOLAM LIMBAH PPGN SECARA KIMIA DAN RADIOAKTIVITAS

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SEKITAR KOLAM LIMBAH PPGN SECARA KIMIA DAN RADIOAKTIVITAS PEMANTAUAN KUALITAS AIR SEKITAR KOLAM LIMBAH PPGN SECARA KIMIA DAN RADIOAKTIVITAS Titi Wismawati, Sri Widarti, Eep Deddi, Andung Nugroho Pusat Pengembangan Geologi Nuklir JL. Lebak bulus Raya No.9, Ps.Jumat,

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN

PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN PENENTUAN KANDUNGAN LOGAM Pb DAN Cr PADA AIR DAN SEDIMEN DI SUNGAI AO DESA SAM SAM KABUPATEN TABANAN NI PUTU DIANTARIANI DAN K.G. DHARMA PUTRA Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana. ABSTRAK Telah diteliti

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005 PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS DEBU DI UDARA DAERAH KERJA PPGN TAHUN 2011

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS DEBU DI UDARA DAERAH KERJA PPGN TAHUN 2011 PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS DEBU DI UDARA DAERAH KERJA PPGN TAHUN 2011 Bambang Purwanto, Ngatino, Amir Djuhara Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Jl. Lebak Bulus Raya No. 9 Kawasan PPTN Pasar Jumat Jakarta

Lebih terperinci

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data

identifikasi masalah sampling ekstraksi AAS analisis data BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan metode penelitian seperti tampak pada Gambar 3.1. identifikasi masalah penentuan titik sampling penentuan metode sampling

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH NIKEL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SEKITAR KOLAM LIMBAH PPBGN MELALUI PENGUKURAN ASPEK MUTU AIR SECARA KIMIA T AHUN 2004

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SEKITAR KOLAM LIMBAH PPBGN MELALUI PENGUKURAN ASPEK MUTU AIR SECARA KIMIA T AHUN 2004 KUMPULAN LAPORAN HASL PENELTAN TAHUN 2004 SBN. 978-979-99141-2-5 PEMANTAUAN KUALTAS AR SEKTAR KOLAM LMBAH PPBGN MELALU PENGUKURAN ASPEK MUTU AR SECARA KMA T AHUN 2004 (P2BGGN/KLK04/2004 ) Oleh: A. Sorat

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PARAMETER BIOLOGIS BADAN AIR SUNGAI NGRINGO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI TEKSTIL Nanik Dwi Nurhayati Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: nanikdn@uns.ac.id ABSTRAK Berbagai bakteri

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan januari hingga maret 2008 percobaan skala 500 mililiter di laboratorium kimia analitik Institut Teknologi Bandung. III.2

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kerja Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biomassa dari bulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Oleh: Soeprapto Tjokrokardono, Amir Efendi, Achmad Sorot Sudiro, dan Drajat Eko Priyono

Oleh: Soeprapto Tjokrokardono, Amir Efendi, Achmad Sorot Sudiro, dan Drajat Eko Priyono KUMPULAN LAPORAN BASL PENELTAN TABUN 2005 SBN.978-979-99141-2-5 ANALSS DAMP AK KEGA T AN LTBANG PERT AMBANGAN URANUM 1995/1996-2005 TERHADAP LNGKUNGAN SEKT AR KALAN, KALMANT AN BARA T (P2BGGN/PGN- TPBGN/P/02/2005)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Proses pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta pada tiga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. No Parameter Fisik, Kimia, Biologi Satuan Alat 1 Temperatur air 0 C Termometer Air Raksa 2 DO (Oksigen Terlarut)

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 15: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) refluks terbuka dengan refluks terbuka secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3 Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Kerang Diambil daging Ditambah 25 ml aquades Ditambah 10 ml HNO 3 Dipanaskan dengan suhu 120 0 C selama 30 menit Didinginkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM L A M P I R A N 268 BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM PARAMETER KADAR MAKSIMUM BEBAN PENCEMARAN MAKSIMUM (gram/ton) TSS 20 0,40 Sianida Total (CN) tersisa 0,2 0,004 Krom Total (Cr) 0,5

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental Murni dengan rancangan eksperimental random atau disebut juga randomized pretest posttest control group

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di Soreang, Kabupaten Bandung. Sampel yang diambil berupa tanaman BDI. Penelitian

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat timbal (Pb) pada tiap lokasi di perairan Waduk Sengguruh. Kecamatan

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT

DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT Riesna Prassanti Pusat Pengembangan Geologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jalan Lebak Bulus Raya No. 9 Jakarta Selatan, Indonesia Email : riesna@batan.go.id

Lebih terperinci

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005 PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005 Heru Umbara, Heny Suseno, Chevy Cahyana, Budi Hari, Wahyu P Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999 KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 65 TAHUN 1999 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini yaitu di industri tahu yang ada di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yaitu industri tahu di Kelurahan Heledulaa (Pabrik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian Lokasi pengambilan tanaman CAF bertempat di perkebunan BALITSA. Penelitian dilakukan dari bulan Januari - Desember

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Agustus 2009 di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor. Lokasi pengambilan contoh (Dekeng)

Lebih terperinci

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO Ruminta Ginting, Ratih Kusuma Putri Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ABSTRAK EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL

Lebih terperinci

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH 323 BAKU MUTU AIR LIMBAH INDUSTRI KECAP PARAMETER BEBAN PENCEMARAN Dengan Cuci Botol (kg/ton) Tanpa Cuci Botol 1. BOD 5 100 1,0 0,8 2. COD 175 1,75 1,4 3. TSS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 202 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipakai adalah laboratorium BKT FTSP UII, laboratorium Teknik Lingkungan dan laboratorium terpadu Universitas Islam Indonesia. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional.

BAB III METODE PENELITIAN. telah tercemar logam merkuri oleh limbah pertambangan emas tradisional. 30 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di desa Hulawa kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Dengan hasil observasi bahwa

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015. III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015. Lokasi penelitian adalah di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR ISSN 1979-2409 Analisis Unsur Pb, Ni Dan Cu Dalam Larutan Uranium Hasil Stripping Efluen Uranium Bidang Bahan Bakar Nuklir (Torowati, Asminar, Rahmiati) ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah galah bambu, kantong plastik, ice box, kertas ph, gunting, oven, timbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian lapang dilaksanakan dari bulan Januari s.d. Juli 2010. Lokasi percobaan terletak di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Ceria Prima II, Divisi

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DEBU RADIOAKTIF DI UDARA PADA RUANG PREPARASI Bum TAHUN 2004

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DEBU RADIOAKTIF DI UDARA PADA RUANG PREPARASI Bum TAHUN 2004 KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2004 ISBN. 978-979-99141-2-5 PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DEBU RADIOAKTIF DI UDARA PADA RUANG PREPARASI Bum TAHUN 2004 ABSTRAK (P2BGGN/KLIK/05/2004 ) Oleh : Bambang

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian diawali dengan survei pendahuluan pada bulan Agustus 2012. Penelitian utama ini telah dilaksanakan pada Januari 2013 - Februari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup 2002 1 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, analisa dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 2. Prosedur Analisis Logam Dalam Sedimen dengan metode USEPA 3050B (APHA, 1992)

Lampiran 2. Prosedur Analisis Logam Dalam Sedimen dengan metode USEPA 3050B (APHA, 1992) L A M P I R A N Lampiran 1. Data Kualitas Perairan St. Lokasi Koordinat Kedalaman Temperatur Bujur Lintang (m) (0C) Salinitas 1 Muara Angke 106.7675-6.1035 3.1 27.6 2 2 Laut 106.744-6.0939 3.2 29.7 10

Lebih terperinci

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011 PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011 ABSTRAK Amir Djuhara, Ngatino, M. Yasin Pusat Pengembangan Geologi Nuklir BATAN Jl. Lebak Bulus Raya No.9, Ps. Jumat,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN 1. Data Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair Parameter Satuan Hasil Pemeriksaan Sedimentasi Fermentasi N % 1,3598 1,0724 P % 0,0489 0,0412 K % 0,8739 0,8272

Lebih terperinci

Acta Aquatica, 4:2 (Oktober, 2017): Acta Aquatica. Aquatic Sciences Journal

Acta Aquatica, 4:2 (Oktober, 2017): Acta Aquatica. Aquatic Sciences Journal ISSN. 246-9825 Acta Aquatica, 4:2 (Oktober, 27): 83-87 Acta Aquatica Aquatic Sciences Journal Kuantitas kandungan logam berat dan minyak solar di estuaria Krueng, Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat Quantity

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET

ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET SKRIPSI Oleh: KADEK ARI ESTA 1108105032 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT)

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT) PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT) SISWANTI, GEDE SUTRENA W Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen, karena pada

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE 10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT Lampiran KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-58/MENLH/12/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU 1 Wirdati Mardhatillah, 2 Riad Syech, 3 Walfred Tambunan Mahasiswa Program Studi S1 Fisika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Uji Akademi Kimia Analisis Penelitian dilakukan bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PENENTUAN STATUS MUTU AIR PENENTUAN STATUS MUTU AIR I. METODE STORET I.. URAIAN METODE STORET Metode STORET ialah salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode STORET ini dapat diketahui

Lebih terperinci

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM

PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM PENGARUH KANDUNGAN URANIUM DALAM UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENGENDAPAN URANIUM Torowati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PENGARUH KANDUNGAN URANIUM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen karena telah dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian dan terdapat kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KUALITAS SUMBERDAYA AIR KAWASAN PANAS BUMI STUDI KASUS DIENG DAN WINDU WAYANG

KARAKTERISTIK KUALITAS SUMBERDAYA AIR KAWASAN PANAS BUMI STUDI KASUS DIENG DAN WINDU WAYANG KARAKTERISTIK KUALITAS SUMBERDAYA AIR KAWASAN PANAS BUMI STUDI KASUS DIENG DAN WINDU WAYANG Igna Hadi S. 1, Dyah Marganingrum 1, Eko Tri Sumanardi 1, Mutia Dewi Yuniati 1, dan Andarta Khoir 1 1 Pusat Penelitian

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 15 II. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca. Percobaan inkubasi beserta analisis tanah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT DI PROPINSI SUMATERA BARAT GUBERNUR

Lebih terperinci