Departemen Farmasi FMIPA UI 2. RS. Kanker Dharmais. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Departemen Farmasi FMIPA UI 2. RS. Kanker Dharmais. Abstract"

Transkripsi

1 UJI SITOTOKSISITAS SEDIAAN JADI DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP SEL MCF-7 SECARA IN VITRO (In Vitro Cytotoxicity Test of Dosageform Containing Phaleria macrocarpa on MCF-7 Cell) Yahdiana Harahap 1, Nadia Farhanah Syafhan 1, Bambang Karsono 2 1 Departemen Farmasi FMIPA UI 2 RS. Kanker Dharmais Abstract Fruit of Phaleria macrocarpa has been used to heal various health problems by Indonesian people, including empirical treatment for cancer. Traditional medicines contain P. macrocarpa that available on the market, must have scientific base of their activity. This experiment was conducted to test cytotoxicity of traditional medicines containing extract and powder of P. macrocarpa (named Nh), which on their package were indicated to help healing tumor and cancer. The assay was determined by MTT-based cytotoxicity test using MCF-7 cell line (human breast cancer cell) as a model. Ethanolic extract of P. macrocarpa and cisplatin were used as standard and positive control. The result showed that LC 50 of sample I and sample II were and ìg/ml, whereas LC 50 of standard and positive control were and 1.61 ìg/ml respectively after 24 hours incubation. From this research, it could be concluded that Nh traditional medicines possessed high cytotoxicity against MCF-7 cells because their LC 50 were lower than 20 ìg/ml. Keywords: breast cancer, cytotoxicity, MCF-7, Phaleria macrocarpa. Naskah diterima tanggal 2 November 2006, disetujui dimuat tanggal 1 Desember 2006 Alamat koresponden: Puslitbang Farmasi & OT. Badan Litbangkes Depkes. RI, Jl. percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat. PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2004 kanker merupakan penyebab kematian kedua terbesar di negara berkembang setelah penyakit kardiovaskular, sedang penyakit infeksi oleh parasit bergeser pada posisi ketiga (1). Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering diderita oleh wanita dan menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita akibat kanker (1,2). Penggunaan kemoterapi antikanker belum memberikan hasil yang optimal disebabkan obat tersebut bekerja tidak spesifik, karena selain menyerang sel kanker juga merusak sel normal (3). Selain itu metode terapi kanker masih tergolong mahal (4). Penggunaan tumbuhan alami untuk keperluan pengobatan, hingga saat ini masih diminati sebagian besar penduduk di Indonesia sebagai pilihan pengobatan alternatif. Indonesia kaya akan beragam tanaman obat tradisional yang memiliki aktivitas antikanker, di antaranya adalah tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) yang telah digunakan secara empiris oleh masyarakat untuk mengatasi tumor dan kanker (5, 6, 7). Menurut hasil penelitian diketahui bahwa buah mahkota dewa memiliki khasiat antara lain: analgesik, antihistamin, antidiabetes, dan sitotoksik terhadap beberapa kultur sel kanker. Secara empiris digunakan untuk mengobati penyakit hati, kanker, kardiovaskuler, diabetes, asam urat, ginjal, hipertensi, lemah syahwat serta penyakit ringan seperti eksim, jerawat, dan luka gigitan serangga (8, 9, 10). Pengobatan alternatif untuk penyakit kanker dapat dikembangkan dengan melibatkan evaluasi praklinik senyawa kimia untuk membuktikan aktivitas sitotoksiknya. Pengujian sitotoksik secara in vitro dengan menggunakan biakan sel (cell line), seperti sel HeLa dan MCF-7, dapat digunakan sebagai penapisan awal untuk mendeteksi senyawa yang bersifat sitotoksik. Pengujian secara in vitro memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pengujian secara in vivo yaitu lebih cepat, lebih murah dan membutuhkan lebih sedikit zat uji (11). Akhir-akhir ini banyak sekali sediaan yang berasal dari tumbuhan alami yang berkhasiat antikanker, salah satunya sediaan yang berasal dari daging buah mahkota dewa yang diindikasikan untuk membantu pengobatan kanker. Obat tradisional yang beredar di masyarakat secara luas harus memiliki khasiat yang nyata dan teruji secara ilmiah. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat digunakan sebagai cara penapisan awal efek farmakologi suatu sediaan yaitu pengujian sitotoksisitas secara in vitro terhadap sediaan jadi ekstrak dan serbuk daging buah mahkota dewa bermerek Nh yang pada kemasannya tertulis bermanfaat untuk membantu pengobatan pada penderita kanker. Dengan demikian dapat dipastikan secara ilmiah apakah sediaan jadi tersebut memang dapat digunakan untuk membantu pengobatan 55

2 kanker. Pada penelitian ini digunakan sel MCF-7 (sel kanker payudara manusia) karena kanker payudara yang memiliki sifat estrogen responsive memiliki tingkat kejadian yang tinggi dan pengujian sitotoksisitas dengan menggunakan sel MCF-7 masih jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik yang dimiliki sediaan jadi ekstrak dan serbuk daging buah mahkota dewa bermerek Nh terhadap sel kanker payudara secara in vitro. METODE Bahan Bahan yang digunakan terdiri dari: 1. Sel MCF-7 (sel kanker payudara manusia) ATCC cell lines HTB 22 yang diperoleh dari Institut Sains Biologi, Fakultas Biologi dan Sains Universitas Malaya. 2. Bahan uji berupa sediaan jadi ekstrak kering daging buah mahkota dewa dengan berat 385 mg/kapsul dan sediaan jadi serbuk buah mahkota dewa dengan berat 550 mg/kapsul. Kedua sediaan jadi bermerk Nh yang diproduksi oleh PT. Mahkotadewa Indonesia dan dibeli di salah satu toko obat di Depok, Jawa Barat. 3. Bahan pembanding yaitu ekstrak etanol 96% daging buah mahkota dewa yang diperoleh dari PT. Mahkotadewa Indonesia dan dibeli di salah satu toko obat di Depok, Jawa Barat, dan kontrol positif sisplatin (Platosin, Pharmachemie B.V) yang diperoleh dari Rumah Sakit Kanker Dharmais. 4. Bahan kimia yaitu: etanol 96% teknis, dimetilsulfoksida (DMSO, Sigma), medium kultur Rosewell Park Memorial Institute 1640 (RPMI 1640, Gyibco), Fetal Calf Serum (FCS, Mycoplex ), ampicillin (Meiji), tripsin (Sigma), Phosphate Buffer Saline (PBS, Gibco), MTT [3-(4,5- dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida], asam klorida (Merck), isopropanol (Merck), biru tripan (Merck), dan air suling. Alat Labu kultur jaringan 40 ml (Tissue Culture Flask, Nunclon), pelat kultur jaringan 96 sumuran (Tissue Culture Plate 96 well, Nunclon), kabinet laminar (Laminar Air Flow Biological Safety Cabinet, Forma Scientific) inkubator sel dengan aliran oksigen 95% dan CO2 5% (Forma Scientific), pendingin (Forma Biofreezer), tangki nitrogen cair (Locator JR Thermolyne), oven, otoklaf, alat suntik 2,5 ml (Terumo), tabung 1,5 ml (EppendorfTM), pipet serologik steril 2 ml (Falcon), tabung dan alat sentrifuge (Falcon, Porta Centrifuge), penyaring steril berdiameter pori 0,2 ì m (Nalgene), mikropipet (EppendorfTM), evaporator, alat-alat gelas, timbangan analitik (Sartorius), ph meter (MeterLab), mikroskop (Nikon TMS), hemositometer (Improved Neubauer, Superior Marienfeld), dan ELISA plate reader (Stat Fx 2100). 1. Pemilihan Sampel Sediaan Jadi Daging Buah Mahkota Dewa Sampel yang digunakan adalah sediaan jadi ekstrak atau serbuk daging buah mahkota dewa yang dijual di daerah Depok. Sediaan yang diuji adalah sediaan jadi daging buah mahkota dewa yang pada kemasannya tertulis memiliki khasiat membantu pengobatan atau mencegah pertumbuhan kanker atau tumor. 2. Ekstraksi Bahan Uji Serbuk dari 80 kapsul sediaan jadi I ditimbang sebanyak 30,8 g dan 49 kapsul sediaan jadi II ditimbang sebanyak 26,95 g kemudian masing-masing dimaserasi dengan 100 ml etanol 96%. Supernatan didekantasi dan disaring. Serbuk dimaserasi kembali dengan 100 ml etanol, dekantasi diulangi dan maserasi dilanjutkan sampai diperoleh filtrat yang tidak berwarna. Filtrat yang berwarna dipisahkan dari pelarutnya dengan menggunakan evaporator dilanjutkan dengan penangas air sehingga diperoleh ekstrak kental bahan uji. 3. Ekstraksi Daging Buah Mahkota Dewa Buah mahkota dewa sebanyak 20 g dibersihkan, dicuci, dan dipotong-potong bagian daging buahnya, pisahkan dari cangkang dan bijinya, dikeringkan, kemudian diserbuk halus dan dimaserasi dengan 100 ml pelarut etanol 96%. Supernatan didekantasi dan disaring. Serbuk dimaserasi kembali dengan 100 ml etanol, dekantasi diulangi dan maserasi dilanjutkan sampai diperoleh filtrat yang tidak berwarna. Filtrat yang diperoleh dipisahkan dari pelarutnya dengan menggunakan evaporator dilanjutkan dengan penangas air sehingga diperoleh ekstrak kental bahan pembanding. 4. Pembuatan Larutan Uji, Pembanding, dan Blangko DMSO Ekstrak bahan uji I dan II serta pembanding masing- masing ditimbang sebanyak 20 mg, kemudian dilarutkan dalam 1 ml DMSO sehingga diperoleh konsentrasi larutan induk 20 mg/ml, lalu diencerkan dengan penambahan medium sampai diperoleh bermacam-macam konsentrasi yaitu 0,35; 0,3; 0,25; 0,15; 0,1; 0,05 dan 0,02 µg/ml. Pengenceran yang sama dilakukan terhadap larutan DMSO. Sebanyak 100 µl DMSO 100% diencerkan dengan 900 µl RPMI 1640 sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 10%Kemudian dibuat pengenceran dengan medium RPMI sampai diperoleh bermacam-macam konsentrasi yaitu 1,75; 1,5; 1,25; 1; 0,75; 0,5; 0,25 dan 0,1% 5. Pembuatan Larutan Kontrol Positif Larutan induk sisplatin dengan konsentrasi 1 ì g/ ì l dibuat pengenceran dengan penambahan medium RPMI 1640 untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi 0,08; 0,07; 0,06; 0,05; 0,04; 0,03; 0,02; dan 0,01 ì g/ì l. 6. Pengujian Sitotoksisitas Terhadap Sel MCF-7 Pengujian sitotoksisitas dilakukan dengan 1 pelat 96 sumuran. Ke dalam tiap sumur dimasukkan suspensi sel dalam medium RPMI 1640 sebanyak 100 ì l kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator sel pada suhu 37 0 C. Setelah 24 jam, ke dalam sumur uji dimasukkan 100 ì l larutan uji I sehingga diperoleh konsentrasi akhir 10; 25; 50; 75; 100; 125; 150; dan 175 ì g/ml. Kemudian dilakukan hal yang sama pada larutan uji II dan pembanding. Larutan sisplatin sebanyak 100 ì l dimasukkan ke dalam sumur uji sampai diperoleh konsentrasi akhir 5; 10; 15; 20; 25; 30; 35; dan 40 ì g/ml. Pada akhir inkubasi ditambahkan 10 ì l MTT 5 mg/ml ke dalam tiap sumur kemudian diinkubasi kembali 56

3 selama 4 jam pada suhu 37 0 C dalam inkubator sel sampai terbentuk kristal formazan yang berwarna ungu. Setelah terbentuk kristal formazan, sebanyak 100 ì l isopropanol HCl 0,04 M ditambahkan ke dalam tiap sumur, biarkan selama 24 jam pada suhu kamar. Masukkan pelat kultur 96 sumuran ke dalam ELISA plate reader. Baca serapannya dengan ELISA plate reader pada panjang gelombang 545 nm dengan referensi 630 nm (12). 7. Pengolahan Data Persentase kematian sel MCF-7 dari larutan uji I, uji II, dan pembanding dihitung dengan menggunakan rumus (1) Ab A u % kematian sel = X 100%...(1) A b Keterangan: A b = Serapan Blangko DMSO A u = Serapan Larutan Uji Sedangkan persentase kematian sel dari larutan kontrol positif dan blangko DMSO didapat dengan membandingkan serapannya terhadap kontrol negatif (suspensi sel). Data persentase kematian sel diolah dengan menggunakan analisis probit untuk mendapatkan nilai LC 50 Tabel I.Nilai LC 50 larutan uji I, uji II, pembanding, kontrol positif dan blangko DMSO Perlakuan LC50 Larutan uji I 14,85( g/ml) Larutan uji II Larutan pembanding Larutan sisplatin Larutan blangko DMSO 19,34( g/ml) 16,43( g/ml) 1,61( g/ml) 3,89% dan analisis varians (ANAVA) satu arah untuk melihat hubungan antar perlakuan dengan persentase kematian sel dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil. Sebelumnya dilakukan uji kenormalan Kolmogorov- Smirnov dan homogenitas Levene (13). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Ekstraksi Bahan Uji dan Pembanding Serbuk dari 80 kapsul sediaan jadi daging buah mahkota dewa dengan berat 30,8 g dimaserasi dengan 500 ml etanol 96% dan diperoleh ekstrak bahan uji I seberat 3,225 g. Serbuk dari 49 kapsul sediaan jadi daging buah mahkota dewa dengan berat 26,95 g dimaserasi dengan 500 ml etanol 96% dan diperoleh ekstrak bahan uji I seberat 1,973 g + ekstraksi daging buah mahkota dewa 2. Pengujian Sitotoksisitas Pengujian sitotoksisitas secara in vitro dapat digunakan sebagai penapisan awal untuk mendeteksi senyawa yang bersifat sitotoksik. Pengujian secara in vitro ini lebih cepat, murah dan hanya membutuhkan sedikit bahan uji jika dibandingkan dengan pengujian secara in vivo. Penelitian yang sudah pernah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak daging buah mahkota dewa memiliki efek sitotoksik antara lain terhadap Artemia salina pada Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), sel HeLa, dan sel L1210. Penelitian pada sediaan jadi daging buah mahkota dewa bermerk Nh ini dilakukan untuk menguji apakah sediaan jadi memiliki efek sitotoksik atau tidak. Dengan demikian dapat dipastikan secara ilmiah apakah sediaan jadi tersebut memang dapat digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan pada penderita kanker seperti yang tertera pada kemasannya atau tidak. Pada pengujian sitotoksisitas digunakan DMSO untuk melarutkan bahan uji dan pembanding, karena DMSO merupakan pelarut yang dapat berpenetrasi langsung ke dalam sel, inert, dan sering digunakan dalam pengujian biologi molekuler. Gambar 1. Grafik hubungan antara log konsentrasi larutan uji I, uji II, dan pembanding dengan persentase kematian sel MCF-7 setelah inkubasi 24 jam 57

4 A B C Gambar 2. Sel MCF-7 tanpa perlakuan (A); Sel MCF-7 setelah perlakuan dengan larutan uji I konsentrasi 175 g/ml (B); Sel MCF-7 setelah perlakuan dengan larutan uji II konsentrasi 175 g/ml (C) Sebelum dilakukan pengujian, sel MCF-7 diinkubasi terlebih dahulu selama 24 jam pada pelat kultur jaringan karena pertumbuhan sel MCF-7 mencapai fase log setelah 24 jam dan memerlukan waktu untuk penyesuaian dan perlekatan pada dinding pelat kultur. Dalam uji sitotoksisitas, sangat penting untuk menggunakan sel ketika berada dalam fase log karena pada fase tersebut sel dalam keadaan aktif secara metabolik sehingga hasil pengujian akan mencerminkan aktivitas optimal senyawa uji. Hasil pengujian menunjukkan bahwa larutan uji setelah inkubasi 24 jam menghasilkan rata-rata persentase kematian terbesar pada konsentrasi 175 ì g/ml, yaitu sebesar 96,04%, larutan uji II sebesar 95,68%, larutan pembanding sebesar 94,60%, sedangkan larutan kontrol positif sebesar 97,03% (konsentrasi 35 ì g/ml). Persentase kematian sel terbesar dari blangko DMSO setelah inkubasi 24 jam adalah 17,56% Data persentase kematian sel dianalisis menggunakan metode analisis varian (ANAVA) satu arah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada persentase kematian sel antar tiap kelompok perlakuan). Sebelumnya dilakukan uji distribusi normal Kolmogorov- Smirnov dan homogenitas Levene. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data persentase kematian sel semua kelompok perlakuan terdistribusi normal dan variansi data homogen. Hasil uji ANAVA menunjukkan bahwa persentase kematian sel antar kelompok perlakuan setelah inkubasi 24 jam berbeda secara bermakna (taraf nyata 0,05). Untuk mengetahui hubungan perbedaan pada persentase kematian sel antar tiap kelompok perlakuan, maka dilakukan uji lanjutan ANAVA yaitu uji beda nyata terkecil (taraf nyata 0,05). Uji tersebut menunjukkan adanya perbedaan pada persentase kematian sel larutan kontrol negatif dengan larutan uji I, larutan uji II, pembanding, dan kontrol positif setelah inkubasi 24 jam. Hal tersebut berarti semua konsentrasi larutan uji, pembanding, dan kontrol positif yang digunakan memiliki efek mematikan sel MCF-7 secara bermakna. Sedangkan persentase kematian sel dari blangko DMSO sebagai pelarut tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap sel MCF- 7. Setelah inkubasi 24 jam, larutan uji I dan larutan uji II tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang bermakna terhadap persentase kematian sel MCF-7 dengan pembanding. Begitu pula pada larutan uji I, uji II, dan pembanding tidak memperlihatkan adanya perbedaan bermakna terhadap persentase kematian sel dengan kontrol positif. Akan tetapi, kontrol positif memiliki efek mematikan sel yang lebih kuat karena efek tersebut dicapai pada konsentrasi yang rendah, sedangkan pembanding memerlukan konsentrasi yang lebih besar untuk mencapai hasil yang sama. Nilai LC 50 (konsentrasi yang dapat menyebabkan 50% kematian sel) yang dapat diperoleh dengan menggunakan analisis regeresi linier merupakan nilai yang menunjukkan sifat sitotoksik bahan uji. Semakin kecil nilai LC 50 sifat sitotoksik semakin kuat. Setelah inkubasi 24 jam larutan uji I, larutan uji II, pembanding, dan kontrol positif, berturut-turut mempunyai nilai LC 50 sebesar 14,85; 19,34; 16,43; 1,61 ì g/ml. Sedangkan blangko DMSO mempunyai nilai LC 50 sebesar 3,89%. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa larutan kontrol positif lebih toksik terhadap sel MCF-7 dibandingkan larutan uji I, uji II, dan pembanding, tetapi larutan uji I bersifat lebih toksik dibandingkan larutan uji II dan pembanding. Bahan uji I merupakan sediaan jadi ekstrak daging buah mahkota dewa sehingga kemungkinan jumlah zat berkhasiat sitotoksik yang terkandung di dalamnya lebih besar dibandingkan bahan uji II yang merupakan sediaan jadi serbuk daging buah mahkota dewa. Walau demikian, nilai LC 50 terhadap sel MCF-7 antara larutan uji I dan larutan uji II dengan pembanding tidak jauh berbeda karena pembanding yang digunakan adalah daging buah mahkota dewa dari produsen yang sama (tabel I) Ekstrak tanaman dinyatakan memiliki efek sitotoksik jika nilai LC 50 ekstrak tanaman tersebut kurang dari atau sama dengan 20 ì g/ml (14). Sedangkan menurut National Cancer Institute (NCI), senyawa yang bersifat sitotoksik memperlihatkan efek toksik terhadap kultur sel kanker. Dengan demikian larutan uji I dan larutan uji II 58

5 dikatakan memiliki efek sitotoksik yang kuat karena memperlihatkan efek mematikan sel pada konsentrasi yang kecil yaitu di bawah 20 ì g/ml. Pengamatan secara mikroskopis dengan pewarna biru tripan dapat digunakan untuk melihat perbedaan morfologi sel MCF-7 sebelum dan sesudah perlakuan dengan larutan uji dan pembanding. Sel sebelum perlakuan tampak berbentuk bulat dan bening, sedangkan sel dengan penambahan larutan uji I konsentrasi 10 ì g/ml sudah memperlihatkan adanya perubahan pada membran sel dan bentuk sel sudah sedikit mengkerut, sedangkan konsentrasi 175 ì g/ml memperlihatkan penyusutan sel dan kerusakan membran. Perbedaan morfologi yang serupa terjadi pada penambahan larutan uji II dan pembanding (Gambar 2). Hal ini meyakinkan bahwa larutan uji I dan larutan uji II memiliki efek mematikan sel MCF-7. KESIMPULAN Sediaan jadi ekstrak dan serbuk daging buah mahkota dewa bermerek Nh memiliki efek sitotoksik yang kuat terhadap sel MCF-7 secara in vitro dengan nilai LC 50 di bawah 20 ì g/ml yaitu sebesar 14,85 dan 19,34 ì g/ml setelah inkubasi 24 jam. DAFTAR RUJUKAN 1. Anonim. National cancer control programmes: Policies and managerial guidelines. 4 th Edition. Geneva: World Health Organization, 2004: Curling G dan Tierney K. Breast screening and breast disorders. Women s Sexual Health: Women s health issues. London: Harcourt Brace and Company Limited, 1998: Calabresi P dan Bruce AC. Chemotherapy of Neoplastic Diseases. Dalam: Gillman G, Theodore R, Alan N, dan Palmot T, (eds). The Pharmacological Basis of Therapeutics. 8 th edition. Vol. II. Singapore: Pergamon Press, Inc., 1991: National Cancer Institute. What is cancer? cancerinfo/wyntk, 5 Desember 2004, pk Dalimartha S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara, 2003: Anonim. Mahkota Dewa Oktober 2004, pk. 21: Harmanto, N. Mahkota Dewa: Obat Pusaka Para Dewa. AgroMedia Pustaka. Jakarta, 2001: Harmanto, N. Sehat Dengan Ramuan Tradisional Mahkotadewa. Tangerang, PT. Agromedia Pustaka, 2001: Sugeng KLB. Kajian Kandungan Kimia Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.). Makalah Pada Pameran Produk Obat Tradisional dan Seminar Sehari Mahkota Dewa. Puslitbang Farmasi dan Obat Tradisional, Depkes. Jakarta, 6 Agustus 2003: 1-4, Lisdawati V. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), In Vitro Anti Cancer Bioassay With Leukemia L1210 Cells, Isolation and Spectrometric Identification Of Chemical Compound From The Fruit Of (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.). Tesis S2 Jurusan Farmasi, FMIPA UI. Depok, 2002: 7-12,17-22, Freshney I Culture of Animal Cells: A Manual of Basic Technique. 3 rd ed. New York: Wiley-Liss Inc., 1994: 85-88, , , ATCC. products/mttcell.cfm, 12 Maret 2005, pk Bolton S. Pharmaceutical Statistic, Practical and Clinical Application. 2 rd Ed., New York: Marcel Dekker Inc., 1990: Yacob HB. Aktiviti sitotoksik ekstrak Momordica charantia ke atas sel CaSki. Kuala Lumpur: University Malaya, 2002: 49 (Lihat Geran: 1972). 59

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah autoklaf (Hirayama), autoklaf konvensional,

Lebih terperinci

Uji Sitotoksik Hasil Fermentasi Kapang Endofit Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Sel MCF-7

Uji Sitotoksik Hasil Fermentasi Kapang Endofit Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Sel MCF-7 JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, April 2007, hal. 23-30 ISSN 1693-1831 Vol. 5, No. 1 Uji Sitotoksik Hasil Fermentasi Kapang Endofit Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Sel MCF-7 SYARMALINA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris in vitro. B. Sampel Penelitian Subjek penelitian ini adalah Human Dermal Fibroblast,

Lebih terperinci

Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Antikanker Payudara. Abstrak. Abstract

Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Antikanker Payudara. Abstrak. Abstract Original Article 79 Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Antikanker Payudara Dwitiyanti Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta Timur 13460 Email : dwity.farmasi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental 4.2. Tempat Penelitian 1. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi

Lebih terperinci

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi 3 2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong dan Badan Tenaga Atom

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa Cytotoxicity assay ethanol fraction of ethanol 70% extract of bitter melon fruit (Momordica

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA Nurshalati Tahar 1, Haeria 2, Hamdana 3 Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG (Mimusopsi cortex) TERHADAP SEL T47D

EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG (Mimusopsi cortex) TERHADAP SEL T47D F02 EFEK SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG TANJUNG (Mimusopsi cortex) TERHADAP SEL T47D Vonna Aulianshah, Poppy Anjelisa Z. Hasibuan dan Aminah Dalimunthe Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry 8 serta doxorubicin 1 µm. Penentuan nilai konsentrasi pada flow cytometry berdasarkan daya penghambatan yang dimungkinkan pada uji sel hidup dan rataan tengah dari range konsentrasi perlakuan. Uji Sitotoksik

Lebih terperinci

SITOTOKSISITAS FRAKSI PROTEIN DAUN MIMBA

SITOTOKSISITAS FRAKSI PROTEIN DAUN MIMBA PKMI-2-17-1 SITOTOKSISITAS FRAKSI PROTEIN DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. Juss.) HASIL PENGENDAPAN DENGAN AMONIUM SULFAT 30%, 60%, DAN % JENUH TERHADAP KULTUR SEL HeLa DAN SEL RAJI Robbyono, Nadia Belinda

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penanaman sel ke 96-wells plate. Uji Viabilitas Sel BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Alur Penelitian Kultur Sel dari Penyimpanan Nitrogen Cair Inkubasi selama 48 jam dalam inkubator dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Lampiran 1 Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 2 Gambar tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 3 Gambar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

Lebih terperinci

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2013 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 Februari 2009

Dokumen nomor : CCRC Tanggal : 23 April 2013 Mengganti nomor : CCRC Tanggal : 26 Februari 2009 Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Herwandhani Putri Edy Meiyanto Tanggal 23 April 2013 PROTOKOL UJI SITOTOKSIK

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 2. Gambar daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) a Keterangan: a. Gambar daun poguntano b. Gambar simplisia daun poguntano

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME)

PROSEDUR TETAP UJI PENGAMATAN PROLIFERASI SEL (DOUBLING TIME) Halaman 1 dari 5 FARMASI UGM Dokumen nomor : CCRC0201500 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor selama 3 bulan, terhitung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Lampung. Analisis senyawa

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1.Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, autoklaf Hirayama,

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI

PROSEDUR TETAP UJI KOMBINASI DENGAN AGEN KEMOTERAPI Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat 47 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat Biji Alpukat - Dicuci dibersihkan dari kotoran - Di potong menjadi

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : -

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM. Dokumen nomor : CCRC Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : - Hal. 1 dari 8 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf CCRC Staf CCRC Supervisor CCRC Pimpinan CCRC Paraf Nama Sendy Junedi Adam Hermawan Muthi Ikawati Edy Meiyanto Tanggal

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 8 Dokumen nomor : 0301301 Tanggal : Mengganti nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

EKSTRAK ETANOL AKAR DAN DAUN DARI TANAMAN Calotropis gigantea AKTIF MENGHAMBAT PERTUMBUHAN SEL KANKER KOLON WiDr SECARA IN VITRO.

EKSTRAK ETANOL AKAR DAN DAUN DARI TANAMAN Calotropis gigantea AKTIF MENGHAMBAT PERTUMBUHAN SEL KANKER KOLON WiDr SECARA IN VITRO. EKSTRAK ETANOL AKAR DAN DAUN DARI TANAMAN Calotropis gigantea AKTIF MENGHAMBAT PERTUMBUHAN SEL KANKER KOLON WiDr SECARA IN VITRO 1 Roihatul Mutiah, 2 Aty Widyawaruyanti, 3 Sukardiman 1 Jurusan Farmasi,

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 5 Dokumen nomor : 0301501 Tanggal : Mengganti nomor : 0201300 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, Viabilitas, dan Abnormalitas Kultur Primer Sel Paru-Paru Fetus Hamster Yang Dipapar Etanol

Lebih terperinci

SATUUJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL AKAR, KULIT BATANG, DAN BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SKRIPSI

SATUUJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL AKAR, KULIT BATANG, DAN BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SKRIPSI SATUUJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL AKAR, KULIT BATANG, DAN BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SKRIPSI Oleh: NUR ERVIA RAHMAWATI K100140054 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Hal. 1 dari 7 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Dyaningtyas Dewi PP Rifki Febriansah Adam Hermawan Edy Meiyanto Tanggal 20

Lebih terperinci

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa Tugas Akhir SB 091351 Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa Ika Puspita Ningrum 1507100059 DOSEN PEMBIMBING: Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si N. D. Kuswytasari,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium 22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Lampung. Analisis senyawa menggunakan

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK PETROLEUM ETER BIJI JALI ( Coix lacryma jobi, L. ) DAN HERBA BANDOTAN ( Ageratum conyzoides ) PADA SEL HELA SECARA IN VITRO

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK PETROLEUM ETER BIJI JALI ( Coix lacryma jobi, L. ) DAN HERBA BANDOTAN ( Ageratum conyzoides ) PADA SEL HELA SECARA IN VITRO UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK PETROLEUM ETER BIJI JALI ( Coix lacryma jobi, L. ) DAN HERBA BANDOTAN ( Ageratum conyzoides ) PADA SEL HELA SECARA IN VITRO CYTOTOXICITY TEST OF Coix lacryma jobi, L. AND Ageratum

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa CYTOTOXICITY ASSAY ETHYL ACETATE FRACTION OF ETHANOL 70% EXTRACT OF BITTER MELON FRUIT (Momordica

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SECARA IN VITRO

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SECARA IN VITRO UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SECARA IN VITRO IN VITRO CYTOTOXICITY ASSAY ETHYLE ACETATE FRACTION OF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH

UJI SITOTOKSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH UJI SITOTOKSI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) DAN KULIT BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI Oleh : NISWATUN NURUL FAUZI K100130178

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Sampel Penelitian Dan Bahan Uji Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel kanker skuamosa mulut

Lebih terperinci

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR UNGU DAN UMBI UBI JALAR ORANYE (Ipomoea batatas L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR UNGU DAN UMBI UBI JALAR ORANYE (Ipomoea batatas L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL UMBI UBI JALAR UNGU DAN UMBI UBI JALAR ORANYE (Ipomoea batatas L.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 SKRIPSI Oleh : DESI NANAWATI K100130051 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian tentang Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- dimetilbenz(α)antrasen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

PENGERINGAN SEMPROT EKSTRAK n-heksana DAUN KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne DAN UJI SITOTOKSISITASNYA

PENGERINGAN SEMPROT EKSTRAK n-heksana DAUN KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne DAN UJI SITOTOKSISITASNYA PENGERINGAN SEMPROT EKSTRAK n-heksana DAUN KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne DAN UJI SITOTOKSISITASNYA Yunahara Farida 1, Lestari Rahayu 1, Faizatun 1 1 Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini berupa penelitian analitik eksperimental. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Laboratorium Biomedik Fakultas kedokteran Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

Kata Kunci : Fraksi-fraksi ekstrak Buah Merah, sel T47D

Kata Kunci : Fraksi-fraksi ekstrak Buah Merah, sel T47D ABSTRAK UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI-FRAKSI EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) TERHADAP KARSINOMA MAMMAE DALAM KULTUR SEL T47D Endry, 2008; Pembimbing : Hana Ratnawati, dr., MKes. Buah Merah telah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN D. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan adalah rendang iradiasi yang memiliki waktu penyinaran yang berbeda-beda (11 November 2006, DIPA 14 Juni 2007, dan no label 14 Juni

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS BIOLOGI SECARA BSLT DAN UJI SITOTOKSIK DENGAN METODE MTT DARI EKSTRAK

UJI AKTIVITAS BIOLOGI SECARA BSLT DAN UJI SITOTOKSIK DENGAN METODE MTT DARI EKSTRAK UJI AKTIVITAS BIOLOGI SECARA BSLT DAN UJI SITOTOKSIK DENGAN METODE MTT DARI EKSTRAK n-heksana DAN EKSTRAK METANOL DAUN KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne) Yunahara Farida 1, Titiek Martati 1,

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK n-heksana DAN EKSTRAK METANOL HERBA PACAR AIR (Impatiens balsamina Linn) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK n-heksana DAN EKSTRAK METANOL HERBA PACAR AIR (Impatiens balsamina Linn) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D Aktivitas Antikanker Ekstrak n-heksana Emma Rahmawat, dkk 47 AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK n-heksana DAN EKSTRAK METANOL HERBA PACAR AIR (Impatiens balsamina Linn) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D THE

Lebih terperinci

POTENSI SITOTOKSIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata L) TERHADAP SEL HeLa. CYTOTOXIC EFFECTS OF Physallis angulata PLANT On HeLa CELL LINE

POTENSI SITOTOKSIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata L) TERHADAP SEL HeLa. CYTOTOXIC EFFECTS OF Physallis angulata PLANT On HeLa CELL LINE POTENSI SITOTOKSIK TANAMAN CEPLUKAN (Physalis angulata L) TERHADAP SEL HeLa CYTOTOXIC EFFECTS OF Physallis angulata PLANT On HeLa CELL LINE Maryati dan EM Sutrisna Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis, 2010). Data WHO menunjukkan terdapat sekitar 7,4 juta

Lebih terperinci

ABSTRAK

ABSTRAK UJI AKTIVITAS BIOLOGI SECARA BSLT DAN UJI SITOTOKSIK DENGAN METODE MTT DARI EKSTRAK n-heksana DAN EKSTRAK METANOL DAUN KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne) Yunahara Farida 1, Titiek Martati 1,

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI

AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI AKTIVITAS SITOTOKSIK FRAKSI NONPOLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SRIKAYA (Annona squamosa Linn.) TERHADAP SEL T47D SKRIPSI Oleh: ADI CHRISTANTO K 100 080 030 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP KULTUR SEL RAJI

ABSTRAK. UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP KULTUR SEL RAJI ABSTRAK UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP KULTUR SEL RAJI Skolastika Prima, 2006 Pembimbing : Hana Ratnawati, dr.,mkes. Kanker penyebab kematian kedua terbesar setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antioksidan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERSEMBAHAN. iv HALAMAN DEKLARASI.... v KATA PENGANTAR.... vi DAFTAR ISI.. viii DAFTAR GAMBAR.. x DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

PENGARUH SITOTOKSIK EKSTRAK BUAH MAHKOTADEWA [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.] TERHADAP SEL KANKER LESTARI HeLA

PENGARUH SITOTOKSIK EKSTRAK BUAH MAHKOTADEWA [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.] TERHADAP SEL KANKER LESTARI HeLA PENGARUH SITOTOKSIK EKSTRAK BUAH MAHKOTADEWA [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.] TERHADAP SEL KANKER LESTARI HeLA Pertamawati Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BPPT Gedung II BPPT Lantai 15, Jl. MH.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel hepar

Lebih terperinci

EFEK SITOTOKSIK IN VITRO DARI EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA) TERHADAP KULTUR SEL KANKER MIELOMA

EFEK SITOTOKSIK IN VITRO DARI EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA) TERHADAP KULTUR SEL KANKER MIELOMA EFEK SITOTOKSIK IN VITRO DARI EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA) TERHADAP KULTUR SEL KANKER MIELOMA Rochmah Kurnijasanti 1), Iwan Sahrial Hamid 2), Kadek Rahmawati 3) ABSTRACT IN VITRO CITOTOXIC

Lebih terperinci

Aktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D

Aktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D Aktivitas Sitototoksik Fraksi Polar Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Sel T47D Amalia Suci Medisusyanti 1*, Haryoto 2 1 Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2 Farmasi, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FARMASI UGM

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FARMASI UGM Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201400 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari

Lebih terperinci

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro SIDANG TUGAS AKHIR Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro Hani Tenia Fadjri 1506 100 017 DOSEN PEMBIMBING: Awik Puji Dyah Nurhayati,

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. (True experiment-post test only control group design). Dalam penelitian yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. (True experiment-post test only control group design). Dalam penelitian yang ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan desain eksperimental (True experiment-post test only control group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh Vitamin E (α-tokoferol) terhadap persentase kerusakan, viabilitas, dan abnormalitas sel yang dipapar etanol pada kultur sel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design.

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan. penelitian The Post Test Only Control Group Design. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental laboratories dengan rancangan penelitian The Post Test Only Control Group Design. 4.2 Sampel Penelitian dan Besar Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, 36 BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, bahan, dan cara kerja penelitian. Dibawah ini adalah uraian mengenai tiga hal tersebut. 3.1

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK MISELIUM Ganoderma sp. ISOLAT BANYUMAS 1 TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (MCF-7) PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA

POTENSI EKSTRAK MISELIUM Ganoderma sp. ISOLAT BANYUMAS 1 TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (MCF-7) PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA POTENSI EKSTRAK MISELIUM Ganoderma sp. ISOLAT BANYUMAS 1 TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA (MCF-7) PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA SKRIPSI oleh KURNIASARI B1J009028 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS BUAH MERAH, MAHKOTA DEWA DAN TEMU PUTIH TERHADAP SEL KANKER SERVIKS

UJI SITOTOKSISITAS BUAH MERAH, MAHKOTA DEWA DAN TEMU PUTIH TERHADAP SEL KANKER SERVIKS Uji sitotoksisitas buah merah, mahkota dewa dan temu putih terhadap sel kanker UJI SITOTOKSISITAS BUAH MERAH, MAHKOTA DEWA DAN TEMU PUTIH TERHADAP SEL KANKER SERVIKS Maksum Radji 1, Hendri Aldrat 1, Yahdiana

Lebih terperinci

Uji Aktivitas Antikanker (Diastuti, dkk) UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN

Uji Aktivitas Antikanker (Diastuti, dkk) UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN Uji Aktivitas Antikanker (Diastuti, dkk) UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN Rhizopora mucronata TERHADAP SEL MYELOMA Hartiwi Diastuti 1, Warsinah 2, Purwati 1 1 Program Studi Kimia, Jurusan MIPA,

Lebih terperinci

TIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA

TIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA TIPE KEMATIAN SEL HeLa SETELAH PAPARAN EKSTRAK ETANOLIK CURCUMA LONGA Suryani Hutomo, Chandra Kurniawan Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE

Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Lampiran 2 Pembuatan Larutan PBS Lampiran 3 Prosedur Pewarnaan HE LAMPIRAN Lampiran 1 Pembuatan Medium Kultur DMEM Medium kultur DMEM merupakan medium Dulbecco s Modified Eagle s Medium (DMEM; Sigma) yang telah dimodifikasi dengan penambahan asam amino non-esensial (AANE;

Lebih terperinci

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMALARIA DAN INSEKTISIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAN SENYAWA 5,7,2',5",7",4"-HEKSAHIDROKSIFLAVANON-[3,8"]- FLAVON DARI BATANG

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMALARIA DAN INSEKTISIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAN SENYAWA 5,7,2',5,7,4-HEKSAHIDROKSIFLAVANON-[3,8]- FLAVON DARI BATANG PAkTI ITS PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMALARIA DAN INSEKTISIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAN SENYAWA 5,7,2',5",7",4"-HEKSAHIDROKSIFLAVANON-[3,8"]- FLAVON DARI BATANG Garcinia celebica Linn Disusun oleh : Mirna Saga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas

Lebih terperinci

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides terhadap Sel Kanker Kolon Widr secara In Vitro

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides terhadap Sel Kanker Kolon Widr secara In Vitro Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides terhadap Sel Kanker Kolon Widr secara In Vitro Almaratul Khoiriyah 1506100005 Dosen Pembimbing: Awik Puji Dyah. N. S.Si., M.Si. dan Prof. Dr. Drs.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Subyek Penelitin Subyek pada penelitian

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK DAN ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK DAUN KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne)

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK DAN ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK DAUN KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne) UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK DAN ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK DAUN KELADI TIKUS (Typhonium divaricatum (L) Decne) Yunahara Farida 1, Titiek Martati 1, Ahmad Musir 1, Bernard Edward 1 1 Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

UJI EFEK TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL AKAR AWAR-AWAR (Ficus septica Burm.F) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

UJI EFEK TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL AKAR AWAR-AWAR (Ficus septica Burm.F) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) UJI EFEK TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL AKAR AWAR-AWAR (Ficus septica Burm.F) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) Suryanita Program Studi D3 Farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar (Suryanita_noth@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat sebagai obat. Banyak tanaman yang terdapat di alam selalu digunakan sebagai obat, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L) terhadap kultur primer sel otak baby hamster yang dipapar dengan dimetilbenz(α)antrase

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir 66 LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir Keberadaan bakteri mempunyai nilai yang penting dalam patogenesis pulpa dan periapeks. Eliminasi mikroorganisme dari saluran akar yang terinfeksi merupakan fokus utama pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (medicinal mushroom) adalah Ganoderma lucidum. Jamur ini telah digunakan

I. PENDAHULUAN. (medicinal mushroom) adalah Ganoderma lucidum. Jamur ini telah digunakan 1 I. PENDAHULUAN Jamur makroskopis digolongkan menjadi 4 kategori berdasarkan khasiatnya, yaitu jamur yang dapat dimakan, jamur berkhasiat obat, jamur beracun dan jamur yang belum diketahui khasiatnya.

Lebih terperinci

INDICA LINN), DAGING BUAH MAHKOTA

INDICA LINN), DAGING BUAH MAHKOTA ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. V, No. 1, April 2008, 40-46 UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA DAN UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL AKAR TANAMAN AKAR KUCING (ACALYPHA INDICA LINN), DAGING BUAH MAHKOTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III A. Jenis Penelitian METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan ekstrak kelopak bunga mawar yang diujikan pada bakteri P. gingivalis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Pertanian, Universitas Lampung, dan Laboratorium Biokimia Puspitek Serpong.

III. BAHAN DAN METODE. Pertanian, Universitas Lampung, dan Laboratorium Biokimia Puspitek Serpong. III. BAHAN DAN METDE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2010, di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI ETANOL EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya.l) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI ETANOL EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya.l) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI ETANOL EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya.l) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 CYTOTOXICITY ASSAY ETHYL ACETATE FRACTION AND ETHANOL FRACTION OF

Lebih terperinci

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Tabel Persen Degranulasi Mastosit Mencit Jantan

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Tabel Persen Degranulasi Mastosit Mencit Jantan Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Tabel Persen Degranulasi Mastosit Mencit Jantan Perlakuan Rata-rata jumlah sel Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 % Deg Rata-rata jumlah sel % Deg Rata-rata jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

Utami, et al, Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Terpurifikasi Arcangelisia flava...

Utami, et al, Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Terpurifikasi Arcangelisia flava... Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Terpurifikasi Daun Arcangelisia Flava pada Sel Kanker Payudara MCF-7 (Cytotoxicity Assay of Purified Ethanol Extract of Arcangelisia flava Leaves on Breast Cancer Cells

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam) TERHADAP KARSINOMA SKUAMOSA EPITEL RONGGA MULUT PADA KULTUR SEL KB

ABSTRAK. UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam) TERHADAP KARSINOMA SKUAMOSA EPITEL RONGGA MULUT PADA KULTUR SEL KB ABSTRAK UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam) TERHADAP KARSINOMA SKUAMOSA EPITEL RONGGA MULUT PADA KULTUR SEL KB Yoki Chandra, 2008 Pembimbing : Hana Ratnawati, dr.,m.kes. Karsinoma

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Ratna Djamil *, Wiwi Winarti Fakultas Farmasi Universitas Pancasila,Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) Nadia Rahma Kusuma Dewi*, Hadi Kuncoro, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis pendekatan eksperimen laboratorium. Pelaksanaannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga sebagai tempat pemeliharaan

Lebih terperinci