BAB I PENDAHULUAN. kita bahas, berikut beberapa klasifikasi perkembangan remaja, Perkembangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kita bahas, berikut beberapa klasifikasi perkembangan remaja, Perkembangan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan remaja memang suatu fenomena yang penting untuk kita bahas, berikut beberapa klasifikasi perkembangan remaja, Perkembangan Fisik terjadi Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitary pada saat ini berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan efek fisiologis yang tersebar luas. Hormon pertumbuhan memproduksi dorongan pertumbuhan yang cepat, yang membawa tubuh mendekati tinggi dan berat dewasanya dalam sekitar dua tahun (Kespro, 2007). Dorongan pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria dari pada wanita, juga menandakan bahwa wanita lebih dahulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran menstruasi dan pada pria ditandai oleh produksi sperma. Di samping itu ciri-ciri seksual sekunder: rambut wajah, tubuh, dan kelamin dan suara yang mendalam pada pria, pembesaran payudara, dan pinggul lebih lebar pada wanita. Perubahan fisik dapat berhubungan dengan penyesuaian psikologis remaja. Beberapa studi menganjurkan bahwa individu yang menjadi dewasa di usia dini lebih baik dalam menyesuaikan diri daripada rekan-rekan mereka yang menjadi dewasa lebih lambat (Kespro, 2007). 1

2 Pubertas pada siswi atau remaja putri umumnya terjadi pada usia 9-16 tahun. Tampaknya usia pubertas dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan gizi, juga faktor sosial-ekonomi dan keturunan. Siswi yang gemuk cenderung mengalami siklus menstruasi pertama lebih awal. Sedangkan siswi yang kurus dan kekurangan gizi cenderung mengalami siklus menstruasi pertama lebih lambat (Widya 2010). Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja lakilaki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004). Menurut WHO (2010) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (2010) menunjukkan jumlah remaja berumur tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (2004)

3 kelompok umur tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan (Nancy P, 2009). Sedangkan jumlah penduduk di propinsi Aceh tahun 2013 adalah jiwa dan jumlah remaja usia tahun adalah jiwa sedangkan yang berusia tahun adalah jiwa (Profil Kesehatan Provinsi Aceh, 2013). Sementara itu Jumlah penduduk di Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 jumlah remaja adalah orang dari jiwa (15,7%). Menurut data yang di peroleh dari SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya, dengan jumlah seluruh siswa 240 orang. Dari hasil wawancara terhadap 9 siswa di SMP Negeri 1 Padang Panyang, ada diantaranya tidak mengetahui tentang pubertas, mereka mengatakan pubertas itu merupakan masa menuju dewasa, dimana remaja menganggap bahwa pada masa ini remaja sudah boleh melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa pada umumnya. Didukung pula adanya fakta bahwa ada dua orang tua yang meminta pemeriksaan terhadap anaknya dengan korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh siswa SMP. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja putri dalam menghadapi pubertas di SMP Negeri 1 Padang panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya

4 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri dalam menghadapi pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri dalam menghadapi pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan remaja putri tentang pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya b. Untuk mengetahui pengaruh perubahan fisik remaja putri pada saat pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya c. Untuk mengetahui pengaruh informasi remaja putri tentang pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya

5 d. Untuk mengetahui pengaruh tingkah laku remaja putri pada saat pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan informasi bagi sekolah mengenai pengetahuan remaja tentang pubertas. 2. Bagi Instansi Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan. 3. Bagi penelitian Dapat memberikan masukan hal - hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi Responden Sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan remaja putri di SMP Negeri 1 Kuala Pesisir tentang pubertas.

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pubertas 1. Pengertian Pubertas Pubertas adalah suatu tahap dalam kehidupan remaja yang lebih dilandasi oleh perubahan fisik yang kemudian dikaitkan dengan perkembangan kebutuhan psikologisnya. Ia terletak diantara tahap-tahap perkembangan psikologis di atas tetapi rentang umur biologisnya lebih jelas (Soetjiningsih, 2004). Istilah pubertas berasal dari kata pubes yaitu bagian dari tubuh yang menutupi bagian depan tulang pinggul dan di dalam area itu terdapat alat kelamin. Pubertas dapat diartikan sebagai tahap ketika seorang remaja memasuki kematangan seksual dan mulai berfungsinya organ-organ reproduksi (Soetjiningsih, 2004). Awal pubertas terjadi pada umur antara 9-13 tahun, pada beberapa anak pubertas terjadi di atas umur tersebut. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa munculnya masa pubertas dipengaruhi oleh status gizi dan kegiatan fisik. Gadis-gadis yang kurang gizi, yang melakukan diet dan berusaha menurunkan berat badannya dengan berbagai cara, mengalami keterlambatan dalam saat menarche. (Widya,2005). Pubertas dibagi menjadi 2, yaitu : Pubertas prekok dan pubertas terlambat.

7 a. Pubertas prekok Bila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum umur 8 tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada laki-laki. Pubertas prekok dapat diklasifikasikan berdasarkan aktivitas dari aksis neuroendokringonud. Pada anak perempuan tanda fisik yang khas adalah adanya telarche atau pembesaran payudara dan adanya pubarche atau pertumbuhan rambut pubis serta terjadinya menstruasi. Pada anak laki-laki pubertas ditandai dengan membesarnya volume testis, diikuti dengan pertumbuhan rambut pubis dan bertambah panjangnya ukuran penis. Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon FSH dan LH meningkat sesuai masa pubertas. Untuk mengetahui lokasi kerusakan Hipotalamus atau di Hipofise dengan tes stimulasi dari GnRH. Berdasarkan penyebabnya pubertas prekok dibagi menjadi : 1) Pubertas prekok tergantung gonadotropin (GDPP) Disebabkan karena terangsangnya secara lebih awal aksis Hipotalamus - Hipofise yang normal, selain itu penyebab GDPP bisa berupa trauma kepala, tumor otak, hidrosepalus. 2) Pubertas prekok tidak tergantung gonadotropin (GIPP) GIPP sering disebut juga pubertas perifer, dimana GIPP ini disebabkan oleh tidak normalnya produksi hormon seks steroid dan tidak ada aktifasi dari aksis Hipotalamus - hipofise. Penanganan pubertas prekok : tipe GDPP adalah GnRH agonis akan menyebabkan menurunnya kadar FSH dan LH serta rendahnya kadar

8 seks steroid. Sedangkan pada GIPP dapat diberikan medroxiprogesteron asetat (Depo provera), dapat mencegah menstruasinya dan gangguan psikologisnya. Dosis yang direkomendasikan 54 mg/bulan, intramuscular (Widyastuti, 2009). b. Pubertas terlambat Pada perempuan didefinisikan tidak membesarnya payudara sampai umur 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun. Pada laki-laki didefinisikan bila panjang testis tidak mencapai 2,5 cm atau volume testis tidak mencapai 4 ml sampai umur 14 tahun. Etiologi a. Hipergonadotropic hipogonadism Kadar gonadotropic (FSH dan LH) meningkat namun kadar hormon sel steroid seperti testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada aksis Hipotalamus Hipofise. b. Hipogonadotropic Hipogonadism. Pertumbuhan normal selama fase anak tetapi sedikit terjadi peningkatan pertumbuhan selama pubertas. Pengobatan yang digunakan tergantung penyebabnya dan yang sering digunakan adalah seks steroid dosis rendah ditingkatkan secara bertahap dimana pada laki-laki digunakan testosteron enante intramuskular dan pada perempuan digunakan estrogen dan medrokiprogesteron.

9 Dengan menggunakan seks steroid dosis rendah yang ditingkatkan secara bertahap akan terangsang secara alamiah dengan efek samping yang minimal pada pertumbuhan (Soetjiningsih, 2004). 2. Kesiapan Remaja dalam Menghadapi Pubertas Tingkat kerawanan masa remaja memang sudah sedemikian mengkhawatirkan. Apabila gejala seperti ini tidak mendapat penanganan yang serius, maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi kita di tahun-tahun mendatang. Sejak berabad-abad silam Islam telah memberikan paket solusi yang tepat, namun sayangnya hal ini banyak dilupakan orang, termasuk oleh kaum muslim itu sendiri (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja adalah masa transisi yang penuh gejolak. Pada masa ini mulai terjadi perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, organ-organ tubuh tertentu, seperti organ reproduksi atau organ seksual dan jaringan syaraf mulai berfungsi. Sedangkan secara psikis, mulai mengalami perkembangan emosional dengan ditandai adanya kecenderungan terhadap lawan jenis, adanya keinginan untuk memiliki teman khusus yang disukai, dan mulai melepaskan diri dari kendali orang tua, dan lain-lain (Soetjiningsih, 2004). Oleh karena itu, masa ini merupakan fase terpenting dalam kehidupan manumur. Dorongan-dorongan seksual mulai muncul. Apabila tidak diarahkan secara tepat, maka dorongan-dorongan itu akan dapat

10 menjerumuskan para remaja. Apalagi sekarang faktor lingkungan sangat merangsang munculnya penyimpangan seksual (zina). Acara-acara di televisi, tabloid, majalah, internet dan media-media lainnya dapat merangsang untuk mencoba dan menyalurkannya pada hal-hal yang haram Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa ini, disertai dengan gejala-gejala khusus dalam tingkah laku yang menuntut perhatian dan pengawasan. Pada saat ini, mulai muncul misteri-misteri yang mengundang kebingungan dan kegelisahan (Arya, 2004). 3. Pemahaman Remaja tentang Pubertas Sering remaja malah terjebak dengan mitos-mitos seputar permasalahan seks. Pesatnya perkembangan informasi saat ini dan ditambah keingin tahuan remaja tentang masalah seks yang begitu besar sering mengakibatkan remajamengalami perubahan pola fikir. Perubahan itu mempengaruhi cara pandang remaja terhadap seksualitas dan bentuk prilaku seksual tersendiri (Rahmawati, 2008). Remaja pada umumnya kurang mengenali organ tubuhnya. Tidak sedikit diantara mereka yang bertanya pada teman sebaya tentang perubahan fisik yang dialami. Dan tidak sedikit pula diantaranya yang terjebakinformasi salah, sehingga perilaku menyimpang dari remaja sering kita temukan. Banyak remaja yang tidak mengerti mengapa terjadi perubahan ragawi pada merka. Remaja putri mulai mengalami masa menstruasi, tumbuhnya payudara, tumbunya rambut dibagian- bagian tertentu, sampai kemunculan

11 jerawat yang menimbulkan rasa rendah diri. Sedangkan remaja pria mulai merasakan tumbuhnya jakun yang berakibat pada perubahan suara yang cenderung berat dan besar. Ereksi yang biasanya hanya dirasakan setiap pagi mulai dirasakan pada saat tertentu. Semua ini kerap melahirkan belasan pertanyaan di benak mereka. Namun repotnya, mereka malu bertanya pada sumber yang tepat (Rahmawati,2008). Sementara itu, Orang tua berharap pubertas atau proses pematangan organ reproduksi dengan sendirinya akan membentuk pemahaman remaja bahwa sistem reproduksi sudah terjadi. Namun, karena anggapan bahwa pendidikan seks masih tabu mengakibatkan remaja tersebut malu untuk bertanya pada orang tuanya dan orang tua pun menganggap tidak perlu diberikan penjelasan hal tersebut kepada anaknya karena mereka berfikir, anak tersebut akan mengerti dengan sendirinya berjalan menuju kedewasaannya. Selain itu, rendahnya pengetahuan remaja tentang pengetahuan kesehatan reproduksi, menyebabkan mereka lebih mempercayai sumber-sumber informasi yang tidak sepatutnya untuk di jadikan bahan rujukan. Diantaranya VCD porno, internet, dan media massa (baik dalam bentuk koran maupun tabloid). Sekolah yang seharusnya bisa dijadikan tempat untuk memberikan informasi kepada siswanya, dengan alasan-alasan tertentu justru menjadi sebaliknya. Akhirnya remaja lebih akrab untuk mengakses berbagai informasi yang tidak sebenarnya. Kenyataan yang menyedihkan sekali ketika banyak remaja justru tidak mengetahui apa dan bagaimana cara mereka mendapatkan pelajaran dan pengetahuan tentang masalah seks. Banyak remaja yang

12 melakukan hubungan seksualsebelum menikah ternyata banyak yang tidak disadari oleh pengetahuan yang cukup berkaitan dengan prilakunya (Rahmawati, 2008) Langkah awal yang harus dipahami oleh remaja adalah mengenali proses pematangan organ reproduksi mereka. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran terhadap tubuh sendiri dan pemahaman bahwa tubuhnya adalah miliknya dan tanggung jawabnya, sangat diperlukan khususnya bagi remaja perempuan. Misalnya ketika bersama kekasihnya, kemampuan berkata tidak yang sering kali berhubungan erat dengan rasa percaya diri, harus selalu dilatihkan. Remaja laki-laki juga harus sering diajak mengembangkan kemampuan mengelola dorongan seksualnya dan menghormati perempuan. (Laurike, 2004). B. Defenisi Remaja Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara umur 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa.

13 Batasan remaja menurut WHO: remaja adalah suatu masa dimana: a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh dengan keadaan yang relatif lebih mandiri. Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati sebagai berikut: a. Masa remaja awal /dini (Early adolescence) umur tahun. b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur tahun. c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur tahun. (Soetjiningsih, 2004). 1. Masa Pra Remaja Masa pra remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang sesungguhnya. Pada masa ini ada beberapa indikator yang telah dapat ditentukan untuk menentukan indentitas gender laki-laki atau perempuan. Ciri-ciri perkembangan seksual pada masa ini antara lain ialah : perkembangan fisik yang masih tidak banyak berbeda dengan sebelumnya. Pada masa ini juga mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang seks dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya.

14 2. Masa Remaja Awal Merupakan tahap awal remaja sudah mulai tampak ada perubahan fisik yaitu: fisik sudah mulai matang dan berkembang, remaja sudah mulai mencoba melakukan onani karena telah sering kali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosterone pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Hampir sebagian besar dari laki-laki pada periode ini tidak bisa menahan untuk tidak melakukan onani, sebab pada masa ini mereka sering kali mengalami fantasi. Selain itu tidak jarang dari mereka yang memilih untuk melakukan aktivitas non fisik untuk melakukan fantasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan teman lawan jenisnya yaitu dengan bentuk hubungan telephone, surat menyurat atau menggunakan sarana computer (Adriaansz, 2008) 3. Masa Remaja Menengah Pada masa ini para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid (Soetjiningsih, 2004). 4. Remaja Akhir Pada masa ini remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa, mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran. Pada tahap ini juga remaja telah mencapai

15 kemampuan untuk mengembangkan cita-citanya sesuai dengan pengalaman dan pendidikannya (Soetjiningsih, 2004). C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Putri Tentang Pubertas Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri tentang pubertas adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil tahu yang berasal dari proses penginderaan manusia terhadap obyek tertentu. Proses penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu melalui indera pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan dasar yang paling penting dalam membentuk tindakan seseorang (Fitriani, 2011). Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui mengenai hal atau sesuatu, pengetahuan dapat mengetahui perilaku seseorang. Pengetahuan ibu-ibu tentang kesehatan anak merupakan salah satu faktor yang mendukung ibu-ibu yang mempunyai balita dalam pemberian vitamin A. Semakin tinggi ilmu pengetahuan, maka wawasan yang didapatkan akan semakin luas (Agustyani, 2012).

16 b. Tingkat Pengetahuan Menurut Fitriani (2012) Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni : 1) Tahu ( Know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah diperoleh sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami ( Comprehension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat mejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebaginya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi ( Application ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan atau penggunaan

17 hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis ( Analysis ) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis ( Synthesis ) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. 6) Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada (Fitriani, 2011).

18 c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ada banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain: 1) Umur 2) Informasi 3) Sikap 4) Sosial budaya 5) Lingkungan 6) Peranan orang tua 7) Peranan tenaga kesehatan 2. Perubahan Fisik a. Pengertian Perubahan fisik adalah terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer maupun organ seks sekunder yang dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual (Dariyo, 2004 ). b. Perubahan Fisik yang Terjadi Pada Remaja Menurut Indisari ( 2004 ) perubahan fisik yang terjadi pada remaja yaitu : 1) Pinggul melebar / membesar Pinggul terdiri dari dua bagian, bagian keras yang dibentuk tulang dan bagian lunak yang dibentuk oleh otot-otot dan ligamen. Pinggul yang melebar atau

19 membesar tidak mempunyai arti penting dalam ilmu kebidanan. Lebarnya pinggul dapat menambah keindahan dan kecantikan. 2) Payudara mulai membesar Pertumbuhan buah dada juga bertahap. Mula-mula pucuk buah dadalah yang berkembang, kemudian diikuti dengan penggelapan warna sekitar puting susu, dan pada tahap terakhir jaringan buah dada sendirilah yang semakin berkembang terus. Selama tahap-tahap pertumbuhan ini buah dada kadang terasa lunak dan sakit. 3) Timbulnya rambut di daerah kemaluan dan ketiak Fungsi rambut disekitar alat kelamin adalah untuk menjaga kelembapan disekitar vagina agar suhunya relatif stabil. 4) Bibir dari alat kelamin luar semakin berkembang Bibir kelamin luar atau labia berada di bagian luar vagina. Ada yang disebut bibir besar ( labia mayora ) dan ada yang disebut bibir kecil ( labia minora ). Bibir besar adalah bagian yang paling luar yang biasanya tumbuhi bulu, bibir kecil terletak dibelakang bibir besar dan banyak mengandung syaraf pembuluh darah. 5) Rahim semakin membesar Rahim atau uterus yaitu tempat calon bayi dibesarkan. Setiap bulan rahim melapisi dinding rahim dengan lapisan khusus untuk menerima ovum yang telah dibuahi oleh sperma. Bila

20 terjadi kehamilan maka lapisan tersebut akan runtuh dalam bentuk darah haid. 6) Perubahan dalam tinggi dan berat badan Tinggi rata-rata anak perempuan pada usia 12 Tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun tinggi ratarata remaja perempuan hanya 64 inci. tinggi anak laki-laki dan anak perempuan selama masa remaja sekitar 9 atau 10 inci dan setelah itu pertumbuhan relatif lebih sedikit, maka perempuan pada akhirnya lebih pendek di banding rata-rata pria. Percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam penambahan berat badan, yakni sekitar 10 kg bagi anak-anak perempuan meskipun berat badan juga mengalami peningkatan selama masa remaja namun ia lebih mudah dipengaruhi, seperti melalui diet, latihan, dan gaya hidup umumnya. Oleh karena itu, perubahan berat lebih sedikit dapat diramalkan dibanding dengan tinggi. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Fisik Pada Remaja 1) Gen Perubahan seseorang ditentukan oleh faktor keturunan. Secara mudah dikatakan bahwa seorang anak akan besar dan tinggi bila ayah dan ibunya berpostur tubuh besar dan tinggi.

21 2) Hormonal Perkembangan hormon mempengaruhi pada pertumbuhan fisik seperti peristiwa matangnya alat reproduksi yang diatur oleh hormon estrogen untuk anak perempuan serta hormon progesteron untuk anak laki-laki. 3. Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo, 2007).

22 4. Sikap a. Konsep Dasar Sikap 1) Pengertian Sikap merupakan relasi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsiten b. Struktur Sikap Menurut Azwar Saifuddin ( 1995 ) yang dikutip oleh Sunaryo (2004) bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk stuktur sikap, yang ketiganya saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. 1) Komponen kognitif ( cognitive ) Dapat disebut juga komponen perseptual, yang berisi kepercayaan individu. Kepercayaan tersebut berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu mempersepsi terhadap objek sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran,

23 pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. 2) Komponen Afektif ( komponen emosional ) Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu, terhadap objek sikap, baik yang positif ( rasa senang ) maupun negatif ( rasa tidak senang ). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek sikap tersebut. 3) Komponen Konatif Disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya. ( Sunaryo, 2004 ) c. Tingkatan Sikap Sikap memiliki 4 tingkat, dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu : 1) Menerima ( receiving ) Pada tingkat ini individu ingin dan memperhatikan rangsangan (stimulus) yang diberikan. 2) Merespons ( responding ) Pada tingkat ini, sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

24 3) Menghargai ( valuing ) Pada tingkat ini, sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggung jawab ( reponsible ) Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala risiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. d. Ciri-ciri Sikap 1) Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari ( learnability ) dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek. 2) Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari. 3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. 4) Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan / banyak objek. 5) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. 6) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan. ( Sunaryo, 2004 ) e. Pembentukan dan Pengubahan Sikap Faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap

25 1) Faktor Internal Faktor internal berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu pembentukan sikap. Faktor intern ini menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat dan perhatian ( faktor psikologis ), juga perasaan sakit, lapar, dan haus ( faktor fisiologis ). 2) Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti : alat komunikasi dan media masa baik elektronik maupun non elektronik. ( Sunaryo, 2004 ) Menurut Sarlito Wirawan Sarwono ( 2007 ), ada beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu :

26 a) Adopsi Adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi berulang dan terus-menerus sehingga lama kelamaan secara bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu, dan akan mempengaruhi pembentukan serta perubahan terhadap sikap individu. b) Diferensiasi Deferensiasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan, pengalaman, intelegensi, dan bertambahnya umur. Oleh karena itu, halhal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari jenisnya sehingga membentuk sikap tersendiri. c) Integrasi Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi secara tahap demi tahap, diawali dari macam-macam pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan objek sikap tertentu sehingga pada akhirnya akan terbentuk sikap terhadap objek tersebut.

27 d) Trauma Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga meninggalkan kesan mendalam dalam diri individu tersebut. Kejadian tersebut akan membentuk atau mengubah sikap individu terhadap kejadian sejenis. e) Generalisasi Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu, dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau sebaliknya. Sikap yang ditunjukkan pada saat masa pubertas adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang lebih tepat, terhadap hal tertentu baik secara positif maupun negatif. Sikap remaja yang positif artinya dapat menerima proses masa pubertas sebagai suatu hal yang fisiologis dan normal sifatnya merupakan pertanda yang baik terhadap kesehatan reproduksinya. Sebaliknya sikap negatif terhadap masa pubertas dimana remaja berusaha menolak proses fisiologis tersebut maka akan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mentalnya karena hal ini dianggap sebagai suatu penyakit atau beban baru baginya (Syah M, 2012).

28 5. Kerangaka teori Penelitian Menurut Sunaryo (2004) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Remaja Putri tentang Pubertas adalah sebagai berikut: Pengetahuan Informasi Sikap Sosial Budaya Pubertas lingkungan Peran orang tua Peran Petugas Kesehatan Perubahan fisik Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

29 6. Kerangka konsep Penelitian Menurut Notoatmodjo (2005) yang dimaksud dengan kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian- penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan pengertian diatas maka dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Independen Dependen pengetahuan Perubahan fisik Sumber informasi pubertas Sikap Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian 7. Hipotesis Penelitian 1) Ha : Ada pengaruh antara pengetahuan Remaja Putri dengan pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya 2) Ha : Ada pengaruh antara perubahan fisik Remaja Putri dengan pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya

30 3) Ha : Ada pengaruh antara informasi Remaja Putri dengan pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya 4) Ha : Ada pengaruh antara sikap Remaja Putri dengan pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupten Nagan Raya

31 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif Analitik dengan desain cross sectional study yaitu bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja putri dalam menghadapi Pubertas di SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya. B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya tahun 2014 yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah seluruh remaja putri 32 orang. 2. Sampel Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh siswi kelas 1 SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya dengan jumlah 32 orang

32 C. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal Februari D. Pengumpulan Data 1. Tehnik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data dilakukan proses sesuai dengan prosedur yang berlaku yaitu: a. Persiapan pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur administrasi yang berlaku yaitu mendapat izin dari Prodi Akademi Kebidanan U Budiyah Banda Aceh dan SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya b. setelah memperoleh izin dari SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya, kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan cara menanda tangani lembar persetujuan responden yang telah disediakan. c. Kemudian membagikan kuesioner kepada responden dan menjelaskan cara pengisian untuk masing-masing pertanyaan.

33 d. Memperoleh surat keterangan telah selesai melakukan penelitian dari kepala sekolah SMP Negeri 1 Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir kabupten Nagan Raya 2. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner berjumlah 20 pertanyaan yang di sebarkan kepada responden siswi SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dengan pembagian soal sebagai berikut: a. Untuk variabel pengetahuan dan perubahan fisik pada remaja putri dalam menghadapi Pubertas terdiri dari 15 pertanyaan yang berbentuk mutiple choice, untuk jawaban benar diberikan nilai 1 dan salah diberi nilai 0 b. Untuk variabel informasi terdiri dari 8 pertanyaan yang berisikan pertanyaan positif untuk jawaban ya diberi nilai 1 dan tidak diberi nilai 0 c. Untuk variabel peranan sikap terdiri dari 5 pertanyaan yang berisikan pertanyaan positif, untuk jawaban Ya diberi nilai 1 dan Tidak diberi nilai 0

34 E. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Arikunto (2006) setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara : a. Editing Yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data. Pada tahap ini dikumpulkan untuk dilakukan pengecekan nama dan identitas responden, mengecek kelengkapan data dengan istrumen pengumpulan data. Setelah diperiksa ternyata responden telah mengisi dengan benar dan semua item pertanyaan sudah dijawab dengan benar. b. Coding Yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan memberikan kode tertentu. Pada tahap ini data yang diperoleh diberikan angka-angka untuk memudahkan pengenalan data. c. Transfering Yaitu data yang telah diberikan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai dengan responden terakhir, kemudian dimasukkan kedalam tabel. Apabila ada kode responden yang tertinggal dan belum di transfer ke tabel penulisan mengulangnya kembli sampai semua data masuk ke dalam tabel dan benar.

35 d. Tabulating Yaitu penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan penjelasan secara narasi. Data-data yang telah di sajikan dalam bentuk tabel, maka penulis menjelaskannya lagi dalam bentuk narasi yaitu isi atau penjelasan dari tabel yang telah terisi dari hasil dan data-data responden. 2. Defenisi Operasional N o Variabel Defenisi Opersional Tabel 3.1 Defenisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Dependen Pubertas pada remaja putri Independen 1 Pengetahuan remaja putri tentang pubertas 2 Perubahan fisik Suatu tahap dalam kehidupan remaja putri yang lebih dilandasi pada perubahan fisik. Segala sesuatu yang diketahui oleh remaja putri tentang masa pubertas meliputi pengertian, kesiapan, ciri-ciri seks sekunder, pemahaman remaja tentang pubertas. Perubahan pada organ tubuh yang terjadi pada remaja putri saat pubertas 3 Informasi Informasi yang didapatkan remaja putri tentang masa pubertas. Wawancara Kuesioner Ordinal - Pubertas - Tidak pubertas Wawancara Kuesioner Ordinal 76% Tinggi < 75% rendah Wawancara Kuesioner ordinal - berubah - tidak berubah Wawancara Kuesioner Ordinal 76% pernah < 75% tidak pernah

36 3 Sikap Pandangan atau respon anak remaja tentang masa pubertas Wawancara Kuesioner Ordinal 76% baik < 75% Kurang 3. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel yang diteliti. Selanjutnya data yang telah diolah dari kuesioner dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi, kemudian di persentase ke tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus sudijono (2005) sebagai berikut: f P = x 100% N Keterangan : P = persentase F = Frekuwensi n = jumlah sampel 2. Analisa Bivariat Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan antar variabel independen dan dependen melalui uji Chi-Squaer Tes ( ), untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik antara 2 variabel digunakan batas kemaknaan 0,05% (95%) (p < 0,05), karena pada umumnya penelitian-penelitian dibidang pendidikan menggunakan taraf signifikan 0,05 (Arikunto, 2006).

37 Rumus : x 2 Keterangan : x 2 = Chi-Square test O = Frekuensi observasi E = Frekuensi harapan Adapun ketentuan yang dipakai pada uji statistik ini adalah : a. Ho diterima, jika x 2 hitung < x 2 (jika P value > 0,05) tabel artinya tidak ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan pubertas bagi remaja putri b. Ho ditolak, jika x 2 hitung x 2 tabel (jika P value < 0,05) artinya ada hubungan antara variabel yang diteliti dengan pubertas bagi remaja putri. Adapun yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-Square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut: 1. Bila pada tabel contingency 2x2 di jumpai niali e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2. Bila pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction. 3. Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lain-lain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square.

38 4. Bila pada tabel Contyngency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga memjadi tabel Contingency 2x2

39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara Demografi SMP Negeri I Padang Panyang Terletak di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Dengan luas bangunan m 2 adapun batasan SMP Negeri I Padang Panyang adalah sebagai berikut: 2. Bagian Utara berbatasan dengan desa Arongan 3. Bagian Selatan berbatasan dengan Perkebunan warga 4. Bagian Timur berbatasan dengan Perkebunan Sovindo 5. Bagian Barat berbatasan dengan Kuala Trang B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal Februari Dari data yang dikumpulkan terdapat 32 responden yang dijadikan sampel yaitu seluruh remaja putri kelas I di SMP Negeri I Padang Panyang. Data yang dikumpulkan melalui kuesioner, data dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

40 1. Analisa univariat a. Pubertas Pada Remaja Putri Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pubertas Pada Remaja Putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Pubertas Pda Remaja Putri Frekuensi (%) 1 Pubertas 22 68,8 2 Tidak Pubertas 10 31,3 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014 Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri telah mengalami pubertas yaitu sebanyak 22 responden (68,8%) b. Pengetahuan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Pengetahuan Frekuensi (%) 1 Tinggi 18 56,3 2 Rendah 14 43,8 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014 Berdasarkan tabel 4.2 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri memiliki pengetahuan yang tinggi yaitu sebanyak 18 responden (56,3%)

41 c. Perubahan Fisik Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perubahan Fisik Remaja Putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Perubahan Fisik Frekuensi (%) 1 Berubah 22 68,8 2 Tidak berubah 10 31,3 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014 Berdasarkan tabel 4.3 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri telah mengalami perubahan fisik yaitu sebanyak 22 responden (68,8%) d. Informasi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Informasi Tentang Pubertas di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Informasi Frekuensi (%) 1 Pernah 24 75,0 2 Tidak Pernah 8 25,0 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014 Berdasarkan tabel 4.4 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri pernah mendapatkan informasi yaitu sebanyak 24 responden (75,0%)

42 e. Sikap Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya No Pengetahuan Frekuensi (%) 1 Baik 17 53,1 2 Kurang 15 46,9 Jumlah ,0 Sumber: Data Primer diolah Tahun 2014 Berdasarkan tabel 4.5 diatas maka dapat dilihat bahwa dari 32 responden yang diteliti ditemukan sebagian besar remaja putri memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 17 responden (53,1%) 2. Analisa Bivariat a. Pengaruh Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Pubertas Tabel 4.6 Pengaruh Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Pubertas Di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Pubertas Uji No Pengetahuan Pubertas Tidak Jumlah Statisti Pubertas f % f % f % ρ-value 1 Tinggi 16 88,9 2 11, Rendah 6 42,9 8 57, ,008 Jumlah 22 68, , Signifikasi: ρ-value < 0,05 Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dari 18 responden yang mendapat Pengetahuan Yang tinggi terdapat 16 responden (88,9%) yang sudah mengalami pubertas. Dari 14 Responden yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 8 responden (57,1%) yang belum mengalami Pubertas.

43 Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,008 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara penegtahuan dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. b. Pengaruh Perubahan Fisik Remaja Putri Terhadap Pubertas Tabel 4.7 Pengaruh Perubahan Fisik Remaja Putri Terhadap Pubertas Di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Pubertas Uji No Perubahan Tidak Jumlah Statisti Pubertas Fisik Pubertas f % f % f % ρ-value 1 Berubah 20 90,9 2 9, Tidak Berubah 2 20,0 8 80, ,000 Jumlah 22 68, , Signifikasi: ρ-value < 0,05 Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dari 22 responden yang mengalami Perubahan fisik terdapat 20 responden (90,9%) yang sudah mengalami pubertas. Dari 10 Responden yang tidak mengalami perubahan fisik terdapat 8 responden (80,0%) yang tidak mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,000 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara perubahan fisik dengan pubertas

44 pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. c. Pengaruh Informasi Remaja Putri Terhadap Pubertas Tabel 4.8 Pengaruh Informasi Remaja Putri Terhadap Pubertas Di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Pubertas Uji No Informasi Pubertas Tidak Jumlah Statisti Pubertas f % f % f % ρ-value 1 Pernah 20 83,3 4 16, Tidak pernah 2 25,0 6 75, ,005 Jumlah 22 68, , Signifikasi: ρ-value < 0,05 Berdasarkan tabel 4.8 diatas, dari 24 responden yang pernah mendapat informasi terdapat 20 responden (83,3%) yang mengalami pubertas. Dari 8 Responden yang tidak pernah mendapat informasi terdapat 6 responden (75,0%) yang tidak mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,005 berarti kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara Informasi dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

45 d. Pengaruh Sikap Remaja Putri Terhadap Pubertas Tabel 4.9 Pengaruh Sikap Remaja Putri Terhadap Pubertas Di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Pubertas Uji No Sikap Pubertas Tidak Jumlah Statisti Pubertas f % f % f % ρ-value 1 Baik 16 94,1 1 5, Kurang 6 40,0 9 60, ,001 Jumlah 22 68, , Signifikasi: ρ-value < 0,05 Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dari 17 responden yang mendapat sikap Yang baik terdapat 16 responden (94,1%) yang mengalami pubertas. Dari 15 Responden yang memiliki sikap yang kurang terdapat 9 responden (60,0%) yang belum mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,001 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara sikap dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.

46 C. Pembahasan 1. Pengaruh Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Pubertas Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi remaja putri tentang pubertas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 diatas, dari 18 responden yang mendapat Pengetahuan yang tinggi terdapat 16 responden (88,9%) yang sudah mengalami pubertas, 2 responden (11,1%) belum mengalami pubertas. Dari 14 Responden yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 6 responden (42,9%) yang sudah mengalami pubertas, dan 8 responden (57,1%) yang belum mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,008 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara penegtahuan dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress) karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seseorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.

47 Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmodjo,2007). Penelitian yang dilakukan oleh Asmianifa (2010) tentang pengaruh pengetahuan pada remaja tentang pubertas di SMP Negeri 2 Semarang. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan mempengaruhi remaja saat pubertas. Dari hasil penelitian yang didapatkan peneliti berasumsi bahwa tingginya pengetahuan siswi tentang pubertas dipengaruhi oleh informasi. Hal ini sejalan dengan teori dari Notoatmodjo (2007) yang menyebutkan bahwa Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

48 Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa ada pengaruh antara pengetahuan remaja putri terhadap pubertas. 2. Pengaruh Perubahan Fisik Remaja Putri Terhadap Pubertas Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa perubahan fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi remaja putri tentang pubertas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7 diatas,, dari 22 responden yang mengalami Perubahan fisik terdapat 20 responden (90,9%) yang sudah mengalami pubertas, dan 2 responden (9,1) yang belum mengalami pubertas. Dari 10 Responden yang tidak mengalami perubahan fisik terdapat 2 responden (20,0%) yang sudah mengalami pubertas, dan 8 responden (80,0%) yang tidak mengalami Pubertas. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai ρ-value 0,000 berarti lebih kecil dari nilai α-value (0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh antara perubahan fisik dengan pubertas pada remaja putri di SMP Negeri I Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial.

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan 6 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Menurut Effendy (2001, p. 232), pengertian pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikologi. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, masa ini juga disebut suatu

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Data demografi menunjukan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja diawali dari suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010 IDENTITAS RESPONDEN : 1. NAMA : 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri Willoughby, King & polatajko (1996, dalam Wong,et al 2009, hlm 121) mengemukakan bahwa konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

Rina Indah Agustina ABSTRAK

Rina Indah Agustina ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSEPSI PERILAKU SEKSUAL MAHASISWASEMESTER II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Rina Indah Agustina ABSTRAK Remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menempati urutan nomor 4 di dunia dalam hal jumlah penduduk, dengan remaja sebagai bagian dari penduduk yang ada. Propinsi Jawa Barat pada tahun 2005 dihuni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SELAMA MENSTRUASI PADA SISWI SMP N I KEBONARUM KABUPATEN KLATEN Skripsi ini disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita di masa pubertas sekitar usia tahun. Menarche merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menarche merupakan perdarahan pertama kali dari uterus yang terjadi pada wanita di masa pubertas sekitar usia 10-16 tahun. Menarche merupakan perubahan yang menandakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka. 1. Pengetahuan. Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menarche merupakan menstruasi pertama yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK SIKAP REMAJA PUTRI USIA -5 TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG Devi Gurita Melati, Septi Fitrah N,SST, Fikri Mubarok, S.Kep.,Ns Program Studi D Kebidanan STIKES Pemkab Jombang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Menurut beberapa ahli, selain istilah

Lebih terperinci

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA Ita Rahmawati 1 INTISARI Perubahan tanda-tanda fisiologis dari kematangan seksual yang tidak langsung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Defenisi Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh. BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja keadaan fisik, psikologis, dan seksualitas akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting sekali dalam perkembangan seseorang remaja putri. Pada tahap ini remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KESEHATAN REPRODUKSI by Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis dan

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Definisi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 213 PERMATA SHANTI Mahasiswa Pada STiKes Ubudiyah Banda Aceh Abtract Menarche

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan peran teman sebaya dengan

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan peran teman sebaya dengan BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep Kerangka penelitian ini menggambarkan hubungan peran teman sebaya dengan perubahan fisik pada masa remaja, dimana variabel independent adalah peran teman sebaya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia

Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Kompetensi Dasar 1.2. Mendeskripsikan tahapan perkembangan manusia RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 1 X 40 (1 x Pertemuan) Standar Kompetensi 1. Memahami

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perkembangan bentuk tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu perkembangan tersebut adalah perkembangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 Ajeng Novita Sari Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK Hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Maulana.2009.hlm 194). 1. Tingkat Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Defenisi Remaja Remaja merupakan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa. Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Remaja sudah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN Kepada, Yth. Calon Responden di tempat. Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi DIV Bidan Pendidik, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah seksual telah menjadi problematika sosial di kalangan masyarakat. Masalah tersebut tidak sekedar berwujud dalam satu bentuk, tetapi ada beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hamil Usia Dini Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada remaja putri berusia

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENELITIAN PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN MEMERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS Nurhayati* Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang mempunyai prevalensi

Lebih terperinci

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013 PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013 Dina Indarsita 1, Mariaty S 2, Ravina Primursanti 1 1 Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MURID KELAS III SDN 32 BEURAWE BANDA ACEH TAHUN 2012 OVA SATYA Mahasiswi Kebidanan STIKes U Budiyah Banda Aceh INTISARI Berdasarkan data membuktikan ada

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa yang lebih dewasa. Ia memandang dunianya seperti apa yang ia inginkan, bukan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Seksual pra nikah 2.1.1. Pengertian Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2) P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:209-217 PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN SEKS BEBAS DI SEKOLAH

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam skala global. Pada tahun 2005, terdapat 1.21 miliar

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 3 KOTA Irma Harahap 1 *, Erris 2 1 Akademi Keperawatan Jambi 2 Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan *Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Populasi dunia saat ini sekitar 6,7 miliar dan sepertiganya adalah remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (knowledge) a. Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR Fitryana. M Mahasiswi Pada STIKes

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 Fahmi Fuadah 1 1 Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4 1. Apabila seorang telah berpikir kritis dan menetapkan pendirian dalam mengambil keputusan, dia berada dalam tahap perkembangan...

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.3 1. Berikut adalah salah satu ciri perubahan fisik wanita pada masa puber, kecuali.. Membesarnya payudara Melebarnya bagian pinggul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran orang tua baik ayah maupun ibu, dalam pertumbuhan dan perkembangan anak menuju dewasa sangat berpengaruh dan dapat menentukan bagaimana kesehatan anak di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Dapat menjadi bahan bacaan dan refrensi untuk penelitian lebih lanjut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2002), pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu mendapat perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap anak memiliki keunikan pada setiap fase perkembangannya. Anak adalah titipan dari Tuhan yang perlu dijaga dan dibimbing dengan baik agar dapat mencapai perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci