SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB III PEMBIAKAN TANAMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB III PEMBIAKAN TANAMAN"

Transkripsi

1 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB III PEMBIAKAN TANAMAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

2 BAB III. PEMBIAKAN TANAMAN Kompetensi Inti : Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) : Membiakkan Tanaman Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) : 1. Menganalisis kriteria pohon induk 2. Membiakkan tanaman secara mencangkok 3. Membiakkan tanaman secara okulasi 4. Membiakkan menggunakan bagian generatif tanaman 5. Mematahkan dormansi benih karena faktor inhibitor 6. Mematahkan dormansi karena faktor kulit biji keras 7. Mematahkan dormansi benih secara kimia Uraian Materi Pohon Induk (Mather Plant) Pohon induk adalah tanaman pilihan yang dipergunakan sebagai sumber bahan setek, cangkok, atau batang atas (entres/budwood) pada sistem penempelan (budding) atau penyambungan (grafting). Pohon induk dapat berupa tanaman kecil ataupun tanaman besar yang sudah berbuah (produktif) yang berasal dari pembiakan vegetatif (asexual) atau tanaman dewasa yang telah berbuah yang dibiakkan dari biji setelah dilakukan evaluasi terhadap keunggulannya. Persyaratan pohon induk Tanaman induk harus memiliki sifat unggul dalam hal produksi dan kualitas buah serta memiliki ketahanan terhadap cekaman lingkungan (lahan kering, tergenang, atau tanah masam) dan serangan organisme penggangu tanaman (OPT). Nama kultivar pohon induk dan asal-usulnya (nama pemilik, tempat asal) harus jelas, sehingga memudahkan 1

3 pelacakannya. Tanaman induk yang berasal dari biji harus sudah berproduksi minimal lima musim untuk mengetahui kemantapan sifat unggul yang dibawanya secara alami (genetik). Pohon induk ditanam dalam kebun yang terpisah dari tanaman lain, baik tanaman sejenis ataupun tidak sejenis tetapi dalam satu keluarga yang dapat menjadi sumber penularan serangan hama dan kejadian penyakit, atau terjadinya penyerbukan silang, terutama untuk pohon induk yang akan diperbanyak melalui biji (generatif). Kebun tanaman induk adalah kebun yang ditanami dengan beberapa jenis dan kultivar unggul sebagai sumber penghasil bahan setek, cangkok, atau batang atas (mata tempel atau cabang entres) untuk perbanyakan tanaman dalam jumlah besar. Pohon induk yang ditanam umumnya berasal dari perbanyakan vegetatif (tempel, sambung, susuan, cangkok, dan setek) dan memenuhi persyaratan sebagai pohon induk. Lokasi pohon induk sebaiknya tidak jauh dengan lokasi pembibitan untuk memudahkan dalam pelaksanaan perbanyakan bibit. Kebun tanaman induk sekaligus sebagai kebun produksi. Ada dua sistem penanaman pohon induk pada suatu kebun induk, yaitu; Kebun induk yang ditanam dengan jarak tanam lebih rapat atau lebih luas (sesuai rekomendasi), misalnya untuk tanaman rambutan atau mangga, dimana untuk kebun produksi biasanya berjarak tanam 10x10 m dan untuk jeruk 6x6m atau 6x8m, sedangkan pada kebun sebagai pohon induk berjarak tanam rapat cukup 3x3 m atau 3x5 m. Dengan jarak tanam yang rapat dapat diperoleh lebih banyak pohon induk dalam suatu areal yang luasnya sama, sehingga produksi bahan setek, cangkok, dan mata tempel (budwood) atau pucuk (entres) sebagai bahan sambungan yang dihasilkan akan lebih banyak, akan tetapi pohon induk tersebut harus selalu dipangkas dan tidak untuk dibuahkan, sebaliknya untuk pohon induk yang ditanam lebih jarang dapat dibuahkan. Pencarian kultivar tanaman sebagai pohon induk untuk mendapatkan jenis tanaman unggul dapat dilakukan dengan cara: 2

4 (1). Eksplorasi, adalah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara melacak suatu tanaman ke daerah sentra budidayanya sampai yang tumbuh liar di hutan. (2). Promosi, adalah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara mengadakan kejuaraan buah unggul kemudian ditetapkan pemerintah sebagai kultivar unggul nasional. (3). Introduksi, adalah kegiatan pencarian pohon induk dengan cara mendatangkan atau mengenalkan jenis buah yang terbukti unggul dari daerah atau negara lain. Cara ini merupakan jalan pintas untuk mempercepat perolehan bahan tanaman yang telah diketahui sifat keunggulannya. Hal yang harus diperhatikan adalah kesesuaian keadaan iklim, tanah, dan cara budidaya pada tempat tumbuh asalnya dengan keadaan tempat tanam yang baru, agar kualitasnya tetap baik. Masalah yang mungkin muncul adalah adanya hama dan penyakit yang sebelumnya tidak diketahui di daerah asalnya, tetapi muncul setelah tanaman tersebut ditanam di tempat yang baru. Sebagai contoh adalah durian bangkok dari Thailand yang diintroduksi ke Indonesia seperti Chanee dan Monthong. Jenis ini rata-rata tidak tahan terhadap penyakit busuk akar dan busuk leher batang atau kanker batang. Membiakkan tanaman secara mencangkok (air layering/layerage) Mencangkok adalah membiakkan tanaman dengan cara mengupas kulit cabang dan membuang jaringan kambium serta membungkus bagian yang sudah dibuang kambiumnya dengan media tanam. Tujuan pelukaan dan pembuangan jaringan kambium adalah memutus aliran zat makanan dari daun menuju bagian bawah keratan sehingga terkumpul di bagian atas keratan yang berakibat terbentuknya akar. Keuntungan teknik pembiakan cara mencangcangkok ini diantaranya; Tidak memerlukan batang bawah dan batang atas, Relatif mudah dilakukan oleh petani dan keberhasilannya lebih tinggi karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Lebih cepat berbuah karena cabang/ranting sudah relatif dewasa. 3

5 Produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya. Di samping keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan/kerugian pembibitan dengan sistem cangkok. Pada musim kemarau panjang, tanaman tidak tahan kekeringan. Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang. Pertumbuhan selanjutnya sistem percabangan tanaman kurang simetris Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Dalam satu pohon induk jumlah cangkokan yang dihasilkan relatif terbatas, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak dapat dilakukan dengan cara ini. Media untuk mencangkok dapat menggunakan cocopeat (serbuk sabut kelapa) ataupun cacahan sabut kelapa. Dapat pula digunakan campuran kompos/pupuk kandang dengan tanah(1:1). Kalau di sekitar kebun ada tanaman bambu, maka tanah di bawah pohon bambu yang telah bercampur serasah daun bambu yang sudah membusuk dapat juga digunakan untuk media cangkok. Waktu pelaksanaan mencangkok sebaiknya pada awal musim hujan, sehingga cangkokan tidak akan kekeringan. Selain itu dengan mencangkok di awal musim hujan akan tersedia waktu untuk menanam hasil cangkokan pada musim itu juga. 1. Teknik mencangkok secara konvensional Pertama-tama harus dipilih cabang/ranting yang sehat dan kuat atau sudah berkayu yang tumbuh menghadap ke atas. Ukuran diameter cabang/ranting sekitar 0,5 2 cm, tidak lebih kecil dari ukuran pensil dan panjang cabang/ranting yang dicangkok cm. Cabang/ranting yang terlalu besar dan panjang akan merusak tajuk tanaman induk. Warna kulit cabang sebaiknya dipilih berwarna coklat muda, hijau kecoklatan, atau kelabu kecoklatan tergantung jenis tanaman. Cabang kemudian disayat dengan pisau secara melingkar dan dibuat memanjang ke bawah sepanjang 3 5 cm atau dua kali diameter cabang. Kemudian kulitnya dikelupas sehingga bagian kambium yang seperti 4

6 lendir tampak jelas. Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik dengan mata pisau sehingga bersih atau kering. Pada tanaman yang bergetah, cabang yang sudah dikerik dibiarkan dahulu hingga getah mengering. Setelah getah mengering, pada keratan bagian atas dapat diolesi dengan zat perangsang akar seperti rooton F atau growton (banyak dijual di toko pertanian). Siapkan dan atur lembaran plastik (kantong plastik yang sudah dibuka/dibelah) atau sabut kelapa melingkar menyelubungi batang di bagian bawah keratan (1-2 cm). Posisi lembaran plastik menghadap ke arah bawah, kemudian diikat dengan tali plastik atau rafia. Balik posisi kantong plastik ke arah berlawanan/keatas, sehingga akan diperoleh ikatan tali plastik di dalam lembaran plastik (ikatan bagian bawah tidak kelihatan dari luar/lebih rapi). Selanjutnya bekas sayatan ditutup dengan media cangkok yang lembap, media diatur penempatannya agar rata menutupi luka keratan sampai melewati luka keratan bagian atas (1-2 cm). Lakukan pengikatan bagian atas dan bagian tengah plastik (kalau dibutuhkan). Cangkokan harus dirawat dengan cara disiram dengan air secara rutin agar tidak kering atau di bagian atas cangkokan diberi kantong plastik berisi air dengan memberi lubang pada bagian bawah kantong. Biasanya setelah 2 3 bulan, pada cangkokan yang berhasil akan tumbuh akar. Mekanisme munculnya akar pada cangkokan karena aliran zat makanan (karbohidrat) dan auksin (hormon yang mendorong keluarnya akar) dari daun ke bagian bawah tanaman tertahan di bagian atas keratan sehingga terjadi penimbunan zat makanan (karbohidrat) dan hormon yang mengakibatkan terbentuk kalus yang nantinya berkembang menjadi akar tanaman. 5

7 Gambar. Proses pencangkokan secara konvensional, A. Pengupasan kulit batang, B. Pengikatan lembaran plastik di bawah kulit batang yang dikupas, C. Pengisian media ke dalam plastik, D. Bagian yang dicangkok sudah terbungkus media tanam. Apabila akar sudah memenuhi media, daun pada cabang/ranting yang dicangkok terlihat segar cangkokan dianggap berhasil. Cangkokan sudah dapat dipotong atau disapih dari induknya. Pemotongan cangkokan dilakukan dengan menggunakan gunting stek atau gergaji di bawah ikatan cangkok. Setelah dipotong dari induknya sebagian daun dikurangi untuk menghindari penguapan yang berlebihan. Potong 1/2 1/3 helai daun dari seluruh daun yang ada dengan gunting stek. Plastik pembungkus media dilepaskan. Hasil cangkokan disemaikan lebih dahulu selama 3 4 minggu dalam bak-bak berisi pasir halus yang diatasnya diberi mulsa atau cangkokan dapat langsung ditanam dalam polybag dan ditempatkan pada tempat teduh yang tidak terkena matahari dan hujan secara langsung. Setiap cangkokkan sebaiknya diberi ajir penegak agar tidak rebah akibat angin. Media pesemaian cangkok di polybag dapat digunakan campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1: 2. Selanjutnya polybag ini ditempatkan di tempat yang 6

8 terlindung sampai cangkokan menjadi segar kembali, setelah cangkokan dapat ditanam di Lahan terbuka (kebun) atau dipasarkan. berumur 3 4 bulan 2. Teknik mencangkok dengan media dalam kantong plastik Teknik mencangkok dengan media dalam kantong plastik hampir sama dengan cara mencangkok yang konvensional, perbedaannya adalah media cangkok yang digunakan adalah cocopeat (serbuk sabut kelapa) yang tersedia di toko pertanian atau sabut kelapa yang sudah diberi perlakukan sendiri, sudah lebih duhulu dimasukkan ke dalam kantong plastik. Perlakuan sabut kelapa meliputi langkah-langkah sebagai berikut. Sabut kelapa dikupas atau dipisahkan dengan bagian kulit luarnya yang keras, yang digunakan hanya sabut kelapa tanpa kulitnya. Sabut kelapa direndam dalam air, paling lama 1 minggu agar melunak sehingga mudah dipisah-pisahkan dan hilang kandungan zat yang ada di sabut kelapa tersebut, karena zat tersebut dapat menghambat pembentukan akar tanaman. Untuk pemakaian cocopeat tanpa melalui perendaman dalam air (dapat langsung digunakan). Sabut kelapa dijemur dan dipisahkan serat-seratnya, maka sabut kelapa tersebut sudah siap digunakan, atau sabut kelapa dapat dipotong-potong lebih kecil,. tambahkan zat perangsang pertumbuhan, atau pupuk, atau vitamin. Zat perangsang tumbuh (ZPT) yang dapat digunakan contohnya Atonik, vitamin contohnya Liquinox Start (Vitamin B-1), diberikan dengan konsentrasi 2 ml untuk 1 liter air. Contoh penggunaan media: 2 kg serbuk sabut kelapa kering dicampur dengan 1 liter air yang sudah dicampur dengan 1 3 ml ZPT, kemudian diratakan hingga diperoleh campuran yang basah. Media cangkok dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran ¼ kg untuk diameter batang yang kecil (1-3 cm) dan ½ kg untuk diameter batang yang lebih besar (ukuran kantong plastik disesuaikan dengan diameter batang yang akan dicangkok). Isikan media dan padatkan sampai ¾ volume plastik, kemudian tarik ujung kantong plastik dan ditalikan. Dari 2 kg media akan dihasilkan media dalam kantong plastik. 7

9 Media dalam kantong plastik tersebut tahan sampai dengan 1 bulan. Cara penggunaan media tersebut tinggal menyobek/ mengiris memanjang satu sisi kantong plastik dan sisi sobekan tadi dimasukkan dari bagian bawah luka bila posisi batang melintang atau datar, pada posisi batang tegak memasukkan bebas, kemudian di-selubungkan secara merata ke keratan batang tanaman. Pada batang tanaman dilakukan pengikatan, agar media berada pada posisi yang benar, letak sobekan menghadap ke atas (bila posisi batang mendatar) dan media rata menyelubungi/ menutup keratan/ luka di batang tanaman). Gambar. Proses pencangkokan konvensional yang dimodifikasi, A. Pengupasan kulit batang, B. Pembukaan kantong plastik berisi media, C. Cabang yang sudah dikupas kulitnya dibungkus media. Dengan teknik ini diperoleh keuntungan antara lain: (1). Pencangkokan lebih cepat dan ringkas, (2). Jumlah tanaman yang dicangkok dapat lebih banyak per satuan waktu. (3). Persediaan media dalam kantong plastik mudah dibawa kemana-mana dan mudah dipakai sewaktu-waktu. 8

10 Faktor penentu keberhasilan mencangkok adalah kebersihan kambium pada bidang keratan (kulit yang dikelupas). Apabila pada saat pengerikan kambium kurang bersih, maka fotosintat dari daun akan tetap mengalir ke bagian bawah keratan, sehingga akar yang diharapkan tidak akan tumbuh. Faktor penentu keberhasilan lainnya adalah kelembapan media harus tetap terjaga, aerasi baik, suhu lingkungan hangat. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman meliputi: (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih pohon induk, umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, sudah berproduksi, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembap sepanjang waktu. Pembiakan tanaman secara okulasi Okulasi adalah salah satu cara pembiakan tanaman dengan teknik menempelkan mata tunas (budding). Prinsip okulasi adalah menggabungkan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satu tanaman baru setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau bidang tautan. Tanaman yang berfungsi sebagai batang bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima mata tunas disebut batang bawah (rootstock atau understock). Bagian batang atau cabang tanaman yang akan diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah disebut batang atas (scion) atau entres. Berdasarkan bentuk sayatan pada batang bawahnya dikenal beberapa cara penempelan, yaitu forkert, T, inverted T, I, dan chip budding. Okulasi (Forkert Budding) adalah cara penempelan dimana mata tunas disisipkan pada batang bawah dengan sayatan berbentuk jendela. Sayatan untuk mata tunas secara umum bentuknya sama yaitu persegiempat atau meruncing (bentuk baji) dengan kayu yang melekat ditiadakan, kecuali untuk cara chip budding, kayu sayatan mata tunas tidak dihilangkan. Syarat batang bawah untuk okulasi 9

11 Kriteria tanaman yang baik untuk dijadikan batang bawah pada perbanyakan dengan sistem penyambungan adalah (1) perakarannya kuat dan dalam serta tahan terhadap keadaan tanah yang kurang menguntungkan seperti cekaman air dan hama dan penyakit yang ada dalam tanah, (2) mampu beradaptasi dan tumbuh kompak dengan batang atasnya, (3) tanaman dalam kondisi sehat, (4) tidak mengurangi atau memengaruhi kualitas dan kuantitas batang atas (tanaman yang disambungkan). Batang bawah umumnya dibiakkan menggunakan biji. Kriteria biji yang baik untuk disemai dan dijadikan batang bawah adalah berukuran besar, berat, bernas (warna kulit cerah), dan cukup tua (tidak keriput), serta baru dikeluarkan dari dalam buah. Kultivar liar yang tahan terhadap cekaman lingkungan dengan kualitas buah yang kurang baik tetapi berbiji besar dapat digunakan sebagai batang bawah. Varietas durian yang baik khusus untuk batang bawah yaitu varietas bokor dan siriwig, karena biji besar sehingga mampu menghasilkan sistem perakaran yang baik dan tahan terhadap busuk akar. Kultivar tanaman buah yang direkomendasikan sebagai batang bawah dapat dilihat pada Tabel 1. Ukuran batang bawah diupayakan berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 6 9 bulan. Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik), sel-sel kambiumnya aktif membelah sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya mata tempel ke batang bawah. Batang bawah dipupuk dengan Urea 1 2 minggu sebelum penempelan dan dilakukan penyiraman apabila hari tidak hujan sehingga media tanam selalu lembap. Komposisi media tanam adalah tanah, pupuk kandang, sekam padi (1:1:1). Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang mempunyai kekuatan selama periode sejak biji disemai sampai bibit hasil okulasi berumur 3 bulan (1-2 tahun). Tabel 1. Jenis, Kultivar Tanaman buah, Cara ekstraksi, dan perlakuan biji sebelum disemai 10

12 Jenis/Kultivar Cara ekstraksi Perlakuan Keterangan Rambutan Kultivar Si Nyonya Kultivar lain berbiji besar Kulit buah dikerat membujur dibagian tengah buah memutar agar buah mudah dikeluarkan 1. Biji beserta daging buah di masukan dalam ember platik ditutup rapat 1-2 hari 2. Biji dicuci bersih untuk menghilangkan daging buah 3. Biji direndam dalam larutan fungisida 0.2% selama 5-10 menit dan siap disemai Untuk menghilangk an daging buah dapat dibantu dengan menambahka n abu gosok Mangga Kultivar Mangga Keong Kultivar Madu Kultivar Golek Mangga dikupas, daging buah disayat, tinggalkan bijinya 1. Biji dimasukkan dalam kaurng goni basah dan diperam 2-3 hari 2. Kulit keras dari biji dibuka dengan gunting pangkas 3. Biji direndam dalam larutan fungisida 0.2% selama 5-10 menit dan siap disemai Kulit ari biji juga sebaiknya dihilangkan Jeruk Kultivar Rough Lemon Kultivar Japanis Citrus Kultivar Ponsirus trifoliata Buah dkerat dibagian tengah, biji dikeluarkan 1. Biji langsung dicuci dengan air bersih dan dikering anginkan 2. Kulit biji dilepaskan 3. Biji direndam dalam larutan fungisida 0.2% selama 5-10 menit dan siap disemai Biji jeruk mudah sekali rusak sehingga harus segera disemai Setelah periode tersebut polybag harus diganti dengan ukuran yang lebih besar (20x30 cm), atau langsung ke polybag 30x40 cm tergantung permintaan pasar. Ukuran polybag harus proposional dengan ukuran tanaman, kecuali untuk alasan pengangkutan jarak jauh diperlukan efisiensi tempat sehingga digunakan polybag yang lebih kecil dari biasanya. 11

13 Selain ditanam dalam polybag, biji juga dapat dikecambahkan lebih dahulu, kemudian langsung ditanam pada bedengan dengan jarak antarbaris semai cm dan dalam barisan semai cm. Jarak tanaman semai ini dipengaruhi oleh jenis tanam, umur okulasi, dan kemudahan dalam perawatan dan pelaksanaan okulasi. Syarat batang atas untuk okulasi Entres yang baik adalah yang cabang/rantingnya dalam keadaan tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (setengah berkayu). Warna kulitnya coklat muda kehijauan, hijau tua, atau abu-abu muda, tergantung jenis tanaman. Entres yang diambil dari cabang yang terlalu tua pertumbuhannya lambat dan persentase keberhasilannya rendah. Besar diameter cabang untuk entres ini harus sebanding dengan besarnya batang bawahnya. Cabang entres (budwood) untuk okulasi sebaiknya tidak berdaun (daunnya sudah rontok atau dirontokkan). Pada tanaman tertentu sering dijumpai cabang entres yang masih ada daun melekat pada tangkai batangnya. Untuk itu perompesan daun harus dilakukan dua minggu sebelum pengambilan cabang entres. Dalam waktu dua minggu ini, tangkai daun akan luruh dan pada bekas tempat melekatnya (daerah absisi) akan terbentuk kalus penutup luka yang dapat mencegah masuknya mikro-organisme penyebab penyakit (patogen). Syarat lain yang perlu diperhatikan pada waktu pengambilan entres adalah kesuburan dan kesehatan pohon induk. 12

14 Gambar 2. Ukuran cabang/ranting tanaman jeruk sebagai entres (budwood) sepanjang cm Untuk meningkatkan kesuburan pohon induk, biasanya tiga minggu sebelum pengambilan batang atas dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK. Kesehatan pohon induk ini penting karena dalam kondisi sakit, terutama penyakit sistemik mudah sekali ditularkan pada bibit. Entres diambil setelah kulit kayu cabangnya dengan mudah dapat dipisahkan dari kayunya (dikelupas). Bagian dalam kulit kayu ini (kambium) akan tampak berair, ini menandakan kambiumnya aktif, sehingga bila mata tunasnya segera diokulasikan akan mempercepat pertautan dengan batang bawah. Faktor yang menunjang keberhasilan okulasi Waktu terbaik pelaksanaan okulasi adalah pada pagi hari, antara pukul pagi, terutama bila batang bawah yang digunakan ditanam langsung dalam bedengan di lapangan. Sedangkan batang bawah yang ditanam dalam polybag, okulasi dapat dilakukan sepanjang hari pada tempat yang teduh. Pada pagi hari, tanaman dalam kondisi paling vigor dan sedang aktif berfotosintesis sehingga metabolisme tanaman dalam keadaan optimal dan aktifitas kambium juga dalam kondisi aktif. Di atas pukul siang daun sedikit mulai layu karena turgor tanaman menurun. 13

15 Alat yang dapat digunakan dalam okulasi dapat berupa pisau okulasi, cutter kecil, atau silet, gunting okulasi, serta tali plastik/rafia. Kebersihan dan ketajaman alat okulasi yang akan digunakan penting dijaga. Sterilisasi alat okulasi dapat menggunakan alkohol 65% atau spiritus. Cara okulasi a) Perlakuan pendahuluan Batang bawah dengan polybagnya dipegang dan diangkat sedikit ke atas lalu ditekan miring ke bawah sehingga posisi tanaman dan polybagnya menjadi miring ke arah luar, agar memudahkan mencari posisi batang yang akan ditempel dan pengerjaan penempelan, gerakan ini juga mampu menjatuhkan embun/ air yang melekat di daun, agar lebih banyak embun/air yang jatuh, gerakan batang bawah sekali lagi dengan tangan. Batang bawah dibersihkan dari kotoran/debu dengan cara mengusap dengan ibu jari dan telunjuk tangan kita pada bagian yang akan dibuat sobekan untuk okulasi. b) Pembuatan sayatan untuk tempat menempel entres Bagian batang bawah yang akan dijadikan tempat okulasi harus diperhatikan dengan seksama. Ketinggian tempat okulasi atau tempat sayatan/ kupasan/ sobekan 5 15 cm dari pangkal batang. Apabila okulasi terlalu rendah sulit dilakukan secara teknis, tetapi sebaliknya jika terlalu tinggi, tunas-tunas yang muncul pada batang bawah akan lebih cepat pertumbuhannya sehingga mengalahkan pertumbuhan mata tempel yang diokulasikan. Penyayatan kulit batang bawah pada okulasi berupa jendela (segi empat) dengan cara mengerat kulit secara horisontal dan vertikal kemudian kulit dibuka kekanan atau kekiri, dapat juga dibuka ke atas atau dari atas ke bawah. Kemudian kulit yang telah terbuka dipotong setengahnya. Ukuran jendela disesuaikan dengan ukuran mata tempel yang diambil dan tergantung pada besar kecilnya diameter batang bawah dan diseimbangkan dengan besar kecilnya entres. Selanjutnya mata tempel diselipkan pada sayatan batang bawah. 14

16 Jika terjadi kegagalan dalam okulasi, dapat dilakukan okulasi ulang pada bidang lain pada batang bawah setelah 3 minggu. Okulasi pada batang bawah yang sama dapat dilakukan berulang hingga 2 3 kali. Kalau itupun gagal dapat digunakan alternatif dengan teknik sambung pucuk atau kita menunggu tanaman tumbuh lebih tinggi. c) Pengambilan mata entres Kriteria mata entres yang baik dari segi ukuran: Mata entres yang sudah plast/mekar(tidak bagus). Mata entres yang besar tapi belum plast/sedang/bentuknya sudah menonjol (terbaik untuk ditempel). Mata tunas kecil/dormant/ istirahat (dapat digunakan tapi agak lama melekatnya dan pertumbuhannya juga relatif lama). Kriteria mata entres yang baik dari segi pengerjaan dan bentuk yaitu; Mudah dikupas kulitnya (menandakan bawah kambiumnya/ jaringannya aktif. Kelihatan bernas/ sehat/ segar. Diambil dari ranting yang berdiameter2-4 mm, atau diameternya sama dengan batang bawah. Warna kulit sama dengan warna kulit batang bawah (menunjukkan kesesuaian secara fisiologis). Pengambilan/pengupasan pola mata entres dari atas ke bawah, karena yang dilekatkan/yang menjadi faktor penentu tingkat keberhasilan adalah lekatan pola entres bagian bawah rapat dengan pola jendela di batang bawah. Atau dengan kalimat lain bahwa yang diperlukan adalah sisi bawah yang bersih, karena syarat mutlak agar tempelan jadi adalah pola mata entres harus melekat/menempel rapat pada sisi bawah dan salah satu sisi samping, sedangkan sisi atas dan sisi samping lainnya tidak melekatpun tidak apa-apa, tetapi lebih sempurna kalau semua sisi menempel rapat (tetapi keadaan tersebut sulit dicapai). Ukuran sayatan mata tempel sedikit lebih kecil dari ukuran sayatan batang bawah. 15

17 Batang disayat agak dalam sehingga menembus kayu. Tangan kiri memegang ranting yang akan diambil mata entresnya, ibu jari tangan kiri menahan ranting dan membantu mendorong ke arah atas saat silet ditangan kanan mulai bergerak membuat sayatan menembus kayu, panjang sayatan sekitar cm di atas mata entres dan cm di bawah mata entres (sayatan mata entes sepanjang sekitar cm), sayatan untuk pengambilan entres harus dengan satu gerakan mulus searah dan tidak boleh dengan gerakan terputus-putus. Setelah sayatan melewati mata entres, kemudian membuat keratan melingkar mengarah miring ke dalam menghubungkan kedua sisi sayatan bidang pola mata entres, untuk memisahkan mata entres dengan kayu dengan cara mengait pola dengan ujung silet atau dengan kuku jari dengan sontekan halus sehingga terlepaslah kulit yang membawa mata entres dengan kayu dan sayatan kayu tidak terlepas dari ranting. Apabila ranting yang terdapat mata entres terlalu kecil, biasanya kayu terikut dengan sayatan, kalau itu terjadi kita masih dapat memisahkan mata entres dengan kayu tersebut dengan sontekan ujung silet dengan hati-hati. Kemudian rapihkan irisan sisi bawah entres untuk menghindari irisan sisi bawah entres dari kotoran. Sayatan mata entres harus bersih dari kayu dan apabila dilihat tidak meninggalkan lubang di bekas kulit mata entres, maka sayatan mata entres tersebut siap untuk ditempelkan. c) Menempelkan mata entres ke sayatan batang bawah Ambil sayatan mata entres, masukkan, lekatkan, tempelkan, tancapkan dan tekan entres pada sisa sobekan di batang bawah. Prinsipnya semakin cepat penempelan dari pengambilan entres semakin baik, persentase keberhasilannya lebih tinggi. d) Pengikatan Ambil tali dan tarik tali plastik yang disiapkan untuk pengikatan, pengikatan dari bawah tempelan melingkar menuju ke atas dimulai sekitar 0.5 cm di bawah sayatan/jendela, tali plastik disusun saling tindih seperti menyusun genting, pengikatan dengan hati-hati jangan terlalu kencang (mengganggu proses penyatuan batang bawah dan entres), atau 16

18 kurang kencang/kendur (air dapat masuk ke luka tempelan, sehingga menginfeksi tempelan) gunakan perasaan dalam pengikatan. Pengikatan di dekat mata entres harus lebih hati-hati, ikat bagian bawah mata entres menuju bagian atas mata entres, ikat arah menyilang menuju bawah mata entres, ikat bagian bawah mata entres, kembali menyilang ke atas mata entres usahakan sekitar mata entres terikat sempurna sehingga air tidak masuk ke dalam tempelan. Lanjutkan pengikatan ke arah atas sampai ikatan menutupi 0.5 cm di atas luka sayatan batang bawah, lalu kunci ikatan dan tarik tali plastik dan potong/rapikan sisa tali plastik. Mata entres yang besar atau menonjol, misal pada durian tidak ditutup tali plastik saat pengikatan, tangkai daun dipotong penuh/biasanya tangkai daunnya sudah tanggal dengan sendirinya bila mata entres sudah besar. Mata entres yang masih kecil ditutup dengan tali plastik, tetapi disiasati dengan menyisakan potongan tangkai daun di bawahnya agak panjang sedikit, sehingga walaupun ditutup tapi sisa potongan tangkai daun masih mampu melindungi mata entres dari tekanan pengikatan tali plastik sehingga cukup ruang untuk tumbuh dan mata entres tidak patah. Jika mata tunasnya tidak menonjol seperti pada mangga dan jeruk, mata tunas boleh ditutup rapat dengan pita plastik. 5) Kegiatan sesudah okulasi a) Deteksi keberhasilan okulasi Setelah pelaksanaan penempelan selesai, dilakukan pemotongan pucuk (titik tumbuh) batang bawah untuk mendorong tumbuhnya mata tunas. Biasanya 2 3 minggu kemudian mata okulasi mulai tumbuh dan dimulailah pembukaan entres. Buka ikatan paling atas dengan silet dan dilanjutkan dengan memutar tali ikatan berlawanan dengan arah pengikatan secara perlahan dan hati-hati ke arah ikatan yang lebih bawah. Tanda dari keberhasilan okulasi adalah mata entres yang ditempelkan tetap hijau, segar, tidak kering, atau tidak patah. Mata tunas tumbuh, kalaupun belum kelihatan tumbuh dapat diamati dengan menggores sedikit permukaan sayatan mata entres yang kita 17

19 tempel, apabila tetap segar/hijau berarti okulasi berhasil. Tempelan yang gagal, mata tempelnya akan berwarna coklat kehitaman. Setelah mata tunas okulasi mempunyai 2 3 helai daun yang dewasa dan siap berfotosintesis, lakukan pemotongan batang bawah kira-kira 2 3 cm di atas mata okulasi. Agar pertumbuhan mata tunas hasil okulasi tidak terganggu, tunas yang tumbuh dari batang bawah harus dibuang. b) Pemeliharaan bibit setelah okulasi Penyiraman paling lama 2 hari sekali, dilihat ada tidaknya hujan. Perlu diingat bahwa tanaman yang kita tempel mengalami pelukaan/stress sehingga memerlukan makanan, air, dan perawatan yang lebih. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun seperti Atonik, Metalik atau Gandasil D dengan kon-sentrasi 2 ml/l air atau menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 gram per tanaman yang dilakukan sebulan sekali. Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat hama. Biasanya Insektisida yang digunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2.5 EC, Reagent 50 SC atau Decis 2.5 EC, Matador, Kanon dengan konsentrasi 2 ml/l air. Perlu ditambahkan perekat semisal Suntick, apabila penyemprotan pada musim hujan. Hama yang menyerang tanaman di pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun. Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit lodoh/busuk daun, gejala bercak-bercak hitam pada permukaan daun, daun melipat dan melekat satu sama lainnya, selanjutnya daun menjadi kecoklatan, kering dan mati. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman di pembibitan terutama yang disebabkan oleh Rhizoctonia sp, Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp. Bibit yang terserang supaya tidak menular segera dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot dengan Antracol 70 WP, Dithane M WP, Benlate dengan konsentrasi 2 ml/l atau 2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali. 18

20 Gambar 3. Tahapan Pelaksanaan Penempelan Tanaman sistem Okulasi (Fokker) dan T terbalik. Gambar 4. Tahapan Pelaksanaan Chip budding Membiakkan menggunakan bagian generatif tanaman 19

21 Membiakan tanaman melalui biji (benih) dan spora (organ generatif) lebih banyak dilakukan pada kelompok tanaman sebagai sumber pangan dan tanaman keluarga pakupakuan. Organ generatif sebagai bahan pertanaman ini umumnya berukuran relatif kecil. Oleh karena itu, membiakkan melalui biji atau spora diperlukan pemilihan benih yang bermutu dan bersertifikasi (benih berlabel) serta dihasilkan oleh penangkar benih yang terpercaya. Mutu benih sebagai bahan pembiakan tanaman dapat dilihat dari label benih yang meliputi; daya tumbuh (berkecambah), kemurnian (true to type), kebersihan, kadar air, dan masa kedaluwarsa. Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya. Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses pertumbuhan embrio saat perkecambahan benih adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi pucuk dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Dalam budidaya tanaman menggunakan benih yang sangat penting diperhatikan adalah daya tumbuh benih (vigor benih). Pertumbuhan suatu benih sangat dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal) dimana benih itu ditanam. Oleh karena itu, dalam budidaya tanaman seringkali memperhitungkan keadaan musim yang berhubungan dengan faktor luar yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor-faktor yang memengaruhi perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan internal (genetik). Lingkungan tumbuh tanaman sendiri dapat dikelompokkan atas lingkungan biotik (tumbuhan lain, hama, penyakit, dan manusia), dan abiotik (media tumbuh dan iklim). Faktor Internal (Genetik) 20

22 Gen adalah faktor pembawa sifat menurun yang terdapat di dalam makhluk hidup. Komposisi gen (genotipe) pada setiap varietas tanaman berpengaruhi terhadap karakter varietas tersebut. Walaupun genotipe bukan satu-satunya faktor yang memengaruhinya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun setiap jenis (spesies) tanaman memiliki identitas genetik yang berbeda. Sebagai contoh, pertumbuhan embrio benih kelapa jauh lebih lambat dibandingkan dengan benih benih jagung. Demikian juga dengan pertumbuhan kecambah manggis jauh lebih lambat dibandingkan dengan rambutan atau mangga pada kondisi lingkungan yang sama. Faktor Ekternal Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkecambahan benih meliputi kelembapan media, suhu, oksigen atau udara, serta cahaya. 1. Kelembapan media Dalam kondisi kelembapan tanah cukup benih-benih yang ditanam mulai berkecambah. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman selanjutnya juga sangat dipengaruhi keadaan kelembapan tanah yang cukup dan untuk setiap jenis tanaman akan berbeda-beda. Kebutuhan air suatu tanaman selama masa pertumbuhan dan setiap fase pertumbuhan juga berbeda-beda. Kelembapan tanah dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan dapat dinyatakan dalam: 1) mm per tahun yang menyatakan tingginya air hujan yang jatuh tiap tahun. 2) banyaknya hari hujan per tahunnya yang menyatakan distribusi atau meratanya hujan dalam setahun. 2. Suhu; Suhu udara mempengaruhi kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum. Untuk tumbuhan daerah tropis suhu optimumnya berkisar C. Umur tanaman dari perkecambahan sampai tanaman dipanen sangat dipengaruhi jumlah akumulasi suhu yang diterima oleh tanaman dimana dibudidayakan. Oleh karena itu, tanaman yang dibudidayakan pada daerah yang bersuhu tinggi akan lebih cepat menua (panen) dibandingkan yang ditanam di daerah yang bersuhu lebih 21

23 rendah. Hal ini dimungkinkan proses-proses metabolisme tanaman lebih intensif pada suhu lingkungan yang lebih tinggi. 3. Cahaya matahari; Cahaya matahari (radiasi surya) mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui tiga sifat yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan lamanya penyinaran (panjang hari). Pengaruh ketiga sifat cahaya tersebut terhadap pertumbuhan tanaman adalah melalui pembentukan klorofil, pembukaan stomata, pembentukan antocyanin (pigmen merah) perubahan suhu daun atau batang, penyerapan hara, permeabilitas dinding sel, transpirasi dan gerakan protoplasma. Dalam budidaya tanaman, cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis tanaman. Pertanaman yang dibudidayakan di tempat terbuka akan menghasilkan fotosintat (produksi) lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang sama ditanam pada tempat yang terlindung. Namun demikian, beberapa jenis tanaman dapat dikelompokkan berdasarkan kebutuhan cahaya. Dormansi Benih Dormansi secara umum digambarkan sebagai suatu kondisi dimana benih tidak menunjukkan gejala tumbuh atau tidak mampu berkecambah sekalipun pada lingkungan yang mendukung untuk perkecambahan. Tipe Dormansi Dormansi dikelompokkan ke dalam 2 tipe, yaitu dormansi Fisik dan dormansi Fisiologis. 1. Dormansi Fisik Tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah: a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang 22

24 mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin. Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi benih. b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji. c. Adanya zat penghambat atau inhibitor Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan zat-zat penghambat. 2. Dormansi fisiologis (embrio) Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah. Cara-Cara Mematahkan Dormansi pada Kulit Benih yang Keras 1. Perlakuan Mekanis a. Skarifikasi atau membuka kulit biji 23

25 Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas empelas, membuka atau melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (gocangan) untuk benih-benih yang memiliki sumber gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. b. Tekanan Benis-benih dari sweet clover (Melilotus alba) dan alfafa (Medicago sativa) setelah diberi perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180C selama 5-20 menit ternyata perkecambahannya meningkat sebesar %. Efek tekanan terlihat setelah benih-benih tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi perbaikan perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit biji terhadap air. 2. Perlakuan Kimia Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Bahan kimia lain yang juga sering digunakan adalah: potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat, dan thiourea. Disamping itu dapat pula digunakan hormon tumbuh untuk memecahkan dormansi pada benih, antara lain adalah : cytokinin, gibberellin dan auxin. 3. Perlakuan Perendaman dengan Air Panas Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Prosedur yang umum digunakan adalah sebagai berikut : air dipanaskan sampai F, benih dimasukkan ke dalam air panas tersebut dan biarkan sampai menjadi dingin, selama beberapa waktu. 24

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

Cara Mencangkok Pohon Mangga

Cara Mencangkok Pohon Mangga Cara Mencangkok Pohon Mangga Alat-alat yang diperlukan : 1. Pisau yang kuat dan tajam. 2. Serabut kelapa atau plastik. 3. Tali pengikat atau memakai tali rafia. 4. Paku untuk menusuk bagian bawah plastik.

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN...2 A. Latar belakang...2

Lebih terperinci

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono A. Stek Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegatatif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian

Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Sambung Pucuk Pada Tanaman Durian Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP GRAFTING atau ent, istilah asing yang sering didengar itu, pengertiannya ialah menggambungkan batang bawah dan batang atas dari

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 4. Perlakuan Khusus. A. Deskripsi

Kegiatan Pembelajaran 4. Perlakuan Khusus. A. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran 4. Perlakuan Khusus A. Deskripsi Kegiatan pembelajaran perlakuan khusus berisikan uraian pokok materi: Jenis perlakuan khusus, teknik perlakuan khusus, kelebihan dan kekurangan masingmasing

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

KARYA TULIS. Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi. Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I.

KARYA TULIS. Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi. Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I. KARYA TULIS Perbanyakan Bibit Durian Melalaui Biji, Penyambungan (Grafting), Dan Okulasi Oleh Irwanto, SST (Widyaiswara Pertama) I. PENDAHULUAN Durian (Durio zibethinus Murray) adalah buah yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG USAHA Durian merupakan salah satu jenis buah yang sangat di idolakan di Indonesia. Sesuai dengan sebutan durian yang di duga berasal dari istilah melayu, buah ini sudah

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan.

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam jawa (Tamarindus indica) merupakan tanaman tropis penghasil buah yang termasuk dalam famili Caesalpiniaceae. Asam jawa juga dikategorikan pohon multiguna karena

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara

Lebih terperinci

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Senior Staff Operation Wallacea Trust

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjangnya sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEMATAHAN DORMANSI BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot Makalah Tanaman Buah dalam Pot Tabulampot Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia tiap tahunnya menunjukan angka peningkatan. Lahan di Indonesia yang dulunya luas pun kini menjadi

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative)

KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative) KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1 ( Menjelaskan prinsip pembiakan tanaman secara vegetative) A. PERBANYAKAN VEGETATIF DENGAN STEK Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetative buatan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI. Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S.

PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI. Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI Disusun oleh : Ir. Sarjiyah, M.S. Ir. Titiek Widyastuti, M.S. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 1 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING)

PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING) PETUNJUK TEKNIS PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN CARA SAMBUNGAN (GRAFTING) SUWANDI Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta I. PENDAHULUAN Perbanyakan tanaman banyak dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BENIH. A.Sahupala (Fakultas Pertanian Universitas Pattimura) Pendahuluan

TEKNOLOGI BENIH. A.Sahupala (Fakultas Pertanian Universitas Pattimura) Pendahuluan TEKNOLOGI BENIH A.Sahupala (Fakultas Pertanian Universitas Pattimura) Pendahuluan D alam pembangunan hutan tanaman, benih memainkan peranan yang sangat penting. Benih yang digunakan untuk pertanaman saat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB III. PERBANYAKAN TANAMAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU PENDAHULUAN Pisang merupakan tanaman buah utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dengan menempati peringkat teratas konsumsi buah secara nasional. Sifatnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

Capaian Kegiatan Belajar Mahasiswa dapat melakukan proses perbanyakan tanaman secara vegetatif

Capaian Kegiatan Belajar Mahasiswa dapat melakukan proses perbanyakan tanaman secara vegetatif Kegiatan Belajar 2 : Perbanyakan Secara Vegetatif Capaian Kegiatan Belajar Mahasiswa dapat melakukan proses perbanyakan tanaman secara vegetatif Sub Capaian Kegiatan Belajar 1. Mahasiswa dapat melakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat Elvira Syamsir Budidaya Tanaman Obat untuk Murid Sekolah Dasar Pengarang: Elvira Syamsir ilustrator: yanu indaryanto Penerbit: Seafast Center IPB DISCLAIMER This publication is made

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sawo

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sawo II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sawo Tanaman sawo memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Subdivisio : Magnoliopshida Classis : Dicotyledoneae Subclassis : Sympetalae

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING)

ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING) ACARA VI. PERBANYAKAN/ PERKEMBANGBIAKKAN BERBAGAI TANAMAN DENGAN MACAM-MACAM BENTUK SAMBUNGAN (GRAFTING) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiakan dengan cara vegetatif adalah pembiakan yang menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Asam Jawa (Tamarindus indica) Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai umur hingga 200 tahun. Akar pohon asam jawa yang dalam, juga membuat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah

Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah Tehnik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah Nugroho H. Prastowo James M. Roshetko Gerhard E.S Maurung Erry Nugraha Joel M. Tukan Frasiskus harum Diterbitkan oleh: World Agroforestry Centre

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci