TERJEMAHAN DAN RINGKASAN BUKU DIAGNOSIS DEFISIENSI DAN KERACUNAN HARA MINERAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TERJEMAHAN DAN RINGKASAN BUKU DIAGNOSIS DEFISIENSI DAN KERACUNAN HARA MINERAL"

Transkripsi

1 Tugas Individu Nutrisi Tanaman A TERJEMAHAN DAN RINGKASAN BUKU DIAGNOSIS DEFISIENSI DAN KERACUNAN HARA MINERAL OLEH FAIZAL ABDI MUSTAMA G PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

2

3

4 DIAGNOSIS DEFISIENSI DAN KERACUNAN HARA MINERAL 1.1 Kebutuhan Nutrisi dan Respon Pertumbuhan Pertumbuhan pada umumnya (produksi bahan kering) dibandingkan kurva kebutuhan hara (kurva respon pertumbuhan) memiliki tiga wilayah didefinisikan dengan baik. Pada bagian pertama, meningkat laju pertumbuhan dengan meningkatnya pasokan hara (kisaran defisiensi). Bagian kedua, tingkat pertumbuhan mencapai maksimum dan tetap tidak terpengaruh oleh pasokan hara (kisaran mencukupi). Terakhir, pada bagian ketiga, tingkat pertumbuhan menurun drastis dengan meningkatnya pasokan nutrisi (kisaran beracun). Defisiensi terpenuhi kercunanan kebutuhan nutrisi ket: hubungan antara kebutuhan nutrisi dan pertumbuhan tanaman Dalam produksi tanaman, pasokan nutrisi optimal biasanya dicapai dengan penerapan pupuk. Di satu sisi pemupukan rasional memerlukan informasi tentang nutrisi yang tersedia dalam tanah dan di sisi lain status nutrisi tanaman. Kemampuan dan keterbatasan menggunakan pengamatan lansung dan analisis tanaman sebagai dasar untuk merekomendasikan apakah atau tidak untuk menggunakan pupuk, dan apa jenis dan kuantitas, akan dibahas dalam bab ini. 1.2 diagnosis gangguan nutrisi dengan gejala terlihat Umumnya, gangguan nutrisi yang menghambat pertumbuhan hanya sedikit yang tidak ditandai dengan gejala tertentu yang dapat dilihat. Gejala menjadi jelas terlihat ketika defisiensi hara akut dengan tingkat pertumbuhan mengalami strees berat. Ada beberapa pengecualian. Misalnya, terlihat gejala defisiensi magnesium tanaman sereal yang diamati cukup sering dalam kondisi lapangan selama ekstensi batang tapi ini tanpa efek yang merugikan pada hasil gabah akhir. Diagnosis berdasarkan gejala yang terlihat membutuhkan pendekatan yang sistematis, seperti yang dirangkum dalam tabel. Gejala muncul diantara kedua daun yang lebih tua atau lebih muda, tergantung pada apakah hara mineral yang mudah berpindah (mobile). Pola kedua gejala klorosis atau nekrosis adalah kriteria penting untuk

5 diagnosis. Umumnya, terlihat gejala defisiensi hara yang jauh lebih spesifik daripada toksisitas hara, kecuali toksisitas menginduksi nutrisi satu mineral. Diagnosis dapat menjadi rumit terutama pada tanaman yang tumbuh di lahan ketika defisiensi hara mineral lebih dari satu dan/atau ada defisiensi satu hara mineral dan sekaligus toksisitas. Misalnya, di tanah masam tergenang air, baik toksisitas mangan dan defisiensi magnesium (gejala yang kompleks). Diagnosis dapat lebih rumit oleh adanya penyakit, hama, dan gejala lain yang menyebabkan diagnosis menjadi rumit. Misalnya, gangguan karena kesalahan mekanik termasuk dampak penyemprotan. Untuk membedakan gejala gangguan nutrisi dari gejala lain, penting untuk diingat bahwa gejala defisiensi hara selalu memiliki pola simetris yang khas: posisi daun yang sama atau mirip (usia fisiologis) pada tanaman dengan tingkatan hampir pola identik gejala, dan ada gradasi ditandai keparahan gejala dari daun tua ke daun muda. Dalam rangka untuk membuat diagnosis visual yang lebih tepat, akan sangat membantu untuk memperoleh informasi tambahan, termasuk ph tanah, hasil pengujian tanah untuk hara mineral, status air tanah (kering / tergenang air), kondisi cuaca (suhu rendah atau es) dan penerapan pupuk, fungisida, atau pestisida. Dalam beberapa kasus, jenis dan jumlah pupuk yang akan digunakan dapat direkomendasikan atas dasar diagnosis visual. Hal ini berlaku dari semprotan daun yang mengandung hara mikro (zat besi, seng, atau mangan) atau magnesium. Dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun, diagnosis visual harus memenuhi fokus analisis kimia dan biokimia lebih lanjut dari daun dan bagian tanaman lainnya (analisis tanaman) dari hara mineral yang dipilih. Hal ini penting untuk tanaman tahunan, karena hasil yang diperlukan segera dan fluktuasi musiman dalam kandungan nutrisi dari tanaman sering tidak membenarkan tingginya biaya melakukan analisis hara mineral lengkap. 1.3 Analisis tanaman Hubungan antara tingkat pertumbuhan dan kandungan hara mineral hubungan untuk hara mineral yang diberikan ditunjukkan pada gambar. Pada bagian yang diagram tertinggi dari kurva di mana pertumbuhan baik meningkat tajam tanpa perubahan kandungan nutrisi (I dan II) atau di mana peningkatan pertumbuhan dan kandungan hara mineral berhubungan erat (III). Ini diikuti dengan porsi tingkat yang lebih atau kurang di mana pertumbuhan tidak dibatasi oleh nutrisi yang bersangkutan (IV dan V) dan bagian akhir, dengan kandungan nutrisi yang berlebihan menyebabkan toksisitas dan hal ini selaras dengan penurunan pertumbuhan (VI). Terkadang, dengan defisiensi hara ekstrim, misalnya defisiensi tembaga atau seng, diperoleh kurva respon C-terbentuk di mana peningkatan nutrisi-diinduksi dalam

6 tingkat pertumbuhan disertai dengan penurunan dalam berat kering, yang sering disebut sebagai efek "piper-steenbjerg". Penjelasan yang mungkin adalah kurangnya mobilisasi kembali dari daun tua dan batang atau nekrosis meristem apikal dengan penghentian sesuai pertumbuhan meskipun serapan lebih lanjut dari sejumlah kecil hara mineral pada tanaman sangat kurang. Konsentrasi dan dilusi efek dari hara mineral pada tanaman adalah fenomena umum yang harus dipertimbangkan dengan cermat dalam interpretasi isi hal antagonisme ion dan/atau sinergisme selama serapan. Hal ini berlaku khususnya ketika tingkat hara mineral berada pada defisiensi atau toksisitas jangkauan. Misalnya, jika konsentrasi dua hara mineral berada pada kisaran defisiensi dan hanya salah satu dari mereka diberikan, peningkatan pertumbuhan menyebabkan "dilusi" dari nutrisi mineral lainnya (penurunan konten) dan menginduksi defisiensi berat tanpa kompetisi yang terjadi serapan. Inti dari diagnosis gangguan nutrisi dengan analisis tanaman adalah defisiensi dan toksisitas akut pada tingkatan masing-masing hara mineral dalam jaringan tanaman. Pertumbuhan maksimal antara tingkat defisiensi dan toksisitas kritis. Dalam prakteknya, karena berbagai alasan, tingkat kritis didefinisikan sebagai tingkat di mana pertumbuhan atau hasil 5 sampai 10% di bawah maksimum. Hal itu dapat menentukan tingkat defisiensi atau toksisitas kritis cukup tepat dalam percobaan pertumbuhan dalam kondisi lingkungan yang dikontrol oleh berbagai pasokan hara mineral pada rentang konsentrasi yang luas. Untuk tujuan praktis, interpretasi data analisis tanaman harus sistematis. Oleh karena itu, tingkat hara mineral dikelompokkan ke dalam jangkauan. Jika tingkat nutrisi berada di kisaran yang memadai ada probabilitas statistik yang tinggi bahwa nutrisi ini tidak membatasi faktor pertumbuhan. Tentu saja, tingkat di kisaran lain lebih lanjut menurunkan resiko bahwa nutrisi ini akan menjadi defisiensi dalam kondisi yang tidak menguntungkan untuk penyerapan akar atau ketika kebutuhan sangat tinggi. Namun, ada resiko yang lebih besar dari gangguan pertumbuhan akibat toksisitas langsung dari nutrisi ini atau dengan induksi defisiensi dari nutrisi lainnya. Secara umum status nutrisi tanaman yang baik tercermin dalam isi elemen mineral dari daun dan dalam organ tanaman lainnya. Jadi daun biasanya digunakan untuk analisis tanaman. Beberapa spesies dengan hara mineral tertentu, mungkin berbeda tingkat antara tulang daun dan tangkai, dan kadang-kadang petioles adalah indikator yang lebih cocok dari status nutrisi dalam tanaman. Dalam analisis pohon buahbuahan, bagian buah adalah indikator yang lebih baik, terutama untuk kalsium dan boron dalam kaitannya dengan kualitas buah dan lama penyimpanan.

7 1.3.2 Tahap perkembangan tanaman dan umur daun Selanjutnya pasokan hara mineral, usia fisiologis dari tanaman atau bagian tanaman adalah faktor yang paling penting yang mempengaruhi kandungan hara mineral tanaman. Adanya keterkaitan yang cukup berbeda antara usia dengan tingkat penurunan hara mineral (kecuali kalsium) pada organ dan tanaman. Penurunan ini disebabkan oleh peningkatan relatif dalam proporsi bahan struktural (dinding sel dan lignin) dan senyawa penyimpanan dalam bahan kering. Karena tingkatan hara mineral sesuai atau defisiensi krisis itu lebih rendah di tanaman tua daripada di tanaman muda. Efek dari delusi ini terlihat pada hara kalium pada lahan pertumbuhan dalam musim tanam. Dalam tanaman muda kandungan kalium adalah 5-6% dari berat kering tunas tapi menurun menjadi ~ 1% ketika menuju pematangan, meskipun pemberian kalium pada tanaman dilakukan secara baik. Hal ini tercermin pada konsentrasi kalium dari jaringan air (terutama dari vacuolar getah), yang tetap cukup konstan pada ~ 100 mm sepanjang musim. Komplikasi yang timbul akibat dari usia fisiologis dengan perubahan dalam defisiensi krisis dapat dihindari dengan sampling jaringan pada usia fisiologis tertentu. Misalnya, seperti yang ditunjukkan dalam tabel, tingkatan defisiensi kritis tembaga di seluruh daun pucuk terjadi penurunan drastis di daun semanggi dengan perbedaan usia tapi tetap konstan di ~ 3μg pada daun termuda sepanjang musim. Bagaimanapun, metode ini hanya menggunakan daun termuda cocok untuk hara mineral baik yang immobile atau mobile atau sebagian yang sangat terbatas dari daun dewasa untuk daerah pertumbuhan baru, yaitu, ketika defisiensi terjadi di muda daun dan pada apeks pucuk. Situasi ini berbeda untuk kalium, nitrogen, dan magnesium; tingkat nutrisi mineral dipertahankan cukup konstan di daun termuda, pada daun dewasa merupakan indikator yang lebih baik dari status nutrisi tanaman, seperti yang ditunjukkan untuk kalium. Dalam hal ini, daun termuda adalah indikator yang tidak cocok karena kadar kalium yang menunjukkan defisiensi dan toksisitas bervariasi masing-masing hanya antara 3 dan 3,5%, dibandingkan 1,5 dan 5,5% pada daun dewasa. Ini menggambarkan perlunya menggunakan daun dewasa untuk menilai status nutrisi hara mineral yang mudah mobile pada tanaman. Jika daun muda dan tua dari tanaman yang sama dianalisis secara terpisah, informasi tambahan dapat diperoleh pada status nutrisi hara mineral yang mudah mobile. Sebuah tingkat yang lebih tinggi katakanlah, dari kalium pada daun dewasa menunjukkan konsumsi tingkat tinggi atau bahkan keracunan. Disisi lain gradien, merupakan indikator dari tahap transisi antara rentang yang memadai dan defisiensi; jika gradien ini adalah rendah, laten atau bahkan defisiensi akut mungkin. Penggunaan gradien sangat bermanfaat dalam kondisi di mana data referensi yang

8 relevan pada tingkat kritis kurang atau di bawah kondisi ekologi tertentu. Apabila terjadi keracunan hara, daun tua adalah organ yang paling cocok untuk analisis tanaman. Dibandingkan dengan perubahan kandungan hara mineral spesies tanaman tahunan, fluktuasi jangka pendek sepanjang musim tanam dari kandungan hara mineral daun dan jarum dari pohon relatif kecil karena kapasitas penyerapan nutrisi ranting dan batang. Di pohon cemara analisis simultan dari daun dan jarum pada usia yang berbeda kemungkinan meminimalkan efek dari fluktuasi jangka pendek. Dengan meningkatnya usia jarum, semua isi unsur hara makro menurun kecuali kalsium. Penurunan ini dapat menunjukkan efek dilusi yang dihasilkan dari peningkatan terbentuknya lignin dari jarum tua. Hanya dengan dilusi penggantian kalsium untuk melanjutkan masuknya ke jarum tua. Dengan pengecualian dari magnesium, data dari tabel adalah indikasi dari pohon disertakan dengan hara makro Jenis tumbuhan Tingkatan krisis defisiensi berbeda di antara spesies tanaman bahkan ketika perbandingan yang dibuat antara organ-organ yang sama pada usia fisiologis yang sama. Hal ini juga berlaku untuk rentang yang memadai. Perbedaan ini didasarkan pada proses metabolisme tanaman dan konstitusi tanaman yang telah dibahas. Data menunjukkan untuk rentang memadai dalam spesies yang dipilih diberikan dalam tabel. Seperti ditunjukkan dalam tabel tingkat unsur hara makro pada kisaran yang cukup adalah suatu kebutuhan yang sama besarnya dalam berbagai spesies tanaman; pengecualian adalah kalsium, kandungan yang jauh lebih rendah dalam dua monokotil. Dalam semua spesies nitrogen memiliki rentang yang relatif sempit, karena tingkat kebutuhan nitrogen memiliki efek menguntungkan pada pertumbuhan dan komposisi tanaman. Misalnya dalam daun apel, tingkat nitrogen lebih dari 2-4% mempengaruhi warna buah dan penyimpanan negatif. Di sisi lain, magnesium memiiliki rentang yang lebih luas, terutama karena efek persaingan dengan kalium; di tingkat kalium yang lebih tinggi, diperlukan kadar magnesium yang lebih tinggi untuk memastikan status nutrisi magnesium memadai. Tingkatan unsur hara mikro dalam kisaran yang berbeda dengan faktor 2 atau lebih. Tingkat mangan menunjukkan perbedaan terbesar, yang menunjukkan bahwa untuk mangan, khususnya jaringan daun mampu fluktuasi dalam penyerapan mangan dari akar. Dalam tanaman yang tumbuh di tanah, fluktuasi mangan lebih cepat dan berbeda serapan daripada hara mineral lainnya, tingkat tergantung pada fluktuasi potensial redoks tanah demikian pada konsentrasi Mn2+.

9 Data yang diberikan pada tabel adalah nilai rata-rata tidak lebih dari panduan apakah hara mineral berada dalam kisaran defisiensi, memadai, atau beracun. Ini harus diingat ketika hanya satu atau beberapa hara mineral telah dianalisis dan informasi tentang kemungkinan interaksi hara Oleh karena itu data ini tidak cukup ketika hanya terjadi pada satu hara mineral. Tingkat toksisitas berat pada natrium dan klorida umumnya berkaitan erat dengan perbedaan genotypical toleransi garam. Penafsiran tingkat ini rumit karena dalam penghambatan pertumbuhan sering disebabkan garam substrat dalam contoh pertama oleh efek pada keseimbangan air tanaman dengan toksisitas langsung dari natrium dan / atau klorida dalam jaringan daun Interaksi Nutrisi Ada berbagai macam interaksi nonspesifik serta spesifik antara hara mineral pada tanaman yang mempengaruhi tingkat kritis pertumbuhan. Sebuah contoh khas dari interaksi nonspesifik ditunjukkan dalam tabel untuk nitrogen dan fosfor. Tingkat defisiensi kritis dari peningkatan nitrogen dengan fosfor dan sebaliknya. Interaksi antara dua hara mineral yang penting ketika tingkat keduanya dekat saling mempengaruhi defisiensi. Meningkatkan pasokan hanya pada satu hara mineral merangsang pertumbuhan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan defisiensi hara yang lain dengan efek dilusi. Pada prinsipnya, interaksi tidak spesifik berlaku untuk setiap hara mineral dengan tingkat sama atau dekat tingkat defisiensi kritis. Rasio optimal antara nutrisi dalam tanaman dianggap sama pentingnya dengan tingkat mutlak. Misalnya, rasio nitrogen sulfur dari ~17 dianggap memadai untuk nutrisi sulfur gandum dan kedelai. Perlu diingat, bagaimanapun, bahwa rasio optimal dianggap berada di kriteria cukup karena mereka juga dapat diperoleh ketika kedua hara mineral dalam berbagai defisiensi, serta di kisaran toksisitas. Interaksi tertentu yang mempengaruhi tingkat defisiensi kritis dibahas dalam bab 8 dan 9; Oleh karena itu, hanya dua contoh yang ditegaskan di sini; (a) persaingan antara K + diinduksi Mg 2+; defisiensi dan (b) penggantian K + oleh Na + pada spesies natrophilic, yang harus dipertimbangkan dalam evaluasi kandungan kalium. Interaksi khusus juga penting dalam mengevaluasi tingkat toksisitas kritis. Tingkat kritis mangan, misalnya, tidak hanya berbeda di antara spesies dan kultivar dari spesies, tetapi dalam kultivar yang sama, perbedaannya tergantung pada pasokan silikon. Dalam kacang meninggalkan tingkat toksisitas kritis mangan dapat meningkat dari 100 mg / kg kering basah dengan tidak adanya silikon untuk ~ 1000 mg dengan adanya silikon Faktor Lingkunngan

10 Fluktuasi faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban tanah dapat mempengaruhi kandungan hara mineral daun. Faktor-faktor ini mempengaruhi baik ketersediaan dan penyerapan nutrisi oleh akar serta laju pertumbuhan tunas. Efeknya lebih jelas pada spesies tanaman tahunan dangkal-berakar dari spesies abadi yang mengakar, yang memiliki kapasitas nutrisi penyangga yang lebih tinggi. Aspek ini harus diperhatikan dalam interpretasi dari kedua tinkat defisiensi dan toksisitas kritis dari analisis daun. Jika fluktuasi kelembaban tanah yang tinggi, maka sebagai aturan untuk tanaman mengingat tingkat defisiensi kritis nutrisi seperti kalium dan fosfor juga agak lebih tinggi maka memastikan kapasitas yang lebih tinggi untuk penempatan kembali selama periode pasokan hara dari akar terbatas. Efek iradiasi dan suhu pada kandungan nutrisi daun dijelaskan secara rinci oleh Stanford. Hujan dan debu adalah faktor lingkungan lainnya yang harus diperhatikan dalam analisis daun. Pencucian besar nutrisi mineral tertentu dari daun dapat terjadi dengan curah hujan yang tinggi. Debu pada permukaan daun, terutama daun dewasa, harus dikeluarkan dengan hati-hati untuk mencegah kontaminasi berat. Hal ini sangat penting untuk hara mikro seperti besi. Perawatan tanaman dengan fungisida dan pestisida yang mengandung sejumlah besar unsur mineral dapat menimbulkan masalah lain dalam analisis daun Defisiensi Hara Perbedaan genote di tingkat defisiensi kritis nutrisi juga bisa menyebabkan adanya perbedaan dalam pemanfaatan nutrisi. Dalam arti fisiologis, ini dapat dinyatakan dalam satuan bahan kering yang dihasilkan per unit hara dalam berat kering. Sebagai contoh, perbedaan dalam efisiensi nitrogen antara tanaman rumput C3 dan C4 ditampilkan dalam tabel. Banyak materi lebih kering diproduksi di C4 rumput daripada di C3 rumput per nitrogen satuan daun. Ini adalah fenomena umum yang diamati dalam perbandingan spesies tanaman C3 dan C4 lainnya. Efisiensi nitrogen lebih tinggi dari spesies tanaman C4 mungkin terkait dengan kebutuhan yang lebih rendah dari nitrogen dalam protein enzim yang digunakan dalam kloroplas untuk fiksasi CO2. Dalam spesies tanaman C4 hanya ~ 10% dari protein larut pada daun ditemukan dalam karboksilase ribulosebisphosphate, dibandingkan dengan ~ 50% pada spesies tanaman C3. Untuk fiksasi CO2 melalui jalur PEP karboksilase pada spesies tanaman C4, defisiensi protein enzim dari yang diperlukan. Perbedaan dalam pemanfaatan nutrisi mineral juga ditemukan di antara kultivar, strain, dan garis-garis dari sebuah spesies. Perbedaan ini merupakan komponen dari efisiensi hara secara umum seperti yang akan dibahas secara rinci dalam bagian. Dalam arti agronomi, efisiensi hara terkait terutama untuk pertumbuhan dan aktivitas akar, dalam beberapa kasus juga untuk transportasi dari akar ke tunas. Hanya saja

11 data relatif menunjukkan efisiensi nutrisi yang lebih tinggi dalam hal pemanfaatan dalam tunas. Misalnya, pemanfaatan fosfor dalam kacang dan jagung genotipe, dan kalium dalam kacang dan tomat. Pada prinsipnya, efisiensi hara yang lebih tinggi, yang tercermin dari tingkat defisiensi lebih rendah, dalam satu genotipe dibandingkan pada genotipe lain dari spesies yang sama dapat didasarkan pada berbagai mekanisme: 1. Tingginya retranslokasi baik selama vegetatif atau pertumbuhan reproduksi 2. Tingginya aktivitas reduktase nitrat dalam daun dan pemanfaatannya sehingga lebih efisien dari nitrogen untuk penyimpanan protein pada umbi kentang. 3. Proporsi yang lebih tinggi dari penggantian kalium dengan sodium dan tingkat defisiensi kritis yang rendah kalium 4. Proporsi rendah nutrisi yang tidak-atau hanya buruk-tersedia untuk proses metabolisme, baik untuk kompartemensi atau kimia mengikat, kalsium dalam tomat, dan tembakau (bagian berikutnya), atau fosfor dalam genotipe jagung. 5. Perbedaan rasio pertumbuhan tunas vegetatif (sumber) terhadap pertumbuhan reproduksi dan/atau penyimpanan organ (sink). Aspek ini (Bab 6) mungkin sebagian bertanggung jawab untuk pola umum dalam apa yang disebut kultivar modern spesies tanaman banyak dengan indeks panen yang tinggi di mana tingkat defisiensi kritis hara mineral pada daun biasanya lebih tinggi dibandingkan kultivar tradisional Jumlah analisis terhadap ekstraksi difraksinasi Total kandungan bahan kering nutrisi adalah data yang paling sering ditentukan dalam analisis tanaman. Penentuan hanya sebagian kecil dari konten. Misalnya, yang larut dalam air atau asam encer atau chelators-kadang memberikan indikasi yang lebih baik dari status nutrisi. Ini telah ditunjukkan pada hara seng di mana fraksi larut air-mencerminkan status nutrisi jauh lebih baik daripada total hara seng pada proses anhydrase karbonat. Dalam spesies atau jaringan dengan akumulasi nitrat preferensial, kandungan nitrat merupakan indikator yang lebih baik dari status hara nitrogen daripada total nitrogen. Konsentrasi nitrat di dasar batang ukuran gandum baik secara semikuantitatif atau kuantitatif, serta konsentrasi nitrat dalam tangkai daun sepenuhnya diperluas dari gula bit dan kapas adalah indikator yang dapat diandalkan pupuk nitrogen harus diterapkan selama musim tanam gandum. Pada prinsipnya, metode ini cocok untuk semua jenis tanaman tersebut, seperti gula bit, di mana nitrat merupakan bentuk dari nitrogen yang diambil oleh akar dan di translokasi ke tunas. Dalam spesies yang preferentialy mengurangi nitrat di akar atau ketika ammonium nitrogen diberikan dan diambil, tes cepat untuk asam amino tertentu atau amida dapat memberikan alternatif untuk tes nitrat cepat.

12 Untuk menilai status nutrisi sulfur tanaman, kandungan sulfat-bentuk penyimpanan utama belerang-adalah indikator yang lebih baik dari total kandungan sulfur saja. Indikator terbaik dari status nutrisi sulfur gandum dan padi sawah tampaknya rasio sulfat total sulfur. Pentingnya menentukan hanya sebagian nutrisi didefinisikan diilustrasikan dalam tabel. Perbedaan kerentanan kultivar tembakau defisiensi kalsium tidak terkait dengan total kandungan kalsium tetapi untuk fraksi larut dalam tunas. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan dalam tingkat sintesis asam oksalat dan dengan demikian dalam pengendapan kalsium oksalat sedikit larut. Dengan demikian, tingkat defisiensi kritis kalsium total lebih tinggi pada B21 daripada di Ky 10. Penentuan hanya fraksi larut akan menjadi metode yang lebih tepat untuk menilai status nutrisi kalsium dari dua kultivar. Untuk berbagai alasan, total kandungan zat besi bukanlah indikator yang dapat dijadikan sebagaii status nutrisi besi. Dengan demikian pada tingkat defisiensi kritis atau pada tingkat di kisaran memadai diberikan hanya apabila diperlukan. Metode yang menjanjikan untuk mengukur besi "fisiologis yang tersedia" atau "aktif" melibatkan penggalian besi dengan asam encer atau Fe (II) dengan chelators metode histokimia dan biokimia gangguan nutrisi umumnya terkait dengan perubahan khas dalam struktur halus dari sel dan organel dalam jaringan. Studi mikroskopis cahaya pada perubahan anatomi dan morfologi daun dan batang jaringan dapat membantu dalam diagnosis defisiensi tembaga, boron, dan molibdenum. Sebuah kombinasi metode histologis dan histokimia berguna dalam diagnosis defisiensi tembaga dan fosfor. Metode enzimatik melibatkan enzim penanda sebagai pendekatan lain untuk mengetahui status hara mineral tanaman. Metode ini didasarkan pada fakta bahwa aktivitas enzim tertentu lebih rendah atau lebih tinggi (tergantung pada nutrisi) di defisiensi daripada jaringan normal. Contoh yang diberikan dalam bab 9 untuk asam askorbat tembaga dan oksidase; seng dan aldolase atau anhydrase karbonat; dan molibdenum dan nitrat reduktase. Sebenarnya aktivitas enzim ditentukan dalam jaringan setelah ekstraksi atau inkubasi daun dengan hara mineral tersebut selama 1 sampai 2 hari yang telah ditentukan untuk kegiatan induksi, misalnya, nitrat reduktase oleh molibdenum dan aktivitas peroksidase oleh besi. Pada prinsipnya metode enzimatik ini bisa sangat berharga jika total isi atau fraksi larut hara mineral yang buruk berkorelasi dengan ketersediaan fisiologisnya. Apakah metode enzimatik dapat menggantikan analisis kimia sebagai dasar untuk membuat rekomendasi pupuk tergantung pada selektivitas, akurasi, dan terutama apakah

13 metode ini cukup sederhana untuk tes spot. Dalam kasus besi dan peroksidase dan asam askorbat tembaga dan oksidase, metode enzimatik tampaknya memenuhi persyaratan ini. Namun demikian, kalibrasi metode menjadi masalah ketika standar yang cocok (tanaman nondeficient) tidak tersedia dan tidak ada gejala defisiensi terlihat. Metode biokimia juga dapat digunakan untuk unsur hara makro. Akumulasi putresin pada tanaman kalium-defisiensi adalah indikator biokimia dari kebutuhan kalium dari Lucerne. Aktivitas induksi nitrat reduktase dapat digunakan sebagai indikator status nutrisi nitrogen. Aktivitas kinase Piruvat dalam ekstrak daun tergantung pada kalium dan magnesium isi dari jaringan daun. Dalam jaringan fosfor-defisiensi, aktivitas fosfatase jauh lebih tinggi, terutama aktivitas dari fraksi tertentu enzim. Peningkatan aktivitas fosfatase dalam jaringan defisiensi adalah fenomena fisiologis dan biokimia menarik yang mungkin berhubungan dengan mobile dari fosfor. Itu adalah pertanyaan terbuka, namun, apakah metode uji enzimatik, terutama untuk unsur hara makro pada umumnya, akan menjadi penting sebagai alat pelengkap untuk menilai status nutrisi tanaman seperti tes nitrat untuk rekomendasi pupuk nitrogen Analisis Tanaman vs analisis tanah Sejarah panjang menjadi kontroversi mengenai apakah analisis tanah atau tanaman menyediakan dasar yang lebih cocok untuk membuat rekomendasi pupuk. Kedua metode bergantung dengan cara yang sama pada kalibrasi, yaitu, penentuan hubungan antara tingkat di tanah atau tanaman dengan pertumbuhan dan respon kurva yang sesuai, biasanya diperoleh dalam pot atau lapangan percobaan menggunakan berbagai tingkat pupuk. Kedua metode memiliki kelebihan dan kekurangan, dan mereka juga memberikan hasil yang berbeda secara kualitatif. Analisis kimia tanah menunjukkan ketersediaan potensi hara pada tanah dapat diambil di bawah kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar dan aktivitas akar. Analisis tanaman dalam arti sempit hanya mencerminkan status nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Oleh karena itu, pada prinsipnya kombinasi kedua metode memberikan dasar yang lebih baik untuk merekomendasikan aplikasi pupuk daripada satu metode saja. Kepentingan relatif dari setiap metode untuk membuat rekomendasi berbeda, bagaimanapun, tergantung pada kondisi seperti spesies tanaman, sifat tanah, dan hara mineral yang bersangkutan. Dalam analisis tanah buah atau hutan saja tidak memiliki panduan memuaskan untuk rekomendasi pupuk, tkarena sulitnya menentukan dengan akurasi yang memadai terutama pada zona akar di mana tanaman dalam mengambil sebagian dari nutrisi mereka. Di sisi lain, di tanaman tahunan fluktuasi musiman dalam kandungan hara mineral daun dan jarum relatif kecil dibandingkan dengan mereka dalam spesies

14 tanaman semusim. Kandungan nutrisi daun dan jarum matang karena itu juga merupakan refleksi akurat dari status nutrisi jangka panjang tanaman. Selanjutnya, kalibrasi tingkat defisiensi kritis dan berbagai kebutuhan dapat dibuat sangat tepat dan halus untuk lokasi khusus, spesies tanaman, dan bahkan kultivar. Oleh karena itu, dalam tanaman tahunan analisis daun dan jarum kebanyakan metode pilihan. Dalam hal ini, bagaimanapun, analisis kimia tanah, dilakukan sekali, sangat membantu untuk karakteristik keseluruhan tingkat nutrisi berpotensi tersedia. Dalam tanaman tahunan fluktuasi jangka pendek dari tingkat nutrisi mineral menempatkan pembatasan parah pada analisis tanaman sebagai dasar untuk membuat rekomendasi pupuk. Analisis kimia tanah diperlukan untuk memprediksi variasi kandungan nutrisi tanaman sepanjang musim tanam. Dalam tanaman tahunan sebagian besar nutrisi mineral yang diambil dari lapisan atas tanah, yang membuat analisis tanah lebih mudah dan pentingnya sebagai alat untuk membuat rekomendasi pupuk. Tidak ada keraguan, bagaimanapun, karena berbagai alasan analisis tanaman juga akan menjadi lebih penting untuk tanaman tahunan di masa depan. Di bidang pertanian intensif, ketidakseimbangan nutrisi pada tanaman, defisiensi hara mikro terutama laten, menjadi semakin serius. Untuk alasan ekonomi dan ekologi, pemupukan harus disimpan pada tingkat yang menjamin bahwa kandungan nutrisi dari tanaman tidak akan jauh melebihi tingkat defisiensi kritis, dan ini harus diperiksa oleh analisis tanaman. Tes nitrat cepat menggambarkan perkembangan bidang ini. Di bidang pertanian luas dengan aplikasi pupuk sangat rendah, analisis tanaman sangat penting untuk mengidentifikasi nutrisi mineral yang memiliki efek paling pembatas pada pertumbuhan dan hasil. Analisis tanaman mungkin juga menjadi semakin penting sehubungan dengan diagnosis dan sistem rekomendasi terintegrasi (DRIS), yang didasarkan pada pengumpulan data sebanyak mungkin pada sifat-sifat tanah dan komposisi tanaman dan pengembangan model komputer untuk memprediksi kebutuhan pupuk sesuai dengan kecukupan relatif tingkat nutrisi mineral pada tumbuhan. Di satu sisi, sistem ini memerlukan data lebih banyak analisis tanaman; di sisi lain, hal itu juga dapat menyempurnakan perberbedaan dalam interpretasi data ini dalam hal rekomendasi pupuk, seperti yang telah ditunjukkan untuk tanaman tebu. Di padang rumput, analisis tanaman digunakan lebih sering daripada analisis tanah, bukan hanya karena kekhasan sistem perakaran di padang rumput campuran tetapi juga karena pentingnya komposisi mineral dari padang rumput dan hijauan tanaman untuk nutrisi hewan.

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PEMUPUKAN KEDELAI

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PEMUPUKAN KEDELAI PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PEMUPUKAN KEDELAI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 26 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PEMUPUKAN KEDELAI A. DEFINISI Pupuk adalah bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Data dari BPS menunjukkan rata-rata pertumbuhan luas panen, produktivitas,

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN FUNGSI AIR Penyusun tubuh tanaman (70%-90%) Pelarut dan medium reaksi biokimia Medium transpor senyawa Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan

Lebih terperinci

Unsur Hara Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman

Unsur Hara Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman Unsur Hara Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman Oleh : Mamik Tanaman, seperti halnya makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi yang cukup memadai dan seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Uji Korelasi Hara N, P dan K Umur Jaringan Daun

PEMBAHASAN UMUM Uji Korelasi Hara N, P dan K Umur Jaringan Daun PEMBAHASAN UMUM Untuk mengetahui status hara tanaman, baik kekurangan ataupun kelebihan hara pada tanaman dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah analisis tanaman dan pendekatan kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral dan

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

MAGNESIUM (Mg) bisa mengandung sejumlah besar Mg sebagai MgSO4. dibagi menjadi tiga, yaitu: nonexchangeable, exchangeable, dan bentuk terlarut

MAGNESIUM (Mg) bisa mengandung sejumlah besar Mg sebagai MgSO4. dibagi menjadi tiga, yaitu: nonexchangeable, exchangeable, dan bentuk terlarut MAGNESIUM (Mg) Kandungan Mg dalam kebanyakan tanah umumnya antara 0,05% pada tanah pasir, dan 0,5% pada tanah liat. Kandungan Mg dalam tanah liat tinggi karena Mg yang ada dalam mineral ferromagnesian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Tebu Botani dan Syarat Tumbuh Tebu Tebu termasuk ke dalam kelas Monocotyledoneae dan ordo Glumamaceae. Saccharum officinarum adalah jenis yang paling banyak dikembangkan dan dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Padi sawah dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu : padi sawah (lahan yang cukup memperoleh air, digenangi waktu-waktu tertentu terutama musim tanam sampai

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN Elemen esensial: Fungsi, absorbsi dari tanah oleh akar, mobilitas, dan defisiensi Oleh : Retno Mastuti 1 N u t r i s i M i n e r a l Jurusan Biologi, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN Hubungan air tanah dan Tanaman Fungsi air bagi tanaman Menjaga tekanan sel Menjaga keseimbangan suhu Pelarut unsur hara Bahan fotosintesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili Cucurbitaceae. Melon tersebar ke seluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Nitrogen: Dijumpai pada semua jenis tanah, terutama bertekstur kasar dan berkadar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34%

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34% BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LatarBelakang Pertambahan jumlah penduduk terus meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan 1,34% (BPS, 2013), sementara itu sebagian besar penduduk Indonesia (± 90%) masih menjadikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007). 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Akar kedelai terdiri atas akar tunggang, lateral, dan serabut. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m pada kondisi yang optimal, namun umumnya hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah hutan di Indonesia pada umumnya berjenis ultisol. Menurut Buckman dan Brady (1982), di ultisol kesuburan tanah rendah, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophyta, dengan sub division Angiospermae, termasuk ke dalam kelas monocotyledoneae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Padi Padi merupakan tanaman dari famili Gramineae. Padi memiliki akar serabut terdiri dari akar primer yang muncul ketika benih berkecambah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu selain dapat dimanfaatkan sebagai sayur, lalapan, salad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk organik cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kulit Buah Kakao Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama dengan air

BAB I PENDAHULUAN. Unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama dengan air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama dengan air diserap oleh akar tanaman, kemudian di bawa ke daun. Di dalam daun, unsur hara akan bereaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak

Lebih terperinci

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN

Desti Diana Putri/ I.PENDAHULUAN Desti Diana Putri/1214121050 I.PENDAHULUAN Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup dan pertumbuhan. Tumbuhan membutuhkan unsur hara makro dan mikro dalam jumlah tertentu sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Hidroponik Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam (soilless culture). Media tanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) termasuk sayuran unggulan nasional yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat, namun belum banyak keragaman varietasnya, baik varietas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara

TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara 4 TINJAUAN PUSTAKA Serapan Hara Serapan hara adalah jumlah hara yang masuk ke dalam jaringan tanaman yang diperoleh berdasarkan hasil analisis jaringan tanaman (Turner dan Hummel, 1992). Manfaat dari angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur tahunan (Perennial), tingginya dapat mencapai 7m dan akar sedalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35 kilogram sayuran per kapita per tahun. Angka itu jauh lebih rendah dari angka konsumsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Sawi Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama spesies Brassica juncea (L.) Czern. Jenis sawi dikenal juga dengan nama caisim atau sawi bakso.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah spesies terbaik dari genus Garcinia, merupakan buah tropika asli Indonesia yang paling banyak digemari oleh pasar mancanegara. Manggis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops

Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops Nasih widya yuwono Table. Usual content of micronutrients in soils, and in harvested crops element s kg/ha (soils) mg/kg (crops) soil/crop ratio Fe 56.000 2,0 28.000 Mn 2.200 0,5 4.400 Zn 110 0,3 366 Cu

Lebih terperinci

Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322

Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322 Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322 Esensialitas Hara bagi Tanaman Hara Esensial: Tanpa kehadiran hara tersebut maka tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya. Fungsi hara tersebut tidak dapat digantikan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan salah satu sumber nutrisi utama yang diberikan pada tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan proses reproduksi setiap hari tumbuhan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan usaha peternakan adalah pakan. Kekurangan pakan, dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala viabilitas 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas dan Vigor Benih Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih. Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam peningkatan gizi masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan

Lebih terperinci

MATERI-13 Aplikasi Pupuk

MATERI-13 Aplikasi Pupuk MATERI-13 Aplikasi Pupuk Aplikasi Batuan Mineral & Pupuk Artifisial (Anorganik) Sumber Alami: Sumber Proponen dari permakultur & pertanian organik menggunakan 'batuan' alami utk pupuk. Bahan ditebar di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Fisika Kimia Abu Terbang Abu terbang adalah bagian dari sisa pembakaran batubara berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari tungku pembakaran yang mempergunakan bahan

Lebih terperinci