TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Metanotrof

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Metanotrof"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Metanotrof Metanotrof merupakan bakteri Gram negatif dan termasuk ke dalam kelompok metilotrof. Kelompok bakteri metilotrof mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada senyawa beratom karbon satu seperti metan, metanol, amina termetilasi, halometan, maupun senyawa termetilasi yang mengandung sulfur (Norina 2007; Hanson & Hanson 1996). Metanotrof tumbuh dengan baik pada kondisi aerob, meskipun bakteri ini juga dapat tumbuh pada lingkungan mikroaerofil. Metanotrof membutuhkan komposisi metan di atmosfer sebesar 10-50%. Habitat yang sering menjadi tempat hidup metanotrof adalah daerah akar dan sekitar perakaran. Terdapat dua famili metanotrof yaitu Methylococcaceae (metanotrof tipe I) termasuk filum gammaproteobakteria dan Methylocystaceae (metanotrof tipe II) yang termasuk ke dalam filum Alphaproteobacteria. Metanotrof tipe I yaitu genus Methylomonas, Methylobacter, Methylosarcina, Methylothermus, Methylohalobius, Methylosphaera, dan Methylomicrobium menggunakan jalur ribulosa monofosfat (RuMP) dalam mengasimilasi formaldehida suatu senyawa intermediet penting dalam oksidasi metan menjadi CO 2, genus Methylosoma belum diketahui cara mengasimilasi sumber karbonnya. Sedangkan metanotrof tipe II yang terdiri dari genus Methylosinus, Methylocella, Methylocapsa, dan Methylocystis menggunakan jalur serin. Kelompok baru metanotrof tipe X yaitu genus Methylococcus dan Methylocaldum mempunyai karakter fisiologi sama dengan tipe I yang menggunakan jalur RuMP. Perbedaannya ialah metanotrof tipe X mempunyai enzim ribulosabifosfat karboksilase, suatu enzim yang terdapat pada siklus Calvin-Benson. Metanotrof tipe X juga tumbuh pada temperatur yang lebih tinggi dari pada metanotrof tipe I dan II dan mempunyai DNA dengan persentase GC yang lebih tinggi dari pada kebanyakan metanotrof tipe I (Bowman 2006; Hanson & Hanson 1996). Penelitian terbaru yang dilakukan oleh para peneliti telah menemukan dan mengidentifikasi anggota metanotrof baru yang berbeda dari filum gamma dan alfaproteobakteria. Metanotrof tersebut merupakan genus Methylacidiphila dan

2 dimasukkan ke dalam filum Verrucomicrobia. Tiga jenis metanotrof genus Methylacidiphila antara lain M. infernorum V4 (Dunfield et al. 2007), M. fumarolicum SolV (Pol et al. 2007), dan M. kamchatkense Kam1 (Islam et al. 2008) masing-masing berhasil diisolasi dari lahan geotermal yang mengandung metan di New Zealand, lumpur volkano solfatara di Italia, dan mata air panas asam di Kamchatka, Rusia. Anggota metanotrof ini merupakan termoasidofilik dan dapat tumbuh pada temperatur lebih dari 50 C dan ph di bawah 5. Selain itu juga ditemukan metanotrof berfilamen yaitu Crenothrix polyspora (Stoecker et al. 2006) dan Clonothrix fusca (Vigliotta et al. 2007) yang termasuk ke dalam filum gammaproteobakteria dan secara filogenetik berkerabat dekat dengan metanotrof tipe I. Heyer et al. (2005) mengisolasi metanotrof halofilik Methylohalobius crimeensis 10Ki T dan melaporkan bahwa metanotrof tersebut mampu tumbuh pada konsentrasi NaCl 15 %, Sorokin et al. (2007) juga berhasil mengisolasi metanotrof halofilik filum gammaproteobakteria yaitu Methylohalomonas lacus dan Methylonatrum kenyense dari danau hipersalin yang mengandung klorid dan sulfat di Rusia. Oksidasi Metan oleh Bakteri Metanotrof Gas metan secara alami diproduksi di lingkungan anaerob oleh arkhea metanogenik. Lahan sawah basah merupakan salah satu sumber emisi metan yang menghasilkan sekitar 115 Tongram metan per tahun atau sebesar 21% dari total metan yang dilepaskan ke atmosfer (Hanson & Hanson 1996). Metan sebagai salah satu gas rumah kaca memiliki sifat meneruskan radiasi gelombang pendek atau cahaya matahari tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang sehingga meningkatkan suhu di atmosfer bumi (Setyanto et al. 2004). Hanson dan Hanson (1996) melaporkan bahwa metan mampu menyerap radiasi infra merah 30 kali lebih besar dibandingkan karbondioksida sehingga metan mempunyai potensi lebih besar dalam pemanasan global. Oksidasi metan dapat terjadi baik dalam keadaan anaerob maupun aerob di berbagai lingkungan seperti lahan basah, sawah, tanah gambut, tanah hutan, dan tambang batubara (Han et al. 2009). Oksidasi metan secara anaerob dilaporkan oleh Nercessian et al. (2005) terjadi di hydrothermal vents dan sedimen laut

3 dalam. Bakteri metanotrof yang ditemukan, diketahui melakukan simbiosis dengan berasosiasi di dalam jaringan insang Mytilidae yang hidup di lingkungan hydrothermal vents. Sejauh ini mikroorganisme yang berperan dalam oksidasi metan secara anaerob belum bisa dikulturkan. Mikroorganisme yang terlibat dalam oksidasi metan secara anaerob ini diidentifikasi sebagai arkhea metanotrofik (ANME), ANME-1 (Hinrich et al.1999), ANME-2 (Boetius et al. 2000), dan ANME-3 (Knittel et al. 2005). Proses oksidasi metan dikatalisis oleh enzim metan monooksigenase (MMO). Tahap pertama oksidasi metan akan menghasilkan metanol yang kemudian dioksidasi menjadi formaldehida. Formaldehida kemudian diasimilasi ke dalam biomassa sel atau dioksidasi lebih lanjut menjadi karbondioksida untuk menghasilkan energi pereduksi untuk biosintesis dan hidroksilasi metan (Gambar 1) (Hanson & Hanson 1996). Auman et al. (2001) mengatakan sebagian besar metanotrof tipe I hanya mempunyai MMO yang berikatan dengan membran intrasitoplasmik yang disebut partikulat MMO (pmmo), sedangkan metanotrof tipe II dan Methylococcus juga mempunyai MMO yang berada di sitoplasma yang dinamakan soluble MMO (smmo). Berbagai penelitian dilakukan untuk mempelajari oksidasi metan pada metanotrof. Benstead et al. (1998) melaporkan bahwa dua bakteri metanotrof yaitu Methylobacter albus BG8 dan Methylosinus trichosporium OB3b mampu mengoksidasi metan pada kultur batch dengan substrat metanol. Pada penelitian sebelumnya oleh Best dan Higgins (1981) dilaporkan bahwa metanol merupakan inhibitor kompetitif bagi enzim MMO. Hilangnya aktivitas epoksidasi dan hidroksilasi kultur M. trichosporium OB3b yang ditumbuhkan dengan metanol menunjukkan bahwa sistem enzim yang berperan bersifat indusibel. Matheson et al. (1997) melaporkan tentang terhambatnya proses oksidasi metan pada Methylococcus capsulatus (Bath) ketika dipaparkan dengan hidroklorofluorokarbon 21, difluoroklorometan, fluorodiklorometan, dan berbagai metan terflorinasi. Selama ini metanotrof diketahui hanya dapat mengoksidasi metan atau sumber karbon C1 lain seperti metanol dan metilamin. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Dedysh et al. (2005b) menunjukkan bahwa metanotrof asidofilik

4 dari genus Methylocella juga dapat menggunakan senyawa multikarbon sebagai sumber karbon dan energi. Senyawa multikarbon yang dapat digunakan antara lain asetat, suksinat, piruvat, malat, dan etanol. Genus Methylocella terdiri dari M. palustris, M. silvestris, dan M. tundrae yang masing-masing diisolasi dari tanah gambut, hutan, dan tundra. Anggota genus tersebut dan Methylocapsa acidiphila mengelompok dalam satu klaster yang berbeda dengan metanotrof tipe II lain. Bahkan Methylocella lebih dekat kekerabatannya dengan Beijerinckia indica. Selain itu, tidak adanya sistem membran internal yang mengandung pmmo membuat Methylocella secara morfologi dan metabolisme berbeda dengan metanotrof lain. Dari fakta tersebut, genus Methylocella digolongkan sebagai metanotrof fakultatif. Gambar 1 Jalur oksidasi metan dan asimilasi formaldehida pada metanotrof (Hanson & Hanson 1996). Fiksasi Nitrogen pada Bakteri Metanotrof Proses fiksasi nitrogen secara umum dapat terjadi melalui tiga cara. Pertama adalah fiksasi nitrogen yang terjadi secara alami melalui kilat dan total nitrogen yang difiksasi melalui proses ini diperkirakan sebesar 5-8%. Cara kedua adalah fiksasi nitrogen dari industri pembuatan pupuk melalui proses Haber-Bosch yang membutuhkan energi sangat besar dan memfiksasi nitrogen sebesar 50%. Terakhir adalah fiksasi nitrogen secara biologis yang dilakukan oleh mikroorganisme

5 diazotrof. Diazotrof tersebut bisa hidup bebas atau bersimbiosis dengan tumbuhan (Caton 2007). Distribusi diazotrof di alam sangat luas dan meliputi bakteria dan arkhaea. Fiksasi nitrogen secara biologis hanya dapat dilakukan oleh bakteri dan arkhaea baik itu aerobik, mikroaerofilik, fakultatif maupun anaerob obligat yang mempunyai operon nif, yang mengkodekan enzim nitrogenase (Capone et al. 2006). Metanotrof diketahui dapat mengekspresikan enzim nitrogenase dan memfiksasi nitrogen sebagai sumber N, meskipun proses ini terbatas pada beberapa genus saja. Metanotrof tipe II dan anggota metanotrof tipe X yaitu genus Methylococcus memperlihatkan kemampuan dalam memfiksasi nitrogen, sehingga dapat diaplikasikan pada lingkungan yang jumlah nitrogennya terbatas (Carini et al. 2003). Selain itu, Auman et al. (2001) juga melaporkan bahwa metanotrof tipe I yaitu genus Methylomonas dan Methylobacter marinus A45 mengindikasikan adanya kemampuan dalam memfiksasi nitrogen. Bakteri pemfiksasi nitrogen sebagian besar mempunyai gen struktural pengkode enzim nitrogenase yang terdiri dari nifh, D, dan K terletak berdampingan dalam satu operon. Ward et al. (2004) melaporkan bahwa Methylococcus capsulatus mampu memfiksasi nitrogen dan gen-gen struktural penyandi enzim nitrogenase (nifhdk) terletak berdampingan seperti bakteri pemfiksasi nitrogen lain. Perpanjangan dari gen-gen nif tersebut ialah nife, nifn, dan nifx, berfungsi untuk sintesis kofaktor Fe-Mo. Gen-gen tersebut mempunyai kesamaan sekuen yang tinggi diantara bakteri diazotrof. Proses fiksasi nitrogen bisa terjadi di berbagai lingkungan seperti di lahan basah seperti sawah (Sugitha & Kumar 2009), rizosfer (Zumft 1997), lingkungan akuatik (Hanson & Hanson 1996), lingkungan asam (Dedysh et al. 2004), acidic forest cambisol (Dunfield et al. 2003), thermal soil (Burr et al. 2006), bahkan laut dalam dan hydrothermal vents (Mehta et al. 2003). Reaksi biokimia dari proses fiksasi nitrogen membutuhkan energi berupa ATP dalam jumlah besar, sehingga fiksasi nitrogen merupakan proses yang mahal. Selain ATP, pada proses fiksasi nitrogen juga dibutuhkan feredoksin tereduksi sebagai donor elektron, sitokrom sebagai protein pembawa elektron, dan koenzim.

6 Proses ini menghabiskan energi sebanyak 16 ATP untuk memfiksasi satu mol N 2, dengan stoikiometri sebagai berikut: N 2 + 8e ATP + 16 H 2 O 2NH 3 + H ADP + 16 Pi + 8 H + (Caton 2007). Enzim Nitrogenase Konversi nitrogen menjadi ammonia dikatalisis oleh enzim nitrogenase. Enzim ini merupakan suatu kompleks metallo-protein yang mempunyai struktur yang conserved. Nitrogenase terdiri dari dua komponen protein yang dapat larut yaitu komponen I berupa protein Fe-Mo dan komponen II yaitu protein Fe. Protein Fe berfungsi sebagai donor elektron yang bergantung ATP yang ditransfer kepada komponen I, sedangkan protein Fe-Mo mengandung situs katalitik enzim (Chai 2007). Penambatan nitrogen berlangsung secara anaerob atau mikroaerob, karena keberadaan oksigen akan dapat menghambat aktivitas enzim nitrogenase. Komponen I (dinitrogenase) yang dikodekan oleh nifdk mempunyai berat molekul antara kilodalton. Subunit ini berbentuk tetramer dengan dua metallo-komplek heterodimer yang disebut klaster fosfat (P) dan kofaktor besi molibdenum (FeMo-co). Satu subunit memiliki sepasang α-β dan sepasang klaster P dan molekul FeMo-co. Molekul FeMo-co terdiri dari satu gugus homositrat dan MoFe 3 -S 3. Komponen yang lebih kecil yaitu komponen II (dinitrogenase reduktase) dikodekan oleh nifh memiliki berat molekul sekitar kilodalton. Komponen II tersusun oleh dua subunit identik α yang mempunyai gugus 4Fe-4S di tengah. Komponen ini juga memiliki dua situs pengikatan Mg-ATP yang terletak di setiap subunit, dimana bagian ini adalah donor elektron obligat kepada komplek Fe-Mo. Oleh karena itu, protein ini sangat esensial untuk proses fiksasi nitrogen (Caton 2007). Nitrogenase alternatif dibentuk pada saat molibdenum terbatas. Enzim nitrogenase ini tidak mengandung molibdenum, tetapi digantikan oleh vanadium dan besi atau besi saja. Nitrogenase alternatif vanadium dan nitrogenase yang hanya mengandung besi saja masing-masing dikodekan oleh gen vnf dan anf dan mempunyai struktur heksamer yang dikodekan oleh operon vnfdgk dan anfdgk. (Jäntti 2007; Caton 2007).

7 Enzim nitrogenase sangat sensitif terhadap oksigen. Oleh karena itu oksigen merupakan salah satu faktor yang mengatur proses fiksasi nitrogen. Oksigen akan merusak enzim nitrogenase dan menghambat proses fiksasi nitrogen. Untuk organisme pemfiksasi nitrogen anaerob obligat, pengaturan terhadap konsentrasi oksigen tidak menjadi masalah karena lingkungan tempat hidupnya bebas oksigen, sedangkan organisme diazotrof aerob dan anaerob fakultatif mempunyai suatu mekanisme atau strategi tertentu untuk melindungi enzim nitrogenase dari paparan oksigen (Jäntti 2007). Gen nifh dan nifd Proses reduksi nitrogen menjadi ammonia secara genetik dikontrol oleh gen nif. Terdapat sekitar 20 gen nif pada Klebsiella pneumonia yang menyandikan aktivitas fiksasi nitrogen. Dalam proses fiksasi nitrogen terdapat sekitar 20 kb DNA untuk menyandikan gen-gen yang dibutuhkan untuk mengekspresikan komplek enzim (Tabel 1) (Lee et al. 2000; Caton 2007). Tabel 1 Gen nif dan fungsinya Gen nif Fungsi nifa Aktivator transkripsi nifb Sintesis kofaktor Fe-Mo nifz Maturasi dan aktivasi nifh nifh Struktur nitrogenase; protein Fe nifd Struktur nitrogenase; protein Fe-Mo subunit α nifk Struktur nitrogenase; protein Fe-Mo subunit β nife Sintesis kofaktor Fe-Mo nifn Sintesis kofaktor Fe-Mo nifx Sintesis kofaktor Fe-Mo nifq Sintesis kofaktor Fe-Mo nifu Maturasi dan aktivasi, kumpulan dari klaster Fe-S nifs Maturasi dan aktivasi, sistein desulfurase homodimer nifv Sintesis kofaktor Fe-Mo; homositrat sintase nifw Maturasi dan aktivasi; perlindungan terhadap oksigen dari protein Fe-Mo nift Belum diketahui nify/nafy Chaperon untuk protein Fe-Mo; nafy merupakan FeMoco carrier nife Sintesis FeMo-co nifm Flavodoxin; donor electron untuk nifh niff Negative regulatory element nifl Positive regulatory element

8 Gen nifh dan nifd adalah gen yang sangat penting dalam proses fiksasi nitrogen karena menyandikan komplek enzim nitrogenase. Pada sebagian besar diazotrof, gen nifhdk letaknya saling bersebelahan. Analisis sekuen dari gen-gen yang berhubungan dengan fiksasi nitrogen dari berbagai diazotrof memperlihatkan penataan gen nif dan asosiasinya masing-masing sangat berbeda. Pada alfa dan gamma proteobakteria yang bertanggung jawab dalam proses transkripsi enzim nitrogenase ialah operon nifhdk, sedangkan pada diazotrof simbiosis yang tumbuh lambat enzim nitrogenasenya dikodekan oleh dua operon nifh dan nifdk (Choo et al. 2003). Gen nifh sering digunakan sebagai penanda suatu mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitrogen. Sekuen gen nifh dari bakteri pada berbagai habitat telah dibuat basis datanya dan beberapa primer oligonukleotida universal untuk mengamplifikasi gen nifh telah diketahui. Gen struktural lain pengkode nitrogenase ialah nifd. Gen nifd juga bisa digunakan sebagai penanda kemampuan suatu mikroorganisme dalam memfiksasi nitrogen, akan tetapi primer untuk amplifikasinya masih sedikit yang telah diketahui. Hal ini dapat dikatakan bahwa protein NifD kurang conserved jika dibandingkan dengan NifH, sehingga seleksi primer untuk deteksi dan amplifikasi gen nifd masih menjadi masalah yang signifikan (Fedorov et al. 2008). Ueda et al. (1995) mengatakan bahwa gen nifh sama sekali tidak mengalami perubahan selama melewati proses evolusi. Gen nifh mempunyai sekuen basis data non-ribosomal terbesar dari berbagai mikroorganisme. Gen nifh memperlihatkan keunikan filogenetik sehingga dapat dibuat hubungan kekerabatan dari mikroorganisme diazotrof. Karena sifatnya yang conserved, nifh merupakan alat molekuler yang ideal untuk mempelajari fiksasi nitrogen secara biologis di lingkungan. Selain itu nifh dapat juga digunakan untuk menentukan distribusi filogenetik dari setiap kelompok diazotrof. Karakterisasi Gen nif pada Bakteri Metanotrof Beberapa peneliti telah melakukan karakterisasi gen nif pada kelompok bakteri metanotrof. Auman et al. (2001) melakukan karakterisasi fragmen gen nifh dari metanotrof tipe I dan tipe II melalui amplifikasi dengan PCR dan sekuensing DNA. Dari analisis sekuen nifh memperlihatkan bahwa sekuen nifh dari metanotrof tipe I (Methylobacter marinus A45, Methylomonas sp. LW 13 dan

9 LW 15, dan M. methanica S1) sekelompok dengan sekuen nifh dengan diazotrof dari gammaproteobakteria. Sedangkan metanotrof tipe II (Methylocystis sp. LW 2 dan LW 5, Methylosinus sp. PW 1, LW 3, LW 8, dan LW 4, dan M. trichosporium OB3b) sekelompok dengan sekuen nifh dengan diazotrof dari alfaproteobakteria. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Auman et al. (2001) menunjukkan perbandingan sekuen NifH pada tiga isolat Methylomonas memperlihatkan homologi yang tinggi (95-99%) dengan sekuen NifH bakteri pemfiksasi nitrogen yang diamplifikasi dari sampel perakaran padi dan danau air tawar. Sekuen NifH isolat metanotrof tipe II memperlihatkan homologi sebesar 94-99% dengan sekuen NifH dari berbagai lingkungan termasuk perakaran padi, danau air tawar, lautan oligotrofik, dan tanah hutan. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa metanotrof pemfiksasi nitrogen mempunyai penyebaran yang luas dan berperan penting dalam siklus nitrogen di berbagai lingkungan Dedysh et al. (2004) melaporkan bahwa bakteri metanotrof asidofilik secara filogenetik berkerabat dekat dengan bakteri heterotrof pemfiksasi nitrogen dari genus Beijerinckia. Sekuen gen nifh dan nifd dari isolat metanotrof asidofilik Methylocella dan Methylocapsa serta dari Beijerinckia dibandingkan dengan sekuen gen nifh dan nifd dari isolat metanotrof asidofilik yaitu tipe I, alfaproteobakteria (Methylosinus dan Methylocystis) dan metanotrof tipe II, gammaproteobakteria. Dalam proses amplifikasi gen nifh digunakan kombinasi primer F1 dan nifh-r yang menghasilkan produk PCR 453 bp. Dari hasil amplifikasi nifd diketahui bahwa gen nifh dan nifd terletak pada operon yang sama yang menunjukkan bahwa organisasi gen nif pada isolat metanotrof asidofilik sama dengan alfaproteobakteria dan gammaproteobakteria (nifhdk). Penelitian yang dilakukan Dedysh et al. (2004) juga menunjukkan bahwa nilai kemiripan sekuen NifH dan NifD pada Methylocapsa acidiphila B2 dan Beijerinckia lebih tinggi (98.5 % dan 96.6 %) dibandingkan dengan nilai kemiripan berdasarkan 16S rrna. Dedysh et al. (2004) mengatakan, kemungkinan dua bakteri tersebut berasal dari nenek moyang bakteri pemfiksasi nitrogen asidofilik yang sama.

M 1 2. ~1,9 kb HASIL DAN PEMBAHASAN

M 1 2. ~1,9 kb HASIL DAN PEMBAHASAN sebanyak 5,0 µl, 10mM dntp mix (konsentrasi akhir 0,3mM) 0,75µl, 10µM primer (konsentrasi akhir 0,3µM) 0,75µl, Template DNA (100ng) 0,5µl, dan 0,5µl. KAPAHifi DNA Polymerase (1U/µl). M 1 2 ~1,9 kb Sekuensing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Bakteri metanotrof adalah bakteri Gram negatif, bersifat aerob dan menggunakan metan sebagai sumber karbon dan energi (Auman 2001). Karakteristik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemanasan Global dan Pertanian Sawah

TINJAUAN PUSTAKA Pemanasan Global dan Pertanian Sawah TINJAUAN PUSTAKA Pemanasan Global dan Pertanian Sawah Pemanasan global berkaitan dengan peningkatan gas rumah kaca (GRK) di atmosfer dan perubahan iklim. Metan (CH 4 ) dan dinitrogen oksida (N 2 O) merupakan

Lebih terperinci

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa

HASIL. Tekstur dan komposisi tanah Hasil analisis tekstur dan komposisi bahan organik pada tabel 1 menunjukkan bahwa Analisa Reduksi Asetilen (ARA : Acetylene Reduction Assay). Sebanyak,5 ml inokulum bakteri pertama pertama dan,5 ml inokulum bakteri kedua diinokulasikan kedalam campuran 2 ml NMS cair bebas nitrogen yang

Lebih terperinci

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK 1. Siklus Nitrogen Nitrogen merupakan limiting factor yang harus diperhatikan dalam suatu ekosistem perairan. Nitrgen di perairan terdapat

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI GEN nifd BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH RESTI RACHMAWATI

KARAKTERISASI GEN nifd BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH RESTI RACHMAWATI KARAKTERISASI GEN nifd BAKTERI METANOTROF ASAL SAWAH RESTI RACHMAWATI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK RESTI RACHMAWATI. Karakterisasi

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

PERTEMUAN IV: FOTOSINTESIS. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

PERTEMUAN IV: FOTOSINTESIS. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 PERTEMUAN IV: FOTOSINTESIS Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 FOTOSINTESIS Pokok Bahasan: Peran Tumbuhan dan Fotosintesis Tumbuhan sebagai produser Tempat terjadinya Fotosintesis Pemecahan air

Lebih terperinci

Pemanfaatan dan Pengembangan Bakteri Metanotrof sebagai Pereduksi Emisi Metan dan Pemfiksasi N 2

Pemanfaatan dan Pengembangan Bakteri Metanotrof sebagai Pereduksi Emisi Metan dan Pemfiksasi N 2 Pemanfaatan dan Pengembangan Bakteri Metanotrof sebagai Pereduksi Emisi Metan dan Pemfiksasi N 2 (Biofertilizer) di Lahan Sawah Dr. Ir. Iman Rusmana, MSi. Alina Akhdiya, MSi. DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN 8.1. Fotosintesis Fotosintesis atau fotosintesa merupakan proses pembuatan makanan yang terjadi pada tumbuhan hijau dengan bantuan

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

Penambat Nitrogen di alam ENZIM NITROGENASE. Bakteri Penambat Nitrogen TEKNOLOGI PENAMBATAN GAS N2 UDARA & REKAYASA GENETIK

Penambat Nitrogen di alam ENZIM NITROGENASE. Bakteri Penambat Nitrogen TEKNOLOGI PENAMBATAN GAS N2 UDARA & REKAYASA GENETIK Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi Pertemuan Ke 13 TEKNOLOGI PENAMBATAN GAS N2 UDARA & REKAYASA GENETIK Penambat Nitrogen di alam Azolla filiculoides Azolla pinnata Ir. Sri Sumarsih,

Lebih terperinci

Metabolisme : Enzim & Respirasi

Metabolisme : Enzim & Respirasi Metabolisme : Enzim & Respirasi SMA Regina Pacis Ms. Evy Anggraeny August 2014 1 Pengantar Metabolisme Yaitu modifikasi reaksi biokimia dalam sel makhluk hidup Aktivitas sel Metabolit Enzim/fermen Macamnya

Lebih terperinci

Metabolisme Energi. Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar. Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau

Metabolisme Energi. Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar. Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau Metabolisme Energi Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau Sumber Energi Mikroba Setiap makhluk hidup butuh energi untuk kelangsungan hidupnya

Lebih terperinci

Fiksasi Nitrogen Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer (78% gas di atmosfer adalah nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan

Fiksasi Nitrogen Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer (78% gas di atmosfer adalah nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan Fiksasi Nitrogen Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer (78% gas di atmosfer adalah nitrogen). Meskipun demikian, penggunaan nitrogen pada bidang biologis sangatlah terbatas. Nitrogen

Lebih terperinci

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara

NFR4, berarti isolat ini paling mampu beradaptasi dengan faktor lingkungan yang ada walaupun kurang responsif terhadap perubahan konsentrasi udara PEMBAHASAN Pangamatan morfologi sel menunjukkan bentuk sel batang, dan ada yang bulat. Sementara koloni bervariasi dari bentuk, tepian, elevasi dan warna. Hasil pewarnaan gram menunjukan bahwa ada isolat

Lebih terperinci

A.1 Reduksi Nitrat dan Nitrit Reduksi nitrat terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan reduksi nitrit terjadi di kloroplas.

A.1 Reduksi Nitrat dan Nitrit Reduksi nitrat terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan reduksi nitrit terjadi di kloroplas. Pertemuan : Minggu ke 8 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Asimilasi N - S - P pada tumbuhan Sub pokok bahasan : 1. Asimilasi nitrogen (sintesis protein) 2. Asimilasi sulfur 3. Asimilasi fosfat

Lebih terperinci

akseptor elektron pada saat medium aerob. Disisi lain keberadaan akseptor elektron nitrat dapat menimbulkan interaksi dan berpengaruh terhadap jalur

akseptor elektron pada saat medium aerob. Disisi lain keberadaan akseptor elektron nitrat dapat menimbulkan interaksi dan berpengaruh terhadap jalur PEMBAHASAN Isolat FR1, FR2, HF7 dan LF6 adalah kelompok bakteri fermentatif, tumbuh pada medium denitrifikasi yang mengandung nitrat baik secara anaerob maupun aerob. Rusmana dan Nedwell (2004), melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai kondisi fisik, kimia serta proses biologi yang secara nyata dipengaruhi oleh faktor lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kosmetik, pembuatan karet sintetis, hingga industri bahan bakar.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kosmetik, pembuatan karet sintetis, hingga industri bahan bakar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etanol banyak digunakan dalam dunia industri obat obatan, kosmetik, pembuatan karet sintetis, hingga industri bahan bakar. Penggunaan etanol pada industri bahan bakar

Lebih terperinci

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

organel yang tersebar dalam sitosol organisme STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang tersebar dalam sitosol organisme eukariot. STRUKTUR MITOKONDRIA Ukuran : diameter 0.2 1.0 μm panjang 1-4 μm mitokondria dalam

Lebih terperinci

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida

Lebih terperinci

FIKSASI NITROGEN. Bakteri pemfiksasi nitrogen. Fiksasi N 2 secara Biologi. Latar belakang 10/22/2013

FIKSASI NITROGEN. Bakteri pemfiksasi nitrogen. Fiksasi N 2 secara Biologi. Latar belakang 10/22/2013 Latar belakang FIKSASI NITROGEN Pembuatan pupuk N pada Industri (Haber Bosch) membutuhkan tekanan dan suhu tinggi ` CH 4 H 2 200 atm ; 450 o C N 2 + 3H 2 2 NH 3 Untuk menciptakan kondisi tekanan dan suhu

Lebih terperinci

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Media Kultur Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang

Lebih terperinci

2.1.3 Terjadi dimana Terjadi salam mitokondria

2.1.3 Terjadi dimana Terjadi salam mitokondria 2.1.1 Definisi Bioenergetika Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan energi selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di ekosistem perairan rawa. Perairan rawa merupakan perairan tawar yang menggenang (lentik)

Lebih terperinci

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu terikat pada satu atau lebih zat-zat yang bereaksi. Dengan demikian enzim menurunkan barier energi (jumlah energi aktivasi

Lebih terperinci

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi RESPIRASI SELULAR Cara Sel Memanen Energi TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan cara sel memanen energi kimia melalui proses respirasi selular dan faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi.

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi. BAB IV METABOLISME Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi METABOLISME ANABOLISME Proses Pembentukan Contoh: Fotosintesis, Kemosintesis Sintesis

Lebih terperinci

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2.

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Respirasi anaerob 3. Faktor-faktor yg mempengaruhi laju respirari

Lebih terperinci

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri

Analisis Nitrit Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)  HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Identifikasi Bakteri 11 didinginkan. absorbansi diukur pada panjang gelombang 410 nm. Setelah kalibrasi sampel disaring dengan milipore dan ditambahkan 1 ml natrium arsenit. Selanjutnya 5 ml sampel dipipet ke dalam tabung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. biologis. Biohidrogen berpotensi sebagai bahan bakar alternatif karena kandungan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. biologis. Biohidrogen berpotensi sebagai bahan bakar alternatif karena kandungan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biohidrogen merupakan gas hidrogen yang dihasilkan melalui proses biologis. Biohidrogen berpotensi sebagai bahan bakar alternatif karena kandungan energi yang tinggi,

Lebih terperinci

Uraian Materi Anda suka makan ubi atau kentang rebus? Ubi jalar dan kentang sama-sama mengandung karbohidrat dalam bentuk amilum.

Uraian Materi Anda suka makan ubi atau kentang rebus? Ubi jalar dan kentang sama-sama mengandung karbohidrat dalam bentuk amilum. Uraian Materi Anda suka makan ubi atau kentang rebus? Ubi jalar dan kentang sama-sama mengandung karbohidrat dalam bentuk amilum. Dari manakah asal kandungan amilum pada ubi jalar dan kentang? Amilum yang

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

METABOLISME 2. Respirasi Sel Fotosintesis

METABOLISME 2. Respirasi Sel Fotosintesis METABOLISME 2 Respirasi Sel Fotosintesis Jalur Respirasi Aerobik dan Anaerobik Rantai respirasi Fotosintesis Fotosintesis merupakan proses sintesis molekul organik dengan menggunakan bantuan energi

Lebih terperinci

Media Kultur. Pendahuluan

Media Kultur. Pendahuluan Media Kultur Materi Kuliah Bioindustri Minggu ke 4 Nur Hidayat Pendahuluan Medium untuk pertumbuhan skala laboratorium umumnya mahal sehingga dibutuhkan perubahan agar dapat dipakai medium yang murah sehingga

Lebih terperinci

REAKSI GELAP DAN FOTORESPIRASI. terang. Reaksi gelap sering disebut dengan istilah daur Benson-Calvin, hal ini

REAKSI GELAP DAN FOTORESPIRASI. terang. Reaksi gelap sering disebut dengan istilah daur Benson-Calvin, hal ini REAKSI GELAP DAN FOTORESPIRASI A. Reaksi Gelap Reaksi gelap merupakan bagian dari reaksi fotosintesis yang dalam prosesnya tidak membutuhkan energi cahaya. Reaksi ini terjadi setelah reaksi terang. Reaksi

Lebih terperinci

FOTOSINTESIS. Fotosintesis 1

FOTOSINTESIS. Fotosintesis 1 FOTOSINTESIS Fotosintesis 1 CAKUPAN MATERI Peran Fotosintesis Sejarah Fotosintesis Tempat terjadinya Fotosintesis Reaksi-reksi Fotosintesis Reaksi Terang Reaksi Gelap Tumbuhan C3, C4 dan CAM Fotosintesis

Lebih terperinci

BIOKIMIA. Marisa Handajani

BIOKIMIA. Marisa Handajani BIOKIMIA Marisa Handajani Biokimia: perubahan-perubahan kimia yang dilakukan oleh organisme hidup Reaksi yang berlangsung: Ekstraseluler reaksi hidrolisis(reaksi pemutusan ikatan kimia dengan penambahan

Lebih terperinci

BAB V FOTOSINTESIS. 5. proses terjadinya rreaksi terang dan gelap dalam proses fotosintesis.

BAB V FOTOSINTESIS. 5. proses terjadinya rreaksi terang dan gelap dalam proses fotosintesis. BAB V FOTOSINTESIS A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa mampu memahami proses fotosintesis dan mampu menguraikan mekanisme terjadinya fotosintesis pada tumbuhan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. B.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Enzim adalah biokatalisis atau polimer biologis yang dihasilkan oleh tubuh untuk mengkatalisis reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selulase merupakan salah satu enzim yang dapat dihasilkan oleh beberapa kelompok hewan yang mengandung bakteri selulolitik, tumbuhan dan beberapa jenis fungi.

Lebih terperinci

Oleh: Tim Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013

Oleh: Tim Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013 Energi & METABOLISME Oleh: Tim Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013 Sesuatu yang diperlukan untuk aktivitas seluler, seperti pertumbuhan, gerak, transport molekul maupun ion

Lebih terperinci

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob Pertumbuhan total bakteri (%) IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob dalam Rekayasa GMB Pengujian isolat bakteri asal feses sapi potong dengan media batubara subbituminous terhadap

Lebih terperinci

TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN

TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA. Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN TEORI PEMBENTUKAN ATP, KAITANNYA DENGAN PERALIHAN ASAM-BASA Laurencius Sihotang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua kehidupan di bumi ini bergantung kepada fotosintesis baik langsung maupun tidak

Lebih terperinci

KEHIDUPAN SEL PELEPASAN ENERGI DALAM SEL

KEHIDUPAN SEL PELEPASAN ENERGI DALAM SEL KEHIDUPAN SEL PELEPASAN ENERGI DALAM SEL Gimana UTSnya??? LUMAYAN...????!!? SILABUS PERTEMUAN KE- TGL MATERI 8 15 NOV 9 22 NOV 10 29 NOV KEHIDUPAN SEL (PELEPASAN ENERGI DALAM SEL) KEHIDUPAN SEL (PELEPASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki bentang alam yang beragam. Salah satu bentang alam (landscape) yang memiliki potensi dan nilai strategis adalah

Lebih terperinci

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis yang dikelilingi oleh perairan dengan luas lebih dari 60% dari wilayah teritorialnya. Perairan Indonesia memiliki sumberdaya hayati

Lebih terperinci

Macam macam mikroba pada biogas

Macam macam mikroba pada biogas Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A

Lebih terperinci

Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca)

Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca) Giant Panda (Ailuropoda melanoleuca) METABOLISME merupakan keseluruhan reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Transformasi energi selalu mengikuti setiap proses metabolisme. Transformasi

Lebih terperinci

DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si

DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si DISUSUN OLEH : WIDIYA AGUSTINA (A1F013001) FEPRI EFFENDI (A1F013021) DIAN KARTIKA SARI (A1F013047) DHEA PRASIWI (A1F013059) TYAS SRI MURYATI (A1F013073) DOSEN PENGAMPU : Dra.Hj.Kasrina,M.Si RESPIRASI Respirasi

Lebih terperinci

Fiksasi Nitrogen tanah : proses pertukaran nitrogen udara menjadi nitrogen dalam tanah oleh mikroba tanah yang simbiotik maupun nonsimbiotik.

Fiksasi Nitrogen tanah : proses pertukaran nitrogen udara menjadi nitrogen dalam tanah oleh mikroba tanah yang simbiotik maupun nonsimbiotik. PERTEMUAN III BAKTERI FIKSASI NITROGEN Kandungan Nitrogen di udara sekitar 76,5% s.d 78%, adapun supply nitrogen ke dalam tanah sekitar 0,1 0,2%. Masuknya nitrogen dari udara ke dalam tanah melalui curah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Bakteri Penitrifikasi Sumber isolat yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel tanah yang berada di sekitar kandang ternak dengan jenis ternak berupa sapi,

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riska Lisnawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riska Lisnawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikan dan produk olahan dari ikan memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan. Meskipun merupakan makanan yang bergizi, namun kontaminasi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAKTERI PENGOKSIDASI METANA DAN GEN FUNGSIONAL ISOLAT DARI TANAH SAWAH DAN GAMBUT RIZKA OKTARIANTI AINUN JARIAH

IDENTIFIKASI BAKTERI PENGOKSIDASI METANA DAN GEN FUNGSIONAL ISOLAT DARI TANAH SAWAH DAN GAMBUT RIZKA OKTARIANTI AINUN JARIAH IDENTIFIKASI BAKTERI PENGOKSIDASI METANA DAN GEN FUNGSIONAL ISOLAT DARI TANAH SAWAH DAN GAMBUT RIZKA OKTARIANTI AINUN JARIAH DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

Pengertian Mitokondria

Pengertian Mitokondria Home» Pelajaran» Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria, Struktur, dan Fungsi Mitokondria Pengertian Mitokondria Mitokondria adalah salah satu organel sel dan berfungsi

Lebih terperinci

Aliran elektron pembawa elektron berupa satu seri protein pembawa elektron dan lipid (quinone)

Aliran elektron pembawa elektron berupa satu seri protein pembawa elektron dan lipid (quinone) Aliran elektron pembawa elektron berupa satu seri protein pembawa elektron dan lipid (quinone) Setiap pembawa elektron mempunyai potensial elektroda yang berbeda serta mentransfer elektron ke pembawa dengan

Lebih terperinci

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C)

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C) Berkaitan dengan siklus oksigen Siklus karbon berkaitan erat dengan peristiwa fotosintesis yang berlangsung pada organisme autotrof dan peristiwa respirasi yang

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1 : Energi. Kegiatan Belajar 2 : Respirasi Aerob. Kegiatan Belajar 3 : Respirasi Anaerob.

Kegiatan Belajar 1 : Energi. Kegiatan Belajar 2 : Respirasi Aerob. Kegiatan Belajar 3 : Respirasi Anaerob. xi M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Fisiologi Tumbuhan ini merupakan salah satu ilmu keahlian biologi yang wajib diambil mahasiswa, yang dapat memberikan gambaran-gambaran mengenai peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB X TAHAP-TAHAP TERBENTUKNYA KEHIDUPAN

BAB X TAHAP-TAHAP TERBENTUKNYA KEHIDUPAN 10-1 BAB X TAHAP-TAHAP TERBENTUKNYA KEHIDUPAN Berdasarkan fakta di alam dan hasil-hasil percobaan di laboratorium hanya teori evolusi biokimia yang paling dapat memberi penjelasan secara ilmiah tentang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Nannochloropsis sp. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama hidupnya tetap dalam bentuk plankton dan merupakan makanan langsung bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan senyawa protein yang disintesis di dalam sel secara biokimiawi. Salah satu jenis enzim yang memiliki peranan penting adalah enzim selulase. Enzim selulase

Lebih terperinci

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menjelaskan aktivitas makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkungan A. Sifat pertumbuhan

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 6. NUTRISI DAN MEDIA Kebutuhan dan syarat untuk pertumbuhan, ada 2 macam: fisik suhu, ph, dan tekanan osmosis. kimia

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selulase merupakan enzim yang menghidrolisis ikatan glikosidik -β- 1,4 pada rantai selulosa. Selulase dapat diproduksi oleh fungi, bakteri, protozoa, tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang teknologi fermentasi, rekayasa genetika, dan teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin meningkat. Enzim

Lebih terperinci

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT BAHAN BAKU DAN PRODUK BIOINDUSTRI Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email :

Lebih terperinci

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI Proses oksidasi Peranan enzim, koenzim dan logam dalam oksidasi biologi Transfer elektron dalam sel Hubungan rantai pernapasan dengan senyawa fosfat berenergi tinggi Oksidasi hidrogen (H) dalam mitokondria

Lebih terperinci

Tabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat

Tabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat PROSES GLIKOLISIS Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat

Lebih terperinci

Energi & METABOLISME. Oleh: Mochamad Nurcholis

Energi & METABOLISME. Oleh: Mochamad Nurcholis Energi & METABOLISME Oleh: Mochamad Nurcholis Sesuatu yang diperlukan untuk aktivitas seluler, seperti pertumbuhan, gerak, transport molekul maupun ion melalui membran. Hukum Termodinamika I : Jumlah energi

Lebih terperinci

TOPIK 7 : FOTOSINTESIS DAN ENERGI KEHIDUPAN

TOPIK 7 : FOTOSINTESIS DAN ENERGI KEHIDUPAN TOPIK 7 : FOTOSINTESIS DAN ENERGI KEHIDUPAN TIK : Setelah mengikuti kuliah ini, anda dapat menjelaskan Fotosintesis dan energi kehidupan. Pengantar Ilmu Pertanian 1 Energi Energi Surya / Energi Elektromagnetik

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM 1. Interaksi antar Organisme Komponen Biotik Untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, setiap organisme melakukan interaksi tertentu dengan organisme lain. Pola-pola

Lebih terperinci

SIKLUS ASAM SITRAT SIKLUS KREBS ETI YERIZEL BAGIAN BIOKIMIA FK-UNAND

SIKLUS ASAM SITRAT SIKLUS KREBS ETI YERIZEL BAGIAN BIOKIMIA FK-UNAND SIKLUS ASAM SITRAT SIKLUS KREBS ETI YERIZEL BAGIAN BIOKIMIA FK-UNAND SIKLUS KREBS Pertama kali ditemukan oleh Krebs tahun 1937, sehingga disebut Daur Krebs Merupakan jalur metabolisme utama dari berbagai

Lebih terperinci

5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor

5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor 1. Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah. a. suhu b. cahaya c. hormon d. makanan e. ph 2. Hormon yang termasuk ke dalam jenis hormon penghambat pertumbuhan

Lebih terperinci

Metabolisme Nitrogen 1

Metabolisme Nitrogen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lintas biosintetik menuju asam amino dan nukleotida sama-sama memerlukan nitrogen, tetapi senyawa nitrogen yang dapat larut dan bermanfaat bagi aktivitas biologik biasanya

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa

Lebih terperinci

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI)

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S. (FIK-UI) Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) RETIKULUM ENDOPLASMA Ada dua jenis retikum endoplasma (ER) yang melakukan fungsi yang berbeda di dalam sel: Retikulum Endoplasma kasar (rough ER), yang ditutupi oleh

Lebih terperinci

5 Kimia dalam Ekosistem. Dr. Yuni. Krisnandi

5 Kimia dalam Ekosistem. Dr. Yuni. Krisnandi 5 Kimia dalam Ekosistem Dr. Yuni. Krisnandi 13-10-06 Pendahuluan: apakah ekosistem itu? Suatu ekosistem teridiri dari komunitas biologi yang terjadi di suatu daerah, dan faktor-faktor kimia dan fisika

Lebih terperinci

Mayor Bioteknologi Tanah Dan Lingkungan

Mayor Bioteknologi Tanah Dan Lingkungan Mayor Bioteknologi Tanah Dan Lingkungan Kurikulum Program Magister Sains Kode Mata Kuliah SKS Semester Mata Kuliah Wajib SPs (6 SKS) PPS 500 Bahasa Inggris 3(3-0) Genap STK 511 Analisis Statistik 3(2-2)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Pertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Pertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan III. Cara Kerja Sel Topik Bahasan: Fungsi (protein) membran Energi dalam kehidupan Fungsi enzim

Lebih terperinci

KULTIVASI, REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN BAKTERI. ARIF SUPENDI, M.Si.

KULTIVASI, REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN BAKTERI. ARIF SUPENDI, M.Si. KULTIVASI, REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN BAKTERI ARIF SUPENDI, M.Si. Berdasarkan zat hara yang diperlukan bakteri : 1. Sumber energi : - Kemotrofik : energi dari bahan kimia - Fototrofik : energi dari cahaya

Lebih terperinci

1. Terlibat langsung dalam fungsi metabolisme tanaman (involved in plant metabolic functions).

1. Terlibat langsung dalam fungsi metabolisme tanaman (involved in plant metabolic functions). Hara esensial : 1. Terlibat langsung dalam fungsi metabolisme tanaman (involved in plant metabolic functions). 2. Tanaman tidak akan sempurna siklus hidupnya tanpa adanya unsur tersebut (plant can not

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu oleh Drs.Dahlia, M.Pd Disusun oleh : Kelompok II/Offering A 1. Annas

Lebih terperinci

METABOLISME MIKROORGANISME

METABOLISME MIKROORGANISME METABOLISME MIKROORGANISME Mengapa mempelajari metabolisme? Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Tujuan mempelajari metabolisme mikroorganisme Memahami jalur biosintesis suatu metabolit (primer

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Biologi

Antiremed Kelas 12 Biologi Antiremed Kelas 12 Biologi UTS BIOLOGI latihan 1 Doc Name : AR12BIO01UTS Version : 2014-10 halaman 1 01. Perhatikan grafik hasil percobaan pertumbuhan kecambah di tempat gelap, teduh, dan terang berikut:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pertumbuhan tanaman buncis Setelah dilakukan penyiraman dengan volume penyiraman 121 ml (setengah kapasitas lapang), 242 ml (satu kapasitas lapang), dan 363 ml

Lebih terperinci

4. Respirasi aerob menghasilkan produk berupa A. sukrosa B. glukosa C. CO D. oksigen

4. Respirasi aerob menghasilkan produk berupa A. sukrosa B. glukosa C. CO D. oksigen 1. Pada respirasi terjadi proses pemakaian karbohidrat menjadi piruvat yang disebut... A. siklus Krebs B. siklus Calvin C. fermentasi D. glikolisis E. fiksasi Pada proses glikolisis, glukosa (C6) di pecah

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS Pembentukan biogas dipengaruhi oleh ph, suhu, sifat substrat, keberadaan racun, konsorsium bakteri. Bakteri non metanogen bekerja lebih dulu dalam proses pembentukan biogas untuk

Lebih terperinci

Tabel Perbedan Reaksi terang dan Reaksi gelap secara mendasar: Tempat membran tilakoid kloroplas stroma kloroplas

Tabel Perbedan Reaksi terang dan Reaksi gelap secara mendasar: Tempat membran tilakoid kloroplas stroma kloroplas Tabel Perbedan Reaksi terang dan Reaksi gelap secara mendasar: Reaksi Terang Reaksi Gelap Tempat membran tilakoid kloroplas stroma kloroplas Kebutuhan Cahaya membutuhkan cahaya tidak membutuhan cahaya

Lebih terperinci