KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI"

Transkripsi

1 KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : Ketahanan Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang dengan Penambahan UV Stabilizer terhadap Cuaca adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan dari pembimbing, dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Februari 2006 Iwan Risnasari NIM E

3 ABSTRAK IWAN RISNASARI. Ketahanan Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang dengan Penambahan UV Stabilizer terhadap Cuaca. Dibimbing oleh YUSUF SUDO HADI, FAUZI FEBRIANTO dan MYRTHA KARINA. Penggunaan wood polymer composite (WPC) saat ini tidak hanya berkembang untuk produk yang digunakan di dalam ruangan (indoor) seperti lantai dan dinding rumah bagian dalam, perabot rumah tangga, dan lain-lainnya tetapi juga berkembang untuk digunakan di luar ruangan (outdoor) seperti dek kapal, lambung kapal, dan atap rumah. Penggunaan WPC untuk aplikasi outdoor memunculkan permasalahan yang terkait dengan daya tahan WPC seperti stabilitas panas (thermal stability), ketahanan terhadap jamur (fungal resistance), ketahanan terhadap perubahan bentuk karena penyerapan uap air (ketahanan terhadap kelembaban), dan stabilitas terhadap ultraviolet (UV). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan UV stabilizer terhadap ketahanan komposit kayu plastik-daur-ulang yang dipaparkan terhadap cuaca. Dalam penelitian ini terdapat 12 perlakuan yang terdiri dari 2 faktor, yaitu penambahan maleat anhidrida (MAH) dan UV stabilizer dengan 3 kali ulangan. Faktor MAH terdiri dari 2 taraf, yaitu MAH 0 % dan MAH 2,5 % sedangkan faktor UV stabilizer terdiri dari 6 taraf, yaitu konsentrasi UV stabilizer 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 %. Lembaran komposit kayu plastik-daur-ulang yang dihasilkan dari penelitian ini kemudian dipaparkan terhadap cuaca selama 6 bulan. Pengujian yang dilakukan terhadap komposit yang telah mengalami pemaparan meliputi perubahan warna dan sifat mekanis (kekuatan tarik/tensile srength, modulus young dan elongasi patah/break elongation). Pengamatan lebih lanjut dilakukan dengan alat Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui perubahan permukaan komposit, dan alat Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) untuk mengetahui perubahan gugus karbonil pada komposit. Hasil penelitian antara lain menunjukkan bahwa penambahan MAH dan UV stabilizer tidak dapat menurunkan tingkat perubahan warna pada komposit, tetapi penambahan MAH berpengaruh nyata terhadap kekuatan tarik dan modulus young dari komposit selama 6 bulan pemaparan, sedangkan penambahan UV stabilizer tidak berpengaruh nyata. Faktor penambahan MAH dan UV stabilizer hanya berpengaruh nyata terhadap elongasi patah pada komposit yang tidak mengalami pemaparan, sedangkan pada komposit yang mengalami pemaparan selama 6 bulan tidak terlihat pengaruhnya. Hasil pengamatan SEM menunjukkan bahwa penambahan MAH dan UV stabilizer mampu meningkatkan ikatan antara serbuk kayu dengan plastik dan mampu mempertahankan struktur komposit yang telah mengalami pemaparan cuaca selama 6 bulan. Hasil pengujian FTIR menunjukkan bahwa penambahan MAH dan UV stabilizer pada komposit dapat mengurangi oksidasi yang terjadi akibat pemaparan, yang ditunjukkan dengan indeks karbonil yang lebih rendah. Kata kunci : komposit, UV stabilizer, plastik daur ulang, weathering

4 KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

5 Judul Tesis Nama NIM : Ketahanan Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang dengan Penambahan UV Stabilizer terhadap Cuaca : Iwan Risnasari : E Disetujui Komisi Pembimbing Prof.Dr.Ir.H.Yusuf Sudo Hadi, M.Agr Dr.Ir.Fauzi Febrianto, MS Dr. Myrtha Karina Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Dr.Ir. Dede Hermawan, M.Sc. Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc. Tanggal Lulus :

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Yusuf Sudo Hadi, M.Agr, Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS serta Dr. Myrtha Karina yang telah memberikan bimbingan, arahan serta saran, dan kritik kepada penulis selama penelitian dan penyusunan tesis ini. 2. Kepala Pusat Penelitian Fisika-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung beserta staf (Bapak Sudirman, Bapak Anung, Ibu Jimat, dan Ibu Indri) atas ijin, fasilitas, dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian. 3. Dr. Basuki Sumawinata dari Laboratorium Genesis dan Mineralogi Departemen Tanah Fakultas Pertanian IPB atas ijin dan fasilitas pengujian yang diberikan kepada penulis. 4. Direktorat Pendidikan Tinggi yang telah memberikan beasiswa kepada penulis. 5. Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ijin dan bantuan pendidikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 6. Yayasan Toyota Astra yang telah memberikan bantuan dana penelitian kepada penulis. 7. Orang tua dan suami penulis yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi S2 ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga perlu adanya perbaikan-perbaikan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukan. Bogor, Februari 2006 Iwan Risnasari

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bondowoso pada tanggal 19 Agustus 1973 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dengan orang tua Bapak AM Irawan dan Ibu Suristiani. Tahun 1992 penulis lulus dari SMAN 2 Bondowoso dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 1993 penulis diterima di Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan dan lulus tahun Pada tahun 1999 penulis diterima sebagai staf pengajar di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU). Tahun 2002 penulis diterima di Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK) Sekolah Pascasarjana IPB, dan tahun 2003 mendapatkan beasiswa dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI)

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 3 Hipotesis Penelitian... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Komposit Kayu-Plastik... 5 Limbah Kayu dan Limbah Plastik... 6 Pemanfaatan Limbah Plastik Pengaruh Cuaca terhadap Kayu, Plastik, dan Komposit Kayu-Plastik UV Stabilizer BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemaparan Perubahan Warna (Color Difference) Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Modulus Young Elongasi Patah (Break Elongation) Hasil Pengamatan Scanning Electron Microscope (SEM) Hasil Pengamatan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

9 DAFTAR TABEL Halaman 1. Unit Struktural Polimer Berdasarkan Glass Transition Data Rata-Rata Cuaca Bulanan Stasiun Bandung Nilai Nilai Rata-Rata Perubahan Parameter Kecerahan (L*) dan Paramater Warna (a* dan b*) pada Komposit Selama Pemaparan Nilai Rata-Rata Perubahan Warna ( E* ab ) pada Komposit Selama Pemaparan Nilai Kekuatan Tarik Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang Nilai Modulus Young Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang Nilai Elongasi Patah Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang ix

10 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. A) Serbuk Kayu 120 Mesh, B) Polipropilen Daur Ulang, C) UV Stabilizer Alat Mixer (Labo Plastomill) Kempa Dingin dan Kempa Panas Diagram Alir Proses Pembuatan Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang dengan Penambahan UV Stabilizer Bentuk Contoh Uji Sifat Mekanis ISO Alat Pembuat Dumbbell Alat Penyangga Contoh Uji di Lapangan Hubungan Antara L*, a*, dan b* pada Pengukuran Perubahan Warna Alat untuk Pengujian Sifat Mekanis Alat Scanning Electron Microscope (SEM) Pengaruh Pemaparan terhadap Nilai Perubahan Warna pada Kayu Plastik-Daur-Ulang Lembaran Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang : A) Sebelum Pemaparan, B) Setelah Pemaparan 3 Bulan Pengaruh Waktu Pemaparan terhadap Nilai Kekuatan Tarik Sampel setelah Pengujian Tarik: A) RPP Murni, B) Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang Pengaruh Waktu Pemaparan terhadap Nilai Modulus Young Pengaruh Waktu Pemaparan terhadap Nillai Elongasi Patah Hasil Pengamatan dengan SEM pada Komposit Tanpa MAH dan UV Stabilizer : A) Sebelum dipaparkan, B) Setelah dipaparkan 6 bulan Hasil Pengamatan dengan SEM pada Komposit Menggunakan MAH dan UV Stabilizer : A) Sebelum Pemaparan, B) Setelah Pemaparan 6 Bulan Mekanisme Fotooksidasi dan Pembentukan Radikal pada polimer (Philip et al, 2004) x

11 20. Indeks Karbonil dari Komposit Sebelum dan Setelah Pemaparan Hasil Pengamatan dengan FTIR pada RPP : A) Sebelum Pemaparan, B) Setelah Pemaparan 1 Bulan Hasil Pengamatan dengan FTIR pada Komposit Tanpa MAH dan UV Stabilizer : A) Sebelum Pemaparan, B) Setelah Pemaparan 6 Bulan Hasil Pengamatan dengan FTIR pada Komposit Menggunakan MAH dan UV Stabilizer: A) Sebelum Pemaparan, B) Setelah Pemaparan 6 Bulan Hasil Pengamatan dengan FTIR pada Komposit yang Hanya Menggunakan UV Stabilizer: A) Sebelum Pemaparan, B) Setelah Pemaparan 6 Bulan xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Sidik Ragam Perlakuan MAH dan UV Stabilizer terhadap Perubahan Warna Sidik Ragam Perlakuan MAH dan UV Stabilizer terhadap Kekuatan Tarik Sidik Ragam Perlakuan MAH dan UV Stabilizer terhadap Modulus Young Sidik Ragam Perlakuan MAH dan UV Stabilizer terhadap Elongasi Patah Hasil Pengukuran dan Perhitungan Perubahan Warna Sebelum dan Setelah Pemaparan Hasil Pengukuran Kekuatan Tarik Hasil Pengukuran Modulus Young Hasil Pengukuran Elongasi Patah xii

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian mengenai wood polimer composite/wpc (produk komposit yang merupakan penggabungan antara serbuk kayu sebagai pengisi/filler dengan plastik/resin termoplastik sebagai matriks) akhir-akhir ini makin berkembang, terutama di negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang. Perkembangan teknologi WPC ini berhubungan dengan efisiensi penggunaan kayu solid yang ketersediaannya makin lama makin berkurang dan pemanfaatan limbah kayu maupun limbah plastik yang saat ini mengganggu. Dari kegiatan pemanenan dan industri pengolahan kayu dihasilkan limbah kayu berupa potongan-potongan kayu bulat (log), sebetan, serbuk gergaji (saw dust), potongan venir dan lain-lain. Karena industri pemanenan dan pengolahan kayu masih banyak yang belum efektif dan efisien dari segi peralatan maupun manajemen, rendemen yang dihasilkan belum optimal sehingga jumlah limbah yang dihasilkan cukup besar yakni sekitar 50% dari volume kayu bulat yang diolah. Data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa limbah kayu yang dihasilkan industri kayu lapis dan kayu gergajian diperkirakan m 3, yang pemanfaatannya belum optimal. Penggunaan plastik telah berkembang sedemikian rupa meliputi seluruh sektor kehidupan mulai dari pengemasan berbagai jenis produk, peralatan rumah tangga, mebel hingga bahan bangunan dan automotif. Dalam penggunaannya, barang-barang plastik akan menghasilkan limbah plastik yang tidak dapat terdekomposisi oleh mikroorganisme pengurai di alam (non biodegradable). Limbah plastik telah menimbulkan masalah lingkungan, yaitu penumpukannya dalam jumlah besar di alam. Penggunaan WPC saat ini tidak hanya berkembang untuk produk yang digunakan di dalam ruangan (indoor) seperti lantai dan dinding rumah bagian dalam, perabot rumah tangga dan lain-lainnya tetapi juga berkembang untuk digunakan di luar ruangan (outdoor) seperti dek kapal, lambung kapal, dan atap rumah. Penggunaan WPC untuk aplikasi outdoor memunculkan permasalahan

14 2 yang terkait dengan daya tahan WPC seperti stabilitas panas (thermal stability), ketahanan terhadap jamur (fungal resistance), ketahanan terhadap perubahan bentuk karena penyerapan uap air (ketahanan terhadap kelembaban), dan stabilitas terhadap ultraviolet (UV). Terkait dengan penggunaan di luar ruangan, fotodegradasi terhadap WPC adalah masalah yang cukup rumit karena setiap komponennya dapat terdegradasi melalui mekanisme yang berbeda. Stark dan Matuana (2002) mengemukakan bahwa fotodegradasi jenis polimer sintetik dari golongan poliolefin seperti polypropylene (polipropilena/pp), high density polyethylene (HDPE) dan low density polyethylene (LDPE) berasal dari munculnya polimer-oksigen kompleks karena keberadaan sisa-sisa katalis, gugus hidroperoksida, gugus karbonil, dan ikatan ganda yang terjadi selama pembentukan polimer. Bahkan ketika ketiadaan adsorbsi sejumlah ultraviolet yang nyata, sejumlah kecil dari ketidakmurnian inipun dapat menimbulkan degradasi pada polimer. Degradasi polimer akibat fotooksidasi menimbulkan pengaruh yang tidak diinginkan seperti menurunnya kekuatan, kekakuan, dan kualitas permukaan. Memperlambat atau menghilangkan reaksi-reaksi yang menyebabkan degradasi ini sangat penting untuk menjaga stabilisasi WPC terhadap pengaruh UV. Kayu juga mengalami fotodegradasi. Semua komponen penyusun kayu seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, dan ekstraktif mudah mengalami fotodegradasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pelapukan kayu merupakan proses yang berhubungan dengan permukaan kayu, melibatkan cahaya (photo-induced) yang merusak lignin sehingga menjadi produk yang dapat bereaksi dengan air. Hal ini dapat menimbulkan turunan gugus fungsional kromoforik seperti karbonil, asam karboksilat, quinon, radikal hidroperoksida dan lain-lain (Stark and Matuana, 2002). Dari hasil penelitian Sulaeman (2003) terhadap komposit serbuk kayuplastik polipropilena daur ulang yang telah dipaparkan 3 bulan, diketahui terjadi perubahan warna pada permukaan komposit yang terkena langsung UV. Setelah pemaparan 6 bulan sifat-sifat mekanis dari komposit seperti kekuatan tarik komposit, elongasi patah dan modulus young menurun, bahkan pemberian 2,5% maleat anhidrida (MAH) sebagai compatibilizer tidak memberikan pengaruh pada

15 3 kekuatan komposit tersebut terhadap cuaca. Hasil pengamatan dengan alat Scanning Electron Microscope (SEM) memperlihatkan telah terjadi degradasi pada komposit setelah dipaparkan terhadap cuaca, yang dapat dilihat pada bagian melintang yaitu serbuk kayu dan plastik polipropilena daur ulang terpisah dan membentuk rongga-rongga. Setelah dipaparkan pada cuaca terjadi retakanretakan pada hampir seluruh permukaan komposit. Untuk meningkatkan ketahanan komposit terhadap fotodegradasi akibat radiasi UV, maka perlu dilakukan kajian mengenai pengaruh penambahan UV Stabilizer. Perumusan Masalah Meskipun penelitian mengenai fotodegradasi komposit plastik dan kayu sudah dilakukan, namun informasi mengenai pengaruh penambahan UV stabilizer terhadap proses fotodegradasi komposit kayu plastik-daur-ulang belum banyak dilakukan, terutama di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang penambahan UV stabilizer terkait dengan tingkat kerusakan akibat fotodegradasai pada WPC seperti perubahan warna (color difference) dan kekuatan mekanisnya. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui pengaruh penambahan UV stabilizer dan maleat anhidrida (sebagai compatibilizer) terhadap kekuatan komposit kayu plastik-daur-ulang setelah pemaparan terhadap cuaca. 2. Mengetahui pengaruh penambahan UV stabilizer dan maleat anhidrida (sebagai compatibilizer) terhadap penampakan komposit kayu plastik-daurulang setelah pemaparan terhadap cuaca. 3. Mengetahui kadar optimum dari UV stabilizer

16 4 Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai ketahanan komposit kayu plastik-daur-ulang setelah adanya penambahan UV stabilizer terhadap cuaca. Hipotesis Penelitian Penambahan UV stabilizer diduga dapat meningkatkan ketahanan dan mempertahankan penampilan komposit kayu plastik-daur-ulang terhadap cuaca.

17 TINJAUAN PUSTAKA Komposit Kayu-Plastik Komposit kayu merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan setiap produk kayu yang terbuat dari potongan-potongan kayu yang lebih kecil dan direkat bersama-sama (Maloney, 1996). Mengacu pada pengertian di atas, komposit kayu-plastik mengandung arti setiap komposit yang mengandung kayu (dari berbagai bentuk) dan resin termoset atau termoplastik. Termoset adalah plastik yang dibuat dengan proses pemanasan dan tekanan kemudian mengalami perubahan kimia yang membuatnya keras. Pemanasan kembali tidak akan melunakkan plastik jenis ini. Termoplastik adalah plastik yang dapat berulangkali dilunakkan, seperti polietilena, polivinil klorida (PVC). Komposit kayu-plastik termoset diperkenalkan pada awal tahun 1900-an. Produk komersial komposit ini pertama kali dipasarkan dengan nama dagang bakelite, yang terbuat dari phenol formaldehyde dan tepung kayu. Penggunaan komersial pertama kali dilaporkan sebagai a gearshift knob untuk Rolls Royce pada tahun 1916 (Gordon, 1988 dalam Clemons, 2002). Komposit kayu-plastik termoplastik telah diproduksi di Amerika Serikat selama beberapa dekade (Clemons, 2002). Pada tahun 1993, sebanyak ton bahan pengisi termoplastik dikonsumsi oleh pasar Amerika Serikat. Bahan pengisi tersebut digunakan untuk meningkatkan kekakuan dan kekuatan thermoplastik. Kebanyakan komposit termoplastik menggunakan bahan pengisi yang bersifat tidak terbarukan (non renewable), seperti serat kaca atau mineral. USDA Forest Service, Forest Products Laboratory (FPL) telah menghasilkan database penting yang menunjukkan bahwa komposit termoplastik yang dibuat menggunakan limbah kertas atau limbah serat kayu sebagai pengisi memberikan hasil yang positif dan sangat bermanfaat. Keunggulan dari komposit termoplastik dengan pengisi limbah kertas atau limbah serat kayu tersebut adalah bersifat terbarukan, murah, ringan dan tidak abrasiv pada alat prosesnya.

18 6 Serat kayu dapat juga digabungkan dengan plastik seperti polietilena, polipropilena dan comingled termoplastik menggunakan teknologi melt-blending yang murah, kecepatan proses produksi tinggi dimana kayu dan kertas dicampur dengan molten plastic. Campuran ini dapat dibentuk menjadi produk dengan menggunakan proses plastic conventional seperti ekstruksi dan molding injeksi. Plastik bertindak sebagai matriks, penyatu kayu selama proses sedangkan kayu membawa beban pada produk akhir komposit, yang menandakan keseimbangan efektif kemampuan proses dan kekuatan dari produk akhir (Youngquist, 1995). Limbah Kayu dan Limbah Plastik Limbah Kayu Dilihat dari segi lokasi terjadinya limbah, maka limbah kayu dapat dibedakan atas limbah pemanenan kayu yang berada di hutan dan limbah pengolahan kayu yang berada di lokasi industri pengolahan kayu. Limbah pemanenan kayu adalah massa kayu yang tidak dimanfaatkan sebagai akibat dari kegiatan pemanenan di hutan alam, dapat berupa (a) jenis-jenis kayu non komersil/tidak termasuk kayu mewah atau kayu dekoratif dengan penggunaan tertentu, (b) kayu bulat dengan diameter kurang dari 30 cm tanpa batasan panjang, dan (c) kayu bulat dengan panjang kurang dari 2 meter tanpa batasan diameter (Massijaya, 1997). Menurut Purwanto et al. (1994) komposisi limbah yang terjadi dalam industri pengolahan kayu adalah sebagai berikut : Penggergajian yang meliputi serbuk gergaji 10,6%, sebetan 25,9% dan potongan 14,3%. Bila dijumlahkan besarnya 50,8% dari jumlah bahan baku yang digunakan. Kayu lapis (plywood) yang terdiri dari limbah potongan dolok 5,6%, serbuk gergaji 0,7%, sampah venir basah 24,8%, sampah venir kering 12,6%, sisa kupasan 11,0%, dan potongan tepi kayu lapis 6,3%. Bila dijumlahkan besarnya limbah adalah 61,0% dari jumlah bahan baku yang digunakan.

19 7 Data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa produksi kayu lapis Indonesia mencapai m 3 dan kayu gergajian mencapai m 3. Dari jumlah produksi kedua produk tersebut dapat diperkirakan bahwa limbah kayu pada kedua jenis industri mencapai m 3. Sifat Umum Plastik Cowd (1991), mengemukakan bahwa polimer merupakan material dengan berat molekul tinggi yang terbentuk dari pengulangan unit-unit monomer yang lebih sederhana. Plastik merupakan polimer yang memiliki variasi jenis dan fungsi yang beragam sesuai dengan monomer penyusunnya. Untuk membedakan polimer satu dengan polimer lainnya, ada beberapa cara yang dapat digunakan. Salah satu cara yang digunakan adalah mengetahui suhu transisi kaca (Glass Transition Temperature /Tg), yaitu suhu saat plastik mulai mengalami perubahan dari bentuk padat menjadi bentuk yang lunak (Osswald dan Menges, 1995). Struktur beberapa polimer berdasarkan Tg dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Unit struktural polimer berdasarkan Glass Transition (Tg) Unit Struktural Polimer Tg ( o C) -CH 2 -CH 2 - Linier polietilena CH 2 -CH- Isotaktik polipropilena - 20 CH 3 -CH 2 -CH- Isotaktik polibutena - 25 CH 2 H 5 -CH 2 -CH- Isotaktik poli-3-metilbutena-1 50 HC-CH 3 CH 3 -O- CH-CH2- Isotaktik polipropilenaoksida -75 CH 3 -CH 2 -CH- Polivinil klorida 50 Cl Sumber : Osswald dan Menges, 1995

20 8 Secara umum plastik merupakan campuran bahan yang dapat dibentuk menjadi serat, lembaran atau padatan, dapat dicetak untuk kemudian mengeras dengan ketegaran yang beraneka ragam. Bahan utama plastik adalah resin atau polimer sintetis, yang diperoleh dari proses polimerisasi senyawa hidrokarbon. Oleh karena itu plastik termasuk senyawa organik dan sering disebut polimer sintetis. Bila polimer alam berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka polimer sintetis dihasilkan dari pemrosesan petrokimia. Plastik mengandung beberapa bahan tambahan untuk meningkatkan kualitas plastik sesuai dengan kebutuhan. Proses pencampuran dikenal sebagai compounding dilakukan agar bahan-bahan dapat tercampur serata mungkin (Syafitrie, 2001). Plastik mempunyai rantai kimia yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Sifat fisis plastik bergantung pada berat molekul dan struktur molekulnya. Sifat fisis plastik yang baik memiliki berat molekul minimum (Ulrich, 1995 dalam Syafitrie, 2001). Untuk memperbaiki sifat-sifat fisik-kimia, plastik memerlukan bahan tambahan atau aditif. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut komponen non-plastik, diantaranya berfungsi sebagai : pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, pengelat, meningkatkan titik leleh, anti pecah, anti lengket dan lain-lain (Crompton, 1979 dalam Syafitrie, 2001). Walaupun sifat plastik beragam dan kompleks, secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu termoplastik dan termoset. Termoplastik adalah plastik yang lunak bila dipanaskan dan kemudian mengeras ketika didinginkan. Proses pemanasan dan pendinginan dapat diulang-ulang. Contoh termoplastik antara lain polietilena (PE, HDPE, LDPE), polipropilena (PP), polivinil klorida (PVC), polistirena (PS), dan polietilena tereftalat (PET). Plastik termoset dibuat dengan proses pemanasan dan tekanan kemudian mengalami perubahan kimia yang membuatnya keras. Pemanasan kembali tidak akan melunakkan plastik jenis ini. Fenolik atau urea adalah plastik termoset yang paling banyak dipakai (Syafitrie, 2001).

21 9 Pada umumnya termoplastik dibagi kedalam dua kelompok, yaitu plastik komoditi dan plastik engineering. Plastik komoditi mencakup berbagai jenis plastik yang dikenal seperti poliolefin yang mencakup golongan polietilena (PE, HDPE, LDPE) dan polipropilena (PP), polivinil klorida (PVC), polistirena (PS), dan polietilena tereftalat (PET) (Moavenzadeh dan Taylor, 1995). Untuk mengetahui penggunaan plastik secara tepat, maka perlu diketahui bahan baku yang digunakan : 1. Polietilena (PE); pada umumnya polietilena diklasifikasikan atas tiga golongan, yaitu low density polyethylene (LDPE) dengan densitas 0,910 0,925 g/cm 3, medium density polyethylene (MDPE) dengan densitas 0,926 0,940 g/cm 3 dan high density polyethylene dengan densitas 0,941 0,956 g/cm 3. Secara umum, polietilena tahan terhadap air tetapi tidak baik sebagai penghalang oksigen dan karbondioksida. Tahan terhadap bahan kimia, tetapi pada suhu di atas 60 o C dapat bereaksi dengan beberapa hidrokarbon organik. Tidak terpengaruh oleh asam dan basa kuat kecuali asam nitrat pada suhu tinggi. LDPE paling banyak digunakan sebagai kantung, harganya murah dan dapat dikelim (silling), MDPE bersifat lebih kaku daripada LDPE dan tahan terhadap suhu yang lebih tinggi daripada LDPE. HDPE bersifat lebih kaku dari MDPE serta lebih tahan terhadap suhu tinggi hingga 120 o C, HDPE dapat digunakan sebagai kemasan produk yang harus mengalami sterilisasi. 2. Polipropilena (PP); polipropilena lebih bersifat kaku, memiliki kekuatan tarik dan kejernihan yang lebih baik daripada polietilena, permeabilitas uap air rendah. Titik leleh polipropilena cukup tinggi (167 o C). Polipropilena banyak digunakan sebagai karung plastik. Polipropilena sukar direkatkan dengan panas dibandingkan dengan polietilena. 3. Polistirena (PS); polistirena dibuat dari minyak bumi dengan jalan polimerisasi stirena. Polistirena banyak digunakan sebagai pembungkus karena jernih dan mengkilap. Titik leleh polistirena ± 56 o C, sehingga tidak dapat digunakan untuk produk yang perlu pemanasan tinggi, disamping itu polistirena sukar direkatkan dengan panas. Polistirena banyak digunakan untuk pengemasan buah-buahan, sayur-sayuran, daging, susu, yoghurt dan

22 10 lain-lain. Secara umum polistirena digunakan dalam bentuk film. Film polistirena bersifat transparan, jernih, lentur dan berkilau. 4. Polivinil klorida (PVC); polivinil klorida bersifat keras dan kaku, mudah terpengaruh oleh panas dan sinar ultra violet. Polivinil klorida mempunyai sifat yang baik sebagai penghalang terhadap lemak, alkohol, dan pelarut lemak yang lain. PVC juga tahan terhadap asam dan basa kuat kecuai sulfat dan nitrat. Pemanfaatan Limbah Plastik Upaya pemanfaatan limbah plastik dalam berbagai bentuk dan jenis produk telah dilakukan oleh berbagai pihak. Produk yang dihasilkan dapat berupa barang-barang rumah tangga, botol, tas belanja, kantong sampah, pipa air, pipa konstruksi, gantungan baju, dan lain-lain (English et al., 1997). Plastik termoset tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit penanganannya, volumenyapun hanya sekitar 10% dari volume jenis plastik yang bersifat termoplastik. Termoplastik, seperti kebanyakan logam, dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain (Moavenzadeh dan Taylor, 1995). Daur ulang merupakan proses yang ekonomis bila sisa-sisa plastik dari suatu industri yang mempunyai komposisi kimia sama dapat mudah terkumpul. Pemanfaatan limbah plastik di Indonesia menguntungkan dibandingkan negara maju karena masyarakat terpacu untuk memanfaatkan limbah plastik sebagai bahan baku industri karena perekonomian yang rendah dan kurangnya lapangan pekerjaan. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang tidak akan dilakukan di negara maju dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja berlimpah. Pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi sehingga bahan baku daur ulang akan kalah bersaing dengan bahan baku baru. Kondisi tersebut memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia. Plastik daur ulang dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu plastik yang didaur ulang dari industri (post-industry), dan plastik yang didaur

23 11 ulang dari rumah tangga (post-consumen). Plastik yang didaur ulang dari perindustrian lebih mudah diperoleh dan kualitasnya hampir sama dengan bahan plastik murni, karena merupakan bagian yang tidak dapat digunakan dari proses pembuatan produk jadi. Adapun limbah plastik yang didaur ulang dari rumah tangga masih menjadi masalah, karena selain jenisnya beragam diperkirakan produknya telah terkontaminasi substansi lain seperti resin (Killough, 1995). Untuk mengatasi masalah tersebut limbah plastik diproses melalui tiga tahapan, yaitu pemotongan (diameter 10 sampai 20 cm), pencucian, dan penghilangan zatzat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al., 1995). Pengaruh Cuaca Terhadap Kayu, Plastik, dan Komposit Kayu-Plastik Deteriorasi yang cepat akibat pemaparan pada lingkungan luar (outdoor) merupakan kerugian utama dari penggunaan kayu dan wood-based materials untuk aplikasi struktural dan teknik. Pada lingkungan luar ini perubahan warna dan tekstur terjadi dengan cepat. Kerusakan kayu akibat cuaca disebabkan oleh pengaruh kombinasi dari sinar matahari, curah hujan, oksigen dan spesies reaktif lainnya (organisme seperti jamur dan rayap), debu, serta variasi suhu dan kelembaban. Penyinaran matahari yang mengandung UV adalah faktor dominan yang menyebabkan depolimerisasi lignin dalam matriks dinding sel yang kemudian hilang/tercuci karena hujan (Sudiyani et al., 2003). Stark dan Matuana (2002) mengemukakan bahwa fotodegradasi jenis polimer sintetik dari golongan poliolefin seperti polipropilena distimulasi oleh polimer-oksigen kompleks terutama disebabkan oleh keberadaan sisa-sisa katalis, gugus hidroperoksida, gugus karbonil, dan ikatan ganda yang terjadi selama pembentukan polimer. Bahkan ketika ketiadaan adsorbsi sejumlah ultraviolet yang nyata, sejumlah kecil dari ketidakmurnian inipun dapat menimbulkan degradasi pada polimer. Degradasi polimer akibat fotooksidasi menimbulkan pengaruh yang tidak dinginkan seperti menurunnya kekuatan, kekakuan, dan kualitas permukaan. Hal yang sama terjadi pula pada kayu yang akan mengalami degradasi fotokimia bila dipaparkan pada lingkungan luar. Penelitian menunjukkan bahwa

24 12 kerusakan akibat cuaca pada kayu merupakan proses yang berhubungan dengan permukaan kayu, melibatkan photoinduced yang merusak lignin menjadi produk yang bias bereaksi dengan larutan air (kehilangan lignin). Hal ini mengakibatkan generasi gugus fungsional kromofor seperti karbonil, asam karboksilat, quinon dan radikal hidroperoksi (Matuana et al., 2001). Johnson et al. (1999) mengemukakan bahwa jika komposit serbuk kayu plastik digunakan diluar ruangan akan terbuka terhadap radiasi UV, kelembaban dan mikroorganisme. Simonsen (1996) mengemukakan bahwa komposit kayu atau bio-filler lainnya dengan termoplastik tidak tahan terhadap pengaruh outdoor exposure. Penurunan sifat terutama terlihat pada kekakuan. Coomarasamy dan Boyd (1996) menjelaskan adanya pengaruh musim panas dan dingin terhadap sifat mekanis komposit, yaitu beberapa contoh yang ditelitinya mengalami retak dan bengkok. Adapun pengaruh cuaca tropis di Indonesia terhadap komposit kayu/plastik-daur-ulang telah dilakukan oleh Sulaeman (2003). Setelah pemaparan terjadi perubahan warna pada permukaan komposit yang terkena langsung UV dan penurunan sifat-sifat mekanis dari komposit seperti kekuatan tarik komposit, elongasi patah, dan modulus young. Pemberian 2,5% maleat anhidrida (MAH) sebagai compatibilizer tidak memberikan pengaruh pada kekuatan komposit tersebut terhadap cuaca. Hasil uji bagian melintang dengan Scanning Electron Microscope (SEM) memperlihatkan serbuk kayu dan plastik polipropilen daur ulang terpisah dan membentuk rongga-rongga. Setelah dipaparkan pada cuaca terjadi retakan-retakan pada hampir seluruh permukaan komposit. UV Stabilizer Senyawa untuk melindungi poliolefin dan melawan degradasi UV (photostabilizer/uv stabilizer) secara umum diklasifikasikan menurut mekanisme senyawa tersebut terhadap degradasi. Ultraviolet absorbers (UVA), quenchers, dekomposer hidroperoksida dan radikal bebas scavengers adalah fotostabilizer yang penting untuk poliolefin. UVA komersial juga bertindak sebagai quencher

25 13 terutama untuk aromatic polymers. Bahan yang relatif baru yaitu hindered amine light stabilizer (HALS) telah diuji secara ekstensif untuk melindungi poliolefin sebagai radikal bebas scavengers. Untuk saat ini HALS merupakan golongan stabilizer yang cukup efektif untuk polietilen dan polipropilen penggunaan outdoor exposure. Dekomposer hidroperoksida diketahui tidak penting dalam melindungi poliolefin (Stark dan Matuana, 2002). Dalam penelitian Gardner (2002) UVA dan HALS efektif digunakan sebagai UV stabilizer terhadap produk komposit kayu-plastik. Kondisi pemaparan yang keras karena spektra sinar matahari mempunyai komponen UV-B yang besar, temperatur yang berubah-ubah, dan kelembaban yang tinggi, biasanya menunjukkan tingginya konsentrasi stabilizer yang digunakan dalam plastik. Stabilizer panas yang efektif juga penting digunakan untuk melindungi plastik dari degradasi selama prosessing. Tanpa stabilizer, temperatur tinggi dalam proses pembuatan polimer dapat menghasilkan spesies khromofor yang lebih mudah mengalami fotodegradasi (Andrady et al., 2003). HALS terdiri dari beberapa jenis produk disesuaikan dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Beberapa contoh produk dari HALS antara lain : HALS 944 [Poly-((6-((1,1,3,3-tetramethylbutyl)amino)-1,3,5-triazine-2,4- diyl)-((2,2,6,6-tetramethylpiperdinyl)imino)-hexane-1,6-diyl-((2,2,6,6 tetramethylpiperidinyl)imino))] CAS No. : Berat molekul : >2000 Struktur kimia : Aplikasi : Light stabilizer digunakan di dalam LDPE, PP, EVA, ABS, PS.

26 14 Spesifikasi Penampakan : Serbuk berwarna putih Softening point : >100 deg. C Kadar : 98,5% Volatiles : 1,5% HALS 770 (Decanedioic acid bis (2,2,6,6-tetramethyl-4-piperidinyl) ester) CAS No : Berat molekul : Formula molekul : C 28 H 52 N 2 O 4 Struktur kimia : Aplikasi : Light stabilizer digunakan di dalam PE, PP, ABS, PS dan PU Spesifikasi Melting point : 80~86 deg. C Kadar : 8,5% Volatil : 0,5% BLS 292 (Bis (1,2,2,6,6-pentamethyl-4-piperidinyl) sebacate) Berat molekul : 509 CAS : BLS 292 (Methyl(1,2,2,6,6-pentamethyl-4-piperidinyl)sebacate) Berat molekul : 370 CAS :

27 15 Struktur kimia: Sifat fisik Penampakan : Light yellow liquid Solution (10g/100ml Toluene) : Clear % Transmittance : 425 nm - 95% Min.500 nm - 98% Min. Viskositas : 450mPa 20 C Kerapatan : 0,99 20 C Polybatch FPP UV 1520, merupakan anti UV untuk plastik polipropilena yang mengandung kombinasi yang sinergis antara HALS dan anti-oxidan Sifat-sifat: Base Resin Homopolymer Berat jenis (g/cm 3 ) ± 0,93 Bulk density (g/l) ± 550 Kadar kelembaban (ppm) < 1500 Warna Off-White

28 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Uji Polimer Pusat Penelitian Fisika, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bandung, Laboratorium Kayu Solid Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Kimia Kayu Fakultas Kehutanan, IPB, Laboratorium Genesis dan Mineralogi Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, IPB. Penelitian dilakukan selama 1 tahun. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : serbuk kayu Eucalyptus deglupta Blume sebagai pengisi dengan ukuran 120 mesh. Sebagai matriks digunakan plastik polipropilena daur ulang (Recycle Polypropylene/RPP). RPP diperoleh dari PT Millenium Plastik Bandung dengan spesifikasi: titik leleh 167 o C, kekuatan tarik 34 MPa dan modulus young 695 Mpa. Nisbah serbuk kayu dan plastik yang digunakan adalah 50:50. Sebagai compatibilizer digunakan maleat anhidrida (MAH) dengan kadar 0 dan 2,5% dari berat plastik. Dicumyl peroxide (DCP) sebagai inisiator digunakan 15 % dari berat MAH. Bahan-bahan tersebut diperoleh dari Laboratorium Uji Polimer Pusat Penelitian Fisika LIPI Bandung. ` Untuk stabilisasi UV digunakan UV stabilizer jenis Polybatch FPP UV 1520 dengan kadar 0, 1, 2, 3, 4, dan 5% dari berat plastik. UV stabilizer diperoleh dari PT Lautan Luas, Tbk. A B C Gambar 1. A) Serbuk Kayu 120 mesh, B) Polipropilena Daur Ulang, C) UV Stabilizer

29 17 Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Labo Plastomill (Toyo-Seiki Labo-Plastomill LPM ), kempa panas dan kempa dingin (Gono Hidrolic Press produksi JICA), Color Difference Meter Model CDX-105, timbangan, plat aluminium dengan tebal 3 mm, aluminium foil, plastik milar, alat ukur, holder aluminium, Universal Testing Machine, FTIR Shimadzu tipe 4300, pisau, gunting, dan lain-lain. Metode Penelitian Pembuatan Komposit Kayu-Plastik Pengadonan Kneader terlebih dahulu dipanaskan pada 175 o C dan diputar dengan kecepatan 10 rpm. Sejumlah plastik polipropilen daur ulang dimasukkan ke kneader dan diputar selama 3 menit dengan kecepatan 30 rpm, kemudian dimasukkan serbuk kayu dengan laju rotasi ditingkatkan menjadi 40 rpm selama 3 menit. Selanjutnya berturut-turut dimasukkan UV stabilizer (1 menit), MAH (1 menit), dan DCP (1 menit),. Perbandingan jumlah pengisi dan plastik yang dimasukkan adalah 50:50 dengan jumlah total 48 cm 3 (sampai mixer terisi penuh). Pengadukan dilakukan secara terus menerus selama 9 menit. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah Labo Plastomill (Toyo-Seiki Labo-Plastomill LPM ) (Gambar 2). Gambar 2. Alat Mixer (Labo Plastomill)

30 18 Pencetakan Contoh yang telah diadon dikeluarkan dan dicetak menjadi lapisan tipis dengan kempa panas (Gambar 3). Contoh ditempatkan diantara sepasang lempeng aluminium setebal 3 mm yang diatasnya dilapisi plastik milar (film poliester) dengan spasi 0,3 mm. Hasil adonan dipanaskan terlebih dahulu selama kurang lebih 2 4 menit pada kempa panas C, kemudian dikempa panas dan dingin dengan tekanan sebesar 30 kgf/cm 2 selama 30 detik untuk contoh yang tidak menggunakan MAH dan DCP, sedangkan untuk contoh yang menggunakan MAH dan DCP diberikan tekanan 15 kgf/cm 2 selama 20 detik. Alur pembuatan komposit dapat dilihat pada Gambar 4. A B Gambar 3. A) Kempa Dingin, B) Kempa Panas

31 Gambar 4. Diagram Alir Proses Pembuatan Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang dengan Penambahan UV Stabilizer 19

32 20 Pembuatan Contoh Uji Lembaran yang dihasilkan dibentuk menjadi contoh uji menggunakan dumbbell. Bentuk dan ukuran contoh uji disesuaikan dengan standar dan alat yang digunakan dalam pengujian. Bentuk contoh uji untuk pengujian sifat mekanis mengikuti ISO 527-2:1993 (E) tipe 5A (Gambar 5). Alat untuk membuat dumbbel dapat dilihat pada Gambar 6. Keterangan contoh Uji: l : Panjang spesimen, minimum 75 mm b1 : Lebar Bagian Tengah 4 ± 0,1 mm b2 : Lebar Keseluruhan 12,5 ± 1 mm Lo : Panjang Gauge 20 ± 0,5 mm L : Jarak Antar Jepit 50 ± 2 mm h : Ketebalan 2 mm Gambar 5. Bentuk Contoh Uji Sifat Mekanis ISO Gambar 6. Alat Pembuat Dumbbell

33 21 Cara Pengujian Pengujian Terhadap Cuaca (Weathering) Pemaparan contoh uji dilakukan di lantai V, Gedung 80 Pusat Penelitian Fisika, LIPI, Bandung. Contoh uji disimpan diareal terbuka (outdoor exposure). Contoh uji dipasang pada holder dan disimpan pada penyangga (Gambar 7). Gambar 7. Alat Penyangga Contoh Uji di Lapangan Pengukuran Perubahan Warna (Color Difference) Perubahan warna diamati secara visual menggunakan alat pengukur perubahan warna yaitu Portabel Colour Difference Meter model CDX-105. Contoh uji yang telah dipaparkan pada cuaca diambil setiap bulan, kemudian dilihat perubahan warnanya. Pengujian berdasarkan JIS Z Ukuran contoh uji 7 cm x 7 cm, pengukuran perubahan warna dilakukan pada 3 titik. Perubahan warna yang terjadi merupakan rata-rata dari ketiga titik pengukuran. Perubahan warna ( Eab*) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Eab* = [( L*) 2 + ( a * ) 2 + ( b * ) 2 ] 1/2 Dimana : L* = L * setelah perlakuan L * sebelum perlakuan a * = a * setelah perlakuan a * sebelum perlakuan b * = b * setelah perlakuan - b * sebelum perlakuan

34 22 Perubahan warna ( E*ab) berkaitan dengan ruang warna pada sistem koordinat ortogonal a* dan b* yang merupakan parameter warna (Gambar 8). a* menunjukkan perubahan warna dari hijau (-a*) ke merah (+a*), b* menunjukkan perubahan warna dari biru ( b*) ke kuning (+b*), sedangkan L* yang tegak lurus a* dan b* menunjukkan parameter kecerahan (lightness) dengan variasi nilai dari 100 (putih) sampai dengan 0 (hitam). Perubahan warna yang terjadi akan bergantung kepada perubahan L*, a*, dan b*. Gambar 8. Hubungan Antara L*, a*, dan b* pada Pengukuran Perubahan Warna Pengujian Sifat Mekanis Setelah dipaparkan pada cuaca, contoh uji yang telah dipersiapkan diuji sifat mekanisnya. Pengujian untuk setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Nilai yang dapat diperoleh menunjukkan sifat kekuatan tarik, elongasi patah, dan Modulus Young. Alat untuk pengujian sifat mekanis dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Alat untuk Pengujian Sifat Mekanis

35 23 Pengamatan dengan Scanning Electron Microscope (SEM) Pengamatan dengan alat SEM dilakukan untuk mengetahui perubahan permukaan komposit kayu-plastik setelah dipaparkan pada cuaca. Alat SEM dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Alat Scanning Electron Microscope (SEM) Pengamatan dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (IR) FTIR Shimadzu tipe 4300 digunakan untuk melihat perubahan puncak karbonil pada komposit sebelum dan sesudah dipaparkan terhadap cuaca selama 6 bulan. Contoh uji diambil dari patahan contoh uji sifat mekanis. Analisis Data Data yang diperoleh dideskripsikan dalam bentuk grafik. Analisis data dilakukan dengan faktorial rancangan acak lengkap 2 x 6 dengan tiga kali ulangan menggunakan perangkat lunak Minitab versi 14. Faktor yang diteliti adalah : 1. Konsentrasi MAH terdiri dari 2 taraf, yaitu : a. MAH 0% b. MAH 2,5% 2. Konsentrasi UV stabilizer terdiri dari 6 taraf, yaitu: a. UV stabilizer 0% b. UV stabilizer 1%

36 24 c. UV stabilizer 2% d. UV stabilizer 3% e. UV stabilizer 4% f. UV stabilizer 5% Model linier aditif dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Dimana : Yi : nilai pengamatan pada faktor konsentrasi UV stabilizer taraf ke-i, faktor konsentrasi MAH taraf ke-j, dan ulangan ke-k μ : komponen aditif dari rataan αi : pengaruh utama dari konsentrasi UV stabilizer βj : pengaruh utama dari konsentrasi MAH (αβ)ij : Komponen interaksi dari konsentrasi UV-stabilizer dan konsentrasi MAH εijk : kesalahan percobaan

37 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemaparan Komposit kayu plastik-daur-ulang dipaparkan selama 6 bulan, yaitu sejak bulan Desember 2004 hingga bulan Mei Selama pemaparan, komposit dibiarkan tanpa penutup dari hujan dan angin. Data meteorologi selama berlangsungnya pemaparan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Data Rata-Rata Cuaca Bulanan Stasiun Bandung Bulan Temperatur ( o C) CH HH P LPM TU LN Angin (Knot) Rata- Max Min (mm) (Mb) (%) K A KT A Rata R T Des 04 23,0 28,0 20,1 238,9 25 3, , W 10 W Jan 23,3 28,0 20,4 168,2 23 3, , W 11 W Feb 23,1 28,5 20,2 416,7 26 3, , W 25 W Maret 23,6 28,8 20,3 307,7 25 4, , W 10 W Aprl 23,7 29,2 20,0 166,9 24 3, , W 12 E Mei 23, ,8 190,6 15 3, , W 8 E Keterangan : CH = Curah Hujan, HH = Hari Hujan, P = Penguapan, TU = Tekanan Udara, LN = Lembab Nisbi, KR = Kecepatan Rata-Rata, AT = Arah Terbanyak, KT = Kecepatan Terbesar, A = Arah Curah Hujan terbesar 24 jam : 81,0 mm terjadi pada tanggal 21 Februari 2005 Kecepatan Angin terbesar : 25,0 knot terjadi pada tanggal 24 Februari 2005 dengan arah Barat Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Geofisika Kelas I Bandung (2005) Perubahan Warna (Color Difference) Untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada permukaan contoh uji akibat pemaparan terhadap cuaca dilakukan pengujian perubahan warna. Nilai parameter warna dan kecerahan dari komposit disajikan pada Tabel 3, dan nilai rata-rata perubahan warna disajikan pada Tabel 4. Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai perubahan warna ( E*ab) cenderung meningkat dengan bertambahnya waktu pemaparan. Perubahan warna terjadi secara drastis pada bulan pertama. Dilihat dari nilai L*, contoh uji yang awalnya berwarna coklat kehitaman, setelah pemaparan 1 bulan berubah drastis menjadi putih kusam. Nilai L* meningkat dengan bertambahnya waktu pemaparan, sedangkan nilai a* (merah) dan b* (kuning) cenderung menurun dengan bertambahnya waktu pemaparan. Adapun untuk contoh uji plastik (RPP)

38 26 yang berwarna putih transparan relatif tidak menunjukkan perubahan warna setelah pemaparan. Tabel 3. Nilai Rata-Rata Perubahan Parameter Kecerahan (L*) dan Paramater Warna (a* dan b*) pada Komposit Selama Pemaparan Kadar MAH (%) Kadar UV Stabilizer (%) L* Bulan ke- a* Bulan ke- b* Bulan ke ,8 70,2 75,6 74,9 14,6 1,8 1,3 0,5 21,8 3,9 2,5 2, ,7 69,0 76,2 75,5 13,0 1,4 0,8 0,3 19,8 4,6 2,9 2, ,6 69,3 75,5 74,0 11,6 1,7 0,6 0,1 17,9 4,7 2,8 2, ,7 68,7 71,7 71,7 10,2 1,1 0,3 0,3 18,7 5,0 4,8 3, ,0 67,7 73,4 73,0 11,1 1,9 0,5 0,1 18,8 5,6 3,7 3, ,6 69,1 76,6 77,0 15,5 0,7 0,1 0,1 25,0 4,2 2,4 2,0 2,5 0 28,6 63,5 76,1 76,0 21,5 3,4 0,9 0,6 30,2 3,6 1,9 2,0 2,5 1 30,9 59,9 74,8 74,1 21,9 5,7 1,4 0,6 35,3 5,0 2,2 2,1 2,5 2 30,5 64,1 74,8 76,0 22,1 3,7 1,1 0,5 34,5 4,0 2,5 2,0 2,5 3 28,0 56,5 73,8 75,9 21,2 5,3 0,8 0,3 31,7 5,4 2,7 1,7 2,5 4 25,6 64,4 75,2 76,4 21,1 2,6 0,5 0,1 30,3 3,4 2,3 1,8 2,5 5 28,1 66,0 75,1 75,9 19,7 2,5 0,5 0,1 29,3 3,9 2,5 2,0 RPP 85,0 85,6 83,7 - -0,5-1,3-0,4-1,2 0,4 1,1 - Tabel 4. Nilai Rata-Rata Perubahan Warna ( E* ab ) pada Komposit Selama Pemaparan Kadar MAH Kadar E* ab Bulan ke- (%) UV Stabilizer (%) ,0 51,5 51, ,5 52,8 52, ,1 48,6 47, ,4 44,4 45, ,1 46,2 46, ,5 51,8 48,8 2,5 0 47,5 59,0 58,9 2,5 1 44,9 58,7 58,5 2,5 2 48,9 58,5 59,9 2,5 3 41,9 57,9 60,3 2,5 4 50,7 60,6 61,9 2,5 5 48,8 57,4 58,4 RPP 1,3 1,5 - Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan MAH dan UV stabilizer terhadap perubahan warna dalam setiap bulannya disajikan pada Lampiran 1. Penambahan MAH pada komposit memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan warna hingga bulan ketiga. Dalam hal ini pengaruh yang ditimbulkan bersifat negatif, artinya penambahan MAH mengakibatkan nilai perubahan warna yang besar. Hal ini sesuai dengan data pada Tabel 3 yang memperlihatkan adanya sedikit perbedaan warna antara contoh uji yang tidak menggunakan MAH dan yang menggunakan MAH 2,5%, yaitu pada nilai a* (merah) dan b* (kuning),

39 27 sedangkan nilai L* yang menunjukkan tingkat kecerahan relatif sama. Pada contoh uji yang menggunakan MAH 2,5% nilai a* dan b* lebih tinggi daripada contoh uji yang tidak menggunakan MAH. Hal ini menyebabkan contoh uji yang menggunakan MAH 2,5% relatif lebih terang dengan adanya warna merah kekuningan dengan permukaan lebih halus dan mengkilap. Penelitian Kishi et al. (1988) menunjukkan bahwa penampakan komposit dari refiner ground pulp (RGP) yang mengandung maleic anhydride modified polypropylene (MPP) lebih transparan dan seragam dibandingkan dengan komposit yang mengandung polipropilen. Keutamaan sifat fisik pada komposit MPP-RGP (permukaan lebih halus dan mengkilap) dibandingkan dengan komposit polipropilena-rgp adalah akibat terjadinya grafting antara RGP dan MPP melalui esterifikasi, dimana grafting dapat memperbaiki ikatan antara RGP dan polipropilena. Warna pada komposit yang lebih terang dan mengkilap ini menyebabkan nilai perubahan warna yang besar. Penambahan UV stabilizer pada komposit tidak berpengaruh nyata pada komposit yang mengalami pemaparan 1 bulan, artinya penambahan UV stabilizer hanya mengakibatkan nilai perubahan warna yang kecil. Selanjutnya pada pemaparan bulan kedua dan ketiga penambahan UV stabilizer berpengaruh nyata terhadap perubahan warna, artinya penambahan UV stabilizer hanya mengakibatkan nilai perubahan warna yang besar. Gambar 11 menunjukkan bahwa setelah pemaparan selama 3 bulan penambahan UV stabilizer lebih berpengaruh terhadap contoh uji yang tidak menggunakan MAH. Hal ini ditunjukkan oleh nilai perubahan warna yang lebih rendah pada komposit yang mengindikasikan bahwa komposit relatif lebih tahan terhadap perubahan warna akibat cuaca.

40 28 E*ab Gambar Waktu Pemaparan (Bulan) MAH 0%,UV 0% MAH 0%,UV 1% MAH 0%,UV 2% MAH 0%,UV 3% MAH 0%,UV 4% MAH 0%,UV 5% MAH 2.5%,UV 0% MAH 2.5%,UV 1% MAH 2 5% UV Pengaruh Pemaparan terhadap Nilai Perubahan Warna pada Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang Contoh uji dengan konsentrasi MAH 0% dan UV stabilizer 0% menunjukkan nilai E* ab yang relatif lebih besar daripada contoh uji dengan menggunakan UV stabilizer. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan UV stabilizer pada contoh uji dapat mengurangi terjadinya perubahan warna. Penambahan UV stabilizer dengan konsentrasi 3-4% dari berat plastik memberikan hasil yang cukup optimal dalam mengurangi nilai E* ab. Contoh uji dengan MAH konsentrasi 2,5% mengakibatkan perubahan nilai E* ab yang cenderung lebih besar daripada contoh uji tanpa penambahan MAH. Secara kasat mata contoh uji yang awalnya berwarna coklat kehitaman dengan permukaan yang halus dan mengkilap, berubah warna menjadi putih kusam dengan permukaan yang agak kasar. Perubahan secara kasat mata dapat dilihat pada Gambar 12. Perubahan warna pada permukaan komposit disebabkan oleh komposit yang mengalami degradasi fotokimia oleh cahaya UV. Degradasi terutama berlangsung pada komponen lignin dan menyebabkan perubahan warna. Warna coklat pada komposit dipengaruhi oleh lignin, dengan rusaknya lignin permukaan komposit akan lebih banyak dipengaruhi oleh selulosa yang berwarna putih. Penelitian Falk et al. (2000) menunjukkan bahwa penambahan hinderedamine UV inhibitor lebih berpengaruh terhadap polipropilen murni dalam mengurangi kehilangan warna (color fade). Adanya serbuk kayu pada komposit

41 29 sepertinya membuat hindered-amine UV inhibitor tidak efektif dalam mencegah kehilangan warna. Kehilangan warna ini dapat dikurangi dengan menambahkan pigments/colorants. A B Gambar 12. Lembaran Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang: A) Sebelum Pemaparan, B) Setelah Pemaparan 3 Bulan Kekuatan Tarik (Tensile Strength) Pengujian kekuatan tarik dilakukan untuk mengetahui perubahan kekuatan tarik dari komposit sebelum dan setelah dipaparkan terhadap cuaca. Tabel 5 memperlihatkan bahwa kekuatan tarik RPP sebelum pemaparan dan setelah pemaparan selama 1 bulan lebih besar daripada komposit kayu plastikdaur-ulang, namun setelah ditambahkan MAH pada komposit kayu plastik-daurulang kekuatan tariknya lebih besar daripada kekuatan tarik RPP. Setelah pemaparan selama 2 bulan RPP mengalami kerusakan dan akhirnya hancur.

42 30 Tabel 5. Nilai Kekuatan Tarik Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang Kadar MAH Kadar Kekuatan Tarik (MPa) Bulan Ke- (%) UV Stabilizer (%) ,2 18,3 13,8 13,8 9,2 10, ,5 17,8 14,2 13,6 10,8 13, ,3 17,6 17,7 11,3 12,9 10, ,0 15,1 12,5 11,3 12,2 12, ,8 17,7 16,7 16,1 16,1 15, ,5 18,3 16,8 14,2 14,2 14,2 2,5 0 34,7 31,7 29,0 25,1 23,8 21,5 2,5 1 36,1 33,2 28,8 26,8 24,1 23,4 2,5 2 35,2 32,3 28,0 27,8 25,3 25,3 2,5 3 36,4 33,0 28,7 27,6 25,6 21,9 2,5 4 32,3 30,7 27,9 20,6 21,4 20,7 2,5 5 34,0 31,1 23,4 25,4 24,2 22,1 RPP 33,5 28, Hasil sidik ragam pengaruh penambahan MAH dan UV stabilizer terhadap kekuatan tarik pada komposit setiap bulannya disajikan pada Lampiran 2. Penambahan MAH memberikan pengaruh nyata terhadap kekuatan tarik dari komposit hingga pemaparan selama 6 bulan, dengan kisaran 8,5-19,5 MPa untuk komposit tanpa MAH dan 20,7-34,7 MPa untuk komposit dengan tambahan MAH. Penambahan UV stabilizer tidak memberikan pengaruh nyata pada kekuatan tarik komposit selama pemaparan, namun setelah pemaparan selama 3 bulan terdapat pengaruh yang nyata pada interaksi antara MAH dan UV stabilizer. Gambar 13 menunjukkan bahwa penambahan UV stabilizer mulai terlihat pengaruhnya pada bulan kedua untuk komposit tanpa penambahan MAH. Bulan kelima dan keenam terlihat bahwa komposit yang tidak mengandung UV stabilizer cenderung menurun kekuatan tariknya dibandingkan dengan komposit yang ditambahkan UV stabilizer. Konsentrasi optimal dari UV stabilizer yang mampu mempertahankan kekuatan tarik dari komposit adalah 4%. Untuk komposit dengan penambahan MAH terlihat bahwa penambahan UV stabilizer mampu meningkatkan kekuatan tarik pada bulan pertama, kemudian pada bulan kedua tidak terlihat pengaruhnya. Pada bulan ketiga hingga keenam terlihat bahwa komposit yang mengandung UV stabilizer relatif mampu mempertahankan kekuatan tariknya dibandingkan komposit yang tidak menggunakan UV stabilizer dengan kisaran konsentrasi optimum untuk UV stabilizer adalah 1-3%. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Han dan Shiraishi (1990) yang

43 31 menambahkan antioksidan pada komposit serbuk kayu-polipropilen, ternyata antioksidan dapat menahan terjadinya depolimerisasi. Ketika semua komponen dalam pembuatan komposit dicampur pada suhu tinggi, primary radical terbentuk oleh dekomposisi peroksida yang menyerang molekul polipropilen, memisahkan atom hidrogen untuk membentuk macroradicals, mengakibatkan depolimerisasi polipropilena. Karena antioksidan dapat bereaksi dengan radikal, maka dapat digunakan untuk menghambat depolimerisasi sehingga dapat mempertahankan berat molekul polipropilena. Penambahan antioksidan sampai konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kekuatan tarik dari komposit, namun ketika penambahan antioksidan berlebihan, penambahan MAH ke polipropilena diperlambat dan MPP tidak dapat terbentuk dalam adonan/campuran, sehingga komposit kekurangan compatibilizer MPP berakibat tidak tercapainya kekuatan yang cukup. Kekuatan Tarik (MPa) Waktu Pemaparan (Bulan) A RPP MAH 0%,UV 0% MAH 0%,UV 1% MAH 0%,UV 2% MAH 0%,UV 3% MAH 0%,UV 4% MAH 0%,UV 5% MAH 2.5%,UV 0% MAH 2.5%,UV 1% MAH 2.5%,UV 2% MAH 2.5%,UV 3% MAH 2.5%,UV 4% MAH 2.5%,UV 5% Gambar 13. Pengaruh Waktu Pemaparan terhadap Nilai Kekuatan Tarik. Modulus Young Pengujian modulus young dilakukan untuk mengetahui perubahan kekakuan komposit sebelum dan setelah dipaparkan. Nilai modulus young komposit kayu plastik-daur-ulang disajikan pada Tabel 6.

44 32 Tabel 6. Nilai Modulus Young Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang Kadar MAH (%) Kadar Modulus Young (MPa) Bulan Ke- UV Stabilizer (%) ,9 1210,9 998,8 993,7 1003,2 876, ,5 1247,4 1096,6 977,7 925,1 817, ,7 1252,4 1312,8 871,6 813,6 898, ,8 1136,4 890,1 875,8 752,4 802, ,9 1166,2 1042,3 1068,1 1068,7 806, ,1 1197,0 1130,1 997,5 743,6 685,4 2, ,9 1550,0 1411,6 1317,9 1261,6 1175,8 2, ,9 1412,6 1334,1 1224,2 1191,1 1057,9 2, ,6 1441,2 1336,0 1246,8 1141,0 1042,1 2, ,5 1398,5 1265,7 1222,7 1127,7 1076,4 2, ,5 1398,5 1265,7 1222,7 1127,7 1076,4 2, ,8 1392,8 1250,1 1226,3 1150,6 1105,2 RPP 707,0 732,0 Tabel 6 memperlihatkan bahwa pemaparan pada bulan pertama menunjukkan bahwa komposit jauh lebih kaku dibandingkan dengan RPP. Hal ini disebabkan adanya serbuk kayu pada komposit yang membuatnya lebih bersifat kaku, sedangkan RPP lebih bersifat elastis. Sifat elastisitas dari kedua bahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 15 menunjukkan penurunan nilai modulus young dari komposit dengan bertambahnya waktu pemaparan. A B Gambar 14. Sampel setelah Pengujian Tarik: A) RPP Murni, B) Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang

45 33 Modulus Young (MPa) Gambar Waktu Pemaparan (Bulan) RPP MAH 0%,UV 0% MAH 0%,UV 1% MAH 0%,UV 2% MAH 0%,UV 3% MAH 0%,UV 4% MAH 0%,UV 5% MAH 2.5%,UV 0% MAH 2.5%,UV 1% MAH 2.5%,UV 2% MAH 2.5%,UV 3% MAH 2.5%,UV 4% MAH 2.5%,UV 5% Pengaruh Waktu Pemaparan terhadap Nilai Modulus Young Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan MAH dan UV stabilizer terhadap modulus young setiap bulannya disajikan pada lampiran 3. Penambahan MAH memberikan pengaruh nyata terhadap nilai modulus young dari komposit selama 6 bulan pemaparan, dengan kisaran 685,4-1441,9 MPa untuk komposit tanpa penambahan MAH dan 1042,1-1625,9 MPa untuk komposit dengan penambahan MAH. Penambahan UV stabilizer pada komposit selama 6 bulan pemaparan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai modulus young. Gambar 15 menunjukkan bahwa pada bulan kedua dan ketiga komposit yang mengandung UV stabilizer (tanpa penambahan MAH) relatif lebih mampu untuk mempertahankan kekakuanya daripada komposit yang tidak mengandung UV stabilizer. Kecenderungan tersebut tidak terlihat pada komposit dengan penambahan MAH. Elongasi Patah (Break Elongation) Pengujian elongasi patah dilakukan untuk mengetahui perubahan kerapuhan komposit sebelum dan setelah dipaparkan. Nilai elongasi patah komposit kayu plastik-daur-ulang disajikan pada Tabel 7.

46 34 Tabel 7. Nilai Elongasi Patah Komposit Kayu Plastik-Daur-Ulang Kadar MAH Kadar Elongasi Patah (MPa) Bulan Ke- (%) UV Stabilizer (%) ,8 2,0 1,6 1,7 1,1 1, ,5 2,0 1,5 1,7 1,5 1, ,6 1,9 1,7 1,6 1,4 0, ,5 1,7 1,7 1,7 1,7 0, ,5 1,9 1,8 1,9 1,8 1, ,4 1,8 1,7 1,9 1,5 1,2 2,5 0 2,1 1,6 1,7 1,6 1,5 0,9 2,5 1 2,5 2,6 1,9 2,2 1,3 1,2 2,5 2 2,1 2,1 1,7 2,0 1,1 1,1 2,5 3 3,0 2,4 1,9 2,1 1,4 1,1 2,5 4 2,0 1,8 1,8 1,7 1,0 0,9 2,5 5 2,0 2,0 1,6 1,6 1,6 0,9 Gambar 16 menunjukkan penurunan elongasi patah dengan bertambahnya waktu pemaparan. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan MAH dan UV stabilizer terhadap elongasi patah pada komposit setiap bulannya disajikan pada Lampiran 4. Penambahan MAH hanya berpengaruh nyata pada komposit sebelum dipaparkan terhadap cuaca. Selama pemaparan hingga 6 bulan penambahan MAH tidak berpengaruh nyata terhadap elongasi patah pada komposit. Break Elongation (%) 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Waktu Pemaparan (Bulan) MAH 0%,UV 0% MAH 0%,UV 1% MAH 0%,UV 2% MAH 0%,UV 3% MAH 0%,UV 4% MAH 0%,UV 5% MAH 2.5%,UV 0% MAH 2.5%,UV 1% MAH 2.5%,UV 2% MAH 2.5%,UV 3% MAH 2.5%,UV 4% MAH 2.5%,UV 5% Gambar 16. Pengaruh Waktu Pemaparan terhadap Nillai Elongasi Patah Demikian juga halnya dengan penambahan UV stabilizer, hanya berpengaruh nyata terhadap elongasi patah pada komposit sebelum dipaparkan, dan selama 6 bulan pemaparan UV stabilizer tidak berpengaruh nyata terhadap elongasi patah dari komposit. Interaksi antara MAH dan UV stabilizer

47 35 memberikan pengaruh nyata pada komposit yang belum dipaparkan dan komposit yang telah mengalami pemaparan 1 bulan. Hasil Pengamatan Scanning Electron Microscope (SEM) Pengamatan melalui Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan untuk melihat perubahan permukaan komposit atau morfologi kerusakan komposit sebelum dan setelah dipaparkan pada cuaca. Gambar 17A menunjukkan bahwa serbuk kayu terlihat utuh dan terpisah dari RPP dengan adanya rongga disepanjang serbuk kayu. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ikatan hidrogen diantara permukaan serbuk kayu dan adanya perbedaan didalam sifat polaritas antara serbuk kayu dan matriks yang menyebabkan serbuk kayu cenderung untuk mengelompok/menggumpal. Akhirnya terjadilah distribusi yang tidak sama rata disepanjang matriks menyebabkan terbentuknya ruang (spaces) disepanjang serat, dan serat menjadi terbuka. Hal ini menunjukkan rendahnya ikatan, compatibilitas dan kontak antara serbuk kayu dan matriks. Gambar 18A menunjukkan komposit terlihat lebih homogen dan sulit untuk membedakan antara serbuk kayu dan RPP, sehingga menunjukkan ikatan antara serbuk kayu dan RPP pada komposit yang menggunakan MAH dan UV stabilizer relatif lebih baik daripada komposit yang tidak menggunakan MAH dan UV stabilizer. Hal ini sesuai dengan penjelasan Febrianto et al. (1999) bahwa penambahan MAH sebagai compatibilizer mencegah terbentuknya ikatan hidrogen diantara serbuk kayu dan menyebabkan sifat permukaan serbuk kayu dan matriks menjadi lebih homogen. Penambahan MAH sebagai compatibilizer memudahkan kontak langsung antara serbuk kayu dan matriks, serta meningkatkan penyebaran dalam fase matriks. Ketika keseluruhan serat telah tertutupi oleh lapisan bahan matriks, dapat disimpulkan bahwa kontak antara matriks dan serbuk kayu dapat ditingkatkan oleh compatibilizer.

48 36 A B Gambar 17. Hasil Pengamatan dengan SEM pada Komposit tanpa MAH dan UV Stabilizer : A) Sebelum Pemaparan, B) Setelah Pemaparan 6 Bulan A B Gambar 18. Hasil Pengamatan dengan SEM pada Komposit Menggunakan MAH dan UV Stabilizer : A) Sebelum Pemaparan, B) Setelah Pemaparan 6 Bulan Setelah pemaparan 6 bulan terjadi perubahan pada komposit yang tidak menggunakan MAH dan UV stabilizer (Gambar 17B), hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan baik pada RPP maupun serbuk kayu. Perubahan juga terjadi pada komposit yang menggunakan MAH dan UV stabilizer setelah pemaparan 6 bulan (Gambar 18B), namun terlihat bahwa kerusakan yang terjadi tidak separah yang terjadi pada komposit tanpa MAH dan UV stabilizer.

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI

KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK-DAUR-ULANG DENGAN PENAMBAHAN UV STABILIZER TERHADAP CUACA IWAN RISNASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

MORFOLOGI KOMPOSIT KAYU-PLASTIK DARI LIMBAH KAYU DAN PLASTIK DAUR ULANG PADA UJI WEATHERING

MORFOLOGI KOMPOSIT KAYU-PLASTIK DARI LIMBAH KAYU DAN PLASTIK DAUR ULANG PADA UJI WEATHERING MORFOLOGI KOMPOSIT KAYU-PLASTIK DARI LIMBAH KAYU DAN PLASTIK DAUR ULANG PADA UJI WEATHERING Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 MORFOLOGI KOMPOSIT KAYU-PLASTIK DARI LIMBAH

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

yang terbuat dari lembaran atau potongan potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama (Maloney,1996). Mengacu pada pengertian ini, komposit serbuk

yang terbuat dari lembaran atau potongan potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama (Maloney,1996). Mengacu pada pengertian ini, komposit serbuk TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Limbah Kayu dan Plastik Sebagai Papan Plastik Komposit Komposit kayu merupakan istilah untuk menggambarkan setiap produk yang terbuat dari lembaran atau potongan potongan kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komposit adalah suatu sistem bahan (meterial) yang tersusun dari campuran atau kombinasi dari dua atau lebih konstituen makro yang berbeda dalam bentuk atau komposisi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri atas unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada lima puluh tahun terakhir, produk-produk yang dibuat dari bahan plastik telah menjadi kebutuhan sehari-hari. Bahan plastik ini mempunyai keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi hutan di Indonesia menunjukkan tingkat produktivitas yang menurun, padahal kebutuhan bahan baku kayu di lingkungan masyarakat dari tahun ke tahun semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polistiren adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat

Lebih terperinci

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja

bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Tabel 4. 1 Rata-rata cuaca bulanan Stasiun PUSLITBANG FP UNS. Suhu Udara

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Tabel 4. 1 Rata-rata cuaca bulanan Stasiun PUSLITBANG FP UNS. Suhu Udara BAB IV HASIL DAN ANALISA Penelitian ini dilakukan dengan beberapa pengujian untuk mengetahui pengaruh variasi jenis pelindung terhadap waktu cuaca pada plastik PP-karet. Pengujian yang dilakukan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Serat Alam Penggunaan serat alam sebagai bio-komposit dengan beberapa jenis komponen perekatnya baik berupa termoplastik maupun termoset saat ini tengah mengalami perkembangan

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Selulosa Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC)

Pengaruh Kadar Selulosa Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC) TPM 13 Pengaruh Kadar Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC) Yusnila Halawa, Bahruddin, Irdoni Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampah dan produk-produk sampingan industri adalah salah satu unsur yang dapat membuat lingkungan tercemar dan karenanya harus dilakukan suatu usaha untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia setelah Nigeria dan Thailand dengan hasil produksi mencapai lebih 23 juta ton pada tahun 2014

Lebih terperinci

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komposit polimer semakin berkembang dewasa ini, bersaing dengan komposit logam maupun keramik. Berbagai pemrosesan komposit terus dipacu, diarahkan ke sasaran produk

Lebih terperinci

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 77 6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 6.1 Pendahuluan Pengempaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas papan yang dihasilkan (USDA, 1972). Salah satu hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai bahan konstruksi bangunan atau furnitur terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. otomotif, elektronik, pulp, dan kertas (Sudjindro, 2011). (sisa potongan, serutan, serbuk gergaji) (Willy dan Yahya, 2001).

TINJAUAN PUSTAKA. otomotif, elektronik, pulp, dan kertas (Sudjindro, 2011). (sisa potongan, serutan, serbuk gergaji) (Willy dan Yahya, 2001). TINJAUAN PUSTAKA Serat (Fiber) Serat alami merupakan bahan baku yang ramah lingkungan, karena mudah terdegradasi dan serat alami tanaman juga memiliki kemampuan menyerap CO 2 yang cukup besar. Serat alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komposit merupakan salah satu jenis bahan yang dibuat dengan penggabungan dua atau lebih macam bahan yang mempunyai sifat yang berbeda menjadi satu material dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 12 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2012. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu: Tahap 1. Pembuatan polimer khitosan dilakukan di UPT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penggunaan polimer dan komposit dewasa ini semakin meningkat di segala bidang. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universita Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universita Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabodetabek rata-rata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 204 di Workshop Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi hutan di Indonesia menunjukkan tingkat produktivitas yang menurun, padahal kebutuhan bahan baku kayu di lingkungan masyarakat dari tahun ke tahun semakin meningkat

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20 KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN POLYETHYLENE (PE) DAUR ULANG THE QUALITY OF COMPOSITE BOARD MADE OF WASTE OIL PALM STEM (Elaeis guineensis Jacq) AND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, [ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengunaan material komposit mulai banyak dikembangakan dalam dunia industri manufaktur. Material komposit yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang kembali, merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

II. TINJAUAN PUSTAKA. membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktifitas Air (Aw) Aktivitas air atau water activity (a w ) sering disebut juga air bebas, karena mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kebutuhan akan material juga cenderung bertambah dari tahun ke tahun sehingga dibutuhkan material-material baru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan industri besar, industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I-l. Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan

BAB I PENDAHULUAN. I-l. Bab I. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan I-l BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, rrrekanis dan kimia. Secara garis besar, plastik dapat digolongkan menjadi dua, yakni plastik yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku, pembuatan dan pengujian sifat fisis papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian sifat mekanis

Lebih terperinci

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381 TUGAS AKHIR MM091381 PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER Oleh : Diego Pramanta Harvianto 2708100020 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan yang merupakan pendukung utama untuk perkembangan pembangunan di Indonesia. Jalan juga melayani 80-90 % mobilisasi seluruh angkutan barang dan orang. Hal tersebut

Lebih terperinci

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT VI. OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT Pendahuluan Penelitian pada tahapan ini didisain untuk mengevaluasi sifat-sifat papan partikel tanpa perekat yang sebelumnya diberi perlakuan oksidasi.

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP) BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Aspek Perlindungan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture. Kayu juga memiliki

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini pemanfaatan polimer telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh yang sering kita jumpai sehari-hari adalah plastik

Lebih terperinci

PENGARUH CAMPURAN 50% POLYPROPYLENE, 30% POLYETHYLENE, 20% POLYSTYRENE TERHADAP VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES INJECTION MOLDING TIPE TEFORMA RN 350

PENGARUH CAMPURAN 50% POLYPROPYLENE, 30% POLYETHYLENE, 20% POLYSTYRENE TERHADAP VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES INJECTION MOLDING TIPE TEFORMA RN 350 PENGARUH CAMPURAN 50% POLYPROPYLENE, 30% POLYETHYLENE, 20% POLYSTYRENE TERHADAP VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES INJECTION MOLDING TIPE TEFORMA RN 350 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. Bahkan di wilayah yang seharusnya belum menjadi masalah telah menjadi masalah. Yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengemasan merupakan proses perlindungan suatu produk pangan yang bertujuan menjaga keawetan dan konsistensi mutu. Produk yang dikemas akan memiliki masa simpan relatif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,

Lebih terperinci

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 48 4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 4.1 Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kekuatan papan yang dihasilkan masih rendah utamanya nilai MOR

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) 1 Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.) Kartika Tanamal Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polietilena termasuk jenis polimer termoplastik, yaitu jenis plastik yang dapat didaur ulang dengan proses pemanasan. Keunggulan dari polietilena adalah tahan terhadap

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN 1. Bahan Bahan baku pembuatan pati terdiri atas tapioka dan pati sagu yang diperoleh dari pengolahan masyarakat secara tradisional dari daerah Cimahpar (Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data statistik Kehutanan (2009) bahwa hingga tahun 2009 sesuai dengan ijin usaha yang diberikan, produksi hutan tanaman mencapai 18,95 juta m 3 (HTI)

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS ENDANG MINDARWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 6 Judul Tesis Nama NIM : Kajian

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini berupa metode eksperimen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh daun sukun dalam matrik polyethylene.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Proses penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisika FMIPA USU, Medan untuk pengolahan Bentonit alam dan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bandung

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya

I. PENDAHULUAN. air, gas, aroma, dan zat-zat lain dari bahan ke lingkungan atau sebaliknya I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pengemasan merupakan hal terpenting untuk mempertahankan kualitas bahan pangan karena pengemas mampu bertindak sebagai penahan migrasi uap air, gas, aroma, dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi pada zaman modern ini, komposit polimer juga semakin berkembang,komposit polimer bersaing dengan komposit matriks logam maupun keramik.

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD i PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaki, Aboe. 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

2015 PEMBUATAN D AN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT LIMBAH D AUN SUKUN D ENGAN MATRIK POLYETHYLENE

2015 PEMBUATAN D AN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT LIMBAH D AUN SUKUN D ENGAN MATRIK POLYETHYLENE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Plastik memiliki kelebihan kepraktisan dan bobot ringan yang membuatnya banyak dipakai. Orang-orang di seluruh dunia umumnya menggunakan plastik untuk keperluan

Lebih terperinci

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

Ilmu Bahan. Bahan Polimer Ilmu Bahan Bahan Polimer Bahan Polimer Polimer disebut juga makromolekul merupakan molekul besar yang dibentuk dengan pengulangan molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer berasal dari dua kata :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimen. Metode eksperimen dilakukan mulai dari proses pembuatan atau fabrikasi komposit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material komposit merupakan suatu materi yang dibuat dari variasi penggunaan matrik polimer dengan suatu substrat yang dengan sengaja ditambahkan atau dicampurkan untuk

Lebih terperinci

Pengaruh Diameter dan Panjang Serat Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC)

Pengaruh Diameter dan Panjang Serat Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC) TPM 10 Pengaruh Diameter dan Panjang Serat Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC) Siti Sakinah, Zultiniar, Bahruddin Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Menurut Hadi (2004), klasifikasi botani kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN Interaksi Bahan dan Teknologi Pengemasan Interaksi Bahan dan Kemasan Pertukaran Udara dan Panas Kelembaban Udara Pengaruh Cahaya Aspek Biologi Penyimpanan Migrasi Zat

Lebih terperinci

PROTECTION TAPE ST MORITA INDUSTRIES

PROTECTION TAPE ST MORITA INDUSTRIES PROTECTION TAPE ST MORITA INDUSTRIES Suatu material dapat berubah atau rusak karena adanya pengaruh lingkungan. Suatu produk maupun material harus selalu dilindungi terhadap sinar matahari langsung, suhu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ERICK MARTHIN GULTOM (061203028) KEHUTANAN 2010 KUALITAS PAPAN PLASTIK KOMPOSIT PADA BERBAGAI TINGKAT PENDAURULANGAN PLASTIK ERICK MARTHIN GULTOM 061203028 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini infrastruktur jalan raya di Indonesia masih merupakan masalah besar karena sebahagian jalan raya ini perlu peremajaan/perbaikan setiap tahunnya dan ini sangat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : bahan baku pembuatan pati termoplastis yang terdiri dari tapioka dan onggok hasil produksi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan bangunan untuk perumahan, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maka semakin bertambah pula kebutuhan pokok masyarakat dalam bahan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 TEKNOLOGI POLIMER Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Laporan Tugas Akhir 3.1 Diagram Alir Proses Gambar 3.1. Diagram alir penelitian 25 Penelitian ini ditunjang dengan simulasi komputer dari hasil penelitian komposit PE-serbuk

Lebih terperinci

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Papan partikel dari campuran limbah rotan dan penyulingan PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Particle Board from Mixture of Rattan Waste and Gemor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci