BAB 2 Tinjauan Pustaka
|
|
- Yuliana Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola asuh Definisi pola asuh Dalam keluarga terdapat pola pengasuhan anak, Wahyuning,et al.( (2005) mendefinisikan pola asuh sebagai cara atau perlakuan orang tua yang diterapkan kepada anak. Pola asuh menentukan bagaimana cara orang tua merespon kebutuhan dan keinginan anak, cara mereka mengatur anak dan akibat yang ditimbulkan bagi perkembangan anak selanjutnya (dalam Ijaz & Mahmood, 2009). Gunarsa (2002) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu interaksi antara orang tua dengan anak selama orang tua menerapkan pengasuhan, dalam hal ini orang tua mendidik, membimbing dan melindungi anak. Suami dan istri mungkin saja membawa pandangan yang berbeda mengenai pengasuhan ke dalam pernikahan (Santrock, 2007). Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan suatu cara yang digunakan oleh orang tua untuk mendidik, membimbing dan melindungi anak mereka, dimana cara pengasuhan ini akan mempengaruhi anak sepanjang hidupnya Dimensi pola asuh Baumrind (dalam Santrock, 2007) menyebutkan tiga jenis pola pengasuhan anak yang biasa diterapkan oleh orang tua. A. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian) Merupakan pola asuh yang bersifat menghukum, memiliki kendali yang kuat dan memberikan batasan yang jelas. Orang tua yang otoriter cenderung bersikap memaksakan kehendak atau keinginan terhadap anak mereka. Remaja dengan penerapan pola asuh ini biasanya memiliki permasalahan dalam perilaku sosial, kemampuan komunikasi yang rendah dan mengalami kesulitan dalam memulai suatu,hal ini dikarenakan anak tidak terbiasa melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri (Santrock, 2007) sedangkan menurut Steinberg (dalam Greening, Luebbe & Stoppelbein, 2010) orang tua dengan jenis pengasuhan 7
2 8 otoriter cenderung kurang sensitif, tidak fleksibel dan membuat banyak aturan serta mengaharapkan anak memiliki ketaatan dan kepatuhan yang tinggi. Anak dengan tipe pengasuhan ini memiliki prestasi akademik yang kurang baik, kepercayaan diri yang rendah dan menunjukan agresi serta rentan terhadap penggunaan obat-obatan terlarang. B. Pola Asuh Otoritatif (Authoritative) Orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya namun tetap memberikan batasan agar anak dapat mengontrol perilakunya sendiri. Orang tua membangun komunikasi aktif serta hubungan timbal balik yang sesuai dengan anak. Remaja yang diasuh dengan tipe pengasuhan ini cenderung kompeten, bertanggung jawab, memiliki kepercayaan diri yang baik dan memiliki kesadaran diri yang tinggi dalam menunjukan perilakunya (Santrock, 2007). Anak dengan penerapan pola pengasuhan ini cenderung menunjukan prestasi akademik yang tinggi, berperilaku dengan baik, dan dapat menjalin hubungan interpersonal yang akrab serta memiliki banyak teman (Steinberg, dalam Greening, Luebbe & Stoppelbein, 2010) C. Pola Asuh Permisif (Permissive) Pola asuh ini terbagi menjadi dua jenis yaitu pertama, permisif mengabaikan (Neglectful Permissive). Orang tua memberikan kebebasan tanpa kontrol yang tepat dan tidak mencampuri hal-hal dalam kehidupan remaja. Penerapan pola asuh ini membuat remaja cenderung merasa tidak diperhatikan, tidak dapat mengendalikan kebebasan dengan baik dan berperilaku tanpa memikirikan akibatnya, mengembangkan suatu perasaan bahwa aspek-aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dibandingkan mereka, tidak membangun kemandirian dengan baik. Kedua, permisif memanjakan (Indulgent Permissive). Pola pengasuhan ini menerapkan bahwa orang tua sangat berperan dalam setiap aspek kehidupan remaja, mengizinkan remaja melakukan apa saja yang di inginkannya dengan sedikit kontrol. Penerapan pola asuh ini membentuk remaja yang kurang memiliki kemampuan pengendalian diri, manja dan sulit diatur, berharap semua keinginannya dituruti. Orang tua dengan gaya ini menilai bahwa dengan memberikan anak keleluasaan dengan sedikit batasan akan membuat anak menjadi kreatif dan percaya diri. Anak jarang menaruh hormat kepada orang lain sehingga ia jarang disenangi dan sedikit memiliki teman sebaya.
3 9 2.2 Perilaku konsumtif Definisi perilaku konsumtif Menurut Fromm (1995, dalam Arysa 2013) perilaku konsumtif adalah perilaku dimana individu mempunyai suatu barang dengan tujuan untuk menunjukan status dari pemiliknya dan tidak berorientasi pada fungsi atau manfaat dari barang itu sendiri. Sumartono (2002) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai perilaku yang disebabkan karena adanya keinginan yang didasari oleh pemikiran yang tidak rasional dan bukan berdasarkan kebutuhan pokok. Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan untuk melakukan konsumsi tiada batas dan lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan ( Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, dalam Lina & Rosyid, 1997). Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat peneliti simpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah kegiatan menghabiskan barang atau jasa didasari oleh pemikiran yang tidak masuk akal dengan mementingkan aspek kepuasan yang tinggi dari pada kebutuhan Jenis perilaku konsumtif Menurut Rosyid dan lina (1997, dalam Arysa) terdapat tiga jenis perilaku konsumtif yaitu impulsive buying, non rational buying dan wasetful buying. A. Impulsive Buying Merupakan perilaku membeli yang berlebihan, perilaku ini ditandai dengan sikap senang berberlanja tanpa terencana, berfoya-foya dan menghamburkan uang untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan. B. Non-Rational Buying Perilaku membeli yang tidak didasari oleh pemikiran yang rasional atau tidak masuk akal. Biasanya individu membeli barang dengan harga yang tidak sebanding dengan nilai manfaat dari barang/jasa tersebut. C. Wasteful Buying Merupakan perilaku membeli yang ditandai dengan pembelian barang yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan individu yang sesungguhnya.
4 Karakteristik perilaku konsumtif Sumartono (2002) menjelaskan tentang indikator-indikator perilaku konsumtif. Diantaranya adalah sebagai berikut : A. Membeli karena ingin menjaga penampilan dan gensi. Remaja memiliki kepedulian terhadap citra tubuhnya maka dari itu mereka akan menjaga penampilan mereka dengan sebaik-baiknya. Misalnya dengan mengikuti tren berpakaian yang sedang diminati remaja seusianya. B. Membeli bukan karena manfaat dari barang. C. Membeli dengan kepercayaan bahwa dengan membeli barang yang mahal maka akan meningkatkan rasa percaya diri. D. Mencoba lebih dari dua produk sejenis dengan merk yang berbeda. Misalnya remaja memiliki suatu produk dengan merk X namun ia membeli barang yang serupa dengan merk yang bebeda walaupun fungsi produk sebelumnya belum habis masa pemakaiannya. E. Membeli barang untuk menjaga symbol atau status. Hal ini dapat menunjang sifat eksklusif dari pemiliknya dan memberikan kesan bahwa pemilik berasal dari kelas sosial yang tinggi. F. Membeli karena tertarik pada hadiah. G. Membeli karena tertarik pada kemasan produk. H. Membeli karena tertarik dengan image dari model yang mengiklankan produk tersebut Dimensi perilaku konsumtif Fromm (1995, dalam Arysa 2013) menyebutkan empat dimensi perilaku konsumtif yaitu : A. Pemenuhan keinginan Individu memiliki rasa puas yang terus mengalami peningkatan maka dari itu ia menginginkan sesuatu yang lebih untuk memenuhi kepuasannya, walaupun sebenarnya individu tidak memiliki kebutuhan akan barang tersebut. B. Barang di luar jangkauan Ketika individu berperilaku konsumtif maka tindakan konsumsinya menjadi kompulsif dan tidak rasional. Individu tidak lagi memenuhi kebutuhan untuk
5 11 mencari kepuasan dengan mendapatkan barang-barang baru. Pada akhirnya individu mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi memenuhi rasa puasnya dalam mengkonsumsi barang dan jasa tersebut. C. Barang tidak produktif Ketika individu mengkonsumsi barang/jasa secara berlebihan maka kegunaan konsumsi menjadi tidak jelas. Sehingga barang/produk yang telah dibeli menjadi tidak produktif. D. Status Termasuk kedalam perilaku konsumtif, jika perilaku individu dalam memiliki barang atau menggunakan jasa dengan alasan untuk mempertimbangkan ataupun untuk meningkatkan status yang dimiliki. Tindakan konsumsi ini sudah tidak memiliki makna yang berarti karena hanya untuk mencapai status semata Faktor yang memengaruhi perilaku konsumen Mangkunegara (2005) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen seseorang yaitu budaya, kelompok anutan dan keluarga. A. Pertama, faktor budaya dapat memprediksi perilaku konsumen seseorang berdasarkan nilai-nilai yang dipegangnya, dimana nilai tersebut didapatkannya dari generasi ke generasi. B. Kedua, faktor kelompok anutan yaitu unit masyarakat kecil yang perilakunya dapat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan dalam mendapatkan atau menggunakan barang dan jasa. C. Terakhir adalah faktor keluarga yang merupakan suatu unit masyarakat terkecil dimana perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli. 2.3 Persepsi Definisi persepsi Persepsi adalah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan. Menurut Walgito (2004) perepsi merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui aat indera atau proses sensoris. Sedangkan definisi persepsi menurut Sunarto (2003) adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan
6 12 dan menginterpretasikan kesan inderaagar memberikan makna kepada lingkungan, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan objektif Faktor yang mempengaruhi persepsi Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Widayatun (2005) yaitu faktor ideologi, politik, ekononomi, sosial-budaya, lingkungan, genetik, psikis dan proses mental individu. Walgito (2004) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi persepsi individu yaitu : A. Perhatian Perhatian merupakan tahap pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka memulai suatu persepsi. Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukan pada suatu objek. B. Objek yang dipersepsi Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi namun dapat juga datang dari dalam. Objek yang dipersepsi adalah objek yang menimbulkan stimulus dapat mengenai alat indera atau reseptor (kulit, telinga, mata) C. Alat indera, Syaraf dan pusat susunan syaraf Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus atau yang sering disebut dengan reseptor. Stimulus yang diterima oleh reseptor diteruskan kedalam syaraf dimana syaraf bertindak sebagai sensoris. Kemudian diteruskan kembali menuju otak sebagai susunan syaraf pusat. Sedangkan Wade & Tavris (2007) menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi persepsi individu. Keempat faktor tersebut adalah sebagai berikut : A. Faktor Kebutuhan Terjadi ketika individu membutuhkan, menginginkan dan tertarik terhadap suatu hal. Maka dari itu individu dapat mempersepsikan sesuai dengan kebutuhannya tersebut. B. Faktor Kepercayaan Merupakan sesuatu yang diyakini sebagai hal benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Kepercayaan dapat mempengaruhi individu dalam menginterpretasikan sinyal sensorik terhadap suatu objek atau stimulus.
7 13 C. Faktor Emosi Mempengaruhi persespsi individu mengenai informasi sensorik. Emosi postif seperti perasaan bahagia dapat menghasilkan penilaian yang positif terhadap suatu stimulus. D. Faktor Ekspetansi Merupakan pengalaman di masa lalu yang dapat mempengaruhi cara individu dala mempersepsikan sesuatu. Individu cenderung mempersepsikan suatu hal sesuai dengan keinginannya. 2.4 Remaja akhir Definisi Remaja Menurut Hurlock (dalam Farida, 2013) adalah suatu proses berkembangnya kematangan mental, emosional dan fisik dari individu. Sedangkan definisi menurut Papalia masa remaja adalah masa transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana individu mengalami perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Rumini dan Sundari (dalam Farida, 2013) menjelaskan remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2007). Dengan demikian masa trasisi remaja hingga dewasa dapat berlangsung cukup lama sampai remaja dapat mengembangkan berbagai keterampilan yang lebih efektif untuk menjadi anggota penuh dari suatu masyarakat (Santrock, 2007). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai oleh pubertas dan berkembangnya fungsi-fungsi seksual, kognitif dan emosional dari individu. Pada masa remaja akhir minat pada karir, pacaran, dan eksploitasi identitas seringkali lebih nyata pada masa ini dibandingkan pada masa remaja akhir (Santrock, 2007). Idhami (dalam Farida, 2013) menyebutkan bahwa rentang masa remaja berkisar antara 10 hingga 21 tahun yang terbagi mejadi empat kelompok yaitu masa pra remaja (10-12 tahun), masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Santrock (2007)
8 14 membedakan masa remaja menjadi dua periode yaitu masa remaja awal antara tahun dan masa remaja akhir usia tahun. WHO (World Health Organization) (dalam Farida, 2013) menetapkan bahwa usia remaja berkisar antara usia tahun Perubahan pada masa remaja A. Perubahan biologis Meliputi perubahan-perubahan fisik individu yang ditandai dengan pubertas. Pubertas merupakan perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2007). Sedangkan pubertas menurut Farida (2013) adalah perubahan dari fisik seorang anak menjadi fisik seorang dewasa yang terjadi secara bertahap. Pada remaja laki-laki masa pubertas ditandai dengan mimpi basah, perubahan suara, penis mulai membesar, testis mulai tumbuh, berat dan tinggi badan yang tumbuh secara signifikan dan tumbuh rambut disekitar daerah wajah, ketiak serta kemaluan. Pada remaja putri ditandai dengan datangnya menstruasi, payudara yang mulai membesar, tumbuh rambut disekitar daerah wajah, ketiak dan kemaluan. B. Perubahan kognitif Meliputi perubahan dalam pikiran, intelegensi dan bahasa, seperti kemampuan dalam memecahkan masalah dan kemampuan dalam penalaran mengenai hal-hal abstrak. Menurut Santrock (2007) remaja merasa bahwa mereka berfikir lebih banyak dari perkiraan orang dewasa. Remaja merasa mereka mengetahui alasan suatu hal terjadi, memiliki analisis yang tepat dan berfikir bahwa apa yang mereka lakukan merupakan suatu tindakan yang benar. C. Perubahan sosial-emosional Mencangkup perubahan emosi, kepribadian dan peran. Santrock (2007) mendefinisikan emosi sebagai perasaan yang timbul ketika seseorang berada dalam suatu situasi atau interaksi yang mempengaruhi kebahagiannya. Hurlock (dalam Farida, 2013) menyatakan bahwa masa remaja sebagai masa angin ribut dan badai emosional. Farida (2013) mengibaratkan kondisi emosi masa remaja seperti petasan yang dapat meledak kapan pun dan dimana pun tanpa diketahui sebelumnya. Seperti dua mata koin yang berbeda, keadaan emosi remaja terkadang merasa
9 15 sangat melankolis, bersikap minder, mudah tersingung, dan pesimis. Disisi lain terkadang remaja sangat antusias, merasa sangat bahagia dan optimis. 2.5 Kerangka berfikir Gambar 1 Kerangka Berfikir Remaja Perilaku Konsumtif Pola Asuh Hall (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa sejalan dengan perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional yang dialami oleh remaja, mereka menjadi cenderung menyimpang dan penuh konflik seperti menggunakan obat-obatan terlarang, pesta, seks bebas, tauran, dan gemar ikut-ikutan mode. Fenomena yang terjadi di Jakarta yaitu para remaja yang menjadi pekerja seks komersil (PSK) guna mencari uang tambahan untuk memenuhi desakan memiliki produk terbaru mulai dari gadget sampai produk kecantikan (Noor,2013). Menurut Mangkunegara (2005) salah faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen individu adalah keluarga. Dalam keluarga terdapat pola pengasuhan anak yang diterapkan oleh orang tua untuk mendidik dan mengendalikan anaknya, menurut Baumrind (dalam Santrock, 2007) terdapat 3 jenis pola asuh yaitu otoriter, otoritatif dan pola asuh permisif yang memiliki sub-dimensi yakni mengabaikan dan memanjakan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dananjoyo (2012) mengenai hubungan antara persepsi pola asuh orang tua permisif dengan perilaku konsumtif pada remaja sebanyak 80 orang, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara persepsi pola asuh orang tua permisif dengan perilaku konsumtif pada remaja.
10 16 Berdasarkan literatur diatas, maka peneliti ingin melihat hubungan antara persepsi pola asuh secara keseluruhan yaitu pola asuh otoriter, otoritatif, memanjakan dan mengabaikan dengan perilaku konsumtif khususnya pada remaja di Jakarta. 2.6 Hipotesis Hipotesis merupakan asumsi sementara terhadap masalah penelitian dan tidak hanya disusun berdasarkan pengamatan pertama tetapi juga didasarkan pada hasil analisis dan literatur yang sesuai dengan bidang penelitian (Iskandar, 2013). Hipotesis menurut Singarimbun (dalam Iskandar, 2013) adalah instrumen kerja dan teori oleh karena itu hipotesis menjadi sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan. a. Terdapat hubungan antara persepsi pola asuh otoriter dengan perilaku konsumtif pada remaja di Jakarta b. Terdapat hubungan persepsi antara antara pola asuh otoritatif dengan perilaku konsumtif pada remaja di Jakarta c. Terdapat hubungan antara persepsi antara pola asuh permisif memanjakan dengan perilaku konsumtif pada remaja di Jakarta d. Terdapat hubungan antara persepsi pola asuh permisif mengabaikan dengan perilaku konsumtif pada remaja di Jakarta
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang Masa remaja merupakan periode peralihan perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional (Santrok,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumtif Menurut Fromm (1995) perilaku konsumtif merupakan perilaku yang ditandai oleh adanya kehidupan berlebihan dan menggunakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB 3 Metode Penelitian
BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Asuh Orang Tua dan Persepsi Definisi Menurut Kastutik & Setyowati (2014) orang tua memiliki kecenderungan untuk
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pola Asuh Orang Tua dan Persepsi 2.1.1 Definisi Menurut Kastutik & Setyowati (2014) orang tua memiliki kecenderungan untuk membentuk karakteristik-karakteristik tertentu dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. Santrock menyebutkan bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa. perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja Santrock menyebutkan bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah penting karena dengan
Lebih terperinciTAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Komunikasi interpersonal. antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan suatu proses yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi interpersonal 2.1.1. Definisi Komunikasi interpersonal Komunikasi dapat didefinisikan sebagai penyampaian informasi antara dua orang atau lebih. Komunikasi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, akan dijelaskan beberapa hal mengenai definisi kontrol diri, aspek kontrol diri, faktor yang mempengaruhi kontrol diri, definisi perilaku konsumtif, faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Perilaku Konsumtif. produk yang tidak tuntas artinya, belum habis sebuah produk yang dipakai
BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan memakai produk yang tidak tuntas artinya, belum habis sebuah produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja pada umumnya memang senang mengikuti perkembangan trend agar tidak ketinggalan jaman. Seperti yang dikutip dari sebuah berita alasan remaja menyukai belanja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap
BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak
TINJAUAN PUSTAKA Interaksi Ayah-Anak Dalam kehidupan berkeluarga, ayah biasanya diidentikkan sebagai orang tua yang banyak meninggalkan rumah, menghukum, mempunyai pengetahuan yang lebih luas, berkedudukan
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan teori-teori yang berkaitan dengan variabel pola asuh orang tua serta variabel manajemen waktu, juga subjek remaja hingga kerangka berpikir dari penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang
Lebih terperinciMateri kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Kemandirian merupakan isu psikososial yang muncul secara terus menerus dalam seluruh siklus kehidupan individu (Steinberg, 2002). Isu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa transisi yang diawali dengan perubahan biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja ditandai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN 1. Pengertian Kemandirian Kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku sesuai keinginannya. Perkembangan kemandirian merupakan bagian penting untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswi merupakan bagian dari masa remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS A. Pola Asuh 1. Definisi Pola Asuh Baumrind (dalam Bee & Boyd, 2007) menyatakan bahwa para orangtua tidak boleh menghukum dan mengucilkan anak, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Orientasi dan Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja berusia 17-21 tahun. Para remaja ini terbagi di SMKN 1, SMKN 2, SMKN 5, SMA Mataram, SMA Ksatrian dan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki
Lebih terperinciBAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah china, India, dan Amerika Serikat. Saat ini Indonesia menempati posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik Kata konsumtif mempunyai arti boros, makna kata konsumtif adalah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk menunjukkan pertumbuhan, perkembangan, dan eksistensi kepribadiannya. Obyek sosial ataupun persepsi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI akhir. Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai harga diri, perilaku konsumtif, dan remaja 2.1 Harga Diri 2.1.1 Definisi Harga Diri Menurut Coopersmith (dalam Pohan, 2006) harga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian pola asuh Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya adalah mendidik anak. Menurut (Edwards, 2006), menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock, 2012). Remaja merupakan usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota
BAB II LANDASAN TEORI II. A. Pria Metroseksual II. A. 1. Pengertian Pria Metroseksual Definisi metroseksual pertama kalinya dikemukakan oleh Mark Simpson (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak dan dewasa adalah fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja a. Pengertian Kepercayaan Diri Salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula di kaitkan pubertas atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak remaja yang mengalami perubahan khususnya dalam segi penampilan dan hal ini mendorong remaja untuk terus memenuhi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Gillin dalam (Sunarto, 2004:21) mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara psikologis perubahan merupakan situasi yang paling sulit untuk diatasi oleh seseorang, dan ini merupakan ciri khas yang menandai awal masa remaja. Dalam perubahannya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wellbeing merupakan kondisi saat individu bisa mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terperinci serta dapat mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat melanjutkan cita-cita bangsa serta membawa bangsa kearah perkembangan yang lebih baik. Mahasiswa
Lebih terperinciDalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Definisi Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif adalah sebagai bagian dari aktivitas atau kegiatan mengkonsumsi suatu barang dan jasa yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia remaja merupakan dunia yang penuh dengan perubahan. Berbagai aktivitas menjadi bagian dari penjelasan usianya yang terus bertambah, tentu saja karena remaja yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Membeli 1. Pengertian Perilaku Membeli Perilaku adalah semua respon (reaksi, tanggapan, jawaban; balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme (Chaplin, 1999). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Akademik A.1. Pengertian Prestasi Akademik Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kemampuan yang disebabkan karena proses belajar. Bentuk hasil proses belajar
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia baik sebagai individu maupun makhluk sosial, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berupa: 1) Kebutuhan utama, menyangkut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinci