BAB II TINJAUAN TEORI. Belajar adalah suatu proses untuk menghasilkan sebuah kemampuan,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORI. Belajar adalah suatu proses untuk menghasilkan sebuah kemampuan,"

Transkripsi

1 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Belajar Belajar adalah suatu proses untuk menghasilkan sebuah kemampuan, keterampilan, dan sikap. Menurut pendapat Khairani (2013: 12) mengatakan bahwa hakekat belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas dan pengalaman guna memperoleh pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mendapatkan sebuah pengetahuan, keterampilan, dan sikap perlu melalui sebuah proses pembelajaran yang dilakukan secara sadar, sehingga dapat terlihat dari adanya perubahan perilaku. Banyak para ahli juga yang mendefinisikan tentang belajar, seperti yang dikemukakan oleh Rober (Syah, 2011: 66) mengatakan bahwa belajar adalah The process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Hal itu sejajar dengan pendapat Whittaker (Anurrahman, 2011: 35) bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu rangkaian kegiatan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan sebagai hasil dari pengalaman seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang nantinya ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang menyangkut kecakapan kognitif, afektif dan psikomotor. 5

2 B. Kesulitan Belajar 1. Pengertian Kesulitan Belajar Setiap peserta didik datang ke sekolah pada hakikatnya untuk belajar agar menjadi manusia yang lebih berilmu pengetahuan dikemudian hari. Hal itu sesuai dengan pengertian belajar yang telah di jelaskan sebelumnya, bahwa dengan belajar seseorang dapat mengalami perubahan tingkah laku dan bertambahnya pengetahuan sebagai hasil pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Peserta didik dalam proses belajar tidak hanya melakukan aktivitas fisik saja melainkan kejiwaan dan mental peserta didik sangat diperlukan oleh peserta didik sebagai bukti kesiapan peserta didik. Menurut Soemanto (Kawuryan & Raharjo, 2012: 9) mengatakan bahwa dalam proses belajar individu mempunyai kapasitas mental yang berkembang akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fungsi pada sistem syaraf dan jaringan otak. Akibat dari hereditas dan lingkungan berkembanglah kapasitas mental individu yang berupa inteligensi. Berdasarkan hal tersebut pola perilaku setiap peserta didik memiliki perbedaan. Perbedaan peserta didiklah yang menyebabkan tingkah laku belajar dalam kalangan pendidik. Peserta didik yang tidak bisa belajar atau memiliki catatan kurang baik dalam hasil belajar seperti tinggal kelas itu dimungkinkan mengalami kesulitan belajar. Kemudian Khairani (2013: 187), mengatakan pendapat bahwa individu dalam keadaan tidak dapat belajar sebagaimana mestinya disebut dengan kesulitan belajar. Allan (Mulyadi, 2010: 6) berpendapat bahwa kesulitan belajar adalah a learning difficultiy represent a direpancy between a child s estimated academis

3 potensial and his actual level of academic performance, dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar terjadi jika kemampuan peserta didik berbeda dengan hasil belajar yang diperoleh. Kemudian The National Joint Committee for Learning Disabilities (Abdurahman, 2009: 7) mengatakan definisi sebagai berikut : Kesulitan belajar menunjukan pada sekelompok kesulitan yang manifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika.gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi system saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang menggangu misalnya sensoris, tunagrahita, hambatan sosian dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan. Berdasarkan pengertian di atas dapat diuraikan bahwa kesulitan belajar adalah kondisi dimana terjadi perbedaan antara kemampuan atau perkembangan yang dimiliki peserta didik dengan prestasi yang diperolehnya, hal itu dimungkinkan terjadi karena lambat dalam membaca, menulis, atau berhitung. Selain itu dimungkinkan adanya hambatan dan gangguan dalam diri peserta didik, seperti disebabkan kurang fokus dalam belajar, inteligensi yang kurang, ketidak sesuaian gaya belajar, motivasi dan minat yang rendah, serta lingkungan belajar yang kurang mendukung peserta didik dalam belajar. 2. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik sangat beragam dan memiliki jenis yang berbeda-beda. Banyak para ahli berpendapat mengenai jenis kesulitan belajar, seperti pendapat Abdurrahman (2009: 11) mengatakan bahwa kesulitan belajar secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

4 a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan Kesulitan ini sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasi terlebih dahulu agar dapat menguasi bentuk keterampilan berikutnya. Selain itu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan disebabkan oleh gangguan motorik, persepsi, bahasa, komunikasi, dan penyesuaian perilaku sosial. b. Kesulitan belajar akademik Kesulitan belajar akademik menunjukan pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang tidak sesuai dengan aktivitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut mencangkup penguasaan ketarampilan membaca, menulis, dan berhitung. Selanjutnya terdapat Ahli lain yang berpendapat mengenai jenis-jenis kesulitan belajar, seperti Mulyadi (2010: 16) mengatakan bahwa ada 3 jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik dalam belajar diantarnya: a. Kesulitan dalam mencapai tingkat ketuntasan minimal dari pelajaran yang telah disampaikan, akan tetapi kesulitan itu berupa kurangnya penguasaan pada materi tertentu yang menyebabkan peserta didik tidak mencapai standar. b. Peserta didik yang belum dapat mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai atau karena proses belajar yang sudah ditempuhnya tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik yang bersangkutan. c. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, karena secara konseptual tidak menguasai bahan yang dipelajarai secara menyeluruh, tingkat

5 penguasaan bahan sangat rendah, konsep-konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sukar tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah sulit untuk dipahami. Jenis kesulitan belajar yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar memiliki jenis yang bervariasi. Dari ketidak berhasilan peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan, pemahaman konsep yang kurang matang, sehingga menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan untuk melanjutkan ketahapan kompetensi selanjutnya. Kesulitan belajar tidak mudah untuk diklasifikasikan jenisnya karena kesulitan belajar merupakan kesulitan yang bersifat heterogen, berbeda dengan kesulitan belajar yang bersifat kesulitan spesifik seperti tunagrahita, tunarungu, atau tunanetra yang bersifat homogen, setiap kesulitan belajar yang dialami peserta didik memiliki diagnosis yang berbeda-beda. Akan tetapi berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, kesulitan belajar dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Kesulitan Belajar yang berhubungan dengan perkembangan Kesulitan belajar ini dimungkinkan terjadi akibat adanya perkembangan yang belum sesuai, dalam hal ini suatu yang menjadi dasar untuk memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi mengalami hambatan atau gangguan. Kesulitan tersebut dapat ditunjukan dengan rendahnya penguasaan keterampilan prasyarat yang tidak memenuhi standar yang sudah tentukan, kurangnya pemahaman konsep belajar, baik pada konsep yang mudah maupun sulit, dan juga mencakup kesulitan dalam berbahasa, komunikasi, dan penyesuaian perilaku sosial.

6 2) Kesulitan belajar akademik Kesulitan belajar yang berhubungan dengan akademik merupakan kesulitan yang dialami peserta didik menampilkan salah satu atau beberapa kegagalan dalam akademik. Kegagalan-kegagalan tersebut mencangkup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan berhitung. Kesulitan belajar ini dapat dipahami oleh guru dan orang tua ketika peserta didik menampilkan permasalahan dalam hal akademiknya yang dapat dijadikan dasar awal untuk mengetahui kesulitan belajar yang sebanarnya dialami peserta didik. 3. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Kesulitan belajar yang dialami peserta didik pastinya dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Kesulitan belajar tersebut dapat dipengaruhi baik dari diri peserta didik sendiri maupun dipengaruhi dari luar peserta didik. Menurut Abdurrahman (2009: 13) mengatakan bahwa kesulitan belajar dipengarhui oleh beberapa faktor yaitu ketururnan, luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen, biokimia yang hilang. Biokimia yang dapat merusak otak seperti zat-zat kimia buatan, pencemaran lingkungan yang dapat menggangu kerja otak, gizi yang tidak memadai, pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan peserta didik. Faktor kesulitan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa faktor dari kesulitan belajar peserta didik disebabkan faktor dari dalam diri peserta didik maupun faktor lain seperti genetik atau keturunan, kondisi kesehatan peserta didik, kondisi lingkungan dan pengaruh dari psikologi dan sosial yang dapat

7 mempengaruhi perkembangan peserta didik, seperti ekonomi keluarga, sosial dan budaya masyarakat yang tidak mendukung kemajuan pengetahuan peserta didik. Kemudian ahli lain yaitu Khairani (2013: ) yang mengatakan bahwa faktor kesulitan belajar dapat terbagi menjadi 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Faktor Internal Faktor internal yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik meliputi kondisi fisik dan psikologis. Kondisi fisik peserta didik dapat berpengaruh terhadap kesulitan belajar peserta didik. Kondisi peserta didik dalam belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar karena jika kondisi peserta didik sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga syaraf sensori dan motoriknya lemah. Hal itu disebabkan karena rangsangan melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Kemudian kondisi cacat tubuh juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, karena hal itu dapat menghambat aktivitas peserta didik dalam belajar. Cacat tubuh ringan seperti kurang pendengaran, penglihatan, gangguan psikomotor, sedangkan cacat tubuh yang tetap seperti tuna netra, tuna rungu, dan lain-lain. Selanjutnya kondisi psikologis peserta didik dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Inteligensi atau kecerdasan, bahwa anak dengan kecerdasan lemah atau terbatas kecakapannya apabila mereka harus menyelesaikan persoalan yang melebihi potensinya jelas dia tidak mampu dan banyak mengalami kesulitan.

8 2) Kesehatan Mental, dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah kecerdasan melainkan juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Seseorang tanpa terkecuali peserta didik memiliki kebutuhan dan dorongan seperti penghargaan, kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan, dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional. 3) Bakat, setiap peserta didik memiliki bakat yang berbeda, potensi yang dimiliki peserta didik sangat beragam, kesulitan belajar yang dialami peserta didik dapat dimungkinkan karena tidak sesuai bakatnya. Hal itu dapat mempengaruhi kesulitan belajar karena biasanya peserta didik tersebut menujukkan sikap cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak senang dalam belajar. 4) Minat, tidak adanya minat sesorang terhadap sesuatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar. Belajar yang tidak sesuai dengan minatnya mungkin karena tidaksesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kecakapannya, dan tidak sesuai dengan dirinya. Sehingga akan menjadikan anak malas memperhatikan, tidak mencatat. 5) Motivasi, merupakan faktor batin berfungsi untuk menimbulkan mendasari, perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan belajar sehingga semakin besar motivasi semakain besar kesuksesannya. Hal itu dapat terlihat dari kegigihan dalam belajar, berusaha, giat untuk menambah pengetahuan. 6) Gaya belajar peserta didik berbeda-beda. Terdapat gaya belajar peserta didik dengan visual, motoris, dan campuran, masing-masing memiliki karakter yang berbeda-beda. Gaya belajar dapat mempengaruhi kesulitan belajar jika gaya

9 belajar yang dimiliki peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tersebut tidak sesuai dengan dirinya. Faktor psikologi yang telah dijelaskan di atas, pada dasarnya berpengaruh terhadap kesulitan belajar, terutama kecerdasan peserta didik memiliki peran penting dalam belajar, akan tetapi kecerdasan tidak menjadi hal mutlak sebagai pengaruh terbesar dalam kesulitan belajar yang dialami peserta didik, kerena ada faktor lain yang juga mempengaruhi seperti minat, motivasi, dan gaya belajar. Ketiga hal tersebut juga dimungkinkan berpengaruh karena kenyamanan, motivasi, dan hal yang sesuai dengan peserta didik, akan memudahkan peserta didik dalam menangkap informasi. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar dapat dipengaruhi oleh diri peserta didik sendiri yang meliputi kondisi fisik peserta didik, dan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya inteligensi atau kecerdasannya yang kurang dalam menyerap ilmu pengetahuan, minat dalam belajar, kesesuaian gaya belajar peserta didik, motivasi dan bakat dari dalam diri peserta didik. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik. Faktor eksternal adalah sebagai berikut: 1) Keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama. Tetapi dapat juga mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik. Cara mendidik anak merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar. Orang tua

10 yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh dan kurang memperhatikan kemajuan anak-anaknya dapat menjadi penyebab kesulitan belajar peserta didik. Orang tua terlalu keras dalam mendidik atau terlalu memanjakan anaknya, serta tidak menciptakan keharmonisan dalam keluarga dapat menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Kemudian orang tua yang sibuk bekerja karena ekonomi yang rendah maupuan ekonomi yang berlimpah, terlalu banyak anak yang diawasi, sehingga bimbingan yang diberikan kurang maksimal, dapat menjadi salah satu penyebab kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. 2) Sekolah Sekolah merupakan tempat memperoleh pendidikan setelah lingkungan keluarga. Sekolah memiliki faktor penting dalam keberhasilan belajar peserta didik, begitu pula dengan kegagalan peserta didik. Faktor sekolah yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik salah satunya yaitu guru. Guru merupakan sumber belajar utama bagi peserta didik, sehingga kualitas guru dapat menentukan keberhasilan dari peserta didik. Guru tidak kualified dalam pengambilan metode, dan kurang menguasi pelajaran serta pengelolaan kelas dapat menjadi penyebab kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. Kemudian hubungan guru dengan murid juga dapat menghambat proses belajar peserta didik, misalnya guru tidak disukai murid menyebabkan murid malas dan tidak semangat dalam belajar. Selain itu terdapat faktor lain seperi ruang sekolah, kurikulum, dan proses pembelajaran yang dilakukan kurang

11 dilaksanakan dengan baik juga dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi peserta didik. 3) Lingkungan Lingkungan masyarakat merupakan tempat peserta didik bergaul dan bermain. Faktor lingkungan masyarakat dikatakan berpengaruh seperti corak kehidupan masyarakat yang kurang mendukungan peserta didik dalam belajar dan menuntut ilmu pasti akan berdampak pada kesulitan belajar peserta didik. Teman bergaul juga sangat berpengaruh besar dan lebih masuk ke jiwa anak, apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka peserta didik akan malas belajar, sebab cara anak bersekolah berlainan dengan anak yang tidak sekolah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal dari peserta didik dapat mempengaruhi peserta didik. Pola asuh dan bimbingan belajar yang dilakukan orang tua kepada peserta didik juga berpengaruh terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik, kemudian cara guru di sekolah memberikan pelajaran dan menerangkan kepada peserta didik sangatlah penting, karena guru merupakan salah satu sumber belajar utama yang dapat mengarahkan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Faktor lingkungan juga berdampak pada kesulitan belajar karena lingkungan masyarakat juga dapat menjadi lingkungan belajar peserta didik, dan lingkungan yang dapat mendukung peserta didik dalam belajar. Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dapat disimpulkan sebagai berikut:

12 1) Kondisi fisik peserta didik baik kesehatan maupun kondisi organ tubuh peserta didik. 2) Kondisi psikologi peserta didik dapat dibagi kembali menjadi beberapa seperti inteligensi yang rendah artinya kecerdasaan yang dimiliki peserta didik dibawah rata-rata, minat belajar yang kurang dan rendah, belajar yang tidak sesuai dengan bakat dan gaya belajar yang dimiliki peserta didik, dapat diartikan ketidak cocokan antar bakat dan gaya belajar, serta motivasi peserta didik yang rendah yang dimiliki peserta didik dapat mengakibatkan permasalahan belajar. 3) Pola asuh orang tua dalam mendidik dan membantu peserta didik untuk belajar dan memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik. Selain itu keharmnisan, kenyamanan, dan kedamain di rumah juga berpengaruh terhadap kesulitan belajar peserta didik. 4) Kemampuan guru dalam mengajar, yang meliputi bagaimana guru dalam membantu meningkatkan kemampuan peserta didik, memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik, dan membangun hubungan baik guru dengan peserta didik. 5) Lingkungan yang tidak mendukung peserta didik dalam belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan. Hal itu berkaitan juga dengan teman sebaya yang memungkinkan dapat berpengaruh seperti ketika antar peserta didik dalam belajar tidak memperhatiakan menjadikan peserta didik bercerita sehingga tidak fokus dalam belajar dan jika bergaul dengan anak yang tidak sekolah.

13 C. Perkembangan Peserta Didik SD 1. Karakteristik Peserta Didik SD Peserta didik pada jenjang SD merupakan individu yang yang sudah memasuki usia matang untuk sekolah atau pada usia ini dapat dikatakan awal dari peserta didik memperoleh pendidikan secara formal, selain itu pada usia tersebut merupakan dapat juga dikatakan usia matang seorang individu untuk sekolah. Dikatakan matang untuk sekolah, karena anak sudah menginginkan kecakapankecakapan baru yang dapat diberikan sekolah. Pada umumnya di Indonesia anak memasuki masa SD pada usia 7 tahun dan selesai pada usia 12 atau 13 tahun, karena pada masa tersebut dapat dikatakan masa matang seorang anak memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan siap memasuki pendidikan formal, kondisi tersebut didukung dengan teori Piaget (Desmita, 2011: 101) bahwa memasuki usia yaitu 7 tahun sampai 11 tahun anak berada pada tahap perkembangan praoprasional kongkrit yang meliputi pembentukan konsep-konsep yang tetap, penalaran mental, penonjolan sikap egoisentris, dan pembentukkan sitem-sistem keyakinan gaib. Ketika peserta didik memasuki usia 11 tahun cara berpikir mulai berubah kearah yang lebih abstrak, konkrit, logis, dan lebih idealistik. Secara lebih mendalam pada usia SD, seorang peserta didik memiliki tugas dan fase tersendiri, hal itu sesuai dengan pendapat Djamarah (2008: 124) Pada masa usia SD peserta didik dapat digolongkan menjadi dua fase yaitu:

14 a. Masa Kelas Rendah SD Masa kelas rendah memiliki karakteristik dan sifat yang khas, masa ini berada di kelas 1 sampai kelas 3. Karakteristik kelas rendah sebagai berikut. 1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah. 2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan permainan tradisional. 3) Ada kecendrungan memuji sendiri. 4) Suka membandingkan dirinya dengan temannya untuk meremehkan orang lain. 5) Kalau tidak dapat menyelesaikan soal, soal tersebut dianggap tidak penting. 6) Pada masa ini peserta didik menghendaki nilai rapor yang baik, tetapi tidak mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik. b. Masa Kelas Tinggi SD Masa kelas tinggi yaitu pada kelas 4 sampai dengan kelas 6. Pada masamasa ini memiliki beberapa sifat diantaranya: 1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit, hal itu menimbulkan adanya kencenderungan untuk membandingkan pekerjaanpekerjaan yang praktis. 2) Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar. 3) Mulai nampak adanya minat terhadap mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjol faktor-faktor.

15 4) Sampai pada umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya. 5) Pada masa ini anak gemar membentuk kelompok sebaya, untuk bermaian bersama dengan peraturannya sendiri. Berdasarkan karakteristik tersebut, kita dapat mengetahui karakterisitk peserta didik, secara garis besar bahwa karakteristik peserta didik usia SD senang bermaian, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, senang melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu menurut Rofiah (2014: ) dalam pembelajaran perlu mengandung unsur permainan, merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk berpindah, atau bergerak, belajar berbasis kelompok, kemudian merancang belajar yang memungkinkan anak terlibat secara langsung dan merasakan sendiri dalam proses pembelajaran. 2. Perkembangan Belajar Peserta Didik Perkembangan peserta didik menurut teori perkembangan piaget (Desmita, 2011: 101) bahwa peserta didik usia SD berada pada tahap praoprasional sampai pada tahap perkembangan kongkrit. Pada masa ini peserta didik dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa kongkrit dan mengklasifikasikan bendabenda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda. Kemudian pada tahap kongkrit peserta didik mulai dapat berpikir secara abstrak, logis, dan lebih idealistik. Berdasarkan pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa pada usia SD peserta didik diharapkan sudah mampu berpikir mengenai baik dan benar berdasarkan urutan sebab akibat, hal itu didukung oleh periodesasi perkembangan menurut konsep islam pada fase tamyiz (Desmita, 2011: 26) yaitu pada masa ini peserta

16 didik mulai mampu membedakan baik dengan yang buruk, yang benar dengan yang salah. Oleh karena itu pada masa ini peserta didik juga sudah mulai mengenali banyak cara untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mempertimbangkan secara logis dari sebuah kondisi dengan kembali melihat hubungan sebab akibat. Kemudian menurut Desmita (2011: 104) mengatakan bahwa pada periode usia SD peserta didik sudah tidak terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra, karena peserta didik sudah mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan yang sesungguhnya. Havigust (Desmita, 2011: 35) membagi tugas perkembangan anak usia SD meliputi: 1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik. 2. Membina hidup sehat. 3. Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok. 4. Belajar menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis kelamin. 5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat. 6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif. 7. Mengembangkan kata hati, moral dan nilai diri. 8. Mencapai kemandirian pribadi. Dari pendapat di atas dapat menjadi acuan berkaitan dengan perkembangan belajar peserta didik di SD, karena pada kenyataanya perkembangan belajar peserta didik di SD berbeda-beda dan banyak peserta didik

17 yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan belajar di SD. Salah satu faktor yang mempengaruh kondis tersebut salah satunya berkaitan dengan kesiapan belajar peserta didik. Kesiapan belajar peserta didik berkaitan dengan kematangan belajar baik secara usia maupuan perkembangan kemampuan pada periode sebelumnya. Hasil penelitian Halimah (2010: 7) berkaitan dengan bahwa ada perbedaan sangat signifikan kesiapan sekolah antara anak SD yang mengikuti pendidikan TK dengan yang tidak mengikuti pendidikan TK, dimana anak SD yang sebelumnya mengikuti pendidikan TK memiliki kesiapan sekolah lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengikuti pendidikan TK. Berdasarkan teori dan kondisi yang sebanarnya sehingga perkembangan belajar peserta didik di SD dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Peserta didik harus memiliki kompetensi belajar seperti membaca, menulis, dan berhitung yang baik, sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas. 2. Peserta didik sudah mulai memiliki penalaran logis sejauh pemikiran dapat diterapkan kedalam contoh-contoh yang spesifik atau kongkrit. 3. Mulai tumbuh kemandirian dan tanggung jawab dalam belajar. 4. Peserta didik sudah mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan. 5. Belajar bergaul, berkelompok, dan menjalankan peran sosial. D. Peserta Didik Tinggal Kelas Peserta didik tinggal kelas, merupakan hal yang tidak asing dan banyak ditemui di sekolah. Peserta didik tinggal kelas adalah peserta didik yang mengalami kegagalan belajar dalam bidang akademik. Sistem pendidikan

18 Indonesia terdapat istilah kenaikan kelas sebagai hasil belajar yang telah ditempuh peserta didik selama 1 tahun ajaran. Kenaikan kelas dalam sistem pendidikan di Indonesia dilakukan pada akhir semester dua dalam level kelas tersebut. Peserta didik dinyatakan dapat naik kelas yang lebih tinggi jika peserta didik mampu menyelesaikan berbagai kompetensi yang harus ditempuh pada kelas sebelumnya, hal itu sesuai dengan kriteria berdasarkan peraturan Mendikdasmen (2007: 40) menyatakan bahwa anak naik kelas jika, peserta didik memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Jumlah mapel yang belum tuntas tidak boleh lebih dari 25 % dari jumlah mapel yang diajarkan dikelas masing-masing. b. Memiliki nilai minimal baik pada aspek kepribadian. c. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dua semester pada kelas yang diikuti. Berdasarkan kriteria tersebut, peserta didik yang tidak dapat mencapai standar yang telah ditentukan akan mengalami tinggal kelas. Peserta didik yang mengalami tinggal kelas secara teori adalah peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Hal itu sejalan dengan pendapat Partowisastro & Hadisuparto (Suwarto, 2013 : 92) mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar jika tidak dapat memenuhi harapan yang disyaratkan kepadanya oleh sekolah. Akan tetapi peserta didik tinggal kelas tidak didasarkan hanya pada kompetensi belajar yang telah dicapai peserta didik, akan tetapi juga didasarkan pada faktor lain seperti usia, kesehatan fisik, emosi, maupun mental, karena faktor tersebut juga mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik.

19 E. Peran Guru dalam Membantu Kesulitan Belajar Peserta Didik Pendidikan merupakan sesuatu terpenting dalam kehidupan. Plato menyatakan (Mu in, 2011: 21) bahwa manfaat pendidikan yaitu membuat orang menjadi lebih baik dan orang baik tentu berperilaku mulia. Pernyataan tersebut memberikan pandangan bahwa pendidikan merupakan suatu cara untuk membuat manusia menjadi lebih baik, bijak, dan pendidikan menghasilkan manusia yang mendukung berjalannya masyarakat yang ideal. Sosok penting dalam pendidikan salah satunya guru. Guru merupakan figure sentral dalam pendidikan. Guru adalah orang yang bertanggungjawab dalam proses belajar mengajar, memiliki ruang untuk dikondisikan yaitu kelas tempat ia dan murid-muridnya belajar. Sesuai dengan pernyataan Rachmawati & Daryanto (2013: 14) guru harus bertanggungjawab atas hasil belajar peserta didik, disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing, artinya memberikan bantuan kepada peserta didik untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksiamal terhadap sekolah. Depdiknas (Rachmawati & Daryanto, 2013: 13) menyatakan bahwa guru memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam hal ini peserta didik. Sebagai orang yang memiliki peran penting dalam peningkatan kemampuan peserta didik guru harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan, dan pengelolaan pengajaran efektif,

20 guru juga harus bisa memotivasi dan membimbing peserta didiknya terutama ketika peserta didik mengalami kesulitan belajar. F. Penelitian Relevan Berdasarkan penelitian yang peneliti anggap relevan dengan penelitian kesulitan belajar peserta didik di sekolah dasar antara lain : 1. Penelitian tentang masalah yang dihadapi peserta didik tinggal kelas oleh Bertha (2014) tentang Masalah yang dihadapi peserta didik tinggal kelas di Sekolah Dasar Negeri 05 Lembah Malintang Kabupaten Pasaman Barat menunjukan hasil, bahwa peserta didik tinggal kelas mengalami permasalahan belajar karena dari diri peserta didik yang merasa kurang percaya diri dan pasif dalam belajar, serta masalah lain seperti kurangnya kenyamanan belajar karena sering diolok-olok oleh temannya, kurangnya konsentrasi dalam belajar, dan hubungan dengan teman sebaya yang kurang baik. 2. Penelitian tentang kesulitan belajar oleh Suwarto (2013) tentang Belajar Tuntas, Miskonsepsi, dan Kesulitan Belajar menunjukan hasil, Bila miskonsepsi ini tidak terdeteksi secara dini, maka akan menyebabkan kesulitan belajar pada diri peserta didik. Apabila kesulitan belajar disuatu konsep yang mendasar tidak segera diatasi maka akan menimbulkan kesulitan belajar untuk memahami konsep yang berikutnya. Kedua penelitian tersebut saling berhubungan dalam penelitian ini, penelitian oleh Bartha yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi peserta didik tinggal kelas dapat memberikan gambaran berkaitan masalah peserta didik tinggal kelas, akan tetapi pada penelitian tersebut masih kurang mendalam berkaitan

21 permasalahan tersebut, sehingga hasil tersebut dapat dijadikan acuan peneliti untuk melihat permasalahan peserta didik tinggal kelas secara sepesifik berkaitan dengan kesulitan belajarnya. Kemudian pada penelitian Suwarto berkaitan dengan kesulitan belajar peserta didik, sehingga kedua penelitian tersebut saling berhubungan untuk mengetahui dan menggali lebih dalam terkait bentuk dan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik tinggal kelas, peran guru serta orang tua dalam membantu dan menangani kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, strategi sekolah dalam membantu meningkatkan kemampuan peserta didik tinggal kelas, sehingga dapat ditemukan informasi yang lebih akurat dalam membantu menangani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan lebih khususnya pada peserta didik yang mengalami tinggal kelas, karena pada saat ini peserta didik tinggal kelas yang mengalami kesulitan belajar belum semuanya mendapat penanganan yang baik dan tepat. G. Kerangka Pikir Belajar merupakan proses seseorang memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahuinya. Saat ini belajar belajar identik dengan pendidikan formal di sekolah. Di sekolah banyak peserta didik mendapatkan proses belajar. Secara lebih luas proses belajar dapat menambah pengetahuan dan perubahan perilaku peserta didik, sehingga dapat dijadikan bekal untuk berperan di masyarakat. Belajar yang baik dan kontinu akan menghasilkan tingkat tertinggi, yaitu keberhasilan seseorang, dalam hal ini peserta didik. Keberhasilan belajar dari setiap peserta didik berbeda-beda, ada peserta didik yang dapat berhasil dengan

22 baik dalam proses belajar dan adapula peserta didik yang mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar yang berakibat pada tinggal kelas. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian memfokuskan pada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga berakibat pada tinggal kelas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi berupa bentuk dan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar peserta didik tinggal kelas, peran guru serta orang tua dalam membantu dan menangani kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, serta strategi sekolah dalam membantu meningkatkan kemampuan peserta didik tinggal kelas yang menghadapi kesulitan belajar. kesulitan belajar disuatu konsep yang mendasar tidak diatas dengan baik maka akan menimbulkan kesulitan belajar untuk memahami konsep berikutnya. Hal itu dapat digambarkan sebagai berikut : Kesulitan Belajar peserta didik tinggal kelas Kesulitan belajar merupakan permasalahan yang harus segera ditangani hal itu didukung dengan hasil penelitian Hasil penelitian 1. Mengetahui bentuk dan faktor kesulitan belajar peserta didik tinggal kelas. 2. Peran guru dan orang tua dalam membantu dan menangani kesulitan belajar peserta didik tinggal kelas. 3. Mengetahui strategi sekolah dalam meningkatkan kemampuan peserta didik tinggal kelas yang menghadapi kesulitan belajar. Dilakukan penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan permasalahan kesulitan belajar Gambar. 2.1 Kerangka Pikir

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dialami oleh siswa sebagai peserta didik, untuk menentukan berhasil atau tidaknya

BAB II KAJIAN TEORI. dialami oleh siswa sebagai peserta didik, untuk menentukan berhasil atau tidaknya BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bersama bahwasannya pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam semua aspek kehidupan, karena dengan pendidikan semua orang bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat hidup seorang manusia adalah untuk belajar. Proses belajarpun dapat ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya dengan menempuh pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada umumnya adalah suatu anugerah Tuhan yang sangat berharga dan harus dijaga dengan baik agar mampu melewati setiap fase tumbuh kembang dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peran penting dalam suatu tatanan kelompok masyarakat mulai dari yang kompleks sampai pada tingkatan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil

Lebih terperinci

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi kemanusiaannya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Pendidikan diberikan kepada seorang anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Metode Pembelajaran Drill And Practice 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice Sebelum mendefinisikan tentang metode drill, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD saat ini sangatlah penting, sebab merupakan pendidikan dasar yang harus diterima anak-anak. Selain itu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar merupakan proses perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya IPTEK di era modern ini memberikan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya IPTEK di era modern ini memberikan kesadaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Sistem pendidikan yang baik dapat memajukan segala aspek kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pandangan modern, hakikat peserta didik sejak awal telah mempunyai potensi sehingga pengajaran difungsikan sebatas mendorong dan menstimuli berkembangnya

Lebih terperinci

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Alasan Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dilihat dari kedudukan usia dini bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kesalahan Menyelesaikan Soal 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996: 865) kesalahan adalah penyimpangan terhadap sesuatu yang benar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan salah satu usaha yang strategis dalam rangka mempersiapkan warga negara dalam menghadapi masa depan diri sendiri dan bangsanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda perkembangan fisik, mental, atau sosial dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR EVA IMANIA ELIASA, M.Pd PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD FAKTOR UTAMA LAYANAN BIMBINGAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 4: Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip Perkembangan Motorik Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin diperkaya sumber dan media pembelajaran. 1

BAB I PENDAHULUAN. semakin diperkaya sumber dan media pembelajaran. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas memerlukan tenaga pengajar atau guru yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci utama terbentuknya SDM yang kompeten dalam membangun bangsa. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk menjamin perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Keluarga merupakan salah satu panutan utama dalam penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Proses belajar dimulai sejak manusia dilahirkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya jualah penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Karena dengan pertolongan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang sangat penting untuk generasi penerus bangsa. Karena anak usia dini merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan, maka pelaksanaannya harus berada dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasaran utamanya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Adaptif Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial. Pelatihan Adaptif Program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan perorangan yang dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi komunikasi yang sangat cepat menjadikan jarak bukan suatu hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai penjuru

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kegiatan Asistensi Seperti yang telah disebut di atas, asistensi istilah lainnya yaitu Peer Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu pesat, mulai dari berubahnya gaya hidup masyarakat hingga meningkatya kebutuhan-kebutuhan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Balajar 2.1.1 Pengertian Kesulitan Belajar Dalam menempuh proses pembelajaran di sekolah peserta didik tidak luput dari berbagai kesulitan. Tinggi rendahnya hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dimulai dari manusia lahir ke dunia hingga manusia wafat, belajar akan selalu terjadi selama manusia masih

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD Oleh: Fitta Ummaya Santi SIAPAKAH ANAK USIA USIA DINI? Latar Belakang Anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Usia dari kelahiran hingga enam tahun merupakan usia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu modal penting dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di tengahtengah kompleksitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada proses belajar mengajar di sekolah, peserta didik mempunyai karakteristik yang beragam. Beberapa siswa dapat menempuh kegiatan belajar mengajarnya secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran eksak yang esensial, yang dapat menjadi penunjang untuk mata pelajaran yang lain. Melalui pelajaran matematika siswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam membangun kemajuan di Indonesia ataupun di setiap negara. Indonesia selalu berusaha mengingkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah rumah yang dimasuki oleh anak. Waktu yang dihabiskan anak-anak di sekolah saat ini cukup besar, oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, h. 16), menjelaskan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses yang memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa untuk terus maju dan berkembang karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mencerdaskan dan membudayakan manusia serta mengembangkannya menjadi sumber daya yang berkualitas. Berdasarkan UU

Lebih terperinci