BAB I PENDAHULUAN. No title of nobility shall be granted by the United States. Kalimat
|
|
- Liana Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang No title of nobility shall be granted by the United States. Kalimat tersebut terdapat dalam Konstitusi Amerika Serikat yang artinya Tidak ada gelar kebangsawanan yang bisa diberikan di Amerika Serikat. Larangan tersebut telah lama digaungkan di AS oleh para founding father dengan tujuan mendirikan negara baru yang bebas dari unsur kebangsawanan. Sekitar dua abad lalu, klausa tersebut dibuat untuk menjauhkan masyarakat AS dari berbagai hal yang berkaitan dengan aristokrasi. Namun, sejak hal tersebut diberlakukan, masyarakat Amerika telah memilih political nobility dalam memilih perwakilan mereka di parlemen (Hess, 1966). Mereka telah lama memberikan suara dalam perwakilan di Kongres maupun presiden kepada anggota keluarga klan tertentu. Keluarga Adam, John Adam dan John Quincy Adam, adalah contoh dinasti keluarga yang menduduki jabatan kepresidenan pada awal sejarah Amerika. Dan klan Bush, George H W Bush serta anaknya George W Bush yang keduanya terpilih menjadi presiden merupakan contoh dinasti politik Amerika pada era modern. Adanya political nobility tersebut sangat menarik mengingat Amerika Serikat sendiri adalah negara yang sangat menjunjung tinggi demokrasi. Setiap warga negara Amerika mempunyai hak dan posisi yang sama dalam ranah politik. Mereka berhak untuk mencalonkan diri serta berhak dipilih menjadi senator 1
2 ataupun presiden tanpa mempertimbangkan latar belakang keluarga mereka. Amerika Serikat yang selalu dikaitkan dengan demokrasi dan equality serta dikenal tidak bersahabat dengan aristokrasi secara ironis mempunyai sejarah panjang dinasti politik dalam pemerintahannya. Dan dinasti politik tersebut masih ada hingga saat ini. Sejak Amerika Serikat mendeklarasikan kemerdekaannya, lebih dari dua abad lalu, mereka telah mengemukakan bahwa siapapun bisa menjadi presiden AS. Memang ada beberapa presiden Amerika yang memiliki latar belakang sebagai rakyat biasa, seperti Andrew Johnson yang seorang penjahit, dan Abraham Lincoln yang seorang penjaga toko. Namun, dinasti keluarga dalam politik terdapat pula di Amerika, misalnya dua klan John Adam, tiga klan Adlai Stevenson, dan tentunya klan Kennedy (Davis, 1984). Dari generasi ke generasi, Amerika memang mengusung kepemimpinan pemerintahan dari klan tertentu. Ada banyak klan di Amerika yang merupakan dinasti politik, antara lain keluarga Adam, Roosevelt, Taft, Kennedy dan Bush. Dinasti tersebut sangat berpengaruh dan sangat disegani oleh masyarakat Amerika. Diantara banyak dinasti politik di AS, klan Kennedy lah yang paling berpengaruh dan paling banyak dibicarakan oleh masyarakat Amerika bahkan dunia. Klan Kennedy adalah keturunan Katolik Irlandia pertama yang sangat kaya dan disegani di Amerika. Mereka merupakan keluarga yang patut diperhitungkan dalam ranah politik Amerika. Lebih dari empat anggota keluarga Kennedy menduduki jabatan penting di AS, tiga diantaranya menduduki jabatan 2
3 di Kongres AS dalam satu generasi, dan dua anggota keluarganya berada di Kongres dalam waktu yang bersamaan (Hess, 1966). Selain itu, keluarga Kennedy juga menduduki posisi penting dalam pemerintahan AS pada tahun 1970-an, yaitu terpilihnya Robert F Kennedy sebagai jaksa agung dan kesuksesan John F Kennedy menjadi presiden. Pada Januari 2013, Joseph Patrick Kennedy III, cucu tertua Robert Francis Kennedy, dilantik menjadi anggota Kongres AS bidang urusan luar negeri dan ilmu pengetahuan & teknologi, serta pada November 2013, Caroline Kennedy, putri pertama John F. Kennedy juga terpilih menjadi Duta Besar Jepang untuk Amerika. Hal yang berkaitan dengan keluarga Kennedy memang sangat menarik untuk diteliti, termasuk mengenai skandal serta kontroversinya. Keluarga elit Kennedy sendiri merupakan salah satu dinasti politik pertama di era modern di Amerika yang berhasil bertahan hingga saat ini. Keterlibatan mereka di ranah politik merupakan suatu yang direncanakan secara matang dan terorganisir dan belum pernah dilakukan oleh keluarga elit sebelumnya. Pentingnya penelitian ini adalah ingin menunjukkan bahwa di dalam negara adidaya Amerika Serikat yang menyebut dirinya negara paling demokratis sekalipun masih terdapat praktek dinasti politik sering dikaitkan dengan nepotisme. Social driver dari pemilih untuk menentukan kandidat perwakilan mereka di parlemen tidak semata-mata didasari oleh rasionalitas namun karena kecintaan mereka terhadap figur tertentu. Disamping itu, jika berhubungan tentang keluarga Kennedy, mereka bukan merupakan WASP (White Anglo Saxon Protestan) yang notabene mayoritas penduduk Amerika. Klan Kennedy adalah 3
4 keturunan Irlandia yang juga beragama Katolik yang merupakan salah satu etnis minoritas di AS. Dan John F Kennedy yang merupakan satu-satunya keluarga Kennedy yang menjadi presiden adalah presiden pertama yang beragama Katolik. Berkenaan dengan hal di atas, maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji dinasti Kennedy yang berhubungan dengan kesuksesan mereka dalam dunia politik di Amerika. Untuk mengetahui bagaimana keluarga ini bisa sukses mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika, mendorong dilakukannya penelitian ini yang mengambil judul Dinasti Politik di Amerika: Studi Kasus Dinasti Politik Keluarga Kennedy Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah: 1. Apa peran pemerintahan Kennedy dalam politik Amerika? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika Serikat? 1.3. Tujuan Penelitian Ada beberapa tujuan dari penelitian ini yang berdasarkan rumusan masalah, yaitu: 1. Mengetahui peran pemerintahan Kennedy untuk Amerika Serikat. 2. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika Serikat. 4
5 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan: 1. Menambah khasanah pengetahuan dan wawasan tentang peran keluarga Kennedy dalam dunia politik Amerika Serikat. 2. Memberikan pengetahuan mengenai upaya yang dilakukan keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika Serikat. 3. Dapat memberikan kontribusi sebagai sumber rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya sehingga dapat melengkapi penelitian dengan topik yang sama dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda Pendekatan Teoritis Penelitian ini merupakan studi dalam kerangka ilmu American Studies yang menggunakan pendekatan interdisipliner. Interdisciplinary studies merupakan inti dari American Studies, seperti yang diungkapkan oleh Henry Nash Smith dalam esainya yang berjudul Can American Studies Develop A Method? Pengkajian Amerika yang interdisipliner dapat digunakan berbagai pendekatan seperti pendekatan historis, politik serta budaya. Pengkajian Amerika memang tidak hanya berisi topik disiplin tunggal, namun melibatkan banyak disiplin ilmu dalam satu entitas. Budaya, sejarah, sastra, ekonomi, sosiologi, politik dan disiplin ilmu lainnya dapat menjadi materi penelitian dalam pengkajian Amerika. Pendekatan kajian ini muncul bukan sebagai disiplin, tetapi sebagai wadah bertemunya berbagai disiplin ilmu sehingga peneliti dapat menggunakan ilmu pengkajian Amerika untuk menggabungkan dan menganalisis berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia dengan menggunakan karakter American 5
6 Studies, yaitu pendekatan interdisipliner. Dengan menggunakan kerangka ilmu Pengkajian Amerika sebagai ruang lingkup penelitian, maka tidak ada batasan dalam suatu diskusi mengingat ruang lingkup ilmu ini sangatlah luas (McDowell, 1948, p. 10). Hal ini berarti bahwa terdapat adanya upaya yang berkelanjutan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu, seperti sejarah, sosiologi, sastra, antropologi, ekonomi, politik, dan disiplin lainnya sebagai satu kesatuan untuk memperdalam penelitian dalam lingkup American Studies. Oleh karena itu, dengan mengunakan pendekatan Pengkajian Amerika yang interdisipliner tersebut, peneliti dapat membahas hal-hal mengenai dinasti politik Kennedy di AS dari berbagai segi, seperti historis, politik maupun budaya. Dengan demikian pendekatan interdisciplinary studies sangat tepat digunakan dalam penelitian ini. Untuk melengkapi hasil penelitian yang lebih komprehensif, maka pendekatan pengkajian amerika yang diperkenalkan oleh Tremaine McDowell juga akan digunakan. McDowell menyebut pengkajian amerika merupakan reconciliation of discipline dan reconciliation of tenses. Reconciliation of discipline dimaksudakan sebagai kajian yang menggabungkan antar beberapa disiplin sehingga membentuk penjelasan yang utuh. Dalam studi ini beberapa perspektif disiplin digunakan untuk mendapatkan tujuan dari penelitian yaitu mengetahui kesuksesan dinasti politik keluarga Kennedy di Amerika. Sedangkan reconciliation of tenses dimaksudkan sebagai analisis masalah yang dilihat dari urutan waktu secara berkesinambungan. Dalam konteks studi ini, fokus teori yang hendak digunakan penulis adalah budaya politik. Almond & Sidney (1990) mengartikan budaya politik 6
7 sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem dan aneka ragam bagiannya serta sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu. Menurut Sastroatmodjo (1995), budaya politik suatu bangsa merupakan distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Hal ini tidak lain adalah pola tingkah laku individu yang berkaitan dengan kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik. Budaya politik sebagaimana yang diuraikan oleh Almond (1990, hal. 14) mangacu pada orientasi politik, sikap terhadap sistem politik dan bagian-bagian yang lain serta sikap terhadap peranan kita sendiri dalam sistem tersebut, termasuk di dalamnya unsur-unsur identitas nasional, kesadaran kelas, motivasi untuk berpartisipasi dalam politik, efektifitas politik serta kepecayaan pada sistem politik dan pemerintahan. Dalam kaitannya dengan budaya politik Amerika, sistem terhadap sistem politik itu menunjuk pada hal-hal yang diinternalisasikan ke dalam kesadaran, perasaan dan evaluasi oleh masyarakatnya. Pernyataan ini menguatkan bahwa budaya politik suatu bangsa termasuk Amerika Serikat merupakan distribusi pola-pola orientasi khusus yang mengarah pada tujuan politik diantara bangsa itu. Dengan demikian konsep budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partaipartai politik, perilaku aparat negara, serta yang paling penting sikap dan perilaku, termasuk perilaku memilih dan tingkat partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik negaranya. Selanjutnya Almond (p ) menjelaskan lebih jauh bahwa 7
8 kebudayaan politik suatu masyarakat dapat digolongkan berdasarkan sikap, nilainilai, informasi dan kecakapan yang dimiliki oleh warga negaranya. Pertama adalah golongan masyarakat yang termasuk pada kategori budaya politik dan partisipan. Golongan masyarakat yang berbudaya politik partisipan ini adalah orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling tidak dalam memberikan suara (voting) dan memperoleh informasi cukup banyak tentang kehidupan politiknya. Model budaya politik partisipan ini hampir identik atau sering ditemukan dalam masyarakat industri yang demokratis. Kedua, mereka yang dikategorikan memiliki budaya politik subyek. Golongan ini adalah orang-orang yang secara pasif patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik ataupun memberikan suara dalam pemilihan. Model kedua ini umumnya terdapat dalam sistem masyarakat yang sistem politiknya otoriter atau tidak demokratis. Ketiga adalah mereka yang dikategorikan sebagai golongan yang memiliki budaya politik parokial, yaitu orang-orang yang sama sekali tidak menyadari atau mengabaikan adanya pemerintahan atau politik. Tipe budaya ini merupakan tipe budaya politik yang terbatas pada wilayah tertentu bahkan masyarakat belum memiliki kesadaran berpolitik, sekalipun ada yang menyerahkannya kepada pemimpin lokal atau suku, individu-individu dalam masyarakat kurang atau bahkan tidak melakukan aktifitas politik apapun, dengan kata lain masyarakatnya memiliki sifat dan sikap yang sempit yang dibatasi oleh pemikiran-pemikiran sempit. 8
9 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi budaya politik seseorang. Pertama adalah perasaan identitas nasionalnya, yaitu suatu sikap yang didasarkan atas pengakuan dan keyakinan bahwa ia seorang warga negara atau bagian dari bangsa dan negara dimana dia tinggal (p. 41). Semakin tinggi perasaan seperti itu semakin besar kemungkinan orang tersebut menganut budaya politik partisipan. Kedua adalah faktor kesadaran kelas. Faktor kesadaran dan identifikasi terhadap kelas sosialnya akan mempengaruhi perilaku politik seseorang, termasuk tingakat partisipasi politiknya (p. 41). Dalam konteks ini, sikap seseorang ditentukan dan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan sikap kelompok atau kelasnya tersebut. Motivasi untuk mencapai sesuatu melalui jalur politik juga dapat menentukan budaya politik seseorang, khususnya seberapa tinggi tingkat partisipasinya (ibid). Sikap dan kehendak untuk maju terus, memperoleh ketenaran dan kekuasaan serta kekayaan materi, misalnya, sering menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk ikut berpolitik. Kemudian, budaya politik juga sudah tentu dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu seseorang, informasi yang diperoleh tentang kehidupan politik dan pemerintahannya serta keyakinan terhadap kebebasan dan persamaan serta keyakinan akan keefektifan sistem politik yang ada untuk mencapai tujuan seseorang (p. 42). Dalam kaitannya dengan dinasti politik di Amerika, Rossi (2009) mengungkapkan bahwa dinasti politik hadir di seluruh dunia, bahkan di negaranegara demokratis. Keberadaan dinasti politik pada negara-negara demokratis seperti AS, tidak secara otomatis mencerminkan ketidaksempurnaan sistem 9
10 demokrasi dalam negara tersebut. Rossi mengemukakan adanya hubungan positif antara panjangnya masa jabatan anggota legislative dengan pendirian atau pembentukan sebuah dinasti politik di Kongres. Lebih lanjut, Rossi menunjukkan bahwa bertahannya elit politik dalam Kongres di Amerika meningkatkan kemungkinan seseorang memiliki kerabat di Kongres pada periode berikutnya. Hal ini disebabkan karena pengenalan nama keluarga dapat membentuk dinasti politik dalam suatu lembaga pemerintahan. Dalam pemilihan calon anggota Kongres, masyarakat Amerika mempunyai kecenderungan untuk memilih calon anggota yang nama keluarganya telah dikenal sebelumnya. Clubok, Wilensky & Berghorn (1969) mengemukakan bahwa dinasti politik dalam konteks politik kontemporer muncul dalam berbagai bentuk, termasuk bentuk yang lebih halus dengan cara mendorong sanak saudara keluarga elit-elit lama untuk terus memegang kekuasaan yang diturunkan secara demokratis oleh para pendahulu mereka. Terdapat pula dalam bentuk dinasti politik yang disesuaikan dengan etika demokrasi modern, yaitu dengan cara mempersiapkan anggota keluarga yang bersangkutan dalam sistem pendidikan dan rekrutmen politik secara dini. Kemunculan anggota-anggota keluarga pada periode berikutnya seolah-olah bukan diakibatkan oleh karena faktor darah dan keluarga, melainkan karena faktor-faktor kepolitikan yang wajar dan rasional. Dinasti politik semacam ini masih sering terjadi di negara-negara demokratis seperti Amerika Serikat. Sejalan dengan Clubok dkk, Querubin (2010) memaparkan bahwa anggota keluarga yang masih menjabat dalam pemerintahan aktif mempersiapkan anggota 10
11 keluarganya yang memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin, namun belum dikenal publik. Hal ini merupakan salah satu strategi dinasti politik untuk mempertahankan kekuasaan dalam lingkup keluarga sendiri. Querubin juga memperlihatkan bahwa prevalensi politisi-politisi dinasti tidak hanya menunjukkan keberadaan keluarga yang berkuasa dalam perjalanan sejarah, tetapi sistem politik telah menciptakan keberlangsungan dinasti itu sendiri. Lebih lanjut, dinasti politik muncul karena beberapa keluarga memiliki karakteristik tertentu, seperti ambisi untuk memperoleh kekuasan, sehingga memberikan keuntungan yang berkesinambungan kepada mereka dalam ranah politik. Serta, kekuasaan politik dan pengaruh ketenaran dapat diakumulasikan dan diwariskan kepada anggota keluarga dinasti politik (Dal Bo et al, 2009). Disamping itu, terdapat hubungan antara budaya politik dengan media dalam dinasti politik. James W. Carey (1989) mengungkapkan bahwa melalui komunikasi media massa, setiap individu memiliki peluang untuk menerima pesan berupa nilai-nilai, orientasi atau hal lain yang serupa, yang memungkinkan efek dari interaksi tersebut bertemu satu dengan lainnnya membentuk pola-pola khusus yang mendukung terciptanya integrasi sosial. Pada dasarnya terdapat keuntungan ganda yang diperoleh melalui media massa. Charles R. Wright (1985) membagi fungsi media massa menjadi empat bagian. Pertama, sebagai fungsi pengawasan. Pengawasan yang dimaksud adalah media massa memberikan peringatan mengenai ancaman dan bahaya yang mengancam kesejahteraan dan keselamatan kehidupan manusia di dunia. Kedua, fungsi interpretasi dan preskripsi dengan mencegah konsekuensi-konsekuensi yang tidak diharapakan dengan cara 11
12 membangun komunikasi melalui berita. Ketiga, fungsi transmisi budaya dan sosialisasi. Media massa dapat mewariskan nilai-nilai atau norma-norma suatu masyarakat. Keempat, fungsi penghibur. Fungsi penghibur media massa adalah dengan mengoptimalkan peran sebagai sarana untuk melepaskan diri dari perasaan tertekan, yang menimbulkan perasaan-perasaan tertentu seperti keceriaan dan percaya diri yang tinggi. Selain beberapa manfaat media yang dikemukakan oleh Wright di atas, Almond mengemukakan manfaat lain. Menurut Almond (1990), media massa (surat kabar, radio, TV, majalah, dll) memegang peran penting untuk menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern kepada bangsa-bangsa merdeka. Selain sebagai penyampai informasi tentang peristiwa politik, media massa juga menyampaikan secara langsung atau tidak nilai-nilai utama yang dianut oleh masyarakatnya. Karena itu media massa yang terkendali merupakan sarana kuat dalam membentuk keyakinan-keyakinan politik Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif eksplanatif. Metode ini mencoba menganalisis dengan menjelaskan dan menguraikan informasi yang diperoleh secara non matematis mengenai upaya keluarga Kennedy dalam mempertahankan keberlangsungan dinasti politik mereka dengan didukung oleh teori budaya politik. Disamping itu, penelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research) yang menelaah buku-buku, jurnal ilmiah, surat kabar serta majalah 12
13 sebagai bahan bacaan. Begitu juga media massa populer seperti internet yang digunakan untuk mendukung penulisan studi Tinjauan Pustaka Studi mengenai kesuksesan keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik di Amerika Serikat masih jarang atau mungkin belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil penelusuran di beberapa perpustakaan dan media internet, penulis tidak menemukan penelitian serupa, namun terdapat beberapa kajian yang relevan sebagai bahan pertimbangan penulis. Pertama adalah jurnal yang ditulis oleh Ernesto Dal Bo, Pedro Dal Bo dan Jason Snyder (2009) dengan judul Political Dynasties. Dalam jurnal ini, Dal Bo dkk menjelaskan penelitiannya yang dilakukan di Kongres Amerika mengenai terjadinya dinasti politik di negara tersebut. Temuan penelitian memperlihatkan bahwa calon pemimpin yang masih menjabat mempunyai peluang untuk menjadi pemimpin dengan periode yang lebih lama dan relatif memiliki kerabat di masa depan yang lebih banyak. Penelitian memperlihatkan secara substansial adanya perbedaan signifikan dari terbentuknya dinasti politik pada pemimpin yang hanya menjabat satu periode dengan pemimpin yang menjabat lebih lama. Lebih jauh, analisis deskriptif pada penilitian ini memberikan konteks sejarah dan menyoroti mekanisme dibalik transisi kekuasaan dinasti politik. Temuan tersebut menunjukkan bahwa bertahannya seseorang atau keluarga dinasti dalam politik tidak didorong oleh pembentukan preferensi atau pengembangan kemampuan yang dihargai oleh para pemilih, melainkan pengenalan nama yang berperan penting disini. 13
14 Kajian lain yang dilakukan oleh Etha Pasan (2013) dengan judul Politik Dinasti dalam Pemilihan Presiden di Filipina di tahun juga dijadikan penulis sebagai bahan pertimbangan. Dalam penelitian tesisnya, Pasan meganalisis politik dinasti yang berkembang di Filipina pada pemilihan presiden di tahun Hasil studi tersebut memperlihatkan terdapat faktor-faktor yang mendukung terjadinya politik dinasti di Filipina pada pemilihan presiden tahun Kondisi-kondisi sosial, seperti sistem sosial, keberadaan klanklan dan budaya parochial, serta situasi dan kondisi ekonomi masyarakat Filipina yang sebagian besar berada di bawah garis kemiskinan telah berkontribusi bagi keberlangsungan politik dinasti dalam pemilihan pemimpin khususnya pemilihan presiden di Filipina. Selanjutnya, buku yang ditulis oleh David Burner (2008) yang berjudul John F. Kennedy and A New Generation. Dalam bukunya, Burner mengungkapkan berbagai kontroversi, keberhasilan serta kegagalan dalam kehidupan dan kepresidenan John F. Kennedy, juga diungkapkan bagaimana Kennedy membentuk kesadaran yang Burner sebut sebagai Amerika modern. Burner membahas tentang John F. Kennedy dari sisi sebagai seorang individu dan juga sebagai sosok pemimpin Amerika. Dalam hal ini dipaparkan mengenai perubahan-perubahan signifikan yang dilakukan oleh Kennedy berhubungan dengan politik dan sistem sosial di Amerika. Kajian yang akan dilakukan oleh penulis berbeda dengan tiga hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas. Dalam tesis ini, penulis mempunyai fokus dan metode yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Fokus pada tesis ini 14
15 diarahkan pada upaya yang dilakukan oleh keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik di Amerika Serikat. Peran keluarga Kennedy dalam politik di AS serta persepsi publik terhadap mereka juga akan dikaji. Selama ini keluarga Kennedy selalu menjadi sorotan para scholar yang ingin meneliti mengenai kepemimpinan serta skandal dan drama dari keluarga ini. Penelitian mengenai klan Kennedy yang berhubungan dengan kelanggengan dinasti politik mereka belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehubungan dengan itu, melalui kajian dan analisis secara kualitatif studi ini diharapkan dapat menjelaskan keberlangsungan dinasti politik keluarga Kennedy secara mendalam Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi penelitian ini, maka ditetapkan ruang lingkup penelitian sebagai berikut: Materi yang diteliti adalah peran keluarga Kennedy dalam dunia politik di Amerika Serikat beserta upaya mereka dalam mempertahankan dinasti politiknya di Amerika Serikat Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari 5 Bab pembahasan, yang lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang mengenai pentingnya penelitian tentang dinasti politik keluarga Kennedy, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pendekatan teoritis, metode penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. 15
16 Bab II menjelaskan mengenai pengertian dan hal-hal yang berkaitan erat dengan dinasti politik di Amerika Serikat serta kecenderungan politik masyarakat Amerika yang menjadikan keberlangsungan dinasti politik di negara tersebut. Dalam bab ini juga akan disertakan pengertian dari dinasti politik yang akan digunakan sebagai penunjang penelitian ini. Bab III membahas sejarah keluarga Kennedy, termasuk awal mula mereka masuk dalam ranah politik Amerika, serta peran penting anggota keluarga Kennedy pada saat di pemerintahan dalam dunia politik Amerika Serikat. Bab IV merupakan pembahasan tentang upaya keluarga Kennedy mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika Serikat yang didukung oleh beberapa faktor, termasuk peran media dalam mensukseskan keberlangsungan dinasti politik mereka. Penulis juga akan menyertakan penjelasan mengenai persepsi publik Amerika terhadap keluarga Kennedy. Bab V merupakan kesimpulan akhir yang berkaitan dengan penelitian. 16
BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan politik suatu negara, negara tidak lepas dari corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Peran masyarakat dalam kehidupan politik sangat tergantung
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada di tangan negara atau dalam arti para elit pemerintahannya, tetapi terletak di tangan segenap warga
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi merupakan suatu sistem yang mengatur pemerintahan berlandaskan pada semboyan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Untuk mewujudkan sistem demokrasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung
Lebih terperinci29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)
29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinci2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya
Lebih terperincinegeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu
BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas
Lebih terperinci2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam 30 tahun terakhir, dunia menyaksikan bangkitnya Imperialisme ekonomi yang dilancarkan Negara-negara Barat, Negara-negara eks kolonialis, lewat apa yang disebut
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, merupakan sosialisasi disekolah mengenai pemilihan umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini, demokrasi merupakan salah satu pandangan dan landasan kehidupan dalam berbangsa yang memiliki banyak negara pengikutnya. Demokrasi merupakan paham
Lebih terperinciSosiologi Komunikasi. Aktivitas Komunikasi Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI. Program Studi PUBLIC RELATION
Modul ke: Sosiologi Komunikasi Aktivitas Komunikasi Massa Fakultas KOMUNIKASI Frenia T.A.D.S.Nababan Program Studi PUBLIC RELATION www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Komunikasi Massa Sebagai Aktivitas Sosial
Lebih terperinci8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI
8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Transformasi dan Pola Interaksi Elite Transformasi kekuasaan pada etnis Bugis Bone dan Makassar Gowa berlangsung dalam empat fase utama; tradisional, feudalism,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai
Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan harus dapat mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan manusia terdidik
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat sipil lahir dari interaksi sosial masyarakat yang terbina berkat ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh sebagai penyeimbang
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.
Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu
Lebih terperinciMemahami Budaya dan Karakter Bangsa
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari sudut pandang etimologi demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk hukum biasanya dilahirkan oleh suatu kebijakan politik atau penguasa, sehingga kepentingan elit politik atau penguasa lebih dominan dalam hukum tersebut.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni
BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa atau yang disebut dangan nama lainnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah suatu kesatuan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinci: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap
Lebih terperinciB. Tujuan C. Ruang Lingkup
27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tesis ini membahas dialog antar aktor yang terjadi dalam implementasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini membahas dialog antar aktor yang terjadi dalam implementasi kebijakan Peraturan Gubernur Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan CSR/PKBL di Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korea Selatan termasuk salah satu negara yang sangat unik dan menarik untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan kehidupan bermasyarakatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya mempunyai sifat untuk bersosialisasi, bekerjasama dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya. Untuk itu keberadaan
Lebih terperinciDEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.
Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini informasi dapat di akses dengan sangat mudah. Informasi dapat di akses melalui media elektronik seperti televisi, radio,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik adalah kegiatan sesorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan (machstaat).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)
BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Novel biografi Menapak Jejak Amien Rais Persembahan Seorang Putri Untuk Ayah Tercinta mengisahkan perjalanan hidup seorang Amien Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Media informasi dewasa ini berkembang amat pesat, baik media cetak, elektronik maupun media internet. Dalam hal ini peningkatan dalam penyampaian informasi
Lebih terperinciKAPITA SELEKTA KOMUNIKASI : OPINI PUBLIK. Pengantar
KOMUNIKASI : OPINI PUBLIK Pengantar Opini publik, atau beberapa ilmuwan menyebutnya sebagai pendapat umum, dikenal dalam ranah komunikasi politik sebagai salah satu bentuk partisipasi politik. Sebaliknya,
Lebih terperinciPeranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH
Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan
Lebih terperinciPENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk
Lebih terperinciEfektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang
PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara.
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Publisitas menjadi sangat penting dalam aktivitas humas di organisasi, banyak sekali media yang bisa digunakan untuk menunjang publikasi humas. Salah satunya
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik
BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinci29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)
29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang berinteraksi dengan individu lain tentu memerlukan ruang, khususnya dalam menjalin relasi sosial, dan lingkungan masyarakat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. Negara yang mengaku dirinya adalah negara demokrasi, sejatinya memiliki kekuatan ada pada warga negara
Lebih terperinci2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mendekati pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam PILKADA (Pemilihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mendekati pemilihan Gubernur DKI Jakarta dalam PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) serentak yang dilaksanakan pada pertengahan Februari 2017, dilakukan jajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila dikategorikan melalui karakteristik dan tatanan kehidupan masyarakatnya dikenal sebagai bangsa yang memangku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, dimana kedaulatan rakyat diakui, sehingga kekuatan tertinggi berada di tangan rakyat. Dalam
Lebih terperinciPENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU
PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda
Lebih terperinciSAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013
SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013 Solo, 20 November 2013 Yth. Menteri Komunikasi dan Informatika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan
Lebih terperinciBAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK
BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK Untuk lebih mendalami hakekat pendidikan politik, berikut ini disajikan lagi beberapa pendapat ahli mengenai pendidikan politik. Alfian (1986) menyatakan pendidikan
Lebih terperinciLATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar dan berencana yang dimiliki semua masyarakat sebagai siswa di dalam dunia pendidikan yang tersusun secara sistematis
Lebih terperinci