THE STUDY USE BETEL LEAVES EXTRACT ( Piper betle ) WITH DIFFERENT CONCENTRATION OF BREAKING STRENGTH AND ELENGATION TETORON YARN Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "THE STUDY USE BETEL LEAVES EXTRACT ( Piper betle ) WITH DIFFERENT CONCENTRATION OF BREAKING STRENGTH AND ELENGATION TETORON YARN Oleh :"

Transkripsi

1 THE STUDY USE BETEL LEAVES EXTRACT ( Piper betle ) WITH DIFFERENT CONCENTRATION OF BREAKING STRENGTH AND ELENGATION TETORON YARN Oleh : Khairunnisa Amini 1), Isnaniah 2), Bustari 2) ABSTRACT khairunisa.amini@gmail.com This research was conducted on March 2015, which is held in the Laboratory of fishing Gear Materials, Utilization of Water Resource, The Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau. The purpose of this research was to determine the effect of the use of preservatives fiber betel leaf extract (Piper betle) with different concentrations of the breaking strength and elengation PES yarn (Polyester). So it can determine the best concentration of the extract. From the measurement of breaking strength tetoron thread that has been getting treatment, the thread tetoron with treatment B (0.7 Kg / Liter of water) has the highest average 5.3 kgf, and followed by treatment of A (0.5 Kg / Liter water), and treatment C (0.9 Kg / Liter of water) with each value of the breaking strength of 5.15 kgf and 5.05 kgf. Tetoron yarn elengation which have been getting treatment, the thread tetoron with treatment B (0.7 Kg / Liter of water) has the highest average is 33.5 mm, and is followed by treatment of A (0.5 Kg / Liter of water) and treatment C (0.9 Kg / Liter of water) with each tetoron yarn elengation are mm and 30.2 mm. Keywords : Breaking Strength, Elengation, Tetoron Yarn, Betel Leaves 1) Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University 2) Lecture of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Berbagai macam jenis alat tangkap ikan yang terdapat di Indonesia. Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh Dirjen Perikanan Tangkap (2005), maka alat penangkap ikan di Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam 10 jenis alat tangkap. Kesepuluh jenis alat tangkap tersebut adalah pukat kantong (seine nets), jaring insang (gillnets), jaring angkat (lift nets), pancing (hook and line), perangkap (traps), alat pengumpul kerang, alat pengumpul rumput laut, muroami dan alat tangkap lainnya. Bila dicermati lebih lanjut kesepuluh klasifikasi alat penangkap ikan tersebut menggunakan bahan dasar benang dan jaring, baik sebagai

2 bahan dasar utama atau bahan pelengkap. Peningkatan pengetahuan mengenai alat penangkapan ikan akan mendukung usaha perikanan baik dari segi teknik pembuatan alat serta bahan dasar yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan alat dalam pengoperasiannya di perairan, mengurangi biaya operasi, dan diharapkan juga akan meningkatkan efisiensi penangkapan nantinya. Agar usia alat tangkap dapat bertahan lebih lama, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengawetan, fungsi pengawetan disini adalah sebagai pelapis yang melindungi benang jaring dari pengaruh luar. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kekuatan putus jaring. Masyarakat punya cara tersendiri untuk pengawetan alat tangkapnya, umumnya bahan yang digunakan berasal dari alam, baik itu tumbuhan maupun hewan. Berdasarkan penelitian Wenti (2012) diketahui bahwa nelayan di Kelurahan Bungus Selatan melakukan pengawetan alat tangkap pukat pantainya dengan menggunakan Ekstrak kayu ubar ( Eugenia sp). Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan esktrak daun sirih (Piper betle) sebagai pengawet kekuatan putus dan kemuluran benang, namun dengan konsentrasi yang berbeda. 1.2.Perumusan Masalah Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan ekstrak kulit kayu tumbuhan sebagai serat untuk mengawetkan benang, namun hal yang harus kita sadari adalah dampak kerusakan yang ditimbulkan bagi tumbuhan tersebut apabila akan ada semakin banyak lagi penelitian yang memanfaatkan bagian dari kulit kayu tumbuhan. Maka dari itu, penelitian ini mencoba memberikan alternatif lain dari pada serat untuk mengawetkan benang, yaitu dengan memanfaatkan ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan 3 konsentrasi yang berbeda, sehingga didapatkan tingkat konsentrasi terbaik dari penelitian ini. 1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan pengawet serat ekstrak daun sirih (Piper betle)

3 dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kekuatan putus (Breaking strenght) dan kemuluran (Elongation) benang PES (Polyester). Sehingga nantinya dapat menentukan pilihan konsentrasi ekstrak yang terbaik. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai kekuatan putus dan kemuluran benang tetoron pada konsentrasi yang berbeda dengan penambahan ekstrak daun sirih. 1.4.Hipotesis Ho: Tidak ada pengaruh perendaman ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi berbeda terhadap kekuatan putus dan kemuluran benang Tetoron. H 1 : Ada pengaruh perendaman ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan konsentrasi berbeda terhadap kekuatan putus dan kemuluran benang Tetoron. III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 yang bertempat di Laboratorium Bahan Alat Tangkap Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Benang Tetoron (PES) yang belum diawetkan. 2. Ekstrak daun sirih dengan konsentrasi yang berbeda : a. Konsentrasi 0,5 kg/liter air. b. Konsentrasi 0,7 kg/liter air. c. Konsentrasi 0,9 kg/liter air. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Gelas ukur 2. Timbangan 3. Botol plastik 4. Gunting untuk memotong sampel benang 5. Penggaris, pensil, serta peralatan tulis lainnya 6. Kamera untuk dokumentasi penelitian 7. Blender 8. Strength Thester model C atau model single phase induction motor split phase start, sebagai alat pengukur kekuatan benang sampel.

4 3.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu dengan melakukan percobaan terhadap pengaruh kekuatan putus dan kemuluran benang Tetoron yang menggunakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi yang berbeda sebagai perlakuan dalam penelitian ini. Objek penelitian ini adalah benang Tetoron yang diuji di Laboratorium Asumsi penelitian Asumsi dalam penelitian ini adalah: 1. Keahlian dan ketelitian peneliti dalam pengujian sampel dianggap sama. 2. Pengaruh Parameter Lingkungan selama penelitian dianggap sama. 3. Keahlian dan ketelitian peneliti dengan 4 orang pembantu peneliti dianggap sama Prosedur Penelitian Persiapan Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penelitian Pembuatan bahan pengawet Adapun tahapan dalam pembuatan bahan pengawet dari daun sirih (Piper batle) adalah sebagai berikut : a. Daun sirih yang telah dipotongpotong (berukuran kecil) ditimbang berdasarkan berat yang dibutuhkan. b. Dimasukkan kedalam wadah yang telah diberi tanda untuk masingmasing konsentrasi pengawet, yaitu : - Botol A = 0,5 kg/liter air - Botol B = 0,7 kg/liter air - Botol C = 0,9 kg/liter air c. Air sebanyak 1 liter dimasukkan kedalam masing-masing botol yang telah diisi daun sirih konsentrasi berbeda. d. Kemudian daun sirih disaring sehingga didapatkan ekstrak daun sirih Pengukuran benang sampel Benang sepanjang 15 meter dipotong menjadi 60 potong yang masing-masing panjangnya 25 cm, yang terdiri dari 10 potong untuk benang kontrol, 10 potong untuk konsentrasi 0,5kg/L, 10 potong untuk konsentrasi 0,7kg/L, 10 potong untuk konsentrasi 0,9kg/L, dan sisanya sebanyak 20 potong digunakan untuk benang cadangan.

5 Pengawetan Benang yang telah dipotong dimasukkan kedalam wadah yang telah diisi dengan ektrak daun sirih yang memiliki konsentrasi berbeda dan dibiarkan selama 8 jam. Menurut Klust (1987), proses pengawetan bahan alat penangkapan ikan sebaiknya dibiarkan 8 jam Penjemuran Setelah 8 jam benang direndam di dalam wadah yang berisi ekstrak daun sirih, benang tersebut dikeluarkan lalu diangin - anginkan dengan cara digantung selama 24 jam Pengujian Benang Benang uji sepanjang 0,25 meter dijepit pada upper chuk dan lower chuk pada strength tester, dengan cara sebagai berikut : a. Kalibrasikan jarum diangka nol pada load skala dan skala elengation. b. Tekan tombol stop kontak sehingga load bergerak kearah kiri dan skala elengation begerak kearah bawah sampai benang sampel yang diukur putus. c. Membaca nilai ketahanan putus benang pada load skala dan kemuluran dibaca pada skala elengation. d. Pencatatan hasil kekuatan benang putus dan kemuluran benang. e. Pengukuran dilakukan dengan 10 kali pengulangan untuk perlakuan f. Pengujian dengan cara yang sama juga dilakukan untuk benang berikutnya Analisis data Untuk melihat pengaruh pengawetan terhadap kekuatan putus dan kemuluran benang tetoron dilakukan pengukuran dengan ekstrak bahan pengawet yang konsentrasinya berbeda. Hasil kekuatan putus dan kemuluran benang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dan selanjutnya dianalisa secara statistik. Dalam penelitian ini menggunakan analisis sidik ragam (analisis of varian) dengan model matematika rancangan acak lengkap (RAL) dengan model matematis sebagai berikut : Yij = + ti + ij i = 1,2,t j = 1,2,r Keterangan : Yij = Variabel yang akan dianalisis µ = Rata - rata kekuatan putus / kemuluran populasi benang tetoron

6 ti = Pengaruh perlakuan ke-i ij = Ralat percobaan pada satuan percobaan ke j dalam perlakuan ke-i IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Benang Benang yang digunakan dalam penelitian ini adalah benang Polyester (PES) jenis tetoron yang termasuk ke dalam jenis benang sintetis. Karakteristik benang tetoron yaitu bersifat elastis, berdiameter kecil, dan tahan gesekan. Benanang tetoron yang digunakan memiliki ukuran diameter 0,1 cm dan mempunyai struktur 3 strand, 120 yarn dengan arah pilinan ke kanan (S) Kondisi Laboratorium Pengukuran kekuatan putus benang sampel dilakukan di laboratorium yang memiliki temperatur ruangan berkisar antara C yang diukur menggunakan termometer, sedangkan tekanan udara 1080 mm Hg yang diukur menggunakan Barometer Kekuatan Putus Benang Tetoron (Breaking Strength) Nilai kekuatan putus benang sampel yang telah direndam selama 8 jam menggunakan ekstrak daun sirih yang berbeda konsentrasi dengan 10 kali pengulangan menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap ulangannya. Nilai kekuatan putus benang tetoron yang tidak mendapatkan perlakuan (kontrol) berkisar antara 4 5 Kgf dengan rata-rata 4,65. Untuk benang yang mendapatkan perlakuan menggunakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi berbeda nilai kekuatan putusnya yaitu : perlakuan A memiliki nilai kekuatan putus berkisar antara 5 5,5 Kgf dengan rata rata 5,15 Kgf, perlakuan B nilai kekuatan putusnya sama dengan perlakuan A yaitu berkisar antara 5 5,5 Kgf, namuan memiliki nilai rata rata yang lebih tinggi yaitu 5,3 Kgf. Sedangkan untuk perlakuan C nilai kekuatan putus berkisar antara 4,5 5,5 dengan rata rata 5,05 Kgf Kemuluran Benang Tetoron (Breaking Strength) Kemuluran benang didefinisikan sebagai suatu pertambahan panjang dari suatu uji contoh yang menggunakan ketegangan dan dinyatakan dalam satuan panjang, misalnya centimeter atau milimeter. Sifat ini dipengaruhi

7 oleh suatu gaya (Klust, 1987). Nilai kemuluran suatu benang dapat diukur menggunakan mesin penguji (strength tester). Besarnya nilai kemuluran akan ditunjukkan oleh jarum yang bergerak pada skala elongation yang memiliki satuan milimeter (mm). Menurut Murdianto (1975) elongation adalah pertambahan panjang yang sampai menyebabkan putusnya suatu benang textile fibre. Nilai kemuluran benang tetoron yang tidak mendapatkan perlakuan (tetoron) memiliki perbedaan dengan benang yang mendapatkan perlakuan menggunakan ekstrak daun sirih yang berbeda konsentrasi yaitu terdiri dari 0,5 Kg/Liter air (perlakuan A), 0,7 Kg/Liter air (perlakuan B), dan 0,9 Kg/Liter air (perlakuan C). Nilai kemuluran benang sampel yang telah direndam selama 8 jam menggunakan ekstrak daun sirih yang berbeda konsentrasi dengan 10 kali pengulangan menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap ulangannya. Masing masing nilai kemuluran pada setiap perlakuan yaitu perlakuan A memiliki nilai kemuluran berkisar antara mm dengan rata rata 31, 9 mm, perlakuan B memiliki kemuluran berkisar antara mm dengan rata rata 33,5 mm, dan perlakuan C memiliki kemuluran berkisar antara mm dengan rata rata 30,2 mm. Sedangkan pada benang tetoron yang tidak mendapatkan perlakuan (kontrol) yang digunakan sebagai pembanding memiliki nilai kemuluran paling rendah yaitu berkisar antara mm dengan rata rata 26,2 mm Pembahasan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle) Pada penelitian ini ekstrak daun sirih sebagai bahan pengawet benang tetoron dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,5 Kg/Liter air (perlakuan A), 0,7 Kg/Liter air (perlakuan B), dan 0,9 Kg/Liter air (perlakuan C). Dalam pembuatan ekstrak daun sirih yang telah dicincang halus menggunakan blender akan direndam menggunakan 1 liter air pada setiap konsentrasi daun sirih yang dibutuhkan dan didiamkan selama 8 jam agar tanin

8 yang ada pada daun sirih larut dalam air Kekuatan Putus Benang Tetoron Kekuatan putus benang tetoron diukur menggunakan mesin penguji (strenghth tester). Besarnya nilai kekuatan putus benang tetoron akan ditunjukkan oleh jarum yang bergerak pada skala beban (load scale) dalam satuan kilogram gaya (kgf). Kekuatan putus benang tetoron yang tidak mendapatkan perlakuan (kontrol) memiliki rata rata 4,65 Kgf, sedangkan benang tetoron yang mendapatkan perlakuan memiliki nilai rata rata kekuatan putus yaitu : perlakuan A dengan konsentrasi 0,5 Kg/Liter air memiliki rata rata 5,15 Kgf, perlakuan B dengan konsentrasi 0,7 Kg/Liter air memiliki rata rata 5,3 Kgf, dan perlakuan C dengan konsentrasi 0,9 Kg/Liter air memiliki rata rata 5,05 Kgf. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai kekuatan putus antara benang yang tidak mendapatkan perlakuan (kontrol) dengan benang yang mendapatkan perlakuan menggunakan ekstrak daun sirih. Nilai kekuatan putus benang tetoron yang telah diukur dengan 10 kali pengulangan pada tiap tiap perlakuan akan di analisis secara statistik menggunakan uji F untuk menguji hipotesis. Besaran F hitung diperoleh dari perhitungan dengan tabel Anova. Dari tabel anova diketahui terdapat perbedaan nilai kekuatan putus benang tetoron dimana nilai F hitung = 7,181 lebih besar dari pada F tabel pada db perlakuan 3 dan db galat 36 yaitu 2,80 (tingkat kepercayaan 95%) dan 4,38 (tingkat kepercayaan 99%) dan nilai sig < 0,01 yang berarti terdapat pengaruh yang nyata antara benang tetoron yang tidak mendapat perlakuan dengan benang tetoron yang mendapatkan perlakuan. Oleh karena F hitung > F tabel maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan H 1 diterima Kemuluran Benang Tetoron Nilai kemuluran benang tetoron yang tidak mendapatkan perlakuan (kontrol) memiliki rata rata 26,2 mm, sedangkan benang tetoron yang mendapatkan perlakuan memiliki nilai rata rata kemuluran benang yaitu : perlakuan A dengan konsentrasi 0,5 Kg/Liter air memiliki

9 rata rata 31,19 mm, perlakuan B dengan konsentrasi 0,7 Kg/Liter air memiliki rata rata 33,5 mm, dan perlakuan C dengan konsentrasi 0,9 Kg/Liter air memiliki rata rata 30,2 mm. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai kekuatan putus antara benang yang tidak mendapatkan perlakuan (kontrol) dengan benang yang mendapatkan perlakuan menggunakan ekstrak daun sirih. Nilai kemuluran benang tetoron yang telah diukur dengan 10 kali pengulangan pada tiap tiap perlakuan akan di analisis secara statistik menggunakan uji F untuk menguji hipotesis. Besaran F hitung diperoleh dari perhitungan dengan tabel Anova. Dari tabel anova diketahui terdapat perbedaan nilai kemuluran benang tetoron, dimana nilai F hitung = lebih besar dari pada F tabel pada db perlakuan 3 dan db galat 36 yaitu 2,80 (tingkat kepercayaan 95%) dan 4,38 (tingkat kepercayaan 99%) dan nilai sig < 0,01 yang berarti terdapat pengaruh yang nyata antara benang tetoron yang tidak mendapat perlakuan dengan benang tetoron yang mendapatkan perlakuan. Oleh karena F hitung > F tabel maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan H 1 diterima. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari pengukuran kekuatan putus dan kemuluran benang Tetoron yang paling baik terdapat pada perlakuan B yaitu, benang yang telah direndam menggunakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 0,7kg/liter air. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan untuk merendam benang Tetoron, maka nilai kekuatan putus dan kemuluran benang Tetoron akan menurun Saran Diharapkan pada peniliti selanjutnya menggunakan konsentrasi yang lebih besar dari penelitian ini, sehingga dapat diketahui batasan besaran konsentrasi untuk kekuatan putus dan kemuluran benang Tetoron. DAFTAR PUSTAKA Ansel, H.C Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press. Jakarta

10 Ansel, H.C., Popovich, N.G. dan Allen, L.V Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System. Williams and Wilkins Basrianto Studi pengawetan pukat pantai dengan menggunakan ekstrak kayu ubar (Eugenia sp) dikelurahan bungus selatan kecamatan bungus teluk kebung kota padang provinsi sumatera barat. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. (tidak diterbitkan). Binhaitimes Natural Fibres. 2005a. Llama. Tersedia(terhubung tidak berkala). Darwis Potensi Sirih (Piper betle) Sebagai Tanaman Obat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1(1):9 11. Ginting, R Kekuatan Putus dan Kemuluran Benang Rami yang Diawetkan dalam Campuran Bahan Pengawet Alami Nyirih (Xilocarpus moluccensis M. Roem), Jarak (Ricinuc communis L), dan Uba (Adinandra acuminata KORTH). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 48 Hal. (tidak diterbitkan).klust, Gerhard Bahan Jaring untuk Alat Penangkapan Ikan. Edisi ke-2. (Penterjemah Team BPPI Semarang). Terjemahan dari Netting Materials for Fishing Gear. Semarang: BPPI Semarang. 187 hal. Hamidy. Y, Bustari dan Syofyan Bahan Dan Alat Tangkap Penuntun Praktikum. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 35 hal (Tidak Diterbitkan). Klust Bahan Jaring untuk Alat Penangkapan Ikan II. Terjemahan Tim BPPI. Bagian Proyek Pengembangan Teknik Penangkapan Ikan. Semarang. 188 hal.

11 Klust, Gerhard Bahan Jaring Untuk Alat Penangapan Ikan. Edisi ke-2. Penterjemah Team BPPI Semarang). Terjemahan dari Netting Materials for Fishing Gear. Semarang: BPPI Semarang. 187 hal. Mansur Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air dan Ekstrak Etano pada Daun Jambu Biji. Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Makassar. Murdiyanto, B Suatu pengenalan tentang Fishing Gear Material. Bagian Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor 117 hal (tidakditerbitkan). Rauter. J Rot- resistent fishing nets by the original proses.in H, kristjonsson, Editors Modern fishing Gear of the ord. Fishing News (Books) Ltd. London pp. Rusdi Tetumbuhan sebagai Sumber Bahan Obat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Universitas Andalas. Padang 98 Hal. Safitri Pengaruh Konsentrasi Uba (Adinandra acuminata KORTH) yang Berbeda Terhadap Kekuatan Putus dan Kemuluran Benang Tetoran pada Alat Tangkap Payang di Ulak Karang Kota Padang. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang Sumatera Barat. (tidak diterbitkan) Sastroamidjojo, S Obat Asli Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta. Situmorang, M Studi Tentang Kekuatan Putus Benang Tetoron yang Telah Diawetkan Dengan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya), Daun Jambu Biji (Psidium guajava L) dan Daun Sirih (Xylocorpus moluccensis M.Roem) dengan Lama Waktu Penjemuran yang Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu

12 Kelautan Universitas Riau. Riau. 44 hal. (tidak diterbitkan). Kelautan Universitas diterbitkan). Riau.(tidak Suradikusumah, E Bahan Pengajaran Kimia Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinngi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 165 Hal. Wijayakusuma, H. M., Dalimartha, S dan Wirian, A. S Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jilid I. Pustaka Kartini. Jakarta. Wikipedia Natural Fiber. (terhubung berkala) Natural fiber. (1 Juni 2008). Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea, J.R Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi Kedua. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Voight, R Buku Pelajaran Tejnologi Farmasi. Edisi V, diterjemahkan oleh Dr. Soedani Noerono, Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Wenti,S Studi Teknologi Penangkapan Pukat Pantai Dikelurahan Bungus Selatan Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang Provinsi Sumatera Barat (Skripsi). Fakultas Perikanan Dan Ilmu

Oleh: Silmi Riza Safitri, Yuspardianto, Suardi ML

Oleh: Silmi Riza Safitri, Yuspardianto, Suardi ML PENGARUH KONSENTRASI UBA (Adinandra acuminata KORTH) YANG BERBEDA TERHADAP KEKUATAN PUTUS DAN KEMULURAN BENANG TETORON PADA ALAT TANGKAP PAYANG DI ULAK KARANG, KOTA PADANG Oleh: Silmi Riza Safitri, Yuspardianto,

Lebih terperinci

STUDY ON STRENGTH BROKE

STUDY ON STRENGTH BROKE STUDY ON STRENGTH BROKE (Breaking Strength) and elongation (elongation) YARN PA (Polyamide) WITH ADDITION OF SKIN STEM EXTRACT SALAM (Syzygium polyanthum) WITH DIFFERENT CONCENTRATION By Aidil fadhari1)

Lebih terperinci

STUDI PENGAWETAN PUKAT PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SERAT KAYU SALAM

STUDI PENGAWETAN PUKAT PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SERAT KAYU SALAM STUDI PENGAWETAN PUKAT PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SERAT KAYU SALAM(Syzygium polyanthum)dikelurahan BUNGUS SELATAN KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT BY Basriyanto 1, Irwandy

Lebih terperinci

Dedi Suryadi¹, Irwandy Syofyan² and Isnaniah³ ABSTRACT

Dedi Suryadi¹, Irwandy Syofyan² and Isnaniah³ ABSTRACT Sinking Speed Yarn PE (Polyethylene) is preserved With guava leaf extract (Psidium guajava L), papaya (Carica papaya) and betel leaves (Xylocarpus moluccensis M.Roem) Dedi Suryadi¹, Irwandy Syofyan² and

Lebih terperinci

STUDY ON STRENGTH BROKE AND ELONGATION YARN POLYAMIDE

STUDY ON STRENGTH BROKE AND ELONGATION YARN POLYAMIDE STUDY ON STRENGTH BROKE AND ELONGATION YARN POLYAMIDE ( PA ) WITH THE ADDITION OF SKIN STEM EXTRACT SALAM ( Syzygium polyanthum ), EXTRACT LEATHER TRUNK JENGKOL( Archidendron pauciflorum ) AND EXTRACT

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI

STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 217 STUDI PERUBAHAN PANJANG

Lebih terperinci

Keyword : The breaking strength of yarns with different exstract soaking and drying times.

Keyword : The breaking strength of yarns with different exstract soaking and drying times. 1 THE CASE OF TETORON YARNS BREAKING STRENGTH WHICH HAVE EXPERIENCED THE PRESERVATION OF PAPAYA LEAVES (Carica papaya), GUAVA LEAVES (Psidium guajava L) AND BETEL LEAVES (Xylocarpus moluccensis M.Roem)

Lebih terperinci

Absorption and sinking speed of the strand from bark of Terap (Artocarpus elasticus)

Absorption and sinking speed of the strand from bark of Terap (Artocarpus elasticus) Absorption and sinking speed of the strand from bark of Terap (Artocarpus elasticus) By Fatmasari Isra 1), Nofrizal 2) dan Irwandy Syofyan 2) ABSTRAK ayiiqpurple9@gmail.com An experiment to test of absorption

Lebih terperinci

Study On Bundung Grass (Scirpus Grossus L.) as The Natural Fibre For Fishing Gear Material With The Sinking Speed and Absorption Test

Study On Bundung Grass (Scirpus Grossus L.) as The Natural Fibre For Fishing Gear Material With The Sinking Speed and Absorption Test Study On Bundung Grass (Scirpus Grossus L.) as The Natural Fibre For Fishing Gear Material With The Sinking Speed and Absorption Test Andry Zuldry 1), Irwandy Syofyan 2) and Nofrizal 2) ABSTRACT andryzuldry@gmail.com

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN Silka Tria Rezeki 1), Irwandy Syofyan 2), Isnaniah 2) Email : silkarezeki@gmail.com 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun

Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 3(D) 12310 Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun Gondo Puspito Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Lebih terperinci

Velysiana Ayunda Puspita Sari, Herry Boesono*), Indradi Setiyanto

Velysiana Ayunda Puspita Sari, Herry Boesono*), Indradi Setiyanto Analisis Pengaruh Media Perendaman Benang Pa Multifilamen D21 Terhadap Kekuatan Putus (Breaking Strength) Dan Kemuluran (Elongation) Dengan Metode SNI ISO 1805:2010 Effect Analysis of Immersion Media of

Lebih terperinci

Khairani Laila,s.pi. M.agr program studi budidaya perairan Universitas asahan fakultas pertania ABSTRAK

Khairani Laila,s.pi. M.agr program studi budidaya perairan Universitas asahan fakultas pertania ABSTRAK ANALISIS HASIL TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DITINJAU DARI OSEANOGRAFI PADA PAGI, SORE DAN MALAM HARI DITELUK TAPIAN NAULI KOTA SIBOLGA TAPANULI TENGAH Khairani Laila,s.pi. M.agr program studi budidaya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN NIRA NIPAH

PEMANFAATAN NIRA NIPAH 1 PEMANFAATAN NIRA NIPAH (Nypah frutycans) MENJADI BIOETANOL DENGAN METODE FERMENTASI MENGGUNAKAN KONSENTRASI RAGI (Saccharomyces cereviseae) YANG BERBEDA Venrico 1), Henky Irawan 2), Muzahar 2) Program

Lebih terperinci

THE STUDY OF USING FIBER STEM OF KEPOK BANANA (MUSA BALBISIANA) AS FISHING GEAR MATERIAL. ABSTRACT

THE STUDY OF USING FIBER STEM OF KEPOK BANANA (MUSA BALBISIANA) AS FISHING GEAR MATERIAL. ABSTRACT THE STUDY OF USING FIBER STEM OF KEPOK BANANA (MUSA BALBISIANA) AS FISHING GEAR MATERIAL Hadi Sutaji Zaki 1), Irwandy Syofyan 2) dan Bustari 2) ABSTRACT hadisutajizaki@gmail.com The research was conducted

Lebih terperinci

Muhammad Rifai Siregar 1), Irwandy Syofyan 2), and Isnaniah 2) Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT

Muhammad Rifai Siregar 1), Irwandy Syofyan 2), and Isnaniah 2) Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT Study Comparative On Design And Construction Longline Gear (Mini Long Line) For Fishing Giant Thread Fish (Eleutheronema Tetradactylum) In 2004 To 2012 At Teluk Pambang Village Bantan District Bengkalis

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN

PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN PENGARUH BENTUK DAN LETAK CELAH PELOLOSAN (Escape Gap) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR TERHADAP KELESTARIANSUMBERDAYA IKAN Hadiah Witarani Puspa 1), T. Ersti Yulika Sari 2), Irwandy Syofyan 2) Email : hadiahwpuspa@gmail.com

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan (1 Maret 29 Juni

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan (1 Maret 29 Juni III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan (1 Maret 29 Juni 2013) di Laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM), Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat

Lebih terperinci

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO

PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Ciparanje dan Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun BAB III MATERI DAN METODE Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun papaya terhadap ph, daya kunyah dan kesukaan dilaksanakan pada tanggal 15 Januari sampai 14

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Kelautan untuk membuat ekstrak daun sirih, Laboratorium Fisiologi Hewan Air (FHA) untuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2010 di Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah,

Lebih terperinci

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT.

THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE ABSTRACT. 1 THE EFFICIENCY OF SUPPLIES CHARGING TIME GILL NET AT FISHING PORT DUMAI CITY RIAU PROVINCE Oleh : Rendra Triardi 1), Jonny Zain, M.Si 2), dan Syaifuddin, M.Si 2) ABSTRACT Rendra_triardi@yahoo.com This

Lebih terperinci

Kajian Awal Pemanfaatan Rumput Teki (Fimbristylis sp), Linggi (Penicum sp) dan Sianik (Carex sp) sebagai Serat Alami untuk Bahan Alat Penangkapan Ikan

Kajian Awal Pemanfaatan Rumput Teki (Fimbristylis sp), Linggi (Penicum sp) dan Sianik (Carex sp) sebagai Serat Alami untuk Bahan Alat Penangkapan Ikan Jurnal Natur Indonesia 14(1), Oktober 2011: 100-106 100 ISSN 1410-9379, Jurnal Natur Keputusan Indonesia kreditasi 14(1): 100-106 No 65a/DIKTI/Kep./2008 Nofrizal et al. Kajian wal Pemanfaatan Rumput Teki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Eksperimen) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

Lebih terperinci

Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si

Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si CARA MENGUKUR MATA JARING Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si Webbing atau jaring merupakan lembaran yang tersusun dari beberapa mata jaring yang merupakan bahan dasar untuk membuat berbagai alat Penangkapan ikan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Ekstraksi daun cengkeh

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di I. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di Kandang Percobaan Laboratorium UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS)

Lebih terperinci

ABSTRAK. POTENSI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle Linn) SEBAGAI ANTIOKSIDAN PEMERANGKAP DPPH DAN ANTIKANKER TERHADAP KULTUR SEL HeLa

ABSTRAK. POTENSI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle Linn) SEBAGAI ANTIOKSIDAN PEMERANGKAP DPPH DAN ANTIKANKER TERHADAP KULTUR SEL HeLa ABSTRAK POTENSI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle Linn) SEBAGAI ANTIOKSIDAN PEMERANGKAP DPPH DAN ANTIKANKER TERHADAP KULTUR SEL HeLa Chavia Octaviani, 2011, Pembimbing I: Teresa Liliana W., S.Si.,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni 2011. Di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan. Pengujian a W di lakukan di Laboratorium Teknologi Hasil

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengujian

Lebih terperinci

Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract

Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract THE EFFECT OF HOOK TYPE (TYPE J, KIRBY AND CYRCLE) ON LONGLINE CATCHES (MINI LONG LINE) IN THE TELUK PAMBANG, SUBDISTRICT BANTAN, DISTRICT BENGKALIS, PROVINCE OF RIAU By Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2),

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai Agustus 2011. Pemotongan kayu dilakukan di Work Shop Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu,

Lebih terperinci

Eldha Kusumasteti, Sardiyatmo* ), Faik Kurohman

Eldha Kusumasteti, Sardiyatmo* ), Faik Kurohman ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN PERENDAMAN MATA JARING POLYAMIDE (PA) MONOFILAMEN NO.35MESH SIZE 3,5 INCH PADA AIR TAWAR, AIR LAUT DAN SOLAR TERHADAP KEKUATAN PUTUS (BREAKING STRENGTH) DAN KEMULURAN (ELONGATION)

Lebih terperinci

= hasil pengamatan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j. V- = nilai tengah umum atau rata-rata hitung.

= hasil pengamatan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j. V- = nilai tengah umum atau rata-rata hitung. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Riau untuk kegiatan ekstraksi. Sedangkan aplikasi lapangan dilaksanakan di Unit Pelaksana

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi. 1 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian 1. Karkas ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ayam broiler berumur 23-28 hari dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI

UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI LAPORAN UJI BAHAN UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI Oleh : TEAM LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 1 A. Pendahuluan Dewasa ini perkembangan material

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah jamur Fusarium oxysporum. Penelitian eksperimen yaitu penelitian

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp.

PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method of Saga Pohon (Adenanthera sp. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 2 : 97-101 (2002) Komunikasi (Communication) PENENTUAN CARA PERLAKUAN PENDAHULUAN BENIH SAGA POHON ( Adenanthera sp.) Determinatiom of Seeds Pre-treatment Method

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Maret 2011 sampai dengan April 2011 di Laboratorium Pengelolaan Limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Prosedur Larutan Peroksida Pemilihan Jenis Leguminosa Persiapan Media Tanam

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Prosedur Larutan Peroksida Pemilihan Jenis Leguminosa Persiapan Media Tanam MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai bulan Maret 2012, bertempat di Laboratorium Lapang Agrostologi, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, pada bulan Maret 2013 sampai dengan April 2013.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, Desa Hanura, Kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi 30 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Wiersma (seperti dikutip dalam Emzir, 2008), eksperimen didiefinisikan sebagai situasi

Lebih terperinci

A STUDY OF THE USE CITRONELLA XTRACT (Cimbopogon citratus) AT THE FISH PROCESSING LOMEK (Harpodon nehereus) SMOKED. By:

A STUDY OF THE USE CITRONELLA XTRACT (Cimbopogon citratus) AT THE FISH PROCESSING LOMEK (Harpodon nehereus) SMOKED. By: A STUDY OF THE USE CITRONELLA XTRACT (Cimbopogon citratus) AT THE FISH PROCESSING LOMEK (Harpodon nehereus) SMOKED By: Jaka Anggara 1) Suparmi 2) Sumarto 3) Abstract Lomek fish products rise every year,

Lebih terperinci

III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan

III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan 20 III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan/Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan jantan dengan kisaran umur 12-14 bulan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan Pertanian (SPP) Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Hama Tumbuhan selama tiga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012 11 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012 bertempat di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan Agroteknologi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Januari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

PENGARUH UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH

PENGARUH UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH PENGARUH UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH MUHAMMAD KURNIAWAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Labaratorium Analisis

Lebih terperinci

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG SS Oleh: Ennike Gusti Rahmi 1), Ramadhan Sumarmin 2), Armein Lusi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. I. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK

ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK ANALISA PENGUJIAN TARIK SERAT AMPAS TEBU DENGAN STEROFOAM SEBAGAI MATRIK Burmawi 1, Kaidir 1, Ade Afedri 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Padang adeafedriade@yahoo.co.id

Lebih terperinci

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. METODOLOGI 3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus tahun 0. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan dan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pala ( Myristica Fragrans Houtt) terhadap Albumin, Globulin pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pala ( Myristica Fragrans Houtt) terhadap Albumin, Globulin pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) e-jipbiol Vol. 3: 27-32, Juni 2014 ISSN : 2338-1795 Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Pala ( Myristica Fragrans Houtt) terhadap Albumin, Globulin pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Entitled the Effect

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian UMY, pada bulan Desember 2015 Maret 2016. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 25 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perairan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat, yang merupakan salah satu daerah penghasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir (flow chart) Mulai Study Literatur dan Observasi Lapangan Persiapan Proses pembuatan spesien Komposit sandwich : a. Pemotongan serat (bambu) b. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung Hidroponik dengan Media Perendaman dan Penggunaan Dosis Pupuk yang Berbeda sebagai Pakan Alternatif Ruminansia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan Bulan Januari sampai Maret 2012 bertempat di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi

MATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Maret hingga bulan Mei 2013. Proses fermentasi dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR EKSTRAK DAUN TEH (Camelia Sinensis) TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SCHEDULE 40 GRADE B ERW SKRIPSI YONNA LUDIANA 07 135 082 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

STUDY ON THE PVC TRAP FOR ELL (Monopterus albus)

STUDY ON THE PVC TRAP FOR ELL (Monopterus albus) STUDY ON THE PVC TRAP FOR ELL (Monopterus albus) By Dedi yandra ) Nofrizal 2) and IrwandySyofyan 2) Abstract For purpose to examine and compare efectiveness of the PVC and traditional trap for catching

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TALI JARING JENIS POLYETHYLENE

KARAKTERISTIK TALI JARING JENIS POLYETHYLENE @ 2005 Suryanto Makalah Pribadi Pengantar Falsafah Sain (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana/ S3/ TKL Institut Pertanian Bogor Febuari 2005 Dosen Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng KARAKTERISTIK TALI JARING

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk 16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bahan Penelitian 2.1.1 Rumput Brachiaria humidicola Rumput Brachiaria humidicola yang digunakan pada penelitian ini didapat dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17 Maret 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi dosis pestisida

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 12 METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pembuatan papan komposit dari limbah kayu dan karton dilaksanakan di Lab Biokomposit Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Mona Agustina 2012, Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M.Si Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

ABSTRAK. Mona Agustina 2012, Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M.Si Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERI AIR PERASAN DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) DAN DAUN SIRIH (Piper betle Lynn) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB GASTROENTERITIS AKUT (Escherichia coli) SECARA IN VITRO Mona

Lebih terperinci

PERPADUAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COMOSUS) DAN KITOSAN SEBAGAI MATERIAL ALAT PENANGKAPAN IKAN RAMAH LINGKUNGAN

PERPADUAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COMOSUS) DAN KITOSAN SEBAGAI MATERIAL ALAT PENANGKAPAN IKAN RAMAH LINGKUNGAN Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 7, No. 2, November 2016 Hal: 149-159 PERPADUAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COMOSUS) DAN KITOSAN SEBAGAI MATERIAL ALAT PENANGKAPAN IKAN RAMAH LINGKUNGAN Combination of

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi komposisi nutrisi kulit ubi kayu dengan perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Mei

Lebih terperinci

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitan eksperimental. Tempat penelitian adalah Laboratorium Kimia Universitas Katolik Soegijapranoto Semarang dan Laboratorium

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian dan Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) : APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENENTUAN DAERAH PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP GOMBANG DI PERAIRAN SELAT BENGKALIS KECAMATAN BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROPINSI RIAU Irwandy Syofyan 1), Rommie

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas

MATERI DAN METODE di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i 13 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lab. KESDA provinsi DKI Jakarta (analisis kandungan senyawa aktif, Pimpinella alpina), Lab. Percobaan Babakan FPIK (pemeliharaan

Lebih terperinci

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DA METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi:

Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film. Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: 55 Lampiran 1. Analisis Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Edible film Analisis terhadap sifat-sifat fisik, mekanik dan biologis edible filmini meliputi: a. Pengukuran Ketebalan Film (McHugh dan Krochta, 1994).

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF USAHA ALAT TANGKAP BUBU KARANG

STUDI KOMPARATIF USAHA ALAT TANGKAP BUBU KARANG STUDI KOMPARATIF USAHA ALAT TANGKAP BUBU KARANG SISTEM KEPEMILIKAN SENDIRI DAN SISTEM BAGI HASIL DI KECAMATAN BINTAN TIMUR KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Ilham Rhamadhan 1), Hendrik 2),Lamun

Lebih terperinci