Oleh: Silmi Riza Safitri, Yuspardianto, Suardi ML
|
|
- Glenna Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH KONSENTRASI UBA (Adinandra acuminata KORTH) YANG BERBEDA TERHADAP KEKUATAN PUTUS DAN KEMULURAN BENANG TETORON PADA ALAT TANGKAP PAYANG DI ULAK KARANG, KOTA PADANG Oleh: Silmi Riza Safitri, Yuspardianto, Suardi ML Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat Jln. Sumatera Ulak Karang, Padang Sumatera Barat Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh konsentrasi uba (Adinandra acuminata KORTH)yang berbeda terhadap kekuatan putus (breaking strength) dan kemuluran (elongation) benang tetoron pada alat tangkap payang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Juni sampai 6 Juli 05 di Laboratorium Alat Tangkap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang dilakukan di Laboratorium Alat Tangkap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru dengan mengamati kekuatan putus dan kemuluran benang tetoron yang menggunakan pengawet dengan konsentrasi yang berbeda sebagai perlakuan dalam penelitian ini, yaitu; (1) perlakuan A = 0,3 kg/liter air, (2) perlakuan B = 0,5 kg/liter air, (3) perlakuan C = 0,7 kg/liter air, (4) perlakuan D = 0,9 kg/liter air. Masing-masing perlakuan dilakukan 10 kali ulangan. Adapun prosedur penelitian ini dilakukan dengan tahapan persiapan, pembuatan bahan pengawet, pengukuran benang sampel, pengawetan, penjemuran, pemotongan benang uji, dan pengujian. Dari data hasil pengukuran kekuatan putus benang dapat dilihat bahwa nilai kekutan putus benang yang paling tinggi yaitu benang perlakuan C dengan nilai 4,65 kgf; kemudian diikuti oleh perlakuan B dengan nilai 4,55 kgf; perlakuan D dengan nilai kgf dan perlakuan A dengan nilai 3, kgf. Pada ANAVA (analisis varian) terdapat perbedaan kekuatan putus benang dimana nilai F hitung=4,5997 lebih besar daripada F tabel =4,51 (F hitung>f tabel), sehingga dapat disimpulkan bahwa HO ditolak dan Hi diterima pada taraf α = 0,01 atau tingkat kepercayaan 99% Nilai kemuluran yang paling tinggi yaitu benang perlakuan B dengan nilai 23,7 mm; kemudian perlakuan C dengan nilai 22,7 mm; perlakuan D dengan nilai,7 mm dan perlakuan A dengan nilai 19,0 mm. Perlakuan dalam perendaman pada konsentrasi uba yang berbeda dapat meningkatkan nilai kemuluran pada benang tetoron. PENDAHULUAN Luas perairan Propinsi Sumatera Barat adalah km 2 dengan luas laut teritorial km 2 dan km 2 perairan ZEE serta panjang garis pantai ± 450 km termasuk Kepulauan Mentawai. Luas perairan Sumatera Barat melebihi 2/3 dari luas daratan yang memiliki potensi sumberdaya hayati yang besar (Anwar, 03) Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan dan budidaya binatang/tanaman air. Yang dimaksud dengan binatang/tanaman air yaitu semua jenis ikan, udang, kerang-kerangan, cumicumi, rumput laut, dan sebagainya Peningkatan pengetahuan mengenai alat penangkapan ikan akan mendukung kemajuan usaha perikanan baik dari segi pembuatan alat serta bahan dasar yang dipakai yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan alat dalam
2 pengoperasiannya di perairan, mengurangi biaya operasi serta efisiensi penangkapan. Keberhasilan suatu usaha penangkapan ikan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: daerah operasi penangkapan (fishing ground), armada penangkapan (fishing boat), keterampilan nelayan (skill), dan alat penagkapan itu sendiri (fishing gear). Alat penangkapan dalam hal ini bahan dasar konstruksi menentukan tujuan dan efisiensi hasil tangkapan setelah ditemukannya berbagai macam alat penangkapan baru yang semakin menuju kearah spesifikasi (Ayodhyoa, 1981). lama, akan tetapi jenis bahan untuk penyamakan dan perebusan belum banyak mendapat perhatian atau dikembangkan. Tujuan pengawetan alat penangkapan ikan adalah untuk menjaga ketahanan alat dan juga untuk memberi warna pada jaring. Beberapa cara telah dilakukan supaya bahan alat tangkap dapat tahan lama yang dikenal juga dengan proses pengawetan. Pada umumnya proses pengawetan ada tiga cara yaitu penjemuran, perendaman dan penyamakan. Pada umumnya nelayan di Ulak Karang menggunakan uba untuk menyamak jaringnya. Jika kita melihat berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi pada suatu perairan maka sungguh banyak jenis alat dan teknik yang digunakan. Namun berbagai alat tangkap tersebut banyak yang mempunyai kemiripan dalam pengoperasiannya walaupun ada yang lebih sederhana dan ada yang lebih komplek. Secara umum alat penangkapan yang umum digunakan oleh para nelayan sebagian besar materinya terbuat dari benang, seperti alat tangkap gill net, jala, pancing, trawl, pukat dan sebagainya. Jika diklasifikasikan lagi bahan untuk merakit alat-alat ini berasal dari serat alami (natural fibre) seperti serabut kelapa, rami, katun, ijuk dan dari serat buatan (syntetic fibre) seperti monofilament dan multifilament (Wahyuni, 02). Untuk bahan alat penangkapan ikan pada alat tangkap payang nelayan disekitar perairan Ulak Karang menggunakan benang tetoron yang termasuk dalam golongan serat sintetic polimer jenis polyester. METODE PENELITIAN Bahan yang digunakan adalah: 1. 4 (empat) potong benang tetoron (PES) nomor 12 warna putih yang mempunyai struktur 3 strand dengan arah pintalan ke kanan (S), panjang masing-masingnya 5 meter. 2. Ekstrak uba dengan konsentrasi yang berbeda: a. Konsentrasi 0,3 kg/liter air. b. Konsentrasi 0,5 kg/liter air. c. Konsentrasi 0,7 kg/liter air. d. Konsentrasi 0,9 kg/liter air. Peralatan yang digunakan: 1. Gelas ukur, 1 buah 2. Timbangan, 1 buah 3. Botol plastik untuk wadah perendaman benang sampel, 4 buah 4. Gunting untuk memotong sampel, 1 buah 5. Pengaris dan alat tulis lainnya. 6. Strength Testher model C atau model single phase induction motor split phase start (Simadzu Tokyo Hitacchi Ltd Japan nomor GA 4349) sebagai alat pengukur kekuatan benang sampel. Alat ini digerakkan dengan menggunakan tenaga aliran listrik. Untuk menjaga alat penangkapan ikan yang terbuat dari serat alami dapat tahan lama ada beberapa cara yang telah dilakukan seperti pengawetan dengan Prosedur penelitian berbagai jenis pengawet. Sebelum alat penangkapan dioperasikan terlebih dahulu Metode yang digunakan dalam penelitian dilakukan penyamakan maupun ini adalah metode eksperimen yang perebusan supaya lebih kuat dan tahan dilakukan di Laboratorium Alat Tangkap
3 Universitas Riau Pekanbaru dengan mengamati kekuatan benang putus dan kemuluran benang tetoron yang menggunakan pengawet uba dengan konsentrasi yang berbeda. Adapun prosedur penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagi berikut: 1. Persiapan Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penelitian 2. Pembuatan bahan pengawet a. Uba yang telah ditumbuk ditimbang berdasarkan berat yang dibutuhkan. b. Dimasukkan kedalam 4 wadah yang telah diberi tanda untuk masing-masing konsentrasi pengawet, yaitu: - Botol A = 0,3 kg/liter air - Botol B = 0,5 kg/liter air - Botol C = 0,7 kg/liter air - Botol D = 0,9 kg/liter air c. Air sebanyak 1 liter dimasukkan kedalam masing-masing botol yang telah diisi uba konsentrasi berbeda. d. Kemudian uba disaring sehingga didapatkan ekstrak uba. 3. Pengukuran benang sampel Benang sepanjang meter dipotong menjadi 4 potong yang masing-masing panjang 5 meter. 4. Pengawetan Benang yang telah dipotong dimasukkan ke dalam wadah yang telah diisi dengan ekstrak uba yang memiliki konsentasi berbeda dan dibiarkan selama 8 jam. Menurut Klust (1987), proses pengawetan bahan alat penangkapan ikan sebaiknya dibiarkan selama 8 jam. 5. Penjemuran Setelah 8 jam benang dikeluarkan dari wadah dan dijemur dengan cara diangin-anginkan dengan cara digantung selama jam. 6. Pemotongan benang uji Setelah kering benang uji setiap perlakuan dipotong menjadi potongan dengan panjang 0,254 meter per potong, 10 potong untuk ulangan penelitian dan 10 potong dijadikan cadangan. 7. Pengujian - Benang uji sepanjang 0,25 meter dijepit pada upper chuk dan lower chuk pada strength tester - Kalibrasikan jarum diangka nol pada load skala dan skala elongation. - Tekan tombol stop kontak sehingga load bergerak kearah kiri dan skala elongation bergerak kearah bawah sampai benang sampel yang diukur putus. - Membaca nilai ketahanan putus benang pada load skala dan kemuluran dibaca pada skala elongation. - Pencatatan hasil pengukuran kekuatan putus dan kemuluran benang - Pengukuran dilakukan dengan 10 kali ulangan untuk perlakuan - Pengujian dengan cara yang sama juga dilakukan untuk benang perlakuan B, C, dan D. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dimana suatu faktor yaitu benang tetoron dengan empat perlakuan pengawet dengan konsentrasi yang berbeda yaitu: Perlakuan A = 0,3 kg/liter air Perlakuan B = 0,5 kg/liter air Perlakuan C = 0,7 kg/liter air Perlakuan D = 0,8 kg/liter air Model matematika untuk rancangan ini adalah: Yij = µ + τi + Σij i = 1,2,t j = 1,2,r Yij = Variabel yang akan dianalisis µ = Nilai tengah umum (rata-rata) benang tetoron τi = Pengaruh perlakuan ke-i Σij = Ralat percobaan pada satuan percobaan ke j dalam perlakuan ke-i
4 Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pengawet uba dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kekuatan putus dan kemuluran benang tetoron, maka dilakukan hipotesa yaitu: 1. Hipotesa kekuatan putus Ho : Tidak ada pengaruh konsentrasi uba yang berbeda terhadap kekuatan putus benang tetoron pada bahan alat tangkap payang Hi : Ada pengaruh konsentrasi uba yang berbeda terhadap kekuatan putus benang tetoron pada bahan alat tangkap payang. 2. Hipotesa kemuluran: Ho : Tidak ada pengaruh konsentrasi uba yang berbeda terhadap kemuluran benang tetoron pada bahan alat tangkap payang Hi : Ada pengaruh konsentrasi uba yang berbeda terhadap kemuluran benang tetoron pada bahan alat tangkap payang. Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penlitian ini adalah: 1. Keahlian dan ketelitian setiap melakukan pengujian sampel dianggap sama 2. Keadaan lingkungan selama penelitian dianggap sama Analisa Data Untuk melihat pengaruh pengawetan terhadap kekuatan putus dan kemuluran benang tetoron dilakukan pengukuran dengan ekstrak bahan pengawet yang konsentrasinya berbeda. Hasil perhitungan kekuatan putus dan kemuluran benang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik dan selanjutnya dianalisa secara statistik. Kemudian hipotesa diuji dengan uji F, dimana besaran F hitung diperoleh dari hitungan dengan Tabel Sidik Ragam atau Tabel ANAVA (Analisis Varian) yang dapat dilihat pada tabel 2, dan besaran F diperoleh dari tabel F dengan derajat bebas yang sesuai dan taraf nyata yang diinginkan. Apabila F hitung lebih besar dari pada F tabel pada taraf α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%), dikatakan perlakuan berbeda nyata. Dan apabila F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf α = 0,01 (tingkat kepercayaan 99%), dikatakan perlakuan-perlakuan tersebut berbeda sangat nyata sehingga perlu dilakukan uji lanjut untuk melihat pasangan perlakuan mana yang berbeda dengan menggunakan metode DUNCAN, sebaliknya apabila F hitung lebih kecil dari F tabel, Ho diterima berarti pengaruh perlakuan tersebut tidak berbeda nyata (Heryanto,1996) Tabel 1: ANAVA (Analisis Varian) Sumber Keragaman Db JK KT F Hitung Perlakuan (t-1) JKP KTP KTP/KTS Sisa t(r-1) JKS KTS Total (tr-1) JKT F Tabel 5% 1% FK y 2 = r.t JKT = Yij 2 FK JKS = JKT-JKP y 2 JKP = - FK r KTP = JKP ( t 1)
5 KTS = JKS t( r 1) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Setelah dilakukan pengujian terhadap benang uji, kekuatan putus benang tetoron dapat dilihat dengan membaca load skala, dimana terdapat perbedaan nilai kekuatan putus antara perlakuan yang satu dengan perlakuan lainnya. Masing-masing perlakukan memiliki nilai kekuatan putus rata-rata sebagai berikut; (1) Perlakuan A memiliki kekuatan putus rata-rata 3, Kgf, (2) Perlakuan B memiliki kekuatan putus rata-rata 4,55 Kgf, (3) Perlakuan C memiliki kekuatan putus rata-rata 4,65 Kgf, (4) Perlakuan D memiliki kekuatan putus rata-rata Kgf. Sedangkan untuk benang kontrol (benang tanpa perlakuan) yang digunakan sebagai pembanding memiliki nilai kekuatan putus benang rata-rata 4,10 Kgf. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil penelitian diketahui kekuatan putus yang paling tinggi sampai yang terendah dari benang uji yang dijadikan perlakuan. Kekuatan putus yang paling tinggi terdapat pada perlakuan C dengan nilai rata-rata 4,65 Kgf; diikuti dengan perlakuan B dengan nilai rata-rata 4,55 Kgf; perlakuan D dengan nilai rata-rata 4,5 Kgf dan kekuatan putus yang terendah terdapat pada perlakuan A dengan nilai rata-rata 3, Kgf. Sedangkan nilai kekuatan putus benang kontrol hanya digunakan sebagai pembanding saja (tanpa perlakuan). Nilai rata-rata hasil pengukuran kekuatan putus benang tetoron uji dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 2: Nilai Kekuatan Benang Putus Tetoron (Kgf) Setiap Perlakuan Ulangan Perlakuan Total K A B C D ,00 3,00 3,00 5,50 5,50 5,50 5,50 Total 41,00 36,00 45,50 46, Rata-rata 4,10 3,60 4,55 4,65 16,90 Keterangan: K A B C D = Benang kontrol (tanpa perlakuan) = Benang tetoron dengan konsentrasi 0,3 kg/liter air = Benang tetoron dengan konsentrasi 0,5 kg/liter air = Benang tetoron dengan konsentrasi 0,7 kg/liter air = Benang tetoron dengan konsentrasi 0,9 kg/liter air
6 Kekuatan Putus Rata-rata (Kgf) K A B C D Perlakuan Gambar 1: Histogram Nilai Kekuatan Putus Benang Tetoron Setiap Perlakuan Setelah data didapat dilakukan analisis secara statistik dimana hipotesa diuji dengan uji F, besaran F hitung diperoleh dari perhitungan dengan Tabel ANAVA. Pada F hitung terdapat perbedaan kekuatan putus benang dimana nilai F Hitung = 4,5997 lebih besar daripada F Tabel = 4,51 (F hit >F tab ). Analisa data secra statistik dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari ANAVA dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima, karena F hit >F tab pada taraf α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) dan pada taraf α = 0,01 (tingkat kepercayaan 99%), berarti ada pengaruh konsentrasi uba yang berbeda terhadap kekuatan putus benang tetoron pada alat tangkap payang yang dipergunakan oleh nelayan Ulak Karang Kota Padang. Karena F hitung > daripada F tabel maka dilakukan uji lanjut untuk melihat pasangan perlakuan dimana yang berbeda dengan menggunakan metode Duncan (Heryanto, 1996), dimana hasil yang didapat sebagai berikut : 1. Perlakuan I YA YC I = 1,45 > R 4, A dan C berbeda nyata 2. Perlakuan I YA YB I = 1,35 > R 3, A dan B berbeda nyata 3. Perlakuan I YA YD I = 1,3 > R 2, A dan C berbeda sangat nyata 4. Perlakuan I YD YC I = 0,15 > R 3, D dan C tidak berbeda nyata. 5. Perlakuan I YD YB I = 0,05 > R 2, D dan B tidak berbeda nyata. 6. Perlakuan I YB YC I = 0,1 > R 2, B dan C tidak berbeda nyata Kemuluran Benang Tetoron Pada penelitian kemuluran benang tetoron dapat dilihat dengan membaca skala elongation. Masing-masing perlakuan sebagai berikut (1) Perlakuan A memiliki nilai kemuluran rata-rata 19,0 mm, (2) Perlakuakn B memiliki nilai kemuluran rata-rata 23,7 mm, (3) Perlakuan C memiliki nilai kemuluran rata-rata 22,7 mm, (4) Perlakuan D memiliki nilai kemuluran rata-rata,7 mm. Sedangkan untuk benang kontrol (benang tanpa perlakuan) yang digunakan sebagai pembanding memiliki nilai kemuluran ratarata 28,2 mm. Untuk lebih jelasnya nilai kemuluran benang tetoron dapat dilihat pada tabel 3.
7 Tabel 3. Nilai Kemuluran Benang Tetoron (mm) Setiap Perlakuan Ulangan Perlakuan K A B C D Total Total Rata-Rata Keterangan : K = Benang kontrol (tanpa perlakuan) A = Benang Tetoron dengan konsentrasi 0.3 kg/liter air B = Benang Tetoron dengan konsentrasi 0.5 kg/liter air C = Benang Tetoron dengan konsentrasi 0.7 kg/liter air D = Benang Tetoron dengan konsentrasi 0.9 kg/liter air Dari hasil penelitian juga dapat diketahui nilai kemuluran yang paling tinggi sampai yang terendah dari benang uji yang dijadikan perlakuan. Kemuluran yang paling tinggi terdapat pada perlakuan B dengan nilai rata-rata 23,7 mm, diikuti dengan perlakuan C dengan nilai 22,7 mm, perlakuan D dengan nilai rata-rata,7 mm dan nilai kemuluran yang terendah terdapat pada perlakuan A dengan nilai rata-rata 19,0 mm. Sedangkan nilai kemuluran benang kontrol hanya digunakan sebagai pembanding saja (tanpa perlakuan). Untuk melihat ratarata kemuluran yang tertinggi sampai yang terendah dapat dilihat pada gambar Pada Anava (Analisa Varian) tidak terdapat perbedaan kemuluran benang uji, maka dapat dituliskan bahwa nilai F hitung = 1, lebih kecil daripada F tabel = 2,92 (F hitung < F Tabel). Karang, Kota Padang. Analisa data secara statistik dapat dilihat pada lampiran. Pembahasan Sebelum menguji kekuatan putus dan kemuluran benang, benang tetoron direndam terlebih dahulu dalam larutan ekstrak bahan pengawet yaitu uba dengan konsentrasi berbeda. Uba setelah diberi air membentuk suatu larutan yang berwarna merah hati dengan bau yang sedap. Larutan berwarna merah hati ini mengandung tanin yang berfungsi sebagai penyamak. Senyawa tanin merupakan senyawa yang terdiri dari beberapa senyawa polifenol, biasanya terdapat pada kulit kayu, buah yang belum masak dan pada daun, tanin dalam air akan membentuk larutan, bereaksi dengan asam dan mempunyai rasa sepat (Rusdi,1988). Menurut Rowe dalam Ginting (03), ekstrat uba mengandung senyawa tanin yang ditentukan oleh daya penyamakan pada protein kulit, semua tanin nabati adalah senyawa fenol mulai dari fenol sederhana sampai sistem flaponoid yang terkondensasi. Tanin merupakan senyawa yang cenderungf larut dalam air dan merupakan golongan polimer penting dari polifenol Dari Anava dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, karena F hit < F tab pada taraf α = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Ini berarti tidak ada pengaruh konsentrasi Uba yang berbeda terhadap kemuluran benang tetoron pada alat tangkap payang yang digunakan oleh nelayan Ulak (SuradikusumaH, 1989). Senyawa fenol
8 yang terdapat selain pada jaringan kayu berbentuk glikosida, biasanya golongan fenol pada jaringan kayu berupa asam amino aromatik yang befungsi sebagai penyamak. Menurut Sadhori (1983), polyester mempunyai nilai kekuatan putus yang tinggi dan kemuluran pada saat basah rendah. Nilai daya tahan putus dan kemuluran suatu benang pada saat basah lebih tinggi dibandingkan berat kering (Murdiyanto dalam wahyuni, 00). Oleh karena itu pengujian benang dilakukan setelah benang sampel direndam terlebih dahulu dan diperkirakan telah jenuh menyerap air. Hamidi dalam Ginting (03), menyatakan bahwa makin banyak zat cair yang diserap oleh suatu bahan maka makin besar pula daya melekatnya yang selanjutnya akan menguatkan kekuatan dari bahan terebut. Benang yang dimasukkan kedalam ekstrak bahan pengawet dan direndam selama 8 (delapan) jam akan membuat tanin yang ada pada ekstrak bahan pengawet melekat pada benang. Menurut Klust (1987), pengaruh bahan pengawet tergantung pada kemampuan melekat antara zat pengawet dengan serabut yang diawetkan. Setelah direndam warna benang berubah menjadi merah hati sesuai dengan konsentrasi pengawet dan menyebabkan benang menjadi tegang karena adanya tanin yang menempel pada benang. Kekuatan Putus Benang Tetoron Kekuatan putus adalah kekuatan maksimum yang diperlukan untuk membuat putusnya bahan dalam suatu uji yang menggunakan keteganggan. Biasanya ditetapkan dalam satuan kilogram gaya (Kgf). Nilai kekuatan putus benang sangat diperlukan karena dengan membaca skala yang dihasilkan oleh mesin penguji (strength tester). Besarnya nilai kekuatan putus ditunjukan oleh jarum yang bergerak pada Local scala dalam satuan Kgf. Apabila benang yang diuji terlalu kaku akan menyebabkan benang akan semakin mudah untuk putus karena pada saat pengujian kekuatan putus menggunakan beban yang akan menghasilkan ketegangan benang uji, apabila ketegangan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh benang maka benang akan putus. Kemuluran Benang Tetoron Kemuluran benang didefinisikan sebagai suatu pertambahan panjang dari suatu uji contoh yang menggunakan ketegangan dan dinyatakan dalam satuan panjang, misalnya centimeter atau milimeter. Sifat ini dipengaruhi oleh suatu gaya (Klust, 1987). Nilai kemuluran benang tetoron dalam penelitian ini didapat dengan melihat skala elongation yang dihasilkan oleh mesin penguji (strength tester). Besarnya nilai kemuluran ditunjukkan oleh jarum yang bergerak pada skala elongation yang memiliki satuan mm. Pada alat tangkap ikan benang jaring yang paling baik digunakan adalah benang dengan nilai kemuluran yang rendah tapi memiliki kekuatan putus yang tinggi, karena apabila kemuluran terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan konstruksi jaring dalam hal ini ukuran mata jaring akan berubah sehingga menyebabkan ikan yang tertangkap dapat lolos dari jaring dengan mudah. Dengan bedanya struktur benang dan gaya serap benang uji yang berbeda pada masingmasing benang juga membuat kemuluran benang uji yang satu dengan yang lainnya berbeda. Besarnya kemuluran tergantung pada tingkat kekerasan pintalan atau kerapatan dari masing-masing anyaman benang (Klust, 1987). Apabila benang semakin kaku karena banyaknya tanin yang menempel pada benang menyebabkan nilai kemuluran menjadi kecil karena benang akan cepat putus, tetapi kalau konsentrasi air dan uba tidak seimbang juga mengakibatkan kemuluran menjadi kecil.
9 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari pengukuran kekuatan putus benang tetoron yang digunakan nelayan Ulak Karang sebagai bahan utama alat tangkap payang bahwa perlakuan C dengan konsentrasi uba 0,7 kg/liter air memiliki kekuatan putus terbesar yaitu 4,65 Kgf dan diikuti dengan perlakuan B (0,5 kg/liter air), perlakuan D (0,9 kg/liter air) dan perlakuan A (0,3 kg/liter air) dengan masing-masing nilai kekuatan putus 4,55 Kgf, Kgf dan 3, Kgf. 2. Hasil analisa secara statistik dengan ANAVA terdapat kekuatan putus benang tetoron didapatkan F hitung > F tabel baik pada tingkat kepercayaan 95% yaitu 4,5997 > 2,92 maupun tingkat kepercayaan 99% yaitu 4,5997 > 4,51. Sehingga menunjukkan bahwa adanya pengaruh konsentrasi uba yang berbeda terhadap kekuatan putus benang tetoron yang digunakan nelayan sebagai bahan utama pembuatan alat tangkap payang. 3. Pengukuran kemuluran benang tetoron yang digunakan nelayan Ulak Karang sebagai bahan utama alat tangkap payang bahwa perlakuan B dengan konsentrasi 0,5 kg/liter air memiliki nilai kemuluran terbesar yaitu 23,7 mm dan diikuti dengan perlakuan A (0,3 kg/liter air), perlakuan D (0,9 kg/liter air ) dan perlakuan A (0,3 kg/liter air) dengan masing-masing kemuluran 22,7 mm,,7 mm dan 19,0 mm. 4. Hasil analisa secara statistik menunjukkan tidak ada pengaruh konsentrasi uba terhadap kemuluran benang uji, dimana F hitung = 1, lebih kecil dari F tabel = 2,92 pada tingkat kepercayaan 95% (F hitung < F tabel) Saran 1. Dalam penelitian ini benang yang digunakan adalah benang tetoron nomor 12 yang mana setelah dilakukan pengujian yang paling baik digunakan adalah benang uji pada perlakuan C yaitu ekstrak uba dengan konsentrasi 0,7 kg/liter air, sehingga disarankan sebaiknya nelayan Ulak Karang menggunakan uba dengan konsentrasi 0,7 kg/liter air dalam pengawetan benang pada alat tangkap payang. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan terhadap kekuatan putus dan kemuluran benang tetoron pada alat tangkap payang dengan konsentrasi uba antara 0,7 kg/liter air dengan 0,9 kg/liter air untuk mendapatkan nilai kekuatan putus dan kemuluran yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, M, dkk., Bahan dan Alat Penangkap Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta, Padang. 25 Anwar, R., 03. Makalah Hukum dan Peraturan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang. Arzano, R., Man Made Fibres Dalam Modern Fishing Gear Of the World. Fishing News (Book) Ltd, London. Halaman Ayodhyoa, Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 97 Farid, A, dkk., Teknologi Penangkapan Tuna. Direktorat Jenderal Perikanan Bekerjasama dengan Internasional Development Center. 58 Fridman, AL., Perhitungan dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Direvisi, diedit dan dikembangkan oleh PJG Carothes terjemahan team
10 BPPI Semarang. Published by Arrangement With The Food and Agriculture Organization of The United Nations. Koperasi serta Usaha Perikanan. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang. Ginting, R., 03. Kekuatan Putus dan Kemuluran Benang Rami yang Diawetkan dalam Campuran Bahan Pengawet Alami Nyirih (Xilocarpus moluccensis M. Roem), Jarak (Ricinuc communis L) dan Uba (Adinandra acuminata KORTH). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 48 Halim, H, dkk., Materi Pokok Kimia II. Kimia 4111/3 SKS/Modul 6-9, editor Drs. Hiskia Ahmad. Karunika, Universitas Terbuka, Jakarta. 72 Halliday, D dan Robert, R., Fisika, Jilid 1 Edisi Ketiga. Terjemahan Pantur Silaban Ph.D dan drs. Erwin Sucipto, M.Sc, Departeman Fisika ITB. Erlangga, Jakarta. 895 Heryanto, E., Rancangan Percobaan pada Bidang Pertanian. Trubus Adriwidya, Ungaran. 70 Klust, G., Badan Jaring untuk Alat Penangkapan Ikan, Edisi Kedua. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang. 188 Rusdi, Tetumbuhan sebagai Sumber Bahan Obat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Universitas Andalas, Padang. 98 Sadhori, N., Bahan Alat Penangkap Ikan. CV. Yasaguna, Jakarta. 80 Standar Nasional Indonesia. 05. Konstruksi Pukat Kantong Payang Berbadan Jaring Panjang. http// Sudirman dan A. Mallawa., 00. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta, Jakarta. 168 Suradikusumah, E., Bahan Pengajaran Kimia Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, Ins, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 165 Uska, I., Pengaruh Perbedaan Waktu Penangkapan Terhadap Hasil Tangkapan Payang di Desa Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang. 38 Wahyuni, S., 00. Kekuatan Putus (Breaking Strength) dan Kemuluran (Elongation) Benang Katun dalam Campuran Pengawet Alami. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 50
STUDY ON STRENGTH BROKE
STUDY ON STRENGTH BROKE (Breaking Strength) and elongation (elongation) YARN PA (Polyamide) WITH ADDITION OF SKIN STEM EXTRACT SALAM (Syzygium polyanthum) WITH DIFFERENT CONCENTRATION By Aidil fadhari1)
Lebih terperinciTHE STUDY USE BETEL LEAVES EXTRACT ( Piper betle ) WITH DIFFERENT CONCENTRATION OF BREAKING STRENGTH AND ELENGATION TETORON YARN Oleh :
THE STUDY USE BETEL LEAVES EXTRACT ( Piper betle ) WITH DIFFERENT CONCENTRATION OF BREAKING STRENGTH AND ELENGATION TETORON YARN Oleh : Khairunnisa Amini 1), Isnaniah 2), Bustari 2) ABSTRACT khairunisa.amini@gmail.com
Lebih terperinciSTUDI PENGAWETAN PUKAT PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SERAT KAYU SALAM
STUDI PENGAWETAN PUKAT PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN SERAT KAYU SALAM(Syzygium polyanthum)dikelurahan BUNGUS SELATAN KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT BY Basriyanto 1, Irwandy
Lebih terperinciSTUDY ON STRENGTH BROKE AND ELONGATION YARN POLYAMIDE
STUDY ON STRENGTH BROKE AND ELONGATION YARN POLYAMIDE ( PA ) WITH THE ADDITION OF SKIN STEM EXTRACT SALAM ( Syzygium polyanthum ), EXTRACT LEATHER TRUNK JENGKOL( Archidendron pauciflorum ) AND EXTRACT
Lebih terperinciAbsorption and sinking speed of the strand from bark of Terap (Artocarpus elasticus)
Absorption and sinking speed of the strand from bark of Terap (Artocarpus elasticus) By Fatmasari Isra 1), Nofrizal 2) dan Irwandy Syofyan 2) ABSTRAK ayiiqpurple9@gmail.com An experiment to test of absorption
Lebih terperinciKhairani Laila,s.pi. M.agr program studi budidaya perairan Universitas asahan fakultas pertania ABSTRAK
ANALISIS HASIL TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DITINJAU DARI OSEANOGRAFI PADA PAGI, SORE DAN MALAM HARI DITELUK TAPIAN NAULI KOTA SIBOLGA TAPANULI TENGAH Khairani Laila,s.pi. M.agr program studi budidaya
Lebih terperinciKeyword : The breaking strength of yarns with different exstract soaking and drying times.
1 THE CASE OF TETORON YARNS BREAKING STRENGTH WHICH HAVE EXPERIENCED THE PRESERVATION OF PAPAYA LEAVES (Carica papaya), GUAVA LEAVES (Psidium guajava L) AND BETEL LEAVES (Xylocarpus moluccensis M.Roem)
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.
1 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian 1. Karkas ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari ayam broiler berumur 23-28 hari dengan
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak 100 kg bahan kering dan untuk
16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bahan Penelitian 2.1.1 Rumput Brachiaria humidicola Rumput Brachiaria humidicola yang digunakan pada penelitian ini didapat dari kawasan Universitas Padjadjaran sebanyak
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciMATERI DAN METODE PENELITIAN
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Laboratorium Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi,
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium
III. MATERI DAN METODE 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 3.2.Alat dan Bahan
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Sarana, Bahan dan Alat Penelitian
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama enam bulan dari bulan September 2009 sampai Pebruari 2010. Penelitian ini dilakukan pada dua tempat, untuk respons tingkah laku
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah
III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (3.1) Bahan dan Alat, (3.2) Metode Penelitian, dan (3.3) Prosedur Penelitian. 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan (1 Maret 29 Juni
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan selama empat bulan (1 Maret 29 Juni 2013) di Laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM), Fakultas Pertanian dan
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Litter Broiler sebanyak 35 kilogram, diperoleh dari CV. ISMAYA PS. Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.
17 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Litter Broiler sebanyak 35 kilogram, diperoleh dari CV. ISMAYA PS Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung. 2. Jerami
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2015 di Desa
34 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2015 di Desa Tambahrejo Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. B. Populasi dan
Lebih terperinciSTUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI
STUDI PERUBAHAN PANJANG BENANG JARING Polyamide (PA) YANG DIRENDAM DIDALAM AIR TAWAR DAN AIR LAUT OLEH TRI RAHMADHANI FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 217 STUDI PERUBAHAN PANJANG
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Studi literatur merupakan input dari penelitian ini. Langkah kerja peneliti yang akan dilakukan meliputi pengambilan data potensi, teknik pemanenan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2
16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2 Gang Mawar no 7 Kelurahan Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar
Lebih terperinciAnalisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137)
10th Meeting Analisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137) by Ledhyane I.H Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa akan dapat menggunakan rangkaian prosedur percobaan dengan menggunakan analisis
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di
III. MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Laboratorium Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi,
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)
1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek
Lebih terperinciIII.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014
III.MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen (TPP) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai Agustus 2011. Pemotongan kayu dilakukan di Work Shop Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu,
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Prosedur Larutan Peroksida Pemilihan Jenis Leguminosa Persiapan Media Tanam
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai bulan Maret 2012, bertempat di Laboratorium Lapang Agrostologi, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Laboratorium
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.
12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Analisis Fraksi
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan Maret hingga bulan Mei 2013. Proses fermentasi dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,
III. BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Ravi Nursery, di Jl. Kubang Raya Kab. Kampar, dan di Laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) UIN Suska Riau
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan
20 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 1) Kulit Pisang Nangka Kulit pisang nangka berfungsi sebagai bahan pakan tambahan dalam ransum domba. Kulit pisang yang digunakan berasal dari pisang
Lebih terperinciDiterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK
STUDI KOMPARATIF ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (drift gillnet) BAWAL TAHUN 1999 DENGAN TAHUN 2007 DI DESA MESKOM KECAMATAN BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROPINSI RIAU Irwandy Syofyan S.Pi. M.Si 1),
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Pakan dan Ilmu Tanah sebagai tempat pembuatan silase dan analisis fraksi serat di
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu Tanah sebagai tempat pembuatan silase dan analisis fraksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Wiersma (seperti dikutip dalam Emzir, 2008), eksperimen didiefinisikan sebagai situasi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober-November 2013, di Laboratorium Ilmu Nutrisi
III. MATERI DAN METODE 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan OktoberNovember 2013, di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam
Lebih terperinciAnalisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137)
10th Meeting Analisis Ragam & Rancangan Acak Lengkap Statistik (MAM 4137) by Ledhyane I.H Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa akan dapat menggunakan rangkaian prosedur percobaan dengan menggunakan analisis
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
Lebih terperinciPerubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun
Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 3(D) 12310 Perubahan Sifat-sifat Fisik Mata Jaringan Insang Hanyut Setelah Digunakan 5, 10, 15, dan 20 Tahun Gondo Puspito Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Lebih terperinciI. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di
I. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2015 di Kandang Percobaan Laboratorium UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS)
Lebih terperinciHASIL TANGKAPAN MINI TRAWL UDANG PADA BERBAGAI PANJANG WARP DAN LAMA TARIKAN
HASIL TANGKAPAN MINI TRAWL UDANG PADA BERBAGAI PANJANG WARP DAN LAMA TARIKAN ABSTRAK Andria Ansri Utama dan Wudianto Peneliti pada Pusat Riset Perikanan Tangkap, Ancol-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 20
Lebih terperinciOleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si
CARA MENGUKUR MATA JARING Oleh : Mukhtar, A.Pi, M.Si Webbing atau jaring merupakan lembaran yang tersusun dari beberapa mata jaring yang merupakan bahan dasar untuk membuat berbagai alat Penangkapan ikan.
Lebih terperinciIII BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan
20 III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan/Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 ekor Domba Priangan jantan dengan kisaran umur 12-14 bulan dan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret
12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi komposisi nutrisi kulit ubi kayu dengan perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Mei
Lebih terperinciII. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian
II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
8 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dibagi ke dalam dua bagian, yaitu kegiatan observasi awal (pendahuluan) dan penelitian utama. Observasi awal dilakukan pada
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 minggu dimulai dari bulan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 minggu dimulai dari bulan September sampai dengan Oktober 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi
Lebih terperinciVelysiana Ayunda Puspita Sari, Herry Boesono*), Indradi Setiyanto
Analisis Pengaruh Media Perendaman Benang Pa Multifilamen D21 Terhadap Kekuatan Putus (Breaking Strength) Dan Kemuluran (Elongation) Dengan Metode SNI ISO 1805:2010 Effect Analysis of Immersion Media of
Lebih terperinciPengumpulan daun apu-apu
58 Lampiran 1. Pembuatan Tepung Daun Apu-apu Pengumpulan daun apu-apu Pencucian daun apu-apu menggunakan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada daun Penyortiran, daun dipisahkan dari
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
21 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 31 Oktober 2011 sampai 18 Desember 2011 selama 42 hari masa pemeliharaan di Tambak Balai Layanan Usaha Produksi
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh dari
22 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian (1) Daun Singkong Daun singkong yang digunakan yaitu seluruh daun dari setiap bagian tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh
Lebih terperinciEldha Kusumasteti, Sardiyatmo* ), Faik Kurohman
ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN PERENDAMAN MATA JARING POLYAMIDE (PA) MONOFILAMEN NO.35MESH SIZE 3,5 INCH PADA AIR TAWAR, AIR LAUT DAN SOLAR TERHADAP KEKUATAN PUTUS (BREAKING STRENGTH) DAN KEMULURAN (ELONGATION)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu penelitian selama 2 bulan, yang dimulai Februari sampai
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam
BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metoda Percobaan Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), desain faktorialnya 4 x 4 dengan tiga kali ulangan.
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen dan Laboratorium IImu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Tempat dan Waktu
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jalan H.R.
Lebih terperinciMATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
III. MATERI METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen dan Laboratorium Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ini teleh dilaksanakan di dalam pot di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2010 di Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK TALI JARING JENIS POLYETHYLENE
@ 2005 Suryanto Makalah Pribadi Pengantar Falsafah Sain (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana/ S3/ TKL Institut Pertanian Bogor Febuari 2005 Dosen Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng KARAKTERISTIK TALI JARING
Lebih terperinciBEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)
Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/btl e-mail:btl.puslitbangkan@gmail.com BULETINTEKNIKLITKAYASA Volume 15 Nomor 2 Desember 2017 e-issn: 2541-2450 BEBERAPA JENIS PANCING
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) terhadap viabilitas benih kakao (Theobrema cacao L.) ini bersifat
Lebih terperinciStudy On Bundung Grass (Scirpus Grossus L.) as The Natural Fibre For Fishing Gear Material With The Sinking Speed and Absorption Test
Study On Bundung Grass (Scirpus Grossus L.) as The Natural Fibre For Fishing Gear Material With The Sinking Speed and Absorption Test Andry Zuldry 1), Irwandy Syofyan 2) and Nofrizal 2) ABSTRACT andryzuldry@gmail.com
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan perikanan keramba jaring apung (KJA) di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 4). Kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku, pembuatan dan pengujian sifat fisis papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian sifat mekanis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen murni (Pure Eksperimen) pada skala laboratorium, dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap
Lebih terperinciLampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia. a. Uji Alkaloid
LAMPIRAN 58 59 Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia a. Uji Alkaloid Sampel Daun Enhalus acoroides - Ditimbang sebanyak 1 gram - Dilarutkan dengan amonia (NH₄OH 10%) sampai terendam kemudian ditambahkan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 bertempat di
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret - April 2015 bertempat di Laboratorium Teknologi Pascapanen dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat untuk proses penanaman, pengamatan dan pengolahan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi UIN Raden Fatah Palembang dan Waktunya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan
38 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Negeri Sakti Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. B. Populasi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Agustus 2015 di
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Agustus 2015 di Laboratorium Teknologi Pascapanen (TPP) Fakultas Pertanian dan Peternakan
Lebih terperinciGambar 3. Skema akuarium dengan sistem kanal (a) akuarium berkanal (b) akuarium tanpa sekat
10 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Plankton, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Ternak Penelitian Ternak penelitian yang digunakan adalah sapi perah FH pada periode laktasi 2 dengan bulan ke-2 sampai bulan ke-5 sebanyak
Lebih terperinciGambar 6. Lokasi Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di perairan Kecamatan Kijang Tanjungpinang (Gambar 6). Penelitian ini dilakukan tiga kali sesuai dengan waktu docking,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Labaratorium Analisis
Lebih terperinci= hasil pengamatan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j. V- = nilai tengah umum atau rata-rata hitung.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Riau untuk kegiatan ekstraksi. Sedangkan aplikasi lapangan dilaksanakan di Unit Pelaksana
Lebih terperinciDedi Suryadi¹, Irwandy Syofyan² and Isnaniah³ ABSTRACT
Sinking Speed Yarn PE (Polyethylene) is preserved With guava leaf extract (Psidium guajava L), papaya (Carica papaya) and betel leaves (Xylocarpus moluccensis M.Roem) Dedi Suryadi¹, Irwandy Syofyan² and
Lebih terperinciUJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI
LAPORAN UJI BAHAN UJI TARIK BAHAN KULIT IMITASI Oleh : TEAM LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 1 A. Pendahuluan Dewasa ini perkembangan material
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur afkir yang digunakan pada penelitian ini berasal dari peternakan
17 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 1. Ayam Petelur afkir Ayam petelur afkir yang digunakan pada penelitian ini berasal dari peternakan milik Pak Dede yang ada di daerah Jatinangor,
Lebih terperinciLampiran 1. Tekstur Buah Alpukat pada hari ke-3
Lampiran 1. Tekstur Buah Alpukat pada hari ke-3 Tabel Data Hasil Pengamatan Perlakuan Ulangan Total Rerata (N) 1 2 3 K 0 L 1 4,7 4,2 4,6 13,5 4,5 K 0 L 2 4,3 4,6 4,6 13,5 4,5 K 0 L 3 4,5 4,5 4,2 13,2 4,4
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan (UPTD BIB) Tuah Sakato, Payakumbuh. 3.2. Materi
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ongole) berumur 1,5-2 tahun bagian paha yaitu silver side sebanyak 2
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Daging Sapi Daging sapi yang digunakan ialah daging segar bangsa PO (peranakan ongole) berumur 1,5-2 tahun bagian
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2009. Bertempat di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan (Proling) Departemen
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan AprilMei 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen dan Laboratorium Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh konsentrasi larutan tawas terhadap protein terlarut dan kandungan asam amino pada ikan tongkol adalah melalui eksperimen di bidang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di
22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Ekstraksi daun cengkeh
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan daging ayam broiler sebanyak 8 ekor yang berasal dari CV. Putra Mandiri, dan strain
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur
1 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba Padjadjaran jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak
Lebih terperinci